BAB 1 Profil Kab Agam

78
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014 belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun 2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 1 BAB. 1 PROFIL KABUPATEN

description

Profil

Transcript of BAB 1 Profil Kab Agam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2004 – 2014

belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus

hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan

pembangunan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah serta lemahnya

pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992, pada tahun

2009 telah dilakukan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Agam sehingga diharapkan dengan tersusunnya RTRW

Kabupaten Agam tahun 2010-2030 yang mengacu kepada undang-

undang penataan ruang yang baru, pemanfaatan ruang 20 tahun

kedepan dapat memberikan arahan yang lebih jelas serta mampu dan

berdampak luas terhadap mengantisipasi perkembangan wilayah

Kabupaten Agam baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 1

BAB. 1PROFIL KABUPATEN AGAM

1.1 LANDASAN HUKUM

Undang – Undang

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun

1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah

Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1958 tentang

Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Darurat Nomor 19

Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat

I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau menjadi Undang-Undang Republik

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor

112) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 2043);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3469);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang

Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3470);

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 Tentang

Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996

Nomor 3647);

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 2

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412);

10. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4247);

11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 134,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undang Republik Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang

Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun

2004, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

14. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2004 nomor 104, tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia nomor 4421);

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 3

15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132 Tahun 2004,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang

Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4722);

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4723);

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Tahun 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4725);

20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 84, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 4

21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4956);

22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4959);

23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4966);

24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5014);

25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5025);

26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 5

28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun

2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5074);

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996

tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara

Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998

tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000

tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3034);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004

tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4452);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005

tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4490);

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 6

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006

tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 46,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2006 Nomor 4624);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4655);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/

Kota, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009

tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5070);

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5099);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 7

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 1503);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010

tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5110);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5111);

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010

tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5112);

Keputusan Menteri

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata

Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata

Ruang Daerah;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

4. Peraturan Menteri PU No.11/PRT/2009 tentang Pedoman Persetujuan

Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tetang

Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata

Ruang Wialayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 8

5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

630/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut

Fungsi;

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

631/KPTS/M tahun 2009 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut

Status;

1.2 PROFIL TATA RUANG

1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Agam

Kabupaten Agam terletak pada kawasan yang sangat strategis, dimana

dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas Barat Sumatera

dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas

Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang berimplikasi pada perlunya

mendorong daya saing perekonomian, serta pentingnya memanfaatkan

keuntungan geografis yang ada.

1.2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Agam mempunyai luas daerah seluas 2.232,30 km²

atau (5,29 %) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang

memiliki luas 42.229,04 km². Secara geografis, Kabupaten

Agam berada pada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43” LS dan 990

46’ 39” – 1000 32’ 50”, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan

Kabupaten Pasaman Barat.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh

Kota.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang

Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar.

Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Berdasarkan data BPS dalam angka Tahun 2009, Kabupaten

Agam memiliki 16 kecamatan dan 82 Nagari. Disamping itu

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 9

Kabupaten Agam juga mempunyai sebuah danau yaitu Danau

Maninjau yang mempunyai luas perairan ± 9.950 Ha dengan

kedalaman 157 m dari permukaan air rata-rata.

Kabupaten Agam juga memiliki wilayah pantai dengan panjang

garis pantai ± 43 km dan memiliki 2 (dua) buah pulau yaitu pulau

Tangah dan Pulau Ujung dengan luas masing-masing pulau

seluas ± 1 Km². Kabupaten Agam juga memiliki dua buah

gunung, yaitu Gunung Merapi dengan ketinggian 2.891 m dpl

dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.877 m dpl. Selain

itu juga terdapat 3 aliran sungai yang cukup besar, yaitu Batang

Antokan, Batang Masang dan Batang Agam.

Gambar I.1 Citra Landsat Spot 5 Kab. Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 10

Tabel 1.1

Jumlah Kecamatan, Nagari, Luas Daerah di Kabupaten Agam Tahun 2005-2008

No Kecamatan

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Jumlah Nagari

Luas Daerah (km2)

Jumlah Nagari

Luas Daerah (km2)

Jumlah Nagari

Luas Daerah (km2)

Jumlah Nagari

Luas Daerah (km2)

1. Tanjung Mutiara 3 205,73 3 205,73 3 205,73 3 205,73

2. Lubuk Basung 5 278,40 5 278,40 5 278,40 5 278,40

3. Ampek Nagari 4 268,69 4 268,69 4 268,69 4 268,69

4. Tanjung Raya 9 244,03 9 244,03 9 244,03 9 244,03

5. Matur 6 93,69 6 93,69 6 93,69 6 93,69

6. IV Koto 11 173,21 11 173,21 7 68,80 7 68,80

7. Banuhampu 7 28,45 7 28,45 7 28,45 7 28,45

8. Sungai Pua 5 44,29 5 44,29 5 44,29 5 44,29

9. Ampek Angkek 7 30,66 7 30,66 7 30,66 7 30,66

10. Canduang 3 52,29 3 52,29 3 52,29 3 52,29

11. Baso 5 70,30 5 70,30 6 70,30 6 70,30

12. Tilatang Kamang

3 56,07 3 56,07 3 56,07 3 56,07

13. Kamang Magek 3 99,60 3 99,60 3 99,60 3 99,60

14. Palembayan 6 349,81 6 349,81 6 349,81 6 349,81

15. Palupuah 4 237,08 4 237,08 4 237,08 4 237,08

16 Malalak - - - - 4 104,41 4 104,41

Jumlah 81 2.232,30 81 2.232,30 82 2.232,30 82 2.232,30

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 11

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 12

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 13

DANAUMANINJAU

Gn. MERAPI

Gn. SINGGALANG

1.2.1.2 Topografi

Kabupaten Agam mempunyai kondisi topografi yang cukup

bervariasi, mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relatif

rendah, dengan ketinggian berkisar antara 0 - 2.891 meter dari

permukaan laut.

Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah

Kabupaten Agam, bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter

dpl, adapun pengelompokkan yang didasarkan atas ketinggian

adalah sebagai berikut:

1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55%

sebagian besar berada di wilayah barat yaitu Kecamatan

Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan

Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.

Gambar 1.2: Gunung api Maninjau dengan danau kawah dibandingkan besarnya Gunung Merapi – Singgalang yang mencapai 12 : 1

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 14

2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49%

berada pada wilayah Kecamatan Baso 725-1525 m dpl,

Kecamatan Ampek Angkek Canduang, Kecamatan Malalak

425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan

Palembayan 50 - 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325 -

1650 m dpl, Kecamatan Banuhampu 925-2750 m dpl dan

Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.

3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96%

meliputi sebagian Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl,

Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan Kecamatan

Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.

