Bab 2 kontrol sekuensial PLC

POLITEKNIK CALTEX RIAU

BAB 2 KONTROL SEKUENSIAL TUJUAN INSTRUKSIONAL

Tujuan dari bab ini adalah: 1. Mahasiswa memahami pengertian dan mekanisme kontrol sekuensial beserta

contoh-contohnya. 2. Mahasiswa memahami elemen-elemen dasar kontrol sekuensial dan rangkaian

dasarnya. 3. Mahasiswa dapat merancang aplikasi kontrol sekuensial.

1.1 PENGERTIAN KONTROL SEKUENSIAL

Untuk memudahkan pemahaman tentang kontrol sekuensial, maka diambil contoh tentang proses pengendalian lift.

1. Seseorang memanggil lift dengan cara menekan tombol pemanggil. 2. Lift akan bergerak menuju lantai dimana tombol pemanggil ditekan. 3. Pintu lift terbuka otomatis setelah litf berhenti. 4. Orang tersebut naik ke dalam lift dan menekan tombol lantai yang akan

dituju. 5. Pintu menutup dan lift menuju lantai yang dituju, dan/atau berhenti pada

lantai yang menekan tombol pemanggil. 6. Lift akan berhenti secara berurutan pada lantai yang diinginkan penumpang

dalam lift. 7. Pintu akan terbuka lama jika penumpang yang turun banyak, dan lift tetap

pada lantai terakhir sampai ada panggilan berikutnya. Dari proses ini dapat dijelaskan bahwa nilai output saat ini tergantung tidak

hanya pada masukan saat ini, tapi juga dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya, keadaan sistem yang seperti ini disebut juga sebagai sistem sekuensial.

Dalam keadaan posisi lift sedang dalam perjalanan, penekanan tombol “buka” tidak berpengaruh, berarti masukan saat itu tidak berpengaruh sebelum kondisi sebelumnya, yaitu lantai yang dituju, tercapai.

Jadi kontrol sekuensial merupakan pengontrolan yang berhubungan dengan sistem sekuensial. Biasanya, kontrol sekuensial akan berkaitan erat dengan PLC untuk memasukkan dan mengolah data yang banyak digunakan dalam dunia industri saat ini.

Kategori Kontrol Sekuensial

Kontrol sekuensial dapat dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:

1. Conditional Control

2.2 Kontrol Otomatis I


Sistem akan menjalankan instruksi urutan berikutnya jika kondisi yang telah ditentukan sebelumnya terpenuhi. Salah satu sistem yang termasuk dalam contoh kategori ini adalah operasi lift, dimana untuk pergi ke lantai 20 dari lantai 3 maka kondisi-kondisi berikut harus terpenuhi: • Tombol pemanggil pada lantai 3 ditekan. • Penumpang tidak melebihi kapasitas yang direncanakan. • Tombol tujuan dalam sangkar ditekan (dalam hal ini lantai 20).

2. Time Schedule Control Sistem melaksanakan instruksi urutan berikutnya jika waktu yang telah ditentukan sebelumnya tercapai. Salah satu contoh kontrol kategori ini adalah pengatur lampu lalu lintas, dimana penyalaan masing-masing lampu berdasarkan waktu yang telah ditentukan, ia tidak terpengaruh oleh kondisi kepadatan jalan.

3. Executive Control Pada Executive Control ini waktu pelaksanaan atau interval waktu tidak penting, yang dipentingkan hanya urutan operasi yang telah ditetapkan. Kebanyakan control kategori ini adalah pada kontrol posisi, misalkan suatu benda akan dibentuk dengan diameter d1 dalam jarak x ke y dan diameter d2 dari x ke z, waktu pengerjaan atau interval tidak penting karena kecepatan pengerjaan tergantung pada benda kerja, tenaga mesin dan material alat-alat.

1.2 RANGKAIAN KONTROL SEKUENSIAL Pada saat ini sistem kontrol sekuensial dapat dengan mudah dirancang.

Untuk dapat merancang sistem kontrol sekuensial yang baik, maka terlebih dahulu harus mengetahui elemen-elemen dasar rangkaian sekuensial serta memahami bagaimana prinsip kerjanya.

