Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

36
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015 6 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah Kota Banjarbaru terletak antara 325’40” sampai dengan 328’37” Lintang Selatan dan 11441’22” sampai dengan 11454’25” Bujur Timur dengan batas-batas : ~ Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar. ~ Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. ~ Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. ~ Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Kota Banjarbaru memiliki luas wilayah 371,38 km 2 yang terdiri 5 (lima) Kecamatan dan 20 (dua puluh) Kelurahan. Adapun pembagian berdasarkan luas wilayah kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut : Tabel II.1 Kecamatan/Kelurahan di Kota Banjarbaru dan Luasnya No Kecamatan/Kelurahan Luas (km 2 ) Persentase 1 Kecamatan Landasan Ulin 92,42 24,89 Kelurahan Landasan Ulin Timur 18,76 Kelurahan Guntung Payung 15,25 Kelurahan Syamsudin Noor 18,67 Kelurahan Guntung Manggis 39,74 2 Kecamatan Liang Anggang 85,86 23,12 Kelurahan Landasan Ulin Tengah 23,86 Kelurahan Landasan Ulin Utara 19,50 Kelurahan Landasan Ulin Barat 16,15 Kelurahan Landasan Ulin Selatan 26,35 3 Kecamatan Cempaka 146,7 39,50 Kelurahan Palam 14,75 Kelurahan Bangkal 29,80 Kelurahan Sungai Tiung 21,50 Kelurahan Cempaka 80,65 4 Kecamatan Banjarbaru Utara 24,44 6,58 Kelurahan Loktabat Utara 14,24 Kelurahan Mentaos 1,62 Kelurahan Komet 2,44 Kelurahan Sungai Ulin 6,14 3 Kecamatan Banjarbaru Selatan 21,96 5,91 Kelurahan Loktabat Selatan 8,58 Kelurahan Kemuning 3,61 Kelurahan Guntung Paikat 2,47 Kelurahan Sungai Besar 7,30 Kota Banjarbaru 371,38 100,00 Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010

description

Gambaran Umum

Transcript of Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

Page 1: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

6

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah

Kota Banjarbaru terletak antara 325’40” sampai dengan 328’37” Lintang Selatan

dan 11441’22” sampai dengan 11454’25” Bujur Timur dengan batas-batas :

~ Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar.

~ Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

~ Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar.

~ Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Kota Banjarbaru memiliki luas wilayah 371,38 km2 yang terdiri 5 (lima) Kecamatan dan 20 (dua puluh) Kelurahan. Adapun pembagian berdasarkan luas wilayah kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut :

Tabel II.1 Kecamatan/Kelurahan di Kota Banjarbaru dan Luasnya

No Kecamatan/Kelurahan Luas (km2) Persentase

1 Kecamatan Landasan Ulin 92,42 24,89

Kelurahan Landasan Ulin Timur 18,76

Kelurahan Guntung Payung 15,25

Kelurahan Syamsudin Noor 18,67

Kelurahan Guntung Manggis 39,74

2 Kecamatan Liang Anggang 85,86 23,12

Kelurahan Landasan Ulin Tengah 23,86

Kelurahan Landasan Ulin Utara 19,50

Kelurahan Landasan Ulin Barat 16,15

Kelurahan Landasan Ulin Selatan 26,35

3 Kecamatan Cempaka 146,7 39,50

Kelurahan Palam 14,75

Kelurahan Bangkal 29,80

Kelurahan Sungai Tiung 21,50

Kelurahan Cempaka 80,65

4 Kecamatan Banjarbaru Utara 24,44 6,58

Kelurahan Loktabat Utara 14,24

Kelurahan Mentaos 1,62

Kelurahan Komet 2,44

Kelurahan Sungai Ulin 6,14

3 Kecamatan Banjarbaru Selatan 21,96 5,91

Kelurahan Loktabat Selatan 8,58

Kelurahan Kemuning 3,61

Kelurahan Guntung Paikat 2,47

Kelurahan Sungai Besar 7,30

Kota Banjarbaru 371,38 100,00

Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010

Page 2: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

7

Dari sisi ketinggian Kota Banjarbaru berada pada ketinggian 0-5000 m dari permukaan laut, dengan ketinggian 0-7 m (33,49%), 7-25 m (48,46%), 25-100 m (15,15%), 100-250 m (2,55%) dan 250-500 m (0,35%). Klasifikasi kelerengan Kota Banjarbaru adalah kelerengan 0-2% mencakup 59,35 persen luas wilayah, kelerengan 2-8% mencakup 25,78 persen wilayah, kelerengan 8-15% mencakup 12,08 persen wilayah. Klasifikasi kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas yaitu kedalaman <30 cm, 30-60 cm, 60-90 cm dan >90 cm. Kota Banjarbaru mempunyai kedalaman efektif lebih dari 90 cm, dimana jenis-jenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Berdasarkan peta Geologi, batuan di Kota Banjarbaru terdiri dari Alluvium (Qha) 48,44 persen, Martapura (Qpm) 37,71 persen, Binuang (Tob) 3,64 persen, Formasi Kerawaian (Kak) 2,26 persen, Formasi Pitap 3,47 persen. Berdasarkan peta skala 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1974, di wilayah Kota Banjarbaru terdapat 3 (tiga) kelompok jenis tanah yaitu podsolik (63,82%), lithosol (6,36%) dan organosol (29,82%).

Suhu udara di Kota Banjarbaru dan sekitarnya berkisar antara 23,3oC sampai dengan 32,7oC. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada pada bulan Oktober (35,3oC) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Agustus (20,8oC). Selain itu sebagai daerah tropis maka kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 47% sampai dengan 98%. Rata-rata curah hujan di Kota Banjarbaru dan sekitarnya pada tahun 2005 tercatat 142,7 mm. Rata-rata tekanan udara di Kota Banjarbaru adalah 22,3 atm.

2.1.1.1. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan pengembangan potensi secara spasial yang dilakukan melalui kebijakan

pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru termasuk dalam Kawasan Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi.

Dari Kawasan Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi, Kota Banjarbaru masuk dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan Kota Banjarmasin (Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara), Kota Banjarbaru (Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang, Cempaka), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar, Gambut, Sungai Tabuk, Aluh- Aluh, Beruntung Baru dan Martapura, Martapura Timur, Martapura

Barat, Astambul, Mataraman, Karang Intan), sebagian Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak, Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Tabunganen, Mekarsari), sebagian Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan Bati-Bati, Kurau, Tambang Ulang, Bumi Makmur).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008, Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Adapun Kawasan strategis yang termasuk dalam kawasan wilayah Kota Banjarbaru meliputi : a. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi;

b. Kawasan strategis sosial budaya; dan c. Kawasan strategis lingkungan hidup.

Page 3: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

8

2.1.1.2. Wilayah Rawan Bencana

Adapun bencana alam yang rawan di Kota Banjarbaru adalah kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan selama tahun 2005-2009 cukup tinggi pada tahun 2006 dengan jumlah titik panas sebanyak 167 dan cenderung menurun hingga tahun 2009 yang hanya sebanyak 14 titik panas karena faktor alam, yaitu hampir tidak ada musim kemarau yang jelas pada tahun-tahun terakhir .

Wilayah rawan bencana terdiri atas kawasan rawan bencana kebakaran dikelilingi lahan gambut di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Cempaka. Kawasan rawan bencana tanah longsor di

Kecamatan Cempaka. Kawasan rawan bencana angin puting beliung Kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang. Kawasan rawan bencana banjir ringan di Kecamatan Cempaka.

2.1.2. Tata Ruang Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara

termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliharan kelangsungan hidupnya. Sementara itu ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

2.1.2.1. Struktur Ruang

Struktur Ruang Wilayah Kota Banjarbaru meliputi struktur sistem pusat pelayanan kegiatan kota dan sistem jaringan prasarana wilayah kota.

A. Struktur sistem pusat pelayanan kegiatan kota

1. Pusat pelayanan kota meliputi a. PPK I : kawasan pusat kegiatan bandar udara internasional di Kecamatan

Landasan Ulin b. PPK II : kawasan pusat kegiatan perkantoran pemerintahan di Kecamatan

Cempaka, Kecamatan Landasan Ulin dan Kecamatan Banjarbaru Selatan.

2. Sub pusat pelayanan kota meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan/jasa, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan umum yang tersebar di Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Landasan Ulin.

3. Pusat lingkungan meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan/jasa dengan skala lingkungan, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan umum, serta perumahan yang tersebar di setiap kelurahan.

B. Sistem jaringan prasarana wilayah kota 1. Sistem Prasarana Utama

a. Transportasi Darat 1. Sistem jaringan jalan

a. Jaringan jalan arteri primer di kota sepanjang lebih kurang 26.500 km meliputi : 1. Jalan Liang Anggang-Martapura 2. Jalan Liang Anggang-Bati-Bati

Page 4: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

9

b. Jaringan jalan kolektor primer di kota sepanjang lebih kurang 19.000 Km meliputi : 1. Jalan P. M. Noor (Banjarbaru-Sei. Ulin) 2. Jalan Mistar Cokrokusumo (Banjarbaru-Banyu Irang) 3. dan Jalan Gubernur Soebardjo (Liang Anggang-Lingkar Selatan)

c. Jaringan jalan arteri sekunder di kota sepanjang lebih kurang 16.810 Km yaitu Jalan Trikora.

d. Jaringan jalan kolektor sekunder di kota sepanjang lebih kurang 10.011,84 Km meliputi : 1. Jalan Guntung Manggis 2. Jalan Palam R. O Ulin 3. Jalan Panglima Batur 4. Jalan Rahayu

e. Jaringan jalan lingkungan di kota meliputi jalan yang menghubungkan antara jalan kolektor sekunder dengan pusat-pusat permukiman dengan panjang lebih kurang 486,74 Km yang tersebar di lima kecamatan

2. Transportasi Jalan a. Terminal angkutan jalan yang terdapat di Kota Banjarbaru

dikategorikan dalam terminal tipe C, sebanyak 4 (empat) terminal meliputi : 1. Terminal Liang Anggang di Kecamatan Liang Anggang.

2. Terminal Pasar Kamaratih di Kecamatan Landasan Ulin. 3. Terminal Simpang Empat Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru

Utara. 4. Terminal Pasar Bauntung Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru

Selatan. 3. Sistem Jaringan Angkutan Umum

a. Sistem koridor/utama : 1. Rute pada jalur Barat-Timur jalan Nasional Banjarmasin-

Banjarbaru-Martapura, menggunkan jalur rute/trayek yang telah ada saat ini, yakni rute Banjarmasin-Martapura ( AKDP).

2. Rute jalan Lingkar Selatan, berawal dari Terminal Liang Anggang-Jalan Lingkar Selatan/Trikora-Jalan Mistar Cokrokusomo-

berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru. 3. Rute Lingkar Utara, berawal dari Terminal Kamaratih-jalan

Lingkar Utara-Jalan Karang Anyar-jalan Panglima Batur-jalan A.Yani-berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru.

b. Sistem sirkulator/pengumpan : 1. Rute Palam-Loktabat Selatan-jalan A. Yani 2. Rute Palam-Cempaka 3. Rute Guntung Manggis- jalan A. Yani-Guntung Payung 4. Rute Landasan Ulin-Lingkar Selatan-jalan A. Yani 5. Rute Martapura-Banjarbaru ( via jalan Rahayu-jalan Panglima

Batur) c. Pengembangan Armada Angkutan Umum :

1. Untuk jalur rute Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura, yang merupakan jalur rute utama sistem koridor , serta memiliki tingkat permintaan lalu-lintas penumpang tinggi akan dilayani oleh jenis kendaraan bus besar ( kapasitas sekitar 55 tempat duduk ).

Page 5: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

10

2. Untuk rute jalan Lingkar Selatan, yang merupakan jalur rute baru sistem koridor, serta memiliki tingkat permintaan lalu-lintas akan dilayani oleh jenis kendaraan Bus Sedang (kapasitas 25 tempat duduk).

3. Untuk jalur rute Lingkar Utara, yang merupakan jalur rute baru sistem koridor serta memiliki tingkat permintaan lalu-lintas penumpang sedang juga dilayani oleh jenis kendaraan Bus Sedang.

