BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN...
Transcript of BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN...
8
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Outsourcing
2.1.1.1 Definisi Outsourcing
Strategi outsourcing terutama untuk sumberdaya manusia merupakan sesuatu
yang relative baru di Indonesia. Mulai berkembang sekitar akhir tahun sembilan
puluhan, dan makin pesat sesudah tahun 2000. Perusahaan perlu menyerahkan
proses-proses yang bukan merupakan core compentence perusahaan tersebut ke
pihak ketiga. Pihak ketiga yang menangani non-core activities tersebut,
kemungkinan besar mempunyai biaya yang rendah dan lebih efektif,
sehingga memberikan fokus terhadap perusahaan untuk menangani core-
business activities -nya. Dalam pengertian umum, istilah outsourcing (Alih
Daya) diartikan sebagai kontrak (Nur Cahyo, 2006: 56).
Menurut Bin Jiang, et al. (2006), Outsourcing dapat meningkatkan biaya
efisiensi perusahaan. Belum pernah outsourcing bermain seperti peranan penting
dalam bisnis, namun dampak keseluruhan outsourcing terhadap kinerja sebagian
besar masih merupakan kontroversi bagi perusahaan(segi positif), dan bagi
karyawan outsourcing(segi negatif).
9
Ada dua actor pokok dalam proses outsourcing, yakni “outsourced”
(perusahaan yang menyerahkan pekerjaan) dan “outsourcer”(perusahaan yang
menerima pekerjaan)(Harland et al.,2005). Berdasarkan beberapa definisi yang
sudah ada di atas, dapat disimpilkan bahwa outsourcing merupakan alih daya
operasi dan manajemen yang bukan merupakan core competence perusahaan
tersebut ke perusahaan ketiga.
2.1.1.2 Efisiensi Dalam Outsourcing
Terdapat 2 efisiensi outsourcing, yaitu:
1) Technical efficiency
Berusaha menghasilkan output yang sama dengan input lebih kecil
maupun usaha menghasilkan output yang lebih besar dengan input sama.
2) Input trade off efficiency
Berusaha menghasilkan output yang sama dengan jumlah input yang sama
tetapi harga lebih murah.
2.1.1.3 Kelebihan dan kekurangan outsourcing:
1) Kelebihan Outsourcing
(1) Perusahaan dapat fokus pada core business-nya
(2) Waktu yang digunakan menjadi lebih singkat untuk ketetapan dalam
organisasi
10
(3) Akses kepada hak-hak intelektual dan pengalaman dan pengetahuan
yang luas karena Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang
sistem teknologi ini dan pihak outsourcer memilikinya.
(4) Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan
dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcer memang
spesialisasi dan ahli di bidang tersebut. Vendor yang berpengalaman
khususnya jenis jasa, banyak menguji sistem dan permasalahan
potensial sehingga dapat diantisipasi lebih baik.
(5) Katalisator dalam melakukan sebuah perubahan besar yang mungkin
tidak dapat diperoleh jika dilakukan sendiri oleh internal perusahaan.
2) Kelemahan Outsourcing Antara Lain :
(1) Tidak secara fleksibel akan mampu menangani permasalahan-
permasalahan yang unik dalam perusahaan
(2) Kesepakatan dari kontraktual outsourcing harus berjangka waktu
lama untuk menjamin keamanan data dan kelanggengan sistem yang
sudah berjalan
(3) Memerlukan waktu, kordinasi dan biaya dalam melakukan
perubahan terhadap isi dari kesepakatan kerja sebelumnya.
(4) Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang
dioutsourcekan. Dalam kasus seperti bila aplikasi tersebut
merupakan aplikasi yang harus memerlukan penanganan khusus dan
cepat maka harus terlebih dahulu menghubungi pihak vendor.
11
(5) Memungkinkan terjadinya pencurian atau hilangnya sistem dan data
yang perusahaan sehingga merugikan perusahaan.
(6) Memiliki ketergantungan kepada pihak ketiga (pengembang dan
pengelola) sehingga cukup sulit bagi perusahaan untuk mengambil
alih kembali sistem yang sudah berjalan saat ini (memerlukan waktu
dan tenaga).
www.ppmmanajemen.ac.id/.../PAPER/20OUTSOURCING/20final.d
oc
2.1.2 Lingkungan Kerja
2.1.2.1 Definisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan
kinerja karyawan yang baik. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh
langsung terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya
akan meningkatkan kinerja oragnisasi. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan
baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman,
dan nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang
baik akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Sofyandi (2008 : 82) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana
pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif
memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja
optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai
menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan
12
betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi.
Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara
sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan
fisik tempat pegawai bekerja. Locke dalam Mangkunegara (2005 : 34) hanya
faktor lingkungan yang sangat menentukan seorang individu/pegawai mampu
berprestasi atau tidak.
Jika karyawan mendapat pengaruh yang baik dari lingkungan kerja maka dapat
dikatakan bahwa lingkungan kerja tersebut mendukung karyawan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang akan berujung pada
peningkatan kinerja. Jika sebaliknya, berarti lingkungan tidak mendukung
karyawan dalam bekerja dan berdampak pada penurunan motivasi serta kinerja
(Riady, 2007). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan
mengerjakan pekerjaan sehari-hari termasuk lingkungan kerja fisik maupun non
fisik.
2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Sedarmayanti (2001 : 21) menyatakan bahwa secara garis besar lingkungan
kerja terbagi menjadi 2 yakni: lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non
fisik.
13
1) Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik
secara langsung, maupun secara tidak langsung.
(1) Penerangan cahaya di tempat kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi para karyawan
guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Pada dasarnya
cahaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cahaya matahari dan
cahaya buatan berupa lampu. Oleh sebeb itu perlu diperhatikan adanya
penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan
penerangan yang baik para karyawan akan dapat bekerja dengan
cermat dan teliti sehingga hasil kerjanya mempunyai kualitas yang
memuaskan.
(2) Temperature di tempat kerja
Dalam keadaan normal , tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperature berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaan normal. Bekerja pada suhu panas atau
dingin dapat menimbulkan penurunan kinerja. Secara umum kondisi
yang panas dan lembab cenderung meningkatkan penggunaan tenaga
fisik yang lebih berat sehingga pekerja akan merasa letih dan kinerja
menurun.
(3) Kelembaban di tempat kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa
dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
14
dipengaruhi oleh temperature udara dan secara bersama-sama antara
temperature, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas
dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada
saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan
dengan temperature udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan
menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran,
karena system penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha
untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu di
sekitarnya.
(4) Sirkulasi udara di tempat kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan makhluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup yaitu proses metabolisme. Udara sekitar
dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah
berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar
adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat
kerja, keduanya akan memberikan kesejukkan dan kesegaran pada
jasmani.
(5) Kebisingan di tempat kerja
15
Bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara
yang mengganggu atau suara yang menjengkelkan. Suara bising adalah
suara yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam melaksanakan
suatu pekerjaan karena konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu.
(6) Getaran mekanis di tempat kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis,
yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran-getaran dapat
menyebabkan pengaruh yang buruk bagi kinerja, terutama untuk
aktivitas yang melibatkan penggunaan mata dan gerakan tangan secara
terus menerus serta mengganggu konsentrasi kerja.
(7) Bau-bauan di tempat kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat menggangu konsentrasi kerja, dan bau-
bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan
penciuman. Pemakaian ‘air condition’ atau ventilasi yang tepat
merupakan salah satu cara yang dapat menghilangkan bau-bauan di
sekitar tempat kerja.
(8) Tata warna ditempat kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang
menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat
warna dapat merangsang perasaan manusia.
16
(9) Dekorasi di tempat kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu
dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi
berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna,
perlengkapan, dan lainnya utuk bekerja.
(10) Musik di tempat kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan
suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang
karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih
dengan selektif untuk dikumandangkan ditempat kerja.
(11) Keamanan di tempat kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam
keadaan aman perlu diperhatikan pemanfaatan tenaga Satuan Petugas
Keamanan (SATPAM) dan fasilitas keamanan lainnya.
2) Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja baik hubungan dengan atasan maupun
dengan bawahan serta hubungan dengan rekan kerja.
Menurut Basuki (2005) diketahui dari hasil penelitiannya bahwa apabila
lingkungan kerja meningkat, maka semangat kerja juga akan meningkat,
Peningkatan lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara menciptakan suasana
kerja dalam perusahaan yang menyenangkan dengan kebersihan yang ada,
hubungan antara karyawan yang harmonis harus dipertahankan, masing-masing
karyawan saling menghormati tetap terjalin, masing-masing karyawan mau
17
menghargai hasil kerja karyawan lain dan suka bekerja sama, hubungan antara
bawahan dan pimpinan yang terjalin baik serta fasilitas yang disediakan oleh
perusahaan tergolong lengkap seperti adanya fasilitas tempat ibadah, tempat
parkir dan toilet yang harus tetap terawat kebersihannya.
