BAB 2 Kontrol Kecepatan Motor
-
Upload
daysardjum -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
Transcript of BAB 2 Kontrol Kecepatan Motor
BAB 2
KONTROLER MULTI-KECEPATAN 3
1. KONTROLER DENGAN 2 KECEPATAN, 2 LILITAN
Tegangan saluran, pengasut – pengasut multi-kecepatan AC dirancang untuk
menyediakan kontrol bagi pengoperasian motor rotor sangkar pada dua, tiga, atau empat
kecepatan konstan yang berbeda, bergantung pada kontruksinya. Penggunaan sebuah
pengasut otomatis dan suatu pusat kontrol akan menghasilkan efisiensi kerja yang besar
dan memberikan proteksi, baik untuk motor dan mesin tersebut, terhadap urutan yang
tidak sesuai ataupun perubahan kecepatan yang terjadi terlalu cepat. Proteksi terhadap
beban lebih motor di tiap kecepatan adalah perlu.
Motor dengan lilitan terpisah mempunyai sebuah lilitan yang berbeda untuk tiap
kecepatan yang diperlukan. Walaupun konstruksi dari motor jenis ini agak sedikit rumit
dan oleh karenanya lebih mahal, akan tetapi kontrolernya relatif lebih mudah.
Gambar 2.1 Diagram garis untuk pengasut motor 3 , 2 lilitan, 2 kecepatan, ukuran 2, 3,
4, dan 5
Pada pengaturan kontrolnya di gambar 2.1, perhatikan bahwa motor dapat diasut pada
kedua kecepatan, tetapi tombol STOP harus ditekan untuk berpindah dari kecepatan
tinggi ke kecepatan rendah. Pengasut yang ditunjukkan pada gambar diatas dilengkapi
dengan suatu interlock mekanis pengasut L dan H; interlock kontak bantu juga tersedia.
Gambar 2.2 menunjukkan interlock antara tombol – tombol tekan. Gambar tersebut juga
menunjukkan bahwa suatu perpindahan dapat dilakukan tanpa menyentuh tombol STOP.
Bagaimanapun juga, peralihan kecepatan yang cepat dan terus – menerus dapat
mengaktifkan relay beban lebih. Untuk mencegah hal ini, skema kontrolnya dapat
dilengkapi dengan relay penunda-waktu yang akan menyediakan suatu jeda waktu antara
perubahan – perubahan kecepatan.
Ketika motor bekerja, lilitan yang tidak aktif harus dihubung buka untuk mencegah arus
sirkulasi yang timbul dari aksi transformator anatara lilitan yang tidak bekerja dan lilitan
yang energized.
Gambar 2.2 Diagram elementer dari peng-interlock-an tombol tekan dan
perpindahan antara 2 kecepatan tanpa berhenti
Gambar 2.3 menunjukkan fungsi dari suatu rangkaian relay percepatan. Jika diinginkan
kecepatan tinggi,maka tombol kecepatan tinggi ditekan, dan relay kontrol energized.
Rangakaiannya terbentuk melalui kontak normally open yang berada dibawah tombol
tekan HIGH yang terletak dari kontak 2 menuju kontak 3, yang mengakibatkan
terbukanya kontak normally closed CR.
Gambar 2.3 Diagram elementer dari suatu pengasut dengan sebuah relay percepatan
untuk suatu motor 3, 2 lilitan, 2 kecepatan, terhubung
Kontak N.O. CR, (berada dibawah tombol tekan LOW) dari kontak 2 menuju kontak 4,
meng-energize koil pengasut kecepatan-rendah L.melalui kontak - kontak N.C. (TR dan
H). Sementara motor mengasut dengan kecepatan rendah, kontak CR menutup kontak
bantu N.O. L untuk meng-energize relay pewaktuan (TR). Rangkaian tersebut terbentuk
melalui kontak N.O. TR dan kontak 2. Ketika kontak delay-in-opening N.C. membuka
setelah penundaan waktu tertentu, maka kontak delay-in-closing N.O. tertutup. Hasilnya
adalah koil pengasut L membuka dan interlock N.C. L pada rangkaian koil H tertutup.
Sekali koil H ter-energized, maka motor akan running pada kecepatan tinggi.
