BAB 2 Konsep an AgribisNIS

download BAB 2 Konsep an AgribisNIS

of 56

Transcript of BAB 2 Konsep an AgribisNIS

1

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS KOMODITI UNGGULAN WILAYAH

I. PARADIGMA PEMBANGUNAN BIDANG GRIBISNIS 1.1. PENDAHULUAN Pembangunan nasional menghadapi tantangan serius berupa masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi, serta dampak globalisasi. Krisis ekonomi yang terjadi saat ini merupakan akibat dari masalah fundamental dan keadaan khusus (shock). Masalah fundamental adalah tantangan internal berupa kesenjangan yang ditandai adanya pengangguran dan kemiskinan. Tantangan eksternal adalah upaya meningkatkan daya saing menghadapi era perdagangan bebas. Sedangkan keadaan khusus (shock) adalah bencana alam kekeringan yang datang bersamaan dengan krisis moneter yang merembet dari negara tetangga. Krisis ini bukan saja melanda Indonesia tetapi juga negara-negara Asia lainnya. Krisis ekonomi ditandai melemahnya nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, terutama dolar Amerika Serikat. Kebijaksanaan pembangunan seyogyanya ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan agenda pemulihan ekonomi saat ini, antara lain melalui sistem jaring pengaman sosial, untuk menuntaskan tantangan pembangunan. Pembangunan adalah milik rakyat, agenda pemulihan ekonomi harus memihak rakyat mewujudkan kesejahteraan rakyat secara lestari. Strategi pemberdayaan masyarakat perlu dipahami dan menjadi komitmen segenap komponen bangsa dalam menyelenggarakan kebijaksanaan ekonomi melalui sistem perencanaan dan anggaran pembangunan, maupun melalui upaya pemihakan kepada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam kerangka arah baru pembangunan nasional, merupakan perwujudan paradigma pembangunan yang berorientasi pada manusia (people centered development). Strategi pemberdayaan masyarakat menekankan langkah nyata pembangunan yang demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan

2

dari, oleh, dan untuk rakyat yang berjalan dalam proses perubahan struktur yang benar. Rakyat dalam pemahaman seluruh warga negara Indonesia. Proses demikian ditujukan agar setiap warga negara Indonesia yang menikmati pembangunan haruslah mereka yang menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah yang menikmati. Sejalan dengan hal tersebut kebijaksanaan pembangunan sektor agribisnis saat ini adalah meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama. Pembangunan demikian merupakan hal utama dalam penajaman arah baru pembangunan sektor agribisnis seiring dengan agenda reformasi pembangunan, yaitu pembangunan yang demokratis. Penajaman arah baru pembangunan sektor agribisnis tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui perkembangan struktur masyarakat tani yang muncul dari kemampuan masyarakat tani sendiri. Menyadari bahwa potensi dan kemampuan masyarakat tani yang tidak merata maka perlu dirumuskan arah dan kebijaksanaan pembangunan sektor agribisnis dalam kerangka pembangunan nasional yang dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan dan pemihakan menuju masyarakat tani yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. 1.2. ARAH PEMBANGUNAN Tujuan pembangunan nasional seperti yang dikemukakan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sedangkan cita-cita pembangunan adalah melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Arah baru pembangunan merupakan strategi pembangunan yang menempatkan secara terintegrasi berbagai upaya, yaitu: (1) Upaya pemberdayaan dan pemihakan masyarakat, (2) Upaya pemantapan otonomi daerah, dan (3) Upaya modernisasi melalui perubahan struktur ke arah yang benar. Kebijaksanaan makro pembangunan diletakkan pada arah baru pembangunan yang memuat secara sinergi antara paradigma pemberdayaan, otonomi, dan perubahan struktur. Untuk mencapainya maka perlu disusun kebijaksanaan dasar yang memuat beberapa unsur penting, yaitu: (1). (2). (3). Penerapan mekanisme pasar yang bersahabat, yaitu yang sesuai dengan pemahaman sosial politik serta tujuan pembangunan nasional; Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama ekonomi, baik sebagai produsen maupun konsumen sehingga masyarakatlah yang merasakan langsung dampak pembangunan; dan Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi maju sebagai suatu upaya transformasi sistem produksi dari perilaku tradisional ke

3

perilaku yang lebih kompetitif. Mekanisme pasar yang bersahabat (market friendly mechanism) merupakan implikasi dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan luas dan terbuka bagi semua pelaku ekonomi. Dalam konteks Indonesia pelaksanaan mekanisme pasar perlu mengikuti dasar semangat kebersamaan (cooperative), terbuka dan transparan (melalui prosedur yang benar), adil (saling menguntungkan dan saling membantu melalui prinsip perpajakan dan subsidi), serta mampu memberikan peluang seoptimal mungkin peran serta aktif masyarakat dari segala lapisan/kemampuan dalam kegiatan sosial ekonomi produktif. Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan dan/atau meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari beberapa sisi pandang: (1). (2). Menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan masyarakat berkembang; Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai pemberian bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah; Melindungi melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah berlangsungnya persaingan yang tidak seimbang, namun sebaliknya diupayakan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. 1.3. KELEMBAGAAN PEMBANGUNAN Paradigma pembangunan saat ini sedang mengalami pergeseran. Dewasa ini paradigma pembangunan menekankan pada pemberdayaan (empowerment) yang dikenal dengan pembangunan manusia (people centered development), pembangunan berbasis sumberdaya lokal (resource based development), dan pembangunan kelembagaan (institutional development). Institutional development perlu menjadi tema pokok dalam strategi pembangunan di semua sektor, dengan institusi yang berfungsi baik, kemajuan pembangunan diharapkan akan datang dengan sendirinya. Pemerintah tidak perlu langsung melaksanakan kegiatan pembangunan sendiri. Masyarakat dan dunia usaha yang akan melakukan kegiatan-kegiatan itu. Pemerintah mempunyai tugas utama untuk menjamin agar institusi-institusi, dan aturan main, dapat berjalan dengan baik sesuai fungsinya. Pembangunan kelembagaan perlu diletakkan sebagai wawasan

(3).

4

pembangunan karena menyangkut aspek kelembagaan pendukung pelaksanaan pembangunan secara efektif. Pembangunan yang efektif dapat dicapai bila pelaksanaan sesuai pedoman yang disepakati bersama (musyawarah dan mufakat), penyiapan masyarakat dalam menyelenggarakan sendiri pembangunan secara sistematis, pembu-dayaan kebiasaan-kebiasaan proses pembangunan yang partisipatif, dan pengembangan peranserta masyarakat melalui sikap kebersamaan (cooperative) yang diwujudkan melalui pendampingan yang dilakukan oleh masyarakat yang sudah mampu kepada masyarakat yang masih tertinggal. Kelembagaan (atau institusi) adalah pranata-pranata dan aturan main yang mengatur lalu-lintas ekonomi, sosial, politik, dan hukum. Kondisi krisis dewasa ini menggaris-bawahi adanya berbagai kelemahan insititusiinstitusi tersebut. Sehingga pembenahan institusi di segala bidang perlu menjadi prioritas utama dalam upaya pembangunan nasional. Institusi adalah aturan main yang mengatur para pesertanya. Sehingga perlu dipahami bahwa aturan main ini artinya pengaturan pemerintah dan bahwa institusi adalah institusi pemerintah. Tiga kelompok institusi penting yang perlu diberdayakan dalam kehidupan ekonomi nasional, yaitu pasar, lembagalembaga negara / pemerintah, dan lembaga-lembaga masyarakat. Ketiga institusi tersebut saling mengisi dengan sendirinya, dan bukan saling berebut peran. Dalam sistem ekonomi yang ada dan yang akan berkembang di masa depan, terutama dalam era global ini, institusi pasar adalah yang dominan. Karena institusi pasar telah menjadi salah satu arus besar dunia (megatrend). Oleh karena itu, perangkat pemerintah harus mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan ini sesegera mungkin. Tantangan yang dihadapi oleh seluruh kelembagaan pembangunan dalam menyelenggarakan pembangunan kelembagaan adalah melakukan perubahan sikap secara sadar dan meningkatkan profesionalisme. Perubahan sikap dimulai dengan sikap serba melayani, mengayomi, meneladani dan mendorong prakarsa dan peranserta aktif masyarakat. Birokrasi dituntut untuk semakin terbuka, luwes, dan tanggap terhadap perubahan dan kepentingan masyarakat dan berorientasi pada kebijaksanaan untuk mewujudkan pemerataan dan keadilan dalam pelayanan. Profesionalisme dimulai dari meningkatkan mutu, kemampuan dan kesanggupannya; serta mengadakan perbaikan dan penyesuaian secara sistematis dengan menerapkan sistem ma-najemen yang modern, efisien dan efektif dalam proses penyusunan dan penetapan kebijaksanaan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan. 1.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & PEMBANGUNAN DAERAH 1.4.1. Kebijakan Umum Sejalan dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

5

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka perlu upaya-upaya nyata pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui peningkatan dan pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pembangunan di daerah. Paradigma pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kapasitas masyarakat yang dilakukan melalui pemihakan kepada yang tertinggal, dan dalam konteks pemerintahan berarti pemberdayaan pemerintah daerah yang dilakukan melalui otonomi daerah. Berdasarkan atas kebijaksanaan otonomi daerah maka telah dilakukan penyempurnaan mekanisme penyaluran dana sekaligus disertai pengalihan wewenang dalam perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan di daerah. Seiring dengan berkembangnya kemampuan masyarakat yang makin beragam maka perlu diidentifikasi program-program pembangunan yang perlu segera dialihkan dan dilestarikan oleh masyarakat. Pemerintah baik di pusat maupun di daerah bertindak sebagai penyelenggara pelayanan umum (public service), serta bertindak sebagai fasilitator dan dinamisator. Untuk itu perlu dibedakan antara program yang diselenggarakan oleh jajaran pemerintah dan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Demikian pula perlu diidentifikasi kegiatan yang diselenggarakan pemerintah daerah (local government) dan pemerintah pusat. Perlu pula diidentifikasi program dan kegiatan pembangunan yang sudah dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan yang masih menjadi tanggung-Kalimantanb pemerintah. Upaya pemberdayaan masyarakat diselenggarakan dengan sumber dana dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang bersifat block grant. Dana pembangunan berupa stimulan dipergunakan untuk mendanai kegiatan yang langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Bantuan diberikan dalam bentuk: (1). Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, termasuk pemberdayaan masyarakat dan aparat, baik di daerah maupun di pusat (capacity building). (2). Menggerakkan dan meningkatkan perubahan struktur ekonomi rakyat mewujudkan kesejahteraannya (modernizationstructural change). (3). Membangun prasarana dasar yang mendukung kegiatan ekonomi rakyat. (4). Meningkatkan dan memantapkan kelembagaan ma-syarakat (institution building), dan (5). Mengembangkan monitoring dan evaluasi sebagai dasar penilaian dampak setiap program dan bantuan (networking). Sementara itu jajaran pemerintah menyelenggarakan kegiatan yang mendukung pemberdayaan masyarakat sekaligus merupakan upaya pemberdayaan jajaran aparat pemerintah daerah. Upaya pemberdayaan pemerintah daerah didanai dari alokasi Bantuan Operasional dan Pemantauan (BOP) yang disesuaikan dengan besaran dan tujuan BLM yang ditetapkan. Komponen BOP digunakan untuk membiayai investasi

