BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan...

63
BANK INDONESIA PALU BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL 7

Transcript of BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan...

Page 1: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

7

Page 2: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

8

KAJIAN EKONOMI REGIONAL 

PROVINSI SULAWESI TENGAH 

TRIWULAN I – 2008 

KANTOR BANK INDONESIA PALU

Page 3: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

9

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

pencapaian inflasi yang rendah dan stabil

Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan

Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : 0451 - 421181 Fax : 0451 - 421180 Email : [email protected]; [email protected] Homepage : www.bi.go.id

Page 4: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

10

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Dengan dikeluarkannya UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004, tugas pokok Bank Indonesia

adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank dalam rangka

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Adapun dalam pelaksanaan tugas

pokok tersebut Kantor Bank Indonesia di daerah mempunyai peranan yang cukup

besar.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di daerah, Kantor Bank

Indonesia Palu berperan memberikan informasi dan masukan kepada stakeholders

khususnya pemerintah daerah antara lain dengan menyusun Kajian Ekonomi Regional

(KER) Provinsi Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara triwulanan. Kajian ini

dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Indonesia dan sekaligus diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi

stakeholders di daerah.

Adapun materi kajian ini meliputi perkembangan makroekonomi regional,

perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem

pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat,

keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi yang disajikan dengan data

terkini (up to date). Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di

waktu yang akan datang, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami

harapkan. Oleh sebab itu kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dalam

penyusunan laporan ini diucapkan terima kasih.

Palu, Mei 2008 BANK INDONESIA PALU

TTD

Suparmo Pemimpin

i

Page 5: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................. i

Daftar Isi ................................................ ii

Daftar Tabel .............................................. iv

Daftar Grafik .................................................................. v

Ringkasan Eksekutif ............................................................... 1

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL........................................ 8

1. Permintaan Daerah ......................................................... 9

2. Penawaran Daerah ............................................................. 13

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI .......................................................17

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN................................................................ 22

1. Perkembangan Moneter ........................................................... 23

2. Perkembangan Perbankan ..................................................... 24

2.1. Aset dan Jaringan Kantor ............................................ .......... 24

2.2. Penghimpunan Dana ...................................................... 25

2.3. Penyaluran Kredit .................................................... 27

2.4. Kolektibilitas Kredit ............................................................ 29

Boks : Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................... 32

1. Perkembangan Uang Kartal ................................................... 32

2. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan........................................ 34

3. Perkembangan Kliring Lokal................................................................. 34

4. Perkembangan BI-RTGS....................................................................... 36

ii

Page 6: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

12

DAFTAR ISI

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT............................................................. 37

1. Perkembangan Ketenagakerjaan.......................................................... 38

2. Kemiskinan.......................................................................................... 40

BAB 6. KEUANGAN DAERAH ..................................................... 42

BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI .............................................. 45

1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 45

2. Prospek Inflasi..................................................................................... 46

3. Prospek Perbankan ....................................................................... 46

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

iii

Page 7: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

13

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan ADH Konstan 2000........................... 9

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan

ADH Konstan 2000....................................................................... 10

Tabel 1.3. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah....... 14

Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADH Konstan 2000..................... 14

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha

ADH Konstan 2000....................................................................... 15

Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa................... 19

Tabel 3.1. Perkembangan Komponen Uang Beredar Regional (Miliar Rp)...... 24

Tabel 3.2. Perkembangan Total Aset Perbankan (Miliar Rp)........................... 24

Tabel 3.3. Perkembangan Dana Perbankan Berdasarkan Golongan Pemilik... 26

Tabel 3.4. Penghimpunan Dana Perbankan (Miliar Rp)...................................26

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar Rp) ............ 27

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Sulawesi Tengah

(Miliar Rp)..................................................................................... 29

Tabel 3.7. Kolektibilitas Kredit Bank Umum (Miliar Rp) .................... 30

Tabel 3.8. Perkembangan NPLs Gross Bank Umum Berdasarkan

Sektor Ekonomi............................................................................ 30

Tabel 3.9. Kolektibilitas Kredit BPR (Juta Rp) ............................ 31

Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) ............ 34

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ............ 35

Tabel 5.1. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah................................... 37

Tabel 5.2. Perkembangan Ketenagakerjaan ........... 39

Tabel 5.3. Perkembangan Indikator-Indikator Kemiskinan di

Provinsi Sulawesi Tengah.............................................................. 40

iv

Page 8: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

14

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah ..... ... 8

Grafik 1.2. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah

Tahun 2007-2008......................................................................... 11

Grafik 1.3. Perkembangan Ekspor Antar Negara Sulawesi Tengah.................. 12

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) .......... 17

Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Inflasi Per-Kelompok

Triwulan I-2008 (q-t-q).................................................................. 18

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Palu (y-o-y) ........... 18

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga .......... 22

Grafik 3.2. Distribusi Kantor Bank di Sulawesi Tengah Triwulan I-2008........... 25

Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow .............................................. 33

Grafik 4.2. Perkembangan PTTB ................................. 33

Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Kota Palu.............................. 36

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).................... 38

Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja

Berdasarkan Sektor Ekonomi........................................................ 39

Grafik 5.3. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah ..................... 40

Grafik 6.1. Perkembangan DAU di Sulawesi Tengah....................................... 43

Grafik 6.2. Perkembangan DAK di Sulawesi Tengah....................................... 44

v

Page 9: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

15

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF 

KAJIAN EKONOMI REGIONAL 

PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I­2008

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 ini

diperkirakan tumbuh sebesar 5,99% (y-o-y), sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,93%

(y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh

peningkatan kinerja pada sektor pertanian, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor bangunan serta sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah tangga,

investasi dan ekspor.

Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan

terutama pada subsektor tanaman bahan makanan, subsektor

peternakan dan subsektor kehutanan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari

angka ramalan (ARAM) I-2008 produksi beberapa komoditas

pangan di Sulawesi Tengah. Produksi dan produktifitas lahan

tanaman padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar dan kacang hijau di

Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi daripada

tahun 2007. Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa terjadi pada

jasa-jasa pemerintahan umum maupun swasta dan salah satunya

didukung dengan masih berlanjutnya program bantuan kesehatan

dari Pemerintah, sedangkan peningkatan pertumbuhan sektor

bangunan dapat dikonfirmasi dari kenaikan realisasi pengadaan

semen di Sulawesi Tengah periode Januari-Maret 2008. Sementara

itu, peningkatan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan dapat dikonfirmasi dari membaiknya penyaluran

kredit perbankan pada triwulan laporan.

Perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh 5,99% (y-o-y)

1

Page 10: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

16

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh

konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Konsumsi rumah

tangga pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh 5,98% (y-o-y),

lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,90% (y-o-y).

Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan sumbangan

sebesar 3,61%. Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga makanan,

sedangkan konsumsi rumah tangga non makanan mengalami

perlambatan pertumbuhan seiring dengan kecenderungan turunnya

daya beli masyarakat. Kenaikan harga minyak mentah dan

komoditas pangan dunia secara langsung ataupun tidak langsung

menyebabkan kenaikan harga berbagai bahan makanan sehingga

alokasi pendapatan masyarakat untuk konsumsi non makanan relatif

berkurang.

Laju inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) tahunan Kota Palu

pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 9,08% (y-o-y), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,13% (y-o-y) maupun

laju inflasi nasional sebesar 8,17% (y-o-y). Peningkatan inflasi

tersebut secara umum disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

terbatasnya pasokan, berlanjutnya peningkatan harga komoditas

internasional (seperti emas, beras, kedelai, crude palm oil dan

gandum), kenaikan biaya produksi dan transportasi, kebijakan

pemerintah menaikkan harga barang administered prices (rokok)

serta relatif meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara

itu secara triwulanan, laju inflasi Kota Palu tercatat sebesar 1,49%

(q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 3,84%

(q-t-q).

Penurunan suku bunga deposito 1 bulan masih berlanjut di

Sulawesi Tengah selama triwulan I-2008, kendati BI Rate stabil,

sejalan dengan berlanjutnya penurunan suku bunga penjaminan

Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan pertumbuhan...

Laju inflasi IHK tahunan Kota Palu tercatat sebesar 9,08% (y-o-y)...

Penurunan suku bunga deposito 1 bulan masih berlanjut

2

Page 11: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

17

RINGKASAN EKSEKUTIF

deposito rupiah dari triwulan sebelumnya. Suku bunga penjaminan

yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada bulan

Maret 2007 tercatat sebesar 8,00%, lebih rendah dibandingkan

akhir tahun 2007 sebesar 8,25%. Stabilnya BI Rate juga tidak

menghalangi berlanjutnya penurunan suku bunga kredit perbankan

untuk semua jenis penggunaan di Sulawesi Tengah. Rata-rata

tertimbang suku bunga kredit pada triwulan I-2008 tercatat sebesar

14,26% atau turun 15 bps dibandingkan bulan Desember 2007

sebesar 14,41%.

Dari sisi penghimpunan dana, stabilnya BI Rate dan

kecenderungan turunnya suku bunga deposito dan Dana Pihak

Ketiga (DPK) lainnya relatif tidak mempengaruhi penghimpunan

dana masyarakat oleh perbankan. Sampai dengan bulan Maret

2008, DPK perbankan Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan

sebesar 14,66% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut terutama didorong

oleh peningkatan simpanan jenis tabungan. Hal ini sekaligus

mencerminkan kepercayaan masyarakat yang masih tinggi terhadap

perbankan di tengah tren penurunan suku bunga simpanan.

Berdasarkan jenis simpanan masyarakat, DPK perbankan Sulawesi

Tengah masih didominasi jenis tabungan.

Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit masih terus

berakselerasi dan secara tahunan tercatat tumbuh lebih tinggi

dibandingkan triwulan I-2007. Kredit perbankan pada triwulan

I-2008 tumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi daripada triwulan I-2007

sebesar 17,39% (y-o-y). Outstanding kredit sempat menurun pada

bulan Januari dan Februari 2008 terkait pelunasan kredit, khususnya

untuk jenis kredit modal kerja, dan kembali meningkat pada bulan

Maret 2008. Total penyaluran kredit perbankan Sulawesi Tengah

sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp4.893,36 miliar.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit perbankan masih

didominasi kredit konsumsi (50,96%) dan kredit modal kerja

(42,95%), sedangkan kredit investasi masih terbatas dengan pangsa

DPK perbankan tumbuh sebesar 14,66% (y-o-y)

Kredit perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh 30,74% (y-o-y)

3

Page 12: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

18

RINGKASAN EKSEKUTIF

6,09%. Pertumbuhan kredit perbankan selama triwulan laporan

mencerminkan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan

dan meningkatnya pembiayaan ke sektor riil.

Pertumbuhan kredit yang cukup menggembirakan pada

triwulan I-2008 ikut mempengaruhi adanya peningkatan kualitas

kredit. Kualitas kredit bank umum pada triwulan laporan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Hal

ini tercermin dari turunnya rasio Non Performing Loans (NPLs) gross

bank umum pada triwulan laporan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu dari 6,30% menjadi 5,57%. Sementara itu secara

net, NPLs bank umum tercatat sebesar 2,86%.

Sementara itu, kualitas kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

sedikit memburuk, tercermin dari peningkatan NPLs gross yaitu dari

1,70% pada triwulan IV-2007 menjadi sebesar 1,76% pada triwulan

laporan. Apabila dihitung secara netto, NPLs BPR berada pada angka

0,80% atau masih di bawah batas indikatif 5%.

Perkembangan uang kartal masuk (inflow) dan uang kartal

keluar (outflow) di Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2008

mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu pada

triwulan laporan tercatat sebesar Rp327,85 miliar atau turun

-16,78% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp393,97

miliar. Sementara itu, jumlah outflow tercatat sebesar Rp180,32

miliar atau turun -82,70% dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar

Rp1.042,44 miliar. Penurunan inflow dan outflow tersebut terkait

dengan kebijakan Bank Indonesia (khususnya di Kota Palu) yang

hanya menerima setoran dari bank-bank untuk uang kartal yang

tidak layak edar, sedangkan untuk uang kartal yang layak edar

dikelola oleh masing-masing bank dan dilakukan kerjasama antar

bank dalam pengelolaan uang kartal melalui Focus Group Discussion

(FGD).

Jumlah inflow dan outflow turun dibandingkan triwulan sebelumnya

4

Page 13: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

19

RINGKASAN EKSEKUTIF

Selama triwulan I-2008, jumlah warkat kliring naik 4,29% yaitu

dari 29.436 lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 30.698

lembar. Sementara itu, nominal perputaran kliring tercatat turun

-17,59% dibandingkan triwulan IV-2007 sehingga menjadi

Rp1.352,93 miliar. Kenaikan jumlah warkat kliring mengindikasikan

semakin meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.

Aliran dana keluar (outflow) dari Kota Palu melalui Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan

I-2008 tercatat sebesar Rp4.010,85 miliar atau turun -23,73%

dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar Rp5.258,92 miliar dengan

volume transaksi sebanyak 4.425 transaksi. Sementara itu, aliran

dana masuk (inflow) juga turun -26,72% dibandingkan triwulan

sebelumnya sehingga menjadi Rp3.230,90 miliar dengan volume

transaksi sebanyak 2.984 transaksi. Nominal dan volume transaksi

melalui BI-RTGS diperkirakan akan semakin meningkat pada

triwulan mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan

perekonomian di Sulawesi Tengah.

