BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00503-TISI Bab 2.pdf21...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00503-TISI Bab 2.pdf21...
19
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teknik Industri
Definisi teknik industri menurut institute of industrial engineers (IIE)
adalah suatu rekayasa yang berkaitan dengan desain, pembaruan, dan instalasi dari
sistem terintegrasi yang meliputi manusia, material, peralatan (mesin), energi dan
informasi. Serta mencakup pengetahuan khusus dan keahlian dalam matematika,
fisika, dan studi sosial bersama dengan prinsip dan metode analisa teknik dan
desain untuk menspesifikasi, memprediksi, dan evaluasi hasil yang ingin dicapai
dari sistem.
2.2. Konsep Supply chain
Menurut Pujawan (2005, p5), supply chain adalah jaringan perusahaan –
perusahaan yang secara bersama – sama bekerja untuk menciptakan dan
menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir, kegiatan dari supply chain
ini dimulai dari pasokan bahan baku dari supplier, kegiatan produksi hingga
pendistribusian produk hingga ke konsumen akhir. Pada suatu supply chain
biasanya terdapat tiga macam yaitu aliran barang yang mengalir dari hulu atau
upstream menuju ke hilir atau yang disebut downstream. Contohnya adalah bahan
baku yang dikrim dari supplier ke pabrik, setelah itu diproduksi yang kemudian
dikirim ke distributor, ke pengecer dan akhirnya ke konsumen akhir. Aliran kedua
yaitu aliran uang dari hilir ke hulu. Untuk aliran ketiga yaitu aliran informasi yang
terjadi dari hilir ke hulu atau sebaliknya.
20
Gambar 2.1 Contoh Jaringan Supply chain
Menurut pujawan (2005, p9), terdapat empat bagian utama dalam sebuah
manufaktur yang biasa terkait dengan fungsi – fungsi utama supply chain.
Tabel 2.1 Cakupan fungsi utama Supply chain
Bagian Cakupan kegiatan
Pengembangan produk
(Product development)
Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
melibatkan supplier dalam perancangan produk
baru.
Pengadaan (Procurement) Meimilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier,
melakukan pembelian, memonitor supply, membina
dan memelihara hubungan dengan supplier.
Perencanaan dan
pengendalian (Planning
and control)
Demand planning, peramalan permintaan,
perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan
persediaan
Produksi (Production) Ekseskusi produksi, pengendalian kualitas
Distribusi (Distribution) Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
21
pengiriman, mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distirbusi.
2.3. Multi Criteria Decision Making
Multi-criteria decision making (MCDM) merupakan teknik analisa dan
pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternatif yang ada. Di dalam
MCDM ini mengandung unsur attribute, obyektif, dan tujuan.
• Attribute menerangkan, memberi ciri kepada suatu obyek. Misalnya tinggi,
panjang dan sebagainya.
• Obyektif menyatakan arah perbaikan atau kesukaan terhadap attribute,
misalnya memaksimalkan umur, meminimalkan harga, dan sebagainya.
Obyektif dapat pula berasal dari attribute yang menjadi suatu obyektif jika pada
attribute tersebut diberi arah tertentu.
• Tujuan ditentukan terlebih dahulu. Misalnya suatu proyek mempunyai obyektif
memaksimumkan profit, maka proyek tersebut mempunyai tujuan mencapai
profit 10 juta/bulan.
Kriteria merupakan ukuran, aturan-aturan ataupun standar-standar yang
memandu suatu pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan
melalui pemilihan atau memformulasikan atribut-atribut, obyektif-obyektif,
maupun tujuan-tujuan yang berbeda, maka atribut, obyektif maupun tujuan
dianggap sebagai kriteria. Kriteria dibangun dari kebutuhan-kebutuhan dasar
manusia serta nilai-nilai yang diinginkannya. Ada dua macam kategori dari Multi-
criteria decision making (MCDM), yaitu :
22
1. Multiple Objective Decision Making (MODM)
Multiple Objective Decision Making (MODM) menyangkut masalah
perancangan (design), di mana teknik-teknik matematik optimasi digunakan,
untuk jumlah alternative yang sangat besar (sampai dengan tak berhingga) dan
untuk menjawab pertanyaan apa (what) dan berapa banyak (how much).
2. Multiple Attribute Decision Making (MADM)
Multiple Attribute Decision Making (MADM), menyangkut masalah
pemilihan, di mana analisa matematis tidak terlalu banyak dibutuhkan atau
dapat digunakan untuk pemilihan hanya terhadap sejumlah kecil alternatif
saja. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan bagian dari
teknik MADM.
2.4. Analytical Hierarchy Process
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan satu model yang
fleksibel yang memungkinkan orang per orang atau kelompok untuk membentuk
gagasan-gagasan dan membatasi masalah dengan asumsi mereka sendiri dan
menghasilkan solusi yang bagi mereka (Saaty L. Thomas, Decision Making for
Leaders; The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World,
1988). Metode AHP dikembangkan pada awal tahun 1970-an oleh Dr. Thomas L.
Saaty dan telah digunakan untuk membantu para pembuat keputusan dari berbagai
negara dan perusahaan. Menurut Saaty (1993, p23) AHP adalah suatu model yang
luwes yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk
membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara
membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
diinginkan darinya. AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai seacara logis.
23
Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk
menyusun hierarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, pengalaman, dan
pengetahuan untuk memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, AHP
menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari satu bagian
masalah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil
gabungan. Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-
interaksi dari suatu sistem sebagai satu keseluruhan.
Gambar 2.2 Contoh problem hierarchy pada AHP
Ada tiga prinsip dasar dari AHP yaitu :
1. Menggambarkan dan menguraikan secara hierarkis yang kita sebut menyusun
secara hierarki – yaitu, memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur atau
kriteria – kriteria yang yang lebih kecil.
2. Penetapan prioritas dan sintesis, yang kita sebut penetapan prioritas, yaitu
menentukan peringkat prioritas elemen - elemen menurut relativitas
kepentingnya. Konsistensi logis – yaitu, menjamin bahwa semua elemen
24
dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai
dengan suatu kriteria yang logis.
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan masalah kompleks yang
tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
variabel dalam suatu hierarki (tingkatan). Kemudian tingkat kepentingan variabel
diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti pentingnya secara relatif
dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian
dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan
berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Perbedaan antara model
AHP dengan model pengambilan keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya
Model AHP memakai presepsi manusia yang dianggap ‘ekspert atau ahli’ sebagai
input utamanya. Kriteria ekspert disini orang yang mengerti benar permasalahan
yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap
masalah tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif merupakan hal yang sangat
penting mengingat makin kompleksnya permasalahan didunia dan tingkat
ketidakpastian yang makin tinggi. Selain itu dalam AHP diuji konsistensi
penilaiannya. Bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi
sempurna maka penilaian perlu diperbaiki atau hierarki harus distruktur ulang.
Manfaat dan keuntungan dari AHP :
• Kesatuan
AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan ini merupakan
satu kesatuan, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur
.
25
• Kompleksitas
AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam
memecahkan persoalan kompleks.
• Saling ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tak memaksakan pemikiran linear.
• Penyusunan hierarki
AHP mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk memilah-milah
elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
• Pengukuran
AHP memberikan suatu skala untuk mengatur hal-hal dan wujud suatu metode
untuk menetapkan prioritas.
• Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
• Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
• Tawar menawar
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor system
dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan
mereka.
26
• Penilaian dan konsensus
AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
• Pengulangan proses
AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
2.5. Fuzzy AHP
Alat bantu pengambilan keputusan biasanya bertujuan untuk dapat
mengakomodir konflik pendapat dan subjektivitas dari penilaian beberapa orang
yang berbeda. Tidak seperti pengambilan keputusan sederhana (yang hanya terdiri
dari satu kriteria), pada dunia nyata pastilah banyak kriteria dan altenatif yang
terlibat dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat proses pengambilan
keputusan semakin rumit karena terjadinya konflik pendapat seperti ketidak
samaan pendapat mengenai tingkat prioritas dari setiap kriteria. Oleh karena itu
AHP yang mampu memecah masalah kompleks menjadi elemen – elemen yang
lebih kecil dalam bentuk hierarki yang lebih sederhana dinilai dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan dengan jumlah kriteria yang lebih dari satu atau
yang sering disebut multi criteria decision making.
