BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi 2.1.1...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi 2.1.1...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Sistem Informasi
Konsep sistem informasi mencakup sistem informasi, piramida sistem
informasi, jenis sistem informasi, serta perbedaan MIS, DSS, dan EIS.
2.1.1 Pengertian Data dan Informasi
Data mengandung fakta atau deskripsi yang secara relatif kurang berarti
bagi penerimanya, sedangkan informasi adalah data yang telah diproses sehingga
berarti bagi penerimanya (McLeod et al, 2001, p12).
Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai data yang telah
diproses ke dalam bentuk yang berarti bagi penerimanya dan memiliki nilai yang
real maupun yang dipersepsikan dalam mengambil tindakan dan keputusan pada
saat kini maupun yang akan datang. Definisi tersebut memperlihatkan nilai dari
informasi dalam pengambilan keputusan yang spesifik dan nilai informasi dalam
memotivasi, pembuatan model dan pembentukan latar belakang yang
mempengaruhi tindakan dan keputusan pada masa yang akan datang. Informasi
biasanya berupa laporan yang dapat berbentuk hasil cetakan, tampilan di layar
komputer, maupun file komputer. (McLeod et al, 2001, p12).
Menurut pendapat kami, data adalah kumpulan fakta yang diperoleh dari
pengamatan (observasi), eksperimen, atau pengukuran, yang dapat diproses ke
dalam bentuk yang bermanfaat berupa informasi.
8
2.1.2 Pengertian Sistem
Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan (McLeod et al, 2001, p9).
Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang
saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu, untuk mencapai tujuan
yang sama (Hall, 2001, p5).
Menurut pendapat kami, sistem adalah sekumpulan entitas, nyata maupun
abstrak, yang menyusun suatu keseluruhan dimana setiap komponen berinteraksi
atau berkaitan dengan setidaknya satu komponen lainnya dan semua entitas
tersebut memiliki tujuan (sasaran) yang sama.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi dapat berupa penggabungan terorganisasi dari manusia,
hardware, software, jaringan komputer, dan sumber data yang mengumpulkan,
mentransformasikan, dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi
(O’Brien, 2003, p7).
Sistem informasi adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk menyimpan,
memproses, dan menyebarkan informasi (Mallach,1997, p75).
Sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling
berhubungan yang bekerjasama mengumpulkan (mengambil), memproses,
menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan, koordinasi, dan pengawasan dalam suatu organisasi (Laudon, 2002,
p7).
9
Sistem informasi adalah susunan dari orang, data, proses, penyajian
informasi, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mendukung dan
mengembangkan pengoperasian sehingga dapat membantu dalam penyelesaian
masalah dan pembuatan keputusan yang dibutuhkan oleh manajemen dan user
(Whitten et al, 2001, p8).
Menurut pendapat kami, sistem informasi adalah sistem yang menerima
sumber daya data sebagai input dan mengolahnya menjadi output berupa
informasi; sebuah sistem yang menggunakan sumber daya hardware, software
dan manusia untuk melaksanakan aktivitas input, proses, output, penyimpanan
dan kontrol yang mengubah data menjadi informasi; sebuah sistem yang khusus
dirancang untuk menyatukan data, komputer, prosedur, dan orang untuk
mengatur informasi yang berguna bagi pencapaian sasaran organisasi.
2.1.4 Piramida Sistem Informasi
Karena kebutuhan informasi untuk masing-masing tingkatan manajerial
adalah berbeda, maka informasi yang disajikan juga berbeda. Tidak ada satu
sistem yang dapat menyediakan seluruh kebutuhan informasi organisasi. Oleh
karena itu, sistem informasi (SI) terbagi menjadi beberapa tingkatan sebagai
berikut:
1. SI tingkat operasional (operational-level system): sistem yang mendukung
manajer operasional dengan memonitor aktivitas dan kegiatan organisasi
pada tingkat dasar, seperti penjualan, penerimaan, penyimpanan kas,
penggajian, keputusan kredit, dan aliran bahan mentah dalam suatu pabrik.
10
2. SI tingkat manajemen (management-level system): sistem yang mendukung
pengawasan (monitoring), pengontrolan (controlling), pengambilan
keputusan (decision-making), dan aktivitas administratif dari manager
menengah. Management-level system biasanya menyediakan laporan
periodik daripada informasi langsung tentang kegiatan operasional.
3. SI tingkat strategis (strategic-level system): sistem yang mendukung manajer
tingkat atas untuk menghadapi masalah-masalah yang bersifat strategis dan
jangka panjang, baik di dalam perusahaan maupun lingkungan eksternal.
Prinsipnya adalah menyesuaikan perubahan pada lingkungan eksternal
dengan kemampuan yang dimiliki organisasi.
Untuk memperjelas hubungan antar tingkatan SI dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Jenis-jenis Sistem Informasi
(Sumber: Laudon, K.C dan Laudon, J.P., 2006, p39)
11
2.1.5 Jenis Sistem Informasi
Untuk memenuhi kebutuhan pada ketiga tingkatan SI tersebut, maka
diperlukan 4 jenis SI antara lain:
1. Transaction Processing Systems (TPS)
TPS adalah sistem bisnis dasar yang mendukung tingkat operasional
dalam organisasi. TPS merupakan sistem terkomputerisasi yang menjalankan
dan mencatat transaksi rutin sehari-hari yang diperlukan untuk menjalankan
bisnis. Pada tingkat operasional, tugas, sumber daya, dan sasaran telah
ditentukan dan sangat terstruktur.
2. Management Information Systems (MIS)
MIS mendukung tingkat manajemen dalam organisasi, menyediakan
laporan bagi manajer dan seringkali akses langsung terhadap kinerja
organisasi saat ini dan catatan historis. MIS terutama mendukung fungsi-
fungsi perencanaan, pengontrolan, dan pengambilan keputusan pada tingkat
manajemen. Umumnya, MIS bergantung pada TPS sebagai sumber datanya.
3. Decision Support Systems (DSS)
DSS juga mendukung tingkat manajemen dalam organisasi. DSS
membantu manajer membuat keputusan yang unik, selalu berubah-ubah, dan
tidak mudah ditentukan terlebih dulu. DSS menangani masalah yang
prosedur penyelesaiannya mungkin belum ditentukan sebelumnya. Meskipun
DSS menggunakan informasi internal dari TPS dan MIS, mereka seringkali
menggunakan informasi dari sumber eksternal, seperti harga saham atau
harga produk pesaing.
