12. BAB II

49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asetilkolin dan Asteilkolinesterase Asetilkolin adalah neurotransmitter yang pertama diidentifikasi. 16 ACh disintesis dan dibentuk dalam vesikel di terminal akson. 16,17 ACh merupakan hasil reaksi antara asetil KoA dan kolin yang dikatalisasi oleh enzim kolin asetiltransferase, kemudian dilepaskannya koenzim A sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1. 16,17 Acetyl Coa + cholin choline acetyltransferase ACh + CoA Gambar 2.1 Reaksi Pembentukan ACh 16 Ketika ACh dilepaskan dari terminal presinaps, secara singkat ACh berikatan langsung dengan reseptor postsinaps. 16 Kemudian ACh terlepas dari reseptornya 7

Transcript of 12. BAB II

Ungraduated Thesis

37

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1 2 2.1 Asetilkolin dan AsteilkolinesteraseAsetilkolin adalah neurotransmitter yang pertama diidentifikasi.16 ACh disintesis dan dibentuk dalam vesikel di terminal akson.16,17 ACh merupakan hasil reaksi antara asetil KoA dan kolin yang dikatalisasi oleh enzim kolin asetiltransferase, kemudian dilepaskannya koenzim A sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1. 16,17

Acetyl Coa + cholin choline acetyltransferase ACh + CoA Gambar 2.1 Reaksi Pembentukan ACh16

Ketika ACh dilepaskan dari terminal presinaps, secara singkat ACh berikatan langsung dengan reseptor postsinaps.16 Kemudian ACh terlepas dari reseptornya dan didegradasi menjadi asam asetat dan kolin oleh AChE yang berada di celah sinaps dan membran postsinaps.16 Kolin yang terlepas ditangkap lagi oleh terminal presinaps dan digunakan kembali untuk sintesis ACh.16ACh berfungsi sebagai neurotransmitter yang mentransmisikan impuls saraf di antara celah sinaps. ACh dilepaskan oleh semua neuron yang menstimulasi otot-otot skeletal dan beberapa neuron dari saraf otonom.16 Neuron-neuron yang melepaskan ACh juga ditemukan dalam sistem saraf pusat.16Gambar 2.2 Transmisi Impuls Saraf pada Celah Sinaps.16

Gambar 2.2 menunjukkan ketika sampainya gelombang depolarisasi atau potensial aksi yang membuat kanal kalsium terbuka dan memungkinkan ion kalsium masuk ke dalam terminal akson. Kumpulan ion kalsium yang masuk ke dalam terminal akson bekerja sebagai intracellular messenger yang mengontrol vesikel sinaps langsung berfusi dengan membran akson dan mengosongkan isi vesikel dengan cara eksositosis ke dalam celah sinaps. Neurotransmitter kemudian berdifusi menuju celah sinaps dan menempel dengan reseptornya di membran postsinaps. Ikatan neurotransmitter dan reseptornya membuka kanal di membran postsinaps. Hal tersebut mengakibatkan pembentukan potensial aksi pada membran tersebut. Neurotransmitter secara cepat dihancurkan oleh enzim yang terdapat pada sinaps.16 Pada Gambar 2.3 menunjukkan terdapat dua jenis dari reseptor ACh, yaitu nikotinik dan muskarinik. Reseptor nikotinik mempunyai respon yang cepat terhadap rangsangan dari transmisi saraf dan neuromuskular, serta sebagai reseptor eksitatori. Sedangkan reseptor muskarinik responsnya lebih lambat, bisa sebagai reseptor eksitatori atau inhibitori dan tidak mempengaruhi otot rangka, tapi mempengaruhi aktivitas otot polos, kelenjar eksokrin, dan sistem konduksi jantung.18 Reseptor nikotinik adalah protein berbentuk silindris tertanam dalam membran sinaps yang bekerja sebagai kanal yang diatur secara kimiawi oleh ion natrium, maka disebut juga sebagai ligand-gated sodium. Ketika tidak ada ACh yang berikatan dengan reseptor maka kanal tertutup, tetapi sesegera ACh berikatan dengan reseptor, maka kanal ion terbuka dan memungkinkan influks ion-ion tersebut dengan cepat dan masuk ke dalam sel, yang biasanya mendepolarisasikan membran sel dan merangsang sel. Reseptor nikotinik terletak di neuromuscular junction otot rangka, sistem saraf simpatis dan parasimpatis, ganglia autonomik, serta sistem saraf pusat.18Reseptor muskarinik merupakan protein yang menembus panjang dari membran sel luar sampai dalam.18 Reseptor muskarinik tidak mempunyai kanal yang memungkinkan ion-ion masuk ke dalam sel, tetapi ketika ACh menempel pada bagian luar reseptor muskarinik, bagian dalam reseptor melepaskan Guanine nucleotid binding protein yang besar atau G-protein. G-protein kemudian menginisiasi aktivitas dalam sel seperti kontraksi otot polos dan sekresi kelenjar.16,18,19 G-protein bisa berinteraksi dengan dan mengaktivasi adenilat siklase.16 Adenilat siklase yang teraktivasi kemudian mengkatalisasi pembentukan Adenosin monofosfat siklik (cAMP) dari Adenosin trifosfat (ATP).16 cAMP bekerja sebagai second mesenger yang menginisiasi satu kerja dari sekian banyak aktivitas intrasel yang berbeda-beda.19 Reseptor muskarinik terletak di sistem saraf pusat, sistem saraf parasimpatis, yaitu sistem konduksi jantung, kelenjar eksokrin, dan otot polos, sedangkan di sistem saraf simpatis yaitu kelenjar keringat.18