Namun pada perkembangan selanjutnya AHP dinilai masih memiliki
beberapa kelemahan yaitu ketidakmampuan untuk meng-capture kesamaran
(vagueness), ketidakpastian, ketidaktepatan dan subjektivitas pada penilaian yang
dilakukan oleh beberapa orang. M Buckley (dalam Hsieh,2004) mengembangkan
konsep Fuzzy AHP (FAHP) yaitu pengembangan dari AHP dengan
27
mengintegrasikan AHP dengan fuzzy synthectic evaluation (FSE). Pada FAHP
menggunakan rasio fuzzy untuk menggantikan rasio eksak pada AHP dan juga
digunakan operasi dan logika matematika fuzzy untuk menggantikan operasi
matematika biasa pada AHP. Pengguna rasio fuzzy pada FAHP karena
ketidakmampuan AHP untuk mengakomodir faktor ketidaktepatan (imprecision)
dan subjektivitas pada proses pairwise comparison atau perbandingan
berpasangan untuk setiap kriteria dan altenatif. Oleh karena itu digunakanlah rasio
fuzzy yang terdiri dari tiga nilai yaitu nilai tertinggi (nilai atas), nilai rata – rata
(nilai tengah) dan nilai terendah (nilai bawah). Rasio fuzzy yang terdiri dari tiga
nilai keanggotaan biasanya disebut triangural fuzzy number (TFN).
Terdapat beberapa variasi FAHP dan berikut merupakan beberapa jenis
FAHP yang telah dikembangkan :
1. Var Laarhoven dan Pedrycz (1983) menerapkan triangural fuzzy number pada
rasio perbandingan berpasangan. Hal ini yang mengawali munculnya metode
Fuzzy AHP.
2. Kristianto (2002) mengajukan suatu model FAHP yang berbasis pada Fuzzy
quantification theory dimana aspirasi para evaluator yang berbentuk crisp
diubah menjadi bentuk fuzzy untuk dicari fungsi keanggotaannya. Model ini
masih menganggap aspirasi evaluator crisp dan metode pengkuantisiran
melibatkan operasi komputasi yang rumit.
3. Rahardjo (2002) mengajukan model FAHP dengan model pembobotan non-
additive yang merupakan gabungan dari bobot prior dan bobot informasi.
Bobot prior adalah bobot fuzzy pengembangan AHP dan bobot informasi dari
28
pembobotan fuzzy entropy. Model tersebut menggunakan satu evaluator dan
pembobotan fuzzy-nya melibatkan operasi komputasi yang rumit.
4. Singgih (2005) mengajukan model FAHP yang merupakan pengembangan
dari Rahardjo (2002) dimana dapat menggunakan lebih satu evaluator.
2.5.1. Triangural Fuzzy Number
Triangural fuzzy number (TFN) merupakan dasar dari metode FAHP,
dimana TFN akan digunakan pada semau rasio perbandingan pada FAHP. TFN
adalah sebuah fuzzy subset dari bilangan real, menyatakan pengembangan ide
interval kepercayaan. TFN ini terdiri dari tiga fungsi keanggotaannya yaitu yang
menyatakan nilai terendah, nilai tengah dan nilai tertinggi yang dinotasikan
dengan (l;m;u). Fungsi keanggotaan dari fuzzy number adalah sebagai berikut :
0,( ) / ( ), ,
( )( ) / ( ), ,0,
x lx l m l l x m
µ xu x u m m x u
x u
<⎧⎪ − − ≤ ≤⎪= ⎨ − − ≤ ≤⎪⎪ >⎩
Dimana l adalah nilai terendah atau batas bawah, u nilai tertinggi atau batas atas
dan m adalah nilai tengah. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar dibawah ini.
Gambar 2.3 Rasio fungsi keanggotaan Triangural Fuzzy Number
29
Terdapat juga satu variasi dari TFN yang sering dipakai yaitu symmetric
triangular fuzzy number. Symmetric TFN memiliki prinsip yang sama dengan
TFN dimana terdiri dari tiga keanggotaan (l ; m ; u) yang membedakan adalah
rentang antara nilai tertinggi dan nilai tengah sama besar dengan rentang antara
nilai bawah dan nilai dengan notasi matematis sebagai berikut (m - l) = (u - m).
Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Rasio fungsi keanggotaan Symmetric Triangular Fuzzy Number
2.5.2. Operasi Matematika Triangular Fuzzy Number
Berikut merupakan operasi matematika untuk notaso TFN. Untuk
1 1 1( ; ; )A l m u=% dan 2 2 2( ; ; )B l m u=% maka operasi matematikanya ada sebagai
berikut :
1. Penjumlahan bilangan fuzzy
1 1 1 2 2 2
1 2 1 2 1 2
( ; ; ) ( ; ; )( ; ; )
A B l m u l m ul l m m u u
+ = += + + +
% %
2. Perkalian bilangan fuzzy
1 1 1 2 2 2
1 2 1 2 1 2
( ; ; ) ( ; ; )( ; ; )
A B l m u l m ul l m m u u
⊗ = ⊗= ⊗ ⊗ ⊗
% %
30
3. Pengurangan bilangan fuzzy
1 1 1 2 2 2
1 2 1 2 1 2
( ; ; ) ( ; ; )( ; ; )
A B l m u l m ul u m m u l
− = −= − − −
% %
4. Pembagian bilangan fuzzy
1 1 1 2 2 2
1 2 1 2 1 2
/ ( ; ; ) ( ; ; )( / ; / ; / )
0, 0 0i i i
A B l m u l m ul u m m u l
untuk l m dan u
= −=> > >
% %
5. Inversi bilangan fuzzy
1 11 1 1
1 1 1
( ; ; )(1 ;1 ;1 )
0, 0 0i i i
A l m uu m l
untuk l m dan u
− −==
> > >
%
2.5.3. Variabel linguistik
Variabel linguistik adalah sebuah variabel dimana nilainya berupa kata-
kata atau kalimat dalam bahasa alami atau buatan. Disini akan digunakan
pernyataan untuk membandingkan dua kriteria dengan lima istilah lingustik dasar
diantaranya “paling penting”, “sangat penting”, “lebih penting”, “sedikit lebih
penting”, dan “sama penting” yang mengacu pada lima level skala fuzzy (gambar
2.5). Teknik komputasinya didasarkan pada bilangan fuzzy yang didefinisikan
oleh Mon (Hsieh, 2004) seperti pada tabel 2.2. Setiap fungsi keanggotaan (skala
bilangan fuzzy) didefinisikan oleh tiga parameter TFN simetris, titik kiri, titik
tengah dan titik kanan pada interval dimana fungsi tersebut didefinisikan.
Penggunaan variabel linguistik disini ditujukan untuk mengkaji prioritas
linguistik yang diberikan oleh evaluator. Selain itu variabel linguistik juga
dipergunakan untuk mengukur nilai performansi alternatif untuk kriteria dengan
31
istilah linguistik “sangat baik”, “baik”, “biasa”, “jelek”, dan “sangat jelek”
seperti pada gambar 2.5.
Tabel 2.2 Keanggotaan variable lingustik
Skala Bilangan
Skala Lingustik
Skala Bilangan Fuzzy
1~ Sama Penting (SmP) (1 ; 1 ; 3)
3~ Sedikit Lebih Penting (SdP) (1 ; 3 ; 5)
5~ Lebih Penting (LbP) (3 ; 5 ; 7)
7~ Sangat Penting (SaP) (5 ; 7 ; 9)
9~ Paling Penting (PaP) (7 ; 7 ; 9) 13~ − ~Sedikit Lebih Penting (~SdP) (1/5 ; 1/3 ; 1/1) 15~ − ~Lebih Penting (~LbP)` (1/7 ; 1/5 ; 1/3) 17~ − ~Sangat Penting (~SaP) (1/9 ; 1/7 ; 1/5) 19~ − ~Paling Penting (~PaP) (1/9 ; 1/7 ; 1/7)
Gambar 2.5 Fungsi keanggotaan variabel linguistik untuk membandingkan dua
kriteria
Gambar 2.6 Contoh fungsi keanggotaan variable lungistik untuk nilai
pengukuran alternatif
32
2.5.4. Metodologi Fuzzy AHP
Metodologi untuk menjelaskan bobot kriteria evaluasi dengan fuzzy
AHP dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Decomposition
Decompositionsi yaitu tahap memecah probel menjadi elemen – elemen yang
lebih kecil sehingga problem yang kompleks menjadi lebih sederhana. Jika
ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur - unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan
ini, maka proses analisis ini dinamakan hierarki (Hierarchy). Ada dua jenis
hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua
elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat
berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hierarki tidak lengkap.
2. Matrix Comparison
Menyusun matrix perbandingan berpasangan diantara semua elemen atau
kriteria dalam dimensi sistem hierarki.