12
4. Executive Support Systems (ESS)
ESS mendukung tingkat strategis dalam organisasi dengan
mendukung manajer tingkat atas dalam mengambil keputusan. ESS
menangani keputusan non-rutin yang memerlukan penilaian, evaluasi, dan
pandangan karena tidak ada prosedur yang telah disepakati/ditentukan untuk
mencapai solusi. ESS dirancang untuk menyaring, memadatkan, dan melacak
data penting, menampilkan data yang paling penting bagi manajer tingkat
atas, baik data tentang peristiwa eksternal, seperti aturan perpajakan atau
pesaing baru, maupun informasi ringkas dari MIS dan DSS internal.
Gambar 2.2 memperlihatkan jenis spesifik dari sistem informasi yang
berhubungan dengan masing-masing tingkat organisasi.
13
Gambar 2.2 Empat Jenis Utama Sistem Informasi
(Sumber: Laudon, K.C dan Laudon, J.P., 2006, p40)
2.1.6 Perbedaan MIS, DSS, dan EIS
Dari perbedaan antara MIS, DSS, dan EIS yang disajikan pada tabel 2.1
dapat dilihat secara garis besar perbedaan dari masing-masing dimensinya.
Tabel 2.1 Perbedaan MIS, DSS, dan EIS
(Sumber: Hugh J. Watson, George Houdeshel, Rex Kelly Rainer, JR., 1997, p12)
Dimensi EIS CONVENTIONAL MIS
DSS
Fungsi
(penggunaan)
utama
Mengarahkan kegiatan Kontrol Merencanakan,
mengatur, menyusun
staff (staffing), dan
mengontrol
Aplikasi Pemantauan
lingkungan, evaluasi
kinerja, identifikasi
masalah dan peluang
Pengontrolan
produksi, peramalan
penjualan, analisis
keuangan, manajemen
sumber daya manusia
Berbagai area
dimana keputusan
manajerial dibuat
Basis data
(database)
Perusahaan, khusus Perusahaan Khusus
Kemampuan
pendukung
keputusan
Dukungan tidak
langsung, terutama
keputusan dan
kebijakan tingkat
tinggi dan tidak
terstruktur
Dukungan langsung
atau tidak langsung;
terutama masalah
rutin, terstruktur;
menggunakan riset
operasi standar dan
model lainnya
Mendukung
pengambilan
keputusan semi-
terstruktur dan tidak
terstruktur, terutama
yang bersifat ad hoc,
namun keputusan
berulang
14
Dimensi EIS CONVENTIONAL MIS
DSS
Adaptabilitas
terhadap
pengguna
individual
Dirancang untuk
eksekutif secara
perorangan
Biasanya tidak ada,
memiliki standarisasi
Memungkinkan
penilaian individual,
kemampuan what-if,
beberapa pilihan
gaya dialog
Grafik Suatu keharusan Dapat digunakan,
sesuai kebutuhan
Pilihan gaya dialog
terintegrasi dalam
berbagai DSS
Keramahan
terhadap
pengguna
Suatu keharusan Dapat digunakan,
sesuai kebutuhan
Suatu keharusan jika
tidak ada perantara
yang digunakan
Penanganan
informasi
Menyaring dan
memadatkan
informasi, melacak
data dan informasi
yang penting
Informasi disediakan
bagi berbagai
kelompok pengguna
yang kemudian
memanipulasinya atau
meringkasnya sesuai
kebutuhan
Informasi yang
disediakan oleh EIS
dan/atau MIS
digunakan sebagai
input bagi DSS
Dukungan
terhadap
informasi rinci
Akses langsung ke
detil pendukung dari
berbagai ringkasan
Laporan yang tidak
fleksibel, tidak dapat
memperoleh detil
pendukung dengan
cepat
Dapat diprogram ke
dalam DSS
Basis model Dapat ditambahkan.
Seringkali tidak
disertakan atau
biasanya terbatas.
Model standar
tersedia, namun tidak
diatur
Inti dari DSS
15
Dimensi EIS CONVENTIONAL MIS
DSS
Konstruksi Oleh vendors,
spesialis SI atau staf
EIS
Oleh spesialis SI Oleh pengguna, baik
sendiri maupun
bekerjasama dengan
spesialis dari
departemen SI atau
kelompok DSS
Hardware Mainframe, micro,
atau sistem
terdistribusi
Mainframe, micro,
atau sistem
terdistribusi
Mainframe, micro,
atau sistem
terdistribusi
Sifat dasar dari
paket
komputasi
Interaktif, kemudahan
akses ke banyak
database, akses online,
kemampuan DBMS
yang canggih,
hubungan yang
kompleks
Berorientasi aplikasi,
laporan kinerja,
kemampuan pelaporan
yang kuat, keuangan
statistik standar,
model ilmiah dari
akuntansi dan
manajemen
Kemampuan
komputasi yang
besar, bahasa
pemodelan dan
simulasi dan
penghasil DSS (DSS
generators)
2.2 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Konsep SPK atau DSS diciptakan pertama kali yang memungkinkan
seseorang dapat berinteraksi langsung tanpa harus spesialis informasi.
SPK diciptakan untuk dapat menyediakan kebutuhan informasi yang
spesifik untuk memecahkan masalah yang spesifik. SPK menyediakan informasi
pemecahan masalah maupun komunikasi dalam memecahkan masalah semi
terstruktur dan tidak terstruktur.
16
2.2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Definisi awal SPK (Decision Support Systems) menunjukkan SPK
sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil
keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. SPK
dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk
memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian
mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian
atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh
algoritma.
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p136)
2.2.1.1 Definisi SPK
SPK merupakan suatu pendekatan (atau metodologi) untuk mendukung
pengambilan keputusan. SPK menggunakan computer-based information
systems (CBIS) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang
dikembangkan untuk mendukung solusi bagi masalah manajemen spesifik yang
semi terstruktur. SPK menggunakan data, memberikan user interface yang
mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Sebagai
tambahan, SPK biasanya menggunakan berbagai model dan dibangun (seringkali
oleh pengguna akhir) melalui suatu proses interaktif dan iterative. Ia mendukung
semua fase pengambilan keputusan dan dapat memasukkan suatu komponen
pengetahuan.