Perkembangan Gini Ratio di Sulawesi Tengah menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya

mampu memperbaiki ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tengah.

Hal ini tercermin dari memburuknya angka Gini Ratio Sulawesi

Tengah tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 0,30

menjadi 0,32. Pada tahun 2007, 40% masyarakat Sulawesi Tengah

dengan pendapatan terendah menikmati kue ekonomi di atas 17%

(20,88%) sehingga ketimpangan tahun 2007 masih relatif rendah.

Kinerja operasi keuangan Pemerintah Daerah di Sulawesi

Tengah (dari sisi belanja daerah) selama triwulan I-2008 diperkirakan

masih relatif rendah, terutama untuk realisasi belanja barang dan

modal. Hal ini merupakan siklus tahunan yang polanya hampir sama

dengan triwulan I tahun sebelumnya. Pada awal tahun diperkirakan

setiap Pemerintah Daerah masih melakukan persiapan tender untuk

pengadaan barang dan belanja modal. Hal lain yang menyebabkan

Aliran dana keluar melalui BI-RTGS turun -23,73% dibandingkan triwulan sebelumnya

Angka Gini Ratio Sulawesi Tengah memburuk

Realisasi belanja daerah selama triwulan I-2008 diperkirakan masih relatif rendah...

5

Page 14: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

20

RINGKASAN EKSEKUTIF

masih relatif rendahnya realisasi belanja daerah adalah

keterlambatan pengesahan Perda APBD di beberapa daerah di

Sulawesi Tengah dan masih terbatasnya pejabat pembuat komitmen

yang bersertifikasi. Sementara itu, realisasi belanja pegawai

diperkirakan sesuai dengan rencana karena bersifat rutin.

Dari sisi pendapatan daerah, dana perimbangan masih

merupakan sumber utama pendapatan daerah di Sulawesi Tengah

dengan kontribusi sangat besar. Sebagai informasi, pada tahun

2006 kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah

seluruh Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah mencapai 92,45%,

sedangkan pada tahun 2007 kontribusinya sedikit menurun menjadi

90,73%. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana

bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum (DAU) dan dana

alokasi khusus (DAK).

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan II-2008

diperkirakan tumbuh positif dan sedikit mengalami penurunan

dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2007. Di sisi sektoral,

penurunan pertumbuhan akan terjadi pada sektor pertambangan

dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air

bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran

serta sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor pertanian,

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-

jasa diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan. Dari sisi

permintaan, kegiatan yang diperkirakan mengalami peningkatan

pertumbuhan yaitu konsumsi Pemerintah, investasi dan ekspor,

sedangkan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mengalami

tekanan yang cukup berat terkait dengan rencana Pemerintah

menaikkan harga BBM subsidi. Namun demikian, konsumsi rumah

tangga diperkirakan tetap tumbuh positif karena Pemerintah

berupaya mempertahankan daya beli masyarakat dengan program

bantuan kepada masyarakat.

Dana perimbangan masih merupakan sumber utama pendapatan daerah...

6

Page 15: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

21

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan data dan perkembangan terkini, inflasi IHK

tahunan (y-o-y) Kota Palu pada triwulan II-2008 diperkirakan akan

mengalami kenaikan. Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan

makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan akibat pengaruh kenaikan BBM industri (non subsidi) dan

rencana kenaikan BBM subsidi, gangguan pasokan serta masih

tingginya harga beberapa komoditas dunia.

Berdasarkan perkembangan berbagai indikator perbankan

sampai dengan akhir triwulan laporan, perbankan Sulawesi Tengah

pada tahun 2008 diperkirakan masih tetap stabil dengan beberapa

pencapaian antara lain pertumbuhan kredit di atas 20% dan NPLs

netto di bawah 5%. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang

perlu dicermati karena berpotensi memberikan tekanan pada

pertumbuhan kredit dan kualitas kredit yaitu kenaikan suku bunga

dan kenaikan harga BBM subsidi.

Inflasi IHK tahunan Kota Palu pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami kenaikan...

7

Page 16: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

22

TABEL INDIKATOR EKONOMI

TABEL INDIKATOR EKONOMI 

PROPINSI SULAWESI TENGAH

a. Inflasi dan PDRB

2007 2008 Indikator 2006

Triwulan III Triwulan IV Triwulan I

MAKRO

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 152,86 159,17 165,29 167,75

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 8,69 5,94 8,13 9,08

PDRB harga konstan (miliar Rp) 12.671,55 3.547,85 3.848,98 3.130,72

- Pertanian 5.579,78 1.487,79 1.692,47 1.323,15

- Pertambangan dan Penggalian 328,29 112,84 116,89 128,24

- Industri Pengolahan 819,32 222,89 229,23 236,15

- Listrik dan Air Bersih 97,73 26,27 29,93 24,25

- Bangunan 819,59 243,50 270,75 195,65

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.640,65 473,88 508,63 412,67

- Pengangkutan dan Komunikasi 889,46 248,07 247,29 246,98

- Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 570,89 161,36 180,57 139,20

- Jasa-Jasa 1.925,84 571,25 573,22 424,43

Pertumbuhan PDRB tahunan (%) 7,82 9,08 7,65 5,99

Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 202,16 89,85 50,07 38,86 *)

Volume Ekspor Non-Migas (Ton) 177.743,68 65.359,52 32.903,27 25.953,31 *)

Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 6,29 0,04 0,08 0,01 *)

Volume Impor Non-Migas (Ton) 2.681,99 53,94 0,13 11,11 *)

Ket. : *) Posisi Januari-Februari 2008

Page 17: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

23

TABEL INDIKATOR EKONOMI

b. Perbankan

2007 2008 Indikator Tahun 2006

Triwulan III Triwulan IV Triwulan I

PERBANKAN

Bank Umum :

Total Aset (Miliar Rp) 5.940,16 6.621,16 6.713,79 6.668,16

DPK (Miliar Rp) 4.476,61 4.984,40 5.171,15 5.137,35

- Tabungan (Miliar Rp) 2.108,10 2.252,23 2.933,15 2.653,52

- Giro (Miliar Rp) 1.407,93 1.780,41 1.285,46 1.539,85

- Deposito (Miliar Rp) 931,58 951,76 952,54 943,98

Kredit (Miliar Rp) - Berdasarkan Lokasi Proyek 3.837,49 4.694,44 5.070,84 5.019,34 *)

- Modal Kerja 1.684,80 1.987,43 2.141,90 2.025,51 *)

- Konsumsi 1.859,99 2.313,68 2.495,57 2.553,76 *)

- Investasi 292,70 393,33 433,37 440,07 *)

- LDR (%) 85,72 94,18 98,06 99,34 *)

Kredit (Miliar Rp) Berdasarkan Bank Pelapor 3.587,51 4.298,29 4.600,06 4.759,70

- Modal Kerja 1.666,32 1.933,60 2.050,24 2.081,21

- Konsumsi 1.704,35 2.122,79 2.264,42 2.382,98

- Investasi 216,84 241,90 285,40 295,51

- LDR (%) 80,14 86,24 88,96 92,65

Kredit UMKM (Miliar Rp) 3.257,53 3.864,71 4.115,89 4.194,79

Kredit Mikro 1.670,68 1.941,99 2.013,62 2.099,13

Kredit Kecil 822,35 1.072,88 1.125,23 1.194,28

Kredit Menengah 764,50 849,84 977,04 901,38

NPLs gross (%) 6,74 6,88 6,30 5,57

NPLs netto (%) 2,85 3,73 3,61 2,86

BPR :

Total Aset (Miliar Rp) 104,80 170,87 193,07 224,17

DPK (Miliar Rp) 40,07 56,40 54,50 72,56

- Tabungan (Miliar Rp) 7,89 11,46 11,58 13,43

- Deposito (Miliar Rp) 32,18 44,94 42,92 59,13

Kredit (Miliar Rp) 75,43 118,72 113,07 133,66

- Modal Kerja 12,08 16,30 17,35 20,21

- Konsumsi 60,98 100,05 93,28 110,91

- Investasi 2,37 2,37 2,44 2,54

Kredit UMKM 75,43 118,72 113,07 133,66

Rasio NPLs gross (%) 4,44 1,88 1,70 1,76

Rasio NPL Netto (%) 3,57 1,09 0,79 0,80

LDR (%) 188,26 210,51 207,48 184,21

Ket. : *) Posisi Februari 2008

Page 18: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

24

TABEL INDIKATOR EKONOMI

c. Sistem Pembayaran

2007 2008 Indikator 2006

Triwulan III Triwulan IV Triwulan I

SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 183,00 585,70 216,72 421,23

Inflow (Miliar Rp) 2.317,25 274,16 393,97 327,85

Outflow (Miliar Rp) 3.310,35 540,84 1.042,44 180,32

Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 492,90 99,96 91,94 85,90

Transaksi RTGS

- Inflow (Miliar Rp) 13.145,98 4.498,76 4.408,78 3.230,90

- Outflow (Miliar Rp) 17.566,98 4.787,68 5.258,92 4.010,85

Nominal Kliring (Miliar Rp) 3.435,83 1.381,52 1.641,77 1.352,93

Volume Kliring (Lembar) 137.602 34.730 29.436 30.698

Rata-Rata Harian Nominal Kliring (Miliar Rp) 13,96 21,89 27,86 22,72

Rata-Rata Harian Volume Kliring (Lembar) 558 543 504 523

Rata-Rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,50 0,33 0,37 0,21

Rata-Rata Harian Volume Cek/BG Kosong (%) 0,78 0,61 0,84 0,53

Page 19: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

25

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1 

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 ini diperkirakan

sebesar 5,99% (y-o-y), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 5,93% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh

peningkatan kinerja pada sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor jasa-jasa, sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi

rumah tangga, investasi dan ekspor.

Sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan terutama pada subsektor

tanaman bahan makanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Hal ini

dapat dikonfirmasi dari angka ramalan (ARAM) I-2008 produksi beberapa komoditas

pangan di Sulawesi Tengah. Produksi dan produktifitas lahan tanaman padi, ubi kayu,

jagung, ubi jalar dan kacang hijau di Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan lebih

tinggi daripada tahun 2007 1 . Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa terjadi pada

jasa-jasa pemerintahan umum maupun swasta dan salah satunya didukung dengan

masih berlanjutnya program bantuan kesehatan dari Pemerintah, sedangkan

peningkatan pertumbuhan sektor bangunan dapat dikonfirmasi dari kenaikan realisasi

pengadaan semen di Sulawesi Tengah periode Januari-Maret 2008. Sementara itu,

peningkatan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dapat

dikonfirmasi dari membaiknya penyaluran kredit perbankan pada triwulan laporan.

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000

-25,00

-20,00

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

Tr III-05 Tr IV-05 Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08

Per

sen (%

)

q-t-q

y-o-y

1 Sumber data : BPS Sulteng

8

Page 20: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

26

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

1. PERMINTAAN DAERAH

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi rumah

tangga, investasi dan ekspor. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2008

diperkirakan tumbuh 5,98% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007

sebesar 5,90% (y-o-y). Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan sumbangan sebesar 3,61%.

Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh konsumsi

rumah tangga makanan, sedangkan konsumsi rumah tangga non makanan

mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan kecenderungan turunnya daya

beli masyarakat. Kenaikan harga minyak mentah dan komoditas pangan dunia secara

langsung ataupun tidak langsung menyebabkan kenaikan harga berbagai bahan

makanan sehingga alokasi pendapatan masyarakat untuk konsumsi non makanan

relatif berkurang.

Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

2007 *) 2008 **)

Rincian Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I

1.Konsumsi RT - Makanan - Non Makanan

1.781,42 1.114,20

667,22

1.895,93 1.200,06

695,87

2.049,47 1.245,56

803,91

2.235,31 1.342,62

892,69

1.887,92 1.162,01

725,91

2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 32,10 39,49 47,58 48,16 33,62

3.Konsumsi Pemerintah 355,98 410,64 517,39 658,72 373,25

4.PMTB 481,56 644,96 692,14 793,06 514,72

5.Ekspor - Antar Propinsi - Antar Negara

521,49 282,66 238,83

564,91 122,57 442,34

569,95 130,64 439,31

573,74 234,11 339,63

547,71 319,76 227,95

6.Impor - Antar Propinsi - Antar Negara

218,85 218,84

0,01

222,57 222,45

0,12

328,68 328,54

0,14

460,01 460,00

0,01

226,64 226,63

0,01

PDRB 2.953,70 3.333,36 3.547,85 3.848,98 3.130,58

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara

**) Data sangat sementara

Program stabilisasi harga yang dikeluarkan oleh Pemerintah pada awal Februari

2008 untuk beberapa komoditas pangan pokok (beras, minyak goreng, kedelai dan

tepung terigu) terlihat belum cukup efektif untuk meredam dampak kenaikan harga

komoditas pangan dunia, termasuk di Sulawesi Tengah. Dampak kenaikan harga

pangan dunia masih cukup besar, dan implementasi kebijakan Pemerintah tersebut

memerlukan waktu dan tidak mudah. Untuk itu diperlukan koordinasi berbagai

pemangku kepentingan untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan

9

Page 21: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

27

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

pangan yang lebih terencana untuk mewujudkan ketahanan pangan, misalnya

melalui penetapan lahan pertanian yang tidak dapat dikonversi untuk penggunaan

lain dan perlindungan kesejahteraan petani. Kebijakan tersebut diharapkan dapat

menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat, dan akhirnya akan mendorong

peningkatan pertumbuhan berbagai kegiatan ekonomi, termasuk konsumsi rumah

tangga.

Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga non makanan dikonfirmasi

oleh beberapa prompt indicator antara lain penurunan volume penjualan motor dan

mobil. Pada triwulan laporan, volume penjualan motor tumbuh 15,93% (y-o-y), lebih

rendah dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 24,74% (y-o-y). Sementara itu, volume

penjualan mobil tumbuh 23,90% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar 51,96% (y-o-y).

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

2007 *) 2008 **)

Rincian Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I

1.Konsumsi RT

- Makanan

- Non Makanan

5,90

4,06

9,14

8,32

7,41

9,92

7,88

7,40

8,63

5,64

5,12

6,44

5,98

4,29

8,80

2.Konsumsi Lembaga Nirlaba 3,79 6,16 2,79 3,25 4,73

3.Konsumsi Pemerintah 5,97 7,43 6,41 5,26 4,85

4.PMTB 6,78 9,22 7,81 7,97 6,89

5.Ekspor

- Antar Propinsi

- Antar Negara

4,92

196,62

-40,55

11,93

49,77

4,60

12,82

-53,78

97,39

13,47

24,13

7,13

5,03

13,13

-4,55

6.Impor

- Antar Propinsi

- Antar Negara

4,84

4,86

-83,67

6,06

17,64

-99,44

0,56

1,52

-95,69

1,56

6,76

-99,95

3,56

3,56

6,98

PDRB 5,93 9,11 9,08 7,65 5,99

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara (y-o-y)

**) Data sangat sementara (y-o-y)

Pada triwulan I-2008 konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 4,85%

(y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,97% (y-o-y).

Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan akibat adanya aturan

baru dari Pemerintah Pusat tentang mekanisme penyaluran dana perimbangan dan

pertumbuhan dana perimbangan tahun 2008 (terutama DAK) yang lebih rendah

dibandingkan tahun 2007. Sebagaimana diketahui, sebagian besar pendapatan

daerah bersumber dari dana perimbangan.

10

Page 22: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

28

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Investasi pemerintah dan swasta pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh

6,89%(y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 6,78% (y-o-y).

Kegiatan investasi sebagaimana tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) pada triwulan ini memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi

(share of growth) sebesar 1,13%. Peningkatan pertumbuhan investasi dikonfirmasi

oleh peningkatan penjualan truk, peningkatan realisasi pengadaan semen dan

pertumbuhan kredit investasi.

Grafik 1.2. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah Tahun 2007 - 2008

72.373 79.074 80.892

101.413 91.136

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

Tr.1 Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I

2007 2008

Ton

Penjualan truk di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak

69 unit atau naik 130,00% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebanyak 30 unit. Realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah periode Januari-

Maret 2008 tercatat sebanyak 91.136 ton, meningkat 25,93% dibandingkan periode

Januari-Maret 2007 sebanyak 72.373 ton. Sementara itu, penyaluran kredit investasi

pada triwulan I-2008 mencapai Rp298,04 miliar atau tumbuh 29,82% (y-o-y), lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2007 sebesar 10,09% (y-o-y). Hal ini

menunjukkan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan, terutama dalam

pembiayaan yang bersifat produktif.

Untuk terus meningkatkan pertumbuhan investasi di Sulawesi Tengah,

dibutuhkan berbagai stimulus dari Pemerintah Daerah misalnya penyediaan

infrastruktur yang memadai (terutama listrik, pelabuhan dan jalan), kemudahan

berinvestasi, jaminan keamanan untuk berusaha dan menghilangkan high cost

economy. Dengan berbagai stimulus tersebut, investasi di Sulawesi Tengah

diharapkan tetap tumbuh positif dan menjadi salah satu motor penggerak

perekonomian daerah sehingga mampu menyediakan lapangan kerja dan mendorong

perkembangan sektor lain.

11

Page 23: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

29

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekspor 2 di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 diperkirakan

sebesar 5,03% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 4,92% (y-o-y). Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya

kinerja ekspor antar negara pada triwulan laporan, walaupun masih tumbuh negatif.

Pada triwulan I-2008 ekspor antar negara tumbuh -4,55% (y-o-y), membaik

dibandingkan triwulan I-2007 sebesar -40,55% (y-o-y). Di sisi lain, ekspor antar

propinsi tumbuh sebesar 13,13% (y-o-y) sehingga secara neto ekspor memberikan

sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,88%. Berdasarkan data

Ditjen Bea dan Cukai, nilai ekspor antar negara Sulawesi Tengah periode Januari-

Februari 2008 tumbuh 44,77%, membaik dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tumbuh -49,77%. Ekspor antar negara Sulawesi Tengah periode

Januari-Februari 2008 masih didominasi komoditas kakao yaitu sekitar 76,96%.

Grafik 1.3. Perkembangan Ekspor Antar Negara Sulawesi Tengah

53,44

26,84

38,86

48,82

24,09

29,91

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Jan-Feb.2006 Jan-Feb.2007 Jan-Feb.2008

Juta

USD

Nilai Ekspor Non Migas

Nilai Ekspor Kakao

Untuk meningkatkan nilai ekspor non-migas Sulawesi Tengah, khususnya

komoditas kakao, dalam jangka menengah Pemerintah Daerah dan stakeholders

lainnya perlu berupaya melakukan peremajaan tanaman kakao untuk meningkatkan

produksi sekaligus mengupayakan adanya industri pengolahan kakao. Industri

tersebut nantinya tidak hanya berpotensi memperbaiki kinerja ekspor non-migas,

namun juga akan menambah lapangan kerja baru dan berperan penting mengurangi

angka kemiskinan. Pembiayaan industri pengolahan kakao dapat melibatkan

Pemerintah Daerah sentra produksi kakao, investor dan perbankan.

2 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar propinsi.

12

Page 24: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

30

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Kegiatan impor Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh

3,56% (y-o-y) atau turun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 4,84% (y-o-y). Hal tersebut didorong oleh turunnya pertumbuhan impor

antar propinsi yaitu dari 4,86% (y-o-y) pada triwulan I-2007 menjadi 3,56% (y-o-y).

Sementara itu, impor antar negara tumbuh sebesar 6,98% (y-o-y), mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan I-2007 yang tumbuh sebesar -83,67% (y-o-y).

Komoditas impor antar negara Sulawesi Tengah pada triwulan ini didominasi oleh

buah-buahan dan ikan olahan.

2. PENAWARAN DAERAH

Perekonomian Sulawesi Tengah dari sisi penawaran pada triwulan I-2008

diperkirakan tumbuh sebesar 5,99% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar 5,93% (y-o-y). Sektor ekonomi yang mengalami

peningkatan pertumbuhan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor

pedagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

serta sektor jasa-jasa. Namun demikian, sektor pertanian masih memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan (share of growth) terbesar yaitu 2,03%, diikuti

sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,00%) dan sektor jasa-jasa (0,69%).

Sektor pertanian pada triwulan I-2008 tumbuh sebesar 4,80% (y-o-y), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 4,68% (y-o-y). Sektor pertanian

mengalami peningkatan pertumbuhan terutama pada subsektor tanaman bahan

makanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Hal ini dapat dikonfirmasi

dari angka ramalan (ARAM) I-2008 produksi beberapa komoditas pangan di Sulawesi

Tengah. Produksi dan produktifitas lahan tanaman padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar

dan kacang hijau di Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi daripada

tahun 2007.

13

Page 25: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

31

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Tabel 1.3. Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulawesi Tengah

Keterangan ASEM 2007 ARAM I 2008

Padi (sawah dan ladang)

Luas Panen (ha) 200.273 200.233

Produktivitas (ton/ha) 41,94 42,45

Produksi (ton) 839.945 849.907

Jagung

Luas Panen (ha) 37.813 40.473

Produktivitas (ton/ha) 27,27 29,97

Produksi (ton) 103.117 121.287

Sumber : BPS Sulteng

Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2008 tercatat tumbuh 5,08% (y-o-y), meningkat

dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 3,48% (y-o-y). Dalam struktur PDRB Sulawesi

Tengah, sektor ini memiliki pangsa 13,56% atau terbesar kedua setelah sektor

pertanian. Peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa terjadi pada jasa-jasa

pemerintahan umum maupun swasta dan salah satunya didukung dengan masih

berlanjutnya program bantuan kesehatan dari Pemerintah.

Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)

2007 *) 2008 **)

Rincian Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I

1.Pertanian 1.262,58 1.419,71 1.487,79 1.692,48 1.323,13

2.Pertambangan&Penggalian 106,96 103,91 112,84 116,89 128,22

3.Industri Pengolahan 223,62 211,02 222,89 229,23 236,13

4.Listrik&Air Bersih 23,18 23,92 26,27 29,93 24,23

5.Bangunan 181,74 206,42 243,50 270,75 195,63

6.Perdag, Hotel&Restoran 383,44 429,57 473,88 508,62 412,65

7.Angkutan&Komunikasi 237,67 243,44 248,07 247,29 246,96

8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 130,74 144,59 161,36 180,57 139,20

9.Jasa-Jasa 403,77 550,78 571,25 573,22 424,43

PDRB 2.953,70 3.333,36 3.547,85 3.848,98 3.130,58

Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara

**) Data sangat sementara

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan I-2008 diperkirakan

tumbuh 7,62% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang

sama tahun sebelumnya sebesar 6,55% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan tersebut

didorong oleh meningkatnya pertumbuhan pada seluruh subsektor, terutama

subsektor perdagangan besar dan eceran. Hal ini dapat dikonfirmasi oleh kenaikan

volume bongkar muat barang, baik melalui angkutan laut (pelabuhan laut Pantoloan,

Donggala dan Tolitoli) maupun angkutan udara (bandara Mutiara dan Bubung).

14

Page 26: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

32

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Volume muat barang dengan angkutan laut dan udara tercatat naik 15,27% (y-o-y),

sedangkan volume bongkar barang naik 6,92% (y-o-y).

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%)

2007 *) 2008 **)

Rincian Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I

1.Pertanian 4,68 7,16 7,67 1,53 4,80

2.Pertambangan&Penggalian 32,52 36,11 37,46 31,13 19,90

3.Industri Pengolahan 5,99 8,09 8,31 10,56 5,60

4.Listrik&Air Bersih 12,80 6,08 5,91 0,33 4,62

5.Bangunan 7,60 10,06 14,38 8,19 7,66

6.Perdag, Hotel&Restoran 6,55 8,53 8,23 13,76 7,62

7.Angkutan&Komunikasi 4,20 17,13 6,44 12,16 3,92

8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 6,43 8,79 8,80 8,24 6,47

9.Jasa-Jasa 3,48 7,58 8,61 15,18 5,08

PDRB 5,93 9,11 9,08 7,65 5,99 Sumber : BPS Sulteng, diolah Ket : *) Data sementara (y-o-y)

**) Data sangat sementara (y-o-y)

Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan I-2008 mengalami perlambatan

pertumbuhan. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh 3,92% (y-o-y), lebih rendah

daripada triwulan I-2007 sebesar 4,20% (y-o-y). Perlambatan tersebut akibat

melambatnya pertumbuhan subsektor komunikasi. Sementara itu, subsektor

angkutan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 2,50% (y-o-y) pada

triwulan I-2007 menjadi 2,65% (y-o-y).

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2008 diperkirakan tumbuh

19,90% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 35,52% (y-o-y).

Perlambatan tersebut terjadi pada subsektor pertambangan dan subsektor

penggalian. Subsektor pertambangan tumbuh 36,72% (y-o-y), lebih rendah

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 77,51% (y-o-y) seiring

dengan semakin terbatasnya ruang untuk meningkatkan produksi minyak bumi di

Lapangan Tiaka di Kabupaten Morowali. Subsektor penggalian pada triwulan ini

tumbuh 5,66% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I-2007 sebesar

9,11% (y-o-y).

Sektor industri pengolahan pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 5,60%

(y-o-y), melambat dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 5,99% (y-o-y). Perlambatan

tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan subsektor kayu dan hasil hutan

lainnya, subsektor kertas dan barang cetakan, subsektor pupuk, kimia dan barang

15

Page 27: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

33

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

dari karet serta subsektor barang lainnya. Subsektor kayu dan hasil hutan lainnya

mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan sulitnya bahan baku.

Sementara itu, subsektor kertas dan barang cetakan dan subsektor pupuk, kimia dan

barang lainnya diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan pada

triwulan mendatang terkait dengan penyelenggaraan ujian sekolah dan perguruan

tinggi serta masa tanam padi.