12 1
21 2
1 2
11
1
n
n
n n
a aa a
A
a a
⎡ ⎤⎢ ⎥⎢ ⎥=⎢ ⎥⎢ ⎥⎣ ⎦
% %K
% %K%M M O M
% % K
12 1
21 2
1 2
11 1
1 1 1
n
n
n n
a aa a
A
a a
⎡ ⎤⎢ ⎥⎢ ⎥=⎢ ⎥⎢ ⎥⎣ ⎦
% %K
% %K%M M O M
% % K
dimana
33
1 1 1 1 1
1,3,5,7,911 ,3 ,5 ,7 ,9
ij
Kriterai i lebih penting terhadap kriteria ja i j
Kriterai j lebih penting terhadap kriteria i− − − − −
⎧⎪= =⎨⎪⎩
%
3. Dari matrix comparison atau PCM yang dihasilkan, akan di hitung
consistency ratio (CR) untuk mengetahui apakah hasil pembobotan PCM
telah konsisten atau belum. Dimana PCM dikatakan konsisten dengan syarat
CR < 0,1. Perhitungan CR dapat menggunakan rumus matematik
max
1nCI
nλ −
=−
............ (1) rumus dari consistency index (CI)
CICRRI
= .............. (2) rumus dari consistency ratio (CR),
RI : random consistency index
Tabel 2.3 Tabel random consistency index
n 3 4 5 6 7 8 RI 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41
4. Konversi dari PCM skala bilangan menjadi PCM skala fuzzy.
5. Menghitung elemen matriks synthetic pairwise comparison.
( ) nnijijijij aaaa /121~ ×××= L
6. Fuzzy Weight
Mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria
dengan rata-rata menggunakan metoda Buckley (1985) sebagai berikut:
1 2i i i inr a a a= ⊗ ⊗ ⊗% % % %L
11( )i nw r r r −= ⊗ + +% % % %L
34
dimana ina% adalah nilai synthetic pairwise comparison fuzzy dari kriteria i ke
kriteria n, ir% adalah rata-rata geometris dari nilai perbandingan fuzzy kriteria i
terhadap setiap kriteria, dan iw% adalah bobot fuzzy dari kriteria ke i, n adalah
jumlah kriteria yang dibandingkan dan dapat diindikasikan dengan TFN
( ; ; )i i i iw lw mw uw=% . ilw , imw ,dan iuw masing-masing adalah nilai bawah,
tengah, dan atas dari bobot fuzzy kriteria ke i.
7. Alternative Assesment
Mengukur variabel linguistik untuk menunjukkan performansi kriteria
dengan ungkapan “sangat baik”, “baik”, “biasa”, “jelek”, dan “sangat jelek”
yang merupakan penilaian subyektif dari evaluator, dan setiap variabel
linguistic diindikasikan dengan TFN dalam skala 0-100 seperti pada gambar
2.5. Evaluator juga dapat menetapkan skala variabel linguistiknya
berdasarkan subjektifitasnya yang dapat mengindikasikan fungsi
keanggotaan nilai yang dinyatakan oleh masing-masing evaluator. Jika kijE%
adalah nilai performansi fuzzy dari evaluator k terhadap alternatif i pada
kriteria j maka kriteria evaluasi dinyatakan dalam ( ; ; )k k k kij ij ij ijE lE mE uE=% % % % . Jika
terdapat n evaluator maka integrasi nilai keputusan fuzzy-nya adalah:
1 2(1 ) ( )nij ij ij ijE n E E E= ⊗ + + +% % % %L
ijE% menunjukkan rata-rata nilai fuzzy dari penilaian pengambil keputusan
yang dapat dinyatakan dengan TFN sebagai ( ; ; )ij ij ij ijE lE mE uE=% % % % yang
masing-masing nilainya dapat dicari sebagai berikut:
35
1( )
mk
ij ijk
lE lE n=
= ∑% %
1( )
mk
ij ijk
mE mE n=
= ∑% %
1( )
mk
ij ijk
uE uE n=
= ∑% %
8. Fuzzy Synthetic Decision
Bobot setiap kriteria dan nilai performansi fuzzy harus diintegrasikan dengan
perhitungan bilangan fuzzy untuk dijadikan nilai performansi fuzzy.
Berdasarkan bobot setiap kriteria jw% yang diperoleh dari pembobotan fuzzy
dan matriks performansi fuzzy dapat diperoleh matriks fuzzy synthetic
decision sebagai berikut R E w= ⊗% % % . Pendekatan nilai fuzzy iR% terwakili oleh
( ; ; )i i i iR lR mR uR=% , dimana :
n
i ij jj i
lR lE lw=
= ⊗∑ ,
n
i ij jj i
mR mE mw=
= ⊗∑ ,
n
i ij jj i
uR uE uw=
= ⊗∑ .
9. Fuzzy Ranking
Hasil fuzzy synthetic decision yang dicapai oleh setiap alternatif merupakan
bilangan fuzzy. Oleh karena itu diperlukan metoda pe-ranking-an nonfuzzy
pada bilangan fuzzy yang diterapkan pada perbandingan setiap alternatif.
Dengan kata lain prosedur de-fuzzy-fikasi untuk memperoleh nilai Best
36
Nonfuzzy Performance (BNP). Berbagai metoda de-fuzzy-fikasi dapat
diterapkan antara lain mean of maxima (MOM), center of area (COA), dan
α-cut. Penggunaan metoda COA untuk memperoleh BNP lebih sederhana
dan praktis, tidak memerlukan preferensi evaluator. Nilai BNP dari bilangan
fuzzy iR% dapat diperoleh dengan persamaan berikut:
[( ) ( )] / 3i i i i iBNP uR lR mR lR= − + −
Dari BNP maka pe-ranking-an setiap alternatif dilakukan berdasarkan BNP
dari setiap alternatif. BNP yang paling tinggi merupakan nilai performa
tertinggi.
2.6. Sistem
Sistem menurut McLeod, Jr (2001, p11) adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
menurut Mathiassen (2000, p9) mengatakan bahwa sistem adalah kumpulan
komponen yang mengimplementasikan kebutuhan fungsi dan antar muka
permodelan.Pendapat lain mengenai sistem dikemukakan oleh Romney dan
Steinbart (2006, p2), yakni rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen
yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.Dari
definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa sistem merupakan sekumpulan
komponen-komponen yang terintegrasi dan berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan tertentu.
2.7. Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p11), informasi adalah data yang
telah diatur dan diproses untuk memberikan arti. Informasi menurut O’Brien
37
(2003, p13) adalah data yang telah diubah bentuknya menjadi lebih berarti dan
berguna bagi pengguna-pengguna khusus. Kalau menurut McLeod, Jr (2001, p4),
informasi adalah suatu data yang telah diproses, atau data yang telah memiliki
arti.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi adalah sekumpulan data
yang telah diatur dan diproses sehingga menghasilkan suatu arti bagi pemakainya.
Ada tiga buah dimensi atribut dari kualitas informasi menurut O’Brien
(2003, p16), yaitu:
1. Dimensi Waktu (Time Dimension)
Informasi harus disediakan ketika dibutuhkan, harus up-to-date
ketikadisajikan, harus disajikan sesering mungkin ketika dibutuhkan dan harus
dapat menyajikan data masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
2. Dimensi Isi (Content Dimension)
Informasi harus dapat disajikan secara akurat, harus relevan, dan harus dapat
disediakan secara lengkap sesuai kebutuhan
3. Dimensi Bentuk (Form Dimension)
Informasi harus dapat disajikan dengan cara yang mudah dipahami, bisa
ditampilkan dalam bentuk tulisan, angka, grafik dan bentuk-bentuk lainnya,
informasi dapat disajikan pada media kertas, video atau media lainnya.
2.8. Sistem Informasi
Menurut Turban (2001, p17), sistem informasi adalah mengumpulkan,
memproses, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi untuk tujuan
tertentu. Menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi adalah kombinasi yang
terorganisir dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber-
sumber data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam
38
suatu organisasi. Menurut Mcleod (2001, p4), sistem informasi adalah suatu
kombinasi yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras,
jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mentransformasikan, serta menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah
kombinasi yang terorganisir dari orang, hardware, software yang mengumpulkan,
memproses dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu dalam suatu
organisasi.