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p138)
17
2.2.1.2 Jenis-Jenis Keputusan
Keen dan Scott Morton (Mallach, 1997, p32) membagi keputusan
berdasarkan keharusan keputusan dibuat dan cakupan keputusan tersebut, yaitu:
1. Keputusan terstruktur: sebuah keputusan terstruktur dapat merupakan
keputusan yang dihasilkan oleh program komputer, keputusan terstruktur
diambil untuk memecahkan masalah yang pernah terjadi sebelumnya.
2. Keputusan tidak terstruktur: keputusan yang diambil untuk memecahkan
masalah baru atau sangat jarang terjadi, sehingga perlu dipelajari secara hati-
hati. Komputer tetap dapat membantu pembuat keputusan, tetapi hanya dapat
memberikan sedikit dukungan.
3. Keputusan semi terstruktur: merupakan keputusan diantara keputusan
terstruktur dan tidak terstruktur.
2.2.1.3 Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan
Menurut Simon (1977) proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga
fase utama: inteligensi, desain, dan kriteria, serta fase keempat yaitu
implementasi.
1. Inteligensi
Inteligensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning
(pemindaian) lingkungan untuk identifikasi situasi atau peluang-peluang
masalah, Pada fase inteligensi, realitas diuji, dan masalah diidentifikasi dan
ditentukan. Kepemilikan masalah juga ditetapkan di sini.
18
2. Desain
Pada fase desain akan dikonstruksi sebuah model yang
merepresentasikan sistem. Hal ini dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi
yang menyederhanakan realitas dan menuliskan hubungan di antara semua
variabel. Model ini kemudian divalidasi, dan ditentukanlah kriteria dengan
menggunakan prinsip memilih untuk mengevaluasi alternatif tindakan yang
telah diidentifikasi. Proses pengembangan model sering mengidentifikasi
solusi-solusi alternatif, dan demikian sebaliknya.
3. Pilihan
Fase pilihan meliputi pilihan terhadap solusi yang diusulkan tampak
masuk akal, kita siap untuk fase terakhir: fase implementasi keputusan.
4. Implementasi
Hasil implementasi yang berhasil adalah terpecahkannya masalah riil.
Kegagalan implementasi membuat kita harus kembali ke fase sebelumnya.
19
Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p64-65)
2.2.1.4 Tujuan SPK
Tujuan-tujuan SPK berhubungan dengan tiga prinsip dasar dari konsep
SPK, yaitu:
1. Struktur masalah: membantu manajer membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah semi terstruktur.
2. Dukungan keputusan: DSS mendukung pengambilan keputusan manajer, dan
bukan menggantikannya.
20
3. Efektivitas keputusan: meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan
daripada efisiensinya.
2.2.1.5 Karakteristik dan Kapabilitas SPK
Karakteristik dan kapabilitas dari SPK adalah (ditunjukkan pada Gambar
2.4):
Gambar 2.4 Karakteristik dan Kapabilitas SPK
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p141-143)
1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur
dan tidak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi
21
terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan oleh
sistem komputer lain atau oleh metode atau alat kuantitatif standar.
2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai
manajer lini.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur
sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat
organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain. SPK
mendukung tim virtual melalui alat-alat Web kolaboratif.
4. Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan
dapat dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam interval yang
sama).
5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain,
pilihan, dan implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7. Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambil keputusan seharusnya reaktif, dapat
menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan dapat mengadaptasikan
SPK untuk memenuhi perubahan tersebut. SPK bersifat fleksibel dan karena
itu pengguna dapat menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah,
atau menyusun kembali elemen-elemen dasar. SPK juga fleksibel dalam hal
dapat dimodifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis.
8. Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang
sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin interaktif dengan satu bahasa
22
alami dapat sangat meningkatkan keefektifan SPK. Kebanyakan aplikasi
SPK yang baru menggunakan antarmuka berbasis-Web.
9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi,
timeliness, kualitas) daripada pada efisiensinya (biaya pengambilan
keputusan).
10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses
pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. SPK tidak
menggantikan pengambil keputusan.
11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem
sederhana.
12. Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan
keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan
berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari
sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
14. Dapat dilakukan sebagai alat stand alone yang digunakan oleh seorang
pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di seluruh
organisasi dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan. Dapat
diintegrasikan dengan SPK lain dan atau aplikasi lain, dan dapat
didistribusikan secara internal dan eksternal dengan menggunakan
networking dan teknologi Web.
23
Karakteristik dan kapabilitas kunci dari SPK tersebut memungkinkan
para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih
konsisten pada satu cara yang dibatasi waktu.
2.2.1.6 Komponen SPK
Sistem lainnya yang berbasis komputer
Manajemen Data
Internet, Intranet, Ekstranet
Manajemen Model Model Eksternal
Antarmuka Pengguna
Manajer (pengguna)
Subsistem berbasis
Pengetahuan
Basis Pengetahuan
Organisasional
Gambar 2.5 Komponen SPK
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p144)
Menurut Turban (2005, p145) Aplikasi DSS dapat terdiri dari subsistem
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Berdasarkan definisi, DSS harus
mencakup tiga komponen utama dari DBMS, MBMS dan antarmuka pengguna.
24
Subsistem manajemen berbasis pengetahuan adalah opsional, namun dapat
memberikan banyak manfaat karena memberikan intelegensi bagi tiga
komponen utama tersebut. Seperti pada semua system informasi manajemen,
pengguna dapat dianggap sebagai komponen DSS.
Komponen-komponen tersebut membentuk sistem aplikasi DSS yang
dapat dikoneksikan ke intranet perusahaan, ke ekstranet, atau ke internet.
Umumnya komponen berkomunikasi via teknologi internet.
1. Subsistem Manajemen Data: subsistem manajemen data memasukkan satu
database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh
perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS –
Database Management Systems). Subsistem manajemen data dapat
diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan, suatu repositori untuk
data perusahaan yang relevan untuk pengambilan keputusan. Biasanya data
disimpan atau diakses via server Web database.