Gambar 2.3 Resptor Nikotinik dan Muskarinik16

Kolinesterase adalah karboksilat ester hidrolase khusus yang memecah kolin ester.20 Ada dua jenis kolinesterase yang menjadi perhatian peneliti yaitu, asetilkolinesterase (AChE) atau kolinesterase eritrosit dan butirilkolinesterase (BuChE) atau kolinesterase serum.20,21Enzim kolinesterase serum diproduksi di dalam hati.7 Aktivitas kolinesterase serum turun oleh organofosfat sangat cepat dan kembali dalam tingkat normal dengan cepat pula.7 Kolinesterase serum biasanya turun dalam beberapa jam sampai beberapa hari.7 Kehamilan, peradangan akut atau kronik, malnutrisi dan penyakit hati adalah kondisi lain dimana dapat mempengaruhi aktivitas kolinesterase serum.7 Penurunan aktivitas kolinesterase serum oleh kondisi tersebut tidak sebesar penurunan oleh karena insektisida organofosfat.7 Aktivitas regenerasi enzim kolinesterase serum untuk kembali normal membutukan waktu sekitar 7-60 hari.5,7 AChE dalam sistem saraf mengatur eksitasi dengan cara menghancurkan ACh. AChE bisa ditemukan di sinaps, neuromuscular junction, myotendinous junction, dalam cairan serebrospinal, sedangkan di sistem saraf pusat terdapat di badan sel saraf, akson, otot skeletal dan otot polos. AChE juga di temukan dalam eritrosit mamalia, megakariosit, limfosit dan trombosit.20AChE yang terdapat dalam jaringan saraf dan eritrosit lebih baik untuk mengukur toksisitas organofosfat. AChE turun tidak begitu cepat oleh organofosfat dibandingkan kolinesterase serum. Selama fase akut keracunan organofosfat, AChE biasanya tidak menurun. AChE membutuhkan beberapa jam sampai hari untuk aktivitasnya menurun, dan sekitar 60-90 hari yang dibutuhkan AChE untuk kembali dalam tingkat normal.5

