BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga...
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
2.1.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air
Air yang mengalir dan jatuh dari ketinggian memiliki energi potensial. Energi
potensial ini kemudian dikonversikan menjadi energi mekanik pada turbin. Setelah
itu, hubungan terkopel antara turbin tersebut dengan generator akan menghasilkan
energi listrik. Gambar 2.1 menunjukkan secara skematis bagaimana potensi tenaga
air, yaitu sejumlah air yang terletak pada ketinggian tertentu diubah menjadi tenaga
mekanik dalam turbin air.
Gambar 2.1 Skema konversi energi pada pembangkit listrik tenaga air [6]
Pembangkit listrik tenaga air (hidro) umumnya memerlukan bendungan yang
luas dan berkapasitas besar. Namun, pemanfaatan aliran air membuat perkembangan
pembangkit hidro skala kecil saat ini juga sudah sangat luas. Penyebabnya tidak lain
adalah karena selain biaya operasi dan perawatannya yang murah, pembangkit jenis
ini tidak memerlukan lahan bendungan dan pembangkit yang luas, sehingga cocok
digunakan sebagai sumber listrik untuk daerah terpencil, bahkan untuk digunakan di
rumah secara pribadi.
6
Di Indonesia, energi listrik yang dihasilkan proyek pembangkit hidro skala
kecil umumnya dijual ke penyedia listrik utama (PLN) atau ke pihak swasta.
2.1.2 Sistem Mikrohidro
Pembangkit mikrohidro menggunakan sistem saluran langsung (run of river),
dalam arti tidak menggunakan reservoir. Mikrohidro hanya memiliki pengarah aliran
sebagai pengganti bendungan. Air sungai dialihkan dengan menggunakan intake
(bangunan ambil air) kecil yang dibangun memotong aliran sungai. Karena
dipengaruhi langsung oleh aliran sungai, aliran air yang melalui turbin kurang dapat
diatur. Saat musim kering, debit air sungai yang minim menyebabkan air yang masuk
ke turbin mengalir dengan debit yang rendah, sebaliknya saat musim hujan, debit air
sungai yang terlalu besar menyebabkan aliran air yang melewati turbin juga
terlampau tinggi.
Pada prinsipnya, air dapat dialirkan melalui pipa pesat (penstock) yang
panjang dari pengarah aliran ke turbin. Tapi hal ini sangat jarang sekali dilakukan,
karena akan memperbesar biaya investasi pipa pesat. Biasanya air dialirkan dari
pengarah aliran melalui kanal menuju penampungan sementara. Kemiringan dari
kanal ini dibuat seminimal mungkin, hanya cukup untuk membuat air dapat mengalir
di dalam kanal tersebut sesuai dengan debit yang diinginkan. Lalu pada tempat yang
memiliki tinggi jatuh cukup (net head) untuk menghasilkan daya yang diinginkan, air
dimasukkan ke dalam pipa pesat yang terhubung ke turbin di bagian bawah.
Pada survei pengukuran ketinggian lokasi, yang umumnya diukur adalah beda
jarak antara muka air di intake dan muka air sungai tempat debit keluaran turbin,
yang dikenal sebagai saluran buang (tailwater). Jarak ini disebut sebagai site gross
head. Setelah melewati kanal, beda jarak ini akan berkurang karena air membutuhkan
kemiringan (slope) kanal untuk mengalir ke bawah menuju kolam penenang
(forebay). Perbedaan ketinggian antara air di bak penenang dan air di tailwater inilah
yang akan dimanfaatkan sebagai energi potensial penggerak turbin.
7
Gambar 2.2 Sistem mikrohidro [10]
Pipa pesat adalah pipa yang membawa air dari bak penenang menuju ke
turbin. Karena merupakan salah satu peralatan yang paling menyedot biaya investasi
(dapat mencapai 27% total investasi [1]), maka pemilihan ukuran, material, dan
susunan pipa pesat menjadi suatu hal yang sangat krusial. Pemilihan material pipa
pesat didasarkan pada beratnya, kemampuannya untuk tahan dari korosi, tekanan di
dalam pipa, losses yang dihasilkan, ketersediaan di pasaran, dan tentu saja biayanya.