2.1.3 Job Insecurity
Fenomena ketidakamanan pekerjaan bukan merupakan istilah baru dalam
lingkungan bisnis organisasi. Ketidakamanan pekerjaan adalah kondisi dimana
karyawan merasa terancam oleh ketidakpastian keberlanjutan dalam bekerja di
organisasi mereka. Penampilan ketidakamanan kerja akan menimbulkan dampak
negatif terhadap fisik dan psikologis karyawan baik dalam jangka panjang dan
jangka pendek. Karyawan berpikir mengenai hal yang tidak diinginkan, dan
pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri yang mengarah kepada ketidakamanan
dalam bekerja . Hal itu dapat memicu stres serta emosi negative yang berdampak
pada kinerja sehari-harinya.( Mauno, Leskinen, & Kinnunen, 2001).
Job insecurity merupakan kondisi psikologis seseorang (karyawan) yang
menunjukkan rasa bingung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi
lingkungan yang berubah-ubah (perceived impermanence). Kondisi ini muncul
karena banyaknya jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau pekerjaan kontrak.
Pasewark dan Strawser (2001) menerangkan mengenai empat variabel
pendahulu (anteseden), yang oleh Suwandi dan Indriantoro (2003) disebut
prediktor, dari job insecurity berdasarkan hasil studi sebelumnya, yaitu: konflik
peran (role conflict), ketidakjelasan peran (role ambiguity), perubahan organisasi
18
(organizational change), dan pusat pengendalian (locus of control). Sedangkan
konsekuensi dari job insecurity tersebut adalah komitmen organisasional,
kepuasan kerja, dan kepercayaan organisasi.
1) Konflik peran (role conflict)
Ketika seorang individu dihadapkan dengan ekspetasi peran yang
berlainan, hasilnya adalah konflik peran (role conflict). Konflik ini muncul
ketika seorang individu menemukan bahwa untuk memenuhi syarat satu
peran dapat membuatnya lebih sulit untuk memenuhi peran lain.
Diserahkan tugas yang bukan merupakan tanggung jawab dapat
menambah beban karyawan.
2) Ketidakjelasan peran (role ambiguity)
Ketidakjelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab terhadap pekerjaan
(Jerald Greenberg & Robert A. Baron 2007 : 124).
3) Perubahan organisasi (organizational change)
Merupakan berbagai kejadian yang secara potensial dapat mempengaruhi
sikap dan persepsi karyawan sehingga dapat menyebabkan perubahan
yang signifikan dalam organisasi. Kejadian-kejadian tersebut antara lain
meliputi merger, perampingan (downsizing), re-organisasi, teknologi baru,
dan pergantian manajemen .
4) Pusat pengendalian (locus of control)
Pusat pengendalian merupakan tingkat dimana individu yakin bahwa
mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Internal (internals) adalah
individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas
19
apapun yang terjadi pada diri mereka. Eksternal (externals) adalah
individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka
dikendalikan oleh ketentuan luar seperti keberuntungan atau kesempatan.
Lokus kendali merupakan suatu indikator evaluasi inti diri karena individu
yang berpikir bahwa mereka kurang memiliki kendali atas hidup mereka
cenderung kurang memiliki kepercayaan diri (Stephen P. Robbins &
Timothy A. Judge 2008 : 138).
5) Komitmen organisasi (organizational commitment)
Komitmen organisasi menurut Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge
(2008 : 100) adalah tingkat sampai mana seseorang karyawan memihak
sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Komitmen organisasi menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron
(2003 : 124) merupakan keterikatan individu terhadap organisasi yang
dimasukinya, dimana karakteristik komitmen organisasional antara lain
adalah loyalitas seseorang terhadap organisasi, kemauan untuk
mempergunakan usaha atas nama organisasi, kesesuaian antara tujuan
seseorang dengan tujuan organisasi (goal congruence), dan keinginan
untuk menjadi anggota organisasi.
Menurut Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge (2008 : 101) ada tiga
komponen yang mempengaruhi komitmen organisasi, sehingga karyawan
memilih tetap atau meninggalkan organisasi berdasar norma yang
dimilikinya. Tiga komponen tersebut adalah:
20
(1) Komitmen afektif (affective commitment) adalah perasaan
emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya.