Terdapat empat jenis sistem informasi, yaitu :
1. Transaction Processing System (TPS)
2. Management Information System (MIS)
3. Decision Suppoert System (DSS)
4. Executive Information System (EIS)
5. Expert System (ES)
6. Enterprise Information System (EIS)
2.9. Management Information System
Management Information System (MIS) atau sering sistem informasi
manajemen (SIM) dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pendapat Mcleod (2001,
p4) sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis
komputer yang menyediakan informasi bagi pemakainya sesuai dengan
kebutuhan. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal
(perusahaan atau subunit dibawahnya). Informasi menjelaskan perusahaan atau
salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang
sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi
39
tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus, dan keluaran dari
simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh
manajer maupun non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan
untuk memecahkan masalah.
2.10. Decision Support System
Decision Support System (DSS) sering didefinisikan sebagai suatu sistem
informasi yang digunakan untuk membantu manajer untuk membuat suatu
keputusan. Penggunaan DSS lebih banyak digunakan pada tingkat manajerial
dimana DSS hanya memberikan informasi dimana keputusan tetap di tangan
manajer. Menurut Haag (2005, p183) DSS merupakan suatu sistem teknologi
informasi yang sangat fleksibel dan interaktif, yang didesain untuk mendukung
proses pengambilan keputusan pada saat menghadapi masalah yang semi
terstuktur dan tidak terstruktur.
Menurut Turban (2000, p99), DSS memiliki kapabilitas dan karakteristik
yaitu :
1. Sistem pendukung keputusan mendukung pengambilan keputusan khususnya
pada situasi semi-terstruktur dan tidak terstruktur dengan memadukan antara
pertimbangan manusia dengan informasi komputer.
2. Dukungan disediakan untuk berbagai level manajerial, mulai dari top eksekutif
sampai manajer lini.
3. Dukungan disediakan baik untuk individual maupun group.
4. Sistem pendukung keputusan mendukung pengambilan keputusan yang
berurutan maupun saling bergantungan.
40
5. Sistem pengambilan keputusan mendukung semua tahapan pada proses
pengambilan keputusan, yaitu intelligence, design, choice, dan
implementation.
6. Sistem pendukung keputusan mendukung berbagai macam proses dan gaya
pembuatan keputusan.
7. Sistem pendukung keputusan dapat diadaptasi sesuai keadaan. Pembuat
keputusan sebaiknya reaktif, mampu menghadapi kondisi yang berubah-ubah
dengan cepat, dan mampu mengadaptasi SPK sesuai dengan situasi yang ada.
8. Sistem pendukung keputusan memiliki sifat user-friendly, kemampuan grafis
yang tinggi, dan interface yang dapat meningkatkan efektivitasnya.
9. Sistem pendukung keputusan berusaha untuk meningkatkan efektivitas dari
pembuatan keputusan (akurat, cepat, dan berkualitas tinggi) daripada efisiensi
(biaya untuk pembuatan keputusan).
10. Pembuat keputusan mempunyai kontrol penuh pada semua tahapan proses
pembuatan keputusan dalam memecahkan masalah. Sistem pendukung
keputusan bertujuan untuk mendukung pembuat keputusan, bukan untuk
menggantikan pembuat keputusan.
11. End user seharusnya dapat membangun dan memodifikasi sistem sederhana
sendiri.
12. Sistem pendukung keputusan menggunakan model untuk menganalisa situasi
pembuatan keputusan. Kemampuan modeling memungkinkan untuk
bereksperimen dengan strategi yang berbeda.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format dan tipe, mulai dari
sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
41
14. Dapat dioperasikan pada perangkat stand alone (PC) atau dalam jaringan
(distributed).
Gambar 2.7 Karakteristik DSS
2.11. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
2.11.1. Unified Modeling Language (UML)
Menurut Jones dan Rama (2003, p68), UML adalah sebuah bahasa
permodelan yang digunakan untuk spesifikasi, visualisasi, konstruksi, dan
mendokumentasikan sistem informasi.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa UML adalah
sebuah alat yang digunakan untuk mendesain dokumentasi data.
Empat aktivitas utama dalam membuat UML class diagram yaitu:
a. Menempatkan transaction table yang dibutuhkan pada UML class diagram.
b. Menempatkan master table yang dibutuhkan pada UML class diagram.
c. Menentukan hubungan yang dibutuhkan antar masing-masing table
(transaction dan master).
42
d. Menentukan atribut yang dibutuhkan.
2.11.2. Object Oriented Analysis and Design
Menurut Mathiassen (2000, p135) Object-Oriented Analysis and
Design (OOAD) adalah metode untuk menganalisis dan merancang sistem
dengan pendekatan berorientasi object. Object (2000, p4) diartikan sebagai
suatu entitas yang memiliki identitas, state, dan behaviour. Pada analisa,
identitas sebuah object menjelaskan bagaimana seorang user membedakannya
dari object lain, dan behaviour object digambarkan melalui event yang
dilakukannya. Pada perancangan, identitas sebuah object digambarkan dengan
cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga dapat diakses, dan
behaviour object digambarkan dengan operation yang dapat dilakukan object
tersebut yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem. Aktivitas utama
dalam OOAD terdiri dari empat aktivitas utama, yaitu : problem domain
analysis, application domain analysis, architectural design, dan component
design.
Gambar 2.8 Aktivitas Utama pada Object Oriented Analysis and Design
43
2.11.2.1. Problem Domain Analysis
Menurut Mathiassen ( 2000, p6 ), Problem domain adalah bagian dari
sebuah konteks yang diadministrasi, dimonitor atau dikontrol oleh sebuah
sistem. Problem-domain analysis dimulai dari system definition dengan
tujuan untuk mengidentifikasikan dan memodel sebuah problem domain.
Aktivitas dalam problem-domain modeling terdiri dari: classes, structure,
dan behavior.
Gambar 2.9 Aktivitas pada Problem Domain
Aktivitas – aktivitas pada analisis problem domain digambarkan oleh gambar
2.9, yang terdiri dari :
1. Class
Menurut Mathiassen (2000, p45) class adalah deskripsi sekumpulan
object yang memiliki struktur, pola behavioural dan atribut yang sama.
Object adalah kesatuan identity, state, dan behavior. Sedangkan event
(2000, p51) adalah proses yang dilakukan atau dialami oleh satu atau
lebih object. Dari pengertian class dan event, dapat disimpulkan class dan
event akan memiliki hubungan yang akan digambarkan oleh event table.
Dalam penentuan class dan event terdapat beberapa kegiatan yang harus
dilakukan yang digambarkan pada gambar 2.10.
44
Gambar 2.10 Tahap-tahap dalam menentukan Class dan Event
2. Behaviour
Aktivitas behavior bertujuan untuk memodel dinamika problem domain
dengan berfokus pada urutan waktu yang terjadi pada event. Behavior
sebuah object ditentukan dari event trace. Menurut Mathiassen (2000,
p90) event trace adalah urutan event yang melibatkan suatu object
tertentu.
Behavioral pattern (2000, p91) menjelaskan behavior yang umum pada
semua object dalam class tertentu. Ada tiga tipe notasi behavioral pattern
yang menjelaskan kemungkinan kejadian dalam siklus sebuah object,
yaitu :
• Sequence: event dalam urutan terjadi satu demi satu
Selection :hanya satu event dari urutan yang terjadi
• Iteration : event tidak terjadi atau terjadi berulang kali
Dari sudut pandang hidup suatu object dari awal hingga akhir, behavioral
patern dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
45
Bentuk tidak terstruktur, berisi event-event iteration dan selection. Orang
yang terlibat dalam problem doman dan class yang berada pada bagian
atas di class diagram biasanya termasuk dalam tipe ini.
Bentuk terstruktur, yang dikarakterisasi dengan event sequence yang
meliputi semua event utama antara pembentukan dan penghapusan object.
3. Structure
Structure merupakan suatu gambaran yang mencerminkan bagaimana
bagaimana secara konseptual class – class saling berhubungan.
Gambar 2.11 Langkah - langkah dalam menyusun structure
Class Structure terdiri dari dua,jenis yaitu :
• Generalization: adalah hubungan antara super class dengan class
turunannya yang menyatakan “is a”. Contoh hubungan antara class
manusia dengan class mahluk hidup menyatakan manusia adalah
mahluk hidup. Pada generalization super class menguraikan
property umum ke sebuah grup dari class yang dispesialisasi
• Cluster, yaitu sekumpulan class yang saling berhubungan.
Object Structure, dibagi menjadi dua, yaitu :
• Aggregation, dimana sebuah object superior terdiri dari beberapa
object inferior yang merupakan bagian tak terpisahkan dari object
46
superior tersebut. Aggregation menyatakan “part of” atau bagian
dari. Contoh hubungan antara class mobil dengan class roda
menyatakan roda merupakan bagian dari mobil.