4. Untuk jalur rute sistem sirkulator/pengumpan baik rute eksisting maupun rute baru, akan dilayani oleh jenis kendaraan minibus/mikrolet (kapasitas sekitar 15 tempat duduk).

d. Pengembangan Terminal Angkutan Umum: 1. Terminal eksisting Liang Anggang, yang merupakan terminal tipe

C. 2. Terminal eksisting Kamaratih, yang merupakan terminal tipe C. 3. Terminal eksisting Simpang Empat Banjarbaru, merupakan

terminal tipe C. e. Pengembangan halte angkutan umum di arahkan pada lokasi

berdekatan dengan simpang jalan akses ke komplek perumahan, simpang jalan utama (arteri) dan jalan kolektor dan di depan lokasi sekolah, perkantoran, pabrik, pasar, rumah sakit dan pusat-pusat aktivitas kegiatan masyarakat.

b. Transportasi udara. 1. Ruang udara diatas bandara,

Ruang udara diatas bandara meliputi ruang udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara (ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

2. Ruang udara

Ruang udara meliputi ruang udara di sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

3. Bandar udara.

Bandar udara meliputi ruang untuk kegiatan kebandarudaraan yang fungsinya sebagai bandar penumpang dan cargo dengan luas kawasan

kurang lebih 400 Ha di Kecamatan Landasan Ulin.

C. Sistem Prasarana Lainnya 1. Jaringan energi/kelistrikan

a. gardu induk terdapat di Kecamatan Cempaka b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV, yaitu

menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Cempaka dengan Kecamatan Liang Anggang

c. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV, yaitu menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin.

2. Jaringan telekomunikasi

1. Sistem jaringan telekomunikasi meliputi sistem jaringan prasarana telekomunikasi di Kota Banjarbaru dengan sistem jaringan kabel yang bertujuan meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi.

Page 6: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

11

2. pembangunan Base Transceiver Station (BTS) meliputi daerah Kecamatan Liang

Anggang (Jalan A. Yani Km 23, Jalan Peramuan, Jalan Soebardjo, Jalan Arah Pleihari), Kecamatan Landasan Ulin (Jalan Sidomulyo, Jalan A. Yani, Jalan Vanili, Jalan Guntung Manggis), Kecamatan Cempaka (Jalan Mistar Cokrokusumo), Kecamatan Banjarbaru Selatan (Jalan Kelapa Sawit 8, Jalan Unlam 3, Jalan Dahlina Raya, Jalan R.O Ulin, Jalan Guntung Paikat, Jalan Candra Buana, Jalan Beringin), Kecamatan Banjarbaru Utara (Jalan P. M. Noor, Jalan Perambaian 1, Jalan Panglima Batur Timur, Jalan Komet Raya, Jalan R. P. Suparto, Jalan Gotong Royong, Jalan Pangeran Suriansyah, Jalan Komplek Amaco, Jalan Karang Anyar 1, Jalan Bina Murni, Jalan Bayam, dan

Jalan Kebun Karet). 3. Jaringan sumber daya air kota

a. Wilayah Sungai Kota Banjarbaru berdasarkan lokasinya di tiap kecamatan yaitu : 1. Kecamatan Banjarbaru, terdiri dari : Sungai Besar (Sungai Kemuning),

Sungai Paring, Sungai Ulin, Sungai Lurus, Sungai Komet, Sungai Gotong Royong, dan Sungai Lukudat.

2. Kecamatan Cempaka, terdiri dari : Sungai Pinang, Sungai Batulicin, Sungai Ujung Murung Hula, Sungai Batu Kapas, Sungai Mangguruh, Sungai Paring, Sungai Sambangan, Sungai Tiung, Sungai Ampayo, Sungai Apukan, Sungai Basung, Sungai Lukaas, dan Sungai Banyu Irang.

3. Kecamatan Landasan Ulin, terdiri dari : Sungai Salak, Sungai Guntung

Payung, Sungai Ampayo, Sungai Paramuan, Sungai Cempaka, Sungai Lukudat, Handil Berkat Karya, Handil Papikul, Handil Hanyar, dan Handil Kerokan.

4. Kecamatan Liang Anggang : Sungai Paramuan, Handil Berkat Karya, Handil Papikul, dan Handil Hanyar

b. Sistem jaringan air baku untuk air bersih di Kota Banjarbaru meliputi : 1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan air baku yang

memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi

3. Prasarana dan Sarana Sanitasi meliputi prasarana dan Sarana Air Limbah

dan Persampahan. c. Sistem pengendalian banjir di wilayah Kota Banjarbaru meliputi :

1. Peningkatan kapasitas alur sungai agar dapat mengalirkan debit banjir dengan aman tanpa terjadinya luapan di sepanjang alur

2. Normalisasi alur sungai pada ruas sungai yang tidak mampu mengalirkan debit banjir

3. Perbaikan struktur fisik wilayah sungai dengan prinsip eco-engineering, yaitu

melindungi tebing sungai dengan vegetasi atau tanaman lokal setempat 4. Mendukung kinerja bantaran sungai dalam mengamankan DAS yaitu

dengan rencana penampang sungai dan jarak bangunan terhadap bibir sungai

5. Memperbaiki bangunan-bangunan yang dapat menghambat aliran maupun

kerusakan alur sungai. 6. Memfungsikan kembali alur sungai yang hilang akibat kegiatan

pendulangan (sungai di wilayah Kecamatan Cempaka) 4. Infrastruktur perkotaan.

a. Penyediaan air minum kota;

Page 7: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

12

prasarana penyediaan air minum kota adalah sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM, meliputi : 1. Pengembangan SPAM Kota Banjarbaru ditetapkan di lima kecamatan,

yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Landasan Ulin, dan Kecamatan Cempaka.

2. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan jaringan perpipaan.

3. SPAM jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan.

4. SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.

5. Ketentuan teknis mengenai SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri.

6. kapasitas produksi terpasang pada unit produksi SPAM Kota Banjarbaru adalah 247,41 liter/detik

b. Pengelolaan air limbah; 1. Sistem pembuangan air limbah (sewage) mencakup sistem pengolahan

berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL). 2. Sistem pembuangan air buangan rumah tangga (sewerage) yang

pengelolaannya terdiri atas pengolahan sanitasi setempat (on site sanitation)

untuk industri, hotel rumah makan, dan rumah tangga, serta pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) bagi kompleks perumahan baru.

3. Untuk air limbah yang mengandung B3, diperlukan instalasi tambahan untuk membersihkan air limbah tersebut sebelum masuk ke jaringan air buangan kota.

4. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) akan dibangun secara bertahap pada 5 kecamatan di wilayah Kota Banjarbaru, untuk tahap awal dilaksanakan di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin.

c. Sistem persampahan; 1. Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa tempat sebelum sampah

diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu, dengan lokasi pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di Wilayah Kota , ditetapkan di setiap unit RW.

2. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berupa tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, ditetapkan di setiap unit RW atau kawasan seluas 500 - 1.000 m².

3. Pengolahan sampah di TPA menggunakan teknik (sanitary land fill),

sedangkan sistem pengelolaan sampah di TPS dengan menggunakan sistem composting.

d. Sistem drainase kota; 1. Zona prioritas utama, meliputi Jalan A. Yani (SPBU)-Guntung Simpang

Bandara Kiri 2-Gang SMP, Jalan A. Yani-Pertigaan Traffict Light Bandara,

Sungai Kemuning, dan Sungai Basung, 2. Zona prioritas kedua, meliputi Sungai Ulin Kanan, Guntung Salak Kiri 1,

Guntung Payung Hulu Kiri 1, Guntung Payung Hulu Kanan 1, Guntung Payung Hulu, Guntung Kemuning Kanan 2, Guntung Kemuning Kiri 2, Guntung Paring Kanan 1, Guntung Paring Kiri 2, Guntung Gotong

Page 8: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

13

Royong, Guntung Simpang bandara Kiri 3, Guntung Simpang Bandara Kiri 1, Guntung Salak Kiri 2, Guntung Kemuning Kanan 1, Guntung Paring Kiri 1, Guntung Lurus Kiri 1, Guntung Basung Kiri , Guntung Basung Kanan, Guntung Tiung Kiri, Guntung Tiung Kanan, Sungai Paring, Sungai Mangguruh, Guntung Ampuya Kiri 1, Sungai Sambangan, Guntung Ampuya Kiri 1, Sungai Sambangan, Guntung Ampuya Kiri 2, Guntung Ampuya Kanan, Guntung Harapan Kiri, Guntung Salak Kanan 1, Guntung Kemuning Kiri 3.

3. Zona prioritas ketiga, meliputi : Guntung Ulin Kiri, Guntung Ulin Kanan 2, Guntung Ulin Kanan 1, Guntung Lurus Kiri 3, Guntung Lurus Kanan 3, Guntung Lurus Kanan 1, Guntung Payung Kanan, Guntung Payung Hulu Kiri 3, Guntung Lurus Kiri 2, Guntung Lurus Kanan 2.

e. Prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki terletak di Jalan Ahmad Yani km 33 – 36 dan Lapangan Dr. Murjani

f. Jalur evakuasi bencana; 1. Jalan Mistar Cokrokusomo di Kelurahan Sungai Tiung dan Puskesmas. 2. Jalan Mistar Cokrokusomo di Mesjid Sungai Besung. 3. Jalan Soekarno Hatta di Komplek Perumahan Griya Lambung Mangkurat.

2.1.2.2. Pola Ruang

A. Kawasan Lindung

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terletak di Kecamatan Liang Anggang terbagi Blok I terletak di Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Kelurahan Landasan Ulin Utara dan Blok II terletak di Kelurahan Landasan Ulin Selatan dengan luas total kurang lebih 1261,31 Ha.

2. Kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan Sungai Kemuning yaitu dengan panjang 7000 meter dan lebar 5 - 12 meter.

3. Ruang terbuka hijau kota a. Ruang terbuka hijau publik terdiri :

1. taman kecamatan seluas 9,36 Ha 2. taman kota seluas seluas 1,87 Ha 3. hutan kota seluas 156,75 Ha

4. sabuk hijau (green belt) seluas 241,35 Ha

5. pulau jalan dan median jalan 40,06 Ha 6. jalur pejalan kaki 1,47 Ha 7. jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi seluas 129,87 Ha 8. RTH sempadan sungai seluas 0,19 Ha 9. pemakaman seluas 28,92 Ha

b. Ruang terbuka hijau privat berupa taman lingkungan perumahan seluas 1,70 Ha.

4. kawasan rawan bencana alam a. kawasan rawan bencana kebakaran dikelilingi lahan gambut di Kecamatan

Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, dan Kecamatan Cempaka.

b. kawasan rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Cempaka. c. kawasan rawan bencana angin puting beliung di Kecamatan Liang Anggang dan

Kecamatan Landasan Ulin d. kawasan rawan bencana banjir ringan di Kecamatan Cempaka

Page 9: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

14

B. Kawasan Budidaya. 1. kawasan peruntukan permukiman;

a. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi ditetapkan di Kecamatan Landasan Ulin.

b. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan sedang ditetapkan di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan.

c. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Liang Anggang.

2. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa terdiri atas pasar tradisional (Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Cempaka), pusat perbelanjaan dan toko modern (Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Banjarbaru Selatan).

3. Kawasan peruntukan perkantoran; a. Perkantoran pemerintahan yaitu di Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan

Banjarbaru Selatan, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Cempaka.

b. Kawasan peruntukan perkantoran non pemerintahan terletak di Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang dan Cempaka.

4. Kawasan peruntukan industri;

a. Kawasan peruntukan industri skala rumah tangga tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara, dan Kecamatan Cempaka.

b. Kawasan peruntukan industri skala kecil tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara, dan Kecamatan Cempaka.

c. Kawasan peruntukan industri skala sedang tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara.

d. Kawasan peruntukan industri skala besar tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, dan Kecamatan Liang Anggang.

5. Kawasan peruntukan pariwisata; a. Pariwisata budaya

1. Museum Lambung Mangkurat, terletak di Kelurahan Komet. 2. Mesjid tertua yaitu Mesjid Nurul Hasanah, di Kecamatan Cempaka.

b. Pariwisata alam 1. Pendulangan intan, terletak di Kelurahan Sungai Tiung 2. Agrowisata Perikanan, terletak di Kelurahan Mentaos. 3. Hutan Pinus, terletak di Kelurahan Mentaos. 4. Danau Seran, terletak di Kelurahan Palam. 5. Wisata Kuliner Penggalaman, terletak di Kelurahan Landasan Ulin Timur,

c. Pariwisata buatan 1. Kolam Renang Idaman, terletak di Kelurahan Kemuning. 2. Taman Van der Viejl, terletak di Kelurahan Komet.

6. Kawasan ruang terbuka non hijau;

a. Ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer, arteri sekunder dan kolektor primer.

b. Trotoar (pedestrian way) yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi

masyarakat umum maupun penyandang cacat perlu memperhatikan hal teknis bagi pengguna tersebut.