(2) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) adalah
nilai ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila
dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. Seorang
karyawan mungkin berkomitmen kepada seorang pemberi kerja
karena ia dibayar tinggi dan merasa pengunduran diri dari
perusahaan akan menghancurkan keluarganya.
(3) Komitmen normatif (normative commitment) adalah kewajiban
untuk bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau
etis.
6) Kepuasan kerja (job satisfaction)
Kepuasan kerja adalah perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat
kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang
pekerjaan tersebut, sementara sesesorang yang tidak puas memiliki
perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan.
7) Kepercayaan organisasi
Merupakan gambaran umum dari kemampuan yang diperlihatkan oleh
karyawannya. Kepercayaan organisasi, jika komitmen organisasi
menekankan bagaimana tingkat loyalitas karyawan, maka kepercayaan
organisasi menunjukkan bahwa karyawan merasa percaya terhadap
21
perusahaan dan juga manajemennya, sehingga karyawan tersebut merasa
komitmennya telah dipenuhi.
Jika tidak tercapai, maka karyawan akan merasa gagal dan diabaikan atas
peran dan hasil yang telah dicapai oleh karyawan tersebut. Namun jika
perusahaan memenuhi komitmennya terhadap karyawan, maka antara
kedua belah pihak sama-sama tercapai kepuasan dalam bentuk komitmen
dan kepercayaan.
Pekerja yang memiliki rasa ketidakamanan akan memiliki dampak negatif pada
kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan bahkan niat untuk bekerja. “Job
insecurity menghasilkan konsekuensi yang negatife terhadap sikap kerja, sikap
organisasi, seperti memburuknya kondisi kerja, kurangnya kesempatan karir,
penurunan gaji pengembangan dan dalam beberapa kasus dapat merusak
hubungan pekerja dengan organisasi” (Sverke, Hellgren, dan Naswall, 2002).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa job insecurity adalah kondisi ketidakpastian seseorang terhadap
keberlanjutan dalam bekerja
2.1.4 Motivasi Kerja
2.1.4.1 Definisi Motivasi
Menurut Winardi(2007 : 1), Motivasi berasal dari kata motivation yang berarti
“menggerakkan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal
atau eksternal bagi seorang individu, yang menybabkan timbulnya sikap antusias
dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi
22
merupakan sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Alasan atau
dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada
dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu
munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya
datang dari luar diri kita. Motivasi kerja dan Lingkungan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan karyawan akan berdampak positif terhadap performance karyawan
tersebut(Nurhidayati, 2004). Sementara motivasi dari dalam ialah motivasinya
muncul dari inisiatif diri kita. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau
bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Menurut
Hasibuan (2009 : .94) mengatakan bahwa semangat kerja atau motivasi kerja
adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan
baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Ernest L. McCormick dalam
Mangkunegara (2002 : 94) mengemukakan bahwa motivasi kerja didefinisikan
sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Berdasarkan beberapa definisi yang sudah ada di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja adalah dorongan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan.
23
2.1.4.2 Maslow’s hierarchy of needs
Menurut Hellriegel dan Slocum (2004 : 119) ada beberapa hal yang merupakan
alasan dasar dari hirarki Maslow:
1) Sekali suatu kebutuhan terpuaskan , kebutuhan lain pada tingkat lebih
tinggi muncul untuk mengambil alih , jadi orang selalu memuaskan
kebutuhannya.
2) Jaringan kebutuhan untuk kebanyakan orang sangat kompleks, dengan
beberapa kebutuhan yang mempengaruhi perilaku di dalam satu waktu.
Jelas bahwa ketika seseorang berhadapan dengan situasi darurat ,seperti
rasa haus yang amat sangat, kebutuhan tersebut akan mendominasi sampai
terpuaskan.
3) Kebutuhan pada level yang lebih rendah harus dipuaskan, sebelum
kebutuhan pada level yang lebih tinggi diaktifkan untuk mempengaruhi
perilaku.
4) Ada lebih banyak cara untuk memuaskan kebutuhan pada level yang lebih
tinggi dan pada level yang lebih rendah.
Menurut George dan Jones (2005 : 179-183), seorang psikolog, Abraham
Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan universal yang mereka
cari untuk dipuaskan.
24
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Maslow%27s_Hierarchy_of_Needs.svg
Gambar 2.1 Hirarki kebutuhan Maslow
1) Kebutuhan fisiologis
Pada dasarnya manusia harus memenuhi kebutuhan fisiologisnya untuk
dapat bertahan hidup. Pada hirarki yang paling bawah ini , manusia harus
memenuhi kebutuhan makanan, minum, tidur, dan lain-lain yang
berhubungan dengan fisik badan. Bila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi
maka manusia akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal.
