Bab 2

download Bab 2

of 11

Transcript of Bab 2

7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pelaksanaan Perawatan Payudara 2.1.1 Pengertian Perawatan Payudara Perawatan payudara saat hamil adalah suatu cara

pemeliharaan organ reproduksi wanita baik selama hamil maupun menyusui, yang berguna untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI pada masa laktasi (Sarwono, 2005). Perawatan payudara saat hamil adalah merawat sedini mungkin payudara ibu pada saat kehamilan untuk mempersiapkan payudara sebagai penghasil ASI serta kebersihannya dan tehnik perawatannya (Fefendi, 2008). Perawatan payudara adalah segala tindakan yang meliputi cara-cara pemeliharaan kebersihan sekaligus menjaga keindahan payudara, baik itu dengan melakukan masase pada payudara, memilih bra yang tepat, dan melakukan senam dada. Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Siregar, 2004).

8

2.1.2

Tujuan Perawatan Payudara Tujuan dari pelaksanaan perawatan payudara adalah sebagai berikut :

1. 2.

Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga

memudahkan bayi untuk menyusu. 3. 4. Mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam. Merangsang kelenjar- kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar. 5. Dapat mendekteksi kelainan- kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya. 6. 2003). 2.1.3 Persiapan Perawatan Payudara Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1. Dikerjakan dengan cara yang benar, sejak usia kehamilan enam bulan bagi ibu yang tidak mempunyai masalah puting susu, dan sejak usia kehamilan tiga bulan bagi ibu yang mempunyai puting susu mendatar atau ke dalam. 2. Mempersiapkan alat dan melatih diri cara melakukan perawatan payudara selama menyusui serta teknik menyusui. 3. Mempersiapkan kondisi tubuh dengan cara memenuhi Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui (Anwar,

kebutuhan nutrisi dan istirahat sebaik-baiknya (Jumiarni, 1995). 2.1.4 Pelaksanaan Perawatan Payudara

9

Berikut paduan praktis mengenai perawatan payudara saat kehamilan : 1. Kehamilan 3 bulan Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau masuk ke dalam dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan. Puting susu yang normal akan menonjol keluar. Apabila puting susu tetap datar atau masuk kembali ke dalam payudara, maka sejak hamil 3 bulan harus dilakukan perbaikan agar bisa menonjol. Caranya adalah dengan gerakan Hoffman, yaitu dengan menggunakan kedua jari telunjuk atau ibu jari, daerah di sekitar puting susu diurut ke arah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai semua daerah payudara. Dilakukan sehari dua kali selama 6 menit (Saryono, 2008). Cara ini bisa diganti dengan mengguakan pompa putting susu. Bila pompa putting susu tidak tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit injeksi 10 ml. bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari arah potongan tersebut. Cara penggunaan pompa putting susu yaitu dengan menempelkan ujung pompa (spuit injeksi) pada payudara, sehingga putting berada di dalam pompa. Kemudian tarik perlahan sehingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa sakit, tarikan

10

dikendorkan. Prosedur ini diulang hingga beberapa kali dalam sehari (Fefendi, 2008). 2. Kehamilan 6-9 bulan a. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa. b. Puting susu sampai areola mamae (daerah sekitar puting dengan warna lebih gelap) dikompres dengan minyak

kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada puting susu sehingga mudah dibersihkan. Jangan membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat iritasi karena dapat menyebabkan puting susu lecet. c. Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke arah luar (searah dan berlawanan jarum jam). d. Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut ke arah puting susu sebanyak 30 kali sehari. e. Pijat kedua areola mamae hingga keluar 1-2 tetes. f. Kedua puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan handuk kering dan bersih. g. Pakailah bh yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan memakai bh yang ketat dan menekan payudara. Bila bh sudah mulai terasa sempit, sebaiknya menggantinya dengan yang pas dan sesuai dengan ukuran untuk memberikan kenyamanan dan juga support yang baik untuk payudara (Saryono, 2008).