Page 10: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

15

c. Ruang terbuka yang diperuntukkan sebagai jalur sirkulasi, tempat/lapangan upacara bagi instansi khususnya instansi pemeritah provinsi/kota.

d. Ruang terbuka yang berada di depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan, jasa atau fungsi lainnya.

e. Kawasan ruang terbuka biru yaitu permukaan sungai yang meliputi Sungai Kemuning

7. Ruang evakuasi bencana; a. Ruang evakuasi titik rawan bencana kebakaran meliputi Asrama Haji di

Kecamatan Landasan Ulin dan Gedung Bina Satria di Kecamatan Banjarbaru Utara.

b. Ruang evakuasi titik rawan bencana tanah longsor meliputi Gedung Olah Raga Soekarno-Hatta di Kecamatan Cempaka.

c. Ruang evakuasi titik rawan bencana angin puting beliung meliputi Asrama Haji di Kecamatan Landasan Ulin.

d. Ruang evakuasi titik rawan bencana banjir ringan meliputi perkantoran, tempat ibadah dan permukiman masyarakat terdekat

8. Rencana peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal;

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal (PKL) terletak di Jalan A. Yani dan Jalan Panglima Batur.

9. Rencana kawasan peruntukan lainnya. a. Kawasan Pertanian

1. Kawasan pertanian lahan kering, tahunan dan perkebunan terletak di

Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Cempaka. 2. Kawasan peternakan terletak di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan

Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Cempaka, diarahkan untuk pengembangan komoditas ternak unggulan sesuai dengan kondisi lokasi yang tersedia dan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yaitu ternak sapi dan ternak ayam.

3. Kawasan perikanan, ditetapkan di Kelurahan Mentaos.

b. Kawasan pertambangan terbatas pada usaha pertambangan batuan, berupa pertambangan kaolin yang terletak di Kecamatan Cempaka.

c. Kawasan pelayanan umum

1. Kawasan pendidikan

a. Kawasan pendidikan dasar (TK, SD) lokasinya diarahkan di pusat lingkungan yang menyebar di seluruh kawasan mengingat pengguna fasilitas tersebut adalah anak-anak usia 3 -12 tahun.

b. Kawasan pendidikan menengah (SLTP, SMU, SMK) diarahkan di pusat kecamatan.

c. Kawasan pendidikan tinggi (Akademi, PT) diarahkan untuk dikembangkan ke Kecamatan Banjarbaru Utara.

2. Kawasan kesehatan

a. Kawasan kesehatan seperti praktek dokter dan apotek yang diarahkan di pusat wilayah pengembangan dan menyebar merata di seluruh kawasan kota terutama dalam kawasan permukiman.

b. Puskesmas dan Balai Pengobatan diarahkan di setiap pusat lingkungan.

c. Kawasan kesehatan skala kota/regional seperti Rumah Sakit Umum di Kelurahan Komet diarahkan untuk pengembangan dengan berbagai fasilitas kesehatan lainnya.

Page 11: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

16

d. Kawasan peribadatan diarahkan menyebar merata di seluruh kawasan kota/permukiman dengan jumlah yang disesuaikan dengan rasio kebutuhan penduduk.

2.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kota Banjarbaru dari tahun 2005 hingga 2010 sebagaimana Tabel

II.2 terus meningkat. Rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 5,38% pertahun atau

meningkat sebanyak 49.131 jiwa selama 5 tahun terakhir. Dibandingkan dengan daerah lainnya, kota Banjarbaru mengalami pertumbuhan penduduk paling tinggi di Kalimantan

Selatan yang rata-rata pertumbuhan penduduknya sebesar 1,70%. Tabel II.2 Penduduk di Kota Banjarbaru dari Tahun 2005 sd 2010

No Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Landasan Ulin 58.488 59.817 62.403 38.274 39.370 51.510

2 Liang Anggang 0 0 0 25.739 26.875 34.548

3 Cempaka 24.961 25.357 26.603 27.498 28.715 28.319

4 Banjarbaru Utara 67.047 67.981 70.824 36.228 37.842 42.805

3 Banjarbaru Selatan 0 0 0 36.477 38.094 42.445

Kota Banjarbaru 150.496 153.155 159.830 164.216 171.496 199.627

Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010 dan Hasil Sensus Penduduk, 2010

Data penduduk per kecamatan pada tahun 2010 sebagaimana Tabel II.3

menunjukkan bahwa, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Landasan Ulin, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Cempaka. Namun kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Banjarbaru Selatan yang mencapai 1.933 jiwa per km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Cempaka dengan 193 jiwa per km2. Selain itu dari tahun 2005-2010, kepadatan penduduk di Kota Banjarbaru rata-rata terus meningkat. Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Banjarbaru adalah sebesar 538 jiwa per kilometer persegi.

Tabel II.3

Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Banjarbaru

Tahun 2010

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Ratio Jenis

Kelamin

Luas

Wilayah

Kepadatan

Penduduk

1 Landasan Ulin 51.510 106 92,42 557

2 Liang Anggang 34.548 105 85,86 402

3 Cempaka 28.319 107 146,70 193

4 Banjarbaru Utara 42.805 104 24,44 1.751

3 Banjarbaru Selatan 42.445 104 21,96 1.933

Kota Banjarbaru 199.627 105 371,38 538

Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010 dan Hasil Sensus Penduduk, 2010

Jumlah penduduk yang besar tidak akan menjadi kekuatan pembangunan bila tidak

disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Oleh karenanya program

Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu upaya yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan akhir pembangunan manusia itu sendiri. Dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 disebutkan bahwa Program KB adalah merupakan rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai

Page 12: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

17

upaya pengendalian, kuantitas penduduk melalui keluarga berencana, serta pengembangan dan peningkatan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.

Sejalan dengan upaya tersebut di atas, sepanjang tahun 2005-2009 jumlah akseptor KB aktif di Kota Banjarbaru selalu mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir sebagaimana Tabel II.4, jumlah akseptor KB aktif bertambah 5.959 peserta. Pada

tahun 2005, peserta KB aktif hanya berjumlah 19.907 orang, dan pada tahun 2009 peserta KB aktif mencapai 25.866 orang.

Peserta KB aktif di Kota Banjarbaru memiliki kecenderungan menggunakan 4 (empat) alat KB, yaitu IUD, Implan, Suntikan serta Pil. Sedangkan alat KB yang lain masih kurang diminati dan diterima oleh masyarakat.

Tabel II.4 Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Aktif Menurut Pemakaian Alat/Cara KB Tahun 2005-2009

Tahun IUD MOP MOW Implan Suntikan Pil Kondom Jumlah

2005 1,096 40 771 1,235 7,323 9,176 266 19,907

2006 1,139 43 819 1,327 7,821 9,821 311 21,281

2007 1,094 34 816 1,370 8,892 10,514 461 23,181

2008 1,073 34 796 1,233 10,323 11,653 548 25,660

2009 1,060 34 758 1,233 10,510 11,556 712 25,866

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka, beberapa tahun

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Salah satu pendekatan pengukuran kemajuan bagi perekonomian di suatu daerah

ialah dengan melihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)nya. PDRB Kota Banjarbaru atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel II.5 berikut.

Tabel II.5 PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

Tahun Nilai PDRB (ribuan rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan

2005 978.262.945 720.677.294

2006 1.152.559.984 761.228.401

2007 1.292.750.768 804.289.180

2008 1.470.076.800 851.230.569

2009 1.696.857.243 901.426.452

2010* 1.912.498.770 952.539.120

Sumber Data : BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

Sementara itu, struktur perekonomian Kota Banjarbaru dalam periode tahun 2005-

2010 sebagaimana Tabel II.6 secara umum didominasi oleh sektor-sektor tersier, terutama

sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Lebih rinci sektor yang justru

mendominasi perekonomian Kota Banjarbaru adalah sektor jasa, dimana pada 2010 kontribusinya adalah sebesar 21,79 persen atas dasar harga berlaku dan 19,39 persen atas dasar harga konstan. Sektor lain yang cukup dominan pada 2010 adalah sektor bangunan yang kontribusinya sebesar 19,94 persen atas dasar harga berlaku dan sektor perdagangan, restoran serta perhotelan dengan kontribusi sebesar 18,33 persen atas dasar harga berlaku.

Page 13: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

18

Selama periode 2005-2010, struktur perekonomian Kota Banjarbaru mengalami dinamisasi. Hal ini terlihat dari perkembangan kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB harga berlaku sebagaimana Tabel II.6. Dinamisasi tersebut terjadi

dicirikan dengan adanya kecenderungan penurunan kontribusi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan, sektor pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan serta adanya kecenderungan peningkatan peranan pada sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, listrik dan air minum, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa.

Tabel II.6

Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

1 Pertanian 4.67 4.38 4.47 4.31 4.21 4.41

2 Pertambangan dan Penggalian 9.57 9.56 9.08 8.93 8.91 9.02

3 Industri Pengolahan 15.14 14.42 14.67 13.50 13.04 12,34

4 Listrik dan Air Minum 2.28 2.29 2.30 2.48 2.53 3.18

5 Bangunan 17.06 19.60 20.36 19.97 19.54 19.94

6 Perdagangan, Resto. & Perhotel. 21.54 20.65 19.72 19.19 18.89 18.33

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8.39 8.07 7.68 7.43 7.66 7.27

8 Bank dan Lembaga Keuangan 4.51 3.93 3.28 3.72 3.75 3.74

9 Jasa-Jasa 16.84 17.10 18.44 20.49 21.45 21.79

10 PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

Sektor yang cukup dominan dan mengalami penurunan kontribusi terbesar selama periode tahun 2005-2010 adalah sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor yang cukup dominan dan mengalami peningkatan kontribusi terbesar dalam periode yang sama adalah sektor jasa. Bahkan sejak tahun 2008, kontribusi sektor jasa lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan.

Tabel II.7 Pertumbuhan Sektoral PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

1 Pertanian 3.04 4.53 7.54 5.59 3.61 7.74

2 Pertambangan dan Penggalian 0.22 6.44 7.33 (0.28) 0.05 1.52

3 Industri Pengolahan 3.19 0.65 1.08 1.02 1.34 3.37

4 Listrik dan Air Minum 9.87 12.04 6.18 6.18 5.62 6.58

5 Bangunan 8.40 8.46 7.99 11.26 10.70 5.69

6 Perdagangan, Resto. & Perhotel. 4.68 5.77 5.96 6.14 6.38 6.35

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.15 6.94 6.40 2.53 6.70 5.27

8 Bank dan Lembaga Keuangan 15.65 (3.27) 0.82 15.00 8.35 3.96

9 Jasa-Jasa 4.59 5.46 6.90 7.45 7.22 8.66

PDRB 5.05 5.08 5.66 5.83 5.90 5.67

Sumber : BPS Kota Banjarbaru *Angka sementara

Pertumbuhan ekonomi Kota Banjarbaru selama periode 2005-2010 sebagaimana

Tabel II.7 tumbuh secara positif dengan pertumbuhan rata-rata berkisar 5 persen per tahun

dengan fluktuasi yang tidak terlalu besar akan tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan. Sektor ekonomi yang memiliki rata-rata pertumbuhan terbesar dalam periode tersebut adalah sektor bangunan yaitu sebesar 8,75 persen per tahun disusul oleh sektor listrik dan air minum sebesar 7,75 persen per tahun. Dinamisasi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kota Banjarbaru dicirikan oleh adanya kecenderungan penurunan yang

Page 14: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

19

cukup drastis dari pertumbuhan sektor industri pengolahan. Fluktuasi pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada sektor Bank dan lembaga keuangan, dimana pertumbuhannya pernah mengalami negatif pada tahun 2006.

Tabel II.8 Nilai PDRB perkapita Kota Banjarbaru Periode Tahun 2005-2010

Tahun PDRB Perkapita Per Tahun (Rp) PDRB Perkapita Per Bulan (Rp)

2005 6.616.994 551.416

2006 7.525.497 627.125

2007 8.118.764 676.564

2008 9.116.052 759.671

2009 9.894.442 824.536

2010* 10.911.605 909.300

Sumber : BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

PDRB perkapita Kota Banjarbaru yang dihitung berdasarkan harga berlaku selama periode 2005-2010 meningkat dari 6,61 juta rupiah per tahun pada tahun 2005 menjadi 10,91 juta rupiah per tahun pada tahun 2010.

Tabel II.9 Indeks Gini Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

Tahun Indeks Gini

2005 0,31

2006 0,27

2007 0,20

2008 0,20

2009 0,20

2010* 0,20

Sumber : BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

Tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh pendapatan yang tinggi dari sebagian masyarakat, melainkan harus diikuti dengan pemerataan pendapatan yang diterima oleh seluruh masyarakat itu sendiri. Pendapatan yang tinggi tidak akan

berarti jika hanya dinikmati oleh golongan tertentu saja.