Kawasan sebelah barat merupakan daerah yang datar sampai

landai (0 – 8 %) mencapai luas 71.956 ha, sedangkan bagian

tengah dan timur merupakan daerah yang berombak dan

berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal (> 45%)

yang tercatat dengan luas kawasan 129.352 ha. Kawasan

dengan kemiringan yang sangat terjal (> 45%) berada pada

jajaran Bukit Barisan dengan puncak Gunung Merapi dan

Gunung Singgalang yang terletak di Selatan dan Tenggara

Kabupaten Agam.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 15

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 16

1.2.1.3 Klimatologi

Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam,

yaitu di daerah dataran rendah dengan temperatur minimum

250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung), sedangkan di

daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C

(Tilatang Kamang). Kelembaban udara rata-rata 88%,

kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran matahari

rata-rata 58%.

Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari

sampai dengan bulan Mei dan bulan September sampai bulan

Desember, sedangkan untuk musim kemarau berlangsung

antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data

base hidroklimat yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah

Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah hujan, yaitu:

1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa

bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A), berada di

sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian

wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.

2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa

bulan kering (daerah dengan tipe A1) mencakup sebagian

wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek

Angkek.

3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan

bulan kering selama 1-2 bulan berturut-turut meliputi

sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 17

4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan

bulan kering selama 1-2 bulan berturut- turut, meliputi

sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung

Raya.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 18

1.2.1.4 Geologi

Formasi batuan yang dijumpai pada daerah Kabupaten Agam

dapat digolongkan kepada Pra Tersier, Tersier, dan Kuarter

yang terdiri dari batuan endapan permukaan, sedimen,

metamorfik, vulkanik dan intrusi. Batuan induk yang berasal dari

zaman Pra Tersier terdiri dari batuan sedimen, vulkanik, dan

intrusi. Batuan yang berasal dari zaman Tersier bahwah atau

peralihan Tersier ke Kuarter berupa batuan vulkanik yang terdiri

dari lahar, aglomerat dan koluvium. Batuan dari zaman Kuarter

terdiri dari endapan permukaan dan vulkanik. Batuan vulkanik

terdapat di Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Danau

Maninjau.

Wilayah Kabupaten Agam yang ditutupi oleh jenis batuan beku

ekstrusif dengan reaksi intermediet (andesit dari Gunung

Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Tandikek, Danau

Maninjau, dan Gunung Talamau) seluas 68.555,10 ha

(32,43%), batuan beku ekstrusif dengan reaksi masam (pumis

tuff) seluas 55.867,90 ha (26,43%), batuan sedimen dengan

jenis batu kapur seluas 80.011,80 ha (3,79%), endapan

alluvium mencapai luas 48.189 ha (22,79%).

Struktur batuan yang terdapat di Pulau Sumatera Tengah-Barat

merupakan perbukitan bergelombang yang tersusun oleh

batuan vulkanik berupa batuan breksi, lava, batuan piroklastik

bersifat agak padu sampai padu, berumur tersier hingga

kuarter.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 19

Sementara untuk daerah sekitar Maninjau terjadi lekukan besar

kawah Maninjau yang saat ini berisi air danau merupakan hasil

dari ledakan maha dahsyat dari erupsi gunung api yang tipenya

hampir sama dengan ledakan maha besar dari Gunung api

Purba Toba.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 20

1.2.2 Kependudukan

1.2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Agam selama periode 5 tahun

telah terjadi peningkatan sebesar 13.784 jiwa, dimana pada

tahun 2004 penduduk Kabupaten Agam berjumlah 431.603 jiwa

dan pada tahun 2008 meningkat sebanyak 445.387 jiwa. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Tabel I.2 Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

No Tahun Jumlah Penduduk

1. 2004 431.603

2. 2005 435.276

3. 2006 439.611

4. 2007 443.857

5. 2008 445.387

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam

Grafik 1.1

Jumlah Penduduk di Kabupaten Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 21

Sumber : Badan Statistik Kabupaten Agam

1.2.2.2 Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam, masih relatif

kecil. Berdasarkan perhitungan rata-rata kepadatan penduduk di

Kabupaten Agam sebesar 200 jiwa/Km2., namun untuk beberapa

kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Bukittinggi,

tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi seperti di Kecamatan

Banuhampu dan Kecamatan Ampek Angkek.

Tabel I.3 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 22

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Grafik 1.2

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 23

No KecamatanLuas

(Km2)Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Km2)

1. Tanjung Mutiara 205,73 26.452 129

2. Lubuk Basung 278,40 62.132 223

3. Ampek Nagari 268,69 22.622 84

4. Tanjuang Raya 244,03 30.607 125

5. Matur 93,69 18.581 198

6. IV Koto 173,21 23.259 134

7. Banuhampu 28,45 33.207 1.167

8. Sungai Pua 44,29 23.033 520

9. Ampek Angkek 30,66 37.515 1.224

10. Canduang 52,29 23.179 443

11. Baso 70,30 33.112 471

12. Tilatang Kamang 56,07 32.718 584

13. Kamang Magek 99,60 20.605 207

14. Palembayan 349,81 33.759 97

15. Palupuah 237,08 13.981 59

16. Malalak - 10.635 -

Jumlah 2.232,30 445.387 200

Dari hasil analisa tingkat kepadatan penduduk, katagori tingkat

kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dikategorikan menjadi

3 yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan

tinggi. Untuk lebih jelasnya berikut tabel hasil analisis kepadatan

penduduk di Kabupaten Agam:

Tabel I.4

Analisis Katagori Tingkat Kepadatan Penduduk di Kabupaten Agam Tahun 2009

NoTingkat Kepadatan

PendudukRange Kecamatan

1. Kepadatan Rendah 0-447 jiwa/km2 Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjuang Raya, Matur, IV Koto, Canduang, Kamang Magek, Palembayan, Malalak.

2. Kepadatan Sedang 447-835 jiwa/km2 Sungai Pua, Baso, Tilatang Kamang.

3. Kepadatan Tinggi > 835 jiwa/km2 Banuhampu, Ampek Angkek

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 24

1.2.2.3 Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan guna memprediksi tingkat

perkembangan penduduk untuk 20 tahun kedepan, sehingga

diharapkan dari hasil proyeksi tersebut dapat diketahui

kebutuhan-kebutuhan saran dan prasarana yang diperlukan,

termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan.

Dari hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode

eksponensial, dapat diketahui bahwa pada tahun 2030,

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 25

diperkirakan penduduk Kabupaten Agam berjumlah 659,461 jiwa

atau terjadi penambahan penduduk sebesar 214.074 Jiwa.

Tabel I.5

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten AgamTahun 2009 - 2030

No TahunProyeksi

Jumlah Penduduk(Jiwa)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.