2.2 Pestisida KarbamatKarbamat dan organofosfat merupakan dua bagian keluarga besar dari pestisida yang mempunyai mekanisme insektisidal dan toxicological action yang berhubungan dengan kemampuan untuk menghambat enzim AChE di jaringan saraf. Perbedaan besar di antara dua kelas insektisida ini adalah berhubungan dengan kecepatan reaktivasi AChE, dimana waktu yang dibutuhkan hanya dalam beberapa menit untuk karbamat dan beberapa hari bahkan beberapa minggu untuk organofosfat.22Karbamat merupakan N-mono atau asam dimetil karbamat dengan gugus R1 yang mempresentasikan antara subtitusi alkil atau aril yang menghasilkan modifikasi substansial dari fisiokimia karbamat. Struktur kimia karbamat ditunjukkan pada gambar 2.4.22

Gambar 2.4 Struktur Kimia Karbamat.22

Insektisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara menghambat kolinesterase seperti orgnofosfat. Hambatan golongan organofosfat hambatan tersebut bersifat ireversibel, sedangkan karbamat hambatan tersebut bersifat reversibel.23Insektisida golongan karbamat ini menyebabkan karbamilasi dari enzim AChE jaringan. Pada saat AChE dihambat maka akan menimbulkan akumulasi ACh.24Golongan karbamat pada Tabel 2.1 bekerja seperti golongan organofosfat yaitu menghambat aktivitas enzim AChE. Jika terjadi keracunan yang disebabkan oleh pestisida golongan karbamat, gejalanya sama seperti pada keracunan golongan organofosfat, tapi lebih mendadak dan tidak lama karena efeknya terhadap enzim AChE tidak persisten. Karbamat dapat diabsorbsi ke dalam tubuh melalui oral, inhalasi, kulit dan mata.25

Tabel 2.1 Klasifikasi Pestisida Golongan Karbamat26,27Golongan Karbamat

N-Methyl CarbamateDithiocarbamate

AldikarbKarbarilKarbofuranFormentanateMetiokarbMetomilOksamilPrimicarbPropoxurTiodikarbBendiokarbKarbarilKarbofuranFenoksikarbMankozebManebPropinebTiramZinebZiramMetiramFerbamMetam sodium

Karbamat merupakan bagian dari xenobiotik. Kebanyakan dari xenobiotik adalah lipofilik, oleh karena itu zat tersebut mudah masuk dan diabsorbsi, karena secara normal membran sel dalam tubuh manusia terbentuk dari lipid. Sekali zat tersebut masuk ke dalam tubuh, zat lipofilik ini sulit untuk diekskresi tanpa diubah ke bentuk metabolit yang lebih polar atau larut dalam air. Karena hal tersebut, metabolisme, proses yang dimediasi enzim untuk mengubah zat ke metabolit lebih hidrofilik sangat penting untuk tubuh setelah paparan pestisida atau setelah terjadinya keracunan.28 Beberapa famili metabolik enzim terkait dengan metabolisme pestisida karbamat. Metabolik enzim ini dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda, yaitu enzim fase I dan enzim fase II. Enzim fase I mengenalkan gugus reaktif polar pada molekul tersebut, untuk membuat molekul tersebut lebih larut dalam air, juga meningkatkan kemungkinan untuk bisa dimetabolisme oleh enzim fase II. Enzim yang terkait dengan metabolisme fase I adalah cytocrome P450-dependent monooxygenase, flavin-containing monooxygenase dan hydrolase. Enzim fase II mengkonjugasikan gugus polar yang dikenalkan pada fase I, untuk mengenalkan zat yang lebih hidrofilik, misalnya gula, sulfat dan asam amino, kepada molekul tersebut. Proses tersebut meningkatkan kelarutan kimia tersebut dalam air, sehingga lebih mudah untuk diekskresikan. Enzim pada fase II yang paling penting adalah glutation transferase, glukuronosil transferase, sulfotransferase dan asetil transferase.28