Indeks Gini adalah suatu ukuran untuk melihat pemerataan pendapatan penduduk. Jika angka Indeks Gini mendekati angka nol berarti pendapatan pendudu semakin merata. Sebaliknya jika angka Indeks Gini mendekati 1, berarti pemerataan pendapatan penduduk timpang. Selama periode 2005-2010 pendapatan Kota Banjarbaru cenderung lebih merata. Hal ini dapat dilihat dengan semakin kecilnya indeks gini.

2.2.2. Kesejahteraan Masyarakat

Pendidikan. Tingkat kesejahteraan masyarakat pada pembangunan pendidikan dapat dilihat dari indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipisasi sekolah, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Page 15: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

20

Tabel II.10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Kota Banjarbaru Tahun 2005-2009

Tahun Angka Melek Huruf (%) Rata-rata lama sekolah (tahun)

Banjarbaru Kalsel Banjarbaru Kalsel

2005 97,2 95,3 9,3 7,3

2006 97,2 95,3 9,3 7,4

2007 97,8 95,3 9,5 7,4

2008 97,8 95,4 9,5 7,5

2009 98,1 95,4 9,7 7,5

Sumber : BPS Kota Banjarbaru

Dalam kurun waktu tahun 2005-2009, sebagaimana Tabel II.10 keberhasilan dalam

bidang pendidikan menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Pada tahun 2005, angka melek huruf telah mencapai 97,2 persen dan rata- rata lama sekolah mecapai 9,3 tahun. Namun 2 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2007, angka melek huruf bertambah sebesar 0,6 persen sedangkan selama kurun waktu 2005-2007 rata-rata lama sekolah tidak berubah. Pada tahun-tahun berikutnya, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf selalu mengalami peningkatan. Hingga tahun 2009, angka melek huruf Kota Banjarbaru mencapai 98,1 persen dan rata-rata lama sekolah mencapai 9,7 tahun. Angka melek huruf Kota Banjarbaru berada pada peringkat kedua setelah Kota Banjarmasin sedangkan rata-rata lama sekolah Kota Banjarbaru merupakan yang tertinggi diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel II.11 Angka Partisipasi Sekolah Murni Penduduk Kota Banjarbaru Tahun 2005- 2010

Tahun Angka Partisipasi Murni (APM)

SD SLTP SLTA

2005 94,89 76,39 60,63

2006 92,64 77,27 61,86

2007 96,27 77,86 62,71

2008 95,60 77,16 61,73

2009 95,98 77,47 61,63

2010 96,28 77,76 61,96

Sumber : Susenas, BPS Kota Banjarbaru

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah merupakan proporsi jumlah penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.

Menurut jenjang pendidikan sebagaimana Tabel II.11, maka angka partisipasi

sekolah yang paling tinggi berada pada jenjang pendidikan SD. Angka partisipasi sekolah pada berbagai jenjang pendidikan mengalami perubahan, baik naik maupun turun. Dibanding tahun 2008, pada tahun 2010 partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan cenderung naik. Angka partisipasi sekolah SD adalah 96,28 persen, angka

partisipasi sekolah SLTP adalah sebesar 77,76 persen, angka partisipasi sekolah SLTA adalah sebesar 61,96 persen.

Page 16: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

21

Tabel II.12 Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

No Uraian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Tidak/Belum tamat SD 23,80 24,00 23,79 26,81 27,06 27,69

2 SD 17,20 17,56 18,61 17,87 17,23 17,60

3 SLTP 15,92 16,44 18,62 17,88 15,41 16,85

4 SLTA 26,40 25,79 26,56 25,51 28,34 26,53

5 DI/DII/DIII 2,95 3,33 3,12 3,00 2,88 3,75

6 DIV/S-1/S-2/S-3 8,99 8,76 9,30 8,93 9,08 7,58

Sumber : Susenas, BPS Kota Banjarbaru

Dalam kurun waktu tahun 2005-2010, komposisi penduduk menurut pendidikannya masih mempunyai pola yang sama, yaitu masih cukup banyak penduduk yang tidak menamatkan SD. Pada Tabel II.10, penduduk yang tamat SD berkisar antara

17-18 persen, tamat SLTP antara 15-18 persen dan yang tamat SLTA antara 25-28 persen. Sedangkan penduduk yang tamat perguruan tinggi hanya berkisar 3-9 persen.

Kesehatan. Gambaran mengenai perkembangan derajat kesehatan masyarakat salah satunya dapat dilihat dari angka kematian bayi dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Angka kematian bayi juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan di bidang kesehatan lainnya.

Tabel II.13 Perkembangan Jumlah Kejadian Kematian Bayi Tahun 2005-2010

Tahun Angka Kematian Bayi /1000 kelahiran hidup

2005 16

2006 26

2007 34

2008 24

2009 33

2010 9

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, kejadian kematian bayi dari tahun 2005-2009 di Kota Banjarbaru mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2005 terjadi 16 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2006 meningkat menjadi 26 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 kejadian kematian bayi bertambah menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2008 menurun menjadi 24 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Namun pada tahun 2009, angka kematian bayi naik 9 poin, yaitu menjadi 33 kematian bayi diantara 1000 kelahiran hidup. Hal ini menggambarkan bahwa pada tahun 2009 telah terjadi penurunan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Kejadian kematian bayi erat kaitannya dengan kondisi kesehatan perempuan pada masa kehamilan, penolong kelahiran serta sanitasi. Penyebab kematian bayi antara

lain adalah BBLR (berat badan lahir rendah), cacat bawaan, aspirasi susu formula, pneumonia, hipotermi dan penyempitan saluran cerna. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap angka kematian bayi antara lain adalah faktor aksebilitas terhadap fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta kesediaan masyarakat untuk mengubah dari pola tradisional ke norma kehidupan modern

Page 17: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

22

dalam bidang kesehatan. Melalui faktor-faktor itulah kejadian kematian bayi dapat ditekan.

Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi (status gizi) akan sangat menentukan pertumbuhan balita. Keberadaan balita dengan status gizi buruk atau kurang menunjukkan perlunya penanganan yang lebih serius karena terhambatnya pertumbuhan balita akan mengakibatkan terhambatnya pula pelaksanaan pembangunan di suatu daerah.

Tabel II.14 Persentase Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Tahun 2006-2009

Tahun % balita gizi buruk % balita gizi kurang Jumlah

2006 0.60 9.10 9.70

2007 1.77 12.47 14.24

2008 1.56 11.49 13.05

2009 0.05 1.42 1.47

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru 2010

Dibanding tahun sebelumnya, persentase balita dengan status gizi buruk dan kurang meningkat cukup tajam, yaitu dari 9.70 persen pada tahun 2006 menjadi 14,24 persen pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2008, persentase balita berstatus gizi buruk dan kurang dapat ditekan yaitu menjadi 13,05 persen dan turun menjadi 1,47 persen pada tahun 2009.

Indikator lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah Angka Harapan Hidup. Angka Harapan Hidup

menunjukkan perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Semakin meningkat Angka Harapan Hidup pada satu daerah semakin berhasil pula pembangunan di bidang kesehatan pada daerah tersebut.

Angka Harapan Hidup penduduk Kota Banjarbaru selalu mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga tahun 2009, yaitu dari 66,60 tahun pada tahun 2005 hingga menjadi 67,3 tahun pada tahun 2009. Dibandingkan rata-rata penduduk Kalimantan Selatan keseluruhan, angka harapan hidup penduduk Kota Banjarbaru jauh lebih tinggi. Rata-rata angka harapan hidup penduduk Kalimantan Selatan pada tahun 2009 hanya 62,8 tahun.

Kesempatan Kerja. Sejalan dengan meningkatnya jumlah peduduk, meningkat pula jumlah angkatan kerja setiap tahunnya. Kurun waktu tahun 2005 s.d 2010 tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami perubahan naik dan turun (fluktuatif) dengan

serapan terhadap tenaga kerja justru mengalami kecenderungan naik yang digambarkan dengan jumlah penduduk yang bekerja yakni 63.882 tahun 2005 menjadi 94.682 tahun 2010. Perkembangan ketenagakerjaan ini dapat dilihat pada Tabel II.15 dibawah ini.

Tabel II.15 Jumlah dan Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas menurut Kelompok Angkatan Kerja dan Jenis Kelamin di Kota Banjarbaru Tahun 2005 - 2010

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas

J u m l a h

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Angkatan Kerja 63.882 64.525 71.206 74.091 75.283 94.682

Bukan Angkatan Kerja 43.485 60.071 58.300 59.878 62.337 50.558

Penduduk > 15 Tahun 107.367 110.926 115.438 116.741 123.442 145.250

TPAK (%) 59,50 58,17 61,68 63,47 61,00 65,19

Tingkat Pengangguran 9,38 9,83 9,41 11,54 9,15 8,10

Sumber : Susenas, BPS

Page 18: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

23

Pada tahun 2006, TPAK mengalami penurunan dibanding tahun 2005, yaitu dari 59,50 persen menjadi 58,17 persen. Namun pada tahun berikutnya secara berturut TPAK mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu menjadi 61,68 persen pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 63,47 persen. Pada tahun 2009 TPAK mengalami penurunan kembali dibanding tahun 2008 menjadi 61,00 persen. Pada tahun 2010 TPAK sebesar 65,19 persen.

Sepanjang tahun 2005-2010, tingkat pengangguran yang paling tinggi terjadi di tahun 2008. Dibanding tahun sebelumnya, peningkatan penggangguran pada tahun tersebut cukup signifikan. Pada tahun 2007, angka penggangguran hanya sebesar 9,41 persen, kemudian pada tahun 2008 naik sebesar 2,13 persen menjadi 11,54 persen.

2.2.3. Seni Budaya dan Olahraga

Seni Budaya. Pengembangan bidang seni dan budaya sangat penting. Keanekaragaman seni budaya menjadi sumber inspirasi pembangunan di segala bidang. Dua sektor ini juga bagian dari industri kreatif–industri yang sedang gencar dikembangkan pemerintah.

Pembangunan seni budaya di Kota Banjarbaru antara lain dapat dilihat dari perkembangan jumlah organisasi kesenian yang tumbuh dan berkembang di Kota Banjarbaru. Sepanjang tahun 2005-2009, jumlah organisasi kesenian terus mengalami peningkatan di setiap kecamatan. Pada tahun 2005 terdapat 34 organisasi kesenian di Kota

Banjarbaru dan pada tahun 2009 jumlah organisasi kesenian tersebut telah berkembang menjadi 38 buah. Kecamatan yang paling banyak memiliki organisasi kesenian adalah Kecamatan Banjarbaru sedangkan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Cempaka.

Pemuda dan Olahraga. Pembangunan pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa, terus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan.

Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas masyarakat yang lebih berkualitas dan mandiri, terdapat berbagai wahana baik yang dikembangkan oleh Pemerintah, maupun atas inisiasi masyarakat seperti melalui berbagai kegiatan keolahragaaan. Pada tahun 2010, jumlah organisasi olahraga yang dibina mencapai 31 buah dengan jumlah gedung/lapangan olahraga yang ada sebanyak 218 buah.

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

2.1.3.1. Pelayanan Dasar

Pendidikan. Ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai merupakan syarat mutlak untuk pembangunan. Peningkatan jumlah sekolah akan memungkinkan daya tampung yang memadai yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakatnya.

Kota Banjarbaru merupakan kota pelajar bagi masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan umumnya. Di Kota Banjarbaru tersedia lebih banyak pilihan sekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan kualitas yang lebih baik. Pemerintah Kota Banjarbaru

juga berupaya untuk meningkatkan jumlah serta kualitas sekolah yang ada agar memenuhi kebutuhan masyarakat yang berasal dari berbagai daerah, baik Provinsi Kalimantan Selatan maupun daerah lainnya.

Page 19: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

24

Tabel II.16 Perkembangan Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2005-2009

Sekolah Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

SD 78 78 80 83 85

SLTP 20 22 24 24 29

SLTA 17 17 17 17 17

SMK 7 7 7 7 9

PT 12 12 11 11 13

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka, beberapa tahun

Sebagaimana Tabel II.16, sepanjang tahun 2005-2009 telah terjadi penambahan 7

(tujuh) Sekolah Dasar (SD) dan 9 (sembilan) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Secara kualitas, di Kota Banjarbaru juga tersedia sekolah bertaraf internasional, baik SD, SLTP maupun SLTA. Dengan demikian diharapkan pelajar di Kota Banjarbaru khususnya memiliki daya saing dengan pelajar daerah lain.