6

pemerintah yang diarahkan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat yang diprioritaskan pada beberapa hal: (1). Pengembangan pusat penyuluhan dan pendampingan. (2). Pengembangan pusat penyedia informasi. (3). Pengembangan pusat inovasi dan teknologi. (4). Pengembangan perumusan regulasi; dan (5). Pengembangan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program. 1.4.2. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN

GBHN tahun 1999 menyebutkan perlunya mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama petani dan nelayan melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem agribisnis, industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembagaan, penguasaan IPTEK, dan pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam daerah. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, sangat mutlak harus ditingkatkan penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan hak-hak ekonomi, sosial, dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat . 1.4.2.1. Pemberdayaan Masyarakat A. Permasalahan Serius Permasalahan pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur ditinjau dari aspek ekonomi adalah: (1) Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya masyarakat kecil dalam mengembangkan kegiatan usaha ekonomi kompetitif. (2) Kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi berupa kapital, lokasi berusaha. lahan usaha, informasi pasar, dan teknologi produksi, dan (3) Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun organisasi ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya. Ditinjau dari aspek sosial, permasalahan dalam pemberdayaan masyarakat adalah: (1) Kurangnya upaya yang dapat mengurangi pengaruh lingkungan sosial-budaya yang mengungkung masyarakat kepada kondisi kemiskinan struktural, (2) Kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan ketrampilan termasuk informasi.

7

(3) Belum berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang, dapat menjadi sarana interaksi sosial, (4) Belum mantapnya kelembagaan yang dapat memberikan ketahanan dan perlindurigan bagi masyarakat yang terkena musibah akibat situasi ekonomi di luar kekuatannya atau mengalami kecacatan, terlantar, fakir miskin. atau menjadi korban kejahatan atau kerusuhan sosial, dan (5) Belum berkembangnya kelembagaan yang mampu mempromosikan asas kemanusiaan, keadilan, persamaan hak, dan perlindungan bagi masyarakat rentan, dll-nya. B. Beberapa Tantangan Tantangan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana membangun kelembagaan sosial-ekonomi yang mampu memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapat lapangan kerja dan pendapatan yang layak, martabat dan eksistensi pribadi, kebebasan menyampaikan pendapat, berkelompok dan berorganisasi, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik. Dalam hal ini perlu upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadi prasyarat pada tahap pemberdayaan politik masyarakat. Secara khusus untuk mengangkat masalah pemberdayaan ekonomi masyarakat tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki iklim ekonomi makro dan kegiatan ekonomi riil yang kondusif yang dapat menjamin kegiatan usaha ekonomi masyarakat lebih kompetitif dan menguntungkan. Hal ini erat dengan upaya untuk memberikan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi, pengembangan organisasi ekonomi yang dikuasai oleh pelaku ekonomi kecil, dan meningkatkan bantuan fasilitas bantuan teknis dan perlindungan bagi usaha masyarakat kecil. Tantangan dalam upaya pemberdayaan sosial masyarakat adalah bagaimana meningkatkan kepedulian masyarakat luas dan pemihakan kepada masyarakat yang lemah posisinya untuk me-ningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, dan meningkatkan upaya khusus untuk meningkatkan perlindungan sosial bagi masyarakat yang mengalami musibah atau menjadi korban situasi ekonomi, sosial, dan kejahatan yang di luar kekuatannya. Hal ini memerlukan adanya kelembagaan perlindungan sosial bagi masyarakat baik yang dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat sendiri, dan dunia usaha. C. Strategi Kebijakan Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan masyarakat, strategi kebijakan yang diambil adalah: 1 . Membangun kelembagaan sosial masyarakat yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya yang berasal dari pemerintah dan dari masyarakat sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, martabat dan keberadaan, maupun memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam

8

pengambilan keputusan publik. 2. Mengembangkan kapasitas organisasi ekonomi masyarakat untuk dapat mengelola kegiatan usaha ekonomi secara kompetitif dan menguntungkan yang dapat memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang layak. 3. Meningkatkan upaya perlindungan bagi masyarakat miskin dengan menciptakan iklim ekonomi makro, pengembangan sektor ekonomi riil, dan memberikan jaminan sosial kepada masyarakat miskin termasuk bagi masyarakat yang terkena musibah atau menjadi korban akibat situasi ekonomi, sosial, dan gangguan alam yang di luar kekuatannya. 4. Mengembangkan lembaga keswadayaan untuk membangun solidaritas dan ketahanan sosial ekonomi masyarakat. D. Beberapa Program d.1. Pengembangan Kelembagaan Sosial-Ekonomi Agribisnis Masyarakat Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat setempat agar mampu menjadi wahana bagi masyarakat dalam mengembangkan kehidupan ekonomi, martabat dan keberadaannya, serta berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik. Sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat setempat yang dapat memberikan sarana bagi masyarakat dalam mengembangkan kesejahteraannya. Kegiatan prioritas dalam pengembangan kapasitas kelembagaan sosial masyarakat adalah: (1) Penghapusan peraturan yang menghambat berkem-bangnya kelembagaan sosial-ekonomi yang dibentuk oleh masyarakat, (2) Penyediaan bantuan pendampingan dalam pengembangan lembaga sosial-ekonomi masyarakat, (3) Pengembangan forum komunikasi dan konsultasi antara pemerintah dan lembaga masyarakat maupun antar lembaga masyarakat dalam kegiatan pengambilan keputusan publik. d.2. Pengembangan Bantuan Rumahtangga Agribisnis Tujuan program ini adalah untuk: (1). Menyediakan bantuan sosial seperti pangan, papan, pendidikan dan kesehatan, kepada kelompok masyarakat atau rumahtangga miskin yang memang sudah tidak berdaya; (2) Meningkatkan ketrampilan dan modal usaha, menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat agribisnis yang masih mungkin diberdayakan.

9

Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah meningkatnya kondisi sosial-ekonomi rumahtangga agribisnis yang masih berada di bawah garis kemiskinan di pedesaan dan di perkotaan. Kegiatan yang dapat diprioritaskan adalah: (1) Penyediaan pelayanan sosial dasar terutama pendidikan dan kesehatan, termasuk ketrampilan usaha. (2) Pengembangan penciptaan lapangan kerja produktif (3) Pengembangan bantuan modal usaha berpendampingan. (4) Penyediaan prasarana dan sarana dasar untuk mendukung usaha ekonomi masyarakat dan perbaikan lingkungan pemukiman, dan (5) Penyediaan bantuan pendampingan kepada kelompok masyarakat atau rumahtangga miskin untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan hidup produktif, peningkatan usaha ekonomi, dan perlindungan masyarakat miskin terhadap segala bentuk eksploitasi. d.3. Pengembangan Sistem Jaminan Sosial Tujuan program ini adalah memberikan dukungan iklim dan mendorong terselenggaranya sistem jaminan sosial yang berkeadilan bagi masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Sasaran program ini adalah terselenggaranya skema jaminan sosial yang memberikan perlindungan bagi masyarakat yang terkena musibah dan korban situasi ekonomi, sosial-politik, dan gangguan alam di luar kekuatannya. Kegiatan pengembangan sistem jaminan sosial dilakukan melalui kegiatan: (1) Memantapkan skema jaminan sosial yang sudah berkembang secara tradisional di masyarakat, (2) Mengatur kembali skema jaminan sosial bagi masyarakat yang efektif membantu dan memberdayakan masyarakat, (3) Mengembangkan pelayanan jaminan sosial di tingkat lokal tradisional yang menjangkau kelompok sasaran yang membutuhkan. d.4. Pengembangan Kelembagaan Keswadayaan Agribisnis Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan atau volunter yang berfungsi dalam penggalangan solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat luas untuk meme-cahkan masalah sosial kemasyarakatan dan meningkatkan ketahanan sosial masyarakat. Sasaran yang dicapai dari program ini adalah terwujudnya sistem kelembagaan keswadayaan di masyarakat dan keaktifan kelompok masyarakat, kelompok asosiasi, organisasi yayasan, lembaga swadaya masyarakat dalam membantu pemecahan ma-salah kemasyarakatan dan ketahanan sosial masyarakat. Kegiatan prioritas dalam pengembangan kelembagan keswadayaan masyarakat adalah :

10

(1) (2) (3) (4) (5)

Pengembangan skema jaringan kerja kegiatan keswadayaan, Pengembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan, Pengembangan forum komunikasi antar tokoh penggerak dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam kegiatan keswadayaan, Pengembangan kemitraan antar organisasi keswadayaan, organisasi masyarakat setempat, dan pemerintah, Pengurangan hambatan regulasi dan iklim yang menyangkut keberadaan dan peran organisasi keswadayaan.

1.4.2.2. Pembangunan Pedesaan A. Permasalahan Dari segi kondisi rumah tangga di pedesaan, masalah yang penting adalah (1) (2) (3) (4) Banyaknya penduduk pedesaan yang kurang menguasai informasi IPTEK serta informasi pasar dalam pengelolaan usaha pertaniannya, Banyaknya rumahtangga yang menggantungkan pada sistem pertanian subsisten, Banyaknya rumahtangga yang memiliki lahan yang kualitasnya marjinal dan luas lahan usaha yang makin menyempit, dan Adanya kungkungan budaya yang menyebabkan kondisi kemskinan struktural

Permasalahan dalam struktur ekonomi pedesaan yang mempengaruhi kegiatan usaha masyarakat secara umum adalah: (1) Lemahnya akses bagi petani (termasuk peternak, pekebun dan nelayan) terhadap input produksi yang murah dan jaminan pemasaran hasil produksi yang lebih pasti dan harga yang sepadan, (2) Semakin tidak seimbangnya nilai tukar produk pertanian dengan produk non-pertanian yang menurunkan kemampuan memperoleh pendapatan yang wajar, dan ditambah dengan sangat labilnya fluktuasi harga komoditas pertanian di pasaran dalam negeri dan luar negeri, dan (3) Semakin tidak tersedianya tenaga kerja yang produktif karena lapangan usaha berbasis pertanian di pedesaan yang semakin tidak kompetitif. Masalah lain dikaitkan dengan pemanfaatan potensi sumberdaya alam (termasuk sumberdaya lahan) adalah (1) Pengalihan penguasaan lahan pertanian oleh masyarakat bukan penggarap atau masyarakat kota khususnya di kota-kota besar, (2) Produktivitas lahan yang rendah akibat keterbatasan tenaga