2) Kebutuhan keamanan( safety)
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah dipuaskan, perhatian dapat
diarahkan kepada kebutuhan akan keselamatan. Keselamatan itu termasuk
merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa
terjamin. Pada waktu seseorang telah mempunyai pendapatan cukup untuk
memenuhi semua kebutuahan kejiwaan, seperti membeli makanan dan
perumahan, perhatian diarahkan kepada penyediaan jaminan melalui
pengambilan polis asuransi, dan sebagainya.
3) Kebutuhan kasih sayang/social
25
Cinta kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini, mungkin
disadari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam, tetapi
juga yang dicerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian berbagai
kelompok sosial.
4) Kebutuhan percaya diri (Esteem needs)
Percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan akan pengakuan orang lain.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan
yang dapat diakui bermanfaat, menyediakan sesuatu yang lebih dari
sebelumnya seperti promosi, serta pengakuan umum dan kehormatan
didunia luar.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Umumnya, kebutuhan ini akan muncul bila seseorang merasa seluruh
kebutuhan mendasarnya sudah terpenuhi. Pada hirarki ini , biasanya
seseorang akan berhadapan dengan ambisi untuk menjadi seseorang yang
memiliki kemampuan lebih atau hasrat untuk mengetahui serta memenuhi
ketertarikannya akan suatu hal.
2.1.4.3 Meningkatkan motivasi kerja
Adapun beberapa cara untuk meningkatkan motivasi kerja menurut
Munadar(2008 : 342-346) antara lain:
1) Peran pemimpin /atasan
Ada dua cara pokok untuk meningkatkan motivasi kerja ,yaitu bersikap
keras (dengan memaksa tenaga kerja untuk bekerja keras dengan
26
memberikan ancaman) dan memberi tujuan yang bermakna (bersama-sama
dengan tenaga kerja yang bersangkutan), sesuai dengan kemampuannya ,
yang dapat dicapai melalui prestasi kerjanya yang tinggi .
2) Peran diri sendiri
Dari dalam diri sendiri perlu mengubah diri menjadi tenaga kerja dengan
motivasi kerja yang proaktif.
3) Peran organisasi
Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat ‘menarik’ atau
‘mendorong’ motivasi kerja seorang tenaga kerja. Gugus Kendali mutu
(GKM) adalah suatu kebijakan yang dituang dalam berbagai peraturan
yang mendasari kegiatan dan yang mengatur pertemuan pemecahan
masalah dalam kelompok kecil, khususnya kelompok pekerja. Di
Indonesia ,kegiatan GKM dilakukan di luar jam kerja. Para pekerja yang
mengikuti kegiatan GKM memperoleh upah kerja lembur.
2.1.5 Kinerja Karyawan
2.1.5.1 Definisi Kinerja
Menurut Mathis & Jackson (2006 : 378), kinerja (performance) pada dasarnya
adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di
mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done),
27
pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan
secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau
etika. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi
berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu.
Malayu S.P. Hasibuan (2009 : 34) mengemukakan kinerja (prestasi kerja)
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu.
2.1.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara
satu karyawan dengan karyawan lainnnya yang berada dibawah pengawasannya.
Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun
produktivitas mereka tidaklah sama.
Menurut Mathis dan Jackson (2006 : 434) ada tiga perangkat variable yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja, yaitu:
1) Variable individual
(1) Kemampuan dan keterampilan : mental dan fisik
(2) Latar belakang : keluarga, tingkat social, penggajian
(3) Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin
28
2) Variabel organisasional
(1) Sumber daya
(2) Kepemimpinan
(3) Imbalan
(4) Struktur
(5) Desaign pekerjaan
3) Variabel psikologis
(1) Persepsi
(2) Sikap
(3) Kepribadian
(4) Belajar
(5) Motivasi
2.1.5.3 Definisi Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah tingkat para karyawan mencapai persyaratan
pekerjaan. Penilaian kinerja pada umumnya mencakup baik aspek kualitatif
maupun kuntitatif dari kinerja pelaksanaan pekerjaan. Sehubungan dengan fungsi
manajemen manapun, aktivitas manajemen sumber daya manusia harus
dikembangkan, dievaluasi, dan diubah apabila perlu sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu di tempat
kerja.