Jumlah sekolah di suatu daerah seharusnya memiliki keterbandingan yang proporsional dengan jumlah penduduk usia sekolah. Peningkatan jumlah penduduk usia sekolah hendaknya diiringi dengan ketersediaan fasilitas sekolah yang memadai.

Tabel II.17. Rasio Penduduk Usia Sekolah terhadap Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan

Tahun 2005-2009

Sekolah Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

SD sederajat 230 235 220 201 231

SLTP sederajat 390 362 328 320 336

SLTA sederajat 250 321 361 379 339

PT 1,246 1,577 1,387 1,619 1,630

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka, beberapa tahun

Dari Tabel II.17 dapat dilihat bahwa pada jenjang pendidikan SD sederajat, rasio

penduduk usia sekolah terhadap sekolah berkisar antara 200-235. Sedangkan pada jenjang SLTP, rasionya berkisar antara 320-390. Peningkatan rasio penduduk usia 16-18 terhadap

sekolah SLTA mengalami peningkatan yang cukup tajam sepanjang tahun 2005-2009. Peningkatan rasio ini menunjukkan semakin besarnya partisipasi penduduk untuk melanjutkan sekolah pada SLTA, namun disisi lain harus dilakukan pemantauan secara berkala sehingga rasio penduduk terhadap sekolah masih memadai.

Tabel II.18 Rasio Murid Terhadap Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2005-2009

Sekolah Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

SD sederajat 18 18 17 17 16

SLTP sederajat 12 14 13 12 13

SLTA sederajat 8 9 10 10 7

Sumber : Profil Pendidikan Kota Banjarbaru

Jika dilihat rasio murid terhadap guru, maka rasio murid-guru semakin menurun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebagaimana Tabel II.18. Pada jenjang

pendidikan SD atau sederajat, rasio murid guru adalah sebesar 18 dan berkurang menjadi

Page 20: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

25

17 sejak tahun 2007 dan 2009 menjadi 16. Artinya secara rata-rata 1 orang guru SD di Kota Banjarbaru harus menangani 17 orang murid. Sedangkan rasio murid guru pada jenjang SLTP dan SLTA sederajat pada tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009, 1 orang guru SLTP harus menangani 13 orang murid sedangkan 1 orang guru SLTA harus menangani 7 orang murid.

Kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat di Kota Banjarbaru dapat dicerminkan oleh ketersediaan fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) kesehatan serta jumlah penyakit yang diderita oleh masyarakat. Pada tahun 2009, fasilitas kesehatan yang ada di Kota Banjarbaru berupa 4 buah Rumah Sakit, 7 buah puskesmas, dan 14 buah puskesmas pembantu. Sementara itu, jumlah dokter yang ada 93 orang, 52 dokter umum

10 dokter gigi dan 31 dokter spesialis dan tidak ada dokter ahli. Jumlah fasilitas kesehatan berupa puskesmas dan puskesmas pembantu dapat dirinci seperti dalam Tabel II.19 dan

Tabel II.20. Sementara itu, SDM kesehatannya disajikan dalam Tabel II.21, Tabel II.22 dan

Tabel II.23.

Tabel II.19 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Fasilitasnya Dirinci Setiap Kecamatan di Kota Banjarbaru Tahun 2009

Kecamatan Puskesmas

T.T

Puskesmas

Non T.T Pustu Polindes Jumlah

1. Landasan Ulin 1 3 - 4

2. Liang Langgang - 2 2 1 5

3. Cempaka 1 - 4 3 8

4. Banjarbaru Utara - 1 3 1 4

5. Banjarbaru Selatan - 2 2 - 4

Jumlah 1 6 14 5 26

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010

Tabel II.20 Jumlah Puskesmas Keliling Menurut Puskesmas Tahun 2009

Kecamatan Pusesmas Keliling Kendaraan Bermotor

1. Landasan Ulin 1

2. Guntung Payung 1

3. Cempaka 3

4. Sungai Besar 2

5. Banjarbaru 4

6. Banjarbaru Utara 1

7. Liang Anggang 1

Jumlah 13

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010

Page 21: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

26

Tabel II.21 Jumlah Dokter Menurut Unit Kerja Kesehatan Tahun 2009

Unit Kesehatan Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi

1. Puskesmas Banjarbaru - 6 2

2. Puskesmas Sei Banjarbaru - 3 2

3. Puskesmas Cempaka - 2 1

4. Puskesmas Landasan Ulin - 4 1

5. Puskesmas Guntung Payung - 4 2

6. Puskesmas Banjarbaru Utara - 3 1

7. Puskesmas Liang Anggang - 1 1

6. RSUD Banjarbaru 6 19 2

7. RS TM AU Syamsudin Noor 1 4 1

8. RS Mawar 15 1 -

9. RS TK IV Guntung Payung 2 2 -

10. RS Mutia 6 - -

11. Bapelkes - 1 -

12. Poltekkes 1 - 4

13. BTKL - 1 -

14. Dinas Kesehatan Kota - 1 0

Jumlah 31 52 10

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010

Tabel II.22 Jumlah Tenaga Kesehatan Paramedis dan Non Medis Setiap Unit Kesehatan Tahun 2009

Tenaga Kesehatan

Unit Kesehatan

Puskesmas Rumah

Sakit Institusi Diklat

Sarana Kesehatan Lain

Dinkes Kota

1. Medis 33 42 3 - 1

2. Perawat dan Bidan 111 248 18 - 10

3. Farmasi 17 17 - - 3

4. Gizi 12 14 7 - 2

5. Teknisi Medis 13 27 4 10 1

6. Sanitasi 19 5 7 11 7

7. Kesehatan Masyarakat 22 9 72 18 24

Jumlah 227 362 111 39 48

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010

Sementara itu, sepuluh besar penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Banjarbaru pada tahun 2009 dari yang berobat di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Banjarbaru yang terbanyak adalah 619 penderita ISK dan 404 penderita ISPA.

Tabel II.23 Jumlah Tenaga Kesehatan Non Dokter Dirinci Setiap Puskesmas Kota Banjarbaru Tahun 2009

Puskesmas Medis

Perawat

dan Bidan

Farmasi Gizi Teknisi

Medis Sanitasi Kesmas

Landasan Ulin 11 37 4 3 2 5 6

Liang Anggang 2 18 2 1 2 1 1

Cempaka 3 7 3 1 2 4 4

Banjarbaru Utara 4 17 2 3 2 2 1

Banjarbaru Selatan 13 32 6 4 5 7 10

Jumlah 33 111 17 12 13 19 22

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010

Page 22: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

27

2.1.3.2. Pelayanan Penunjang

Dalam mendukung aspek pelayanan dasar, merupakan suatu kewajiban pemerintah untuk melaksanakannya. Salah satu upaya pemenuhan pelayanan penunjang, antara lain meningkatkan kondisi ketentraman dan ketertiban, khususnya baik pelanggaran keperdataan dan kepidanaan yang terjadi di Kota Banjarbaru cenderung masih tinggi dan meningkat setiap tahunnya.

Dalam konteks demokrasi lokal, dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta perkembangan media massa lokal (cetak dan elektronik) yang cenderung meningkat, telah memperkokoh Iklim keterbukaan dan demokratisasi sehingga mampu mendorong partisipasi politik masyarakat. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada tahun 2010 yang mencapai 75 %.

Penggunaan hak-hak politik rakyat juga terlihat partisipasi masyarakat untuk bergabung dalam kelembagaan politik dan kemasyarakatan, seperti Organisasi kemasyarakatan (ORMAS), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Partai Politik. Perkembangan jumlah organisasi kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan (Ormas/OKP) di Kota Banjarbaru hingga tahun 2009 tercatat 71 ORMAS, 38 LSM, dan 34 Partai Politik. Dari pemilihan umum legislatif telah menghasilkan keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarbaru sebanyak 25 orang yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 3 perempuan. Partai Golkar, PDIP dan Partai Demokrat memiliki wakil terbanyak yaitu Partai Golkar 5 orang, PDIP 4 orang dan Partai Demokrat 4 orang.

Kendati demokratisasi terus berkembang, namun belum mampu menunjukkan demokrasi yang berkualitas, hal ini terkait komplesitas sosial budaya dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang belum mampu dalam menunjang nilai-nilai sistem demokrasi yang berkualitas. Sejumlah permasalahan yang masih sangat dirasakan diantaranya adalah belum optimalnya fungsi kelembagaan politik; dalam hubungan pemerintah daerah dan masyarakat, peran masyarakat masih lemah dalam menentukan sejumlah kebijakan strategis pembangunan sehingga masih ditemui berbagai disparitas dan ketimpangan diberbagai bidang pembangunan daerah, di sisi lain pemerintah daerah sangat dominan; dan akses masyarakat terhadap informasi dan pemberitaan media massa masih sangat kurang, sehingga tidak jarang terjadi distorsi informasi yang berpihak kepada kelompok yang lebih kuat dan berkuasa.

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.1.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu bagian penggunaan atau pengeluaran dalam ekonomi yang membentuk PDRB. Peranan Konsumsi sangat penting dalam membentuk PDRB Banjarbaru karena dari nilai PDRB Rp 1.912 milyar milyar pada tahun 2010, sebesar 54,72 persen berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan nilai konsumsi rumah tangga dalam periode 2007-2010 rata-rata 5,35 persen pertahun.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga selama ini selalu tumbuh positif tetapi dengan pertumbuhan yang cenderung menurun. Pada tahun 2008 komponen pengeluaran rumah

tangga tumbuh sebesar 6,15 persen, tetapi di tahun 2009 pertumbuhannya hanya sebesar 4,57 persen dan di tahun 2010 turun menjadi 4,53 persen.

Page 23: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

28

Tabel II.24 Persentase Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Menurut Jenisnya Di Banjarbaru Tahun 2005-2010

Tahun Makanan Non Makanan Total Dalam Juta (Rp)

2007 45,92 54,08 100 724.743

2008 42,09 57,91 100 839.430

2009 46,92 53,08 100 921.254

2010 45,68 54,32 100 1.046.604

Sumber : BPS Kota Banjarbaru

Selama periode 2007-2009 konsumsi rumah tangga rata-rata tumbuh sebesar 5,35

persen. Ada beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan tersebut. Pertama meningkatnya jumlah penduduk dan yang kedua adalah meningkatnya PDRB per kapita.

Produk total daerah dihitung berdasarkan nilai PDRB, pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.912 milyar meningkat dari tahun 2007 yang sebesar Rp. 1.298 milyar. Berdasarkan komponen penggunaannya angka total PDRB terbentuk.

Tabel II.25 Total PDRB dan Rata-rata Share Berdasarkan Komponen Penggunaan di Banjarbaru Tahun 2007- 2010 (Rp.juta)

No Komponen 2007 2010 Rata-rata

1. Konsumsi Rumah Tangga 724.743 1.046.604 55,26

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 13.798 19.613 1,04

3. Konsumsi Pemerintah 411.324 598.097 31,47

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 508.002 731.230 38,67

5. Perubahan Stok (50.417) (51.844) 3,29

6. Ekspor 299.258 421.978 22,55

7. Impor 608.081 853.179 45,71

PDRB 1.298.628 1.912.499 100,00

Sumber : BPS Kota Banjarbaru

Perbandingan besaran share masing-masing komponen pembentuk PDRB menunjukkan komponen yang relatif lebih dominan diantara satu dan lainnya dalam

membentuk produksi. Berdasarkan Tabel II.25 komponen paling dominan dalam

membentuk PDRB adalah Konsumsi Rumah Tangga dengan rata-rata share pada periode 2005-2010 sebesar 55,26 persen. Akan tetapi, Pembentuk PDRB terbesar selanjutnya adalah dari Impor, yakni sebesar 45,71 persen.