Pertumbuhan sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2008 diperkirakan

sebesar 4,62% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 12,80% (y-o-y). Perlambatan tersebut didorong oleh subsektor

listrik terkait dengan adanya gangguan pasokan energi listrik selama triwulan laporan.

Sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2008 memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 0,04%.

Sektor bangunan pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 7,66% (y-o-y),

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2007 sebesar 7,60% (y-o-y).

Peningkatan pertumbuhan tersebut dikonfirmasi oleh kenaikan realisasi pengadaan

semen di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan. Dari sisi pembiayaan, kredit

perbankan untuk sektor konstruksi pada triwulan I-2007 tumbuh 79,52% (y-o-y),

lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,22% (y-o-y).

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2008

diperkirakan tumbuh 6,47% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 6,43% (y-o-y). Peningkatan pertumbuhan sektor ini

didorong oleh subsektor bank dan subsektor sewa bangunan. Subsektor bank pada

triwulan ini tumbuh 9,12% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007

sebesar 9,05% (y-o-y), sedangkan subsektor sewa bangunan tumbuh 4,23% (y-o-y)

atau lebih tinggi daripada triwulan I-2007 sebesar 4,00% (y-o-y). Pertumbuhan

subsektor bank dapat dikonfirmasi dari membaiknya penyaluran kredit perbankan

pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan kredit perbankan bertumbuh 30,74%

(y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 yang tumbuh 17,39% (y-o-y).

16

Page 28: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

34

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) tahunan Kota Palu pada triwulan

I-2008 tercatat sebesar 9,08% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 8,13% (y-o-y) maupun laju inflasi nasional sebesar 8,17% (y-o-y).

Peningkatan inflasi tersebut secara umum disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain terbatasnya pasokan, berlanjutnya peningkatan harga komoditas internasional

(seperti emas, beras, kedelai, crude palm oil dan gandum), kenaikan biaya produksi

dan transportasi, kebijakan pemerintah menaikkan harga barang administered prices

(rokok) serta relatif meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara itu secara

triwulanan, laju inflasi Kota Palu tercatat sebesar 1,49% (q-t-q), lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 3,84% (q-t-q).

G ra fik 2 .1 . P e rk e m b a n g a n In f la s i T a h u n a n (y -o -y )

0

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

1 6

1 8

2 0

T r I-0 5 T r I I-0 5 Tr III -0 5 Tr IV -0 5 T r I-0 6 T r II -0 6 T r III-0 6 T r IV -0 6 T r I-0 7 T r II -0 7 T r I II-0 7 T r IV -0 7 Tr I-0 8

Pers

en (%

)

K o ta P a lu

N a s io n a l

Berdasarkan kelompoknya, kontributor utama inflasi pada triwulan laporan

adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,46%,

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,36% serta

kelompok bahan makanan sebesar 0,32%. Inflasi kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bakar tercatat sebesar 2,02% (q-t-q), terutama didorong oleh peningkatan

harga sebagian besar bahan bangunan dan gas elpiji. Inflasi kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau tercatat sebesar 2,29% (q-t-q), terutama didorong

oleh peningkatan harga semua jenis rokok terkait dengan penyesuaian tarif spesifik

17

Page 29: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

35

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

rokok per-1 Januari 2008, sedangkan inflasi pada kelompok bahan makanan tercatat

sebesar 0,95% (q-t-q), terutama didorong oleh kenaikan harga beras, mie kering

instan, daging ayam ras, susu, tahu mentah, tempe, cabe rawit dan minyak goreng.

Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Inflasi Per-Kelompok Triwulan I-2008 (q-t-q )

0,32

0,36

0,46

0,15

0,10

0,04

0,06

0,95

2,29

2,02

2,14

2,45

0,82

0,51

- 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transpor

Persen (%)

Inflasi (q-t-q)

Sumbangan

Pada kelompok administered prices laju inflasi tahunan pada triwulan laporan

mencapai 6,94% (y-o-y), meningkat bila dibandingkan dengan triwulan IV-2007

sebesar 6,58% (y-o-y). Demikian juga secara triwulanan, inflasi kelompok harga yang

dikendalikan pemerintah (administered prices) meningkat yaitu dari 0,30% (q-t-q)

menjadi 2,09% (q-t-q). Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan I-2008

disebabkan kenaikan harga rokok terkait penyesuaian tarif spesifik rokok

per-1 Januari 2008 dan kenaikan harga gas elpiji seiring dengan naiknya biaya

transportasi. Dari sisi distribusi, gangguan pasokan minyak tanah yang terjadi pada

triwulan sebelumnya sudah dapat teratasi seiring dengan membaiknya pasokan

sebagaimana tercermin dari relatif stabilnya harga komoditas tersebut.

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Palu (y-o-y)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Persen

(%)

IHK

administered prices

volatile foods

core

18

Page 30: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

36

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

Secara tahunan, laju inflasi volatile food meningkat bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Inflasi volatile food meningkat dari 11,15% (y-o-y) pada

triwulan IV-2007 menjadi 13,97% (y-o-y). Sementara itu secara triwulanan, kelompok

volatile food mengalami deflasi sebesar -1,94% (q-t-q), berbeda dengan triwulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 10,63% (q-t-q). Deflasi tersebut

disebabkan menurunnya harga berbagai komoditas ikan segar dan buah-buahan,

bawang putih, bawang merah, gula merah serta cabe merah seiring dengan

meningkatnya pasokan.

Dari sisi fundamental, laju inflasi inti (core inflation) secara tahunan meningkat

bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2008, inflasi inti

mencapai 7,95% (y-o-y) dari 7,41% (y-o-y) pada triwulan IV-2007. Dari faktor-faktor

yang mempengaruhinya, inflasi inti disebabkan oleh tekanan dari inflasi impor dan

meningkatnya ekspektasi inflasi seiring dengan peningkatan harga komoditas

internasional. Nilai tukar rupiah yang cenderung menguat pada akhir triwulan laporan

membantu mengurangi tekanan dari faktor eksternal. Pada bulan Maret 2008 rata-

rata kurs tengah rupiah tercatat Rp9.185/USD, menguat dibandingkan bulan

Desember 2007 sebesar Rp9.334/USD.

Tabel 2. Inflasi Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa

2007 2008

Tr III Tr IV Tr I Kelompok

q-t-q y-o-y q-t-q y-o-y q-t-q y-o-y

Umum 1,60 5,94 3,84 8,13 1,49 9,08

Bahan Makanan 0,96 4,74 8,41 10,54 0,95 12,91

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

0,70 4,66 0,11 3,90 2,29 6,02

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

2,92 10,40 2,16 10,70 2,02 9,52

Sandang 1,63 6,64 5,78 10,16 2,14 11,02

Kesehatan 0,22 8,06 3,60 9,56 2,45 8,22

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

6,14 7,76 1,33 9,19 0,82 9,81

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

0,92 1,46 0,08 1,23 0,51 1,71

Sumber : BPS Sulteng, diolah

19

Page 31: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

37

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada

kelompok kesehatan yaitu sebesar 2,45% (q-t-q) dan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,29% (q-t-q). Dari sisi kontribusinya,

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan

inflasi terbesar yaitu sebesar 0,46%, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok

dan tembakau sebesar 0,36% dan kelompok bahan makanan sebesar 0,32%.

Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2008 mengalami inflasi sebesar

0,95% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,41%

(q-t-q). Inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok padi-padian,

umbi-umbian dan hasilnya (3,53%), subkelompok daging dan hasil-hasilnya (3,61%),

subkelompok ikan diawetkan (23,16%), subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya

(2,14%), subkelompok kacang-kacangan (57,49%) serta subkelompok lemak dan

minyak (15,88%). Sementara itu, subkelompok ikan segar, subkelompok sayur-

sayuran, subkelompok buah-buahan, subkelompok bumbu-bumbuan dan

subkelompok bahan makanan lainnya mengalami penurunan harga (deflasi). Inflasi

pada kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan harga beras, mie

kering instan, daging ayam ras, susu, tahu mentah, tempe, cabe rawit dan minyak

goreng. Beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi pada kelompok bahan makanan

antara lain kenaikan harga pangan internasional, terbatasnya pasokan dan

meningkatnya harga bahan baku.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi

sebesar 2,29% (q-t-q) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

0,11% (q-t-q). Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong

oleh peningkatan harga semua jenis rokok terkait dengan penyesuaian tarif spesifik

rokok per-1 Januari 2008.

Laju inflasi triwulanan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 2,02% (q-t-q), sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,16% (q-t-q). Inflasi kelompok ini

didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok biaya tempat tinggal sebesar

3,22% (q-t-q), dan subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 1,27%

(q-t-q). Adapun komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu

20

Page 32: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

38

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI

sebagian besar bahan bangunan, kontrak rumah, sewa rumah dan gas elpiji. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kenaikan harga komoditas tersebut yaitu meningkatnya

harga bahan baku dan biaya produksi, kenaikan biaya transportasi dan penyesuaian

harga terhadap kenaikan harga komoditas lainnya (kontrak rumah dan sewa rumah).

Kelompok sandang pada triwulan I-2008 mengalami inflasi sebesar 2,14%

(q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 5,78% (q-t-q). Inflasi

pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan pada subkelompok sandang wanita

sebesar 1,12% (q-t-q) dan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar

8,36% (q-t-q). Adapun komoditas yang mengalami inflasi pada triwulan laporan yaitu

baju kaos, pembalut wanita dan emas perhiasan. Kenaikan harga emas terkait

dengan kenaikan harga komoditas internasional.

Sementara itu, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 2,45% (q-t-q),

lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,60% (q-t-q).

Inflasi pada kelompok ini disebabkan kenaikan harga pada subkelompok obat-obatan

(4,30%) dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika (3,45%). Adapun

komoditas yang memberikan sumbangan inflasi yaitu jamu, pasta gigi, sabun mandi

dan shampo.

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I-2008 mengalami

inflasi sebesar 0,82% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar

1,33% (q-t-q). Inflasi kelompok ini disebabkan oleh kenaikan harga pada

subkelompok jasa pendidikan (1,00%), subkelompok perlengkapan/peralatan

pendidikan (1,77%) dan subkelompok rekreasi (0,07%). Adapun komoditas yang

mengalami kenaikan harga yaitu biaya sekolah dasar, biaya SLTP, biaya SLTA, buku

tulis bergaris, pulpen dan majalah berkala.

Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan

sebesar 0,51% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar 0,08%

(q-t-q). Kelompok ini mengalami inflasi paling rendah dibandingkan kelompok

lainnya. Inflasi terjadi pada subkelompok sarana dan penunjang transpor serta

subkelompok jasa keuangan, sedangkan subkelompok lainnya relatif tidak mengalami

perubahan harga. Komoditas yang mengalami kenaikan harga (inflasi) yaitu ban luar

motor, perbaikan ringan kendaraan, kartu ATM dan kartu kredit.

21

Page 33: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

39

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3 

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Nilai tukar rupiah secara rata-rata relatif stabil selama triwulan I-2008. Rupiah

sempat menguat di akhir Februari 2008, namun melemah di awal Maret 2008.

Dengan perkembangan tersebut, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang triwulan

I-2008 melemah 0,21% dari triwulan sebelumnya menjadi Rp9.258/USD. Pelemahan

rupiah selama triwulan I-2008 banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama

kenaikan harga minyak mentah dunia yang memicu kekhawatiran terhadap

peningkatan permintaan valas untuk impor minyak mentah dan mengancam

kesinambungan fiskal Pemerintah. Sementara itu sepanjang triwulan laporan, BI Rate

stabil pada level 8,00%. Level BI Rate tersebut diimplementasikan dalam operasi

moneter Bank Indonesia melalui lelang SBI 1 bulan dan 3 bulan serta instrumen

terkait.

Penurunan suku bunga deposito 1 bulan masih berlanjut di Sulawesi Tengah

selama triwulan I-2008, kendati BI Rate stabil, sejalan dengan berlanjutnya penurunan

suku bunga penjaminan deposito rupiah dari triwulan sebelumnya. Suku bunga

penjaminan yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada bulan Maret

2007 tercatat sebesar 8,00%, lebih rendah dibandingkan akhir tahun 2007 sebesar

8,25%. Stabilnya BI Rate juga tidak menghalangi berlanjutnya penurunan suku bunga

kredit perbankan untuk semua jenis penggunaan di Sulawesi Tengah. Rata-rata

tertimbang suku bunga kredit pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 14,26% atau

turun 15 bps dibandingkan bulan Desember 2007 sebesar 14,41%.

Grafik 3.1. Perkembangan Suku Bunga

0,00

3,00

6,00

9,00

12,00

15,00

18,00

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2005 2006 2007 2008

Pers

en (%

)

BI Rate r tabungan perbankan Sulteng r deposito 1 bln perbankan Sulteng r kredit perbankan Sulteng

22

Page 34: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

40

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Dari sisi penghimpunan dana, stabilnya BI Rate dan kecenderungan turunnya

suku bunga deposito dan Dana Pihak Ketiga (DPK) lainnya relatif tidak mempengaruhi

penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan. Sampai dengan bulan Maret 2008,

DPK perbankan Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 14,66% (y-o-y).

Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan simpanan jenis

tabungan. Hal ini sekaligus mencerminkan kepercayaan masyarakat yang masih tinggi

terhadap perbankan di tengah tren penurunan suku bunga simpanan. Berdasarkan

jenis simpanan masyarakat, DPK perbankan Sulawesi Tengah masih didominasi jenis

tabungan.

Dari sisi penyaluran kredit, pertumbuhan kredit masih terus berakselerasi dan

secara tahunan tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007. Kredit

perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi daripada

triwulan I-2007 sebesar 17,39% (y-o-y). Outstanding kredit sempat menurun pada

bulan Januari dan Februari 2008 terkait pelunasan kredit, khususnya untuk jenis

kredit modal kerja, dan kembali meningkat pada bulan Maret 2008. Total penyaluran

kredit perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan laporan mencapai

Rp4.893,36 miliar. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit perbankan masih

didominasi kredit konsumsi (50,96%) dan kredit modal kerja (42,95%), sedangkan

kredit investasi masih terbatas dengan pangsa 6,09%. Pertumbuhan kredit perbankan

selama triwulan laporan mencerminkan semakin membaiknya fungsi intermediasi

perbankan dan meningkatnya pembiayaan ke sektor riil.

1. PERKEMBANGAN MONETER

Perkembangan moneter di Provinsi Sulawesi Tengah antara lain tercermin dari

komponen-komponen uang beredar regional. Pada akhir triwulan I-2008 uang giral

tercatat sebesar Rp1.539,84 miliar atau naik 19,79% dibandingkan akhir triwulan

IV-2007 sebesar Rp1.285,46 miliar. Peningkatan uang giral tersebut terutama karena

kenaikan giro milik Pemerintah Daerah dan badan/lembaga Pemerintah terkait

dengan realisasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), termasuk dana

perimbangan. Sementara itu, posisi uang kuasi mengalami penurunan sebesar

-6,86% yaitu dari Rp3.940,18 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar

23

Page 35: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

41

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Rp3.670,06 miliar. Penurunan tersebut didorong oleh berkurangnya DPK perbankan

jenis tabungan.

Tabel 3.1. Perkembangan Komponen Uang Beredar Regional (Miliar Rupiah)

2007 Komponen Des.2005 Des.2006

Jun Sept Des Mar.2008

Uang Giral 942,28 1.407,93 1.695,77 1.780,41 1.285,46 1.539,84 Uang Kuasi - Deposito - Tabungan

2.455,11 844,16

1.610,95

3.079,74 963,76

2.115,98

3.140,87 981,24

2.159,63

3.260,38 996,69

2.263,69

3.940,18 995,45

2.944,73

3.670,06 1.003,11 2.666,95

Sumber : Bank Indonesia Palu

2. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kondisi perbankan Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan I-2008 masih

menunjukkan perkembangan yang relatif baik sebagaimana tercermin dari berbagai

indikator kinerja perbankan seperti perkembangan aset, perkembangan Dana Pihak

Ketiga (DPK), pertumbuhan kredit, perkembangan kualitas kredit dan Loans to

Deposit Ratio (LDR).

2.1. ASET DAN JARINGAN KANTOR

Aset perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 mencapai Rp6.892,33

miliar atau turun -0,21% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp6.906,86

miliar. Penurunan aset tersebut disebabkan berkurangnya DPK perbankan. Kelompok

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat masih mengalami pertumbuhan aset tertinggi

(q-t-q) yaitu sebesar 16,11% seiring dengan menariknya suku bunga simpanan yang

ditawarkan BPR, sedangkan bank umum swasta dan bank umum pemerintah secara

triwulanan mengalami penurunan aset. Pangsa terbesar aset perbankan masih pada

kelompok bank umum pemerintah yaitu sebesar 84,05%. Hal ini disebabkan jaringan

kantornya yang lebih banyak dan menyebar hampir di semua kabupaten/kota di

Sulawesi Tengah.

Tabel 3.2. Perkembangan Total Aset Perbankan (Miliar Rupiah)

2007 Keterangan Des.2005 Des.2006

Jun Sept Des Mar.2008

Bank Umum Pemerintah 3.940,33 5.237,31 5.513,89 5.756,94 5.796,07 5.792,81

Bank Umum Swasta 534,14 702,86 781,48 864,22 917,72 875,35

BPR 61,06 104,80 148,72 170,87 193,07 224,17

Total 4.535,53 6.044,97 6.444,09 6.792,03 6.906,86 6.892,33

Sumber : Bank Indonesia Palu

24

Page 36: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

42

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Berdasarkan daerah bank pelapor, aset perbankan tumbuh positif (q-t-q) di

Kabupaten Donggala (2,90%) dan Kabupaten Poso (11,32%). Sementara itu, aset

perbankan di Kota Palu, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Tolitoli tercatat turun

masing-masing -0,67%, -1,78% dan 0,76%. Adapun pangsa terbesar aset

perbankan masih terdapat di Kota Palu yang mencapai 58,10%, sedangkan yang

terkecil di Kabupaten Donggala yaitu 6,10% 3 .

Jaringan kantor bank selama triwulan I-2008 tidak mengalami perubahan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah ATM perbankan

bertambah 2 buah sehingga menjadi 82 ATM yang tersebar di seluruh

kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Dari jumlah tersebut, sebagian besar kantor bank

terdapat di Kota Palu yaitu sebanyak 37 kantor. Dari sekitar 105 kecamatan yang ada

di Sulawesi Tengah, belum seluruhnya memiliki jaringan kantor bank. Untuk itu Bank

Indonesia Palu akan berupaya mendorong perbankan untuk memperluas jaringan

kantornya terutama di daerah/kecamatan yang belum tersentuh layanan perbankan,

tentunya dengan memperhitungkan faktor cost dan benefit.

Grafik 3.2. Distribusi Kantor Bank di Sulawesi Tengah Triwulan I-2008

3

18

6

12

13

14

4

24

6

37

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Banggai Kepulauan

Banggai

Morowali

Poso

Donggala

Tolitoli

Buol

Parigi Moutong

Tojo Unauna

Palu

Jumlah Bank

2.2. PENGHIMPUNAN DANA

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan Sulawesi Tengah pada

triwulan I-2008 secara keseluruhan mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. DPK pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp5.209,90 miliar atau turun

-0,30% (q-t-q) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar Rp5.225,65 miliar.

DPK yang mengalami penurunan adalah jenis tabungan (-9,43%), sedangkan jenis

deposito dan giro tercatat meningkat masing-masing sebesar 0,77% dan 19,79%.

3 Data perbankan di Kabupaten Morowali dan Kabupaten Buol tidak ditampilkan karena hanya terdapat 1 buah kantor bank pelapor

25

Page 37: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

43

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Sementara itu secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 14,66% (y-o-y). Semua jenis DPK

diperkirakan akan meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan meningkatnya

aktivitas perekonomian daerah dan realisasi penyaluran dana perimbangan dari

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Tabel 3.3. Perkembangan Dana Perbankan Berdasarkan Golongan Pemilik

di Bank Umum (Miliar Rupiah) 2007

Golongan Pemilik Des.2006 Sept Des

Mar.2008

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah

Perusahaan Swasta

Perorangan

Lainnya

314,01

520,22

209,69

3.180,91

222,78

58,95

1.132,81

99,76

3.457,82

235,05

72,70

586,36

233,18

4.067,72

210,35

55,83

937,62

156,92

3.686,61

300,36

Jumlah 4.447,61 4.984,39 5.170,31 5.137,34

Sumber : Bank Indonesia Palu

Berdasarkan struktur atau komposisi penempatan DPK, masyarakat Sulawesi

Tengah masih lebih banyak menempatkan dananya dalam bentuk tabungan yaitu

sebesar 51,19%, disusul kemudian dalam bentuk giro sebesar 29,56% dan dalam

bentuk deposito sebesar 19,25%. Masyarakat lebih banyak menempatkan dananya

dalam bentuk tabungan antara lain disebabkan jangka waktu penarikan tabungan

lebih fleksibel melalui ATM maupun kantor bank dan hadiah yang ditawarkan bank

cukup banyak. Dengan struktur dana pihak ketiga yang didominasi oleh dana jangka

pendek, maka respon perbankan Sulawesi Tengah terhadap kebijakan tingkat bunga

yang dikeluarkan oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) relatif cepat.

Tabel 3.4. Penghimpunan Dana Perbankan (Miliar Rupiah)

2006 2007 Keterangan Des.2005

Des Jun Sept Des Mar.2008

Bank Umum Pemerintah

- Giro

- Deposito

- Tabungan

2.897,78

890,40

608,57

1.398,81

3.851,76

1.348,88

674,32

1.828,56

4.172,91

1.621,57

698,53

1.852,81

4.330,45

1.702,62

704,17

1.923,66

4.444,85

1.190,82

701,35

2.552,68

4.410,94

1.442,46

694,00

2.274,48

Bank Umum Swasta

- Giro

- Deposito

- Tabungan

460,20

51,88

203,66

204,66

595,84

59,05

257,25

279,54

613,97

74,20

242,63

297,14

653,95

77,80

247,58

328,57

726,30

94,64

251,18

380,48

726,40

97,38

249,98

379,04

BPR

- Deposito

- Tabungan

39,41

31,94

7,47

40,07

32,18

7,89

49,76

40,08

9,68

56,39

44,93

11,46

54,50

42,92

11,58

72,56

59,13

13,43

Total DPK 3.397,39 4.487,67 4.836,64 5.040,79 5.225,65 5.209,90

Sumber : Bank Indonesia Palu

26

Page 38: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

44

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Berdasarkan daerah bank pelapor, DPK perbankan pada triwulan I-2008 tumbuh

positif di Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai masing-

masing sebesar 23,84% (q-t-q), 7,42% (q-t-q) dan 3,49% (q-t-q). Sementara itu, DPK

Perbankan di Kota Palu dan Kabupaten Tolitoli tercatat turun masing-masing -2,95%

(q-t-q) dan -7,65% (q-t-q). Pangsa penghimpunan DPK terbesar masih terdapat di

Kota Palu yaitu sebesar 54,67% dan yang terkecil di Kabupaten Donggala sebesar

6,68%. Pertumbuhan DPK perbankan di berbagai kabupaten/kota di Sulawesi Tengah

dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain aktivitas perekonomian daerah, jaringan

kantor bank, serta realisasi pendapatan dan belanja daerah.

2.3. PENYALURAN KREDIT

Penyaluran kredit pada triwulan I-2008 bertumbuh sebesar 3,82% (q-t-q). Secara

tahunan, kredit perbankan tumbuh 30,74% (y-o-y), lebih tinggi daripada triwulan

I-2007 sebesar 17,39% (y-o-y). Outstanding kredit sempat menurun pada bulan

Januari dan Februari 2008 terkait pelunasan kredit, khususnya untuk jenis kredit

modal kerja, dan kembali meningkat pada bulan Maret 2008. Sumber pertumbuhan

kredit pada triwulan I-2008 antara lain karena penggunaan plafon kredit baru yang

disetujui oleh perbankan. Plafon kredit baru yang disetujui (kumulatif) selama triwulan

laporan tercatat sebesar Rp855,60 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp749,68 miliar.

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan (Miliar Rupiah) 2007 Keterangan Des.2005 Des.2006

Jun Sept Des Mar.2008

Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi

3.101,80 1.376,59

206,86 1.518,35

3.662,94 1.678,40

219,21 1.765,33

4.083,11 1.863,91

225,27 1.993,93

4.417,02 1.949,90

244,27 2.222,85

4.713,13 2.067,59

287,84 2.357,70

4.893,36 2.101,42

298,04 2.493,90

Sektor Ekonomi - Pertanian - Pertambangan - Perindustrian - Listrik, Gas&Air - Konstruksi - Perdag., Rest&Hotel - Pengangkutan - Jasa-Jasa - Lain-Lain

3.101,80 212,67 16,77

113,17 -

67,39 1.051,37

29,93 78,89

1.531,61

3.662,94 203,67

12,14 107,18

- 82,11

1.337,18 26,76

115,13 1.778,77

4.083,11 192,32

16,86 117,41

- 103,94

1.518,11 33,40 97,38

2.003,69

4.417,02 214,89

14,78 88,94 0,25

180,03 1.576,57

33,95 77,35

2.230,26

4.713,13 170,78

33,72 105,50

0,25 164,57

1.760,78 31,14 80,01

2.366,38

4.893,36 214,04

36,48 101,79

0,25 140,47

1.658,60 40,13

195,44 2.506,16

Kelompok Bank - Bank Umum Pemerintah - Bank Umum Swasta - BPR

3.101,80 2.723,33

324,34 54,13

3.662,94 3.186,40

401,11 75,43

4.083,11 3.518,34

465,53 99,24

4.417,02 3.763,13

535,17 118,72

4.713,13 4.012,67

587,39 113,07

4.893,36 4.152,02

607,68 133,66

Sumber : Bank Indonesia Palu

27

Page 39: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

45

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Distribusi kredit per-sektor ekonomi maupun jenis penggunaan dan kelompok

bank tidak mengalami perubahan yang berarti dari waktu ke waktu. Berdasarkan

sektor ekonomi, kredit perbankan pada triwulan laporan masih didominasi sektor

lain-lain (51,22%), sektor perdagangan (33,89 %) dan sektor pertanian (4,37%).

Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 42,95%,

kredit investasi sebesar 6,09% dan kredit konsumsi sebesar 50,96%. Pada triwulan

laporan kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,78%

(q-t-q), diikuti kredit investasi sebesar 3,54% (q-t-q) dan kredit modal kerja sebesar

1,64% (q-t-q).

Pangsa terbesar penyaluran kredit masih pada bank umum pemerintah yang

mencapai 84,85%, diikuti bank umum swasta dan BPR masing-masing dengan

pangsa 12,42% dan 2,73%. Berdasarkan daerah bank pelapor, pangsa terbesar

penyaluran kredit masih berada di Kota Palu yaitu sebesar 56,23%. Hal ini disebabkan

jumlah kantor bank yang lebih banyak, infrastruktur lebih memadai dan kegiatan

perekonomian yang lebih berkembang sebagai ibukota propinsi.

Loans to Deposit Ratio (LDR atau rasio kredit terhadap DPK) perbankan di

Sulawesi Tengah pada akhir triwulan I-2008 tercatat sebesar 93,92% atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 90,19%. Kenaikan LDR perbankan

disebabkan pertumbuhan kredit pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan DPK seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan usaha yang

menggunakan kredit perbankan.

Kredit UMKM

Perbankan, termasuk di Sulawesi Tengah, memiliki peranan besar dalam

mendorong pembangunan ekonomi daerah terutama melalui pembiayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Oleh sebab itu Bank Indonesia Palu terus

berupaya mendorong perbankan untuk meningkatkan pembiayaan/kredit kepada

UMKM melalui berbagai program dan kegiatan antara lain workshop/seminar UMKM,

pameran perbankan dan produk UMKM, pelatihan Konsultan Keuangan Mitra Bank

(KKMB), survei dan riset komoditas unggulan daerah, memfasilitasi pembentukan

skema penjaminan kredit serta memfasilitasi kerjasama BPR dengan bank

umum/lembaga lain (linkage program). Linkage program merupakan kerjasama bank

28

Page 40: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

46

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

umum dengan BPR untuk meningkatkan peran dan kontribusi perbankan dalam

penyaluran kredit dan mendukung pengembangan UMKM serta meningkatkan

efisiensi dan kemampuan SDM BPR yang dilandasi semangat kemitraan. Berbagai

upaya tersebut tampaknya cukup berhasil, tercermin dari perkembangan kredit

UMKM selama triwulan I-2008. Kredit UMKM perbankan Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan tercatat sebesar Rp4.328,45 miliar atau 88,46% dari total kredit.

Dibandingkan dengan akhir tahun 2007, kredit UMKM bertumbuh 2,35%.

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah)

2007 Keterangan Des.2005 Des.2006 Sept Des

Mar.2008

Kredit Mikro 1.358,85 1.746,11 2.060,70 2.126,69 2.232,79

Kredit Kecil 714,93 822,35 1.072,88 1.125,23 1.194,28

Kredit Menengah 847,90 764,50 849,84 977,04 901,38

Kredit UMKM 2.921,68 3.332,96 3.983,42 4.228,96 4.328,45

Sumber : Bank Indonesia Palu

Sampai dengan akhir triwulan laporan, jumlah UMKM yang dibiayai perbankan

Sulawesi Tengah diperkirakan sekitar 131.076 unit usaha atau 23,22% dari

keseluruhan unit usaha di Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006

yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, jumlah unit usaha di

Sulawesi Tengah sebanyak 564.408 unit usaha yang terdiri dari 193.630 unit usaha

non-pertanian dan 370.778 unit usaha pertanian.

Implementasi Sistem Penjaminan Kredit terkait dengan Instruksi Presiden

No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan

Pemberdayaan UMKM melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan akan

semakin meningkatkan penyaluran kredit UMKM. KUR merupakan kredit/pembiayaan

kepada UMKM baru dan koperasi untuk kegiatan produktif yang bersifat individu,

kelompok, kemitraan dan atau kluster dengan plafon kredit maksimal Rp500 juta.

2.4. KOLEKTIBILITAS KREDIT

Pertumbuhan kredit yang cukup menggembirakan pada triwulan I-2008 ikut

mempengaruhi adanya peningkatan kualitas kredit. Kualitas kredit bank umum pada

triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi triwulan

sebelumnya. Hal ini tercermin dari turunnya rasio Non Performing Loans (NPLs) gross

bank umum pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari

29

Page 41: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

47

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

6,30% menjadi 5,57%. Sementara itu secara net, NPLs bank umum tercatat sebesar

2,86%.

Tabel 3.7. Kolektibilitas Kredit Bank Umum (Miliar Rupiah) 2007

Kolektibilitas Des.2005 Des.2006 Jun Sept Des

Mar.2008

Jumlah Kredit 3.047,67 3.587,51 3.983,87 4.298,30 4.600,06 4.759,70

Lancar 2.662,05 3.143,55 3.451,17 3.728,77 4.082,28 4.230,30

Dalam Perhatian Khusus 237,66 202,19 248,08 273,78 228,20 264,36

Kurang Lancar 41,47 20,02 31,28 31,72 35,86 26,95

Diragukan 32,19 23,26 28,70 36,82 21,25 24,61

Macet 74,30 198,49 224,64 227,21 232,47 213,48

NPLs Gross (%) 4,85 6,74 7,14 6,88 6,30 5,57

NPLs net (%) 1,49 2,85 3,79 3,73 3,61 2,86

Sumber : Bank Indonesia Palu

Kredit sektor perdagangan pada triwulan I-2008 masih memberikan sumbangan

NPLs terbesar yaitu sebesar Rp138,22 miliar. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, kontribusi kredit sektor perdagangan terhadap pembentukan NPLs gross

mengalami penurunan yaitu dari 55,21% menjadi 52,15%. Di sisi lain, kontribusi

kredit sektor perindustrian, sektor jasa-jasa dan sektor lain-lain dalam pembentukan

NPLs gross cenderung meningkat.

Tabel 3.8. Perkembangan NPLs Gross Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi (Miliar Rupiah)

Desember 2006 Desember 2007 Maret 2008 Keterangan

Nominal % NPL Nominal % NPL Nominal % NPL Pertanian 14,60 7,32 27,16 16,47 20,89 10,07

Pertambangan 3,82 31,48 0,48 1,41 0,48 1,30

Perindustrian 29,54 27,62 12,31 11,73 11,99 11,82

Listrik, Gas dan Air - - - - - -

Konstruksi 5,26 6,41 21,63 13,15 16,74 11,92

Perdagangan 135,37 10,18 159,89 9,14 138,22 8,40

Pengangkutan 0,81 3,03 1,03 3,31 0,80 1,99

Jasa-Jasa 3,79 3,34 3,39 4,35 14,25 7,38

Lain-Lain 48,58 2,83 63,70 2,80 61,68 2,58

Total 241,77 6,74 289,59 6,30 265,05 5,57

Sumber : Bank Indonesia Palu

Sementara itu, kualitas kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sedikit memburuk,

tercermin dari peningkatan NPLs gross yaitu dari 1,70% pada triwulan IV-2007

menjadi sebesar 1,76% pada triwulan laporan. Apabila dihitung secara netto, NPLs

BPR berada pada angka 0,80% atau masih di bawah batas indikatif 5%.

30

Page 42: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

48

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

Tabel 3.9. Kolektibilitas Kredit BPR (Miliar Rupiah) 2007

Kolektibilitas Des.2005 Des.2006 Jun Sept Des

Mar.2008

Lancar 53,22 72,08 96,90 116,49 111,14 131,30 Kurang Lancar 0,35 1,71 0,68 0,64 0,73 1,07 Diragukan 0,36 1,30 1,20 0,88 0,48 0,40 Macet 0,19 0,34 0,46 0,72 0,72 0,88 NPLs Gross (%) 1,67 4,44 2,36 1,88 1,70 1,76

Sumber : Bank Indonesia Palu

Untuk memitigasi risiko kredit atau kemungkinan peningkatan NPLs maka

perbankan di Sulawesi Tengah dapat menempuh beberapa langkah sebagai berikut :

- Peningkatan fungsi manajemen risiko di bidang perkreditan antara lain dengan

membentuk unit manajemen risiko kredit dan mengikuti sertifikasi manajemen

risiko.

- Optimalisasi pemanfaatan informasi kredit untuk mengurangi informasi asimetris

sehingga dapat memitigasi risiko kredit lebih dini. Bank umum maupun BPR yang

menjadi bank pelapor Sistem Informasi Debitur (SID) dapat memanfaatkan SID

yang berguna dalam mendukung pengambilan keputusan.

- Meningkatkan keahlian SDM dan infrastruktur untuk mendukung ekspansi kredit.

- Restrukturisasi dan hapus buku untuk menahan kenaikan kredit bermasalah.

- Memastikan kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Kredit (PPPK).

- Menjaga permodalan yang memadai untuk mengatasi berbagai risiko.

- Melakukan penjaminan kredit bekerjasama dengan lembaga penjaminan kredit

yang sudah ada seperti PT. Askrindo (Persero) dan Perum Sarana Pengembangan

Usaha (Perum SPU).

31

Page 43: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

49

Boks 

PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Dalam rangka implementasi Sistem Penjaminan Kredit terkait dengan Instruksi

Presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil

dan Pemberdayaan UMKM, telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman

Bersama tentang Penjaminan Kredit / Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi pada

tanggal 9 Oktober 2007 antara 6 Departemen Teknis (Departemen Keuangan,

Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan

Perikanan, Departemen Perindustrian dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM)

dengan Lembaga Penjamin Kredit (Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT

Asuransi Kredit Indonesia) dan 6 Bank (BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin

dan Bank Syariah Mandiri). Gubernur Bank Indonesia, Menko Perekonomian dan

Menteri Negara BUMN turut menandatangani Nota Kesepahaman tersebut sebagai

pihak yang mengetahui. Selain itu, telah ditandatangani juga Perjanjian Kerjasama

antara Lembaga Penjamin Kredit (LPK) dengan masing-masing Bank Pelaksana.

Penjaminan kredit / pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi tersebut di atas

dikenal sebagai Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun ketentuan Program KUR

sebagai berikut :

ü Plafon kredit maksimal Rp500 juta

ü Suku bunga kredit / margin pembiayaan maksimal 16% efektif per tahun

ü Imbal jasa penjaminan / premi ditetapkan sebesar 1,5% per tahun dan menjadi

beban APBN

ü Pembagian risiko penjaminan : LPK 70% dan Bank 30%

ü Penjaminan dilakukan secara otomatis oleh LPK

ü Pemberian fasilitas kredit / pembiayaan oleh Bank diutamakan kepada UMKM dan

Koperasi yang diarahkan oleh Komite Kebijakan (Kementerian Terkait, Menko

Perekonomian, Meneg BUMN, Kepala Bappenas dan Kepala BPKP)

ü UMKM dan Koperasi yang dapat dijamin oleh LPK adalah usaha produktif yang

bersifat individu, kelompok, kemitraan dan atau cluster, layak dibiayai namun

belum bankable

Page 44: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

50

ü Bank melakukan penilaian kelayakan usaha dan memutuskan pemberian kredit /

pembiayaan

Untuk mendukung keberhasilan Program KUR, Bank Indonesia telah melakukan

beberapa hal sebagai berikut :

ü Menetapkan kebijakan / ketentuan untuk mendukung pelaksanaan penjaminan

ü Membantu melakukan monitoring perkreditan melalui Sistem Informasi Debitur

(SID)

ü Bersama Bank Pelaksana menyusun kriteria usaha yang feasible namun tidak

bankable. Kriteria usaha yang tidak bankable adalah usaha dengan jaminan

kurang dan persyaratan administrasi tidak lengkap

ü Memfasilitasi perbankan dengan sektor riil antara lain melalui bazar intermediasi

dan bantuan teknis

Pada tanggal 24 April 2008, bertempat di Kantor Bank Indonesia Palu, Bank

Indonesia menyelenggarakan Workshop Pembiayaan Sektor Riil sekaligus sosialisasi

Program KUR kepada berbagai pemangku kepentingan yaitu Pemerintah Daerah,

asosiasi dunia usaha, perbankan dan instansi / lembaga terkait. Pemateri pada

workshop tersebut adalah Bank Indonesia, LPK, Bank Pelaksana, Departemen

Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Askindo (Asosiasi Kakao

Indonesia) Provinsi Sulawesi Tengah. Komoditas yang menjadi fokus workshop

tersebut adalah kakao dan rumput laut dengan pertimbangan sebagai berikut :

ü Sulawesi Tengah merupakan penghasil kakao utama di Indonesia dan kakao

mendominasi ekspor antar negara Sulawesi Tengah

ü Lahan pengembangan budidaya kakao di Sulawesi Tengah cukup tersedia

ü Banyak wilayah perairan Sulawesi Tengah yang cocok untuk budidaya rumput laut

ü Jumlah petani yang terlibat dalam budidaya / produksi kakao relatif besar

ü Kebutuhan kakao dan rumput dunia terus meningkat

ü Perkembangan harga kakao dan rumput cukup menjanjikan

Kegiatan workshop tersebut diharapkan dapat mendukung keberhasilan Program

KUR sekaligus mampu memberdayakan sektor riil / UMKM.