2. Subsistem Manajemen Model: merupakan paket perangkat lunak yang
memasukkan model keuangan, statistic, ilmu manajemen, atau model
kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen
perangkat lunak yang tepat. Bahasa-bahasa permodelan untuk membangun
model-model custom juga dimasukkan. Perangkat lunak ini sering disebut
sistem manajemen basis model (MBMS – Model Base Management
Systems). Komponen ini dapat dikoneksikan ke penyimpanan korporat atau
eksternal yang ada pada model. Sistem manajemen dan metode solusi model
25
diimplementasikan pada sistem pengembangan Web untuk berjalan pada
server aplikasi.
3. Subsistem Antarmuka Pengguna: pengguna komunikasi dengan dan
memerintahkan DSS melalui subsistem ini. Pengguna adalah bagian yang
dipertimbangkan dari sistem. Para peneliti menegaskan bahwa beberapa
konstruksi unik dari DSS berasal dari interaksi yang intensif antara komputer
dan pembuat keputusan. Browser Web memberikan struktur antarmuka
pengguna grafis yang familiar dan konsisten bagi kebanyakan DSS.
4. Subsistem Manajemen Berbasis-Pengetahuan: subsistem ini dapat
mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai suatu komponen
independen. Ia memberikan inteligensi untuk memperbesar pengetahuan si
pengambil keputusan. Subsistem ini dapat diinterkoneksikan dengan
repositori pengetahuan perusahaan (bagian dari sistem manajemen
pengetahuan), yang kadang-kadang disebut basis pengetahuan
organisasional. Pengetahuan dapat disediakan via server Web.
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p143-144)
2.2.1.7 Tahapan Pengembangan SPK
Pengembangan merupakan tahap yang penting dalam rangka
mewujudkan sistem. Dalam pengembangan sistem diperlukan suatu metodologi
untuk menyediakan struktur bagi pengembangan sistem tersebut, yang disebut
System Development Life Cycle (SDLC). Menurut Dennis & Wixon (Dikutip
26
dari Turban & Aronson, 2001, p229-231), SDLC tradisional terdiri dari 4 tahap
utama yaitu:
1. Perencanaan (Planning): fase perencanaan memulai dengan sebuah
kebutuhan bisnis yang belum terpenuhi. Meliputi peluang-peluang yang
mungkin yang diidentifikasi dengan membaca lingkungan. Apakah ada suatu
masalah yang perlu dipecahkan? Inisiasi proyek melibatkan sebuah sistem
yang telah diputuskan. Jika kelihatan bermanfaat, maka dilakukan studi
kelayakan. Studi kelayakan mempertimbangkan apakah gagasan tersebut
masuk akal. Pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kelayakan teknis,
kelayakan biaya, dan kelayakan organisasional dijawab disini. Jika proyek
disetujui, maka ditugaskanlah seorang manajer proyek dan ia menyusun
sebuah rencana kerja, mengorganisasi proyek, dan mengadopsi metode-
metode untuk mengelolanya.
2. Analisis (Analysis): fase analisis seperti wawancara wartawan. Fase ini
menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti siapa para
pengguna sistem, apa yang akan dicapai oleh sistem, dan dimana serta kapan
sistem akan dijalankan. Fase ini memulai dengan pengembangan sebuah
strategi analisis atau suatu rencana untuk memandu proyek. Jika sebelumnya
sudah ada sistem yang berjalan, maka sistem tersebut dianalisis bersama
dengan berbagai cara untuk mengarah kepada sistem baru. Hal ini mengacu
kepada pengumpulan informasi lebih lanjut, pengembangan sebuah model
proses dan sebuah model data.
27
3. Perancangan (Design): fase perancangan menandai bagaimana sistem akan
bekerja, mempertimbangkan semua detail perangkat keras, perangkat lunak,
infrastruktur jaringan, antarmuka pengguna, dan lain-lain. Pada fase ini,
antarmuka pengguna, form, display, program dan laporan, database, dan file
ditetapkan. Pada strategi design, ditetapkanlah jumlah sistem untuk dibeli
atau dikontrak (versus membangun in-house). Hal ini mengacu pada
rancangan arsitektur, yang mengacu kepada rancangan database dan file,
yang pada gilirannya mengacu kepada rancangan program. Secara bersama-
sama, hal-hal tersebut merupakan spesifikasi sistem.
4. Implementasi (Implementation): fase implementasi membawa semua hal
bersama-sama. Inilah tempat dimana sistem dibangun atau dibeli. Konstruksi
melibatkan tidak hanya membangun sistem, tetapi juga mengujinya untuk
memverifikasi bahwa sistem tersebut bekerja. Perencanaan yang lebih baik
dapat mendorong ke arah sistem dengan lebih sedikit bug. Instalasi
merupakan langkah terakhir dan melibatkan apakah sistem benar-benar
berjalan.
28
Gambar 2.6 Tahap Pengembangan SPK
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p402)
2.2.1.8 Klasifikasi SPK
Holsaple dan Whinston (1996) mengklasifikasikan DSS menjadi enam
kerangka kerja yaitu text-oriented DSS, database-oriented DSS, spreadsheet-
oriented DSS, solver-oriented DSS, rule-oriented DSS, dan compound DSS.
a) Text-oriented DSS
Informasi (meliputi data dan pengetahuan) sering disimpan dalam
format teks dan harus diakses oleh pengambil keputusan. Dengan demikian,
adalah penting untuk menyajikan dan memproses dokumen dan fragmen teks
secara efektif dan efisien. SPK berorientasi teks mendukung pengambil
keputusan dengan secara elektronik melacak informasi yang disajikan secara
teks yang dapat mempengaruhi keputusan. SPK tersebut memungkinkan
dokumen-dokumen dibuat secara elektronik, direvisi, dan dilihat ketika
diperlukan.
29
b) Database-oriented DSS
Pada SPK ini, database organisasi punya peran penting dalam
struktur DSS. Generasi awal dari SPK berorientasi database terutama
menggunakan konfigurasi database relasional. Informasi yang ditangani oleh
database relasional cenderung sangat berisi, deskriptif, dan sangat terstruktur.
SPK berorientasi database bercirikan pembuatan laporan yang baik dan
kapabilitas query.
c) Spreadsheet-oriented DSS
SPK berorientasi spreadsheet merupakan sistem pemodelan yang
memungkinkan pengguna mengembangkan model-model untuk
mengeksekusi analisis SPK. Model ini tidak hanya membuat, melihat, dan
memodifikasi pengetahuan procedural, tetapi juga menginstruksikan sistem
untuk mengeksekusi instruksi self-contained mereka (macro). Spreadsheet
digunakan secara luas pada SPK yang dikembangkan oleh pengguna akhir.