Setelah dirancang, rangkaian kontrol sekuensial yang terdiri dari dua rangkaian yaitu rangkaian sequence dan rangkaian time-chart, maka rangkaian tersebut dapat langsung diaplikasikan atau dapat juga dimasukkan data berupa program ke suatu peralatan yang disebut kontroler sekuensial atau istilah lainnya sequencer atau programmable controller atau logic controller yang berupa suatu komputer khusus yang dapat melakukan kontrol sekuensial sesuai dengan yang direncanakan dan dapat melaksanakan berbagai perintah kontrol sekuensial untuk berbagai keperluan.

Elemen Dasar Rangkaian Sekuensial

Umumnya elemen-elemen dasar yang digunakan pada rangkaian kontrol sekuensial adalah switch, relai, kontaktor dan timer. Berikut ini akan dijelaskan prinsip kerja dari elemen-elemen dasar tersebut dan bagaimana penggunaannya dalam rangkaian kontrol sekuensial. 1. Switch (saklar)

Banyak tipe saklar yang beredar di sekitar kita. Gambar 2.1 memperlihatkan tipe saklar yang ada, dan gambar 2.2 memperlihatkan konseptual mekanisme dari microswitch (saklar).

BAB 2: Kontrol Sekuensial 2.3


Microswitch dapat dioperasikan dengan tekanan, dan dia mempunyai aksi saklar yang andal dengan kapasitas arus yang cukup besar. Microswitch banyak digunakan sebagai sensor pada rangkaian kontrol sekuensial, misalnya sebagai saklar pembatas untuk alarm, energi stop, kontrol posisi, dan lain-lain.

SWITCHa-contact b-contact

vert. hori. vert. hori.

PushButtonSwitch

TuggledSwitch

RemainContactSwitch

Gambar 2.1 Saklar manual dan simbol skematiknya

. . . . . . . . . . . . ....

...... ... ............... .........

PerpindahanPush Botton

Springkontak-b

Casing MovingContact kontak-a

Lever Perpindahan

Gambar 2.2 Konseptual mekanisme dari microswitch

2. Relai Umumnya relai dapat dibagi dalam dua tipe:

1). Relai tipe kontak membuka/menutup secara mekanis. 2). Relai tipe non-kontak menggunakan gerbang semikonduktor

Sedangkan yang dibahas disini adalah relai tipe kontak elektro magnetis. Gambar 2.3 memperlihatkan mekanisme umum dari relai elektromagnetis.

Jika ada arus yang melewati koil elektromagnet maka besi penggerak akan tertarik ke bawah sehingga kontak-a (pasangan 3-4) tertutup dan kontak-b (pasangan 5-6) terbuka.

Tetapi penggambaran relai yang seperti ini tidaklah praktis karena akan menggabiskan banyak waktu untuk menggambarnya, serta akan susah dipahami



dengan cepat, karena itu gambaran skema yang jelas dan mudah dimengerti dari relai dan kontak relai diperlukan untuk menjelaskan pengertian rangkaian tersebut.

Gambar 2.3 (b) menunjukkan simbol skema dari relai dan kontak relai yang sering digunakan. Pada gambar ini, kumparan relai dinyatakan dengan R dalam lingkaran (huruf besar yang lain juga dapat digunakan sebagai R yang digunakan sebagai kode pembeda), dan kontak relai disimbolkan dengan dua lingkaran kecil dan garis pendek.

Kode R menyatakan bahwa kontak tersebut dikontrol oleh koil R.

��

��

��

��

��

Moving Iron

Moving ContactFixed Contact

kontak-b

kontak-a

terminalkoil

1

2

3,5

4

6

MagneticCoil

R Rb(R-1)

Ra(R-2)

Ra(R-3)

a) Konsep mekanisme b) Simbol

Gambar 2.3 Relai elektromagnetik dari tipe kontak Perlu diperhatikan bahwa simbol untuk kontak-a (biasa terbuka / ordinarily

opened) dan kontak-b (biasa tertutup /ordinarily closed) adalah berbeda. Untuk kontak-a garis pendeknya berada di sebelah kanan sedang kontak-b berada di sebelah kiri.

Gambar 2.4 adalah suatu contoh dari relay sequence circuit chart yang sering kali disebut “sequence chart”. Pada chart tersebut, beberapa komponen (saklar, kumparan relai, kontak relai dan beban) biasanya disusun di antara garis kontrol induk dari kiri ke kanan menurut urut-urutan kontrol dengan menggunakan simbol seperti telah dijelaskan di atas.