Pertanian. Sektor pertanian di Kota Banjarbaru mengalami peningkatan di atas 5 persen dalam periode tahun 2007-2009. Sektor pertanian didominasi oleh sub sektor tanaman pangan, dengan kontribusi hampir mencapai 50 persen dari nilai PDRB sektor pertanian. Secara umum, sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, dan sub sektor kehutanan memiliki kontibusi yang stabil terhadap PDRB sektor pertanian di Kota Banjarbaru. Perkembangan kontribusi dan pertumbuhan sektor pertanian dan sub sektornya dalam PDRB Kota Banjarbaru selama periode tahun 2005-2009 dapat dirinci

dalam Tabel II.26 berikut ini :

Page 24: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

29

Tabel II.26 Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Pertanian dalam PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2009

Deskripsi 2005 2006 2007 2008 2009

Kontribusi (Persen)

1. Tanaman Pangan 45.51 45.87 47.65 45.54 47.36

2. Tanaman Perkebunan 5.53 5.25 4.47 4.35 4.37

3. Peternakan dan Hasilnya 24.98 26.03 27.96 29.98 28.51

4. Kehutanan 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

5. Perikanan 23.96 22.82 19.91 20.14 19.77

PDRB Pertanian (Rp. Milyar) 45.58 49.15 57.77 64.45 72.24

Pertumbuhan (Persen)

1. Tanaman Pangan 3.01 6.07 6.24 5.48 3.79

2. Tanaman Perkebunan 3.07 0.96 1.71 2.00 2.39

3. Peternakan dan Hasilnya 5.35 4.72 5.49 9.71 4.68

4. Kehutanan 1.34 2.08 1.45 -3.62 -4.22

5. Perikanan 0.91 2.03 1.60 1.90 2.01

PDRB Pertanian (Persen) 3.04 4.53 7.54 5.59 3.58

Sumber: BPS Kota Banjarbaru

Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya adalah satu-satunya sub sektor yang kontribusinya meningkat dari waktu ke waktu dan memiliki nilai pertumbuhan yang selalu positif dan cukup stabil. Sedangkan sub sektor yang kontribusinya mengalami penurunan terhadap PDRB sektor pertanian adalah sub sektor perikanan, yaitu dari sekitar 23,96 persen pada tahun 2005 menjadi sekitar 19,77 persen pada tahun 2009.

Relatif rendahnya nilai output, kontribusi, serta pertumbuhan sektor pertanian dan sub-sub sektornya dalam PDRB Kota Banjarbaru tentunya disebabkan oleh keterbatasan lahan yang tersedia atau digunakan untuk kegiatan sektor pertanian.

Komoditas-komoditas yang menjadi produk sektor pertanian di Kota Banjarbaru adalah padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayuran, dan buah-buahan. Dari berbagai komoditas tersebut, komoditas yang terbanyak di produksi adalah padi sawah, buah-buahan, sayuran, dan ubi kayu. Jumlah produksi padi sawah pada Tahun 2009 di Kota Banjarbaru yaitu sebesar 13.177,7 ton dengan rata produksi 35,86 Kw/Ha. Jika dilihat per kecamatan, maka luas tanam dan produksi tertinggi terjadi di Kecamatan Cempaka. Namun, produktivitas rata-rata per hektar padi sawah tertinggi terjadi di Kecamatan Liang Anggang.

Berdasarkan data tahun 2009, diketahui bahwa produksi sayuran di Kota Banjarbaru berjumlah 17.484,19 ton dan produksi buah-buahan berjumlah 809.524,18 ton. Jumlah produksi tanaman pangan lainnya dalam periode tahun 2005-2009 secara rinci dapat dilihat pada Tabel II.27 dan produktivitasnya ditunjukkan dalam Tabel II.28.

Page 25: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

30

Tabel II.27 Produksi Tanaman Pangan Kota Banjarbaru (2005-2009 Ton)

Janis Tanaman 2005 2006 2007 2008 2009

Padi sawah 12,266.00 12,575.46 12.610,00 14.099,80 13.117,70

Padi Ladang - - - - -

P.Sawah + Ladang 12,266.00 12,575.46 12.610,00 14.099,80 13.117,70

Jagung 141.34 963.05 660,10 1.345,88 1.336,02

Kedelai - - - - -

Kacang Tanah 66.00 27.45 61,20 11,82 22,75

Kacang Hijau - - - - -

Ubi Kayu 50.50 2,114.65 2.504,00 624,00 44,27

Ubi Jalar - 88.60 218,50 10,50 611,40

Sayuran 1,414.50 1,615.97 3.060,43 6.354,22 17.484,19

Buah-buahan 6,322.00 5,284.23 6.711,54 15,55 809.524,18

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2010

Tabel II.28 Produktivitas Tanaman Pangan Kota Banjarbaru (2005-2009 Kw/Ha)

Janis Tanaman 2005 2006 2007 2008 2009

Padi sawah 31.74 34.83 36,90 34,51 35,86

Padi Ladang - - - - -

P.Sawah + Ladang 31.74 34.83 36,90 34,51 35,86

Jagung 36.48 54.26 25,00 23,61 25,77

Kedelai - - - - -

Kacang Tanah 11.00 15.25 12,00 6,09 17,31

Kacang Hijau - - - - -

Ubi Kayu 99.67 136,429 160,00 49,76 7,81

Ubi Jalar - 21.35 105,05 7,14 35,18

Sayuran 1.21 34.77 30,19 32,00 -

Buah-buahan 33.54 93.18 0,45 0,04 -

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2010

Sementara itu, potensi sektor perikanan di Kota banjarbaru cukup besar, khususnya

yang mencakup perikanan kolam, karamba dan jaring apung. Namun jumlah rumah tangga perikanan (RTP) di Kota Banjarbaru masih cukup terbatas, menurut data tahun

2009 hanya sekitar 248 rumah tangga dengan sebagian besar rumah tangga mengusahakan kolam. Potensi sektor perikanan dan jumlah RTP di Kota Banjarbaru pada tahun 2009 secara rinci dapat dilihat dalam Tabel II.29. dan Tabel II.30.

Tabel II.29 Jumlah Luas Areal Potensi dan Produksi Perikanan

Jenis Areal Luas Areal Potensi (Ha) Jumlah Produksi (Kg)

Sungai 90 0

Danau 29 0

Kolam 54 961.800

Karamba 57 149,7

Sawah/Mina Padi 64 5

Jaring Apung - 43

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2009

Page 26: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

31

Tabel II.30 Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tahun 2009

Jenis Jumlah Rumah Tangga

Perairan Umum 50

Kolam 131

Keramba 18

Mina Padi 20

Jaring Apung 16

Pembenihan 13

Total 248

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2009

Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang meningkat, baik secara nilai, kontribusi, maupun pertumbuhannya di Kota Banjarbaru didominasi oleh produk peternak jenis unggas, terutama ayam potong. Selain unggas, jenis ternak yang cukup banyak populasinya di Kota Banjarbaru pada Tahun 2009 adalah kambing, sapi dan babi. Tabel

II.31 merinci populasi ternak, baik besar maupun kecil di Kota Banjarbaru pada Tahun

2009.

Tabel II.31 Populasi Ternak Besar dan Kecil Tahun 2009

Jenis Ternak Populasi (Ekor)

Kerbau 12

Sapi 6.750

Kambing 7.180

Babi 15.812

Unggas:

a. Ayam Buras 402.034

b. Ayam Potong 2.020.350

c. Ayam Petelur 33.853

d. Puyuh 43.467

e. Angsa 1.283

f. Itik 12.425

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2009

Sub sektor perkebunan di Kota Banjarbaru, berdasarkan luas lahannya, didominasi oleh karet dan kelapa dalam/rakyat. Produk perkebunan yang lain dari wilayah Kota Banjarbaru adalah komoditas kelapa hibrida, kelapa sawit kopi, melinjo, dan cengkeh. Tabel II.32 merinci luas lahan dan produksi tanaman perkebunan menurut jenis komoditi

pada perkebunan rakyat di Kota Banjarbaru pada Tahun 2009. Sementara itu, sub sektor kehutanan yang memiliki nilai dan kontribusi terendah dalam PDRB sektor pertanian Kota Banjarbaru hanya terdiri dari jenis tanaman hutan rakyat, antara lain akasia, galam, jati, sengon, mahoni, dan jenis lain. Sengon merupakan jenis tanaman hutan rakyat yang paling dominan potensi/tegakan hutan rakyat di Kota Banjarbaru pada Tahun 2009.

Page 27: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

32

Tabel II.32 Luas Lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Komoditi pada Perkebunan Rakyat di Kota Banjarbaru tahun 2009

Jenis Tanaman Perkebunan Luas Lahan (Ha) Produksi Satuan Produksi

Karet 577 2.678 Kwintal

Kelapa Dalam/Rakyat 208 1.171.406 Butir

Kelapa Hibrida 38 213.750 Butir

Kopi 16 32 Kwintal

Melinjo 29 57.600 Kilogram

Kencur 7 520 Kwintal

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2009

Tabel II.33 Potensi /Tegakan Hutan Rakyat

Jenis Tanaman Hutan Rakyat Jumlah (Pohon)

Akasia 19.182

Galam 2.502

Jati 13.320

Sengon 75.060

Mahoni 47.538

Jenis Lain 125.100

Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Banjarbaru, 2009

Perdagangan. Dalam periode Tahun 2005-2009, sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan sub sektor yang paling dominan kontribusinya terhadap PDRB sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan di Kota Banjarbaru, walaupun secara umum memiliki kecenderungan yang menurun secara lambat. Sebaliknya, sub sektor restoran dan sub sektor perhotelan yang kontribusnya tidak dominan lambat laun mengalami peningkatan. Bila ditinjau dari pertumbuhannya, sub sektor perhotelan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sub sektor lain dalam sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan. Kontribusi dan pertumbuhannya tersebut secara rinci disajikan dalam Tabel II.34.

Aktifitas sub sektor perhotelan tercermin dari ketersediaan fasilitas akomodasi.

Fasilitas akomodasi di Kota Banjarbaru pada tahun 2009 berjumlah 23 buah yang sebelumnya tahun 2005 hanya ada 20 buah. Fasilitas tersebut terpusat di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Selatan, yaitu sebanyak 20 buah dan 3 buah berada di Kecamatan Landasan Ulin. Sedangkan kamar yang tersedia secara total adalah berjumlah 447 buah kamar.

Page 28: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

33

Tabel II.34 Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Restoran, dan Perhotelan dalam PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2009

Deskripsi 2005 2006 2007 2008 2009

Kontribusi (Persen)

1. Perdagangan: Besar & Eceran 89.34 89.44 87.98 87.22 86.69

2. Restoran 1.04 1.12 1.74 1.92 2.02

3. Perhotelan 9.62 9.44 10.28 10.87 11.29

PDRB Perdagangan, Resto., & Perhotelan

(Rp. Milyar) 210.26 231.52 254.91 287.49 322.72

Pertumbuhan (Persen)

1. Perdagangan: Besar & Eceran 4.38 5.71 5.68 6.11 6.55

2. Restoran 6.84 5.31 5.51 7.85 7.04

3. Perhotelan 7.82 6.45 6.52 7.33 7.69

PDRB Perdagangan, Resto., & Perhotelan (%)

4.68 5.77 5.96 6.23 6.65

Sumber Kota Banjarbaru Dalam Angka, 2010

Perindustrian. Sektor industri pengolahan di Kota Banjarbaru hanya terdiri dari sektor industri tanpa migas. Walaupun nilainya meningkat, namun pertumbuhan sektor industri pengolahan cukup rendah yaitu di bawah 5 persen pertahun dalam periode tahun 2005-2009.

Berdasarkan jenis industrinya dari 1.024 perusahaan yang ada di Kota Banjarbaru pada tahun 2009, jumlah perusahaan industri yang terbanyak adalah perusahaan yang bergerak dalam jenis makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 263 perusahaan. Hal ini menunjukkan terjadinya pergeseran dari kondisi Tahun 2006 yang didominasi jenis industri kayu dan hasil dari kayu dan rotan yaitu sebanyak 198 perusahaan (sekitar 29 persen) dan disusul oleh industri makanan, minuman, dan tembakau dengan jumlah sebanyak 174 perusahaan (sekitar 25 persen).

Tabel II.35 Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan dalam PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2009

Deskripsi 2005 2006 2007 2008 2009

Kontribusi (Persen)

1. Industri Migas - - -

2. Industri Tanpa Migas 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

PDRB Industri Pengolahan (Rp. Milyar) 147.80 161.67 189.60 202.17 219.61

Pertumbuhan (Persen)

1. Industri Migas - - -

2. Industri Tanpa Migas 3.19 0.65 1.08 1.02 1.56

PDRB Industri Pengolahan

(Persen) 3.19 0.65 1.08 1.02 1.56

Sumber: Kota Banjarbaru Dalam Angka, 2010

Dari data 2006 dan 2009 terlihat perkembangan yang pesat pada industri makanan, minuman, dan tembakau yang bertambah 89 perusahaan. Sedangkan berdasarkan

kelompok tenaga kerjanya, jumlah perusahaan terbanyak di Kota Banjarbaru pada tahun yang sama adalah perusahaan rumah tangga (1-4 orang tenaga kerja) yaitu sebanyak 107 perusahaan pada Tahun 2006 dan meningkat menjadi 183 perusahaan pada Tahun 2009. Perusahaan kecil (5-19 orang tenaga kerja) yang berjumlah 51 perusahaan pada Tahun 2006 dan meningkat menjadi 68 perusahaan pada Tahun 2009.

