BAB 1(1)

download BAB 1(1)

of 8

description

bab 1

Transcript of BAB 1(1)

8

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPernikahan usia muda merupakan fenomena sosial yang banyak terjadi di berbagai penjuru dunia dengan berbagai latar belakang. Pernikahan dini masih banyak terjadi di negara berkembang termasuk di Indonesia. Pernikahan Usia dini terjadi baik di pedesaan maupun perkotaan di Indonesia serta meliputi berbagai strata ekonomi dengan beragam latar belakang.Menurut UU No 1 Tahun 1974 Pasal 7 tentang Perkawinan, perkawinan hanya diijinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun. Namun dalam pasal 6 (2) disebutkan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin orang tua (Depag, 1974)Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan usia dibawah 16 tahun. Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19,1 tahun. Bahkan di sejumlah pedesaan, pernikahan seringkali dilakukan setelah anak perempuan mendapat haid pertama. (Palu, 2008)Analisis survei penduduk antar sensus (SUPAS) 2005 dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) didapatkan angka pernikahan di perkotaan lebih rendah dibanding di pedesaan, untuk kelompok umur 15-19 tahun perbedaannya cukup tinggi yaitu 5,28% di perkotaan dan 11,88% di pedesaan. Hal ini menunjukan bahwa wanita usia muda di pedesaan lebih banyak melakukan perkawinan pada usia muda. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam mencapai Millenium Development Goals. (Fadlyana, 2009)Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan kenyataan yang harus dihadapi sebagian anak di dunia terutama di negara berkembang. Hal ini sebenarnya sangat bertentangan dengan perlindungan hak asasi kelompok usia muda. Pernikahan dini berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk diubah. Alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orang tua mendorong anaknya untuk menikah di usia muda. Budaya eksploitatif terhadap anak menjadi penyebab terjadinya pernikahan usia muda. Anak tidak berdaya menghadapi kehendak orang dewasa, baik orang tuanya yang menginginkan perkawinan itu maupun orang yang mengawini (Unicef, 2006). Eksploitasi bisa terjadi karena alasan ekonomi atau materi, harga diri bisa mengawinkan anaknya dengan orang yang dianggap terpandang ataupun karena mental hedonis yaitu mencari kesenangan pada banyak hal termasuk poligami dengan anak-anak dibawah umur. Saat ini pernikahan dini tidak hanya terjadi di kalangan adat tetapi telah merambah pelajar sekolah yang semestinya fokus menuntut ilmu dan mengembangkan bakat. Dari sisi psikologis banyak yang merasa khawatir bahwa pernikahan usia muda akan menghambat studi atau rentan konflik yang berujung perceraian karena kekurangsiapan mental dari kedua pasangan yang masih belum dewasa. Pernikahan usia muda berhubungan erat dengan fertilitas yang tinggi, kehamilan dengan jarak yang singkat dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan usia muda atau kurang dari 17 tahun sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi medis baik pada ibu maupun anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ternyata berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun. (Imron, 2012)Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses hamil maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta obstetric fistula. Pernikahan usia muda juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya karsinoma serviks.Pernikahan usia muda sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) diri pelaku pernikahan usia muda. Faktor internal dapat berupa pengetahuan, emosi, motivasi pelaku pernikahan usia dini, sedangkan faktor ekternal meliputi lingkungan sekitar seperti sosial ekonomi, kebudayaan, pemahaman agama dari pelaku pernikahan usia muda. (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Demikian pula dengan pengetahuan dampak pernikahan usia muda sangat diperlukan pada saat remaja mengambil keputusan untuk melakukan pernikahan usia muda. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya pernikahan usia muda. Motivasi melakukan pernikahan muda sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti pemahaman agama, ekonomi maupun biologi. Sebagian masyarakat yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis telah terjadi pelanggaran agama dan sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak tersebut. Hal tersebut menjadi faktor pendukung terjadinya pernikahan usia muda. Demikian juga dengan beberapa kasus ekonomi, dimana seorang anak gadis yang terpaksa harus menerima perjodohan karena dijadikan alat utuk melunasi hutang orang tuanya.Di beberapa daerah di Indonesia pernikahan usia muda terjadi karena pengaruh adat dan budaya. Anak gadis sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi.Angka pernikahan usia muda di desa Mandalamekar kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung pada tahun 2014 sebanyak 31 pasangan atau sekitar 5,4%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Plan Indonesia di delapan kabupaten seluruh Indonesia pada bulan Januari-April 2014, tercatat 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah dan rata-rata menikah pada usia 15-16 tahun. Hasil penelitian Plan Indonesia menyebutkan 44% anak perempuan yang menikah dini mengalamani kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Selain mengalami KDRT, pernikahan usia muda berdampak pada kesehatan reproduksi maupun psikososial. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pernikahan usia muda di desa Mandalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia muda di desa Mandalamekar kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung Tahun 2014?

1.3.Tujuan1.3.1. Tujuan UmumMengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.1.3.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui gambaran pernikahan usia muda pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.2. Mengetahui gambaran faktor internal (pengetahuan dan motivasi) yang berhubungan dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.3. Mengetahui gambaran faktor eksternal (pemahaman agama, ekonomi serta adat dan budaya) yang berhubungan dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.4. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.5. Mengetahui hubungan motivasi dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.6. Mengetahui hubungan pemahaman agama dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.7. Mengetahui hubungan ekonomi dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.8. Mengetahui hubungan adat dan budaya dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 20141.4. Manfaat1.4.1. Bagi Institusi Kesehatana. Sebagai informasi mengenai faktor penyebab pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.b. Sebagai masukan dalam penyusunan program kesehatan reproduksi di Puskesmas Cimenyan Kota Bandung.1.4.2. Bagi Institusi Pendidikana. Sebagai referensi mengenai pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.b. Sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia muda di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung Tahun 2014.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian1.5.1. Ruang Lingkup WaktuPenelitian dilakukan pada bulan Januari 2014.1.5.2. Ruang Lingkup TempatPenelitian dilakukan di desa Manadalamekar kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung.

1.5.3. Ruang Lingkup MateriMateri dalam penelitian ini meliputi pernikahan usia muda dan faktor internal serta eksternal yang berhubungan dengan pernikahan usia muda. Faktor internal terdiri dari pengetahuan dan motivasi melakukan pernikahan usia muda. Faktor eksternal terdiri dari pemahaman agama, ekonomi serta adat dan buadaya.

1