L RLampu Relai Buzzer Beban

SW

Saklar

PB

Push Botton

LS

Limit Switch

Ra

PositifP

NNegatif

1

2

Sumber daya biasanya tidak digambar

Kontak-a

Control Mother Line

Gambar 2.4 Contoh hubungan komponen kontrol sekuensial

dengan jaringan kontrol induk



Gambar 2.5 menunjukkan sequence chart sederhana dengan satu relai dan

tiga lampu. Cara kerja dari rangkaian tersebut adalah:

1. Ketika PB ditekan, kumparan relai tereksitasi. 2. Kemudian kontak relai R ( dua kontak-a dan satu kontak-b ) digerakkan,

sehingga Ra tertutup dan Rb terbuka. 3. Lampu L2 dan L3 menyala sedangkan lampu L1 padam.

L1R L3L2

PB Rb Ra Ra

Gambar 2.5 Sequence chart dengan satu relai dan tiga lampu

��

��

��

t0 t1

PB

L1

L2

L3

R

Gambar 2.6 Sequence time chart dari gambar 2.5

Gambar 2.5 menunjukkan keadaan operasi dari tiap-tiap cabang rangkaian,

sedangkan gambar 2.6 menggambarkan sekuensial waktunya. Gambar sequence chart atau sequence time chart inilah yang sering

digunakan untuk merancang dan menganalisis rangkaian kontrol sekuensial.

3. Kontaktor Elektromagnetis Umumnya kontaktor elektromagnetis (MC = Magnetic Contactor)

digunakan untuk meng-ON-OFF motor-motor yang mempunyai daya yang besar. Dengan menggunakan MC maka pengaturan dan penyaluran arus listrik berkapasitas besar dapat dilakukan secara tidak langsung. Kontrol sekuensial untuk arus listrik yang besar biasanya memakai MC sebagai salah satu komponennya. Jadi, MC dapat dibayangkan sebagai kontak relai untuk piranti dengan arus besar.



MC-a1 MC-a2

MC-bMain Contact

Aux. Contact

Magnetic Coil

R TS

WVU

Gambar 2.7 Kontak dari kontaktor elektromagnetik

Kontaktor elektromagnetis dapat membuka dan menutup kontak yang dialiri arus dan tegangan yang besar dengan sinyal kontrol dari rangkaian kontrol sekuensial yang relatif kecil.

Gambar 2.7 menunjukkan skema konsep dari kontaktor elektromagnetis. MC terdiri dari koil dan kontak. Prinsip kerjanya sama dengan kontak relai, yaitu kontak-kontak akan bekerja bila koil tereksitasi. MC dilengkapi dengan tiga kontak yang mampu dialiri arus yang besar. Kontak-kontak yang dialiri arus yang besar disebut kontak utama (main contact), sedangkan tiga kontak untuk arus yang kecil disebut sebagai kontak tambahan (auxilary contact).

Contoh aplikasi MC ditunjukkan oleh gambar 2.8 dimana tiga kontak utamanya digunakan sebagai saklar motor 3 fasa dan satu kontak tambahan untuk rangkaian self-conservative. PB1 dan PB2 digunakan masing-masing untuk start dan stop MC.

R S T

M

MC

PB1

PB2

MC

Main ContactMC

Aux.Contact

MC

Magnetic Coil

OperatingCircuit

MainCircuit

Motor 3fasa

Gambar 2.8 Aplikasi kontaktor elektromagnetik

Rangkaian daya yang besar biasa disebut rangkaian utama (main circuit),

sebelah kiri garis putus-putus gambar 2.8, sedangkan rangkaian yang mengontrol



rangkaian utama, sebelah kanan garis putus-putus gambar 2.8, disebut rangkaian pengoperasi (operating circuit).

4. Pewaktu (timer)

Pewaktu (timer) atau relai pewaktu (timer-relay) juga merupakan komponen sistem kontrol sekuensial utama untuk kontrol pengaturan waktu (time-scheduled control).

Pewaktu yang digunakan untuk kontrol sekuensial dapat digolongkan menjadi dua, yaitu On-delay dan Off-delay.

Mekanisme dari pewaktu on-delay ditunjukkan oleh gambar 2.9, dimana pewaktu mulai menghitung ketika koil tereksitasi, dan kontak akan digerakkan bila telah mencapai waktu yang ditentukan.

Gambar 2.10 menunjukkan mekanisme pewaktu off-delay yang mulai menghitung bila eksitasi koil telah hilang, dan kontak akan bergerak setelah mencapai waktu yang ditentukan.

Berikut ini akan dibahas beberapa rangkaian dasar yang menggunakan pewaktu on-delay.