2009201020112012201320142015201620172018201920202021202220232024202520262027202820292030

453.404461.565469.873478.331486.941495.706504.629513.712522.959532.372541.955551.710561.641571.751582.043592.520603.185614.042625.095636.347647.801659.461

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

1.2.3 Potensi Bencana Alam

Kabupaten Agam merupakan daerah yang memiliki banyak bencana,

baik bencana alam maupun bencana geologi. Berdasarkan profil rawan

bencana yang telah disusun pada tahun 2008, jenis-jenis bencana yang

ada, dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Bahaya Sesar Aktif

Bahaya sesar aktif adalah bagian dari lempeng bumi yang

mengalami patahan atau tersesarkan dan masih bergerak hingga

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 26

saat ini. Sesar aktif ditunjukkan oleh bentuk kelurusan topografi

dimana lokasi pusat gempa terjadi disekitarnya.

Pada wilayah Kabupaten Agam, sesar aktif memotong 6 kecamatan

yang terdapat di Kabupaten Agam yaitu :

1. Kec. Palupuh

2. Kec. Palembayan

3. Kec. Matur

4. Kec. IV Koto

5. Kec. Banuhampu

6. Kec. Sungai Pua

Gambar I.3 : Sesar Sumatera sebagai daerah rawan gempa

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 27

AGAM

Gambar I.4: Hancuran permukaan (Ground surface rupture) akibat pergerakan sesar aktif ketika terjadi gempa bumi 6 Maret 2007 disepanjang sesar Solok hingga Bukittinggi. (Danny H. Natawijadja, Adrin Tohari, Eko Soebowo & Mudrik R. Daryono; EERI Special Earthquake Report May 2007)

2. Bahaya Seismisitas Gempa

Bahaya seismisitas gempa merupakan bencana yang terjadi

disebabkan oleh terlepasnya energi tektonik kerak bumi. Akibat

terpaan dari gelombang seismisitas gempa.

Di wilayah Kabupaten Agam zonasi kerusakan akibat terpaan

gelombang siesmik gempa berdasarkan analisis dapat diperlihatkan

pada Gambar I.5. Dari gambar tersebut kemungkinan zona

kerusakan paling tinggi, warna merah, tersebar disepanjang

Pegunungan Bukit Barisan, kurang lebih daerah yang

menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi sampai

sekitar Bonjol di sebelah barat laut. Zona kerusakan lebih rendah

diapit oleh dua sesar/patahan yang diperlihatkan oleh warna merah

muda.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 28

Gambar I.5: Hasil analisis probabilitas hazard 2% (atas) dan 10% (bawah) berdasarkan gempa periode ulang 50 tahunan (Petersen M.D. Dkk, 2004).

3. Bahaya Tsunami

Daerah lepas pantai Kabupaten Agam merupakan tempat dimana

subduksi tektonik terjadi. Distribusi pusat gempa dilepas pantai

menunjukkan potensi gempa yang menyebabkan terjadi tsunami

besar.

Untuk wilayah Kabupaten Agam yang termasuk dalam daerah yang

potensial terhempas hantaman tsunami adalah pada daerah sekitar

Jorong Subang-subang, Jorong Labuhan, Jorong Muara Putus,

Jorong Masang, dan Nagari Tiku Selatan dan sebagian Nagari

Bawan di Kecamatan Ampek Nagari.

4. Letusan Gunung Api

Pada wilayah Kabupaten Agam mempunyai 2 gunung aktif yaitu

Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Sebaran produk letusan dari

Gunung Marapi cenderung menuju ke arah tenggara sedangkan

letusan dari Gunung Tandikat menuju ke arah selatan.

Daerah-daerah yang perlu mendapat perhatian dari letusan gunung

api di Kabupaten Agam antara lain:

1. Letusan Gunung Marapi: aliran Batang Sarik, Lima Kampung,

Tabek, Kepala Koto, Lukok 1, Suraubaru, Padang laweh, Lubuk

dan Pulungan.

2. Letusan Gunung Tandikat: letusan ini tidak terlalu

membahayakan kecuali di sekitar daerah Toboh.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 29

Gambar I.6: Sebaran hasil letusan G. Marapi dan G. Tandikat (data PVMBG – DESD).

5. Bahaya Gerakan Tanah/Longsoran

Gerakan tanah/longsoran adalah proses pemindahan/pergerakan

massa tanah dan batuan karena pengaruh gaya gravitasi. Jenis

gerakan tanah yang umum dijumpai adalah: jatuhan (falls), gelincir

(slides), nendatan (slumps), aliran (flows) dan rayapan (creeps).

Gerakan tanah/longsoran terjadi akibat beberapa faktor seperti jenis

dan sifat batuan/tanah, sudut kemiringan lereng, curah hujan,

tutupan vegetasi, ulah manusia atau akibat pembangunan fisik dan

keteknikan.

Jatuhan (Debris Falls)

Jatuhan (Debris Falls) merupakan gerakan bebas dari massa

atau material tanah atau batuan yang berasal dari lereng curam.

Tipe jatuhan yang terdapat di Kabupaten Agam diwakili oleh

Batuan Tufa Kuarter seperti yang terdapat di Ngarai Sianok.

Batuan penyusunnya adalah pasir tufa yang sangat mudah

hancur dan lepas-lepas akibat rekahan-rekahan yang terdapat

didalamnya serta membentuk lereng sangat curam dan hampir

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 30

Gunung Marapi

Gunung Tandikat

tegak. Jatuhan terjadi akibat meresapnya air hujan ke dalam

batuan tufa yang porus sehingga menambah berat dari massa

batuan dan memperlemah ikatan antar rekahan dan pori di dalam

batuan tersebut. Proses lain yang dapat mengakibatkan

longsoran antara lain karena kikisan atau erosi maupun

pekerjaan galian dibagian dasar ngarai.

Gelinciran (Sliding)

Gelinciran (Sliding) adalah gerakan massa tanah atau batuan

sepanjang lereng perbukitan dan pegunungan yang terlepas dari

ikatan tanah atau batuan asalnya. Gelinciran berlangsung secara

cepat dan tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. Pergerakan

umumnya disebabkan oleh pertambahan massa air yang

bercampur dengan rombakan tanah atau batuan dan

mengakibatkan massa tanah atau batuan berkurang daya ikatnya

dan menjadi berat. Tanah atau batuan yang menyusun tipe

gelinciran pada umumnya terjadi dari massa pasiran atau

bongkah-bongkah batuan lepas dalam beberapa ukuran mulai

dari ukuran kerikil sampai bongkahan berukuran besar lebih dari

5 meter. Di Kabupaten Agam tipe gelinciran paling banyak

dijumpai diberbagai dinding jalan dan lereng/lembah sungai

dalam berbagai ukuran seperti yang terdapat di sekitar nagari

Galapung Sungai lintabung sebelah selatan Danau Maninjau.

Nendatan (Slumps)

Longsoran ini dikenali oleh adanya retakan dipermukaan.