2.3 Gambaran Klinis Keracunan Karbamat dan Penanganannya2.3.1 Gambaran Klinis Akut dan PenanganannyaAda empat jenis patologis yang diakibatkan oleh inhibitor AChE, yaitu cholinergic toxidrome, temuan klinis karena berlebihannya tingkat ACh; intermediate syndrome, disfungsi neuromuskular terlambat terjadi 24-96 jam setelah terjadi keracunan yang berat dan signifikan biasanya berakhir secara spontan selama satu sampai dua minggu; organophosphate induced delayed neuropaty (OPIDN), neuropati terlambat dengan sebab tidak jelas pada onset satu sampai lima minggu setelah recovery dari keracunan akut; organophosphorus ester-induced chronic toxicity (OPICN), neurotoksisitas kronik yang berlangsung berminggu-minggu sampai bertahun-tahun setelah paparan akut.18Cholinergic toxidrome merupakan fase akut dari keracunan AChE inhibitor. Cholinergic toxidrome ditandai oleh overstimulasi dari reseptor cholinergic di seluruh tubuh. Hal tersebut mungkin akibat dari sekali atau berulangnya paparan dengan karbamat, dimana zat tersebut menghambat AChE pada tingkat sinaps.11 Gambaran klinis keracunan akut karbamat mencerminkan tingkat akumulasi dari neurotransmitter yang menyebabkan overstimulasi reseptor kolinergik di beberapa organ. Tanda dan gejala keracunan akut biasanya muncul dalam beberapa menit atau beberapa jam setelah paparan, tergantung jenis zat kimia yang terkait, rute paparan, dan jumlah dosisnya. Kasus yang tidak biasa, misalnya percobaan bunuh diri melalui injeksi organofosfat intravena pernah dilaporkan, dimana tanda dan gejala yang muncul cukup cepat, meskipun dosisnya mungkin dalam jumlah kecil.11Tanda dan gejala keracaunan karbamat yang dapat timbul antara lain:1. Sistem saraf pusat: salivasi, inkontinensia, kelelahan, pusing, nyeri kepala, tremor, kejang, psikosis dengan delirium, gelisah dengan kecemasan, hilang kesadaran, hambatan pusat pernapasan, ataksia, dan koma.7,112. Sistem muskuloskeletal: lemah otot, kram otot, kedutan pada otot dengan fasiculasi, berkeringat, inkoordinasi, tremor, dan paralisis.7,113. Sistem gastrointestinal: diare, mual, muntah, kram perut, dan anoreksia. 7,114. Sistem penglihatan: penglihatan kabur, miosis, mata berair, nyeri mata, dan injeksi konjungtiva.7,115. Sistem pernapasan: rhinorrhea, edema paru, bronchorrhea, bronkospasme, wheezing, dan sesak, dan paralisis otot-otot pernapasan.7,116. Sistem kardiovaskuler: bradikardi (stimulasi parasimpatis), takikardi awal (stimulasi ganglia simpatis), dan hipertensi awal (stimulasi ganglia simpatis).7,11Tanda dan gejala keracunan akibat inhibitor asetilkolinesterase yang dikelompokkan berdasarkan tingkat keracunan ditunjukkan pada tabel 2.2.Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Keracunan Inhibitor Asetilkolinesterase29Tingkat KeracunanTanda dan Gejala

RinganAnoreksiaSakit KepalaPusingKelelahanAnsietasTremor lidah dan kelopak mataMiosis

SedangMualMuntahSalivasiMata sering berairKram PerutDiaforesisBradikardiFasikulasi otot

BeratDiarePupil pinpoint dan tidak bereaksi terhadap cahayaDepressed pulmonari atau ventilatoriEdema ParuSianosisHilangnya kontrol spinkterBlok jantungKejangKoma