Coil Contact

TTimer Coil

a-contact

b-contact

��

��

��

OFF OFF

OFFOFF

OFF

ON

ON ON

ONSetting Interval

a) Mekanisme b) Simbol c) Time chart

Gambar 2.9 Pewaktu on-delay

Coil Contact

a) Mekanisme

TTimer Coil

a-contact

b-contact

b) Simbol

��

��

��

OFF OFF

OFFOFF

OFF

ON

ON ON

ONSetting Interval

c) Time chart

Gambar 2.10 Pewaktu off-delay

a. Penundaan operasi



TTimer Coil

a) Sequence chart

RRelay Coil

Beban

PB R RelayContact T Timer

Contact

b) Time chart

��

��tx

Setting Interval

PB

R

T

Beban

Gambar 2.11 Urutan operasi penundaan

Rangkaian untuk penundaan operasi ditunjukkan oleh gambar 2.11.

Meskipun PB ditekan, dibutuhkan waktu tertentu sebelum arus mengalir pada beban. Urutan operasinya adalah sebagai berikut: 1. Bila PB ditekan, koil tereksitasi. 2. Kemudian kontak relai Ra menutup, sehingga terbentuk rangkaian self-

conservative, dan secara serempak koil pewaktu T yang paralel R juga tereksitasi, sehingga penghitungan dimulai.

3. Setelah waktu t kontak pewaktu Ta tertutup dan arus mengalir pada beban.

b. Operasi selang waktu yang tetap

Pada banyak penerapan, diinginkan operasi peralatan hanya berlangsung selama selang waktu tertentu saja. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 2.12, dimana rangkaian akan mengalirkan arus ke beban hanya selama selang waktu tertentu saja (tx).

TTimer Coil

a) Sequence chart

RRelay Coil

Beban

PB R RelayContact

TimerContact

b) Time chart

��

��tx

Setting Interval

PB

R

T

Beban

Gambar 2.12 Rangkaian operasi selang waktu tetap



Pada rangkaian tersebut, kontak-b dari pewaktu dihubungkan dengan koil relai secara seri dan beban dihubungkan paralel dengan koil pewaktu. Urutan operasi dari rangkaian dijelaskan sebagai berikut: 1. Bila PB ditekan, arus mengalir ke beban, koil relai tereksitasi dan pewaktu

mulai menghitung. Relai dan pewaktu tetap bekerja, meskipun PB dilepas, dengan prinsip self-corservative.

2. Bila waktu yang ditentukan habis (tx), pewaktu akan beraksi, kontak-b pewaktu terbuka.

3. Kemudian arus yang melalui relai terputus, kontak relai Ra terbuka. 4. Sebagai hasilnya, rangkaian self-corservative terlepas dan arus ke beban

terputus. Rangkaian Sederhana Kontrol Sekuensial ( Rangkaian Logika )

1. Rangkaian OR

Gambar 2.13 menunjukkan contoh dari rangkaian OR. Gambar 2.13 (b) rangkaian OR menggunakan tiga relai dan tiga saklar toggle.

Sewaktu salah satu saklar atau lebih terhubung maka lampu akan menyala. Keluaran lampu dapat diperoleh dalam bentuk penjumlahan logika (OR) masukan saklar (hubung/putus) yaitu; L = ( SW1 OR SW2 OR SW3 ).

L

SW1 SW3SW2

Saklar

Lampu LR3R2R1

SW1 SW3SW2 R1 R3R2

Relai Lampu

kontak-aSaklar

a) Rangkaian OR menggunakan saklar b) Rangkaian OR menggunakan relai

Gambar 2.13 Rangkaian OR

2. Rangkaian AND Pada Gambar 2.14 menunjukkan contoh rangkaian AND dengan

menggunakan dua saklar toggle (gambar 2.14(a)) dan gambar 2.14(b) rangkaian AND yang menggunakan dua relai dan saklar toggle. Agar lampu menyala maka semua saklar harus terhubung. Perlu dicatat bahwa switch dan relai dihubungkan paralel untuk rangkain OR dan hubungan seri untuk rangkaian AND.



L

SW1

SW2

LR2R1

SW1 SW2

R1

R2

a) Rangkaian AND menggunakan saklar b) Rangkaian AND menggunakan relai

Gambar 2.14 Rangkaian AND

3. Rangkaian NOT Kontak-b dari relai akan putus apabila koil relai elektromagnet yang

bersangkutan dialiri arus. Karena itu keluaran kontak b selalu berlawanan dengan masukannya (arus yang melalui koil). Maka kontak b disebut sebagai rangkaian NOT (deny).

