bab 12

23
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem plambing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung, oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya. Setiap usaha dan atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Dan berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan peraturan pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih, baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan pembuang air bekas atau air kotor dari tempat-tempat

description

bab i ii pengelolaan air kotor aufar zaim

Transcript of bab 12

Page 1: bab 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sistem plambing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung,

oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan

sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka

penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun

penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter ke tempat yang

ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan

sekitarnya.

Setiap usaha dan atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap

lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah

pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan

sedini mungkin. Dan berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan peraturan pemerintah

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Plambing adalah

seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih, baik dalam

hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan pembuang air

bekas atau air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting

lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.

Perencanaan sistem plambing dalam suatu gedung, guna memenuhi kebutuhan air

bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efesien dan efektif

(drainase), sehingga tidak terjadi kerancuan dan pencemaran yang senantiasa terjadi

ketika saluran mengalami gangguan.

Agar kebutuhan air minum atau air bersih dapat memenuhi kapasitas total distribusi,

maka kita harus dapat mengetahui kebutuhan air bersih pada suatu lokasi. Oleh

karena itu perlu dibuat rancangan air minum atau air bersih agar kebutuhan air pada

suatu lokasi dapat terpenuhi.

Page 2: bab 12

Untuk memenuhi semua kebutuhan air bersih pada mall vx, perlu dilakukan

perancangan pipa, perhitungan debit aliran dan diameter pipa yang akan digunakan

untuk membawa air bersih tersebut. Diharapkan perhitungan system teknik air

minum ini bisa tetap memenuhi kebutuhan air bersih pada mall vx.

I.2.Tujuan

1. Menentukan kapasitas ground tank dan roof tank yang akan digunakan pada mall

vx

2. Menghitung kebutuhan air minum atau air bersih pada mall vx.

3. Merencanakan sistem penyediaan air minum yang mampu memenuhi kebutuhan

pengunjung mall vx

Page 3: bab 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi dan Persyaratan Air Bersih

2.1.1. Definisi Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air

minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang

memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang

dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi

dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. (Ketentuan

Umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

2.1.2. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih

2.1.2.1. Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Persyaratan kualitas

air bersih adalah sebagai berikut (Ketentuan Umum Permenkes No.

416/Menkes/PER/IX/1990):

1. Persyaratan fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga

suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 250 C, dan

apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 250 C ± 300 C.

2. Persyaratan kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang

melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid,

zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),

tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam.

3. Persyaratan bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang

mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak

adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.

Page 4: bab 12

4. Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh

mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,

seperti sinar alfa, beta dan gamma

2.1.2.2. Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air

baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke

konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat

bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala

perkotaan tempat tinggalnya.

2.1.2.3. Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang

relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga

dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat

diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat

dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat

kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen

terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam

per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan

konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan

pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu

yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi

yang siap setiap saat.

Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu.

Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak

melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi.

Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang

Page 5: bab 12

diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran

terpenuhi.

2.1.2.4. Persyaratan Tekanan Air

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat

dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir

pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih

tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan

aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air,

untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat

pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air

tersebut paling rendah adalah 5 mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m),

dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai).

Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan

pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan

tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya

merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan

pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll).

Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka

akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.

2.2. Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan

rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain – lain. Prioritas kebutuhan air

meliputi:

2.2.1. Kebutuhan domestik

Merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan sambungan kran umum.

Jumlah kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk, persentase yang diberi air

dan cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum.

Jumlah sambungan rumah dihitung dari jumlah pelanggan baru, yaitu 5 orang per

sambungan, sedangkan jumlah kran umumnya didasarkan atas 100 orang per kran

umum. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan standar yang biasa

digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya. Di dalamnya

setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari berbeda-beda.

Page 6: bab 12

Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih

Kategori kota Kebutuhan air bersih

(liter/org/hari)

Kota MetropolitanKota BesarKota SedangKota KecilDesa

19017015013060

2.2.2. Kebutuhan non domestik

Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah

tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran,

perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel,

puskesmas, militer serta pelayanan jasa umum lainnya.

2.2.3. Kehilangan air

Kehilangan air pada PDAM diasumsikan sekitar 20 % - 30 %. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal yaitu :

1. Kebocoran pada pipa distribusi akibat bencana alam ataupun akibat aktifitas

manusia,misalnya : proyek perbaikan jalan dan lain sebagainya.