Diagnosis keracunan karbamat, selain ditentukan dengan tanda dan gejala dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan AChE. Derajat keracunan karbamat ditentukan berdasarkan aktivitas enzim AChE, yaitu 75% kategori normal; 5000 mg/kg dan toksisitas inhalasi LC50 pada tikus dalam 4 jam sekitar 5.14 mg/L.5. Bahaya kebakaran. Akibat kebakaran produk terdekomposisi menjadi bahan yang berbahaya dan mudah terbakar seperti karbon disulfid, hidrogen disulfid, oksida sulfur, nitrogen oksida dan karbon monoksida.6. Bahaya reaktivitas. Temperatur, kelembaban dan oksigen yang naik turun dapat merusak produk dan memacu timbul gas toksik dan mudah terbakar. 7. Sifat-sifat fisika. Sifat-sifat fisika pada mankozeb yaitu:1) Wujud zat: Tepung berwarna kuning kehijauan.2) pH: 7,83) Titik cair: 192-204C4) Titik nyala: 137,8C5) Korosifitas: Tidak menyebabkan korosif.6) Eksplosifitas: Tidak menyebabkan korosif8. Keselamatan dan pengamanan.Tindakan pertolongan pertama. Bila tertelan dan penderita masih sadar, segera berikan 1-2 gelas air dan rangsang pemuntahan dengan cara menggelitik ujung tenggorokan. Jangan dirangsang pemuntahan pada penderita yang tidak sadarkan diri. Apabila terkena mata, buka mata dan ditahannkemudian bersihkan dengan air yang mengalir selama lebih kurang 15 menit. Segera pergi ke dokter jika terjadi iritasi yang menetap. Segera buka pakaian yang terkontaminasi jika terkena kulit. Cuci kulit yang terkontaminasi dengan sbun dan air. Segera pergi ke dokter jika terjadi iritasi yang menetap. Apabila terhirup segera pindahkan penderita ke ruangan yang berudara segar atau ruang tidak terkontaminasi. Berikan pernafasan buatan jika penderita berhenti bernapas. Berikan pertolongan secara simptomatik.Penanganan dan penyimpanan. Menghindari kontak langsung dengan bahan. Menghindara penghisapan atau uap semprot pada saat bekerja dengan bahan ini. Meyimpan dalam kemasan tertutup rapat dan di ruangan berventilasibaik dan menghindari dari tem pat yang lembab dan panas.Tumpahan dan kebocoran. Tidak menyentuh tumpahan bahan dan menghindari kontak dengan kulit. Tidak menghirup debu yang berterbangan. Menyerap menggunakan bahan penyerap seperti vermiculite, pasir, dikumpulkan dalam tempat tertutup untuk dimusnahkan. Membersihkan lantai dengsn air dsn detergen sampai bersih.Alat pelindung diri. Paru-paru, masker. Mata, safety goggles dan pelindung muka. Kulit, sarung tangan, pakaian kerja.Pemadaman api. Kebakaran dapat dipadamkan dengan foam, dry chemical, karbon dioksida. Menggunakan air hanya pada kasus kebakaran penting. Menggunakan alat pelindung diri sebelum menangani pemadaman. 9. Informasi lingkungan. Pemusnahan dengan cara dibakar dalam incinerator atau dikubur deitempat yang ditentukan. Pembuangan bahan ke tempat umum dapat mengganggu kehidupan tanaman dan binatang.2.6.2 LDKB PropinebLembar data keselamatan bahan propineb adalah sebagai berikut.41,421. Identifikasi bahan.Nama bahan kimia: PropinebNama lain: polimerik zinc 1,2-propilenbisditiokarbamatRumus molekul: (C5H8N2S4Zn)xNomor CAS: 12071-83-9Jenis pestisida: Fungisida2. Label bahaya. Label bahaya propineb ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Label Bahaya Propineb

Gambar 2.5 menunjukkan bahwa propineb berbahaya bila terhirup, sangat toksik untuk organisme air dan pada gambar 2.6 menunjukkan bahwa bahan dapat dibakar tapi memerlukan pemanasan terlebih dahulu, bahan bila terpapar intensif dan terus-menerus berakibat serius, kecuali ada pertolongan, dan bahan stabil pada suhu normal tetapi tidak stabil pada suhu tinggi.