4. Rangkaian Self-Conservative

Biasanya push botton switch selalu dalam keadaan terhubung hanya apabila push botton ditekan. Seringkali hal tersebut tidak dikehendaki. Rangkaian self-conservative dapat mengatasi hal ini yaitu mampu mempertahankan kondisi hubung meskipun kontak-a hanya ditekan sekali. Rangkaian ini merupakan rangkaian yang banyak dipakai dalam sistem sekuensial yang menggunakan relai.

L1

RL2

PB1 R-1

PB2

R-2 R-3

a

b

c

d

a) Sequence Chart

��

��

��

t0 t1L2

R-3

R-2

R-1

PB2

PB1

L1

b) Time Chart

Gambar 2.15 Rangkaian self conservative Gambar 2.15(a) menunjukkan sequence chart dari rangkain self-

conservative, sedangkan gambar 2.15 (b) menunjukkan time chart-nya. Prinsip operasi dari rangkaian dapat dijelaskan sebagai berikut:



1. Bila saklar PB1 ditekan maka arus akan mengalir pada rangkain a-b-c dan akan mengeksitasi relai R.

2. Kontak relai R-1, R-2, R-3 kemudian menjadi terhubung dan lampu L1 dan L2 menyala.

3. Dengan kontak R-1 terhubung maka terjadi hubung singkat antar b dan d sehingga catu arus ke koil relai tetap terjadi meskipun PB1 dilepas, ini berarti R mengeksitasi diri sendiri dengan menggunakan kontak relai dibawah kontrolnya.

4. Rangkaian tersebut tetap dalam keadaan hidup sampai arus eksitasi yang melalui R diputus, yaitu dengan menekan PB2. Bila PB2 ditekan arus eksitasi akan terputus dan rangkaian self-conservative terlepas.

5. Rangkaian Interlocking

Rangkaian interlocking adalah rangkaian kontrol sekuensial yang dirancang untuk melindungi mesin dan piranti serta keselamatan operator dengan cara mengendalikan operasi mesin dan piranti agar berhubungan antara satu dengan lainnya dengan memakai titik kontak elektris seperti kontak relai sehingga dapat terjadi urutan operasi yang benar.

Sebagai contoh, dua mesin A dan B diinginkan hanya dapat bekerja salah satu saja, bila satu bekerja maka yang lain berhenti bekerja. Maka rangkaian interlocking dapat digunakan untuk mengatasinya. Gambar 2.16 menunjukkan aplikasi untuk keperluan tersebut. Dari gambar terlihat bahwa kontak-b RBb dikontrol oleh koil relai RB dan dihubungkan seri dengan koil relai RA, sedang RAb dihubungkan dengan koil RB.

��

PBa

Mb

RAb

PBb

Ma

RAb

RAa

Ra

t0 t3t2t1

b) Time chart bila PBa ditekan lebih dulua) Sequence Chart

Mb

Rb

Ma

PBbRBaPBa RBaRAa

Ra

RAa

RBb RAb

Motor A Motor B

Gambar 2.16 Rangkaian interlocking

Oleh karena itu bila saklar start PBa ditekan dahulu maka koil relai RA

dieksitasi untuk menutup RAa dan membuka RAb. Jadi motor MA dapat dijalankan, tetapi motor MB tidak mungkin dapat dijalankan karena rangkaian yang menjalankan motor tersebut telah dibuka oleh RAb. Dan bila PBb ditekan lebih dulu, maka motor MB dapat dijalankan tetapi motor MA tidak dapat dijalankan. Rangkaian tersebut dikenal sebagai rangkaian prioritas paralel. Karena motor yang dioperasikan terlebih dulu mempunyai operasi prioritas, yang lain tidak dapat dijalankan.



Aplikasi Sederhana Rangkaian Dasar (OR dan AND) 1. Rangkaian OR

Sistem alarm rumah sederhana adalah contoh yang mudah dimengerti. Seperti pada gambar 2.17 rangkaian OR dan self-conservative digunakan secara bersama. Limit swicth yang dipasang di pintu dan jendela membentuk rangkaian OR, dan rangkaian self-conservative dibangun dari relai R dan kontak relai Rb. Jika salah satu dari ketiga limit switch yang dipasang terhubung, walaupun sesaat, maka alarm akan berbunyi terus-menerus sampai saklar SW ditekan, yang berarti memutus arus relai R.

