BAB 1. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74364/potongan/S2-2014... · tentang...

4
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan suatu konstruksi bendungan selain memperoleh banyak manfaat, juga memungkinkan adanya potensi bahaya yang sangat besar disebabkan oleh terjadinya keruntuhan bendungan. Runtuhnya suatu bendungan akan menimbulkan banjir bandang yang mengakibatkan bencana sangat dahsyat di hilir bendungan. Jatuhnya korban dan kerusakan harta benda, sangat terkait dengan perkembangan di daerah hilir dan dimensi bendungan itu sendiri. Seiring perkembangan daerah hilir dengan adanya pembangunan bendungan, menjadi permukiman padat penduduk, pusat kegiatan perekonomian dan industri, akan memiliki konsekuensi semakin besarnya kemungkinan jatuh korban jiwa dan kerugian harta benda dibandingkan dengan daerah hilir yang belum berkembang. Sebagai upaya untuk mengurangi kemungkinan jatuh korban yang lebih besar, maka desain atau pengoperasian suatu bendungan haruslah mempertimbangkan tingkat konsekuensi daerah hilir bendungan, apabila terjadi keruntuhan suatu konstruksi bendungan. Beberapa penyebab terjadinya kerusakan atau keruntuhan suatu konstruksi bendungan, diantaranya overtopping, piping, gempa bumi, dan sabotase. Namun dari beberapa kejadian di dunia, keruntuhan bendungan yang terjadi pada umumnya lebih banyak disebabkan karena terjadinya overtopping, yaitu meluapnya air melalui puncak bendungan karena debit inflow yang besar melebihi kapasitas tampung spillway dalam mengalirkan debit banjir yang terjadi sehingga mengakibatkan meluapnya air waduk di atas mercu bendungan. Dan yang kedua diakibatkan oleh mengalirnya air melalui lubang-lubang pada tubuh/pondasi bendungan yang sering disebut dengan piping, dalam prosesnya air rembesan dengan perlahan akan membawa material penyusun tubuh bendungan sehingga lama-kelamaan akan mempengaruhi stabilitas tubuh bendungan. Bahaya keruntuhan bendungan ini akan menimbulkan banjir bandang yang akan menerjang daerah hilir. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomer 37 tahun 2010

Transcript of BAB 1. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74364/potongan/S2-2014... · tentang...

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan suatu konstruksi bendungan selain memperoleh banyak

manfaat, juga memungkinkan adanya potensi bahaya yang sangat besar

disebabkan oleh terjadinya keruntuhan bendungan. Runtuhnya suatu bendungan

akan menimbulkan banjir bandang yang mengakibatkan bencana sangat dahsyat di

hilir bendungan. Jatuhnya korban dan kerusakan harta benda, sangat terkait

dengan perkembangan di daerah hilir dan dimensi bendungan itu sendiri. Seiring

perkembangan daerah hilir dengan adanya pembangunan bendungan, menjadi

permukiman padat penduduk, pusat kegiatan perekonomian dan industri, akan

memiliki konsekuensi semakin besarnya kemungkinan jatuh korban jiwa dan

kerugian harta benda dibandingkan dengan daerah hilir yang belum berkembang.

Sebagai upaya untuk mengurangi kemungkinan jatuh korban yang lebih besar,

maka desain atau pengoperasian suatu bendungan haruslah mempertimbangkan

tingkat konsekuensi daerah hilir bendungan, apabila terjadi keruntuhan suatu

konstruksi bendungan.

Beberapa penyebab terjadinya kerusakan atau keruntuhan suatu konstruksi

bendungan, diantaranya overtopping, piping, gempa bumi, dan sabotase. Namun

dari beberapa kejadian di dunia, keruntuhan bendungan yang terjadi pada

umumnya lebih banyak disebabkan karena terjadinya overtopping, yaitu

meluapnya air melalui puncak bendungan karena debit inflow yang besar melebihi

kapasitas tampung spillway dalam mengalirkan debit banjir yang terjadi sehingga

mengakibatkan meluapnya air waduk di atas mercu bendungan. Dan yang kedua

diakibatkan oleh mengalirnya air melalui lubang-lubang pada tubuh/pondasi

bendungan yang sering disebut dengan piping, dalam prosesnya air rembesan

dengan perlahan akan membawa material penyusun tubuh bendungan sehingga

lama-kelamaan akan mempengaruhi stabilitas tubuh bendungan. Bahaya

keruntuhan bendungan ini akan menimbulkan banjir bandang yang akan

menerjang daerah hilir. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomer 37 tahun 2010

2

tentang bendungan pada pasal 40 ayat 1 disebutkan bahwa pembanguan suatu

konstruksi bendungan, harus disertai dengan adanya dokumen rencana tanggap

darurat (RTD), sebagai suatu upaya dalam rangka mitigasi banjir bandang

tersebut. Penelitian yang dilakukan ini, merupakan sebagai salah satu upaya

penyiapan mitigasi banjir bandang akibat keruntuhan bendungan.