Page 29: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

34

Tabel II.36 Jumlah Perusahaan Industri Menurut Jenis dan Kelompok Tenaga Kerja di Kota Banjarbaru Tahun 2009

Jenis Industri Besar Sedang Kecil R.Tangga Total

Makanan, Minuman dan Tembakau 2 10 68 183 263

Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 0 0 11 24 35

Kayu dan Hasil dari Kayu dan Rotan 1 17 59 116 193

Kertas, Barang dari Kertas & Percetakan 0 3 24 71 98

Dasar Dari Barang Logam 0 3 43 96 142

Lain-Lain 1 6 58 212 277

Jumlah 4 39 263 702 1.008

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi, 2009

2.1.4.2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Transportasi sebagai salah satu penggerak roda perekonomian sangatlah penting bagi perkembangan daerah perkotaan disamping dukungan kualitas jalan yang baik. Sarana jalan yang dimiliki Pemerintah Kota Banjarbaru, sangat bermanfaat untuk memperlancar kegiatan ekonomi maupun non ekonomi masyarakat. Potensi jalan yang ada di Wilayah Kota Banjarbaru mencakup jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota. Dengan itu akses masyarakat kepada fasilitas publik ataupun mobilitas perekonomian akan semakin mudah dan efisien yang pada gilirannya akan mendorong tingkat perekonomian daerah itu sendiri. Sehingga keterkaitannya terhadap sosial ekonomi masyarakat sangat

erat dan akan berdampak kepada ketersediaan sumber daya. Dalam hal pelayanan umum, transportasi sangat penting peranannya sebagai sarana penyedia jasa angkutan guna mendorong pemerataan pelayanan dan mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan publik yang tersedia.

Bidang transportasi/perhubungan yang ada di Kota Banjarbaru meliputi perhubungan darat dan perhubungan udara. Perhubungan darat yang berupa jalan darat yang ada di Kota Banjarbaru merupakan penghubung yang sangat vital bagi arus lalu lintas antara ibukota Provinsi Kalimantan Selatan dengan 13 kabupaten/kota lainnya dan sekaligus penghubung utama antara Provinsi Kalimantan Selatan dengan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Peningkatan kualitas perhubungan harus pula didukung dengan peningkatan prasarana jalan dan jembatan.

Sampai dengan tahun 2009, sebagaimana Tabel II.37 menunjukkan jalan nasional

maupun provinsi yang berada di wilayah Kota Banjarbaru mencapai 26,5 km dengan kelas jalan IIIa dan 19 km dengan kelas jalan IIIb. Untuk jalan nasional seluruhnya merupakan jalan aspal dalam kondisi baik. Jalan provinsi seluruhnya jalan aspal dengan kondisi 30,36% sedang dan 69,57% baik.

Tabel II.37 Panjang Jalan Negara, Provinsi dan Kota Menurut Kelas Jalan (Km)

Kelas Jalan Negara Provinsi Kota

Kelas I - - -

Kelas II - - -

Kelas III - - -

Kelas III a 26,500 - -

Kelas III b - 19,000 21.625

Kelas III c - - 493,550

Kelas Tidak Dirinci - - -

Jumlah 26,500 19,000 515,175

Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka 2010

Page 30: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

35

Tabel II.38 Karakteristik Jaringan Jalan di Wilayah Kota Banjarbaru Tahun 2009 (Km)

Karakteristik Jalan

Status

Negara/Nasional Provinsi Kota Jumlah

(Km) (%) (Km) (%) (Km) (%) (Km) (%)

1. Jenis Permukaan

A Aspal 26.50 100 19.00 100 428.839 83,24 474.339 84,60

B Batu 8.279 1,61 8.279 1,47

C Kerikil - 0.00 0.00 0.00

D Tanah 78.057 15.15 78.057 12,93

Jumlah 26.50 100 19.00 100 515.175 100.0 560.675 100.0

2. Kondisi

A Baik 26.50 100 13.22 69,57 282.274 54,79 321.994 57,42

B Sedang 5.77 30,36 153.830 29,85 159.600 28,46

C Sedang/Rusak 0.00 0.00 0.00 0.0

D Rusak - 0,00 73.226 14,21 73.226 13,06

E Rusak Berat 5.845 1,13 5.845 1,04

Jumlah 26.50 100 19.00 100 515.175 100 560.675 100

Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2010

Jalan kota yang dibawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota

Banjarbaru sepanjang 515,175 km yang terdiri dari 428,839 Km permukaannya sudah beraspal dan 54,79% atau 282,274 km kondisinya baik, Kondisi jalan dengan permukaan berbatu, kerikil dan tanah masing-masing adalah 8,279 km, 0 km dan 78,057 km. Kondisi

jalannya yang rusak berat 1,13%, yang rusak 14,21% dan yang kondisinya sedang 29,85%. Panjang jalan terpanjang adalah jalan kelas IIIc dengan panjang 493,550 km.

Jika dilihat panjang jalan pada masing-masing kecamatan, ruas terpanjang berada di Kecamatan Landasan Ulin dengan total panjang 125.646 km dengan jenis permukaan aspal 101.993 km dan tanah 23.653 km dengan luas Kecamatan Landasan Ulin adalah 92,42 km2 atau 24,9 persen dari luas Wilayah Kota Banjarbaru. Sementara Kecamatan Cempaka dengan luas wilayah 146,70 km2 atau 39,5 persen wilayah Kota Banjarbaru, memiliki jalan dengan panjang keseluruhan 124.968 km dengan jenis permukaan aspal 97.786 km, batu 4.034 km, dan tanah 23.148 km. Perbandingan luas wilayah kecamatan dengan panjang jalan yang dimiliki dapat dilihat dalam Tabel II.39. Secara proporsional

dengan luas wilayah masing-masing kecamatan, Kecamatan Banjarbaru Utara dan

Banjarbaru Selatan yang memang berada di pusat kota telah mempunyai infrastruktur jalan yang lebih baik daripada kecamatan lainnya dimana luas wilayah masing-masing adalah 6,58 persen dan 5,91 persen dari luas wilayah Kota keseluruhan. Dengan mulai dilaksanakannya pembangunan pusat perkantoran Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan yang berlokasi di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru, sebagai tindaklanjut persiapan pemindahan Pusat Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan dari Banjarmasin ke Banjarbaru, maka akselerasi pembangunan dan peningkatan jalan di Kecamatan Cempaka perlu ditingkatkan. Perbaikan infrastruktur perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan aktivitas pemerintahan dan masyarakat di Wilayah Kecamatan Cempaka untuk menunjang mobilitas pemerintahan nantinya.

Page 31: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

36

Tabel II.39 Karakteristik Jaringan Jalan di Kota Banjarbaru Berdasarkan Jenis dan Kondisi Jalan, Dirinci setiap kecamatan, Tahun 2009

Jenis Permukaan Kondisi Permukaan

Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah

1. Landasan Ulin

Aspal 63.014 37.768 1.211 - 101.993

Batu - - - - -

Kerikil - - - - -

Tanah 9.907 6.504 7.242 - 23.653

2. Liang Langgang

Aspal 22.094 20.196 11.515 - 53.805

Batu - - 4.245 - 4.245

Kerikil - - - - -

Tanah 4.416 1.600 4.764 - 10.780

3. Cempaka

Aspal 59.760 29.807 8.219 - 97.786

Batu 603 - 3.431 - 4.034

Kerikil - - - - -

Tanah - 1.402 15.901 5.845 23.148

4. Banjarbaru Utara

Aspal 51.420 34.622 617 - 86.659

Batu - - - - -

Kerikil - - - - -

Tanah - 6.809 7.802 - 14.611

5. Banjarbaru Selatan

Aspal 66.356 17.372 4.868 - 88.596

Batu - - - - -

Kerikil - - - - -

Tanah - 1.094 4.771 - 5.865

Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka 2010

Data dari sarana dan prasarana wilayah akan berguna untuk melihat tingkat

ketersedian dan potensi daerah dalam transportasi, telekomunikasi, listrik, energi, air bersih, telematika dan permukiman beserta pemanfaatannya dalam mendukung aktivitas perekonomian daerah. Peningkatan atas sarana dan prasarana akan meningkatan pula

kemampuan perkembangan daerah, karena kemajuannya juga ditentukan dengan baiknya kualitas dari sarana dan prasarana.

Jika dilihat dari jumlah kendaraan yang beroperasi di kota Banjarbaru, jenis kendaraan didominasi oleh sepeda motor, 81 persen pada tahun 2009 dari keseluruhan populasi kendaraan bermotor. Untuk kendaraan umum didominasi oleh bis kecil/ micro bus yang jumlahnya 4.520 unit pada tahun 2009 atau naik sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun untuk jumlah bus besar di kota Banjarbaru jumlahnya masih sangat terbatas yaitu 19 unit. Sedangkan untuk kendaraan pribadi roda empat populasinya terhadap total kendaraan adalah 6 persen (pickup, sedan dan jeep). Secara umum jumlah kendaraan umum terhadap jumlah penduduk sudah cukup terpenuhi, dengan total penduduk sebanyak 171.496 orang dilayani oleh 4.520 unit mini bus. Secara keseluruhan terjadi kenaikan jumlah kendaraan bermotor sebanyak 14.6 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada jenis truck sebesar 23.2 persen dan Sepeda Motor sebesar 16.8 persen. Pemerintah Kota berusaha meningkatkan prasarana dan fasilitas perhubungan yang diukur dari meningkatnya terminal angkutan kota dan meningkatnya halte.

Page 32: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

37

Tabel II.40 Jumlah Kendaraan Roda Dua dan Roda Empat Dirinci Menurut Jenisnya (Unit)

Jenis Kendaraan 2009

Sepeda Motor 60.347

Scoter 208

Mini Bus/Micro Bus 4.520

Bus 19

Pick Up 1.683

Sedan 807

Jeep 1.142

Truck 1.935

Jeep 1.142

Roda Tiga 54

Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka 2010

Sebagai langkah untuk mengantisipasi atas pemindahan Pusat Perkantoran Pemerintah Provinsi ke Kota Banjarbaru, tentunya penyediaan infrastruktur dan sarana transportasi harus dipersiapkan dengan baik secara proporsional dengan perkembangan penduduk dan aktivitas/mobilitasnya karena akan terjadi mobilisasi orang yang cukup besar. Tentunya arus lalulintas akan semakin padat dan ramai. Dimana saat ini jumlah trayek berjumlah 11 tujuan, tentunya ini harus diperluas untuk melayani arus mobilitas yang semakin ramai tersebut. Namun perlu diingat pula, penentuan titik-titik tujuan dari

setiap trayek harus dapat mencakup keseluruhan akses masyarakat.

Untuk transportasi udara jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Syamsudin Noor pada tahun 2009 sebanyak 1.032.415 orang sedangkan untuk jumlah penumpang yang datang ke Bandara Syamsudin Noor berjumlah 1.017.582 orang. Sedangkan jumlah bagasi yang dibongkar dan dimuat berjumlah 8.248.976 ton dan 10.442.731 ton, secara rata-rata arus penumpang, baik kedatangan maupun keberangkatan mengalami kenaikan sebesar 6.5 persen. Untuk frekuensi kedatangan dan sebaliknya tidak mengalami kenaikan yang signifikan meskipun secara kuantitas terjadi kenaikan jumlah penumpang dan barang.

Tabel II.41 Jumlah Pesawat dan Penumpang yang Berangkat dari Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin Tahun 2005 dan 2009

B u l a n Jumlah

Pesawat

2005 2009

Jumlah Penumpang Jumlah Bagasi Jumlah Penumpang Jumlah Bagasi

Naik Turun Bongkar Muat Naik Turun Bongkar Muat

Januari 708 51,821 53,362 490,975 394,095 77.792 84.704 810.153 533.691

Pebruari 555 45,145 44,339 436,544 341,217 72.186 71.131 634.639 454.425

Maret 626 53,249 48,352 430,879 341,269 81.093 77.329 675.407 521.271

April 572 52,364 49,121 428,887 285,991 77.026 74.180 656.570 481.393

M e i 580 52,352 50,089 453,151 338,057 77.026 74.180 656.570 481.393

J u n i 622 56,715 51,909 478,876 424,596 90.737 85.120 718.631 613.066

J u l i 711 70,400 70,337 715,528 550,802 93.010 94.278 916.885 654.568

Agustus 640 64,514 61,458 593,142 511,101 89.403 83.007 1.061.494 992.823

September 604 63,701 59,992 591,701 486,631 92.675 75.713 871.043 912.146

Oktober 587 53,639 46,877 472,399 453,455 88.807 105.445 1.282.761 902.234

Nopember 617 56,342 60,256 586,746 467,708 89.388 89.245 951.949 793.241

Desember 638 60,580 56,457 560,597 487,391 103.272 103.250 1.206.629 908.725

Jumlah 7,460 680,822 652,549 6,239,425 5,082,313 1.032.415 1.017.582 10.442.731 8.248.976

Sumber: Kota Banjarbaru dalam Angka 2005 & 2009

Page 33: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

38

Peranan pos dan telekomunikasi dalam struktur perekonomian Banjarbaru memang tidak begitu dominan, tetapi dalam menunjang pembangunan di daerah ini cukup besar. Tanpa adanya kontribusi telekomunikasi, dunia usaha di daerah ini tidak semaju seperti sekarang. Berbagai usaha pemerintah untuk memperlancar pelayanan komunikasi, salah satunya peningkatan mutu layanan jasa Pos. Namun tidak dapat dipungkiri dengan maraknya pengembangan teknologi informasi, pemakaian jasa Pos semakin berkurang. Sedangkan pemakaian internet dan telekomunikasi yang menggunakan teknologi wireless

terus berkembang pesat.