2. Pencurian pada beberapa tempat sering kali tidak dapat dihindari.

3. Kerusakan pada peralatan instalasi misalnya : kerusakan pintu air, kerusakan pipa besi

akibat korosi dan lain sebagainya.

2.2.4. Fluktuasi kebutuhan air

Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi. Fluktuasi

yang terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air dalam keseharian oleh

masyarakat. Pada umumnya kebutuhan air dibagi dalam tiga kelompok :

1. Kebutuhan rerata

2. Kebutuhan harian maksimum

3. Kebutuhan pada jam puncak

Page 7: bab 12

Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak sangat diperlukan dalam perhitungan

besarnya kebutuhan air baku, karena hal ini menyangkut kebutuhan pada

hari-hari tertentu dan pada jam puncak pelayanan. Sehingga penting mempertimbangkan

suatu nilai koefisien untuk keperluan tersebut. Kebutuhan air harian maksimum dan jam

puncak dihitung berdasarkan kebutuhan dasar dan nilai kebocoran dengan pendekatan

sebagai berikut :

1. Kebutuhan harian maksimum = (1,10 - 1,15 ) x Qtot

2. Kebutuhan pada jam puncak = (1,15- 3,00) x Qtot

2.3. Sumber Air

Sumber air baku bagi suatu penyediaan air bersih sangat penting, karena selain kuantitas

harus mencukupi juga dari segi kualitas akan berpengaruh terhadap proses pengolahan.

Disamping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk jaringan tramsmisi,

distribusi dan sebagainya.

Secara umum sumber air dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Air Hujan

Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi

berbentuk air

2. Air Permukaan

Air permukaan dapat berasal dari sungai, danau dan air tanah yang mengalir keluar

dari bumi (mata air).

3. Air Tanah

Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam tanah dan

bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan tanah yang biasanya

disebut aquifer. Dalam menentukan sumber air baku untuk suatu sistem penyediaan

air bersih diperlukan suatu pertimbangan tertentu, agar air baku yang dipilih selain

memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas juga lebih mudah diperoleh, baik dari

segi teknis maupun ekonomis.

2.4. Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih

2.4.1. Sistem Distribusi Air Bersih

Page 8: bab 12

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang

mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh

daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya,

hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir

distribusi.

Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang

membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,

perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah

fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat

kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air

yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada

sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi

(kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi

pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih

kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas,

kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh

para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk

mempunyai dua macam sistem:

Continuous system

Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus

selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat

memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang

kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit

kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.

Intermitten system

Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore

hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan

perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air

untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang

digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam

beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari

dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.

2.4.2. Sistem Jaringan Distribusi Perpipaan

Page 9: bab 12

Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan

membawa atau memindahkan air minum dan reservoir menuju konsumen di daerah

pelayanan. Selain itu, system distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.

a. Kriteria perencanaan :

Qdesign = Qpeak

Koefisien HW untuk PVC, C = 130 – 140

Koefisien HW untuk Pipa besi, C = 100 – 120

Sisa tekan di ujung pelayanan minimal 10 mka

Pipa yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan tekanan

b. Metode perhitungan

Dalam perencanaan jaringan pipa distribiusi air minum, digunakan rumus

hazen William sebagai berikut (Triadmodjo,1993):

Q=0.2785.C.D2.63.(Hf/L)

Dimana :

Q = debit air yang mengalir

C = koefisien Hazen Williems

Hf = Kehilangan tekanan meter

L = panjang pipa meter

Tabel Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams

Jenis pipa C

Extremely smooth and straight pipes 140

New Steel or Cast Iron 130

Wood;concrete 120

New Riveted Steel; vitrified 110

Old Cast Iron 100

Very Old and Corroded Cast Iron 80

Sumber : Jack B. Evett, Cheng Liu. Fundamentals of Fluids Mechanics. McGraw Hill. New York. 1987.

2.6. Hidraulika Aliran dalam Perpipaan

2.6.1. Pipa Bertekanan

Page 10: bab 12

Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri dalam keadaan penuh. Pipa

semacam ini seringkali lebih murah daripada saluran terbuka atau talang air,

karena pada umumnya mengambil lintasan yang lebih pendek. Bila air langka

didapat, pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air akan

rembesan yang terjadi pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih disukai untuk

pelayanan penyediaan air minum, karena kemungkinan tercemarnya lebih sedikit.