Pergerakan longsoran diperlihatkan dari bentuk permukaan

berupa lingkaran atau bentuk tapal kuda. Di Kabupaten Agam,

longsoran tipe ini terdapat disekitar lereng luar Gunung Maninjau

yaitu di jalan antara Koto Tuo – Balingka di jalan masuk ke

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 31

stasiun transmisi Telkom dan di jalan antara Matur –

Palembayan.

Gambar I.7: Gerakan tanah Avalance/Longsoran Aliran di Nagari Malalak Selatan

Tabel I.6Bencana Gerakan Tanah/Longsor di Kabupaten Agam

No Keterangan Kecamatan Nagari

1 2 3 4

1. Jatuhan (Debris Falls)

Tanjung Raya Tanjung- Sani Sungai Batang Maninjau

Palembayan Baringin- Ampek Koto Palembayan Tigo Koto Silungkang

Lubuk Basung Lubuk BasungAmpek Nagari Batu KambiangMatur Matua HiliaIV Koto Balingka

Koto GadangMalalak Malalak TimurPalupuh Koto Rantang

Pasia Laweh Pagadih

1 2 3 4

2. Gelinciran (Sliding)

Palembayan Baringin Ampek Koto Palembayan Tigo Koto Silungkang

Lubuk Basung Lubuk Basung

Ampek Nagari Batu Kambing

Matur Matua Hilir

Palupuh Koto Rantang

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 32

Pasia Laweh

3. Nendatan (Slumps)

Matur Tigo Balai

Palembayan Baringin Sungai Pua

IV Koto Balingka

Malalak Malalak Utara

6. Banjir

Banjir terjadi apabila ekses atau kelebihan air tidak dapat ditampung

pada tempatnya sehingga melimpah keluar. Tempat penyimpanan

air secara alamiah diantaranya adalah sungai, rawa, danau atau

bendungan. Daerah banjir terjadi sepanjang aliran sungai seperti

Batang Tiku dan Batang Sungai Pingai, Batang Kalulutan, Batang

Dareh, Batang Bawan, Batang Sitanang, bagian hilir dari Batang

Simpang Jernih dan Simpang Keruh dan Batang Layah. Banjir pada

sungai – sungai tersebut di atas pada umumnya terbatas pada

morfologi dataran banjir (flood plain). Selain dari lokasi – lokasi

tersebut banjir juga terjadi pada daerah rawa yang terdapat di

sekitar dataran pantai, yang juga berhubungan dengan aliran sungai

di bagian hilir.

Lokasi banjir di wilayah Kabupaten Agam antara lain :

Kecamatan Palembayan: Nagari Salareh Aia.

Kecamatan Lubuk Basung: Nagari Lubuk Basung.

Kecamatan Ampek Nagari: Nagari Bawan, Nagari Batu

Kambiang, Nagari Sitalang.

Kecamatan Tanjung Mutiara: Nagari Tiku V Jorong.

Kecamatan IV Koto: Nagari Balingka.

Kecamatan Tilatang Kamang: Nagari Koto Tangah.

Kecamatan Palupuh: Nagari Pasia Laweh.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 33

Gambar I.8 Banjir di Ampek Nagari dan di Manggopoh

7. Abrasi

Abrasi merupakan salah satu bagian dari proses perubahan muka

air laut setempat yang dalam istilah ilmiah disebut relative sea level

change (RSLC). Abrasi atau erosi garis pantai mengubah garis

pantai berpindah ke arah daratan. Lawan dari abrasi adalah akresi

atau sedimentasi yang menyebabkan garis pantai maju ke arah laut.

Proses yang terlibat dalam perubahan garis pantai diakibatkan oleh

banyak hal diantaranya kondisi geologi dan morfologi pantai, kondisi

ekologi, klimatologi dan oseanologi. Dari semua faktor tersebut di

atas pengaruh gelombang dan arus laut merupakan faktor dominan.

Gelombang berfungsi menghancurkan sedimen yang menyusun

garis pantai dan arus laut mengangkut hasil rombakan searah

dengan arah arus laut.

Pada wilayah Kabupaten Agam, wilayah yang terkena abrasi yaitu :

1. Masang (800 meter).

2. Ujungmasang (1.100 meter).

3. Muaraputus (300 meter).

4. Ujung Labung (500 meter).

5. Pasia Paneh (200 meter).

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 34

6. Pelabuhan Tiku (100 meter).

Gambar 1.9 Abrasi dan akresi pantai di Kabupaten Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 35

Abrasi

Akresi

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 36

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 37

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 38

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 39

1.2.4 Potensi Sumberdaya Alam

Sumber Daya Alam yang terdapat di Kabupaten Agam terdiri atas

sumber daya alam pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

perikanan dan kelautan serta mineral dan pertambangan.

1.2.4.1 Sektor Pertanian

Perkembangan tanaman padi sawah untuk periode tahun 2006

hingga tahun 2008 dapat di gambarkan sebagai berikut, luas

baku lahan yang tersedia di wilayah Kabupaten Agam untuk

periode 2006-2008, tidak terjadi penambahan maupun

pengurangan lahan, dimana berdasarkan data yang ada, luas

baku lahan yang tersedia seluas 28.819 Ha. Sementara untuk

luas tanam dalam periode 2006-2008 terjadi penurunan sekitar

4,41 %.

Tabel I.7

Perkembangan Tanaman Padi Sawah Tahun 2006-2007

No. Uraian

Tahun Perkembangan

2005 2006 2007 2007-2008 %

1. Luas Baku Lahan (ha) 28.819 28.819 28.819 - 0,00

2. Luas Tanam (ha) 52.715 53.449 51.192 -2.257 -4,41

3. Luas Panen (ha) 49.585 51.157 51.462 305 0,59

4. Produksi (Ton) 233.490 233.561 243.119 9.558 3,93

5. Produktivitas (Ton/ha) 4,71 4,57 4,72 0,15 3,18

6. IP (%) 182,92 185,46 182,92 -2,54 -1,39

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 40

1.2.4.2 Sektor Perkebunan

Untuk sektor perkebunan, produksi tertinggi di sektor ini adalah

jenis produksi kelapa sawit yang mencapai 182,740 ton, dimana

sebaran perkebunan yang ada di Kabupaten Agam tersebar di

wilayah Barat Kabupaten Agam.