Tabel II.42. Jumlah Fasilitas Pelayanan Pos Setiap Kecamatan

Kecamatan Kantor Pos Pembantu

Rumah Pos Pos Keliling

Desa

Landasan Ulin 1 - -

Liang Anggang - 1 -

Cempaka 1 1 -

Banjarbaru Selatan - - -

Banjarbaru Utara - - -

Jumlah 2 2 -

Sumber : Kota Banjarbaru Dalam Angka, 2009

Data dari PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Banjarbaru dapat dilihat bahwa

di wilayah Kota Banjarbaru terdapat 2 Kantor Pos Pembantu dan 2 Rumah Pos. Nilai benda pos yang terjual selama tahun 2009 sebesar 6,30 milyar rupiah, dimana yang terbanyak adalah dari penjualan Materai. Sementara jika dilihat dari arus penerimaan dan pembayaran maka arus penerimaan lebih banyak dibandingkan arus pembayaran, arus penerimaan terbanyak berasal dari pembayaran giro pos atau 67.91 persen dari total arus penerimaan. Jika dilihat dari infrastruktur pelayanan pos, saat ini pelayanan pos masih terpusat di kecamatan Banjarbaru Utara, 76 persen jumlahnya dari keseluruhan fasilitas pelayanan pos dari seluruh kecamatan yang berjumlah 2 unit.

Pelanggan listrik yang tercatat pada PT.PLN Ranting Banjarbaru berjumlah 60.198 dengan berbagai jenis tarif . KWH terjual sebanyak 138.796.299 dengan nilai mencapai 94,95 milyar rupiah. Nilai tersebut terdiri dari beberapa jenis pelanggan yaitu 1,85 milyar rupiah pelanggan sosial, pelanggan rumah tangga 48,43 milyar rupiah, pelanggan usaha 24,33 milyar rupiah, industri 9,21 milyar rupiah, Kantor dan PJU 10,48 milyar rupiah dan 671,2 juta rupiah dari pelanggan lain-lain (PS dan TS)

Tabel II.43 Jumlah Pelanggan Listrik, VA Tersambung dan Kwh Terjual Di PT PLN Ranting Banjarbaru Menurut Jenisnya Tahun 2009

Jenisnya Jenis Pelanggan VA

Terpasang KWH Terjual

Sosial S2 1.055 2.211.400 3.085.366

Rumah tangga R 55.576 42.631.900 84.760.898

Usaha B 2.998 15.071.400 27.151.496

Industri I 62 6.547.100 12.034.687

Kantor/ PJU PI s.d P3 507 6.897.605 11.673.512

PS & TS - - - 90.340

Jumlah 60.198 73.359.405 138.796.299

Sumber : PT. PLN Ranting Banjarbaru

Page 34: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

39

Data yang diperoleh dari PDAM Kabupaten Banjar mengenai produksi PDAM Kabupaten Banjar di Kota Banjarbaru menunjukkan bahwa dari jumlah 8,964 juta m3 air bersih yang diproduksi sekitar 8,512 juta m3 telah didistribusikan, namun yang terjual hanya 6,066 juta m3 saja. 2,445 juta m3 sisanya telah susut atau hilang. Jumlah air bersih yang diproduksi dan didistribusi kan tersebut masih termasuk untuk Kabupaten Banjar, karena merupakan satu sistem pengolahan dan pendistribusian.

Jumlah pelanggan air minum di Kota Banjarbaru mencapai 15.570 pelanggan dengan rincian di kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang ada 2.408 pelanggan, Cempaka 326, Banjarbaru Utara 4.290 pelanggan dan Banjarbaru Selatan 8.546 pelanggan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.44 Jumlah Pelanggan Air Minum Dirinci Setiap Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Pelanggan (Rumah Tangga)

1. Landasan Ulin dan Liang Anggang 2.408

2. Cempaka 326

3. Banjarbaru Utara 4.290

4. Banjarbaru Selatan 8.546

Jumlah 13.574

Sumber : P D A M Kabupaten Banjar

Salah satu sektor yang dapat diandalkan sebagai sumber devisa negara adalah sektor Pariwisata. Pembangunan di bidang pariwisata diarahkan untuk meningkatkan gerak roda perekonomian daerah melalui pengembangan potensi kepariwisataan yang dapat memberikan multiplier effect terhadap penyerapan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat

serta meningkatan penerimaan daerah. Nama dan Alamat Objek Wisata yang ada di Kota Banjarbaru pada Tahun 2009 adalah sebagaimana Tabel 2.45 berikut.

Tabel II.45 Nama dan Alamat Objek Wisata yang Ada di Kota Banjarbaru Tahun 2009

No. Nama Objek Wisata Alamat

1 Taman Chandra Kirana Jl . A.Yani Km 28

2 Kolam Renang Idaman Jl. Taman Gembira Barat

3 Lapangan Golf Swargaloka Jl. A. Yani Km. 27

4 Taman Van Der Pijl Jl. A. Yani Km. 34

5 Taman Air Mancur Mingguraya Jl. A.Yani Km. 34

6 Taman Bermain Idaman Jl. A.Yani Km. 34

7 Warung Minggu Raya Jl. A.Yani Km. 34

8 Sirkuit Sungai Ulin Jl. PM. Noor Sei Ulin

9 Sirkuit Cempaka Cempaka

10 Pendulangan Intan Cempaka & Pumpung Sungai Tiung Cempaka

11 Lesehan Bina Wisata Jl. Mentaos Timur

12 Hutan Pinus Jl. Mentaos Timur

13 Museum Lambung Mangkurat Jl. A.Yani Km 34

14 Makam Pahlawan Bumi Kencana Jl. A.Yani Km 24

15 Makam Syuhada Haji Jl. A.Yani Km 24

16 Makam H. Hasan Basri Jl. A.Yani Km 20

17 Makam Ratu Syarifah Kecamatan Cempaka

18 Lapangan DR. Murjani Jl. A.Yani Km 34

19 Stadion Mini Gawi Sabarataan Jl. RO. Ulin

20 Bandara Syamsudin Noor Jl. A.Yani Km 25

21 Bundaran Simpang Empat Jl. A.Yani Km 35,5

22 Monumen Trisakti Kecamatan Cempaka

23 Danau Kota Banjarbaru Kecamatan Landasan Ulin

24 Tugu Selamat Datang Jl. A.Yani Km 26

Page 35: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

40

No. Nama Objek Wisata Alamat

25 Bakantan Park Gt Manggis

26 Agrowisata Durian Gt Manggis

27 Kota Citra Graha Park Kota Citra Jl A Yani Km 18

28 Museum Permata Kec. Landasan Ulin

29 Museum Lahan Rawa Kec. Landasan Ulin

30 Tugu Adipura Jl. A. Yani Km. 34

31 Taman Simpang Empat Jl. A. Yani Km. 36

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2010

2.1.4.3. Iklim Berinvestasi

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi iklim untuk berinvestasi adalah perlindungan atau jaminan keamanan. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pembangunan yang sangat pesat tentunya mempunyai permasalahan dalam bidang keamanan. Berbagai upaya telah dilaksanakan demi terwujudnya keamanan, keselamatan dan kenyamanan.

Tabel II.46 Banyaknya Peristiwa Kejahatan Tahun 2005-2009

Tahun Dilaporkan Diselesaikan

2005 516 318

2006 308 162

2007 721 394

2008 600 316

2009

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka, beberapa tahun

Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 telah banyak terjadi beberapa peristiwa kejahatan sebagai dampak sosial dari semakin berkembangnya Kota Banjarbaru. Berdasarkan data dari Polresta Kota Banjarbaru yang dilaporkan oleh BPS Kota Banjarbaru dalam Banjarbaru Dalam Angka beberapa tahun terakhir, peristiwa tindak kejahatan di dominasi oleh curat, curanmor, curbis, penggelapan, narkoba dan penipuan.

2.1.4.4. Sumber Daya Manusia

Disadari atau tidak pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas SDM menjadi modal dasar pembangunan yang sangat penting karena walau bagaimanapun juga manusia merupakan subyek dari pembangunan yang menentukan keberhasilan dari pembangunan itu sendiri. Salah satu komponen penting dalam pembangunan manusia adalah pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting yaitu meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan salah satu indikator penting yang dapat mencerminkan keberhasilan suatu pendidikan dan juga merupakan gambaran tentang kualitas suatu penduduk. Semakin besar persentase penduduk yang mempunyai pendidikan tinggi memperbesar peluang semakin baik kualitas sumber daya manusianya.

Berdasarkan Tabel II.47 terlihat bahwa adanya penduduk Kota Banjarbaru yang

berusia 5 tahun keatas adalah yang memiliki ijazah SLTA yang untuk tahun 2010 mencapai 26,53 persen, kemudian yang tidak punya ijazah atau masih belum sekolah 27,69 persen. Yang menamatkan SD sebesar 17,60 persen , SLTP sederajat 16,85 persen, DI/III 3,75 persen, dan yang tamat tingkat S1 atau lebih sebesar 7,58 persen.

Page 36: Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BANJARBARU 2011-2015

41

Tabel II.47 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Ijazah/STTB yang dimiliki di Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

Uraian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tdk/Blm tamat SD 28,53 28,12 26,81 26,29 27,06 27,69

SD 17,20 17,56 17,87 20,11 17,23 17,60

SLTP 15,92 16,44 17,88 16,39 15,41 16,85

SLTA 26,40 25,79 25,51 26,89 28,34 26,53

DI/DII/DIII 2,95 3,33 3,00 2,72 2,88 3,75

DIV/S-1/S-2/S-3 8,99 8,76 8,93 7,59 9,08 7,58

Sumber : Susenas 2005-2010, BPS

Bila dilihat dari usia produktif maka penduduk Kota Banjarbaru dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok usia belum produktif (<15 thn), kelompok usia produktif (15-64 thn) dan usia lanjut (>65 thn).

Berdasarkan kelompok umur ini maka dapat dihitung besarnya Ratio Ketergantungan (Depedency Ratio) Angka ketergantungan menggambarkan beban

tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok usia muda (< 15 tahun) dan kelompok usia tua (> 65 tahun).

Tabel II.48

Angka Ketergantungan menurut Jenis Kelamin Kota Banjarbaru Tahun 2005 - 2010

Tahun Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

2005 22,60 20,67 43,27

2006 22,75 21,16 43,91

2007 26,41 22,13 48,54

2008 23,94 21,54 45,49

2009 24,55 22,39 46,94

2010 24,91 22,86 47,77

Sumber : Susenas 2005-2010, BPS

Angka ketergantungan di Kota Banjarbaru dari tahun ke tahun memperlihatkan

angka yang turun naik. Pada tahun 2007, angka ketergantungan di Kota Banjarbaru cukup besar yaitu mencapai 48,54. Pada tahun 2010 angka ketergantungan sebesar 47,77 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sebanyak 47 penduduk usia tidak produktif, yaitu masing-masing untuk usia muda sebesar 40 jiwa dan usia tua 7 jiwa. Kenyataan ini sekaligus merupakan warning bagi pemerintah Kota Banjarbaru untuk segera mengantisipasi secara dini karena pada tahun-tahun mendatang usia muda ini memerlukan sarana pendidikan yang memadai serta bagi sebagian golongan usia muda ini ada yang memasuki usia produktif sehingga memerlukan lapangan pekerjaan dan bukan tidak mungkin akan menambah jumlah pengangguran sehingga pada akhirnya bisa terjadi kerawanan sosial.