• Association structure juga merupakan relasi antara dua atau lebih
object, tetapi berbeda dari aggregation dalam object yang berasosiasi
tersebut yang bukan merupakan property yang didefinisikan dari
sebuah object. Association: relasi yang memiliki arti di antara
sejumlah object. Association structure digambarkan sebagai sebuah
garis sederhana antara class yang berhubungan. Association
multiplicity diuraikan dalam cara yang sama seperti menguraikan
aggregation. Karena association structure tidak tercantum ranking,
maka dapat meletakkan class yang berhubungan dimana saja dalam
class diagram.
2.11.2.2. Application Domain Analysis
Menurut Mathiassen (2000, p115) tujuan dari analisis application
domain adalah untuk menentukan kebutuhan penggunaan sistem. Application
domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor, dan mengontrol sistem.
Application domain berfokus pada fungsi dan interface sistem dan bagaimana
sistem akan digunakan oleh user. Kebutuhan sistem dibedakan dalam tiga
bagian utama yaitu usage, function, dan interface.
47
Gambar 2.12 Aktivitas – aktivitas dari analisis Application Domain
Aktivitas – aktivitas utama dari analisis application domain adalah :
1. Usage
Menggambarkan bagaimana sistem berinteraksi dengan manusia dan
system yang berada di dalam context. Terdapat tiga sub aktivitas pada
usage yaitu :
a. Find actors and use cases
b. Explore Pattern
c. Evaluate systematically
Gambar 2.13 Aktivitas-aktivitas pada Usage
48
Menurut Mathiassen (2000, p119), usage terdiri dari dua konsep,
yaitu :
• Use Case, sebuah pattern untuk interaksi antara sistem dan aktor
di application domain.
• Actor, abstrak dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan
system target.
2. Function
Menurut Mathiassen (2000,137) Function adalah sebuah fasilitas
untuk membuat sebuah model yang berguna untuk actor. Untuk
membantu menganalisis, Mathiassen ( 2000, p138 ) membagi
function ke dalam beberapa tipe yang berbeda, antara lain:
• Update
Function yang diaktifkan oleh suatu event problem-domain dan
menghasilkan perubahan didalam model state.
• Signal
Function yang diaktifkan oleh perubahan dalam model state dan
menghasilkan reaksi dalam context, reaksi ini mungkin dapat
dimunculkan kepada actor dalam application-domain, atau
langsung intervensi dalam problem-domain.
• Read
Function yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi
didalam tugas actor dan menghasilkan sistem yang
mempertunjukkan bagian – bagian dari model yang relevan.
49
• Compute
Function yang diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi
didalam tugas actor dan terdiri dari suatu perhitungan termasuk
informasi yang disajikan oleh seorang actor atau model, hasilnya
adalah sebuah tampilan mengenai hasil perhitungan.
Menurut Mathiassen (2000,p141), terdapat beberapa cara mencari
function yaitu :
• Mencari function dengan memeriksa class, event dan use case.
• Analisis sistematis dengan menggunakan empat tipe function.
• Termasuk didalamnya name, type dan assessement dari
kompleksitas dari function : simple, medium, complex or very
complex.
3. Interface
Menurut Mathiassen (2000, p151) interface adalah fasilitas yang
membuat model dan functions sistem tersedia bagi actor. Interface
dibedakan menjadi dua menurut penggunaannya, yaitu :
• User interface, yaitu sebuah tampilan yang akan menjadi media
komunikasi antara user dengan sistem.
• System interface, yaitu suatu media yang menhubungkan suatu
system dengan system lainnya.
50
Gambar 2.14 Aktivitas-aktivitas pada Interface
2.11.2.3. Architectural Design
Menurut Mathiassen (2000,p173), di dalam architectural design
terdapat 3 aktivitas yaitu criteria, arsitektur component dan arsitektur
process. Tujuan dari architectural design adalah untuk membentuk sistem
yang berdasarkan criteria design tertentu.
2.11.2.3.1. Criteria
Criteria adalah faktor pemilihan property dari sebuah arsitektur,
dimana didalamnya berisikan semua syarat – syarat atau kondisi untuk
menciptakan architectural design yang baik. Menurut Mathiassen (2000,
p178) kriteria untuk desain yang baik terdiri dari :
• Usable
Kemampuan beradaptasi sistem dalam organisasi, hubungan kerja dan
secara teknik
51
• Secure
Kemampuan untuk menanggulangi bahaya dari akses tak berwenang
terhadap data dan fasilitas.
• Efficient
Eksploitasi secara ekonomi dari fasilitas teknik platform.
• Correct
Sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.
• Reliable
Sistem dapat memenuhi kebutuhan eksekusi fungsi-fungsi program.
• Maintainable
Biaya yang digunakan untuk mengalokasikan dan memperbaiki
kerusakan sistem.
• Testable
Biaya yang digunakan untuk meyakinkan bahwa sistem yang
dikembangkan melakukan fungsi sesuai dengan yang diharapkan.
• Flexible
Biaya yang digunakan untuk memodifikasi sistem yang telah
dikembangkan.
• Comprehensible
Usaha yang dibutuhkan agar user dapat memahami sistem dengan
mudah.
• Reusable
Menggunakan bagian suatu sistem pada sistem lain yang berhubungan.
52
• Portable
Biaya untuk memudahkan sistem pada platform teknikal lainnya.
• Interoperatable
Biaya untuk merangkaikan sistem pada sistem lain.
2.11.2.3.2. Component
Menurut Mathiassen (2000, p189) component adalah kumpulan
dari program yang mempunyai sejumlah tanggung jawab yang telah
dirumuskan dengan baik. Component Architecture adalah sebuah struktur
sistem yang terdiri dari component yang saling berhubungan. Tujuannya
adalah untuk mendefinisikan struktur sistem secara keseluruhan, membuat
sistem lebih mudah dimengeri, mengorganisasikan desain kerja dan
mempengaruhi stabilitas dari konteks sistem. Pola arsitektur terdiri dari :
• Pola Arsitektur Layer
Arsitektur layer terdiri dari komponen-komponen yang berbentuk
layer.
• Arsitektur Umum
• Arsitektur Client-Server
Component pada arsitektur ini adalah sebuah server yang mempunyai
suatu set operasi yang dapat diakses oleh clients.
Tabel 2.4 Keanggotaan variable lingustik
Client Server Arsitektur
U U + F + M Distributed Presentation
U F + M Local Presentation
53
U + F F + M Distributed Functionality
U + F M Centralized Data
U + F + M M Distributed Data
U = User Interface, F = Function, M = Model
2.11.2.3.3. Process
Menurut Mathiassen (2000, p209) arsitektur proses bertujuan
untuk mendefinisikan struktur fisik dari suatu sistem. Di dalam arstitektur
proses dikenal istilah prosesor dan active object. Prosesor adalah suatu alat
yang menjalankan komponen-komponen yang muncul dari aktivitas model
dan function. Active object adalah objek yang ada dalam sebuah proses
atau objek yang telah melakukan kegiatan dalam proses.
2.11.2.4. Design Component
2.11.2.4.1. Model Component
Menurut Mathiassen (2000, p235) tujuan dari model component
adalah untuk menyampaikan data-data yang ada ke dalam bentuk
functions, interfaces untuk user dan sistem lainnya. Model
menggambarkan problem domain dengan menggunakan classes, objects,
structure, dan behavior. Tugas utama dari desain komponen model adalah
untuk merepresentasikan event-event dengan menggunakan mekanisme
yang ada pada bahasa pemrograman berorientasi object.
Model component adalah bagian dari sistem yang
mengimplementasikan model problem domain Dalam analisis, model
digambarkan sebagai class diagram yang dikombinasikan dengan
54
statechart diagram untuk tiap classnya. Statechart diagram
menggambarkan atribut yang terdapat di setiap event. Statechart diagram
menentukan event trace yang sah untuk class object. Jika tidak sah, sistem
melakukan tindakan. Event trace berakhir dengan penutupan, dimana event
trace juga mempunyai waktu spesifik yang dilampirkan.
2.11.2.4.2. Revised Class
Menurut Mathiassen (2000, p238) private event adalah event yang
hanya dimiliki oleh satu object. Event yang terjadi hanya satu kali pada
private event dianggap sebagai class attribute. Event yang terjadi berulang
kali pada private event memerlukan class baru. Petunjuk untuk
menampilkan private events :
• Jika event tersebut adalah sequence dan selection maka digambarkan
sebagai state attribute di dalam class yang berkaitan dengan event
tersebut.
• Jika event tersebut adalah iteration maka digambarkan sebagai class
baru.