R

LS1 LS3LS2

PB

Ra

SW

Bell

b) Rangkaian kombinasi ORdan self conservative

��

��

��

��

��

��

LS2

LS1

Bell

LS3

a) Tata letak Limit Switch

Gambar 2.17 Sistem alarm rumah

2. Rangkaian AND

Aplikasi sederhana rangkaian AND adalah pada sistem catu daya slide projector yang ditunjukkan oleh gambar 2.18. Prinsipnya adalah lampu tidak boleh menyala sebelum kipas pendingin bekerja. Sehingga kipas bekerja sebelum lampu menyala dan berhenti bekerja setelah lampu padam.

Aplikasi Kontrol Sekuensial

Start sekuensial dari belt conveyer

Sistem belt conveyer dikenal sebagai alat transportasi otomatis. Secara sederhana sistem ini ditunjukkan oleh gambar 2.19. Karena untuk menggerakkan motor pada saat awal dibutuhkan arus yang besar, maka perlu dihindari start ketiga motor pada saat yang bersamaan. Urutan terbaik adalah conveyer no.1 -> no.2 -> no.3, dengan alasan untuk menghidari akumulasi (penimbunan) bahan yang akan diangkut.



L M

SW1 SW2

Lampu Motor kipas

b) Sequence chart yang tidak diinginkan

��

��

d) Time chart yang sesuai

L M

SW1

SW2

Lampu Motor kipas

c) Sequence chart yang sesuai

a) Slide Projector

SW1

SW2

M

L

Gambar 2.18 Rangkaian catu daya untuk slide projector

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��Conveyer no.1

Conveyer no.3

Conveyer no.2Truck

Gerobak

Gambar 2.19 Sistem belt conveyer Gambar 2.20 menunjukkan rangkaian kontrol sekuensial untuk sistem

tersebut. Namun dalam rangkaian tersebut kontrol masih dilakukan secara manual, artinya penekanan tombol PB1, PB2, PB3 dilakukan oleh operator dengan melihat keadaan operasi conveyer. Untuk menghentikan conveyer dengan menekan PB0.



MC1

MC3

MC2

PB0

PB1

PB2

PB3

MC1

MC2

MC3

a) Sequence chart b) Time chart

�

��

��

�

��

�PB0

MC3

MC2

MC1

PB3

PB2

PB1

Gambar 2.20 Sistem chart

Start sekuensial dengan pewaktu

Dengan menggunakan pewaktu maka pengaturan selang waktu untuk menjalankan motor conveyer dapat dilakukan secara otomatis. Dimana selang waktu antara bekerjanya conveyer satu ke berikutnya dilakukan oleh pewaktu. Operator hanya menekan tombol PB1 sekali saja, maka urutan berikutnya dikerjakan oleh rangkaian. Untuk menghentikan conveyer dengan menekan PB0.

b) Time chart

�

��

��

��

��

��

��PB0

MC3

MC2

MC1

T2

T1

PB1t1

t2

a) Sequence chart

MC1

MC3

MC2

PB0

PB1 T2T1MC1 MC2 MC3

T2T1

Gambar 2.21 Start sekuensial dengan pewaktu

Urutan start/stop pada waktu yang ditentukan Selanjutnya dibahas rangkaian yang dapat mengontrol saat start dan stop

dalam selang waktu yang dikehendaki. Gambar 2. 22 menunjukkan rangkaian untuk keperluan ini. Terlihat bahwa

diperlukan lebih banyak komponen dan lebih kompleks.



a) Sequence chart

MC1

MC3

MC2

PB0

PB1 T2T1MC1 MC2 MC3

T2T1 R1 R2

PB2 T3R1 R2

T4T3

T4 R2b R1b

Push Botton untuk Start Push Botton untuk Stop

b) Time chart

��

��

��

��

��

��

��

��

t1

t2

t3

t4

PB0

PB1

R1

MC3

MC2

MC1

T4

T3

T2

T1

PB2

R2

R1b

R2b

Gambar 2.22 Urutan start/stop pada waktu yang telah ditentukan

Dengan rangkaian tersebut, maka motor akan berjalan sesuai dengan urutan

no.1, no.2, no.3, tetapi sebaliknya untuk berhenti urutannnya adalah no.3, no.2, no.1. Urutan start dan stop masing-masing tergantung pada PB1 dan PB2.

Bab 2 kontrol sekuensial PLC

Education

Transcript of Bab 2 kontrol sekuensial PLC