Menurut Mathis ( 2006 : 113 ) faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
yaitu kemampuan karyawan untuk pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang
29
dicurahkan, dan dukungan organisasi yang diterimanya.Kinerja karyawan
berkurang apabila salah satu faktor ini berkurang atau tidak ada. Sebagai contoh
beberapa karyawan memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaannya dan
bekerja keras, tetapi organisasi memberikan peralatan yang kuno. Kinerja meliputi
kualitas output serta kesadaran dalam bekerja.
Menurut Robert dan John dalam bukunya yang berjudul “Human Resources
Managemenet” (2006 : 373), kinerja karyawan yang umum meliputi:
1) Kuantitas dan Hasil
Pencapaian job description yang diberikan dapat diukur secara
absolute, dalam persentase atau indeks.
2) Kualitas dan hasil
Kualitas bersifat relative, sehingga tidak mudah diukur dan sangat
tergantung pada selera individu. Kualitas dapat dirasakan , dilihat atau
diraba.
3) Waktu dan kecepatan dari hasil
Setiap pelaksanaan tugas selalu membutuhkan waktu sebagai
masukkan. Waktu merupakan sumber daya yang mahal , karena dia
terbatas, tidak dapat disimpan atau ditunda.
4) Kehadiran atau absensi
Tingkat kehadiran dan ketepatan waktu dalam bekerja dapat menjadi
salah satu faktor untuk melihat motivasi karyawan dalam bekerja.
5) Kemampuan bekerja sama
30
Setiap karyawan harus mampu untuk bekerja sama dengan rekan
kerjanya dan memiliki inisiatif dalam membantu rekan kerjanya agar
tercipta suasana kerja yang nyaman.
6) Rasa dapat dipercaya
Karyawan yang bekerja dengan baik, akan dipercaya oleh rekan
kerjanya untuk dapat menyelesaikan pekerjaan selanjutnya.
Berdasarkan definisi kinerja dan kinerja karyawan yang ada di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kualitas dan kuantitas dari
suati hasil kerja individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan pekerjaan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber: penulis, 2011
Gambar 2.2 Kerangka Teori
2.3 Hipotesis
Hipotesis untuk penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah yang ada
adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh Lingkungan Kerja dan Job Insecurity terhadap
Motivasi Kerja Karyawan Outsourcing?
-Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2, dan Y
31
Ho = Variabel Lingkungan Kerja dan Job Insecurity tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel Motivasi Kerja
Karyawan Outsourcing.
Ha = Variabel Lingkungan Kerja dan Job Insecurity mempengaruhi
secara signifikan terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan
Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara individual antara X1 dan Y
Ho = Variabel Lingkungan Kerja tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan Outsourcing.
Ha = Varibel Lingkungan Kerja mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara individual antara X2 dan Y
Ho = Variabel Job Insecurity tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan Outsourcing.
Ha = Variabel Job Insecurity mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan Outsourcing.
2) Bagaimana pengaruh Lingkungan Kerja , Job Insecurity dan motivasi
kerja terhadap kinerja karyawan Outsourcing ?
- Hipotesis pengujian secara simultan antara X1,X2 ,Y,dan Z
Ho = Variabel Lingkungan Kerja , Job Insecurity dan motivasi kerja
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel kinerja
Karyawan Outsourcing.
32
Ha = Variabel Lingkungan Kerja , Job Insecurity dan motivasi kerja
tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel kinerja
Karyawan Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara individual antara X1 dan Z
Ho = Variabel Lingkungan Kerja tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
Ha = Variabel Lingkungan Kerja tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara individual antara X2 dan Z
Ho = Variabel Job Insecurity tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
Ha = Variabel Job Insecurity tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara individual antara Y dan Z
Ho = Variabel motivasi kerja tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
Ha = Variabel motivasi kerja tidak mempengaruhi secara signifikan
terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara simultan antara X1 ,Y,dan Z
Ho = Variabel Lingkungan Kerja dan motivasi kerja tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel kinerja Karyawan
Outsourcing.
33
Ha = Variabel Lingkungan Kerja dan motivasi kerja tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel kinerja Karyawan
Outsourcing.
- Hipotesis pengujian secara simultan antara X2 ,Y,dan Z
Ho = Variabel Job Insecurity dan motivasi kerja tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.
Ha = Variabel Job Insecurity dan motivasi kerja tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap variabel kinerja Karyawan Outsourcing.