11

kerja untuk pengolahan lahan khususnva di luar Kalimantan, menurunnya kapasitas daya dukung lingkungan khususnya sumberdaya air di beberapa daerah atau kondisi dasar iklim dan lahan kering. Disamping itu sebagian besar daerah pedesaan mempunyai beberapa masalah , yaitu: (1) Terbatasnya ketersediaan prasarana dan sarana untuk mengembangkan kegiatan produksi dan akses pemasaran, (2) Terbatasnya sarana pelayanan pendidikan dan kesehatan. Permasalahan yang terkait dengan kelembagaan masyarakat pedesaan adalah (1) Belum memadainya kemampuan lembaga-lembaga atau organisasi ekonomi di masyarakat pedesaan untuk mengembangkan cara kerja secara modern disertai dengan peng-gunaan teknologi yang tepat dan untuk berinteraksi dengan organisasi jaringan kerja produksi dan pemasaran untuk merebut nilai tambah yang ada, (2) Adanya intervensi pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat pedesaan yang menyebabkan melemahnya atau memudarnya fungsi lembaga masyarakat setempat yang sebenarnya lebih akomodatif menampung budaya masyarakat dan lebih sesuai dengan daya adaptasi masyarakat pedesaan dalam mengatasi masalah setempat. B. Beberapa Tantangan Tantangan pokok dalam percepatan pembangunan pedesaan adalah bagaimana mengembangkan sistem usaha pertanian untuk dapat mendorong percepatan perubahan struktur kegiatan ekonomi dari yang bercorak subsisten, tradisional, agraris menuju pada struktur kegiatan ekonomi yang bercorak modern atau sektor agribisnis. Hal di atas memberikan implikasi bagi pengembangan mata rantai kegiatan usaha pertanian hulu, usaha pertanian primer, usaha pertanian hilir, dan usaha jasa layanan pendukung. Dalam konteks ini tantangan yang penting adalah bagaimana masyarakat pedesaan dapat terlibat masuk dalam mata-rantai kegiatan agribisnis yang dikuasai oleh masyarakat desa dan dengan dukungan pihak pelaku ekonomi lainnya. Sehubungan dengan hal di atas maka prasarat dasar adalah (1) Meningkatkan pengembangan sumberdava manusia masyarakat di pedesaan dalam hal keterampilan para petani dan nelayan untuk mengolah produk primer dengan skala produksi yang efisien bagi pemenuhan permintaan pasar, (2) Pengembangan kapasitas organisasi yang dapat mengelola input produksi, pemanfaatan lahan usaha dengan luasan yang memadai secara kolektif,

12

(3) (4)

Pengembangan sistem jaringan kerja produksi dan pemasaran yang terpadu disertai dengan keleluasaan masyarakat dalam memilih komoditas pertanian kebutuhan pasar, Adanya jaminan pemasaran yang terkelola oleh masyarakat sesuai dengan dukungan kemitraan dari pelaku ekonomi lainnya.

Tantangan penting lain adalah bagaimana mengurangi hambatan yang menyebabkan kondisi kemiskinan struktural berlangsung di masyarakat pedesaan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pendidikan, perbaikan gizi dan kesehatan keluarga, termasuk meningkatkan solidaritas sosial di berbagai kalangan masyarakat untuk melakukan pemberdayaan atau mengu-rangi eksploitasi ekonomis yang mempengaruhi kemiskinan masya-rakat di pedesaan. Selain itu tantangan dalam pembangunan pedesaan adalah bagaimana pemerintah mendukung penyediaan prasarana dan sarana pedesaan yang dapat meningkatkan produktivitas dan akses ke pasar termasuk pelayanan teknologi untuk mempermudah proses produksi dan pengolahan maupun meningkatkan kualitas produk. Sedangkan tantangan dalam pemanfaatan sumberdaya alam bagi masyarakat pedesaan adalah bagaimana peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya Iahan dan air untuk meningkatkan produktivitas pertanian serta menjaga kelestariannya untuk menopang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pedesaan. C. Strategi Kebijakan Strategi kebijakan yang diambil dalam pembangunan per-desaan diarahkan untuk: 1. Mengembangkan kelembagaan yang dapat mempercepat proses modernisasi perekonomian masyarakat pedesaan melalui pengembangan agribisnis dengan menfokuskan kepada pengembangan organisasi bisnis khususnya petani dan nelayan termasuk jaringan kerja produksi dan jaminan pemasaran yang terlembaga dan dikuasai kelompok masyarakat dengan dukungan pelaku ekonomi lainnya secara 2. Meningkatkan investasi dalam pengembangan sumber-daya manusia yang dapat mendorong produktivitas, kewiraswastaan dan ketahanan sosial masyarakat per-desaan untuk mengembangkan kehidupan ekonomi-sosial masyarakat. Meningkatkan ketersediaan pelayanan pra-sarana dan sarana pedesaan untuk mendukung proses produksi, pengolahan. dan pemasaran, serta pelayanan sosial masyarakat. 4. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pemanfaatan dan peningkatan maupun pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hodup untuk menopang kehidupan sosioal ekonomi masyarakat pedesaan secara berkelanjutan. 5. Meningkatkan kemampuan organisasi pemerintah dan Iembaga masyarakat pedesaan untuk dapat mendukung pengembangan

13

agribisnis di pedesaan, pemberdayaan petani dan nelayan, serta pelayanan sosial dan perlin-dungan hak-hak masyarakat. D. Beberapa Program Berdasarkan strategi kebijakan di atas maka dapat dilaksanakan berbagai program secara terpadu yang ditujukan kepada pemberdayaan masyarakat. d.1. Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Pedesaan Tujuan penguatan kelembagaan ekonomi pedesaan adalah untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi masyarakat pedesaan yang bertumpu pada kegiatan agribisnis. Sasaran utama program ini adalah peningkatan peranan kelompok petani dan nelayan, organisasi ekonomi masyarakat, kelompok usaha kecil dan rumah tangga masyarakat di pedesaan dalam proses kegiatan produksi, pengolahan, dan pemasaran produk pertanian. Kegiatan yang dapat diprioritaskan antara lain adalah: (1) Pengembangan kelembagaan pelayanan bisnis milik kelompok masyarakat yang berfungsi dalam hal: penyaluran input sarana produksi, bantuan modal, bantuan teknologi, informasi pasar, fasilitas pengolahan hasil, dan bantuan manajemen produksi dan pemasaran; (2) Pengembangan kapisitas organisasi ekonomi masyarakat dan jaringan kerja produksi-pemasaran, (3) Penyediaan iklim dan skema yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat termasuk pengembangan skema penyaluran investasi dan pengelolaan keuangan. d.2. Pengembangan Sumberdaya Manusia Tujuan pengembangan sumberdaya manusia adalah me-ningkatkan kemampuan pelaku ekonomi khususnya petani, peternak dan nelayan, untuk dapat menguasai dan melaksanakan kegiatan agribisnis. Sasaran program ini adalah meningkatnya kemampuan pelaku ekonomi dalam pengelolaan kegiatan produksi, pengolahan, pemasaran, dan permodalan/keuangan. Kegiatannya antara lain adalah: (1) Pemberian informasi / pengetahuan dan ketrampilan manajemen agribisnis, potensi pasar, kualitas produk, dan pengelolaan keuangan dan investasi, (2) Penyempurnaan sistem dan cara kerja dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran. (3) Pengembangan kemampuan organisasi masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan ketrampilan secara mandiri dengan dukungan pembinaan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. d.3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Tujuan pembangunan prasarana dan sarana adalah mem-berikan

14

pelayanan kepada masyarakat untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif dan pelayanan sosial. Sasaran program ini adalah tersedianya prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan produksi dan pemasaran, pelayanan sosial, dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Kegiatannya antara lain adalah: (1) Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman (2) Penyediaan prasarana dan sarana pendukung produksi seperti irigasi, listrik, pasar, gudang, pembangunan dan peningkatan jaringan transportasi, dan (4) Penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan. d.4. Pemantapan Kapasitas pengelolaan lahan dan Air. Pemanfaatan Iahan dan air di wilayah pedesaan yang mampu mendukung kehidupan masyarakat. Sasaran program ini adalah meningkatnya daya dukung Iahan dan air di wilayah pedesaan Kegiatan yang dapat dilakukan adalah (1) Memberikan informasi dan pemasyarakatan masalah pengelolaan Iahan dan air kepada masyarakat. (2) Pengembangan kemampuan organisasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air serta upaya-upaya pelestariannya, (3) Pengembangan sistem pemantauan oleh masyarakat dalam pelestarian sumberdaya lahan dan air. d.5. Pengembangan Kapasitas Aparat Pemerintah dan Lembaga Masyarakat Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dan lembaga masyarakat dalam pengembangan kegiatan agribisnis, pelayanan masyarakat, dan perlindungan hak-hak masyarakat, serta memfasilitasi pendayagunaan sumberdaya dari pemerintah dan dari masyarakat sendiri untuk mendukung peningkatan daya saing ekonomi masyarakat, ketahanan sosial, dan kemandirian atau otonomi asli masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah meningkatnya kapasitas lembaga pemerintah daerah , pemerintah desa, organisasi masyarakat setempat, lembaga ekonomi masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah (1) Penyediaan kegiatan pelatihan dan peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia aparat pemerintah dan lembaga masyarakat AGRIBISNIS, (2) Pengembangan kelembagaan dan organisasi jaringan kerja mata rantai kegiatan agribisnis (3) Peningkatan forum kemitraan antara lembaga masyarakat dengan pemerintah dan lembaga di masyarakat, maupun antara dunia usaha dalam pengembangan ekonomi masyarakat di daerah.

15

1.5.

