Bab 2 - Infeksi

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi dalam Kebidanan Penyakit infeksi dalam kebidanan banyak terjadi di negera-negara maju dan berkembang. Angka rata-rata kematian maternal masih relatif tinggi yang sebagian besar akibat sepsis puerperal. Perubahan fisiologi maternal selama kehamilan meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi. Penurunan tonus otot polos dapat meningkatkan resiko terkena pyelonefritis sebagai akibat komplikasi dari cystitis. Perubahan sistim imunitas tubuh yang berkaitan dengan sel T-Helper meingkatkan risiko infeksi intraselular seperti tuberculosis, varicella, listeria, dan lain-lain. 5 Penyebab infeksi dalam kebidanan adalah virus, patogen exogen dan endogen, Chlamydia, Mycoplasma, Spirocheta, Protozoa, Fungi, Mycobacteria. Berikut adalah jenis-jenis dari penyebab infeksi dalam kebidanan: 6 a. Virus: Cytomegalovirus, Enterovirus, Hepatitis, Herpes Simplex Virus, Human Immunodeficiency Virus, Human Papilloma Virus, Human B-19 Parvovirus, Influenza, Measles, Mumps, Rubella, Varicella-zoster. 2

Transcript of Bab 2 - Infeksi

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Infeksi dalam Kebidanan Penyakit infeksi dalam kebidanan banyak terjadi di negera-negara maju dan berkembang. Angka rata-rata kematian maternal masih relatif tinggi yang sebagian besar akibat sepsis puerperal. Perubahan fisiologi maternal selama kehamilan meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi. Penurunan tonus otot polos dapat meningkatkan resiko terkena pyelonefritis sebagai akibat komplikasi dari cystitis. Perubahan sistim imunitas tubuh yang berkaitan dengan sel T-Helper meingkatkan risiko infeksi intraselular seperti tuberculosis, varicella, listeria, dan lain-lain.5 Penyebab infeksi dalam kebidanan adalah virus, patogen exogen dan endogen, Chlamydia, Mycoplasma, Spirocheta, Protozoa, Fungi, Mycobacteria. Berikut adalah jenis-jenis dari penyebab infeksi dalam kebidanan:6a. Virus: Cytomegalovirus, Enterovirus, Hepatitis, Herpes Simplex Virus, Human Immunodeficiency Virus, Human Papilloma Virus, Human B-19 Parvovirus, Influenza, Measles, Mumps, Rubella, Varicella-zoster.b. Patogen Exogen: Calymmatobacterium granulomatis, Haemophilus ducreyi, Haemophilus influenza, Listeria monocytogenes, Neisseria gonnorrhoeae, Salmonella typhii, Streptococcus pneumonia, Group A -hemolytic streptococci (Streptococcus pyogenes).Patogen Endogen: Actinomyces israelii, Bacteroidaceae, Clostridium perfringens, Clostridium sordellii, Escherichia coli, Gardnerella vaginalis (Haemophilus vaginalis), Klebsiella/Enterobacter, Mobiluncus species, Peptostreptococci, The Proteus group, Staphylococci, Group B streptococci, Group C -hemolytic streptococci (Streptococcus milleri), Enterococci dan Group D streptococci, Group F streptococci, dan Group G -hemolytic streptococci. c. Chlamydia: Chlamydia trachomatis dan Chlamydia trachomatis lympgogranuloma venereum (L) strains.d. Mycoplasma: Mycoplasmae. Spirocheta: Borellia recurrentis, Borellia burgdorferi, Leptospira, dan Treponema pallidum.f. Protozoa: Entamoeba histolytica, infeksi Plasmodial, Toxoplasma gondii, dan Trichomonas vaginalis.g. Fungi: Candida albicans dan Coccidioides immitis.h. Mycobacteria: Mycobacterium tuberculosis dam Mycobacterium bovis.Infeksi yang menyebabkan congenital abnormal adalah toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, and herpes (TORCH). Banyak infeksi yang dapat mengenai neonatus, fetus, atau wanita hamil (STORCH):5 Tabel 2.1 STORCH.5STORCH infeksi spesifik yang dapat berefek terhadap neonatus, fetus, dan wanita hamil

SSyphilis

TToxoplasmosis

OOtherBacterial VaginosisTrichomonas vaginalisGroup B streptococcusEscherichia coliUreaplasma urealyticumHaemophilus influenzaVaricellaListeria monocytogenes

RRubella

CCytomegalovirus

HHerpesHuman Immunodeficiency VirusHepatitis Human Pappilloma VirusHuman Parvovirus

2.2 Infeksi Virus2.2.1 CytomegalovirusCytomegalovirus (CMV) adalah bagian dari grup virus herpes. Virus ini memiliki diameter 180nm dan terbungkus kapsul berbentuk icosahedral yang mengandung 162 capsomeres. Di dalam kapsul terkandung dua jalinan DNA yang dilapisi lapisan lipid. Diagnosis CMV harus memerlukan pemeriksaan laboratorium dan tidak bisa dinilai berdasarkan gejala klinis yang muncul.7