Baja ringan (mild steel) adalah material yang sering dipilih karena relatif murah,
dapat dibuat oleh pabrik lokal, losses rendah, dan tidak terlalu berat.
2.1.3 Mikrohidro Head Rendah
Pembangunan mikrohidro di Indonesia kebanyakan berlokasi pada sungai-
sungai di daerah hulu atau di daerah dataran tinggi yang mempunyai head yang cukup
tinggi atau pada daerah air terjun. Pada lokasi tersebut, walaupun biasanya memiliki
debit yang kecil, tentu mudah mendapatkan sumber energi listrik, yaitu mengkonversi
energi jatuh air dengan beda ketinggian yang besar, menjadi energi mekanik yang
memutar turbin yang kemudian memutar generator untuk menghasilkan energi listrik.
8
Sebaliknya, pembangunan mikrohidro pada lokasi yang mempunyai head
rendah namun memiliki debit yang cukup besar masih jarang dilakukan. Padahal,
energi listrik yang dihasilkan dari suatu aliran air melalui suatu mikrohidro,
merupakan hubungan perkalian antara debit (Q) dengan head (H) dikalikan koefisien
tertentu. Apabila suatu lokasi memiliki head yang rendah, energi listrik tetap dapat
dihasilkan yaitu dari konversi energi aliran debit yang biasanya cukup besar.
Mikrohidro head rendah (relatif kurang dari 20 m) biasanya menggunakan
turbin jenis reaksi yang mengubah energi kinetik dari kecepatan air saat menumbuk
sudu turbin, juga termasuk energi kinetik akibat adanya perbedaan tekanan pada sudu
turbin. Yang termasuk jenis turbin reaksi adalah turbin Axial/Propeller dan Francis.
Untuk head lokasi yang cukup rendah, seperti lokasi studi ini, lebih tepat
menggunakan turbin Axial/Propeller. Sedangkan untuk head yang menengah akan
lebih tepat menggunakan turbin Francis.
2.2 Turbin Mikrohidro
Konversi energi potensial menjadi energi mekanik terjadi pada turbin air.
Daya (power) mekanik yang menghasilkan energi mekanik turbin ini dinyatakan
dengan persamaan (2.2) [3]. Selanjutnya, putaran poros turbin yang dikopel dengan
poros generator akan menghasilkan daya dan energi listrik. Pada kejadian kecepatan
turbin yang terlalu rendah, hubungan terhadap generator dilakukan dengan transmisi
mekanik.
hP Qgh (2.1)
mec t hP P (2.2)
gen trans gen mecP P (2.3)
dimana
hP : power hidrolik (W), mecP : power mekanik (W), genP : power generator (W), :
massa jenis air (kg/m3), Q : debit air (m3/s), g : percepatan gravitasi (m/s
2), h : net
9
head (m), t : efisiensi turbin , trans : efisiensi transmisi mekanik, gen : efisiensi
generator
Pemilihan turbin pada suatu pembangkit umumnya didasarkan pada
pertimbangan head lokasi. Setiap jenis turbin memiliki head operasi yang relatif
berbeda. Berdasarkan head operasinya, maka turbin dapat dibedakan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Rentang head turbin air [3]
Tipe Turbin Rentang Head Operasi (m)
Propeler/Axial 2 – 40
Francis 25 - 350
Pelton 50 -1300
Crossflow 5 - 200
Turgo 50 - 250
Berdasarkan prinsip operasinya, turbin air secara umum dapat dibagai menjadi
dua kategori yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Pada turbin impuls, air yang keluar
dari penyemprot (nozzle) akan langsung menumbuk salah satu bagian dari runner
(bagian yang berputar) turbin, dan selajutnya runner akan berputar dengan kecepatan
relatif pada kecepatan air yang menumbuknya. Beberapa contoh turbin air kategori
impuls antara lain :
Pelton
Pelton adalah turbin impuls berbentuk roda yang disekelilingnya terdapat
banyak ember (bucket) yang mendapat semprotan air dari satu atau lebih penyemprot
yang dinamakan dengan jet. Debit air yang keluar dari jet diatur oleh semacam jarum
(needle) yang berada dalam nozzle. Sumbu Pelton ada di tengah-tengah runner.