AGRIBISNIS SEBAGAI SEKTOR UNGGULAN

Pembangunan sektor agribisnis (Pertanian dalam arti luas) ditempatkan sebagai prioritas utama dalam pembangunan ekonomi DAERAH. Dalam pendekatan perhitungan pendapatan daerah, sektor agribisnis terdiri dari sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, tanaman industri dan perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Selain sektor agribisnis, terdapat delapan sektor ekonomi lainnya yang secara bersama menentukan besarnya pertumbuhan ekonomi melalui produk domestik bruto (PDB). Kedudukan sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi Jawa Timur sangat nyata, dilihat dari proporsinya terhadap pendapatan regional. Selain kontribusinya melalui PDB, peran sektor agribisnis dalam pembangunan dapat dilihat dari perannya yang sangat luas, mencakup beberapa indikator antara lain: (1) Sektor agribisnis sebagai penyerap tenaga kerja yang terbesar. (2). Sektor agribisnis merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan. (3). Komoditas sektor agribisnis sebagai penentu stabilitas harga. Harga produk-produk sektor agribisnis memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. (4). Akselerasi pembangunan sektor agribisnis sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor. Pembangunan pertanian DALAM ARTI LUAS mencakup pemasaran dan perdagangan komoditas. Dalam sistem rantai agribisnis, pemasaran dan perdagangan komoditas sektor agribisnis sangat penting dalam menentukan nilai tambah produk. Dengan pemasaran baik di dalam maupun ke luar negeri maka harga dan nilai tambah sektor agribisnis yang diterima oleh petani produsen akan semakin tinggi. Sebaliknya dengan adanya impor maka produk dalam negeri akan bersaing dalam merebut pasar domestik. Dengan produk domestik yang berdaya saing tinggi maka ekspor dapat dipacu dan akhirnya menghasilkan devisa bagi pembangunan. Namun dengan rendahnya daya saing maka barang impor akan masuk ke dalam negeri, dan devisa negara harus dibelanjakan ke luar negeri. (5). Komoditas bidnag agribisnis merupakan bahan industri

16

manufaktur agribisnis. Masih dalam suatu sistem rantai agribisnis, industri agribisnis, baik yang mengolah komoditas sektor agribisnis maupun yang menghasilkan input sektor agribisnis menduduki tempat yang penting. Kegiatan industri manufaktur agribisnis hanya bisa berjalan apabila memang ada kegiatan produksi yang sinergis. Dengan demikian kehadiran sektor sektor agribisnis adalah prasyarat bagi adanya sektor industri manufaktur sektor agribisnis yang berlanjut. (6). Agribisnis memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi. Keterkaitan antara sektor agribisnis dengan sektor lain dapat dilihat dari aspek keterkaitan produksi, keterkaitan konsumsi, keterkaitan investasi, dan keterkaitan fiskal. Berdasarkan sifat keterkaitan maka dikenal keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Di Jawa Timur, sektor agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang yang kuat dalam menciptakan titik temu antarsektor yang lebih efektif dari pada keterkaitan ke depan. 1.6. PARADIGMA PEMBANGUNAN BIDANG AGRIBISNIS Paradigma pembangunan sektor agribisnis ke depan adalah : SISTEM agribisnis berkelanjutan yang berada dalam lingkup pembangunan manusia dan masyarakat. Paradigma pembangunan agribisnis bertumpu pada kemampuan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan nya dengan kemampuan sendiri. Pembangunan agribisnis modern merupakan langkah strategis mewujudkan pembangunan agribisnis yang menempatkan pembangunan berorientasi pada manusia dan masyarakat. Pembangunan sektor agribisnis perlu dirumuskan sejalan dengan paradigma baru pembangunan pertanian, yaitu: Peningkatan kualitas dan profesionalitas sumberdaya manusia tani sebagai pelaku aktif pembangunan. Pembangunan agribisnis perlu dirumuskan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi tepat guna yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan di pedesaan. Pembangunan sektor agribisnis dengan paradigma baru ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat pedesaan yang akan menjadi pendorong pertumbuhan sektor non- agribisnis. Keterkaitan sektor agribisnis dan non- agribisnis di pedesaan akan semakin cepat terjadi bila tersedia prasarana ekonomi yang mendukung kegiatan ekonomi di wilayah pedesaan. Pembangunan agribisnis patut mengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa

17

sumberdaya alam perlu diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui penciptaan sumberdaya manusia tani yang makin profesional. Masyarakat tani, terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat, perlu terus didampingi MENUJU manusia tani yang maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Sumberdaya alam dan manusia harus menjadi dasar bagi pengembangan sektor agribisnis masa depan. Dengan demikian perlu dirumuskan suatu kebijaksanaan pembangunan yang mengarah pada peningkatan kemampuan dan profesionalitas petani dan masyarakat perdesaan untuk dapat memanfaatkan sumber-daya alam secara optimal dan lestari dengan memanfaatkan rekayasa teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan petani, kesejahteraan masyarakat serta menghapus kemiskinan. Arah pembangunan agribisnis menurut paradigma baru ini dapat diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tani dilakukan sesuai dengan potensi, aspirasi, dan kebutuhannya. Sejalan dengan arah pembangunan agribisnis tersebut, peran pemerintah adalah mempertajam arah pembangunan untuk rakyat melalui penguatan kelembagaan pembangunan, baik kelembagaan masyarakat tani maupun kelembagaan birokrasi. Penguatan kelembagaan pembangunan sektor agribisnis dilakukan melalui pembangunan partisipatif untuk mengembangkan kapasitas masyarakat, dan berkembangnya kemampuan aparat dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintah yang berorientasi pada kepentingan rakyat. Prinsip pembangunan partisipatif adalah mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam setiap langkah pembangunan, sedangkan pemerintah memberikan fasilitas dan pembinaan kepada masyarakat dalam melaksanakan program ekonomi. Penerapan prinsip pembangunan partisipatif perlu dipahami sebagai proses dan langkah pembangunan yang mengikut-sertakan masyarakat tani sejak dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian, evaluasi, pelaporan, pemeliharaan, dan pelestarian hasilnya. 1.7. VISI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH MASA DEPAN: AGRIBISNIS SEBAGAI PRIORITAS Visi pembangunan ke depan adalah memilih bidang ekonomi yang dapat mewujudkan kesejahteraan sosial secara lestari. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai orientasi kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam, maka sektor agribisnis HARUS menjadi perhatian. Dalam kerangka paradigma pembangunan manusia, pembangunan berbasis sumberdaya lokal, dan pembangunan kelembagaan maka pembangunan di sektor agribisnis dalam arti luas merupakan sektor pembangunan unggulan. Dengan demikian visi pembangunan ekonomi ke depan menempatkan sektor agribisnis sebagai prioritas utama dalam pembangunan ekonomi daerah. Peran sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi sangat luas, mencakup berbagai indikator. Berdasarkan kenyataan ini, maka ditentukan prioritas kebijaksanaan pembangunan di masa depan. Prioritas ke depan

18

adalah sektor agribisnis dengan titik berat pada keterkaitan yang kohesif antara sasaran lingkungan mikro, makro, dan global yang cepat meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi rakyat. Sasaran lingkungan mikro Sasaran lingkungan mikro adalah rakyat sebagai pelaku ekonomi yang sebagian besar hidup dari sektor agribisnis. Pelaku ekonomi maju perlu mendapatkan suasana untuk kegiatan ekonomi produktif yang berkesinambungan. Sementara pelaku ekonomi transisi perlu didampingi oleh pemerintah. Sedangkan pelaku ekonomi tertinggal perlu mendapat subsidi, pembinaan, dan perlindungan dalam berbagai bentuk pemberdayaan. Bagi pelaku ekonomi tertinggal, maka sasaran pembangunan sektor agribisnis adalah meningkatkan akses masyarakat tani tertinggal pada faktor produksi sektor agribisnis terutama sumberdana, teknologi, bibit unggul, pupuk, dan sistem distribusi. Sasaran lingkungan makro Sasaran lingkungan makro adalah keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi yang semakin kuat dengan inti sektor agribisnis. Pembangunan sektor agribisnis memiliki dimensi kaitan ke depan (forward linkages) dalam kegiatan industri pengolahan dan pemasaran serta dimensi kaitan ke belakang (backward linkages) kegiatan faktor produksi pendukung sektor agribisnis. Berkembangnya kedua dimensi kaitan sektor tersebut akan menciptakan kesempatan kerja baru, menyerap tenaga kerja, menjadikan sektor sektor agribisnis sebagai penggerak ekonomi, dan memantapkan swasembada pangan. Pembangunan sektor agribisnis dilaksanakan dengan dukungan langsung dari sektor-sektor lain terutama industri, dan perdagangan dalam kerangka pengembangan sistem agribisnis berbasis agroindustri yang modern dan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan sektor agribisnis merupakan sektor pendorong dalam menggerakkan keterkaitan pembangunan sektor agribisnis dengan sektorsekor di bidang ekonomi yang dapat meningkatkan nilai tambah dan selanjutnya bermuara pada kesempatan kerja yang luas dan pendapatan ekonomi yang memadai bagi para pelaku pembangunan ekonomi (widely multiplier effects). Sasaran lingkungan global Sasaran lingkungan global adalah mempersiapkan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan dalam menghadapi tantangan global dan perdagangan bebas. Oleh karena itu, pembangunan sektor agribisnis perlu segera melakukan penajaman orientasi yaitu mempercepat peningkatan proses alih teknologi dan aliran investasi masuk ke dalam sektor hulu hingga ke hilir. Besaran impor untuk peningkatan produktivitas sektor agribisnis berupa teknologi dan investasi (modal) pada sektor agribisnis dapat memutar kegiatan ekonomi secara luas. Muaranya pada peningkatan kemampuan produk unggulan sektor agribisnis (comparative advantage)

19

untuk meningkatkan daya saing (competitive advantage) dalam lingkungan global guna menghasilkan produk sektor agribisnis yang mempunyai nilai jual dan digemari dalam lingkungan pasar internasional. Berdasarkan kerangka sasaran tersebut maka program-program pembangunan sektor agribisnis modern seyogyanya berorientasi pada: (1). Pengembangan/penguatan akses ekonomi masyarakat tani --- terutama masyarakat tani tertinggal --- terhadap fasilitas sumber pembiayaan; (2). Pengembangan/ penguatan kualitas sumberdaya manusia tani, termasuk peningkatan kualitas jajaran aparat tani; (3). Pengembangan/penguatan kualitas prasarana / sarana yang mendukung langsung kegiatan pembangunan sektor agribisnis antara lain yang utama adalah adopsi sistem teknologi tepat guna baik dalam bentuk perangkat kerasnya (instrumen teknis) maupun perangkat lunaknya (prosedur) dan pengembangan sistem informasi agribisnis; (4). Pengembangan/penguatan kelembagaan pembangunan berbasis agribisnis; dan (5). Pengembangan / penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat lokal. 1.8. KELOMPOK SASARAN PROGRAM Paradigma pembangunan yang berorientasi pada rakyat menegaskan pentingnya pemberdayaan ekonomi rakyat dalam menyelenggarakan pembangunan guna mengembangkan kemampuan masyarakat sendiri. Sehingga masyarakat setempat mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri atas inisiatif sendiri dalam urusan rumah tangga daerahnya. Sejalan dengan berlakunya desentralisasi, mekanisme penyaluran bantuan pembangunan yang semula direncanakan dikelola dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, secara bertahap telah dialihkan kepada koordinasi pelaksanaannya oleh pemerintah daerah dan akhirnya dapat disalurkan langsung dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang paling memerlukan, khususnya kelompok masyarakat tani. Dengan pengalihan ini bantuan dapat diterima dan dikelola langsung oleh masyarakat tani. Perubahan mekanisme penyaluran dana dari mekanisme Daftar Isian Proyek (DIP) ke mekanisme Daftar Alokasi Dana Pembangunan Daerah (DADPD), dan dari bantuan specific ke bantuan block grant. Mekanisme yang telah berubah ini perlu dipahami aparat pembangunan yang mempercepat tumbuhnya peranserta masyarakat. Pembangunan seyogianya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan pemerintah sebagai pihak yang memperlancar pelaksanaan dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Jajaran pemerintahan di daerah, baik jajaran pemerintah daerah dan instansi teknis perlu membuat identifikasi kelompok sasaran program di daerah masing-masing berdasarkan kondisi petani, potensi sumberdaya, dan komoditas unggulannya secara akurat dan mutakhir. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemberdayaan

20

masyarakat tani, maka peran kelompok tani sangat diharapkan. Jajaran pemerintah daerah diharapkan dapat membantu menyiapkan masyarakat dalam memanfaatkan bantuan sebagai dana kegiatan sosial-ekonomi produktif. Penyiapan masyarakat dilakukan dalam wadah kelompok swadaya masyarakat lokal yang tumbuh berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, antara lain: pokmas, kelompok tani dan nelayan, dan sebagainya. Penyiapan masyarakat dalam wadah kelompok diharapkan dapat tumbuh menjadi embrio lembaga pengelola dana pembangunan yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Pada dasarnya kelompok masyarakat tani dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan, yaitu (1). Kelompok tani yang tidak/belum berorientasi pasar, dengan status pendapatan di bawah garis pendapatan minimal atau kelompok tani tertinggal; (2). Kelompok tani yang berada pada tahapan transisi, dengan status pendapatan mulai meningkat dari kondisi minimal dan mempunyai potensi pasar yang berkembang; dan (3). Kelompok tani yang sudah berorientasi pasar, dengan status pendapatan di atas rata-rata dan mempunyai pasar potensial yang lebih maju. Bantuan program pembangunan sektor agribisnis akan sangat dipengaruhi oleh klasifikasi kelompok masyarakat tani tersebut. Sudah bukan saatnya lagi semua bantuan program pembangunan sektor agribisnis disamaratakan dan direncanakan dari pusat (top-down planning). Untuk dapat melaksanakan pemilahan kelompok sasaran maka perlu iden-tifikasi secara rinci pada kelompok masyarakat tani yang ada. Tersedianya pangkalan data yang memadai meliputi potensi sumberdaya manusia tani dan pedesaan, potensi sumberdaya alam, tersedianya prasarana pendukung dan pelayanan yang telah ada dan masih diperlukan akan sangat membantu penentuan sasaran pelayanan kepada masyarakat tani. Pangkalan data ini sekaligus bermanfaat untuk penajaman alokasi bantuan sebagai media pemantauan pembinaan dan melakukan penilaian kinerja pembangunan. Bagi kelompok pertama, yang tidak mampu dan belum berorientasi pasar perlu secara khusus diperhatikan untuk mendapatkan bantuan dana bantuan yang bersifat hibah bergulir (revolving block grant) namun perlu disertai pembinaan intensif agar mampu mandiri. Pemanfaatan bantuan hibah bergulir ini diarahkan untuk dioptimalkan sesuai potensi wilayah dan kemampuan masyarakat. Secara umum block grant tersebut dapat digunakan dalam dua bentuk, yaitu: (1) Investasi sosial yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, seperti sarana dan prasarana, termasuk teknologi sederhana ; (2). Investasi ekonomi yang meningkatkan pendapatan seperti dana bergulir sebagai modal kerja.

21

Sedangkan kelompok ke dua yang sudah mampu keluar dari kondisi tertinggal dapat memperoleh bantuan dana semi-komersial antara lain perlu diprioritaskan mendapatkan untuk mendapatkan kredit usaha tani (KUT) atau Kredit kepada Koperasi (KKop), dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) yang dimanfaatkan membiayai kegiatan ekonomi produktif. KUT diperkenalkan sejak 1985 sebagai pengganti Kredit Bimas dan diberikan kepada petani melalui koperasi dan LSM. KUT digunakan untuk pembiayaan intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura dengan persyaratan, antara lain, plafon kredit sekitar Rp 2 juta per hektar, suku bunga 10,5% per tahun, dan jangka waktu maksimum 12 bulan. KKop diperkenalkan sejak 1974 dan diberikan kepada koperasi sebagai badan usaha untuk pengadaan padi, palawija, hortikultura. cengkeh, dan pupuk, distribusi beras, minyak goreng, gula pasir, dan kedelai serta usaha agribisnis (sektor agribisnis dalam arti yang sangat luas). Beberapa persyaratan KKop antara lain ialah plafon kredit maksimum Rp 350 juta per komoditas per koperasi, suku bunga 16% per tahun, dan jangka waktu maksimum 12 bulan, kecuali untuk usaha agribisnis maksimum 10 tahun. Kelompok tani yang berada dalam masa peralihan ini menerapkan pendekatan yang dilakukan pada mekanisme pembinaan yang ada seperti pada model program Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) dan model Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK). Bagi kelompok kedua ini perlu disediakan pendampingan dan pembinaan sebagai upaya nyata pemberdayaan masyarakat tani. Hal yang perlu ditanamkan dalam pembinaan kepada kelompok masyarakat tani ini dalam mengelola bantuan modal adalah adanya tiga sukses, yaitu: (1). Sukses dalam penyaluran dana secara lancar; (2). Sukses dalam memanfaatkan pengunaan bantuan modal secara merata; (3). Sukses dalam pengembalian pinjaman permodalan dan meningkatkan kemandirian yang pada giliran selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

22

Sejalan dengan semangat menuju mekanisme pasar bersahabat dan otonomi daerah maka bagi kelompok tani yang sudah maju dan memenuhi kriteria orientasi pasar tidak lagi harus mendapatkan bantuan dana yang disubsidi tetapi diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kredit komersial. Kelompok tani yang sudah berorientasi pasar perlu diberi kemudahan khususnya informasi untuk mengembangkan kemampuan lebih lanjut. II. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS SEKTOR AGRIBISNIS 2.1. PENDAHULUAN Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari upaya pembangunan secara nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi dalam pembangunan daerah adalah "PEMBANGUNAN DAERAH UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT" Untuk itu misi yang akan dijalankan adalah dengan meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah yang dapat mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia baik yanq berasal dari pelayanan pemerintah, kapasitas sosial-ekonorni masyarakat, serta sumberdaya lain yang ada di daerah. Pembangunan ekonomi daerah merupakan upaya terpadu yang menggabungkan dimensi kebijakan pengembangan masyarakat, perwujudan pemerintahan yang baik, integrasi ekonomi antar wilayah dan keterkaitan ekonomi global, pelayanan regional dan lokal, pengelolaan pertanahan dan tataruang, termasuk pemanfaatan sumberdaya alam, serta penanganan secara khusus daerah-daerah yang mempunyai masalah sosial, ekonomi dan budaya yang serius. Dalam rangka pengembangan masyarakat, arah pendekatan kebijakan adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mendapatkan hak ekonomi, sosial dan politik dan melakukan upaya khusus melalui pembangunan pedesaan yang mayoritas penduduknya dalam kondisi

23

miskin dan kondisi sosial-ekonomi perdesaan yang kurang berkembang. Kebijakan perwujudan pemerintahan yang baik diarahkan kepada peningkatan otonomi daerah untuk dapat melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan masyarakat secara langsung, sedangkan aspek integrasi ekonomi wilayah dan ekonomi global diarahkan untuk mengembangkan kapasitas ekonomi daerah dan pengembangan wilayah yang ditujukan bagi peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. 2.2. PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH DAN WILAYAH

GBHN 1999 mengamanatkan bahwa pengembangan per-ekonomian perlu didasarkan pada keunggulan komparatif sebagai negara agraris dan maritim sesuai dengan kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah terutama pada kegiatan agribisnis, industri kecil dan kerajinan rakyat. Selain itu juga perlu suatu upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah secara efektif dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah. Untuk memenuhi amanat tersebut maka perekonomian daerah dikembangkan melalui pendekatan pembangunan wilayah dengan didasarkan pada keunggulan dan potensi masing-masing daerah, dan percepatan pertumbuhan daerah perbatasan, terpencil, terisolasi, dan tertinggal, agar tercipta keserasian perkembangan antar daerah. 2.2.1. Permasalahan Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan pembangunan daerah yang serasi dan berkeadilan di seluruh wilayah adalah : (1) Belum meratanya distribusi faktor produksi dan prasarana ke seluruh daerah dan kawasan yang menyebabkan kesenjangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi; (2) Masih terdapatnya daerah dan kawasan yang tertinggal akibat manajemen pembangunan yang cenderung berorientasi pada sentralisasi dan akibat lebih lanjut adanya konsentrasi pertumbuhan ekonomi cenderung terjadi di pusat-pusat wilayah maju; (3) Belum optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi wilayah yang bertumpu pada keunggulan komparatif SDA dan SDM dalam bidang agribisnis, (4) Belum optimalnya pemanfaatan keunggulan geografis dan sumberdaya intelektual (SDM) lokal sebagai basis ekonomi daerah. 2.2.2. Tantangan Tantangan ke depan dalam mewujudkan keseimbangan pertumbuhan antar wilayah di Jawa Timur adalah mengupayakan peningkatan penyediaan jaringan prasarana yang terintegrasi dan perbaikan iklim usaha dan kelancaran aliran investasi, sehingga tercipta keterkaitan ekonomi antar

24

wilayah. Selain itu, tantangan yang dihadapi dalam menyeimbangkan pertumbuhan antar wilayah adalah bagaimana mendorong perkembangan kawasan tertinggal dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang belum tergali dan menciptakan kawasan-kawasan potensi ekonomi baru. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi wilayah adalah mengupayakan kelangsungan kegiatan usaha ekonomi yang sudah ada khususnya di kawasan maju dengan pengembangan efisiensi manajemen pemanfaatan teknologi dan dukungan iklim usaha dan jaminan keamanan yang lebih baik sehingga tetap terjaga kemampuan meningkatkan produktivitas, memberikan nilai tambah, dan menyerap tenaga kerja. Disamping itu terdapat dalam memanfaatkan keunggulan geo-grafis untuk pengembangan perekonomian yang berorientasi pasar global dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan kapasitas sumberdaya alam. 2.2.3. Strategi Kebijakan Untuk mewujudkan tujuan tersebut, srategi kebijakan yang diambil adalah: 1. Meningkatkan aksesibilitas untuk memperlancar aliran in-vestasi dan produksi dan menciptakan keterkaitan eko-nomi yang saling mendukung, 2. Mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang belum tergali di kawasan-kawasan potensial yang relatif tertinggal dan menciptakan perkembangan kawasan potensi ekonomi baru; 3. Meningkatkan kelangsungan kegiatan usaha yang sudah ada di sentrasentra produksi yang relatif maju sebagai andalan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat; 4. Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengembangkan daya tarik investasi berdasarkan ke-unggulan komparatif dan kompetitif masing-masing daerah sesuai dengan potensi srmberdaya alam, sumberdaya manusia dan lokasi geografisnya. 2.2.4. Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Ekonomi Daerah, Wilayah, dan

Dari empat strategi kebijakan tersebut, program pembangunan prioritas yang akan dilaksanakan adalah: a. Pengembangan Jaringan Prasarana dan Sarana Antar Wilayah Tujuan program ini adalah untuk aksesibilitas, memperlancar aliran investasi dan produksi dan menciptakan keterkaitan ekonomi yang saling menguntungkan. Sasaran yang akan dicapai dari program ini adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana antar wilayah dan/atau kawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah. Kegiatan penting yang dapat dilakukan adalah:

25

(1) (2) (3)

Pembangunan dan peningkatan prasarana dan sarana transportasi antar wilayah dan/atau kawasan berikut sistem manajemen operasi dan pemeliharaannya secara berkelanjutan, Pengembangan jaringan komunikasi dan energi listrik Pengembangan prasarana dan sarana wilayah terpadu pada kawasan tertinggal yang potesial.

b. Pengembangan Kawasan Tertinggal Program ini ditujukan untuk mendorong pengembangan kawasankawasan tertinggal dan relatif belum tersentuh oleh program pembangunan dengan menggali potensi dan memanfaatkan sumberdaya alam dalam kegiatan ekonomis. Sasaran program adalah meningkatnya kapasitas ekonomi kawasan di wilayah perbatasan, kepulauan terpencil, kawasan terisolir, kawasan marjinal/ lahan kritis, dan kawasan tertinggal lainnya terutama di Jawa Timur bagian selatan Kegiatan prioritas yang dapat dilakukan adalah: (1) Peningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam setempat di wilayah lahan kritis / marjinal, Pengembangan Kawasan agribisnis masyarakat penghijauan (KAMP); (2) Penyediaan bantuan teknis pengembangan komoditas unggulan dan penyediaan prasarana dan sarana penunjang. (3) Pengembangan keterkaitan kawasan tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan melalui penyediaan prasarana transportasi dan sarana angkutan serta pengembangan jalur pemasaran produk; (4) Penyediaan insentif bagi pelaku ekonomi untuk berinvestasi di kawasan tertinggal terutama di wilayah bagian selatan Jawa Timur. c. Pengembangan Kawasan Cepat Tumbuh Program ini ditujukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi kawasan yang berpotensi cepat tumbuh sebagai andalan pengembangan ekonomi daerah dan penggerak kegiatan ekonomi kawasan di sekitarnya. Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah meningkatnya produktivitas dan daya saing kegiatan usaha pada sentra-sentra produksi agribisnis, industri kecil dan kerajinan, wisata-alam, dan kegiatan prospektif lainnya. Kegiatan yang dapat diprioritaskan adalah : (1) Pengembangan produksi komoditas unggulan pada kawasan sentra produksi (KSP) pangan, kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN), kawasan industri masyarakat wisata (KIMSATA), Kawasan Industri Masyarakat Perhutanan (KIMHUT), dan kawasan potensial lainnya; (2) Pengembangan produksi, pengolahan, dan pemasaran melalui pemanfaatan teknologi, pengembangan sumber daya manusia, dan dukungan penyediaan prasarana dan sarana. (3) Pengembangan kapasitas organisasi ekononii dan jaringan kerja ekonomi antar pelaku ekonomi.

26

d. Pengembangan Kawasan Strategis Program ini ditujukan untuk mendorong peningkatan investasi dalam pemanfaatan keunggulan geografis dan sumberdaya intelektual setempat yang dapat diintegrasikan dengan pasar global. Sasaran program adalah meningkatnya arus investasi, proses produksi dan perdagangan atu kerjasama subregional yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dengan dukungan pemerintah daerah. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah : (1) pengembangan insentif dan daya tarik investasi dan manajemen pemanfaatan aset atau potensi geografis, (2) penyediaan prasarana dan sarana pendukung; pengembangan kompetensi kegiatan usaha dengan standar kualitas global, (4) mengembangkan kompentensi sumberdaya manusia setempat, berbasis budaya lokal. (5). mengembangkan jaringan perdagangan dan forum kerjasama ekonomi antar wilayah dan/atau kawasan.2.3.

PENGEMBANGAN UNGGULAN WILAYAH

AGRIBISNIS

KOMODITI

2.3.1. Strategi Pengembangan Pembangunan daerah hingga saat ini telah membuktikan bahwa kebutuhan sumberdaya alam semakin banyak dan senantiasa menghadapi berbagai kendala yang semakin serius, terutama di wilayah pedesaan. Dalam kondisi seperti ini mutlak diperlukan penajaman prioritas pemanfaatan keunggulan sumberdaya alam dan sumberdaya wilayah lainnya dengan melibatkan secara penuh segenap potensi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang potensi sumberdaya alamnya sangat terbatas dan kondisi pembangunan wilayahnya masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi proyek daerah secara cepat, tepat dan akurat. Wilayah Jawa Timur terbagi menjadi beberapa wilayah pembangunan yang masing-masing mempunyai karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda, baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, serta infrastruktur fisik dan kelembagaan penunjang pembangunan. Potensi sumberdaya wilayah ini tampaknya masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, terutama karena terbatasnya modal dan teknologi. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih terbatasnnya informasi teknologi dan informasi pasar yang diperlukan untuk mengembangkan wilayah tersebut, serta lemahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Suatu bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan masyarakat diperlukan dalam membangun Kawasan Sentra Produksi Komoditas Unggulan (KSP-KU),

27

sehingga memberikan manfaat dan memungkinkan keterlibatan penuh anggota-anggotanya. Langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan tersebut adalah menemukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam komunitas perdesaan khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak penanaman, pertanahan, pengerahan tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan serta pemasaran hasil. Selanjutnya, keberhasilan sistem produksi menuntut adanya bentuk-bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga mampu mengelola sistem pertanian secara lebih efektif mampu meningkatkan kesejahteran masyarakat. Dalam rangka pengembangan sistem agribisnis yang berwawasan agroekosistem, dan mendukung upaya-upaya peningkatan pendapatan petani, maka dipandang perlu untuk dirancang model pengembangan Komoditi UNGGULAN di wilayah Jawa Timur, yang mengacu kepada pendekatan konsep dan terapan sistem manajemen bisnis di pedesaan. Salah satu upaya di Jawa Timur untuk mengentas kemiskinan masyarakat desa dan mencegah terjadinya kesenjangan antara desa-kota yang semakin melebar, ialah Gerakan Membangun Agribisnis (GMA). Dengan GMA ini diharapkan pembangunan wilayah pedesaan dapat diselaraskan dengan wilayah lainnya yang lebih maju. Hal seperti ini dapat dicapai kalau pertumbuhan desa dapat dipacu sedemikian rupa sehingga lebih cepat. GMA pada hakekatnya merupakan upaya terencana yang melibatkan kerjasama pemerintah , suasta dan segenap masyarakat untuk membangun wilayah perdesaan. Tujuan GMA adalah: (1). meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja di pedesaan, (2) menciptakan pemerataan, mempersempit kesenjangan, dan memperbaiki hubungan desa-kota, (3) menggali potensi unggulan ekonomi lokal dan merangsang tumbuhnya peluang kerja dan kesempatan kerja dan berusaha, (4) meminimalkan urbanisasi desa ke kota, (5) mendorong hubungan kerja yang harmonis antara pemerintah, suasta dan masyarakat, (6) menumbuhkan suasana kondusif bagi segenap masyarakat desa untuk dapat mengakses peluang-peluang bisnis. Beberapa program prioritas yang dapat dikembangkan ialah: (1). Satu wilayah satu komoditi unggulan dengan beberapa produk penunjangnya Komoditi unggulan merupakan hasil usaha masyarakat desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Beberapa kriteria dari komoditi unggulan adalah (a) Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan /ciri spesifik, kualitas bagus, harga murah); (b) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan;

28

(c) Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat perdesaan; (d) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya manusia; (e) Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit. (2). Teknologi Tepat Guna Masuk Wilayah Pedesaan Teknologi masuk desa meliputi upaya pengenalan, proses alih teknologi dan pelatihan teknis (Model Sekolah Lapangan) dengan tujuan meningkatkan ketrampilan SDM dan nilai produk masyarakat. Beberapa kriteria teknologi ini ialah: (a) Mendukung upaya peningkatan nilai tambah produk lokal; dan mendorong terciptanya sistem produksi yang bersih (ecolabelling) (b) Mampu meningkatkan jumlah produksi dan efisiensi; serta menonjolkan keunikan kualitas produk (c) Tidak merugikan eksistensi tenagakerja lokal; (d) Murah; mudah dipelajari; mudah perawatannya dan menjanjikan keuntungan; (e) Dapat berupa teknologi proses, material, ataupun teknologi rekayasa sosial. (3). Investasi Mengalir Masuk ke Wilayah Pedesaan Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah (a) Menjalin hubungan kemitraan yang menguntungkan dan adil; (b) Pembatasan pengaruh negatif penetrasi modal dari luar melalui pengembangan Lembaga Keuangan Alternatif berpendampingan sehingga mampu mengakses segenap anggota masyarakat secara adil ; (c) Produsen lokal harus didukung fasilitas kredit murah berpendampingan dan berkelanjutan; (d) Penciptaan iklim kondusif bagi tumbuh-kembangnya pengusaha lokal yang mandiri (individu atau kelompok); (e) Mengoptimalkan peran-serta lembaga-lembaga sosial-tradisional yang telah ada di masyarakat. (4). Pasar Desa dan Kemitraan Pemasaran Pasar desa yang dimaksud ialah kegiatan untuk mendorong tumbuhnya media yang mendukung kelancaran proses pemasaran produk dan transaksi usaha di antara masyarakat desa itu sendiri atau dengan pihak luar melalui kemitraan yang adil dan bersahabat. Beberapa macam kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan wilayah pedesaan di Jawa Timur ialah (1) Keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) Masih adanya lokasi yang terisolir dan KELANGKAAN prasarana transportasi, (3) Keterbatasan penguasaan modal dan teknologi,

29

(4) Lemahnya kemampuan kelembagaan (formal dan non-formal) penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) Masih TERBATASNYA akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Berdasarkan faktor pembatas dan kendala yang ditemukan disusunlah strategi pengembangan wilayah di Jawa Timur dengan menerapkan konsep Kawasan Sentra Produksi Komoditi Unggulan (KSP-KU). Secara skematis konsep strategi pengembangan ini disajikan sbb:

30

STRATEGI UNTUK MENGEMBANGKAN KSP-KU =============================================FENOMENA KETERTINGGALAN WILAYAH Faktor Penyebab:KAPABILITAS SBDY ALAM RENDAH ISOLASI LOKASI SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN SANGAT TERBATAS PENGUASAAN MODAL DAN TEKNOLOGI SANGAT TERBATAS

KELEMBAGAAN PE NUNJANG PEMBA NGUNAN SANGAT LEMAH

Kebijakan Makro: R U R A L EMPOWERMENT (Fasilitasi, Bantuan, Subsidi, Kredit/Pinjaman, Pemihakan, Proteksi , dll) Penyiapan Pra-kondisi: KELEMBAGAAN KESWADAYAAN MASYARAKAT YANG SUITABLE Rencana Program Umum: Sistem Usahatani Sistem perhubun Konservasi an Inter-region Eksploitasi SDA Intra-region Sistem Produksi Cash-commodity Transfer modal , teknologi tepatguna dan infor masi pasar Kelembagaan perkreditan, pemasaran, inovasi teknologi di Desa Kelembagaan sosial di pedesaan: -perilaku -ketrampilan

Justifikasi program Umum: Proyek-proyek pengembangan Kawasan Sentra Produksi Komoditi Unggulan KSP-KU - milik masyarakat

31

2.3.2. Komoditi Potensial Subsektor Perkebunan Potensi produksi komoditi perkebunan di Jawa Timur disajikan berikut ini.Tabel 1. Jenis Komoditi Perkebunan Pengembangannya Strategi Pengembangannya KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat ) Gula Mini - Kapasitas 30 - 50 ton tebu/hari - Masa giling 100 hari - Luas kebun tebu setara 500 -1000 ha lahan kering KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kopi Rakyat: 1. Cluster Produksi (Ecolabelling): Kawasan Sentra Produksi Kebun Kopi Rakyat (SES) 2. Cluster Pengolahan: Kawasan Sentra Pengolahan berbasis kopi 3. Cluster Perdagangan dan Kemitran Pemasaran 4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Cengkeh Rakyat 1. Cluster Produksi: Kawasan Sentra Produksi Cengkeh Rakyat (SES) 2. Cluster Pengolahan: Kawasan Sentra Pengolahan Minyak Atsiri Cengkeh 3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran 4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan dan Strategi

No 1

Komoditi Tebu (?)