End-user tool yang paling populer untuk mengembangkan SPK adalah
Microsoft Excel.
d) Solver-oriented DSS
Solver adalah suatu algoritma atau prosedur yang ditulis sebagai satu
program komputer untuk melakukan komputasi tertentu untuk memecahkan
suatu tipe masalah tertentu. Contoh-contoh solver dapat berupa prosedur
economic order quantity untuk menghitung kuantitas pesanan optimal atau
linear regression routine untuk menghitung suatu tren. Solver dapat
diprogram secara komersial dalam perangkat lunak pengembangan. Sebagai
30
contoh, Excel memasukkan beberapa solver powerful – function dan
procedure – yang memecahkan sejumlah masalah bisnis. Pembangun SPK
dapat menggabungkan beberapa solver ketika membuat aplikasi SPK.
e) Rule-oriented DSS
Komponen pengetahuan dari SPK mencakup aturan prosedural
maupun inferensial (reasoning), seperti dalam format expert system (sistem
pakar). Aturan ini bisa jadi kualitatif atau kuantitatif, dan komponen seperti
itu dapat menggantikan atau diintegrasikan dengan model kualitatif.
f) Compound DSS
SPK gabungan adalah suatu hybrid system yang meliputi dua atau
lebih dari lima struktur dasar yang telah dijelaskan sebelumnya.
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p166)
2.2.2 Konsep Model SPK
Karakteristik utama dari SPK termasuk kemampuan permodelannya. Ide
dasar untuk menjalankan analisis SPK adalah dengan menggunakan model.
Model dapat merepresentasikan sistem atau masalah dengan berbagai tingkatan
abstraksi. Model diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat
abstraksi, antara lain:
1) Model Iconic (Scale)
Model iconic – tipe model dengan abstraksi yang paling rendah –
merupakan replika fisik dari sebuah sistem, biasanya pada skala yang
berbeda dari aslinya. Model iconic bisa berupa tiga dimensi, misalnya
31
pesawat terbang, mobil, jembatan, atau lini produksi. Fotografi adalah model
skala iconic dua dimensi.
2) Model Analog
Model analog bertindak seperti sistem riil, tetapi tidak mirip. Model
ini lebih abstrak dibanding model iconic dan merupakan representasi
simbolis dari realitas. Model dengan tipe ini biasanya bagan atau diagram
dua dimensi. Model ini dapat berupa model fisik, namun bentuk model
berbeda dari sistem aktual. Beberapa contoh meliputi:
• Bagan organisasi yang menggambarkan struktur, otoritas, dan
tanggung jawab.
• Peta dengan warna-warna berbeda merepresentasikan objek-objek,
seperti mata air atau gunung.
• Bagan pasar saham yang merepresentasikan pergerakan harga
saham.
• Cetak biru sebuah mesin atau rumah.
• Animasi, video, dan film.
3) Model Matematika (Kuantitatif)
Kompleksitas hubungan di banyak sistem organisasi tidak dapat
direpresentasikan dengan icon atau secara analogi karena representasi
tersebut akan segera membingungkan, dan akan makan banyak waktu jika
menggunakan kedua hal tersebut. Dengan demikian, model yang lebih
abstrak dijelaskan secara matematika. Sebagian besar analisis SPK dilakukan
secara numerik dengan model matematika atau model kuantitatif lainnya.
32
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p63)
2.2.2.1 Model
Karakteristik utama dari SPK adalah kemampuannya dalam
menggunakan model. Turban (1995, p42) menuliskan bahwa model adalah
penyederhanaan atau abstraksi dari realita (kenyataan). Model selalu sederhana
karena realita terlalu kompleks untuk ditiru dengan tepat dan karena banyak
kompleksitas yang sebenarnya tidak relevan dengan masalah yang spesifik.
2.2.2.2 Jenis Model
Tabel di bawah mengelompokkan model-model DSS menjadi tujuh
kelompok dan mendaftarkan beberapa teknik representif untuk setiap kategori.
Masing-masing teknik dapat diterapkan pada model statis atau dinamis yang
dapat dikonstruksi di bawah lingkungan yang pasti, tidak pasti atau risiko.
Tabel 2.2 Kategori-Kategori Model
(Sumber: Efraim Turban, Jay E. Aronson, & Ting-Peng Liang, 2005, p196)
Kategori Proses dan Tujuan Teknik-Teknik Representatif
Optimalisasi
masalah dengan
sedikit alternatif.
Menemukan solusi terbaik dari
sejumlah kecil alternatif.
Tabel keputusan, pohon
keputusan.
Optimalisasi via
algoritma.
Menemukan solusi terbaik dari
sejumlah besar alternatif dengan
menggunakan proses pendekatan
langkah demi langkah.
Model pemograman matematika
linier dan lainnya, model
jaringan.
Optimalisasi via Menemukan solusi terbaik dalam Beberapa model inventori.
33
Kategori Proses dan Tujuan Teknik-Teknik Representatif
rumusan analitik. satu langkah dengan
menggunakan satu rumus.
Simulasi. Menemukan satu solusi yang
cukup baik atau yang terbaik di
antara berbagai alternatif yang
dipilih dengan menggunakan
eksperimen.
Beberapa tipe simulasi.
Heuristik. Menemukan satu solusi yang
cukup baik dengan menggunakan
aturan-aturan.
Pemograman heuristik, sistem
pakar.
Model-model
prediktif.
Memprediksi masa depan untuk
skenario yang ditentukan.
Model forecasting, analisis
Markov.
Model-model
lainnya.
Memecahkan kasus bagaimana-
jika (what-if) dengan
menggunakan sebuah rumus.
Pemodelan keuangan, waiting
lines.
2.2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Model
Keuntungan (manfaat) yang diperoleh dari penggunaan model dalam
sistem pendukung keputusan menurut Turban, Aronson & Ting-Peng Liang
(2005, p63) antara lain:
• Manipulasi model (mengubah variabel keputusan atau lingkungan) jauh lebih
mudah ketimbang memanipulasi sistem riil. Eksperimentasi lebih mudah dan
tidak berinterferensi dengan operasional harian dan organisasi.
• Model memungkinkan kompresi waktu. Tahun-tahun operasi dapat
disimulasi dalam hitungan menit atau detik (dari waktu komputer).