Tabel I.8 Produksi Pekebunan di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis ProduksiLuas Panen

(Ha)Produksi (Ton)

1. Tanaman Perkebunana. Kelapa Dalam 11.150 32.916

b. Kelapa Sawit 8.764 182.740

c. Karet 814 913

d. Cengkeh 414 54

e. Kulit Manis 7.493 17.542

f. Kopi 3.297 2.078

g. Gardamunggu 106 52

h. Kemiri 297 2.224

i. Pinang 2.520 9.671

j. Pala 1.051 2.350

k. Tebu 3.983 20.627

l. Temulawak 1 1

m. Jahe 4 15

n. Laos 2 8

o. Kunyit 6 18

p. Kejibeling 1 1

q. Kapulaga 1 1

r. Kakao 1.227 1.065

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 41

1.2.4.3 Sektor Peternakan

Kondisi geografis yang sangat beraneka ragam, tentunya sangat

mempengaruhi keragaman jenis ternak. Untuk jenis ternak sapi

yang ada di Agam wilayah timur umumnya jenis sapi Simenthal

dan Brahman, sedangkan Agam wilayah Barat lebih dominan

dengan jenis peranakan Onggole (PO), dengan tingkat populasi

ternak sapi terbesar adalah jenis sapi potong yang mencapai

32.017 ekor. Sementara untuk populasi terbesar sektor

peternakan yang ada di Kabupaten Agam adalah jenis ternak

ayam buras yang mencapai 432.315 ekor. Untuk lebih memberi

gambaran tentang populasi ternak yang ada di Kabupaten

Agam, dapat dilihat pada tabel .

Tabel I.9 Populasi Ternak di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Ternak Populasi (Ekor)

1. Sapi Potong 32.017

2. Sapi Perah 40

3. Kerbau 17.787

4. Kuda 172

5. Kambing dan Domba 13.187

6. Ayan Buras 432.315

7. Ayam Ras Petelur 161.548

8. Ayam Ras Pedaging 53.673

9. Itik 105.167

10. Puyuh 44.787

11. Anjing 31.778

12. Kelinci 7.320

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Agam tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 42

1.2.4.4 Sektor Kehutanan

Luas hutan berdasarkan fungsi yang ada di Kabupaten Agam

berdasarkan peta Padusarasi RTRW-TGHK tahun 1996/1997

adalah 85,883.40 Ha atau sekitar 38,51 % dari luas keseluruhan

wilayah Kabupaten Agam. Adapun perincian luas hutan di

Kabupaten agam adalah: Hutan PPA seluas, 27,533.40 Ha,

Hutan Lindung seluas 31,560.00 Ha, Hutan Produkasi seluas

6,140.00 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 20,883.40.

Tabel I.10 Luas Hutan di Kabupaten Agam

No Jenis Luas (Ha)

1. Hutan PPA 27.533,40

2. Hutan lindung 31,560,00

3. Hutan produksi 6,140,00

4. Hutan produksi terbatas 20,650,00

Jumlah 85.883,40

Sumber : TGHK dan RTRWP Dati II Agam Th 1996/1997

1.2.4.5 Sektor Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas

laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan

umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya

mencapai 10.518 Ha.

Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara,

dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan

tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan

layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan

budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah

keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan

jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 43

pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi dan

sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di

Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten

Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang

Antokan dan Batang Tiku.

Tabel I.11

Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Kabupaten Agam Tahun 2007

No Jenis Produksi Hasil Tangkapan (Ton)

1. Ikan Laut 4.966,8

2. Budidaya 55.670,35

3. Perairan Umum 755,98

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam Tahun 2008

Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3

jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum.

Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis

yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah

tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum

memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98

ton.

Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten

Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan

pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit

pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi

ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan

jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 44

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 45

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 46

1.2.4.6 Sektor Mineral dan Pertambangan

Tingkat pemanfaatan sumber daya mineral dan energi di

Kabupaten Agam masih sangat rendah. Sedangkan potensi

sumber daya mineral dan energi yang terkandung di wilayah ini

sangat potensial. Oleh karena itu prospek pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya mineral dan energi masih sangat

terbuka.

Potensi bahan galian tambang golongan B yang dimiliki daerah

ini seperti biji besi di Kecamatan Matur, pasir besi di Kecamatan

Tanjung Mutiara. Sedangkan potensi bahan galian golongan C

seperti andesit, granit, dolomit, dan marmer terdapat di

Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Palupuh, Kecamatan

IV Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur,

Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung.

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Provinsi Sumatera Barat, terdapat beberapa izin pertambangan

yang ada di Kabupaten Agam sampai akhir tahun 2008. Ijin

pertambangan yang diberikan bervariasi, dari mulai izin

eksplorasi, pengolahan, penyelidikan umum, pengangkutan dan

penjualan sampai pada ijin eksplorasi. Untuk bahan galian yang

mendapat ijin terdiri dari bahan galian pasir besi, dolmit dan

juga batu kapur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

I.19, I.20 dan I.21.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 47

Tabel I.12

Potensi Sumber daya Mineral di Kabupaten Agam tahun 2007

No Jenis Lokasi Potensi Keterangan

1 2 3 4 51. Batu Kapur Palembayan, Palupuh dan Padang

TarokSumber daya Penyelidikan umum

Simarasok 109.375.000 ton -

Kecamatan Baso 9.375.000 ton (hipotetik)

-

Kamang Mudik, Kecamatan Kamang Magek

25.000.000 ton (hipotetik)

-

2. Marmer Kamang, Kecamatan Kamang Magek

500.000.000 ton (sumber daya)

Penyelidikan umum

Matur Sumber daya Penyelidikan umum

Kecamatan Palupuh 62.500.000 ton (700 ha) sumber daya

-

3. Dolimit Mudik Pauh, Kecamatan Palupuh 5.900.000 ton (45 ha) sumber daya

Sebagian sudah diusahakan oleh PT Bukit Ayu Tunas LestariUnsur MgO = 17,93-20,86CaO = 30,20 – 32,0%SiO = ttd – 0,6%Fe2O3 = 0,10 – 0,30%SiO2 = 1,76 – 2,24%

4. Kalsit Tersebar di Kecamatan Baso Sumber daya Penyelidikan umum

5. Fosphat Ngalau Baja, Biaro, Durian dan Bunian

Sumber daya Penyelidikan umum

6. Granit Bukit Cimpago, Malalak Cimpago Kecamatan IV Koto

Sumber daya Penyelidikan umum

Bukit Antokan, Bukit Masang, Bukit Labuhan, dan Bukit Pandih Dusun Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara

Sumber daya Penyelidikan umumGranit kemungkinan dalam bentuk stock granodiorit, berwarna abu-bau tua kehitaman, masif, fanerik halus, sedang,subhedral, equigranular, kuarsa, arthoktas hornblende, plagioklas keras.

7. Andesit Batu Kambing, Malabur dan batang Dareh, Kecamatan Lubuk Basung

Sumber daya Penyelidikan umum

Ladang hutan dan Panambahan Kecamatan Baso

Sumber daya Penyelidikan umumHutan lindung

Paninggiran Ateh, Paninggiran Bawah dan Bukit Bateh Dagang, Kecamatan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

8. Trass Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa berbatu apung

Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Sumber daya Penyelidikan umum

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 48

Kambing, Sipisang dan Tilatang Kamang

1 2 3 4 5

9. Balerang Koto Baru 100 ton (hipotetik) Penyelidikan umum

10. Tufa Tersebar di Kecamatan Matur 5.280.000 M3 Sebaran dalam satuan batuan tufa berbatu apung, berupa jarum-jarum gelas (0,1) bersifat lepas, mudah terurai.