Analisis penelusuran banjir akibat runtuhnya bendungan, dilakukan untuk

mendapatkan persamaan empiris yang menggambarkan kedalaman genangan

puncak banjir dan waktu tiba gelombang banjir sepanjang daerah dihilir

bendungan yang diakibatkan keruntuhan bendungan. Pada penelitian ini

penelusuran banjir dilakukan dengan bantuan program HEC-RAS yang dibuat

oleh Hidraulic Engineering Center salah satu divisi di dalam Institute for Water

Resources (IWR), dibawah US Army Corps of Engineers (USACE). Dengan

pengoperasian program ini, penelitian yang dilakukan diharapkan mampu

menghasilkan data-data yang dapat digunakan dalam rangka mitigasi bencana

banjir akibat keruntuhan bendungan di Bendungan Gonggang, Kabupaten

Magetan, Jawa Timur.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. mendapatkan parameter kemungkinan penyebab keruntuhan bendungan

seperti: lebar bidang runtuhan, berapa lama terjadinya keruntuhan, dan

kemiringan bidang runtuhan bendungan,

2. mendapatkan data hidrograf banjir akibat keruntuhan bendungan, baik itu

kedalaman, kecepatan dan sejauh mana banjir tersebut mencapai daerah hilir,

3. menentukan profil muka air banjir maksimum serta hidrograf banjir pada

lokasi tertentu,

4. pembuatan peta genangan banjir di bagian hilir sebagai dasar pembuatan

rencana tindak darurat.

3

1.3. Manfaat Penelitian

Analisis penelusuran banjir dengan bantuan software HEC-RAS ini,

bermanfaat untuk dapat mengetahui parameter-parameter penyebab runtuhnya

bendungan, profil muka air banjir maksimum serta hidrograf banjir pada daerah

hilir bendungan di wilayah studi, berupa peta genangan banjir. Peta genangan

yang didapatkan kemudian digunakan sebagai langkah awal mitigasi dalam

rangka pembuatan peta resiko rawan banjir akibat keruntuhan bendungan, yang

merupakan salah satu persyaratan dalam sertifikasi operasi Bendungan Gonggang.

1.4. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai analisis penelusuran banjir akibat keruntuhan

bendungan dengan studi kasus bendungan gonggang ini sebenarnya sudah pernah

dilakukan oleh PT. IKA ADYA PERKASA, dalam rangka menyusun Rencana

Tindak Darurat (RTD) bendungan gonggang (Balai Besar Wilayah Sungai

Bengawan Solo, 2011). Analisis dilakukan dalam dua kondisi, yaitu overtopping

dan piping, kedua analisis ini menggunakan bantuan program BOSS DAMBRK.

Pada penelitian terdahulu, menghasilkan bahwa bendungan gonggang tidak akan

mengalami overtopping dikarenakan elevasi muka air banjir hasil simulasi

menggunakan debit banjir maksimum (QPMF) adalah +812,33m, sedangkan elevasi

puncak bendungan berada pada +814,00m. Pada penelitian yang dilakukan

sekarang ini, simulasi menggunakan bantuan program HEC RAS versi 4.1.0,

mensimulasikan bahwa bendungan gonggang mengalami keruntuhan akibat

overtopping dan piping, dengan memasukkan beberapa parameter keruntuhan

bendungan serta melakukan penelusuran debit banjir di daerah hilir bendungan

yang paling ekstrim.

1.5. Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. penelitian dilakukan di daerah waduk dan hilir Bendungan Gonggang,

2. data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang didapatkan

dari Laporan Penyelesaian pekerjaan Supervisi Konstruksi Pembangunan

4

Bendungan Gonggang (PT. IKA ADYA PERKASA, 2011), serta peta digital

daerah penelitian,

3. ruas Sungai Gonggang yang ditinjau adalah dari Sta 10+000 (batas hilir)

sampai dengan Sta 0+000 (batas hulu) dengan panjang sungai total 11,07 km,

4. model keruntuhan bendungan, diasumsikan berdasarkan rumus empiris yang

digunakan dalam menentukan parameter penyebab keruntuhan bendungan,

5. konstruksi spillway, dimodelkan sebagai konstruksi bendung tetap,

6. tidak meninjau adanya bangunan-bangunan melintang pada alur sungai,

7. simulasi banjir tidak memperhatikan transpor sedimen di sungai,

8. selama simulasi diasumsikan tidak terjadi perubahan bentuk tampang lintang

sungai.