34
• Biaya analisis pemodelan jauh lebih rendah ketimbang biaya eksperimen
serupa yang dilakukan pada sebuah sistem riil.
• Biaya pembuatan kesalahan selama eksperimen coba-salah jauh lebih rendah
ketika menggunakan model-model, dibanding menggunakan sistem riil.
• Lingkungan bisnis mencakup ketidakpastian yang dapat dipertimbangkan.
Dengan pemodelan, manajer dapat mengestimasi risiko dari tindakan-
tindakan tertentu.
• Model matematika memungkinkan analisis terhadap sejumlah solusi yang
mungkin yang sangat besar, dan kadang-kadang tak terbatas. Bahkan pada
masalah sederhana, manajer sering memiliki sejumlah alternatif untuk
dipilih.
• Model memperkuat pembelajaran dan pelatihan.
• Metode model dan solusi tersedia di Web.
• Ada banyak applet Java (dan program Web lainnya) yang telah memecahkan
model-model.
Keuntungan pembuatan model diimbangi dengan 2 kerugian utama
model, yaitu:
• Kesulitan pembuatan model sistem bisnis akan menghasilkan model yang
tidak menangkap semua pengaruh pada entitas. Pertimbangan yang
menyeluruh diperlukan dalam menerapkan keputusan yang didasarkan hasil
simulasi.
35
• Keahlian matematika tingkat tinggi diperlukan untuk mengembangkan
sendiri model-model yang lebih kompleks. Keahlian itu juga diperlukan
dalam menafsirkan output secara tepat.
2.2.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk
Pengambilan keputusan kriteria majemuk dilakukan dengan
menggunakan model Analytic Hierarchy Process (AHP).
2.2.3.1 Definisi Analytic Hierarchy Process (AHP)
Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah suatu model yang luwes yang
memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun
gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi
mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya
(Saaty, 1991, p23).
Menurut Marshall (1995, p278), AHP adalah suatu metode yang
dikembangkan untuk menghasilkan tingkatan alternatif keputusan dengan
struktur matematis. Ide utamanya adalah untuk menemukan trade-off atribut
melalui perbandingan atribut berpasangan. Menemukan nilai setiap alternatif
keputusan berpasangan dalam atribut tersebut.
2.2.3.2 Keuntungan AHP
Saaty (1991, p25) menyebutkan berbagai keuntungan AHP yaitu:
1. Kesatuan
36
AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes
untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.
2. Kompleksitas
AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. Saling ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
4. Penyusunan hirarki
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah
elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan
struktur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. Pengukuran
AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu
metode untuk menetapkan prioritas.
6. Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
7. Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
8. Tawar-menawar
37
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan
tujuan-tujuan mereka.
9. Penilaian dan konsensus
AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
10. Pengulangan proses
AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
2.2.3.3 Prinsip Dasar AHP
Ada empat prinsip dasar AHP (Mulyono, 2004, p335-337):
a. Decomposition, yaitu memecahkan masalah yang utuh menjadi unsur-
unsurnya. Jika ingin mendapat hasil akurat, pemecahan juga dilakukan
terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih
lanjut sehingga didapat beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Proses analisi
ini dinamakan hirarki.
Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap dan tidak lengkap. Dalam hirarki
lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada
pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak
lengkap.
38
b. Comparative Judgement, prinsip ini berarti membuat penilaian tentang
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya
dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia
akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Dalam penyusunan
skala kepentingan ini digunakan tabel berikut:
Tabel 2.3 Skala Perbandingan Berpasangan (Aksioma AHP)
Tingkat
Kepentingan
Definisi
1 Sama pentingnya dibanding yang lain.
3 Moderat atau sedikit lebih penting dibanding yang lain.
5 Kuat pentingnya dibanding yang lain.
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain.
9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain.
2, 4, 6, 8 Nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan.
c. Synthesis of Priority, dari setiap matriks pairwise comparison kemudian
dicari eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks
pairwise comparison terdapat pada semua tingkat, maka untuk mendapatkan
global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority. Prosedur
melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-
elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan
priority setting.
d. Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah
bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan
39
keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan
antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.2.3.4 Kelebihan AHP
Menurut Kadarsah (2002, p131), kelebihan AHP dibanding dengan
model yang lainnya adalah:
a. Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria-subkriteria yang paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
2.2.3.5 Struktur AHP
Membuat struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan sub-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada
tingkat kriteria yang paling bawah (Kadarsah, 2002, p131).
40
Gambar 2.7 Struktur Hirarki AHP
2.2.3.6 Langkah-langkah Menentukan Prioritas
Langkah ini diawali dengan melihat hirarki yang telah dibuat lalu
membentuk matriks pairwise comparison. Nilai pada matriks ini didapat dari
memberi pertanyaan berapa kali lipat suatu kriteria dibandingkan terhadap
kriteria lainnya.
Contoh:
Kriteria L W T
L 1 0.5 0.25
W 2 1 0.5
T 4 2 1
Langkah kedua yaitu matriks pairwise comparison dinormalisasi dengan
cara membagi unsur pada setiap kolom dengan hasil nilai jumlah kolom.
Contoh:
41
Kriteria L W T
L 1/7 = 0.14 0.5/3.5 = 0.14 0.25/1.75 = 0.14
W 2/7 = 0.29 1/3.5 = 0.29 0.5/1.75 = 0.29
T 4/7 = 0.57 2/3.5 = 0.57 1/1.75 = 0.57
Langkah selanjutnya yaitu langkah ketiga adalah menjumlahkan setiap
baris matriks yang telah dinormalisasi dan dibagi dengan n (banyaknya unsur),
dalam kasus ini adalah 3. Hasilnya merupakan prioritas atau bobot yang dicari.
Contoh: 0.14 + 0.14 + 0.14 = 0.14, dan seterusnya 3
Langkah keempat yaitu mencari Eigen Value (Z) dengan cara
menjumlahkan baris nilai kriteria pada matriks pairwise comparison dengan nilai
bobot ketiga kriteria, kemudian dibagi dengan bobot kriteria yang bersangkutan.
Setelah mendapatkan nilai Z, dicari Z maksimal yaitu dengan
menjumlahkan Z dan membagi dengan jumlah kriteria yang ada.