Tersebar di Kecamatan Palupuh 61.600.000 M3 Penyelidikan umum

Baso, Palembayan, IV Koto, Batu Kabing, Sipisang dan Tilatang Kamang

Sumber daya Penyelidikan umum

11. Dunit Harzburgit

Sungai Air, Tiga Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan

50 Ha (Sumber daya) Penyelidikan umum

Dunit merupakan batuan beku ultra basa yang berwarna abu-abu, masif, holokristalin, fenerik kasar, anhedral equigranular, didominasi oleh mineral olive dan sedikit plagioklas. MgO = 33-47%

12. Toseki Tersebar di Kecamatan palembayan dan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

Luas sebaran toseki di Palembayan mencapai 200 ha.

13. Pasir dan Batu Tersebar di Sungai Batang Jabur (Baso dan IV Angkat Canduang), Mancung, Padang Tarab (Baso), Batang Masang (Palembayan), dan Batang Bawan (Lubuk Basung)

Sumber daya Pasir dan batu (sitru) berupa sitru sungai dan daerah limbah banjir.

14. Tanah Liat Tersebar pada lereng perbukitan sisi utara Danau Maninjau mulai dari Malabur-Lubuk Basung sampai Matur. Dan Komplek perbukitan Gunung Sirabungan dari Pagadis Hilir Ampai Nan Limo, Kecamatan Palupuh

Sumber daya Penyelidikan umum

Sebaran tanah liat umumnya merupakan perbukitan landai bergelombang dan tingkat keseburan tanah yang kurang subur.

15. Pasir Besi Desa Durian Kapeh dan Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara

Diluar sempadan (200 m dari garis pantai)

2.800 M3 (spekulatif), luas wilayah ± 2.500 ha

Pada sempadan pantai ± 80 ha (4 km x 200 m)

60.000 M3 (spekulatif)

Sebagian sedang diusahakan oleh PT Andalas Minang Malindo

16. Emas Desa Pagadis Sei. Guntung dan Pasir Lawas Kecamatan Palupuh

337.500 ton (spekulatif)

Luas wilayah 24 Ha.

Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 49

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 50

1.2.4.7 Sektor Pariwisata

Objek wisata yang dapat ditemukan di daerah Kabupaten Agam,

sangat beragam dan berpotensi untuk dikembangkan. Objek

wisata tersebut antara lain wisata alam, wisata sejarah atau situs

budaya, seni budaya dan wisata minat khusus. Oleh karena

beragamnya objek wisata tersebut maka Agam menjadi daerah

tujuan wisata yang utama di Sumatera Barat.

Adapun bentuk potensi wisata alam adalah berupa keindahan

alam yang mempesona karena masih sangat alami, dengan

adanya perbukitan/pegunungan, air terjun, pemandian, panorama

danau, lembah, lautan dan pantai. Semua objek wisata alam

yang terdapat di Kabupaten Agam terdata lebih kurang 56 objek,

dan mayoritas terdapat dikawasan barat seperti Kecamatan

Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara.

Sementara itu, potensi wisata sejarah dan budaya dalam wujud

benda-benda bukti sejarah yang tangible (berwujud) dan

intangible (tidak berwujud). Sedangkan potensi wisata minat

khusus adalah dalam bentuk arung jeram, buru babi, paralayang

dan perahu naga.

Ragam Potensi Alam dan Budaya Kabupaten Agam

Potensi alam sebagai objek wisata di Kabupaten Agam terdapat

sebanyak 56 objek wisata antara lain: Danau Maninjau, Puncak

Lawang, Kelok 44, Ambun Pagi, Air Panas, Telaga Anggrek, Air

Tiga Raso, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Aia Janiah, Bunga

Raflesia, Bandar Mutiara, Pulau Ujung dan Pulau Tangah dan

lain-lain.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 51

Disamping itu terdapat 61 objek wisata budaya, 11 objek wisata

sejarah, 84 kegiatan wisata minat khusus.

Sebagai penunjang kawasan wisata, aksesibilitas menuju

kawasan wisata berupa prasarana jalan sudah cukup baik.

Sudah terdapat empat buah hotel berbintang dengan 196 kamar

dan 377 buah tempat tidur. Hotel non bintang (hotel melati)

berjumlah 32 buah dilengkapi dengan 286 kamar dan 513 tempat

tidur. Tenaga kerja pada hotel berbintang 139 orang dan 90

orang pada hotel Melati. Rumah makan yang ada sebanyak 53

buah dengan tenaga kerja sebanyak 238 orang.

Kunjungan wisatawan selama tahun 2008 berjumlah 77.743

orang terdiri dari wisatawan nusantara 69.895 orang dan

wisatawan mancanegara sebanyak 7.848 orang.

Tabel 1.13

Jumlah Objek Wisata Berdasarkan Jenis Menurut Kecamatan Tahun 2007

No Kecamatan Alam BudayaMinat

KhususJumlah

1 Tanjung Mutiara 3 - 5 8

2 Lubuk Basung 1 - 5 6

3 Ampek Nagari - - 6 6

4 Tanjung Raya 11 - 10 21

5 Matur 6 - 7 13

6 IV Koto 2 - 6 8

7 Malalak 3 - 4 7

8 Banuhampu 2 - 4 6

9 Sungai Pua 2 - 4 6

10 IV Angkat Canduang 1 - 3 4

11 Canduang 3 - 4 7

12 Baso 5 - 6 11

13 Tilatang Kamang 2 - 4 6

14 Kamang Mangek 3 - 4 7

15 Palembayan 5 - 6 11

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 52

16 Palupuh 7 - 6 13

Total 56 - 84 140

Sumber : BPS Tahun 2008

1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah

1.2.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui

perkembangan nilai nominal PDRB yang merupakan

perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan

perkembangan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh unit ekonomi.

Pada tahun 2004 secara nominal terjadi kenaikan PDRB atas

dasar harga berlaku sebesar 448.922,81 juta rupiah, dari

2.106.790,66 juta rupiah menjadi 2.555.713,47 juta rupiah.

Namun kenaikan ini belum mencerminkan perbaikan

perkembangan ekonomi secara riil karena masih mengandung

unsur inflasi. Secara riil, pertumbuhan ekonomi wilayah dapat

dilihat dari perkembangan nilai PDRB yang dihitung atas dasar

harga konstan tahun 2004 yang mencapai 2.066.647,63 juta

rupiah, naik menjadi 2.190,815,65 juta rupiah pada tahun 2005.

artinya, perekonomian Wilayah Kabupaten Agam pada tahun

2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,71%.

Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk, nilai PDRB perkapita

Kabupaten Agam mengalami peningkatan yang signifikan setiap

tahunnya dalam lima tahun terakhir ini (terhitung sejak tahun

2004). Hal ini disebabkan oleh cukup tingginya peningkatan

nominal PDRB dan relatif rendahnya pertumbuhan penduduk

Kabupaten Agam. PDRB perkapita dihitung berdasarkan nilai

total PDRB dengan jumlah penduduk kabupaten pertengahan

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 53

tahun pada tahun yang sama. Lebih rincinya mengenai

pekembangan nilai PDRB perkapita selama 5 tahun dapat dilihat

pada tabel 1.15.

Tabel I.14

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Agam Pada Tahun 2004-2007

No Tahun Nilai Nominal (Rp)

1 2004 2.555.713,47

2 2005 2.867.878,81

3 2006 3.377.957,22

4 2007 3.924,766,90

Sumber: BPS Kabupaten Agam, 2008

Tabel I.15

Kontribusi PDRB Sektoral Kab. Agam Berdasarkan Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Kerja Tahun 2004-2007

NoLapangan

Usaha2004 % 2005 % 2006 % 2007 %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pertanian 685.611,11 33,18 749.063,79 34,19 813.823,80 35,00 884.512,79 35,83

a. Pertanian Tanaman Pangan

385.715,25 18,66 406.621,01 18,56 439.972,21 18,92 476.124,31 19,28

b. Perkebunan 190.271,46 9,21 225.183,14 10,28 250.760,15 10,78 279.304,07 11,31

c. Peternakan dan hasil-hasilnya

59.602,73 2,88 63.049,10 2,88 65.673,35 2,82 68.433,89 2,77

d. Kehutanan 16.203,69 0,78 17.967,81 0,82 18.433,18 0,79 18.708,39 0,76

e. Perikanan 33.817,98 1,64 36.242,73 1,65 38.984,91 1,68 41.942,13 1,69

2. Pertambangan & Penggalian

80.210,87 3,88 84.654,54 3,86 88.977,89 3,83 93.586,76 3,79

a. Minyak dan gas bumi

- - - - - - - -

b. Pertambangan tanpa migas

- - - - - - - -

c. Penggalian 80.210,87 3,88 84.654,54 3,86 88.977,89 3,83 93.586,76 3,79

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 54

3. Industri Pengolahan

304.965,84 14,76 314.602,77 14,36 327.923,50 14,10 341.875,08 13,84

a. Industri migas - - - - - - - -

b. Industri tanpa migas

304.965,84 14,76 314.602,77 14,36 327.923,50 14,10 341.875,08 13,84

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4. Listrik, Gas dan Air Minum

18.690,13 0,90 19.839,07 0,91 21.232,67 0,91 22.752,34 0,92

a. Listrik 17.623,47 0,85 18.688,94 0,85 20.003,01 0,86 21.434,70 0,87

b. Gas - - - - - - - -

c. Air bersih 1.066,66 0,05 1.150,13 0,05 1.229,66 0,05 1.317,64 0,05

5. Bangunan 94.327,17 4,56 98.487,02 4,50 103.554,24 4,45 108.906,29 4,41

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

364.414,82 17,63 383.676,68 17,52 407.574,24 17,53 432.916,64 17,54

a. Perdagangan besar dan enceran

348.427,38 16,86 367.134,25 16,76 390.186,61 16,78 414.817,59 16,80

b. Hotel 7.220,86 0,35 7.409,41 0,34 7.715,76 0,33 8.038,37 0,33

c. Restoran 8.766,58 0,42 9.133,02 0,42 9.671,87 0,42 10.060,68 0,41

7. Pengangkutan & Komunikasi

92.796,55 4,49 98.710,51 4,51 102.693,90 4,42 107.251,63 4,34

a. Pengangkutan 86.135,70 4,17 91.484,18 4,18 95.018,85 4,09 98.830,57 4,00

1. Angkutan rel - - - - - - - -

2. Angkutan jalan raya

85.061,69 4,12 90.352,52 4,12 93.811,55 4,03 97.542,07 3,95

3. Angkutan air 245,57 0,01 249,24 0,01 256,27 0,01 262,59 0,01

4. Angkutan udara

- - - - - - - -

5. Jasa penunjang angkutan

831,44 0,04 882,42 0,04 951,03 0,04 1.025,90 0,04

b. Komunikasi 6.660,85 0,31 7.226,33 0,33 7.675,05 0,33 8.421,06 0,34

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

73.690,57 3,57 78.823,03 3,60 82.437,83 3,55 86.427,68 3,50

a. Bank 17.070,85 0,84 18.651,27 0,85 19.583,35 0,84 20.593,92 0,83

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 55

b. Lembaga keuangan tanpa bank

9.713,15 0,45 10.771,89 0,49 11.217,46 0,48 11.792,91 0,48

c. Sewa bangunan

46.637,84 2,27 49.123,64 2,24 51.352,28 2,21 53.746,36 2,18

d. Jasa perusahaan

268,73 0,01 276,23 0,01 284,74 0,01 294,49 0,01

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

9. Jasa-jasa 351.940,57 17,36 362.958,24 16,57 376.942,98 16,21 390.532,61 15,82

a. Pemerintah umum

307.044,15 15,20 315.224,75 14,39 326.989,47 14,06 338.191,97 13,69

b. Swasta 44.896,42 2,16 47.733,49 2,18 49.953,51 2,15 52.341,03 2,12

1. Sosial kemasyarakatan

10.048,39 0,49 10.549,81 0,48 11.224,60 0,48 11.971,97 0,48

2. Hiburan dan rekreasi

759,68 0,04 808,00 0,04 836,20 0,04 879,69 0,04

3. Perorangan dan rumahtangga

34.088,35 1,63 36.375,68 1,66 37.892,71 1,63 39.489,37 1,60

Jumlah PDRB 2.066.647,63 100,00 2.190.815,65 100,00 2.325.161,05 100,00 2.468.761,82 100,00

Sumber: PDRB 2005-2008, BPS Kab. Agam, dan Kab. Agam Dalam Angka 2008

Secara umum, semua sektor sampai tahun 2007 mengalami

pertumbuhan yang positif, kecuali sektor pengangkutan dan

komunikasi dan jasa- jasa yang mengalami pertumbuhan negatif

pada tahun 2007

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sektor yang tingkat

pertumbuhannya tetap positif selama kurun waktu 2004-2007

adalah sektor listrik dan air bersih. Sedangkan sektor yang paling

besar mengalami kemunduran (penurunan negatif) adalah sektor

perdagangan besar dan eceran dan hotel, pengangkutan dan

komunikasi serta jasa-jasa. Dari kedua hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa sektor listrik dan air bersih merupakan

sektor yang paling kuat bertahan (stabil) di Kabupaten Agam,

sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran dan hotel,

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 56

pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa merupakan sektor

yang paling rapuh atau mudah berfluktuasi.