Turbin ini hanya digunakan untuk head tinggi sekitar 60-1000 m [7].
10
Gambar 2.3 Turbin Pelton [7]
Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 50 s.d. 250 m. Seperti Pelton, Turgo
merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20o [1]. Pada turbin Turgo, air memasuki runner pada
salah satu sisinya, namun keluar lewat sisi yang lain.
Gambar 2.4 Sudu turbin Turgo dan nozzlenya [3]
Crossflow
Turbin crossflow memiliki rentang head operasi yang lebar, antara 5 s.d. 200
m [3]. Dalam operasinya, air yang dikeluarkan dari jet disemprotkan langsung ke
runner. Air ini lalu menyisakan sedikit energi kinetiknya sebelum meninggalkan
turbin.
11
Gambar 2.5 Turbin Crossflow [17]
Pada turbin reaksi, runner tercelup sepenuhnya ke dalam air yang berada
dalam wadah (case) yang bertekanan [1]. Selain karena kecepatan air yang
melewatinya, kecepatan putar runner turbin jenis ini juga dipengaruhi oleh adanya
perbedaan tekanan di sekelilingnya akibat adanya perbedaan ketinggian antara head
bagian atas turbin (positive head) dan head bagian bawah turbin (suction head).
Dengan adanya pengaruh dari kecepatan air dan perbedaan tekanan, turbin reaksi
umumnya memiliki kecepatan putar yang relatif lebih cepat dibanding turbin impuls
[1]. Turbin yang termasuk turbin reaksi adalah Francis dan Propeller.
Francis
Francis umumnya digunakan untuk aplikasi dengan head 25 s.d. 350 m [7].
Jalur masuk air ke turbin ini berbentuk radial dan keluarannya aksial. Konfigurasinya
dapat horizontal maupun vertikal. Turbin ini memiliki blade (sudu putar) statis namun
guide-vanenya dapat bergerak. Guide-vane (sudu pengatur aliran) ini sangat berguna
pada kondisi dengan debit air yang tidak tetap.
Francis memiliki wadah berbentuk memutar sehingga air dapat
terdistribusikan mengelilingi runner. Air yang telah melewati guide-vane diarahkan
secara vertikal, masuk dan memutar runner lalu keluar melewati bagian tengah turbin.
Air memberikan tekanannya pada dan meninggalkan turbin lewat pipa yang disebut
dengan draft tube.
12
Gambar 2.6 Turbin Francis [6]
Propeller/Axial
Turbin propeller/axial memiliki karakteristik kecepatan kerja yang relatif
tinggi dan umumnya digunakan untuk aplikasi head rendah, di bawah 20 m [6].
Dibandingkan dengan Francis, turbin Axial memiliki diameter runner yang lebih
kecil dan kecepatan yang lebih cepat untuk menghasilkan power yang sama pada
head yang sama.
Gambar 2.7 Turbin Kaplan [16]
Blade turbin ini mirip dengan propeller pesawat/kapal. Turbin ini biasanya
memiliki 3-6 blade. Aliran air yang melewati turbin diatur oleh gate yang berada di
sisi atas propeller. Turbin Axial yang canggih memiliki gate dan blade yang variabel
(dapat diatur gerak/posisinya), sehingga dapat bekerja sama baiknya pada rentang
variasi debit yang lebar. Turbin Axial jenis ini dikenal dengan nama turbin Kaplan.
13
2.3 Jumlah Turbin Dalam Sistem Mikrohidro
Sistem mikrohidro dapat menggunakan jumlah turbin lebih dari satu,
tergantung pada besar kapasitas daya total yang hendak dibangkitkan. Sebagai
contoh, pada Gambar 2.8, ditunjukkan sistem mikrohidro dengan 2 turbin.
Penggunaan 2 turbin identik memerlukan debit air total yang masuk ke bagian
pangkal pipa pesat 2 kali lebih banyak. Dengan debit air yang dua kali lebih banyak,
maka diameter pipa pesat yang diperlukan juga menjadi sekitar dua kali lebih besar.
Kenaikan jumlah debit juga mengharuskan penambahan ukuran forebay, kanal, dan
intake.