Untuk mengasut motor pada suatu kecepatan rendah, tekanlah tombol-tekan LOW. Motor
akan diasut pada kecepatan rendah dan meng-energized koil TR dan dibentuk melalui
kontak N.O. TR. Kontak delay-in-opening N.C. sekarang terbuka, akan tetapi koil L
terjalin melalui kontak N.C. CR.
Untuk beralih ke operasi kecepatan tinggi, tombol HIGH dapat ditekan karena kontak
N.O. delay-in-opening TR juga tertutup.
2. KONTROLER 1LILITAN , 2 KECEPATAN
Beberapa aplikasi tertentu memerlukan fungsi suatu motor yang memiliki suatu lilitan
yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah kutub dapat diubah dengan membalik
sebagian arus - arus. Jika jumlah kutub digandakan, kecepatan motor akan terbagi
separuh.
Jumlah kutub dapat dipotong menjadi setengahnya dengan mengubah polaritas dari
pasangan bolak – balik dari kutub – kutubnya, gambar 2.4 . Polaritas dari separuh kutub –
kutub dapat diubah dengan membalik arus pada separuh koil.
Gambar 2.4 (A) 8 kutub untuk kecepatan rendah; (B) 4 kutub untuk kecepatan tinggi
Jika suatu medan stator terletak datar seperti pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa
medan stator yang terjadi harus dapat menggerakkan rotor dua kali jarak pada A di B
dalam jumlah waktu yang sama; dikarenakan itu, ia harus berjalan lebih cepat. Semakin
berkurangnya jumlah kutub yang terdapat di stator, maka makin tinggi rpm kecepatan
suatu motor.
Suatu motor tiga fasa dapat dibelit hingga enam ujung dapat ditarik keluar. Dengan
membuat hubungan – hubungan yang tepat dengan ujung – ujung ini, lilitan – lilitan
tersebut dapat dihubung delta seri atau wye paralel. Jika lilitan tersebut sedemikian rupa
hingga hubungan delta seri akan memberikan kecepatan tinggi dan hubungan paralel wye
akan memberikan kecepatan rendah, walaupun rating dayanya sama pada kedua
kecepatan itu.
Motor – motor kutub konsekuen memiliki sebuah lilitan tunggal untuk dua kecepatan.
Tap – tap tambahan dapat diambil dari lilitan untuk mengijinkan penyambungan ulang
dari sejumlah kutub – kutub stator yang berbeda. Kisaran kecepatan dibatasi hingga suatu
perbandingan sebesar 1 : 2, misalnya 600 – 1200 rpm atau 900 – 1800 rpm.
Gambar 2.5 Tabel koneksi untuk motor 3
berdaya konstan, lilitan tunggal, dua kecepatan
Berdasarkan tabel koneksi motor pada gambar 2.5, perhatikan bahwa untuk operasi
kecepatan rendah, T1 terhubung ke L1, T2 dengan L2, T3 dengan L3, sedang T4, T5, dan
T6 terhubung bersama – sama. Untuk operasi kecepatan tinggi, T6 dihubungkan ke L1,
T4 ke L2, T5 ke L3, sedangkan semua ujung – ujung motor yang lain dibiarkan terbuka.
Gambar 6.6 menggambarkan suatu pengasut selektif multi-kecepatan ukuran 1 yang
dihubungkan untuk penggunaan bersama dengan motor berdaya konstan yang dapat
dihubungkan ulang (reconnectable). Kontrolnya adalah suatu pusat tiga-elemen,cepat-
lambat-berhentiyang terhubung untuk mengasut baik kecepatan rendah ataupun tinggi.
Sebagai tambahan, kecepatan dapat diubah dari cepat ke pelan atau dari pelan ke cepat
tanpa terlebih dahulu menekan tombol stop. Jika pertimbangan – pertimbangan alat
tersebut mengharuskan untuk menghentikan motor sebelum mengubah kecepatan, maka
fitur ini dapat ditambahkan ke rangkaian kontrol dengan membuat penyambungan D,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6 A dan B dengan garis putus – putus.
Penyambungan untuk lampu indikator juga diberikan pada gambar tersebut.