Gambar 2.6 Label Berbahaya Propineb Berdasarkan Bahaya Kesehatan, Bahaya Kebakaran dan Bahaya Reaktivitas

3. Informasi bahan singkat. Propineb merupakan fungisida dithiokarbamat. Bentuknnya tepung berwarna putih, dengan bau yang khas. Propineb berbahaya jika terinhalasi, bisa menyebabkan sensitisasi bila kontak dengan kulit dan berbahaya terhadap kesehatan jika terpapar dalam jangka waktu yang lama jika terinhalasi atau tertelan.4. Bahaya kesehatan.Efek jangka pendek (akut). Bila tertelan bisa menimbulkan bahaya kesehatan terhadap individu. Dosis letal beberapa thiokarbamat bisa mengakibatkan kelemahan otot dan paralisis otot-otot pernafasan dan kematian pada binatang. Meskipun bahan tidak termasuk suatu iritan, tapi jika kontak langsung dengan mata mungkin menyebabkan ketidaknyamanan sementara seperti mata merah dan berair serta kerusakan abrasi ringan bisa terjadi. Keracunan akut thiokarbamat secara umum adalah rendah, karena metabolismenya cepat. Paparan terhadap dosis tinggi bisa menghilangkan nafsu makan, kelebihan produksi saliva, mata berair, sulit bernapas, menurunnya suhu tubuh, inkoordinasi, depresi, dan kedutan otot yang cepat.Efek jangka panjang (kronis). Kerusakan serius yang membahayakan kesehatan jika terpapar lama melaui inhalasi dan jika tertelan. Paparan yang lama terhadap konsentrasi serbuk bahan ini dapat menyebabkan perubahan pada fungsi paru-paru seperti pneumokoniosis yang disebabkan oleh partikel yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron berpenetrasi dan menetap di paru-paru. Beberapa dithiokarbamat mungkin menyebabkan cacat lahir dan kanker dan mungkin mempengaruhi kapasitas reproduktif pada laki-laki. Dithiokarbamat juga mungkin menyebkan goiter atau overaktivitas kelenjar thiroid dan kerusakan saraf.Toksisitas oral LD50 pada tikus, yaitu 3708 mg/kg, toksisitas dermal LD50 pada tikus >5000 mg/kg dan toksisitas inhalasi LC50 pada tikus dalam 4 jam sekitar 5.04 mg/L.5. Bahaya kebakaran. Untuk memadamkan kebakaran bisa menggunakan media seperti semprotan air, karbon dioksida atau pasir. Bahan berbahaya akibat kebakaran produk yaitu pembentukan sulfur dan nitrogen yang teroksidasi.6. Bahaya reaktivitas. Propineb stabil pada suhu normal tetapi tidak stabil pada suhu tinggi.7. Sifat-sifat fisika. Wujud zat: Serbuk dengan bau yang khas.pH: 5-7Titik cair: >150CTitik nyala: 70C8. Keselamatan dan pengamanan.Tindakan pertolongan pertama. Jika tertelan jangan dirangsang untuk muntah. Apabila terjadi muntah cegah untuk tidak terjadi aspirasi, observasi pasien secara hati-hati. Apabila pasien menunjukkan tanda-tanda mengantuk atau turunnya kesadaran maka jangan diberirikan cairan. Apabila bahan kontak dengan mata cuci menggunakan air bersih mengalir. Memastikan irigasi komplit dengan membuka kedua kelopak mata. Segera kunjungi pelayanan kesehatan jika nyeri menetap atau berulang. Jika terjadi kontak dengan kulit, segera lepaskan semua pakaian yang terkontaminasi, cuci kulit adan rambut dengan air mengalir dan sabun, segera kunjungi pelayanan kesehatan jika terjadi iritasi. Jika gas atau uap bahan yang terbakar terhirup, segera hindari tempat yang terkontaminasi. Segera berikan napas buatan jika tidak bernapas, lebih baik menggunakan valve resuscitator, bag-valve mask. Lakukan resusitasi jangtung paru jika dibutuhkan.Penanganan dan penyimpanan. Menghindari semua kontak personal, termasuk inhalasi. Memakai baju pelindung ketika terjadi paparan. Menggunakan bahan pestisida di ruangan yang berventilasi baik. Untuk penyimpanan dianjurkan bahan disimpan di dalam kontainer kaca atau polietilen. Memeriksa semua kontainer jelas diberi label dan tidak bocor. Bahan harus disimpan dalam kontainer aslinya. Menjaga kontainer tetap aman tertutup. Menyimpan ditempat yang sejuk, kering dan terlindungi dari lingkungan yang ekstrim dan jauhkan dari makanan. 9. Informasi lingkungan. Bahan ini sangat toksik terhadap organisme air. Bahan ini dan kontainernya dibuang ke tempat kshusus pembuangan bahan berbahaya. Menghindari pembuangan ke lingkungan sekitar.