Gambar 2.8 Sistem mikrohidro dengan 2 turbin [8]
Sistem dengan 2 turbin identik memerlukan dua generator dan dua transmisi
mekanik yang sama. Sebagai outputnya, total daya nominal yang dibangkitkan
menjadi dua kali lipat. Untuk itu, juga diperlukan sebuah transformator yang
memiliki kapasitas dua kali lebih besar. Untuk menampung jumlah komponen yang
lebih banyak ini, ukuran powerhouse yang dibutuhkan juga relatif lebih besar
dibanding sistem dengan satu turbin.
14
2.4 Survei Lokasi Proyek Mikrohidro
Survei lokasi memiliki beberapa tujuan, seperti mengidentifikasi
kemungkinan lokasi untuk dibangun menjadi area pembangkit mikrohidro,
menentukan dan mengukur debit aliran air, mengukur head yang tersedia dari lokasi,
dan untuk kepentingan dokumentasi
2.4.1 Identifikasi Lokasi
Untuk mengetahui secara umum lokasi yang tepat dipilih sebagai tempat
pembangkit dapat menggunakan peta topografi atau dengan menggunakan bantuan
aplikasi GIS (geographic information system). Dalam studi ini, digunakan aplikasi
Google Earth. Google Earth dimanfaatkan sebagai alat untuk mengetahui panjang
saluran air dari sungai menuju powerhouse dan sebagai sarana pencitra lokasi.
2.4.2 Prediksi Debit Air
Debit air sungai bervariasi sepanjang tahunnya, tergantung pada musim. Ada
dua media yang dapat digunakan untuk melihat variasi debit tersebut. Yang pertama
adalah grafik hidrografi tahunan. Grafik ini menujukkan debit harian suatu sungai
dalam setahunnya. Dalam proyek mikrohidro, diharuskan untuk mengamati dan
meneliti grafik debit harian selama setidaknya 10 tahun terakhir, karena sifat iklim
yang sering berubah setiap tahunnya.
Gambar 2.9 Hidrograf dan Flow Duration Curve [7]
15
Media kedua adalah kurva durasi waktu (flow duration curve, FDC), yang
menunjukkan durasi debit per tahunnya. Debit terbesar tentu saja hanya terjadi dalam
waktu paling singkat tiap tahunnya, sedangkan debit terkecil ada kemungkinan selalu
terjadi setiap tahunnya (100%). Grafik ini biasanya ditunjukkkan dengan garis yang
berawal dari sudut kiri atas (tempat debit terbesar, waktu 0%) kemudian turun secara
diagonal menuju titik di sudut kanan bawah (tempat debit terkecil, waktu 100%).
FDC yang menurun tajam tidak bagus untuk pembangkit mikrohidro, karena
menunjukkan bahwa pada aliran sungai itu pernah terjadi banjir ataupun kering sama
sekali. FDC yang berbentuk kurva mulus (flat) baik untuk pembangkit mikrohidro
karena hal itu menunjukkan bahwa debit terjadi secara merata tiap tahunnya, jarang
terjadi banjir ataupun kekeringan.
Data debit air yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran
yang telah dilakukan dan diolah oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini Balai
Hidrologi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Barat. Data debit air, Hidrograf
dan FDC rata-rata harian Sungai Cisangkuy-Pataruman dari tahun 2001 s.d. 2007
dicantumkan pada Lampiran 3 dan 4.
2.4.3 Pengukuran Head
Pengukuran head hendaknya dilakukan seakurat mungkin karena head
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam desain pembangkit
mikrohidro.
Dalam pengukuran pada studi ini, digunakan metode Water-Filled Tube and
Rods. Metode ini memanfaatkan sifat air yang selalu berada pada posisi mendatar.
Peralatan yang dibutuhkan pada pengukuran ini adalah selang transparan dengan
diameter antara sekitar 5 mm, tongkat atau batang pengukur dan sebuah catatan.
Pengukuran dilakukan oleh dua orang, satu orang untuk berada di sisi atas dan orang
yang lain pergi ke sisi bawah untuk mengukur beda ketinggian antara tanah yang dia
16
pijaki dengan tanah yang berada pada posisi atas. Prosedur untuk melakukan
pengukuran adalah :
1. Pengukuran dimulai dari atas menuju bawah, satu orang memegang satu
ujung selang. Orang pertama turun sambil membawa tongkat pengukur dan
selang yang berisi air bersamaan orang kedua meratakan posisi air di selang
yang dia bawa pada jarak tertentu dengan tanah yang dia injak. Kemudian
orang pertama yang turun tersebut mengamati beda ketinggian antara air di
selang dan tanah yang dia injak dan lalu dicatat oleh orang kedua.