Langkah terakhir yaitu mencari nilai Consistency Index (CI) dan
Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
CI = (Zmaks - n) / (n - 1)
CR = CI Random Consistency Index Nilai dari CR seharusnya kurang dari 10% (0.1).
Tabel 2.4 Random Consistency Index
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RCI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
42
2.3 Alat Bantu Analisis dan Perancangan Sistem
Alat bantu yang digunakan dalam analisis dan perancangan SPK ini
antara lain adalah Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram
(ERD), dan State Transition Diagram (STD).
2.3.1 Data Flow Diagram (DFD)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, manfaat, komponen,
hirarki dan aturan-aturan DFD.
2.3.1.1 Definisi DFD
DFD (Whitten, 2001, p168) adalah sebuah diagram yang
menggambarkan proses-proses yang sedang berjalan dan atau yang akan
ditawarkan dalam sebuah sistem beserta seluruh input, output dan file dari sistem
tersebut.
DFD (Marakas, 2006, p117) adalah sebuah piranti grafis yang
menggambarkan urutan dari proses-proses dan fungsi-fungsi di dalam sebuah
batasan sistem tertentu dan juga aliran data yang ada di dalam sistem tersebut.
2.3.1.2 Manfaat DFD
Manfaat dari DFD adalah:
• Menggambarkan aliran data dari sebuah sistem serta pekerjaan atau
pemrosesan yang dijalankan oleh sistem tersebut (Whitten, 2001, p308).
43
• Mengilustrasikan kebutuhan-kebutuhan dari proses bisnis (Whitten, 2001,
p96).
• Mengilustrasikan bagaimana data akan dikumpulkan, disimpan, digunakan
dan dipelihara (Whitten, 2001, p169).
2.3.1.3 Komponen DFD
Komponen-komponen pembentuk DFD (Gane & Sarson) adalah:
1. Process (proses): sarana pengubah data ke dalam bentuk lain, digunakan
untuk menciptakan data baru atau dirangkai menjadi hasil keluaran yang
berguna. Dalam pemodelan logis, proses data dilakukan oleh mesin, manusia
atau komputer. Proses diatur berdasarkan urutan terjadinya masing-masing
proses, hal ini digambarkan dengan adanya identitas nomor untuk setiap
proses (Marakas, 2006, p118-119).
Gambar 2.8 Bentuk Process (Proses)
(Marakas, 2006, p118)
2. Data Store: mewakili sebuah tempat penyimpanan untuk data, baik yang
bersifat sementara atau selamanya disimpan di dalam sistem tersebut
(Marakas, 2006, p118).
44
Gambar 2.9 Bentuk Data Store
(Marakas, 2006, p118)
3. Data Flow (Aliran Data): representasi pergerakan data, arah dan isi dari data
(Marakas, 2006, p118).
Gambar 2.10 Bentuk Data Flow (Aliran Data)
(Marakas, 2006, p118)
4. External Agent: seseorang atau sesuatu yang berinteraksi dengan sistem
namun berada di luar batasan sistem dan oleh karena itu tidak berada dalam
kontrol sistem atau pengguna sistem. External Agent bisa berbentuk sebagai
sebuah Sink ataupun sebuah Source (Marakas, 2006, p118).
• Sink: external agent yang merupakan tujuan keluarnya aliran data dari
sistem.
• Source: external agent yang merupakan sumber atau asal keluarnya
aliran data menuju ke dalam sistem.
Gambar 2.11 Bentuk External Agent
(Marakas, 2006, p118)
45
2.3.1.4 Hirarki DFD
Hirarki dari penggambaran DFD (Marakas, 2006, p120-123) adalah
sebagai berikut:
1. Diagram Level Konteks
Merupakan diagram level pertama yang menampilkan sistem dengan
sangat global (tidak detil), bertujuan untuk mengidentifikasi batasan sistem
serta hubungannya dengan berbagai source ataupun sink. Diagram Konteks
hanya memiliki satu proses yang ditandai dengan nama dari sistem dan tidak
ada penggambaran data store.
2. Diagram Level Nol
Merupakan penggambaran detil atau penjabaran dari Diagram Konteks.
Menggambarkan proses-proses utama yang terdapat dalam sebuah sistem,
urutan dari proses tersebut, semua data store yang diakses oleh proses dan
juga source serta sink yang berinteraksi dengan sistem sesuai dengan yang
sudah digambarkan di Diagram Konteks. Proses ditandai dengan penomoran
1.0, 2.0, dan seterusnya.
3. Diagram Level 1 hingga N (Rinci)
Merupakan penggambaran lebih detil dari masing-masing proses di
Diagram Nol atau level sebelumnya yang membutuhkan penjabaran. Semua
penggambaran komponen yang terlibat, harus sesuai dengan penggambaran
yang sudah dilakukan di level sebelumnya. Proses ditandai dengan
penomoran 1.1, 2.1, 1.1.1, 2.1.1, 3.1, dan seterusnya. Proses yang sudah
46
terjabarkan hingga sempurna, maka tidak perlu digambarkan ke level
selanjutnya dan disebut sebagai functional primitive.
2.3.1.5 Aturan-aturan DFD
Larangan dalam penggambaran proses (Whitten, 2001, p315):
• Proses yang memiliki input namun tidak memiliki output disebut sebagai
Black Hole.
• Proses yang memiliki output namun tidak memiliki input disebut sebagai
Miracle.
• Proses yang jumlah input-nya kurang untuk dapat menghasilkan output yang
diinginkan (ada aliran data masuk yang kurang) disebut sebagai Grey Hole.
Larangan dalam Penggambaran Data Flow (aliran data)
Data Flow Ilegal Data Flow Terkoreksi
Gambar 2.12 Aturan Data Flow (Aliran Data)
(Whitten, 2001, p325)
47
2.3.2 Entity Relationship Diagram (ERD)
Pembahasan mengenai ERD mencakup definisi, manfaat dan komponen ERD.
2.3.2.1 Definisi ERD
ERD (Whitten, 2001, p260) adalah sebuah diagram yang
menggambarkan data dalam bentuk entitas-entitas beserta hubungan yang
terbentuk antar data tersebut.
ERD (Marakas, 2006, p145) adalah sebuah diagram yang digunakan
untuk menggambarkan kebutuhan konseptual data dari sistem yang direncanakan
serta mengidentifikasikan aturan dan hubungan antar data.