Page 45: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

51

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB 4 

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran

nasional, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh Bank Indonesia, baik dalam

transaksi pembayaran tunai maupun non tunai. Perkembangan transaksi pembayaran

tunai diketahui melalui aliran uang kartal masuk dan aliran uang kartal keluar di Bank

Indonesia, sedangkan perkembangan transaksi pembayaran non tunai dapat

diketahui melalui aktivitas kliring dan BI-RTGS.

Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga

yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta

mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Dalam hal ini, kebijakan

Bank Indonesia, termasuk di Propinsi Sulawesi Tengah, diarahkan untuk memenuhi

ketersediaan uang kartal dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat

waktu, menjaga kualitas yang layak edar (clean money policy), melakukan tindakan

untuk menanggulangi meluasnya peredaran uang palsu dan meningkatkan pelayanan

perkasan.

Di bidang pembayaran non-tunai, Bank Indonesia berwenang mengatur sistem

kliring antar bank dalam mata uang rupiah dan valuta asing (valas). Penyelenggaraan

kliring tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh Bank Indonesia atau pihak lain

dengan persetujuan Bank Indonesia. Selain penyelenggaraan kliring, penyelesaian

akhir transaksi pembayaran antar bank dalam mata uang rupiah dan valas

diselenggarakan juga oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank

Indonesia.

1. PERKEMBANGAN UANG KARTAL (INFLOW / OUTFLOW)

Perkembangan uang kartal masuk (inflow) dan uang kartal keluar (outflow) di

Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2008 mengalami penurunan yang signifikan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah inflow di Bank Indonesia Palu

pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp327,85 miliar atau turun -16,78%

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp393,97 miliar. Sementara itu, jumlah

32

Page 46: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

52

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

outflow tercatat sebesar Rp180,32 miliar atau turun -82,70% dibandingkan triwulan

IV-2007 sebesar Rp1.042,44 miliar. Penurunan inflow dan outflow tersebut terkait

dengan kebijakan Bank Indonesia (khususnya di Kota Palu) yang hanya menerima

setoran dari bank-bank untuk uang kartal yang tidak layak edar, sedangkan untuk

uang kartal yang layak edar dikelola oleh masing-masing bank dan dilakukan

kerjasama antar bank dalam pengelolaan uang kartal melalui Focus Group Discussion

(FGD).

Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Tr I-05 Tr II-05 Tr III-05 Tr IV-05 Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08

Mili

ar R

p

Inflow

Outflow

Dalam rangka menjaga kualitas uang rupiah dalam kondisi yang layak edar di

masyarakat, Bank Indonesia Palu melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang

rupiah yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran

dan uang yang sudah tidak layak edar. Jumlah uang yang dimusnahkan dapat dilihat

dari jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Selama triwulan I-2008, jumlah

uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu mencapai Rp85,91 miliar atau

turun -6,56% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp91,94 miliar.

Grafik 4.2. Perkembangan PTTB

32,42

22,40 20,06

29,04

17,63

46,14

36,50

26,30

23,35

41,35

20,46

16,44

29,62

-

100

200

300

400

500

600

700

Tr I-05 Tr II-05 Tr III-05 Tr IV-05 Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08

Mili

ar R

p

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

Pers

en (%

)

Inflow

PTTB

Rasio PTTB Thd Inflow

33

Page 47: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

53

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Untuk memperluas layanan penukaran uang sampai ke daerah-daerah terpencil

di Sulawesi Tengah, Bank Indonesia Palu sejak 16 Oktober 2006 telah melakukan

kerjasama penukaran uang rupiah tidak layak edar dengan PT.Pos Indonesia (Persero)

yang untuk tahap awal melayani masyarakat yang berada di daerah Tentena,

Beteleme, Kolonedale, Bungku dan Tomata. Bank Indonesia Palu berharap kerjasama

tersebut berhasil sehingga dapat dikembangkan di seluruh wilayah Sulawesi Tengah

terutama daerah terpencil di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Tolitoli.

Selama ini Bank Indonesia Palu dan PT.Pos Indonesia (Persero) telah melakukan

penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang kerjasama tersebut dengan

menggunakan leaflet maupun spanduk.

2. PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN

Selama triwulan I-2008 jumlah uang palsu yang ditemukan sebanyak 5 lembar,

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 10 lembar. Untuk

meminimalisir jumlah uang palsu, Bank Indonesia Palu telah menjalin kerjasama

dengan pihak-pihak terkait dan secara berkesinambungan melaksanakan kegiatan

sosialisasi mengenai pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat.

Tujuan dari sosialisasi tersebut adalah untuk memberikan pengetahuan dan

pemahaman kepada masyarakat umum tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah,

sehingga masyarakat diharapkan aktif membantu mengamankan uang rupiah dari

pemalsuan.

Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar)

2007 2008 Pecahan Mata Uang (Nominal)

2005 2006 Tr II Tr III Tr IV Tr I

Rp100.000 108 3.459 9 2 3 2

Rp50.000 15 14 1 4 6 3

Rp20.000 10 2 1 1 1 -

Rp10.000 11 1 - - - -

Jumlah 144 3.476 11 7 10 5

Sumber : Bank Indonesia Palu

3. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL

Pasal 16 Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 tahun 2004 menyatakan

bahwa Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antar bank dalam mata

uang rupiah dan valas. Adanya kliring diharapkan dapat meningkatkan penggunaan

34

Page 48: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

54

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

instrumen pembayaran giral dan mendorong masyarakat untuk menyimpan dana di

bank. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penyelenggaraan

kliring untuk transaksi antar bank adalah memberikan alternatif bagi masyarakat

dalam melakukan suatu pembayaran yang aman, efektif dan efisien, dan bagi bank

merupakan salah satu layanan kepada nasabah dan dapat menjadi salah satu sumber

fee based income (pendapatan di luar bunga).

Dalam rangka meningkatkan kecepatan dan keakuratan settlement sehingga

lebih memberikan kepastian dalam penyelesaian transaksi serta meminimalkan risiko

kegagalam settlement, maka sejak September 2006 Kantor Bank Indonesia Palu telah

menerapkan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Terlaksananya transmisi

arus dana melalui SKNBI secara real time, otomatis akan mempercepat perputaran

uang (velocity of money) dan mengurangi floating dana karena tidak ada lagi

penundaan (time lag) dalam settlement sebagaimana terjadi pada sistem kliring lokal.

Sementara itu, penerapan SKNBI di Kota Tolitoli dan Kota Luwuk telah dimulai sejak

bulan November 2007.

Selama triwulan I-2008, jumlah warkat kliring naik 4,29% yaitu dari 29.436

lembar pada triwulan sebelumnya menjadi 30.698 lembar. Sementara itu, nominal

perputaran kliring tercatat turun -17,59% dibandingkan triwulan IV-2007 sehingga

menjadi Rp1.352,93 miliar. Kenaikan jumlah warkat kliring mengindikasikan semakin

meningkatnya aktivitas perekonomian daerah.

Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 2006 2007 2008

Keterangan Tr III Tr IV Tr III Tr IV Tr I

Perputaran Kliring

- Lembar

- Nominal (Miliar Rp)

34.079

886,74

30.500

1.079,94

34.730

1.381,52

29.436

1.641,77

30.698

1.352,93

Rata-Rata Harian Perputaran Kliring

- Lembar

- Nominal (Miliar Rp)

541

14,08

510

18,04

543

21,89

504

27,86

523

22,72

Persentase Rata-Rata Tolakan Cek dan

BG Kosong per-hari

- Lembar (%)

- Nominal (%)

0,59

0,33

1,17

0,80

0,61

0,33

0,84

0,37

0,53

0,21

Sumber : Bank Indonesia Palu

35

Page 49: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

55

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Untuk rata-rata warkat tolakan cek/BG kosong per-hari tercatat sebesar 0,53%

(turun -36,90% dibandingkan triwulan sebelumnya), sedangkan rata-rata nominal

tolakan cek/BG kosong per-hari tercatat sebesar 0,21% (turun -43,24%

dibandingkan triwulan sebelumnya). Guna menjamin kepercayaan masyarakat

terhadap cek dan bilyet giro (BG), Bank Indonesia telah menyempurnakan aturan

pelaksana tata usaha Daftar Hitam Nasional (DHN) melalui Surat Edaran

No.9/13/DASP tanggal 15 Juni 2007. Dengan dikeluarkannya peraturan DHN ini

diharapkan akan tercipta efisiensi dalam administrasi DH yaitu hanya satu kali

penerbitan DH secara nasional setiap periode penerbitan. Bagi bank tentunya akan

mempercepat dan memudahkan bank dalam proses identifikasi calon nasabah yang

akan membuka atau memperoleh fasilitas rekening giro dengan memanfaatkan data

nasabah yang tercantum dalam DHN.

4. PERKEMBANGAN BI-RTGS

Aliran dana keluar (outflow) dari Kota Palu melalui Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp4.010,85 miliar

atau turun -23,73% dibandingkan triwulan IV-2007 sebesar Rp5.258,92 miliar

dengan volume transaksi sebanyak 4.425 transaksi. Sementara itu, aliran dana masuk

(inflow) juga turun -26,72% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi

Rp3.230,90 miliar dengan volume transaksi sebanyak 2.984 transaksi. Nominal dan

volume transaksi melalui BI-RTGS diperkirakan akan semakin meningkat pada

triwulan mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian

di Sulawesi Tengah.

Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Kota Palu (1.000,00)

-

1.000,00

2.000,00

3.000,00

4.000,00

5.000,00

6.000,00

Tr I-06 Tr II-06 Tr III-06 Tr IV-06 Tr I-07 Tr II-07 Tr III-07 Tr IV-07 Tr I-08

Mili

ar R

p

Inflow

Outflow

Net Outflow

36

Page 50: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

56

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB 5 

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN 

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang dalam beberapa tahun terakhir

selalu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan

dapat memberikan dampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat, baik melalui

penciptaan lapangan kerja maupun peningkatan pendapatan. Di sisi tenaga kerja,

pertumbuhan ekonomi akan membuka lapangan kerja sehingga angkatan kerja yang

ada dapat diserap dan memiliki pendapatan. Namun demikian, pertumbuhan

ekonomi daerah yang terjadi tidak serta merta mampu menyebabkan penciptaan

lapangan kerja secara signifikan sehingga pendapatan yang terjadi hanya dinikmati

oleh sebagian masyarakat. Di sisi pendapatan, pertumbuhan ekonomi daerah akan

menciptakan pendapatan bagi setiap pelaku usaha. Namun demikian, pendapatan

yang tercipta tidak dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas. Penilaian dampak

pertumbuhan ekonomi terhadap perbaikan kesejahteraan salah satunya adalah

melalui tingkat distribusi ketimpangan pendapatan yang tercermin dari angka Gini

Ratio 4 .

Tabel 5.1. Perkembangan Gini Ratio Sulawesi Tengah

2005 2007

Keterangan

40%

populasi

dengan

pendapatan

terendah

40%

populasi

dengan

pendapatan

menengah

20%

populasi

dengan

pendapatan

tertinggi

Gini

Ratio

40%

populasi

dengan

pendapatan

terendah

40%

populasi

dengan

pendapatan

menengah

20%

populasi

dengan

pendapatan

tertinggi

Gini

Ratio

Sulteng 21,85 38,07 40,08 0,30 20,88 39,09 40,04 0,32

Nasional 18,81 36,40 44,78 0,36 19,10 36,11 44,79 0,36

Sumber : BPS

4 Gini Ratio merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan. Nilai Gini Ratio terletak antara 0 dan 1, dimana nilai yang mendekati 0 maka tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah (distribusi pendapatan merata), dan sebaliknya. Distribusi pendapatan di Indonesia dibagi atas tiga kelompok yaitu kelompok teratas, menengah dan terendah. Menurut Bank Dunia, distribusi pendapatan timpang manakala kelompok pendapatan terendah hanya menikmati kue ekonomi kurang dari 17%.

37

Page 51: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

57

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Berdasarkan perkembangan Gini Ratio pada tabel 5.1 dapat dikemukakan bahwa

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu memperbaiki

ketimpangan pendapatan di Sulawesi Tengah. Hal ini tercermin dari memburuknya

angka Gini Ratio Sulawesi Tengah tahun 2007 dibandingkan tahun 2005 yaitu dari

0,30 menjadi 0,32. Pada tahun 2007, 40% masyarakat Sulawesi Tengah dengan

pendapatan terendah menikmati kue ekonomi di atas 17% (20,88%) sehingga

ketimpangan tahun 2007 masih relatif rendah.