Gambar 2.10 Metode Water-Filled Tube and Rod [12]
2. Kemudian orang pertama tetap berdiri di tempat sedangkan orang kedua
berganti turun menuju area di bawah orang kedua sambil membawa tongkat
pengukur dan selang. Kemudian orang pertama meratakan air di selang yang
dia bawa dengan jarak tertentu dengan tanah yang dia injak bersamaan orang
kedua mencatat beda ketinggian antara air selang dengan tanah yang dia injak.
3. Pengukuran tersebut dilakukan sampai titik terendah
4. Total head yang tersedia adalah hasil penjumlahan dari perbedaan ketinggian
dari tiap-tiap langkah yang telah dilakukan H = H1 + H2 + ... + Hn, seperti
yang diperlihatkan Gambar 2.11
17
Gambar 2.11 Total head yang tersedia
2.5 Analisis Ekonomi Pembangkit Mikrohidro
Analisis ekonomi mikrohidro adalah sebuah perbandingan antara biaya dan
pendapatan dari suatu proyek mikrohidro yang menjadi informasi bagi investor untuk
menjalankan atau menolak rencana proyek tersebut. Analisis ekonomi juga dapat
berperan dalam pemilihan satu di antara dua proyek mikrohidro yang memiliki
prospek paling menguntungkan.
Analisis ekonomi dapat dilakukan dengan atau tanpa pertimbangan inflasi.
Bekerja pada keadaan moneter yang relatif konstan memiliki kemudahan yaitu tidak
perlu memperhitungkan adanya inflasi. Karena analisis cashflow (aliran uang)
dilakukan dengan mengkondisikan semua aliran uang terjadi di masa sekarang, maka
lebih mudah untuk melihat nilai suatu investasi bila tidak terjadi inflasi secara besar-
besaran [1], [7].
2.5.1 Investasi
Dari sudut pandang ekonomi, pembangkit listrik tenaga air berbeda bila
dibandingkan dengan pembangkit listrik kovensional tenaga uap, karena investasi
awalnya lebih besar namun biaya operasinya jauh lebih kecil, karena tidak ada
keperluan untuk membeli bahan bakar [6], [7].
Investasi proyek mikrohidro di Indonesia biasanya dinyatakan dengan Rp/kW,
sehingga jelas bahwa untuk kW yang berbeda, investasi juga tidak akan sama. Di
18
Indonesia, investasi mikrohidro umumnya bernilai Rp 18 – 27 juta/kW [4], [8], [11],
[14]. Rentang nilai ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kapasitas daya
terbangkit, level kesulitan lokasi, dan kualitas peralatan yang akan dibeli.
Komponen-komponen penyusun investasi mikrohidro beserta besar
persentasenya dapat dilihat pada tabel di bawah ini [1].
Tabel 2.2 Komponen Investasi Awal Mikrohidro [1]
Kebutuhan Proporsi dari Total Investasi
Pipa pesat 27%
Eletrikal-Mekanikal 26%
Sarana Sipil (selain pipa pesat) 25%
Jaringan Distribusi Listrik 9%
Perencanaan dan Management 4%
Peralatan Teknis 2%
Kontingensi 7%
Total investasi 100%
2.5.2 Aliran Uang
Sebuah investasi dalam proyek mikrohidro memerlukan banyak biaya, namun
pendapatan yang diperoleh pun tidak sedikit. Aliran uang yang terjadi dalam suatu
periode tertentu dapat didokumentasikan dalam sebuah laporan rugi-laba. Komponen
„pendapatan‟ adalah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan energi listrik
(kWh). Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang didapat dari sumber/kegiatan
lain, seperti insentif dari pihak luar atas kegiatan pembangkitan energi listrik. Biaya
pemerliharaan dibutuhkan untuk dalam proses pemeliharaan instalasi pembangkitan.