2.3.2.2 Manfaat ERD
Manfaat dari ERD adalah:
• Untuk memodelkan data mentah yang dihasilkan oleh sebuah sistem
(Whitten, 2001, p169).
• Untuk memodelkan kebutuhan data perusahaan (Whitten, 2001, p97).
2.3.2.3 Komponen ERD
Komponen-komponen pembentuk ERD (Whitten, 2001, p260-267)
adalah:
1. Entitas: sesuatu mengenai bisnis yang butuh untuk disimpan datanya. Entitas
bisa berupa sekumpulan manusia, tempat, objek, kejadian atau konsep.
48
Gambar 2.13 Bentuk Entitas
(Whitten, 2001, p260)
2. Atribut: sebuah properti deskriptif atau karakteristik dari sebuah entitas.
Gambar 2.14 Contoh Atribut-atribut Sebuah Entitas
(Marakas, 2006, p149)
MAHASISWA NIM Nama Alamat No. HP Tanggal Lahir Jenis Kelamin Ras IPK
49
3. Relationship (hubungan): sebuah asosiasi dalam lingkup lingkungan bisnis
dan organisasi antar satu entitas dengan entitas lainnya (Marakas, 2006,
p149).
Gambar 2.15 Contoh Hubungan Antar Entitas
(Marakas, 2006, p149)
MAHASISWA NIM Nama Alamat No. HP Tanggal Lahir Jenis Kelamin IPK
KURIKULUM Kd. Program Studi Judul Program Gelar
50
4. Identification atau Key: sebuah atribut atau sekumpulan atribut, yang bernilai
unik untuk setiap contoh dari entitas (Whitten, 2001, p262).
Primary Key (PK): sebuah key yang paling unik digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah contoh tunggal dari sebuah entitas (Marakas, 2006,
p148).
Foreign Key (FK): sebuah PK dari suatu entitas yang berada di entitas lain
untuk mengidentifikasi hubungan antar entitas tersebut (Whitten, 2001,
p267).
Gambar 2.16 Contoh Key Entitas
(Whitten, 2001, p262)
5. Kardinalitas: mendefinisikan nilai minimum dan maksimum dari terjadinya
suatu hubungan antar sebuah entitas dengan entitas lainnya. Kardinalitas
MAHASISWA NIM (PK) Nama Alamat No. HP Tanggal Lahir Jenis Kelamin IPK
KURIKULUM Kd. Program Studi (PK) Judul Program Gelar
JURUSAN ID Jurusan (PK) NIM (PK) Kd. Program Studi (PK) Tanggal Pengambilan
51
harus ditentukan untuk kedua arah dari suatu hubungan (Whitten, 2001,
p264).
Gambar 2.17 Contoh Kardinalitas Hubungan Antar Entitas
(Whitten, 2001, p264)
MAHASISWA NIM (PK) Nama Alamat No. HP Tanggal Lahir Jenis Kelamin IPK
KURIKULUM Kd. Program Studi (PK) Judul Program Gelar
JURUSAN ID Jurusan (PK) NIM (PK) Kd. Program Studi (PK) Tanggal Pengambilan
52
Tabel 2.5 Notasi Kardinalitas
(Whitten, 2001, p265)
Interpretasi
Kardinalitas
Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum
Notasi Grafik
Tepat satu
(Satu dan hanya satu)
1 1
Nol atau satu 0 1
Satu atau lebih 1 Banyak
(> 1) Nol, satu atau lebih 0 Banyak
(> 1)
Lebih dari satu > 1 > 1
2.3.3 State Transition Diagram (STD)
2.3.3.1 Definisi STD
STD (Marakas, 2006, p135) adalah sebuah diagram yang memodelkan
bagaimana dua atau lebih proses saling berhubungan satu sama lainnya dalam
suatu cakupan waktu.
STD merupakan suatu alat yang digunakan untuk menggambarkan sistem
yang berdasarkan sifat ketergantungan dari sistem terhadap waktu serta
perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain karena adanya suatu aksi dan
53
Event / Action
digunakan untuk memperjelas suatu situasi dimana terdapat banyak kondisi yang
dapat mempengaruhi status dari sistem.
STD digunakan untuk menggambarkan state dari sebuah kelas, event
yang merubah suatu keadaan ke state yang lain dan action yang dihasilkan dari
perubahan state tersebut. Sebuah STD menunjukkan gambaran sebuah model
yang dinamis dari sebuah kelas atau seluruh sistem. Dalam analisa, STD akan
digunakan untuk mengidentifikasikan sifat dinamis dari sistem, sedangkan dalam
desain, STD digunakan untuk merancang suatu kelas.
STD memiliki 2 elemen penting, yaitu:
• State
Melambangkan keadaan sebuah obyek, baik atribut obyek itu sendiri maupun
hubungan dari obyek tersebut dengan obyek lain dari sistem.
• State Transition
Merupakan suatu kejadian yang menyebabkan perubahan state dalam sistem.
Setiap state transition menghubungkan 2 buah state. Sebuah state dapat saja
mempunyai transisi ke diri sendiri dan sangat lazim bagi suatu state yang
sama, meskipun setiap transisi haruslah unik. Unik dalam arti tidak akan ada
lebih dari 1 state transition dari state yang sama melalui event yang sama.
Name
Action
54
Transition (transisi) atau Event (kejadian)
2.3.3.2 Manfaat STD
Manfaat dari STD adalah mengilustrasikan beragam status yang dapat
dimiliki oleh sebuah komponen sistem dalam hubungannya dengan kejadian-
kejadian atau kondisi-kondisi yang menyebabkan sebuah perubahan dari status
yang satu dengan yang lainnya (Marakas, 2006, p135).
2.3.3.3 Komponen STD
Komponen-komponen pembentuk STD (Marakas, 2006, p135) adalah:
1. State (status): sebuah kondisi akan keberadaan atau bentuk yang dapat dipilih
oleh sebuah sistem komponen.
2. Event (kejadian) atau Transition (transisi): sebuah aksi atau fenomena atau
pemicu yang menyebabkan terjadinya pergantian status.
3. Current State (status sekarang): status dimana sistem sedang berada saat ini.
4. Final State (status akhir): status dimana terjadi saat dipicu oleh sebuah
kejadian yang menyebabkan tidak adanya jalan keluar atau alternatif lainnya,
yang menyebabkan pengakhiran sempurna dari sebuah sistem.
State (status)