Gambar 2.1 Cytomegalovirus.8Penularan infeksi ke neonatus lebih sering terjadi saat waktu kelahiran karena lokasi virus CMV di cervix dan kelenjar susu saat trisemester akhir. Jika infeksi CMV telah masuk sebelum kehamilan, maka risiko infeksi congenital meningkat sebanyak 55%. Gejala klinis umum yang dapat ditemui pada infeksi congenital seperti jaundice, hepatosplenomegali, petechia generalisata, dan microcephali.7Diagnosis pada infeksi CMV primer maternal rata-rata asimptomatis dan tidak terdeteksi. Gejala klinis yang muncul seperti mild-fever, fatigue, dan mild limfadenopati. Diagnosis baku standar infeksi CMV adalah kultur virus. Virus biasanya terdeteksi di cervix, nasofaring, dan urin. Pengobatan yang diberikan untuk mengatasi infeksi CMV adalah cidofovir, formivirsen, ganciclivir, dan foscarnet.6,72.2.2 Virus Varicella zosterInsidensi virus varicella zoster pada ibu hamil adalah 0,7:1000. Transmisi penularan virus melalui respiratori, namun kontak langsung dengan lesi vesikular atau pustular akan meningkatkan risiko terkena virus varicella zoster. Manifestasi klinis pada infeksi maternal yaitu gejala klinis yang timbul lebih parah bila dibandingkan dengan infeksi pada dewasa atau anak-anak. Angka rata-rata mortalitas maternal bila terinfeksi varicella pneumonia adalah 40% apabila wanita hamil tidak mendapatkan terapi antiviral. infeksi congenital dapat terjadi apabila ibu terinfeksi pada saat usia kehamilan 20 minggu pertama (20-40%). Risiko terjadi malformasi sekitar 5%.9Diagnosis klinis dari infeksi akut adalah manifestasi cutaneous berupa chicken-pox. Manifestasi awal biasa ditemukan di kepala, telinga, menyebar ke wajah, dan ekstrimitas. Vesikel dan pustul berkembang menjadi lesi crust yang bila sembuh akan meninggalkan bekas pada kulit. Pemeriksaan laboratorium menggunakan lesi crust-scrapping, dan pemeriksaan Ultrasonography (USG) dapat ditemukan abnormal ekstrimitas, pertumbuhan fetus yang abnormal, polyhydamnions, dan hydrocephaly.9Pengobatan pada wanita hamil tidak memerlukan pemberian obat anti virus. Jika gejala klinis seperti pneumonia muncul maka diberikan acyclovir selama dua trisemester. Dosis pemberian 10-15mg intravena setiap 8 jam selama 7 hari, atau 5x800mg/hari. Penggunaan vaksin untuk mencegah varicella pada saat kehamilan tidak dianjurkan.9

Gambar 2.2 Virus Varicella zoster.102.2.3 Virus HepatitisTransmisi virus hepatitis A (HAV) melalui kontaminasi fecal-oral. Tindakan menjaga kebersihan dan sanitasi merupakan salah satu cara mencegah infeksi HAV. Pemberian vaksin HAV merupakan cara paling efektif dalam mencegah infeksi. Infeksi HAV pada saat kehamilan tidak memiliki efek spesifik bagi fetus.11Infeksi virus hepatitis B (HBV) dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Risiko fetus terinfeksi sekitar 70-90% apabila infeksi terjadi saat trisemester ketiga. Bayi yang telah dilahirkan dari ibu yang telah terinfeksi HBV diberikan vaksin dan hepatitis B immune globulin (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir.11Manifestasi klinis infeksi maternal adalah gejala yang berhubungan dengan gejala prodromal infeksi HBV. Diagnosis HBV menggunakan pemeriksaan serologi. Pengobatan HBV pada ibu hamil dapat diberikan imunisasi dengan vaksin rekombinan HBV dan HBIG. Pemberian obat alfa interferon tidak dianjurkan pada ibu hamil karena dapat menyebabkan myelosupressi, gangguan thyroid, cardiotoksik.9Infeksi virus Hepatitis C (HCV) umumnya asimptomatik. Diagnosis HCV memerlukan pemeriksaan serologi Imunoglobulin G (IgG) anti-HCV, namun pemeriksaan serologi sulit mendeteksi antibodi anti-HCV karena dibutuhkan waktu lebih dari 10 minggu setelah terinfeksi. Skrinning anti-HCV pada wanita hamil tidak rutin dilakukan untuk yang tidak memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention.11,12 Tabel 2.2 Faktor risiko.2

Risiko transmisi vertikal sekitar 2-12% kasus terjadi infeksi langsung ke fetus dari darah maternal yang mengandung HCV ribo nucleoic acid (RNA). Ko-infeksi HIV pada maternal berhubungan dengan peningkatan risiko transmisi vertikal ke fetus. Risiko lainnya seperti ketuban pecah dini juga dapat meningkatkan infeksi vertikal HCV.10Hingga saat ini belum ditemukan cara pencegahan infeksi HCV dari ibu ke anak, tindakan bedah cesar tidak selalu berhubungan secara konsisten dengan penurunan transmisi vertikal.11 2.2.4 RubellaRubella adalah virus RNA yang menyebabkan efek buruk apabila terinfeksi pada saat kehamilan. Infeksi pada kehamilan trisemester pertama dapat meningkat risiko abortus spontan dan sindrom congenital rubella. Kecacatan yang paling sering pada sindrom tersebut adalah penyakit jantung congenital (patent ductus arteriosus), retardasi mental, tuli, dan katarak. Risiko congenital rubella bergantung pada infeksi yang terjadi saat usia kehamilan tertentu. Risiko congenital rubella menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.11Masa inkubasi virus 2-3 minggu dan manifestasi klinis termasuk mild-fever, radang tengggorokan, pembesaran kelenjar cervical, dan bercak kemerah-merahan pada dada. Nyeri sendi sangat dominan pada dewasa, gejala nyeri sendi akan bertahan selama 3-7 hari.5Diagnosis Rubella berdasarkan tes serologi. Jika titer antibody 500/ml: pasien tidak menunjukkan gejala-gejalan imunosupresan2. CD4 200-500/ml: pasien akan mulai menunjukkan gejala dan membutuhkan intervensi3. CD4