11

2.1.5

Permasalahan Yang Timbul Tanpa Perawatan Payudara Apabila selama masa kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara, dan perawatan tersebut hanya dilakukan pascapersalinan, maka akan menimbulkan beberapa permaslahan, seperti:

1. harikemudian. 2. menghisap. 3. dikonsumsi bayi. 4. bernanah. 5.

Asi tidak keluar atau susu akan keluar setelah beberapa

Puting tidak menonjol (puting inverted) sehingga bayi sulit

Produksi ASI sedikit dan tidak lancar sehingga tidak cukup

Infeksi pada payudara, sehingga payudara bengkak atau

Muncul benjolan di payudara (Saryono, 2008). 2.2. Pengetahuan 2.2.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2003).

12

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan juga dapat diperoleh dari informasi baik melalui buku, penyuluhan, pendidikan dan latihan (Entjang, 1997) . Menurut Notoatmodjo (2002), bila masyarakat sudah mendapatkan informasi yang cukup, maka pengetahuan mereka akan lebih baik dan bahwa dalam bentuk pengetahuan adalah mengetahui situasi/rancangan dari luar. Dengan adanya pengetahuan kesehatan akan mendorong seseorang berperilaku hidup sehat. Pengetahuan dapat meningkatkan kesehatan karena sangat terkait dengan perilaku individu, sebab perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 1993). Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila melalui criteria sebagai berikut : a. b. c. Mempunyai objek kajian. Mempunyai metode pendekatan Bersifat universal (mendapat pengalaman secara umum) (Notoatmodjo, 2002).

13

2.2.2

Tingkatan Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kta ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan- tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003). Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2002) pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recalt) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,

14

menyebutkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi sebagai penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengetahuan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

15

Pada dasarnya ilmu pengetahuan selalu berkembang. August Comte (1798-1857) membagi 3 tingkat perkembangan ilmu pengetahuan kedalam tahapan : religius, metafisika, dan positif. 1. Tahap I Asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran darii ajaran religi (deducto). 2. Tahap II Dalam tahap ini orang mulai berspekulasi berasumsi atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan postualat metafisika tersebut (hipotetico).

3.

Tahap III, Tahap ini tahap pengtahuan ilmiah, dimana asas-asas yang

dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang objektif (verivikatif).

2.2.3

Cara memperoleh pengetahuan. 1. a. Cara tradisional Coba- salah ( Trial & Error). Cara ini digunakan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan kemungkinan, apabila kemungkinan tersebut tidak

16

berhasil dicoba kemungkinan kedua, apabila kedua gagal dicoba kemungkinan ketiga. Dan begitu seterusnya. b. Kekuasaan atau otoritas. Pengetahuan dengan cara ini diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemimpin agama, otoritas pemerintah atau ahli ilmu pengetahuan. c. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahun atau pengalaman itu adalah suatu cara memperoleh pribadi. d. Melalui jalan pikiran Manusia mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuan. 2.2.3.2 Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah.Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengamatan, meliputi : a. b. c. Segala sesuatu yang positif. Segala sesuatu yang negatif Gejala-gejala yang bervariasi. Cara memperoleh pengetahuan ini disebut Metode Penelitian Ilmiah (Notoatmodjo,2003) 2.2.4 Hubungan Pemgetahuan Menurut Teori Lawrance green perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :

17

a.

Faktor- faktor predisposisi (Predisposing factor) Mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. b. Faktor- faktor pemungkinan (Enabling factor) Mencakup ketersediannya sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Polindes, pos obat desa, Dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya. c. Faktor- faktor penguat (Reinforcing factor) Mencakup sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas kesehatan termasuk juga undang- undang, peraturan- peraturan baik dari pemerintah pusat atau dereah. (Notoatmodjo, 2003).

2.2.5

Pengukuran Pengetahuan Penilaian tingkat pengetahuan menurut Arikunto, S (1997) adalah : Baik Cukup Kurang baik Tidak baik : : : : 76 % - 100 % 56 % - 75 % 41 % - 55 % < 40 %