Karena insinyur pengairan hampir secara eksklusif menangani masalah aliran

turbulen di dalam pipa.

2.6.2. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memugkinkan

untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa

suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran

terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak

sepanjang jarak yang telah ditentukan. Besarnya kecepatan aliran fluida pada

suatu pipa mendekati nol pada dinding dan mencapai maksimum pada tengah-

tengah pipa. Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan

yang tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan

sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan

pada aliran fluida umumnya menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak

ada keterangan lain yang disebutkan.

2.6.3. Kehilangan Tinggi Tekan

Headloss atau kehilangan tekanan karena gesekan antara cairan dan dinding

pipa dihitung dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach atau Hazen

William. Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri air dalam keadaaan

penuh, pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air

sikat rembesan dan penguapan yang terjadi pada saluran terbuka. Pipa

bertekanan lebih disukai untuk pelayanan air minum, karena lebih sedikit

kemungkinan tercemar (Ray K. Linsey, Joseph B. Franzini 1985). Masalah

jaringan pipa dipecahkan dengan metode pendekatan yang berturutturut,

karena setiap penyelesaian analisis akan membutuhkan penggunaan berbagai

persamaan sekaligus, yang beberapa di antaranya tidak linear. Suatu prosedur

yang disarankan oleh Hardy Cross (Analysis of flow in Networks of conduits

Page 11: bab 12

or Conductors) menuntut bahwa aliran di dalam tiap-tiap pipa dianggap

sedemikian rupa, sehingga asas-asas kontuinitas dipenuhi pada masingmasing

titik simpul. Suatu koreksi terhadap besar aliran yang diandalkan haruslah

dihitung berturut-turut untuk setiap putaran pipa di dalam jaringan yang

bersangkutan, sehingga koreksinya berkurang hingga suatu besaran yang dapat

diterima.

2.7 Plambing

Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar

gedung untuk menyediakan air panas atau air dingin, dan untuk menyalurkan air

buangan (Noerbambang dan Morimura, 2000).

Fungsi dari peralatan plambing adalah :

a. Sistem Penyediaan air bersih, menyediakan air bersih ke tempat-tempat

yang dikehendaki dengan kualitas, kuantitas, dan tekanan yang cukup.

b. Penyaluran air buangan, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu

tanpa mencemari sistem yang lain serta mencegah masuknya udara tidak

sedap dan air kotor ke dalam ruangan.

c. Penyediaan air untuk pemadam kebakaran, menyediakan air dengan

kuantitas yang cukup dan mudah operasinya apabila terjadi kebakaran.

d. Penyediaan air panas, menyediakan air panas yang cukup dan tidak

mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

2.1.2 Prinsip Dasar Instalasi Plambing

Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi plambing ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah :

1. Konsep denah alat plambing

Konsep denah alat plambing selain mempertimbangkan pemakaian energi secara

keseluruhan, yang perlu dijadikan dasar peletakan alat plambing adalah segi

arsitektural bangunan atau dapat disebut sebagai aspek estetika tata ruang

bangunan.

Page 12: bab 12

2. Perlindungan konstruksi gedung

Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya pembebanan akibat

pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk keperluan tersebut pipa tidak

boleh langsung dipasang menembus bagian konstruksi, seperti pondasi, balok

atau dinding, karena itu harus dibuat suatu selubung (sleeve) yang terpasang pada

tempat dimana pipa menembus.

3. Perlindungan pipa dari kerusakan

Perlindungan pipa dari kerusakan, penting diperhatikan karena dapat

mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan. Beberapa kerusakan yang dapat

terjadi adalah korositas, yang menyebabkan perkaratan, biasanya terjadi pada

pipa besi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat untuk

menahan karat.

4. Perancangan sistem plambing yang baik

Perancangan sistem plambing yang baik adalah dengan memperhatikan

pemasangan katup untuk pengeluaran udara, sehingga tidak menimbulkan

penyumbatan. Pipa mendatar pada sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat

agak miring ke atas (searah aliran), sedang pada sistem pengaliran ke bawah

sekitar 1/300. Perpipaan yang tidak merata, misalnya melengkung, hendaknya

dipasang katup pelepas udara. Selain itu juga harus dihindarkan membaliknya

arah aliran.