Biaya operasi terdiri dari gaji pegawai, asuransi, dan biaya administrasi. Biaya
pinjaman dan bunganya adalah biaya yang harus dibayar sehubungan dengan
pinjaman modal pembangunan pembangkit. Berikut ini contoh format laporan rugi
laba [6]
19
Rugi-Laba Tahun XX
1. Pendapatan :
a. Pendapatan Penjualan kWh A1
b. Pendapatan Lain-Lain A2+
Jumlah Pendapatan A
2. Biaya :
a. Biaya Pemeliharaan B1
b. Biaya Operasi B2
c. Biaya Pinjaman dan bunganya B3+
Jumlah Biaya Operasi B
3. Penyusutan C
4. Laba Kotor = A – (B+C)
5. Pajak D
6. Laba Bersih = A – (B+C+D)
Penyusutan adalah dana yang harus disisihkan untuk membeli instalasi
pembangkitan yang baru, menggantikan instalasi yang umur ekonomisnya telah usai.
Dalam studi ini, biaya penyusutan dianggap tidak ada. Artinya, semua komponen dan
peralatan pembangkit tidak diganti selama masa operasinya belum habis. Laba kotor
adalah semua pendapatan dikurangi dengan semua biaya dan penyusutan dalam kurun
waktu tertentu. Laba bersih adalah laba kotor dikurangi pajak.
2.5.3 Nilai Waktu dari Uang
Nilai waktu dari uang adalah konsep yang menyatakan bahwa nominal uang
sekarang akan bernilai lebih besar dibandingkan nominal yang sama di masa depan.
Hal ini disebabkan uang yang ada sekarang dapat diinvesatasikan untuk
menghasilkan bunga. Analisis nilai waktu dari uang terdiri dari tiga macam
komponen yaitu sejumlah uang, periode, dan sebuah tingkat suku bunga tertentu.
Sebuah proyek investasi terdiri dari pendapatan dan pengeluaran yang terjadi dalam
waktu yang tidak sama. Dalam analisis ekonomi, sejumlah uang yang diterima atau
20
dikeluarkan dalam waktu tertentu memiliki nilai yang berbeda jika diterima atau
dikeluarkan pada waktu yang berbeda.
Istilah „nilai sekarang‟ (present value, PV) dapat diartikan sebagai nilai
sekarang dari sejumlah uang di masa depan, yang dievaluasi dengan suatu tingkat
suku bunga tertentu. Untuk menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang di masa
depan yang didiscount dengan suatu tingkat bunga tertentu r (disebut sebagai
discount rate), pada periode n, dapat digunakan persamaan di bawah ini:
0
1
(1 ) (1 )
nnn n
FVPV FV
r r
(2.4)
Faktor 1
(1 )nrdisebut sebagai discount factor. 0PV dan nFV di atas dapat berlaku
sebagai nilai ongkos ataupun keuntungan.
Dengan konsep nilai sekarang ini, investor dapat menghitung nilai sekarang
dari nilai jual energi pembangkit mikrohidro. Hal ini dilakukan mengingat dalam
konsep ekonomi, proyek yang menguntungkan adalah proyek yang memiliki harga
asset lebih besar di masa depan dibanding dengan investasi yang dikeluarkan
sekarang.