2

Kopi

3

Cengkeh

32

4 5

Kapok Randu Kelapa

KSP-KU: Kapok Randu KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kelapa Rakyat: 1. Cluster Produksi: Kawasan Sentra Produksi Kelapa Rakyat (SES) 2. Cluster Pengolahan: Kawasan Sentra Pengolahan berbasis kelapa 3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran 4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kakao Rakyat: 1. Cluster Produksi: Kawasan Sentra Produksi Kakao Rakyat (SES) 2. Cluster Pengolahan: Kawasan Sentra Pengolahan Berbasis Kakao 3. Cluster Perdagangan dan Kemitraan Pemasaran 4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kapas Rakyat KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Jambu Mete Rakyat 1. Cluster Produksi: Kawasan Sentra Produksi Mete Rakyat (SES) 2. Cluster Pengolahan: Kawasan Sentra Pengolahan Produk Mete 3. Cluster Perdagangan dan Informasi Pemasaran 4. Cluster Kebun Teknologi / Sekolah Lapangan

6

Kakao

7 8

Kapas Jambu mete

9

Kenanga

KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) Kakao Rakyat 1. Cluster Produksi: Kawasan Sentra Produksi Kenanga Rakyat (SES) 2. Cluster Pengolahan: Kawasan Sentra Pengolahan Minyak Atsiri Kenanga 3. Cluster Perdagangan dan Kemitraan Pemasaran 4. Cluster Kebun Teknologi/ Sekolah Lapangan

33

2.3.3. Potensi Tanaman Pangan; Padi dan Palawija Potensi produksi komoditi tanaman pangan di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 2.Tabel 2. Komoditi Tanaman Pangan No 1 2 Komoditas Padi sawah Kedelai Strategi Pengembangannya KALADI (Kawasan Lahan Abadi): Padi sawah KIMKU Kedelai dengan sistem multi cluster: 1. Cluster Inti : Agroindustri basis kedelai dengan multi produk 2. Cluster Usahatani Kedelai dengan sistem tiga strata: 1. Strata 1: Padi sawah MT 1 / MT2 2. Strata 2: Kedelai 3. Strata 3: Tanaman sela jagung Kacang hijau/ kacang-tunggak 3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasaran: Informasi pasar & Kemitraan pemasaran KIMKU Jagung dengan sistem multi cluster: 1. Cluster Inti : Agroindustri basis jagung dengan multi produk 2. Cluster Usahatani Jagung dengan sistem tiga strata: 1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops 2. Strata 2: Jagung 3. Strata 3: Tanaman sela / gilir ubikayu Kacang hijau/ kacang-tunggak 3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar & Kemitraan pemasaran KIMKU Ubikayu dengan sistem multi cluster: 1. Cluster Inti : Agroindustri basis ubikayu dengan multi produk 2. Cluster Usahatani Ubikayu dengan system tiga strata:

3

Jagung

4

Ubikayu

34

1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops 2. Strata 2: Ubikayu 3. Strata 3: Tanaman sela jagung/ Kacang hijau/ kacang-tunggak 3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar & Kemitraan pemasaran 5 Ubijalar KIMKU Ubijalar

35

6

Kacang tanah

KIMKU Kacangtanah sistem multi cluster: 1. Cluster Inti : Agroindustri basis kacangtanah dengan multi produk 2. Cluster Usahatani kacangtanah dengan sistem tiga strata: 1. Strata 1: Hedgrow Sengon, feed-crops 2. Strata 2: Kacang-tanah 3. Strata 3: Tanaman sela -gilir jagung/ ubikayu/ kacang-tunggak 3. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasraan: Informasi pasar & Kemitraan pemasaran

2.3.4. Tanaman Sayuran Tanaman hortikultura sayuran ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi sayuran dataran tinggi dan dataran rendah. Jenis-jenis tanaman palawija ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari . TabelKomoditas 1 2 3 4 5 6 7 Bawang merah Bawang putih Kentang Kacangkacangan Cabe Tomat Sayuran

3. Tanaman SayuranStrategi Pengembangannya KAKUM (Kawasan Agribisnis Unggulan Milik Masyarakat) KAKUM (Kawasan Agribisnis Unggulan Milik Masyarakat) SPAKU (Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan) SPAKU (Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan) CORPORATE FARMING CORPORATE FARMING CORPORATE FARMING Komoditas Komoditas Agribisnis Agribisnis

36

2.3.5. Tanaman Buah-buahan POTENSIAL Tanaman hortikultura buah-buahan ini yang menonjol produksinya di wilayah ini meliputi buah dataran tinggi dan buah dataran rendah. Jenisjenis tanaman ini sangat sesuai untuk diusahakan sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman sela dalam sistem tumpangsari .Tabel 4. Tanaman Buah-buahan N o 1 Komodita s Alpokad Strategi Pengembangannya Sistem Pekarangan Agribisnis dengan menerapkan Multi Storey Systems (MSS): 1. Strata 1: Tanaman pohon kayu-kayuan 2. Strata 2: Tanaman pohon buah-buahan: Alpokad 3. Strata 3: Tanaman perdu pakan lebah / ternak 4. Strata 4: Tanaman palawija / sayuran semusim 5. Strata 5: Tanaman rumput / legum cover crop 6. Strata xi : Tanaman TOGA KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Dua Roda (SDR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop 2. Feed crop 3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop: Jeruk Unggulan Wilayah 2. Feed crop 3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar

2

Durian

3

Jeruk

37

4.

Mangga

KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Dua Roda (SDR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop : Mangga unggulan wilayah 2. Feed crop 3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop : Nangka Genjah 2. Feed crop 3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Empat Strata (SES): 1. Tanaman Tegakan: Sengon dsb 2. Fruit crop: Nanas sebagai 3. Feed crop 4. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop : Pepaya buah unggulan 2. Feed crop : Covercrop, hegderow 3. Ternak kereman

5

Nangka

6

Nanas

7

Pepaya

38

2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop : Pisang unggulan wilayah 2. Feed crop : cover crop & hedgerow 3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar

8

Pisang

39

9

Rambuta n

KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop : Rambutan unggul 2. Feed crop : cover crop & hedgerow 3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan (KSIP) bagi buah inferior 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Empat Strata (SES): 1. Tanaman tegakan: Sengon, Jati-emas 2. Fruit crop : Salak unggulan wilayah 3. Feed crop 4. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Tiga Strata (STS): 1. Fruit crop : Salak buah unggulan wilayah 2. Annual vegetables 3. Feed crop + Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) Sistem Tiga Strata : 1. Fruit crop 2. Feed crop

1 0

Salak

11

Apel ?

12

Melinjo

40

3. Ternak kereman 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar

3.6. Komoditi Tanaman Hias PotensialTabel 5. Komoditi Tanaman hias No 1 Komodit as Anggrek Strategi Pengembangannya KIMAGRO (Kawasan Industri Masyarakat Agrowisata) dengan Sistem Multi Cluster: 1. Cluster Kebun Bunga / Taman Hias/ Taman Koleksi 2. Cluster Kios /Show-room 3. Cluster LITBANG 4. Cluster Pondok Indah KIMAGRO (Kawasan Industri Masyarakat Agrowisata) dengan Sistem Multi Cluster: 1. Cluster Kebun Bunga / Taman Hias 2. Cluster Kios /Show-room 3. Cluster LITBANG 4. Cluster Pondok Indah

2

Kuping Gajah, Gladiol, Krisan , Mawar, Anyelir, Dewadar u, dll Melati , Sedap malam, Kenanga

3

KAKUM (Kawasan Agribisnis Komoditas Unggulan Milik Masyarakat) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) dengan Sistem Multi Strata (SMS): 1. Bunga Unggulan 2. Bunga Komplemen/ Penunjang 3. Bunga Substitusi 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar

41

4

Palem (pohon) Bonsai , Bambu hias, dll

KIMAGRO (Kawasan Industri Masyarakat Agrowisata) dengan Sistem Multi Cluster: 1. Cluster Kebun Bunga / Taman Bonsai 2. Cluster Kios /Show-room / Green-house 3. Cluster LITBANG 4. Cluster Pondok Indah

5.