Gambar 2.6 (A) Diagram pengkawatan dan (B) Diagram garis dari suatu
pengasut magnetik, dua kecepatan untuk motor liliatn tunggal
Suatu skema kontrol tipe paksa (compelling-type) ditunjukkan pada gambar 2.7.
kontroler ini dirancang sedemikian rupa sehingga sang operator harus menjalankan motor
itu pada kecepatan rendah. Kontroler ini tidak dapat dialihkan ke kecepatan tinggi hingga
ia telah “running”.
Gambar 2.7 Rangkaian kontrol dua kecepatan dengan menggunakan suatu relay pemaksa
Ketika tombol slow ditekan, pengasut kecepatan-rendah S dan relay kontrol FR
energized. Sekali motor telah running, ditekannya tombol fast akan menyebabkan
pengasut kecepatan-lambat berhenti sementara pengasut kecepatan-tinggi pick-up melalui
kontak – kontak N.C. pengasut kecepatan-rendah dan kontak – kontak N.O. dari relay
kontrol FR. Jika tombol fast ditekan dalam upaya untuk mengasut motor, tidak akan
terjadi apa – apa dikarenakan kontak – kontak N.O. dari relay kontrol FR akan mencegah
pengasut kecepatan-tinggi agar tidak energize. Ketika tombol fast ditekan, ia tidak
membuat satu rangkaian tapi ia hanya memutuskan rangkaian. Ini adalah bentuk lain dari
pengasutan berurutan.
Ketika suatu kontroler multi-kecepatan dipasang, ahli listrik (electrician)tersebut harus
memeriksa secara hati – hati untuk memastikan bahwa fasa – fasa tidak secara sengaja
terbalik antara lilitan kecepatan rendah dan tinggi. Ahli listrik tersebut harus memeriksa
pengkawatannya, atau mesin yang akan digunakan tersebut harus tidak terhubung dengan
motor hingga suatu inspeksi operasional selesai dilakukan.
Gambar 2.8 merupakan diagram elementer dari suatu kontroler pembalik, dua kecepatan.
Gambar 2.8
Untuk memilih kecepatan, baik itu rendah atau tinggi, dilakukan dengan suatu saklar
pemilih (selector switch) dua-posisi. Arah putarannya dipilih dengan menggunakan
tombol tekan maju atau mundur. Ketika kontak daya F atau R ditutup, arus disuplai untuk
kontrol – kontrol rendah-tinggi. Misalkan saklar pemilih berada di posisi tinggi,
kontaktor L energized yang akan mengasut motor pada kecepatan rendah. Bersamaan
dengan itu, koil relay pewaktuan TR juga energized. Ketika kontak delay-in-opening
N.C. membuka setelah waktu tunda tertentu, kontak N.O. TR menutup pada waktu yang
bersamaan juga. Hal ini menyebabkan kontaktor L de-energized dan interlock N.C. L
mengenergized kontaktor H. Motor sekarang berjalan pada kecepatan tinggi. Motor
tersebut tentunya dapat pula diasut pada kecepatan rendah sebelum ia beralih ke
kecepatan tinggi.
3. KONTROLER MOTOR 2 LILITAN, 4 KECEPATAN
Urutan operasional
Pengasut – pengasut standar umumnya dirangkai sedemikian rupa hingga sang operator
harus mengasut motor dari keadaan istirahat pada tiap kecepatan atau dengan kata lain
dari suatu kecepatan rendah hingga ke kecepatan tinggi. Tombol STOP, bagaimanapun
juga, harus ditekan sebelum suatu perubahan dilakukan dari kecepatan tinggi ke
kecepatan rendah. Pengaturan semacam ini diperlukan untuk melindungi motor dan
mesin – mesin yang dikendalikan dari arus jala – jala yang berlebihan dan getaran yang
dihasilkan ketika suatu motor yang berjalan pada kecepatan tinggi dihubung ulang untuk
berjalan pada kecepatan rendah.
Pengasut – pengasut multi-kecepatan umumnya dilengkapi dengan peng-interlock-an
listrik dan mekanis untuk menghindari kemungkinan menghubung singkat jala – jala atau
menghubungkan lebih dari satu lilitan kecepatan pada waktu yang sama.