2.7 Kerangka pemikiranPetani menggunakan pestisida untuk meningkatkan produktivitas pertanian.2 Karbamat merupakan golongan pestisida yang efektif mengendalikan hama serangga, jamur dan gulma. Disamping itu dalam penggunaannya petani dapat terpapar pestisida karbamat baik melalui inhalasi, oral, kulit atau mata yang berdampak pada kesehatan mereka, ditambah dengan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi ketika penyemprotan pestisida yang bisa meningkatkan terjadinya keracunan.25 Faktor-faktor risiko tersebut, antara lain tidak memakai peralatan pelindung pribadi, berperilaku yang tidak aman ketika menggunakan pestisida seperti, merokok ketika menyemprot, tidak mengikuti petunjuk pada label pestisida, tidak segera mengganti pakaian setelah menyemprot atau menggunakan pestisida dan menyemprot berlawanan dengan arah angin.32,33Karbamat yang masuk ke dalam tubuh manusia akan berikatan dengan enzim AChE. Ikatan tersebut menghalangi asteilkolin untuk berikatan dengan AChE.23 Semakin besar paparan semakin besar pula penurunan aktivitas AChE, sehingga terjadi akumulasi ACh yang akan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik di sistem saraf pusat dan perifer.24 Hal tersebut mengakibatkan timbulnya tanda dan gejala yang merupakan suatu tanda keracunan pestisida tersebut. Tanda dan gejala keracunan karbamat, antara lain salivasi, lakrimasi, berkeringat, bronkokonstriksi, bradikardi, peningkatan motilitas usus, kelemahan otot penurunan fungsi saraf pusat dan koma.5 Timbulnya tanda dan gejala tersebut dipengaruhi oleh penurunan aktivitas AChE, yaitu ketika terjadi penurunan 50% atau lebih rendah dari normal.5,10 Grace dkk. menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas AChE dengan gejala di susunan saraf pusat, respirasi dan mata.14

Faktor risiko:Lamanya waktu penggunaan pestisidaEdukasi tentang keselamatan penggunaan pestisidaPemakaian peralatan pelindung pribadiPerilaku ketika menggunakan pestisida: merokok atau makan ketika meyemprot, tidak mandi dan mengganti pakaian setelah menyemprot, menyemprot berlawanan dengan arah anginPenggunaan pestisida karbamatPetani terpapar pestisida KarbamatPestisida karbamat masuk dalam tubuhAktivitas enzim AChE menurunTanda dan gejala keracunan pestisida karbamatKontak melalui oral, inhalasi, kulit, mataAkumulasi AChKarbamat berikatan dengan AChE di sinapsGambar 2.7 Kerangka Pemikirian Hubungan antara Tanda dan Gejala Keracunan Karbamat dengan Aktivitas AChE

2.8 HipotesisHipotesis yang dapat disimpulkan antara lain:1. Rata-rata aktvitas asetilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua lebih rendah daripada aktivitas normal.2. Terdapat hubungan antara gejala dan tanda keracunan pestisida karbamat dengan aktvitas asetilkolinesterase pada penyemprot pestisida karbamat Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua.7