5. Perencanaan sistem pembuangan

Perencanaan sistem pembuangan untuk mencegah tersumbatnya pipa dan

kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka kemiringan pipa dibuat sama atau

lebih dari diameter pipa. Kecepatan paling baik adalah dalam range 0,6 - 1,2

m/detik.

Page 13: bab 12

BAB III

PROSEDUR PERENCANAAN SISTEM PLUMBING

1.1 Prosedur perencanaan

Prosedur suatu perencanaan adalah tata cara atau urutan kerja suatu perhitungan perencanaan

untuk mendapatkan hasil Perencanaan instalasi air bersih, air kotor. Pada mall vx akan

menggunakan sumber air bersih yang berasal dari PDAM setempat.

3.2 Metode Perencanaan Instalasi Plambing

Perencanaan Instalasi air bersih pada pembangunan mall vx terdiri dari 4 lantai, sumber air

bersih berasal dari PDAM. Instalasi air bersih direncanakan dengan menggunakan sistem

tangki bawah (Ground tank) dan tangki atap (Roof tank). Jalur instalasi mengunakan sistem

gravitasi dan pompa.

3.3. Sistem Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih ini melayani 4 lantai dengan ketinggian mall setinggi 24 m. Sistem

penyediaan air bersih menggunakan sistem kombinasi yaitu secara gravitasi dan

menggunakan pompa penunjang. Dalam perencanaan instalasi perpipaannya digunakan pipa

PVC kaku, begitu pula dengan sambungan pipa yang digunakan terbuat dari bahan yang

sama dengan pipa.

3.4 Analisis kebutuhan air bersih

Pada mall vx yang akan dibangun menggunakan 2 wc tiap lantai yang rata rata alat plambing

nya adalah wastafel, bak kecil dan kloset. Pada lantai 1 terdapat 3 wastafel 3 kloset dan 3 bak

kecil pada setiap ruang wc. Pada lantai 2 & 4 alat plambing yang digunakan sama dengan

alat plambing pada lantai 1. Pada lantai 3 digunakan 3 wastafel tambahan untuk menunjang

kebutuhan air pada food court yang tersedia.

Page 14: bab 12

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam membuat sistem plambing dalam suatu bangunan tidak hanya perencanaan

tetapi juga harus bisa merancang desain untuk saluran air bersih maupun air buangan,

dalam denah yang kita miliki yang terdapat komponen alat distribuasi air didalamnya

dihitung jumlah debit air berdasarkan luas bangunan, karena kebutuhan air mall vx

tidak dapat ditentukan melalui jumlah pengunjung yang berbeda setiap hari, maka

digunakan luas efektif dari mall.

Dalam perhitungan perancangan air bersih didapatkan yaitu volume ground tank

sebesar 33 m3 yang berdimensi 3 m x 3,5 m x 3,2 m sedangkan roof tank yang akan

digunakan bervolume 15.000 L yang akan ditempatkan pada setiap ruang saniter.

Kebutuhan air yang dibutuhkan setiap lantai rata rata yaitu 100 L/jam

5.2 Saran

Sebaiknya dalam pembuatan perancangan setiap detail digambar dengan jelas agar

gambar dapat dipahami dengan jelas serta lebih teliti dalam perhitungan agar angka

yang didapatkan adalah angka yang tepat

Page 15: bab 12

DAFTAR PUSTAKA

Rusli K, Susanto A, 2009. Perhitungan Debit Pada Sistem Jaringan Pipa Dengan

Metode Hardy Cross menggunakan rumus Hazen Williams dan Manning

.Univ.Maranatha.Bandung

Masduki, Ali Dkk, 2008. Sistem Penyediaan Air Bersih. ITS. Surabaya

Kodoatie, Robert J, 2002. Hidrolika Terapan: Aliran Pada Saluran Terbuka dan

Pipa. Penerbit Andi. Yogyakarta

Totok Sutrisno, C, dkk, 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta,

Jakarta

Prasuhn, Alan L, 1987. Fundamental of Hydraulic Engineering. Holt, Reinhart and

Winston, Inc. International Edition

Linsey Ray K, 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta

Linsey Ray K, 1995. Teknik Sumber Daya Air Jilid II. Penerbit Erlangga. Jakarta