Relay – relay paksa (compelling relay)
Pengasut standar umumnya tidak dilengkapi dengan relay paksa yang memastikan bahwa
motor diasut pada kecepatan terendah atau bahwa percepatan itu dicapai dalam
serangkaian tahapan. Bagaimanapun juga, ketika jenis motor atau karakteristik beban
yang digunakan meneyebabkan harusnya menggunakan suatu urutan pengasutan tertentu,
terdapat tiga jenis relay yang tersedia untuk mencapai fungsi yang diperlukan.
Bentuk 1 Relay Paksa (Compelling relay)
Ketika relay jenis ini yang dipakai, motor harus diasut pada kecepatan rendah sebelum
dapat memilih kecepatan tinggi. Motor hanya dapat diasut dengan menekan tombol
kecepatan rendah. Jika tombol yang lain yang ditekan, tidak akan terjadi apa – apa.
Pengaturan semacam ini memastikan bahwa motor pertama – tama hanya menggerakkan
beban pada kecepatan rendah. Tombol STOP harus ditekan sebelum mungkin untuk
mengubah dari kecepatan tinggi ke rendah.
Bentuk 2 Relay Percepatan
Ketika suatu pengasut dilengkapi dengan suatu relay bentuk 2, relay percepatan,
kecepatan tertinggi ditentukan oleh tombol mana yang ditekan. Bagaimanapun juga,
motor diasut pada kecepatan rendah dan dipercepat secara otomatis melalui tahapan
kecepatan yang berurutan hingga kecepatan yang diinginkan dicapai. Interval waktu
tertentu harus ada antara tiap perubahan kecepatan. Relay – relay pewaktuan individual
harus disediakan untuk tiap intervalnya, dan kesemua relay tersebut harus bisa diatur –
atur. Tombol STOP, sendiri, harus ditekan sebelum dapat berubah dari kecepatan tinggi
ke rendah.
Relay Perlambatan
Relay jenis ini serupa kerjanya dengan relay bentuk kedua relay percepatan, kecuali
bahwa ia mengontrol suatu perlambatan bertahap dari kecepatan tinggi ke rendah.
Interval – interval waktu tertentu harus ada antara tiap perubahan kecepatan.
Beban – beban yang sangat besar diletakkan pada motor dan juga pada mesin yang
dikendalikan ketika suatu perubahan dari kecepatan yang tinggi ke kecepatan rendah
terjadi tanpa mengijinkan motor untuk melambat menuju ke kecepatan yang diinginkan.
Beban – beban ini dihindari jika suatu interval waktu tertentu yang dapat diubah – ubah
tersedia antara masing – masing kecepatan ketika motor tersebut mengalami perlambatan.
Dengan menggunakan kontrol tombol tekan tiga-kawat dan relay perlambatan, tiap
kecepatan yang kurang dari kecepatan dimana motor sedang beroperasi dapat dipilih
dengan menekan tombol tekan yang tepat. Begitu tombol ini ditekan, ia akan men-
deenergized kontaktor yang mengendalikan motor pada kecepatan tinggi dan meng-
energize relay – relay pewaktuan. Setelah suatu periode waktu, relay ini akan meng-
energize kontaktor untuk mengendalikan motor pada kecepatan rendah. Dengan
dipilihnya kecepatan rendah, terdapat suatu kenaikan pada jangka waktu antara
pemutusan lilitan kecepatan tinggi dan penyambungan lilitan kecepatan rendah.
Gambar 2.9 menunjukkan suatu gambar elementer dari suatu kontroler 4 kecepatan yang
digunakan untuk suatu motor 2 lilitan.ini merupakan pengaturan pengasut standar yang
mana tidak dilengkapi dengan relay paksa yang hanya memperbolehkan pengasutan pada
kecepatan rendah. Kontrol ini memiliki interlock elektrik yang mencegah seorang
operator mengubah kecepatan tanpa menekan tombol STOP terlebih dahulu. Haruslah
terdapat suatu interval waktu tertentu antara tiap perubahan kecepatan pada perlambatan;
motor tersebut harus diperbolehkan untuk melambat ke kecepatan yang diinginkan
sebelum perubahan ke kecepatan yang lebih rendah dilakukan.
Gambar 2.9 Kontroler dua lilitan, 4 kecepatan