2.3.7. Komoditi Kehutanan dan WanataniTabel No 1 Komoditi Sengon : HUTAN RAKYAT 6. Komoditi Kehutanan dan Wanatani Strategi Pengembangannya KIMHUT (Kawasan Industri Perhutanan Milik Masyarakat ) Sistem Empat Strata (SES): 1. Strata I : Tanaman tegakan hutan 2. Strata II: Tanaman pangan semusim 3. Strata III: Tanaman pakan hijauan 4. Strata IV: Ternak kereman (Sapi , kambing/domba) KIMHUT (Kawasan Industri Perhutanan Milik Masyarakat ) Sistem Empat Strata (SES): 1. Strata I : Tanaman tegakan hutan 2. Strata II: Tanaman pangan semusim 3. Strata III: Tanaman pakan hijauan 4. Strata IV: Ternak kereman (Sapi , kambing/domba) KIMHUT (Kawasan Industri Perhutanan Milik Masyarakat ) Sistem Empat Strata (SES): 1. Strata I : Tanaman tegakan hutan 2. Strata II: Tanaman palawija/sayuran 3. Strata III: Tanaman pakan hijauan 4. Strata IV: Ternak kereman (Sapi , kambing/domba)

2

Jati / Jati-emas: HUTAN RAKYAT

3

Mahoni: HUTAN RAKYAT

42

4

Lebah madu: HR/KR

CORPORATE FARMING dengan sistem multi cluster: 1. Cluster I: KSP Lebah + Tanaman Pakan lebah 2. Cluster II: Pascapanen /Pengolahan hasil 3. Cluster III: Networking /Kemitraan pemasaran 4. Cluster IV: Sekolah Lapang Perlebahan KIMHUT (Kawasan Industri Perhutanan Milik Masyarakat ) Sistem Tiga Roda (STR): 1. Roda I : Kawasan Sentra Produksi (KSP) 2. Roda II: Kawasan Sentra Industri Pengolahan (KSIP) 3. Roda III: Kawasan Sentra Perdagangan dan Informasi Pasar (KSPIP) KIMHUT (Kawasan Industri Perhutanan Milik Masyarakat ) Sistem Empat Strata (SES): 1. Strata I : Tanaman tegakan hutan 2. Strata II: Tanaman pangan semusim 3. Strata III: Tanaman pakan hijauan 4. Strata IV:Ternak kereman (Sapi, kambing/domba) KIMHUT (Kawasan Industri Perhutanan Milik Masyarakat ) Sistem Lima Strata (SLS): 1. Strata I : Tanaman tegakan hutan 2. Strata II : Tanaman palawija/sayuran / pakan 3. Strata III: Budidaya ULAT SUTERA 4. Strata IV: Pasca-panen & Informasi pemasaran 5. Strata V: Sekolah Lapang PA

5

Bambu: HUTAN RAKYAT JALUR HIJAU

6

MPTS: HUTAN RAKYAT JALUR HIJAU

7

SUTERA ALAM * PLBTH * ITS * PA * HR

8

Penghijauan: * HR/ KR * PA * HKM

KAMP (Kawasan Agribisnis Masyarakat Penghijauan) Sistem Empat Strata (SES): 1. Strata I : Tanaman tegakan / Buah unggulan 2. Strata II: Tanaman palawija/Sayuran 3. Strata III: Tanaman pakan hijauan 4. Strata IV: Ternak kereman (Sapi , kambing/domba) Kawasan KEBUN TEKNOLOGI dan BREEDING

9

PERBENIHAN &

43

PEMBIBITAN 10 Pengembangan Hutan Bakau

CENTER:

KAMP (Kawasan Agribisnis Masyarakat Penghijauan) Sistem Empat Strata (SES): 1. Strata I : Kawasan Zonasi Bakau 2. Strata II: Kawasan Tambak / Perikanan 3. Strata III: 4. Strata IV: Kawasan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat: 1. Sistem Zonasi & Status Pengelolaan 2. Sistem Bagi Hasil: Tanaman Tegakan & Tp. sari 3. Sistem Pemasaran: Informasi Pasar & Kemitraan 4. Sistem Pascapanen: Nilai tambah produk 5. Sistem Sekolah Lapangan dan Pendampingan 6. Sistem Permodalan/ Lembaga Keuangan Alternatif Kawasan Pengelolaan Bersama Masyarakat: 1. Zona Inti - Lindung 2. Zona IPTEK , Pendidikan & Penelitian 3. Zone Ekologi-ekonomi: a. Wana wisata b. Komoditi ekonomi-konservasi 4. Zone Kemitraan Masyarakat Kawasan Pengelolaan Bersama Masyarakat komoditi unggulan: 1. Zona PLBTH: Cluster usahatani 2. Cluster Pascapanen/ Pengolahan Hasil / Nilai tambah produk 3. Cluster Pemasaran: Informasi Pasar & Kemitraan lembaga pemasaran 4. Cluster Permodalan/ Lembaga Keuangan alternatif 5. Cluster Sekolah Lapangan / Pendampingan

11

ITS: Intensifikasi Tumpang Sari

12

RHL: Rehabilitasi Hutan Lindung:

13

PLBTH: Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan

2.3.8. Komoditi Ternak PotensialTabel 7. Jenis Komoditi dan Strategi Pengembangannya

44

No 1

Komoditas Sapi perah

Strategi Pengembangannya KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Pakan/ Tanaman pakan 2. Cluster Pemeliharaan 3. Cluster Kendali Mutu / Kesehatan 4. Cluster Pengolahan: Hasil Susu 5. Cluster Pengolahan Limbah: Pupuk Organik 6. Cluster Pemasaran /Informasi Pasar KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Pakan/ Tanaman pakan 2. Cluster Penggemukan 3. Cluster Pengolahan: Hasil & Pupuk organik 4. Cluster Perdagangan /Informasi & Kemitraan 5. Cluster Kendali Mutu - Breeding center KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Pakan / Tanaman pakan 2. Cluster Penggemukan / Peng anak an 3. Cluster Pengolahan: Hasil & Pupuk organik 4. Cluster Perdagangan /Informasi & Kemitraan 5. Cluster Kendali Mutu - Breeding center KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Bahan Pakan 2. Cluster PEMBIBITAN dan Obat 3. Cluster Pemeliharaan 4. Cluster Pengolahan: Pakan, Hasil & Limbah 5. Cluster Pemasaran /Informasi Pasar

2

Sapi kereman

3

Kambing/ Domba

4

Ayam Ras

5

Ayam BURAS

SPAKU (Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan) Ayam Buras dengan Sistem Tiga Roda: 1. Roda I : Sistem Produksi bahan pakan 2. Roda II : Sistem Produksi Ayam Buras Berpendampingan 3. Roda III : Sistem Pengolahan dan Pemasaran

7.

Kelinci

45

3.9. Komoditi Perikanan Tabel 8. Jenis Komoditi dan Strategi Pengembangannya No 1 Komoditas Perikanan Laut Strategi Pengembangannya Kawasan Industri Masyarakat Perikanan (KIMPERIK), dengan Sistem Multi Cluster: 1. Cluster Penangkapan 2. Cluster ALSINTAN & SAPRODI 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pasca-panen / Pengolahan 5. Cluster Pemasaran: Informasi & Kemitraan 6. Cluster Sarana & Prasarana Penunjang: Cold storage, Pabrik es, Sanitasi / Keslingk. KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Tambak Udang 2. Cluster Pakan / Obat / Benih / Bibit 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pasca-panen / Pengolahan 5. Cluster Pemasaran: Informasi & Kemitraan 6. Cluster Sarana & Prasarana Penunjang: Cold storage, Pabrik es, Sanitasi / Keslingk. KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Tambak Bandeng 2. Cluster Pakan / Obat Benih / Bibit 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pasca-panen / Pengolahan 5. Cluster Pemasaran: Informasi & Kemitraan KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster Kolam Nila / Karamba 2. Cluster Pakan / Obat/ Benih / Bibit 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasaran: Informasi Pasar & Kemitraan Pemasaran 5. Cluster Pascapanen dan Pengolahan Hasil KIMAS (Kawasan Industri Milik dengan Sistem Multi Cluster : Masyarakat)

2

Tambak Udang

3

Tambak Bandeng

4

Nila

5

Lele

46

1. Cluster KOLAM LELE 2. Cluster Pakan / Obat Benih / Bibit 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasaran: Informasi Pasar & Kemitraan Pemasaran 5. Cluster Pascapanen & Pengolahan Hasil 6 Gurami KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) GURAMI dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster KOLAM GURAMI 2. Cluster Pakan / Obat /Benih / Bibit 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasaran: Informasi Pasar & Kemitraan 5. Cluster Pasca-panen dan Pengolahan Hasil KIMAS (Kawasan Industri Milik Masyarakat) IKAN HIAS dengan Sistem Multi Cluster : 1. Cluster KOLAM / AKUARIUM 2. Cluster Pakan / Obat /Benih / Bibit 3. Cluster Permodalan / Lembaga Keuangan Alternatif 4. Cluster Pemasaran: Informasi Pasar & Kemitraan 5. Cluster ALSINTAN

7

Ikan Hias

47

III. METODE PERENCANAAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI AGRIBISNIS (KSPA) 3.3.1. Pendahuluan Perencanaan tata ruang yang komprehensif untuk pengembangan dan pembangunan sektor strategis sangat diperlukan dalam pencapaian hasil pembangunan yang optimal di suatu wilayah, seperti Propinsi Jawa Timur. Permasalahan yang dihadapi dewasa ini adalah seringkali perencanaan tata ruang yang ada belum mampu mewadahi dan mengimbangi perkembangan dan potensi sektor pembangunan strategis yang pengembangannya tidak terlepas dari sektor lain. Oleh karena itu tujuan perencanaan ruang pada kawasan sektor strategis di suatu wilayah, seperti Propinsi Jawa Timur, adalah memadukan penggu-naan ruang secara fungsional antar berbagai sektor untuk mendorong sektor strategis agar tercapai pertumbuhan wilayah yang seimbang. Perencanaan Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Agribisnis (P-KSPA) merupakan salah satu bentuk perencanaan ruang untuk sektor strategis yang diharapkan dapat mendorong percepatan peningkatan nilai tambah yang diikuti peningkatan produksi pada sentra-sentra produksi dari sub sektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor perikanan dan subsektor peternakan yang didukung oleh sarana dan prasarana yang relevan. Konsep kawasan dalam Kawasan Sentra Produksi Agribisnis (KSPA) dapat berdiri diri dan ataupun menyatu dalam satu Kawasan lebih luas (beberapa bagian wilayah kecamatan), tergantung dari potensi sentra produksi (fungsi kawasan) serta faktor jarak geograffs dan faktor jarak aksesibilitas. Faktor jarak aksesibilitas sangat berperan di dalam menentukan orientasi suatu kawasan, terutama kawasan potensial yang jauh dari pusat pengembangannya. Sehingga penentuan kawasan sentra produksi tidak lagi dipengaruhi oleh batas administratif. Oleh karena itu untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan di daerah, dipandang perlu adanya penyusunan rencana pengembangan Kawasan Sentra Produksi guna pengembangan komoditas unggulan / utama, yaitu subsektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan dan subsektor peternakan yang dibentuk dalam suatu kawasan sebagai Sentra Pengembangan Produksi mulai dari berskala kecil (mikro) hingga bersekala besar (makro) dan ekonomis. Ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di suatu wilayah, seperti di Propinsi Jawa Timur, serta pemerataan pembangunan ekonomi wilayah. Dalam jangka pendek upaya ini diharapkan dapat mendorong pemanfaatan sumber-daya pertanian dalam arti luas dan pengembangan infrastruktur penunjangnya secara optimal. Kajian tentang pengembangan Sentra Produksi di suatu wilayah, seperti wilayah di Jawa Timur, mempunyai peran penting sebagai arahan dan peluang lokasi investasi bagi pemerintah maupun swasta dalam mencapai efisiensi , efektifitas dan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan sentra-sentra produksi dari sektor pertanian dalam arti luas. Kajian ini akan mencakup tentang rencana induk, rencana aksi dan rencana

48

implementasi sentra produksi tersebut. 3.1.2. Tujuan dan Sasaran 3.1.2.1. Tujuan 1. Mengidentifikasi Kawasan Sentra Produksi dan pr