1.2.5.2 Sektor-Sektor Basis Kabupaten

Jika dilihat dari kegiatan ekonomi yang paling produktif, maka

wilayah ini merupakan wilayah yang masih bergantung terhadap

kegiatan primer, tepatnya kegiatan pertanian yang merupakan

penyumbang terbesar terhadap PDRB Kab. Agam, yang disusul

oleh kegiatan perdagangan, industri dan jasa. Dengan kondisi

perekonomian seperti itu, maka kegiatan perdagangan, industri

dan jasa sebaiknya lebih diarahkan kepada kegiatan

perdagangan, industri dan jasa yang mendukung kegiatan

pertanian, ataupun kegiatan yang mendukung pariwisata

mengingat besarnya sektor pariwisata untuk terus

dikembangkan.

Kondisi lain yang juga perlu untuk dicermati berkaitan dengan

struktur ekonomi Kabupaten Agam adalah penelaahan sektor–

sektor yang menjadi sektor basis dan non-basis. Dari data hasil

olahan dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

1993 nampak beberapa sektor yang menjadi sektor basisi

dimana sektor tersebut memiliki angka LQ lebih besar dari 1.

Dari sektor primer terdapat beberapa sektor yang menjadi sektor

basis yaitu sektor tanaman bahan makanan, sektor tanaman

perkebunan serta sektor peternakan. Ketiga sektor tersebut

dapat dikatakan telah dapat memenuhi kebutuhan didalam

perekonomian Kabupaten Agam bahkan telah dapat pula di

ekspor ke luar kabupaten tersebut. Hal ini menjadikan ketiga

sektor tersebut adalah sektor basis.

Sementara itu untuk sektor sekunder yang dalam hal ini adalah

sektor industri pengolahan yang dimiliki oleh Kabupaten Agam

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 57

memiliki kondisi yang juga menjadikan sektor tersebut adalah

sektor basis. Output yang dihasilkan oleh sektor industri

pengolahan kabupaten ini tidak hanya di arahkan pada

pemenuhan kebutuhan didalam perekonomian Kabupaten Agam

namun juga untuk memenuhi kebutuhan yang terdapat diluar

perekonomian kabupaten tersebut.

Dilihat dari kondisi sebagaimana diuraikan di atas nampak

perekonomian Kabupaten Agam memiliki banyak sektor basis

dan hal ini merupakan salah satu keunggulan dari perekonomian

tersebut. Dilain pihak dengan kenyataan bahwa sektor primer

dan sektor sekunder telah dapat menjadi sektor basis maka

perekonomian kabupaten ini telah berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan untuk perekonomian diluar kabupaten.

Tabel I.16Penghitungan Location Quotient Kabupaten Agam 2005 – 2008

No Sektor 2005 2006 2007 2008

1 Tanaman Bahan Makanan 1.76 1.93 1.95 1.98

2 Tanaman Perkebunan 1.45 1.37 1.39 1.39

3 Peternakan 1.16 1.15 1.17 1.25

4 Kehutanan 0.40 0.37 0.38 0.35

5 Perikanan 0.42 0.44 0.46 0.51

6 Pertambangan & Penggalian 0.81 0.82 0.86 0.87

7 Industri Pengolahan 1.16 1.14 1.15 1.21

8 Listrik 0.78 0.78 0.75 0.83

9 Air Bersih 0.39 0.38 0.38 0.45

10 Bangunan 1.10 1.08 1.08 1.14

11 Perdagangan besar & Eceran 1.13 1.12 1.12 1.16

12 Hotel 2.00 1.83 1.90 2.32

13 Restoran 0.78 0.80 0.81 0.80

14 Pengangkutan 0.34 0.37 0.36 0.39

15 Komunikasi 0.25 0.27 0.26 0.26

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 58

No Sektor 2005 2006 2007 2008

16 Bank 0.42 0.43 0.42 0.46

17 Lembaga Keuangan tanpa Bank & Jasa Penunjang Keuangan 0.36 0.33 0.32 0.35

18 Sewa Bangunan 0.95 0.95 1.02 1.13

19 Jasa Perusahaan 0.15 0.15 0.16 0.17

20 Jasa-jasa 0.92 0.91 0.96 0.98

Sumber : Hasil Analisis, 2009

1.3 ISU – ISU STRATEGIS

Perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari isu-isu strategis, terkait

dengan hal tersebut dapat disampaikan beberapa isu-isu strategis, antara

lain:

1. Secara geografis terletak pada daerah rawan bencana (tsunami,

gempa, gerakan tanah/lonsor, banjir, abrasi serta letusan gunung

api);

2. Posisi Kabupaten Agam yang terletak pada kawasan yang sangat

strategis yang dilalui jalur Lintas Tengah Sumatera dan Jalur Lintas

Barat Sumatera dan dilalui oleh Fider Road yang menghubungkan

Lintas Barat, Lintas Tengah dan Lintas Timur Sumatera yang

berimplikasi pada perlunya mendorong daya saing perekonomian,

pentingnya memanfaatkan keuntungan geografis;

3. Masih adanya kesenjangan antar wilayah dalam Kabupaten Agam,

ketimpangan pembangunan antara Agam wilayah Timur dan Agam

wilayah Barat, dimana Agam wilayah Timur (Kecamatan Banuhampu,

Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Sungai

Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang dan

Kecamatan IV Koto) yang berbatasan langsung dengan Kota

Bukittinggi lebih berkembang dibanding dengan Agam wilayah Barat

(Kecamatan Malalak, Kecamatan Matur, Kecamatan Tanjung Raya,

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 59

Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Palembayan, Kecamatan

Tanjung Mutiara, Kecamatan Palupuh).

4. Disamping itu Kabupaten Agam terletak pada Pantai Barat

Sumatera (± 43 Km) yang dapat memanfaatkan sumber daya laut

seperti perikanan tangkap;

5. Penurunan luas kawasan hutan dan kawasan resapan air, serta

meningkatnya luas DAS kritis yang disebabkan alih fungsi lahan

untuk perkebunan serta adanya penebangan liar;

6. Basis perekonomian Kabupaten Agam masih berada pada sektor

primer yang berpotensi untuk dikembangkan;

7. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum terkelola dengan baik

seperti Kawasan Danau Maninjau, sumber-sumber energi terbarukan,

potensi wisata sehingga belum berjalan secara sinergis yang

berdampak kepada tingkat kesejahteraan masyarakat (tingginya

angka kemiskinan (KK) dan masih rendah angka IPM)

8. Masih terbatasnya penyediaan prasarana dan sarana dalam

mendukung pengembangan wilayah.

RTRW Kab. Agam 2010-2030 I - 60