Common event berpengaruh terhadap beberapa objek yang
bersangkutan, oleh karenanya perlu ditambahkan koneksi struktural agar
objek lain dapat mengakses atribut yang relevan. Petunjuk untuk
menampilkan common events :
• Bila event berkaitan di dalam statechart diagram dengan cara yang
berbeda, gambarkan relasi ke class yang menyediakan representasi
paling sederhana.
55
• Bila event berkaitan di dalam statechart diagram dengan cara yang
sama, maka dipertimbangkan kemungkinan representasi yang
berlawanan terhadap satu sama lain.
Tiga cara menyederhanakan revised class diagram yang telah
diperoleh yaitu:
• Generalisasi, dua class yang berbeda dengan atribut yang sama
disederhanakan dengan penggabungan dua class tersebut menjadi satu
class baru dengan atribut yang sama.
• Asosiasi, ketika menambahkan class dan struktur baru, struktur lama
juga harus dipertimbangkan agar tidak terjadi pengulangan
(redundancy).
• Iterasi, untuk menghasilkan struktur analisis model yang lebih baik
dengan desain model yang lebih terstruktur dan sederhana.
2.11.2.5. Function Component
Menurut Mathiassen (2000,p232), function component adalah bagian
dari system yang mengimplementaiskan kebutuhan fnugsional. Menurut
Mathiassen (2000, p254) ada empat macam tipe fungsi dalam analisa
application domain yaitu :
• Update
Fungsi update secara langsung menghubungkan ke problem domain
event. Fungsi update menerima input data dari event yang terjadi dan
hasilnya akan dikembalikan ke tempat dimana fungsi tersebut diaktifkan.
56
• Read
Fungsi read menunjukkan kebutuhan user atau sistem lain untuk
memperoleh informasi dari model yang berupa database.
• Compute
Fungsi compute menunjukkan bahwa user atau sistem lain perlu untuk
melakukan pengolahan data, yang melibatkan proses read ke model.
Proses penghitungan sering dikombinasikan dengan fungsi update.
• Signal
Fungsi signal menyampaikan syarat tentang pengawasan atau kontrol.
Fungsi signal harus mengikuti pola aktif atau pasif. Fungsi aktif signal
bisa diimplementasikan oleh operasi yang aktif secara permanen dan
mengevaluasi secara rutin. Fungsi pasif signal bisa diimplementasikan
oleh operasi yang pada dasarnya tidak aktif setelah diaktifkan oleh event
tertentu.
2.11.3. Manajemen Pengadaan
Manajemen pengadaan merupakan salah satu komponen utama supply
chain management. Menurut Pujawan (2005, p137) tugas dari manajemen
pengadaan adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa, yang
dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan.
Pada perusahaan manufaktur, barang yang harus dibeli oleh bagian pengadaan
bisa diklasifikasikan secara umum menjadi (i).bahan baku dan komponen untuk
produksi, (ii).capital equipment seperti mesin dan peralatan jangka panjang
lainnya, dan (iii).suku cadang mesin, alat tulis kantor, dan sebagainya yang
57
bisanya dinamakan maintenance, repair, and operating (MRO) supplies. Di
samping bagian pengadaan juga biasanya bertugas menyediakan jasa seperti
jasa transportasi dan pergudangan, jasa konsultasi, dan sebagainya. Secara
Umum, tugas-tugas yang dilakukan mencakup :
• Merancang dan menjaga hubungan yang baik dengan supplier
Hubungan dengan supplier bisa bersifat kemitraan jangka panjang maupun
hubungan transaksional jangka pendek. Model hubungan mana yang tepat
tentunya tergantung pada banyak hal, termasuk diantaranya kritis tidaknya
barang yang dibeli dari supplier yang bersangkutan dan besar tidaknya nilai
pembelian. Bagian pengadaanlah yang punya tugas untuk merancang
relationship portfolio untuk semua supplier. Disamping itu, bagian
pengadaan juga perlu menetapkan berapa jumlah supplier yang harus
dipelihara untuk tiap jenis item. Perusahaan mungkin memiliki supplier
utama dan supplier pendamping (cadangan) untuk setiap item.
• Memilih supplier
Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang
tidak sedikit apabila supplier yang dimaksud adalah supplier kunci.
Kesulitan akan lebih tinggi kalau supplier-supplier yang akan dipilih berada
di mancanegara (global suppliers). Untuk supplier-supplier kunci yang
berpotensi untuk menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini
bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi,
kunjungan lapangan (site visit) dan sebagainya. Proses yang seperti ini tentu
memakan waktu dan biasa yang besar.
58
• Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok
Kegiatan pengadaan selalu membutuhkan bantuan teknologi. Teknologi
yang lebih tradisional dan lumrah digunakan adalah telepon dan fax.
Dengan munculnya Internet, teknologi pengadaan mengalami
perkembangan yang sangat dramatis. Dewasa ini banyak perusahaan yang
menggunakan lectronic procurement (e-procurement) yakni aplikasi
internet untuk kegiatan pengadaan. Dengan e-procurement, perusahaan bisa
memiliki catalog elektronik yang bisa mengakses berbagai data supplier dan
barang yang bisa dipasok. Electronic procurement bisa juga membantu
perusahaan untuk memilih supplier melalui proses e-auction atau e-bidding.
• Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier
Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang
mereka dibutuhkan maupun data tentang supplier-supplier mereka.
Beberapa data supplier yang penting adalah nama dan alamat masing-
masing supplier, item apa saja yang mereka pasok, harga per unit, lead time
pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi supplier. Kualifikasi yang
dimaksud disini bisa berupa kualifikasi umum seperti sertifikasi ISO 9000 /
ISO 14000 maupun kualifikasi khusus yang ditetapkan perusahaan.
• Melakukan proses pembelian
Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembelian
rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang (auction).
• Mengevaluasi kinerja supplier
59
Hasil dari penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk
meningkatkan kinerja mereka. Bagi perusahaan pembeli, kinerja supplier
bias digunakan sebagai dasar untuk menentukan volume pembelian (kalau
ada lebih dari satu supplier untuk item sejenis) maupun untuk menentukan
peringkat supplier.
Pada tahun 1980-an kegiatan pengadaan baru dianggap sebagai kegiatan
yang strategis. Pandangan ini tentu saja didorong oleh persaingan yang semakin
ketat sehingga pelaku bisnis mulai sadar bahwa efisiensi dan valus creation
tidak hanya perlu dilakukan di bagian produksi, namun juga di bagian-bagian
lain termasuk salah satunya bagian pengadaan. Bagian pengadaan tentu tidak
hanya bisa berperan secara strategis dalam menciptakan keunggulan dari segi
ongkos (dengan mendapatkan sumber-sumber bahan baku, komponen, MRO,
dll, dengan harga yang murah). Bagian pengadaan juga punya peran dari aspek
competitive advantage yang lain. Kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan manufaktur akan sangat ditentukan oleh kemampuan bagian
pengadaan untuk mendapatkan sumber-sumber bahan baku dan komponen yang
berkualitas dan / atau menjadi jembatan dalam membina supplier-supplier yang
ada dengan berbagai program peningkatan kualitas.
2.11.4. Proses Pembelian
Menurut Pujawan (2005, p141), proses pembelian yang merupakan
fungsi dari manajemen pengadaan bisa dilakukan melalui proses tender atau
pembelian rutin. Proses pembelin rutin biasanya berlaku untuk item-item yang
suppliernya sudah jelas karena ada kesepakatan jangka panjang antara supplier
60
dengan perusahaan. Sedangkan proses tender (dan juga lelang) dilakukan untuk
item – item yang suppliernya masih harus dipilih.
Pembelian rutin dilakukan untuk item-item yang kebutuhannya berulang
(repetitive). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagian yang membutuhkan mengirimkan permintaan pembelian ke bagian
pengadaan. Dokumen permintaan pembelian ini biasanya dinamakan
purchase requisition (PR) atau material requisition (MR).
2. Bagian pengadaan akan mengevaluasi MR / PR yang diterima. Kemudian
bagiaan pengadaan akan mengirimkan purchase order (PO) ke supplier yang
dianggap tepat.
3. Begitu supplier sepakat untuk memenuhi PO tersebut, bagian pengadaan
harus secara proaktif memonitor perkembangan pengirimannya agar tidak
terjadi keterlambatan.
4. Pada saat pesanan datang, bagian gudang berkewajiban untuk mengecek
benar atau tidaknya item yang dikirim serta jumlah dan kualitasnya.
5. Bagian akuntansi kemudian akan menyelesaikan proses pembayaran sesuai
dengan term pembayaran yang berlaku.