Selain konsep nilai sekarang dari uang dimasa depan, ada juga konsep yang
sering digunakan dalam analisis ekonomi, yaitu konsep nilai sekarang dari aliran kas
tahunan (anuitas, sering dilambangkan dengan „A‟). Anuitas adalah sekelompok
uang/nilai berjumlah sama dalam kurun waktu tertentu. Konsep ini dirumuskan
seperti rumus di bawah ini :
0
1 1
1
n
n
rPV A
r r
(2.5)
21
2.5.4 Metode Evaluasi Ekonomi
Net Present Value (NPV)
Nilai kumulatif dari cashflow yang terjadi dalam periode tertentu yang telah
dikondisikan ke masa sekarang, setelah didiscount dengan discount rate tertentu
disebut dengan net present value (NPV). Dengan menjumlahkan nilai sekarang dari
aliran kas, NPV menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh
sebuah investasi dalam kurun waktu tertentu. Sebuah proyek akan menguntungkan
apabila NPV-nya positif. Rumus untuk menghitung NPV dalam suatu interval
cashflow adalah [7] :
1
( )
(1 )
ni i i i
ii
R I O M VrNPV
r
(2.7)
dimana
iI : investasi dalam periode i ; iR : pendapatan dalam periode i; iO : biaya operasi
dalam periode iI; iM : biaya pemeliharaan dalam periode i; Vr : nilai residu; r :
discount rate; n : jumlah tahun
Proyek dengan NPV negatif akan ditolak, karena hal tersebut berarti semua
present value dari keuntungan dalam proyek ini tidak dapat menutupi PV dari
ongkos/biaya yang dikeluarkan. Untuk proyek-proyek yang memiliki NPV positif,
proyek dengan NPV terbesarlah yang paling baik. Metode ini tidak membedakan
antara proyek dengan investasi besar atau kecil, untung besar atau kecil. Bila NPV-
nya sama, maka keuntungan proyek-proyek tersebut juga sama
Payback Period
Payback Period investasi adalah jumlah tahun yang dibutuhkan agar
modal/investasi yang dikeluarkan dapat tertutupi oleh keuntungan yang dihasilkan
[1], [7]. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
22
biaya investasiPBP
pendapatan tahunan (2.6)
Metode ini tidak dapat digunakan sebagi acuan dalam pemilihan beberapa
proyek tertentu karena metode ini mengabaikan cashflow diluar PbP, mengacuhkan
nilai waktu dari uang, dan tidak meninjau efisiensi suatu investasi dalam masa
operasi suatu proyek. Dalam metode ini, proyek yang memiliki PbP lebih singkat
dinilai lebih baik karena memiliki risiko usaha yang lebih kecil. Metode ini
digunakan bila ukuran cepat balik modal digunakan sebagai parameter pemilihan,
namun tidak digunakan apabila konsep nilai waktu dari uang yang dilihat.
Benefit –Cost Ratio
Metode ini membandingkan PV semua keuntungan dengan PV semua biaya
dan investasi lewat sebuah angka perbandingan (rasio). Hal ini membuat aliran
pendapatan dan pengeluaran dibandingkan. Proyek dengan rasio lebih kecil daripada
1 umumnya diacuhkan. Secara matematis, rasio B/C dirumuskan dengan persamaan :
0
0
0
(1 )/
(1 )
n
n
nn n n
n
R
rrB C
I O M
r
(2.8)
Internal Rate of Return
Adalah discount rate yang menghasilkan NPV = 0. Contohnya, suatu proyek
menghasilkan NPV USD 1500 pada discount rate 15%. Bila discount rate ini
dinaikkan, maka NPV akan turun. NPV akan terus turun sampai mencapai nol, dan
discount rate pada saat itu disebut dengan IRR. IRR adalah salah satu cara tercepat
23
dalam menentukan layak tidaknya proyek untuk dijalankan. Suatu proyek dikatakan
layak jalan apabila discount ratenya lebih kecil atau sama dengan IRR. IRR dihitung
dengan cara melakukan metode trial and error, dengan NPV yang dihasilkan dari
aliran kasnya nol.
2.5.5 Tarif
Suatu analisis ekonomi pembangkit dapat lebih mudah dilakukan apabila
tariff listik per kWh diketahui dan stabil. Di Indonesia, tarif listrik terjual tergantung
pada kebijakan nasional. Namun, tidak jarang negosiasi yang dilakukan investor
dapat menaikkan harga jual tersebut.
Peraturan MESDM RI tahun 2008 tentang Biaya Pokok Penyediaan Tenaga
Listrik PT PLN (Persero) [15] mencantumkan BPP Tegangan Menengah sebesar Rp
853/kWh untuk daerah Jawa Barat dan Banten. Bila pihak PLN ingin menjual kWh-
nya 5% lebih tinggi dari BPP, maka harga pokok penjualan (HPP) adalah sebesar Rp
895.65/kWh. Sesuai dengan PSK Tersebar 2002, maka harga jual listrik dari PSK
Tersebar adalah 0.8 x HPP TM [13], dalam hal ini sekitar Rp715/kWh. Harga inilah
yang dijadikan patokan tarif yang digunakan dalam studi ini.