61
Gambar 2.15 Langkah - langkah pada proses pembelian
Pembelian dengan metode tender atau lelang dilakukan apabila tidak
memungkinkan untuk langsung mengirim PO ke supplier setelah ada PR atau
MR dari bagian yang membutuhkan barang atau jasa. Tender sedikit berbeda
dengan lelang. Pada proses tender, tidak ada kesempatan bagi para peserta
(supplier) untuk merevisi harga yang telah ditawarkan. Harga penawaran
biasanya bersifat rahasia dan tidak diperlihatkan ke peserta yang lain.
Sedangkan pada proses lelang, perserta diundang untuk datang (secara fisik atau
lewat internet) untuk mengikuti proses lelang. Pada saat lelang berlangsung,
peserta bisa melihat harga yang ditawarkan oleh peserta yang lain dan mereka
boleh merevisi (menurunkan) harga sampai pada batas waktu lelang yang
ditetapkan. Secara umum proses tender mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Bagian yang membutuhkan barang atau jasa (user) mendefinisikan
kebutuhan secara umum
62
2. Bagian yang bersangkutan (user) mengirimkan sejenis Purchase Requisition
(PR) ke bagian pengadaan.
3. Bagian pengadaan akan mengirimkan request for quotation (RFQ) atau
request for proposal (RFP) ke supplier yang potensial. Untuk barang atau
jasa yang sudah cukup jelas spesifikasinya biasanya perusahaan meminta
penawaran harga (RFQ). Sedangkan untuk barang / jasa yang spesifikasinya
belum jelas, RFP yang dikirim oleh perusahaan. Jadi dalam hal ini supplier
akan diminta membuat proposal dan salah satu yang dinilai nantinya adalah
spesifikasi yang diajukan oleh supplier.
4. Secara pararel dengan langkah di atas, bagian pengadaan dan bagian yang
membutuhkan barang / jasa tadi membuat kriteria penilaian penawaran
(quotation) atau proposal yang masuk.
5. Untuk kasus-kasus tertentu, perusahaan terkadang harus mengundang calon
- calon supplier untuk menjelaskan secara rinci tentang barang / jasa yang
dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa calon-claon supplier mengerti apa
yang dibutuhkan perusahaan sehingga bisa membuat proposal yang
berkualiatas dan obyektif.
6. Setelah penawaran / proposal terkumpul, perusahaan akan melakukan
proses seleksi. Seleksi tahap pertama digunakan untuk memilih beberapa
calon yang aspek teknisnya memenuhi syarat. Pada tahap kedua seleksi
didasarkan atas harga yang ditawarkan. Untuk proses tender, penawaran
harga bersifat statis, sedangkan pada proses lelang, supplier diminta untuk
hadir pada suatu periode tertentu utnuk mengajukan harga serta merevisinya
secara dinamis seperti yang sudah dijelaskan diatas.
63
7. Setelah pemenang ditentukan, bagian pengadaan akan membuat kontrak
dengan supplier.
8. Bagian pengadaan selanjutnyan akan mengirimkan PO untuk secara formal
meminta pasokan barang atau jasa sejumlah tertentu dengan harga dan
waktu yang disepakati.
9. Proses selanjutnya berupa pemantauan pengiriman atau penyampaian jasa,
pembayaran, dan lain-lain tidak jauh berbeda dengan pembelian rutin.
Gambar 2.16 Tahap - tahap pada proses tender
64
2.11.5. Electronic Procurement
Menurut Pujawan (2005, p163) kata electronic procurement (e-
procurement) secara umum didefinisikan sebagai aplikasi internet untuk
keperluan proses pengadaan. Aplikasi internet untuk proses pengadaan bisa
dalam berbagai wujud. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan ayng
meraup berbagai manfaat dengan mengaplikasikan electronic procurement ini.
Menurut hasil studi di Amerika tahun 2003 menunjukkan bahwa lebih dari 50%
dari 160 perusahaan yang menjadi responden menyatakan telah
mengaplikasikan e-procurement dalam berbagai bentuk yang berbeda. Dengan
internet perusahaan bisa mengirim RFO dan PO ke supplier, melakukan lelang
secara elektronik (online), membagi informasi-informasi yang kritis, dan
sebagainya.
Dalam kenyataannya, aplikasi e-procurement bisa bermacam-macam
danb masing-masing punya fitur yang berbeda. Jenis aktivitas yang didukung
oleh internet juga berbeda-beda. Secara umum ada beberapa jenis aplikasi
eprocurement yaitu :
1. e-catalogue
Secara tradisional katalog biasanya tercetak dalam bentuk buku atau brosur.
Dengan adanya internet, perusahaan bisa memiliki katalog elektronik. Di
sini perusahaan mengumpulkan informasi supplier atau calon supplier
dengan segala produk atau jasa yang mereka bisa pasok. E-catalogue
biasanya dilengkapi dengan fasilitas pencarian (search) sehingga
perusahaan akan dengan mudah mendapatkan informasi ten tan produk atau
jasa yang diinginkan.
65
2. e-auction
Ini adalah aplikasi untuk membantu proses lelang. Pada proses pembelian,
lelang dilakukan oleh pembeli dengan mengumpulkan calon-calon supplier.
Mereka sebelumnya sudah diberi tahu oleh pembeli tentang jumlah,
spesifikasi, dan waktu kebutuhan suatu barang atau jasa. Mereka akan
mengajukan penawaran (secara elektronik) dan selama proses lelang mereka
bisa merevisi (menurunkan) harga penawarannya. Supplier yang
memberikan penawaran terendah pada akhir periode lelang akan keluar
sebagai pemenang.
3. B2B market exchange
Aplikasi ini memungkinkan banyak pembeli dan banyak penjual bertemu
secara virtual. Pada kebanyakan kasus, aplikasi ini dimiliki dan dikelola
oleh pihak ketiga. Item-item yang ditransaksikan disini bisa spesifik untuk
industri tertentu seperti baja (www.steel.com, www.chemical.com), maupun
yang lebih umum seperti MRO (www.mro.com). B2B market exchange
tidak hanya ada di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara industri
baru seperti China (misalnya Chemchine.com, echinachem.com), Korea
(cyberdisy.com), India (seperti Chemvalue.com, Indiamarkets.com,
Indiachemicalportal.com), Middle East (MEsteel.com), dan Amerika Latin
(ActiMart.com).
4. B2B private exchange
Aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu proses transaksi rutin dengan
supplier. Perusahaan bisa mengirimkan PO secara elektronik, mengecek
66
status pengiriman, melakukan transaksi pembayaran, dan sebagainya.
Disamping itu perusahaan mungkin bisa menggunakan aplikasi ini untuk
berbagai informasi tentang rencana produksi dan informasi lainnya dengan
supplier. Supplier juga bisa membagi informasi ketersediaan stok dan
kapasitas produksi mereka.
Banyak manfaat yang bisa direalisasikan dengan mengaplikasikan
eprocurement dalam proses pengadaan. Beberapa keuntungan tersebut antara
lain:
1. Proses-proses administratif bisa dilangsungkan lebih cepat, akurat, dan
murah. Mengundang supplier untuk memasukkan proposal atau penawaran
tidak lagi dilakukan lewat surat atau fax, tetapi bisa dilakukan dengan
fasilitas web. Calon-calon supplier bisa mendapatkan pesan tersebut dengan
cepat dan akurat dimanapun mereka berada asalkan tersambung dengan
jaringan internet.
2. Perusahaan yang menggunakan sistem lelang bisa mendapatkan keuntungan
berupa harga yang jauh lebih murah karena supplier akan sedapat mungkin
menurunkan harga penawaran agar bisa menjadi pemenang.
3. Perusahaan bisa mendapatkan calon-calon supplier yang lebih banyak dari
berbagai tempat sehingga berpeluang untuk melakukan transaksi dengan
supplier yang lebih berkompeten.
4. Perusahaan maupun supplier bisa melacak transaksi maupun proses-proses
fisik (pengiriman, dll) sehingga kedua belah pihak cepat mengetahui kalau
ada masalah yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
67
5. Pihak perusahaan maupun supplier bisa melakukan proses-proses tersebut
dari mana saja asalkan terhubung dengan jaringan internet.
2.11.6. Business to Business (B2B) Commerce
Menurut Efraim(2004, p237) business-to-business e-commerce atau eB2B
adalah transaksi antara bisnis-bisnis yang dilakukan secara elektronik melalui
internet, intranet, ekstranet, atau jaringan privat. Business-to-business e-
commerce memungkinkan perusahaan untuk menyederhanakan jalur
pengadaan, distribusi, dan fisik, mengurangi dokumen dalam hubungan
pelanggan dan supplier, pengurangan inventory, dan outsourcing. Tipe
business-to-business e –commerce ada empat macam yaitu :
1. Sell-SideB2B, satu penjual dan banyak pembeli. Contoh : Boeing, Cisco.
2. Buy-Side B2B, satu pembeli dari banyak penjual. Contoh : General Electric.
3. Electronic (NET) Marketplace of Exchange,banyak penjual dan banyak
pembeli. Contoh : Hyundai, BASF.
4. Collaborative Commerce, komunikasi dan pembagian informasi, desain,
dan rencana antar rekan bisnis.
Tipe Sell-Side dan Buy-Side mempunyai kontrol penuh pada yang
berpartisipasi dalam transaksi penjualan dan pembelian. Hal ini menjadikan tipe
Sell-Side dan Buy-Side diklasifikasikan sebagai private e-marketplace. Dalam
electronic (NET) Marketplace or Exchange banyak pembeli dan penjual yang
akan bertransaksi, agar transaksi mudah dilakukan maka akan ada pihak ketiga
yang mengatur hal tersebut. Tipe Electronic (NET) Marketplace of Exchange
terbuka untuk semua penjual dan pembeli. Hal ini menjadikan tipe electronic
68
(NET) Marketplace or Exchange diklasifikasikan sebagai public e-marketplace.
Collaborative Commerce adalah kerjasama antar perusahaan dalam hal
komunikasi, desain, rencana, dan informasi. Jadi untuk disebut Collaborative
commerce aktivitas yang diberikan ke rekan bisnis tidak hanya transaksi
keuangan. Hal ini menjadikan tipe Collaborative commerce diklasifikasikan
sebagai public emarketplace.
2.11.7. Database
Menurut Britton dan Doake (2001, p266), database adalah semua data
yang dibutuhkan untuk mendukung operasi organisasi. Di dalamnya meliputi
aktivitas mengumpulkan, mengorganisasi dan merawat secara tersentralisasi.
Menurut Whitten, Bentley dan Dittman (2000, p470) database adalah suatu
koleksi files yang saling berhubungan. Jadi dapat disimpulkan database adalah
sekumpulan data dan file yang saling berhubungan dan dibutuhkan untuk
mendukung operasi organisasi.
Menurut Connolly (2003, p15) DBMS (Database Management Systems)
adalah suatu software yang memampukan penggunanya untuk membuat,
memelihara dan mempunyai kontrol untuk mengakses database. Umumnya
DBMS menyediakan fasilitas – fasilitas berikut ini :
1. DBMS mengijinkan penggunanya untuk mendefinisikan database, biasanya
melalui Data Definition Language (DDL). DDL ini mengijinkan
penggunanya untuk menspesifikasikan struktur dan tipe data serta batasan –
batasan dari data yang akan disimpan dalam database.
69
2. DBMS mengijinkan penggunanya untuk memasukkan, menghapus dan
mengupdate data dari database melalui query.
3. DBMS menyediakan kontrol akses terhadap database. Contohnya :
• Sistem integrity, yang menjaga konsistensi dari data yang disimpan.
• Sistem keamanan, yang mencegah pengguna yang tidak mempunyai hak
akses untuk mengakses database.
• Sistem concurrency control, yang memperbolehkan pembagian hak akses
dari database.
• Sistem kontrol recovery, yang mengembalikan database ke keadaan
sebelumnya.
• Sistem user accessible catalog, yang berisi deskripsi dari data dalam
database.
Menurut Connoly & Begg (2002, p281-282) perancangan database
dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan utama sebagai berikut:
1. Conceptual Database Design
Conceptual Database Design merupakan proses membangun sebuah model
data dari informasi yang diperoleh dalam suatu organisasi, tetapi bebas dari
segala pertimbahan fisik.
2. Logical Database Design
Logical Database Design merupakan proses membangun sebuah model
informasi yang diperoleh dari sebuah organisasi berdasarkan modal data
70
khusus, tetapi bebas dari hal yang berkaitan dengan Database Management
Systems (DBMS) dan pertimbangan fisik lainnya.
3. Physical Database Design
Physical Database Design merupakan proses pembuatan gambaran suatu
implementasi database pada media penyimpanan kedua.
2.11.8. Internet
Secara harafiah, internet (kependekan daripada perkataan 'inter-network')
ialah rangkaian komputer yang berhubung menerusi beberapa rangkaian.
Manakala Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang
berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran
paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang
terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah
ini dinamakan internetworking.
Protokol-protokol internet yang sering digunakan adalah seperti, IP,
TCP,UDP, DNS, PPP, SLIP, ICMP, POP3, IMAP, SMTP, HTTP, HTTPS,
SSH, Telnet, FTP, LDAP, dan SSL. Beberapa layanan populer di internet yang
menggunakan protokol di atas, ialah email/surat_elektronik, Usenet,
Newsgroup, perkongsian file (File Sharing), WWW (World Wide Web),
Gopher, akses sesi (Session Access), WAIS, finger, IRC, MUD, dan MUSH. Di
antara semua ini, email/surat_elektronik dan World Wide Web lebih kerap
digunakan, dan lebih banyak servis yang dibangun berdasarkannya, seperti
milis (Mailing List) dan Weblog.
Internet memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service), seperti
web radio, dan webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia. Selain itu melalui
71
internet dimungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung antara dua
pengguna atau lebih melalui program pengirim pesan instan seperti Camfrog,
Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan Windows Live Messenger.
2.11.9. Hyper Text Transfer Protocol
HyperText Transfer Protocol (HTTP) adalah protokol yang
dipergunakan untuk mentransfer dokumen dalam World Wide Web (WWW).
Protokol ini adalah protokol ringan, tidak berstatus dan generik yang dapat
dipergunakan berbagai macam tipe dokumen.
HTTP adalah sebuah protokol meminta atau menjawab antara client dan
server. Sebuh client HTTP seperti web browser, biasanya memulai permintaan
dengan membuat hubungan TCP/IP ke port tertentu di tuan rumah yang jauh
(biasanya port 80).
2.11.10. World Wide Web
World Wide Web (WWW), atau singkatnya web adalah suatu ruang
informasi di mana sumber-sumber daya yang berguna diidentifikasi oleh
pengenal global yang disebut Uniform Resource Identifier (URI) atau biasa
sering disebut juga Uniform Resource Locator (URL). WWW sering dianggap
sama dengan Internet secara keseluruhan, walaupun sebenarnya ia hanyalah
bagian daripadanya. Hiperteks dilihat dengan sebuah program bernama web
browser yang mengambil informasi (disebut "dokumen" atau "halaman web")
dari server web dan menampilkannya, biasanya di sebuah monitor. Kita lalu
dapat mengikuti pranala di setiap halaman untuk pindah ke dokumen lain atau
bahkan mengirim informasi kembali kepada server untuk berinteraksi
dengannya. Ini disebut "surfing" atau "berselancar" dalam bahasa Indonesia.
72
Halaman web biasanya diatur dalam koleksi material yang berkaitan yang
disebut "situs web". Semua hal yang berhubungan WWW telah diatur dalam
sebauj konsorsium internasional yaitu W3C (World Wide Web Consortium)
yang mana bertujuan untuk mengatur standarisasi yang ada didalam WWW
supaya perkembangan dari WWW dapat berjalan dengan cepat selain itu juga
untuk dapat digunakan secara universal karena WWW yang sudah mendunia.
Web server adalah sebuah perangkat lunak server yang berfungsi
menerima permintaan HTTP atau HTTPS dari client yang dikenal dengan web
browser dan mengirimkan kembali hasilnya dalam bentuk halaman-halaman
web yang umumnya berbentuk dokumen HTML. web server yang terkenal
diantaranya adalah Apache dan Microsoft Internet Information Service (IIS).
Apache merupakan server web antar-platform, sedangkan IIS hanya dapat
beroperasi di sistem operasi Windows. web server juga dapat berarti komputer
yang berfungsi seperti definisi di atas.
Hyper Text Markup Language (HTML) adalah bahasa hypertext standar
yang digunakan pada web yang memformat dokumen dan link ke dokumen lain
yang disimpan pada computer yang sama atau berbeda (Efraim, 2001, p223).
HTML merupakan turunan dari standart generalized markup language
(SGML), bahasa berbasiskan teks untuk menjelaskan isi dan struktur komponen
digital. HTML adalah subset dari SGML yang lebih sederhana dan
menggabungkan tabel, applet, teks pada image, superscripts, dan subscripts.
Dengan menggunakan hypertext links, users mengklik dokumen yang dipilih,
kemudian akan dipindahkan ke dokumen yang lain.