1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaaan di Sulawesi Tengah posisi Agustus 2007 menunjukkan

adanya perbaikan. Pada bulan Agustus 2007 tingkat pengangguran terbuka (TPT) di

Sulawesi Tengah tercatat 8,39% atau lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2006

sebesar 10,31%, dan bahkan masih di bawah TPT nasional sebesar 9,11%. Faktor

utama yang mempengaruhi perbaikan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi.

Grafik 5.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah

5,85

7,71

10,31

8,90

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Agts.2004 Nop.2005 Agts.2006 Agts.2007

Persen

(%)

Sumber : BPS Sulteng

Pada bulan Agustus 2007, persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian

mengalami penurunan yang cukup berarti. Pada Agustus 2007 penyerapan tenaga

kerja di sektor pertanian sebesar 59,60%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2006

sebesar 68,90%. Hal ini disebabkan karena faktor cuaca yang kurang baik ditandai

dengan meningkatnya gelombang pasang sehingga kegiatan di sektor pertanian

menurun khususnya subsektor perikanan. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di

sektor industri, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan dan sektor

jasa kemasyarakatan mengalami peningkatan yang signifikan.

38

Page 52: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

58

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Grafik 5.2. Perkembangan Angkatan Kerja yang Bekerja Berdasarkan Sektor Ekonomi

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Perta

nian

Perta

mba

ngan

Indu

stri

Listri

k, G

as dan

Air

Bang

unan

Perd

agan

gan

Peng

angk

utan

Keua

ngan

dan

Jasa

Per

usah

aan

Jasa

Kem

asya

raka

tan

Jum

lah

Jum

lah

Agustus 2006

Agustus 2007

Sumber : BPS Sulteng

Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2008 tercatat sebanyak 53.318

orang atau naik 5,85% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan

terdapat 40 orang tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja

(PHK), lebih rendah daripada triwulan IV-2007. Pada triwulan laporan juga terdapat

pengiriman TKI asal Sulawesi Tengah ke luar negeri sebanyak 6 orang tenaga kerja.

Tabel 5.2. Perkembangan Ketenagakerjaan

2006 2007 2008 Indikator Tenaga Kerja Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I *)

Jumlah TKI 27 24 - 314 - 6

Jumlah Kasus PHK - - 24 16 82 2

Jumlah TK yang di PHK - - 26 36 198 40

Pencari Kerja yang

Terdaftar **) 44.776 44.864 45.631 46.079 50.369 53.318

Sumber : Disnakertrans Sulteng Ket : *) Angka sementara

Sementara itu, Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2008

ditetapkan sebesar Rp670.000 per-bulan atau naik 8,94% dibandingkan tahun 2007

sebesar Rp615.000. Namun demikian, angka tersebut masih berada di bawah angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Sulawesi Tengah tahun 2008. Dibandingkan dengan

rata-rata UMP se-Indonesia (Rp747.244 per-bulan), UMP Sulawesi Tengah lebih

rendah 10,34%.

39

Page 53: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

59

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Grafik 5.3. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

500.000

550.000

600.000

650.000

700.000

750.000 800.000

850.000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

110,00%

UMP (Rupiah)

KHL (Rupiah)

UMP / KHL (%)

2. KEMISKINAN

Beberapa indikator kemiskinan di Sulawesi Tengah tahun 2007 menunjukkan

perkembangan positif. Persentase penduduk miskin turun dari 24,09% tahun 2006

menjadi 22,42% tahun 2007. Penurunan tersebut terjadi di wilayah perkotaan

maupun pedesaan. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan

menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya masing-masing dari 6,49%

menjadi 4,47% dan dari 2,00% menjadi 1,38%.

Tabel 5.3. Perkembangan Indikator Indikator Kemiskinan di Propinsi Sulawesi Tengah

Keterangan 2004 2005 2006 2007

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)

Kota

Desa

486,30

70,50

415,80

527,50

73,20

454,30

566,10

76,60

489,50

557,50

67,10

490,40

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota

Desa

21,69

15,33

23,33

21,80

14,41

23,76

24,09

15,52

26,37

22,42

12,86

24,97

Indeks Kedalaman Kemiskinan (%)

Kota

Desa

4,03

3,19

4,73

4,18

2,26

4,64

6,49

2,71

7,47

4,47

2,15

5,08

Indeks Keparahan Kemiskinan (%)

Kota

Desa

1,14

0,96

1,37

1,20

0,63

4,18

2,00

0,72

6,49

1,38

0,57

1,60

Sumber : BPS Sulteng

Dalam rangka mengatasi rawan pangan dan penurunan daya beli masyarakat,

termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah, maka sejak pertengahan tahun 1998 sampai

dengan saat ini Pemerintah Pusat telah menugaskan Perum Bulog untuk

melaksanakan penyaluran Raskin (beras untuk keluarga miskin). Berdasarkan data

40

Page 54: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

60

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

tahun 2006, di Sulawesi Tengah terdapat 211.373 rumah tangga miskin (RTM) yang

tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Jumlah RTM paling banyak terdapat di

Kabupaten Donggala (50.378 RTM), sedangkan yang paling sedikit terdapat di

Kabupaten Buol (11.857 RTM). RTM adalah sasaran atau penerima Raskin yang

disalurkan Perum Bulog Divisi Regional Sulteng tiap bulan. Jatah Raskin tahun 2008

awalnya adalah sebanyak 10 kg/bulan/RTM dengan harga tebus Rp1.600/kg. Terkait

dengan kebijakan stabilisasi pangan tahun 2008, jatah Raskin saat ini ditingkatkan

menjadi 15 kg/bulan/RTM.

41

Page 55: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

61

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6 

KEUANGAN DAERAH

Kinerja operasi keuangan Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah (dari sisi belanja

daerah) selama triwulan I-2008 diperkirakan masih relatif rendah, terutama untuk

realisasi belanja barang dan modal. Hal ini merupakan siklus tahunan yang polanya

hampir sama dengan triwulan I tahun sebelumnya. Pada awal tahun diperkirakan

setiap Pemerintah Daerah masih melakukan persiapan tender untuk pengadaan

barang dan belanja modal. Hal lain yang menyebabkan masih relatif rendahnya

realisasi belanja daerah adalah keterlambatan pengesahan Perda APBD di beberapa

daerah di Sulawesi Tengah dan masih terbatasnya pejabat pembuat komitmen yang

bersertifikasi. Sementara itu, realisasi belanja pegawai diperkirakan sesuai dengan

rencana karena bersifat rutin.

Dari sisi pendapatan daerah, dana perimbangan masih merupakan sumber

utama pendapatan daerah di Sulawesi Tengah dengan kontribusi sangat besar.

Sebagai informasi, pada tahun 2006 kontribusi dana perimbangan terhadap

pendapatan daerah seluruh Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah mencapai

92,45%, sedangkan pada tahun 2007 kontribusinya sedikit menurun menjadi

90,73%. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber

daya alam, dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).

DAU adalah komponen dana perimbangan terbesar. Pada tahun 2006, kontribusi

DAU terhadap pendapatan daerah mencapai 77,78%, dan pada tahun 2007

kontribusinya sedikit menurun menjadi 75,22%. DAU yang diterima Pemerintah

Daerah se-Sulawesi Tengah tahun 2008 sebesar Rp4.049,96 miliar atau naik 12,24%

dibandingkan DAU tahun 2007 sebesar Rp3.608,22 miliar. Realisasi penyaluran DAU

tahun 2008 sampai dengan triwulan I-2008 diperkirakan telah mencapai 25,00%

atau sekitar Rp1.012,49 miliar dengan asumsi realisasi setiap bulan mencapai

seperduabelas dari besaran DAU (sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

No.04/PMK.07/2008).

42

Page 56: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

62

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

Grafik 6.1. Perkembangan DAU di Sulawesi Tengah

3.262,73

3.608,22

4.049,96

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

4.000,00

4.500,00

2006 2007 2008

Sumber : Depkeu

Miliar

Rp

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

Pers

en (%

)

DAU (Miliar Rp)

Kenaikan (%)

Sementara itu, DAK merupakan komponen dana perimbangan terbesar kedua

setelah setelah DAU. Tahun 2006 kontribusi DAK terhadap pendapatan daerah

mencapai 6,97%, tahun 2007 kontribusi DAK meningkat menjadi 9,80%, dan tahun

2008 diperkirakan akan semakin meningkat. Tahun 2008, DAK yang dialokasikan ke

seluruh daerah di Sulawesi Tengah mencapai Rp578,98 miliar atau naik 23,72%

dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp467,96 miliar. DAK dialokasikan untuk bidang

pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana

Pemerintahan Daerah serta lingkungan hidup. Namun demikian, dengan adanya

Peraturan Menteri Keuangan No.04/PMK.07/2008 tanggal 28 Januari 2008 tentang

Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah, realisasi DAK

untuk Sulawesi Tengah berpotensi lebih rendah daripada DAK yang telah

ditetapkan/dialokasikan Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan Pemerintah Pusat telah

menetapkan bahwa penyaluran DAK dilakukan dalam empat tahap yaitu :

- Tahap I sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan setelah Perda APBD diterima

Dirjen Perimbangan Keuangan, paling cepat disalurkan bulan Februari.

- Tahap II sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari

kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap I diterima Dirjen

Perimbangan Keuangan.

- Tahap III sebesar 30% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari

kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap II diterima Dirjen

Perimbangan Keuangan.

- Tahap IV sebesar 10% dari alokasi DAK, dilaksanakan selambat-lambatnya 15 hari

kerja setelah laporan penyerapan penggunaan DAK tahap III diterima Dirjen

Perimbangan Keuangan.

43

Page 57: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

63

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan data Dirjen Perimbangan Keuangan-Depkeu, dari 10

kabupaten/kota dan 1 provinsi di Sulawesi Tengah yang mendapatkan alokasi DAK,

hanya 6 kabupaten/kota yang telah mendapatkan realisasi DAK tahap I pada bulan

Februari 2008 yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten

Donggala, kabupaten Poso, Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong dengan nilai

keseluruhan mencapai Rp101,02 miliar. Berdasarkan peraturan yang ada, daerah

lainnya yang tidak mendapatkan penyaluran DAK tahap I berpotensi tidak

mendapatkan DAK. Permasalahan yang diperkirakan menjadi kendala dalam

penyaluran DAK tahun 2008 antara lain Perda APBD belum disahkan dan laporan

penggunaan DAK tahun sebelumnya belum disampaikan kepada Pemerintah Pusat.

Grafik 6.2. Perkembangan DAK di Sulawesi Tengah

-

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

2006 2007 2008

Miliar

Rp

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

Sumber : Depkeu

Pers

en (%

)

DAK (Miliar Rp)

Kenaikan (%)

Pada tahun 2008 ini, dana bagi hasil pajak yang akan diterima daerah-daerah di

Sulawesi Tengah diperkirakan mencapai Rp303,49 miliar atau naik 18,31%

dibandingkan tahun 2007 sekitar Rp256,51 miliar. Dana bagi hasil pajak tersebut

sebagian besar berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara itu, dana bagi

hasil sumber daya alam yang diterima Sulawesi Tengah tahun 2008 diperkirakan

sebesar Rp32,15 miliar atau meningkat 79,92% dibandingkan tahun 2007 sebesar

Rp17,87 miliar. Dana bagi hasil sumber daya alam tersebut berasal dari minyak bumi

di Kabupaten Morowali sehingga kabupaten tersebut mendapatkan alokasi terbesar

yaitu 40% atau sekitar Rp12,86 miliar, sedangkan Pemerintah Provinsi mendapatkan

alokasi 20% atau sekitar Rp6,43 miliar dan daerah lainnya mendapatkan masing-

masing 4,44% atau sekitar Rp1,43 miliar.

44

Page 58: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

64

BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

BAB 7

PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh

positif dan sedikit mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan

II-2007. Di sisi sektoral, penurunan pertumbuhan akan terjadi pada sektor

pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air

bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor

angkutan dan komunikasi, sedangkan sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa diperkirakan mengalami peningkatan

pertumbuhan. Musim yang mendukung dan produktifitas yang meningkat akan

menjadi faktor pendorong pertumbuhan di sektor pertanian. ARAM I-2008 yang

dibuat oleh BPS Sulawesi Tengah memperkirakan produktifitas tanaman padi

meningkat dari 41,94 kwintal/ha menjadi sekitar 42,45 kwintal/ha. Selain itu,

pencetakan sawah baru di beberapa daerah di Sulawesi Tengah, berlanjutnya subsidi

pupuk dan benih serta kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras

sedikit banyak ikut mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian. Di sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, peningkatan pertumbuhan didorong oleh

semakin meningkatnya kegiatan perekonomian pada triwulan mendatang. Sementara

itu di sektor jasa-jasa, peningkatan pertumbuhan terutama akan didorong oleh jasa-

jasa pemerintahan umum seiring dengan meningkatnya belanja daerah dan semakin

bertambahnya program bantuan Pemerintah kepada masyarakat sebagai kompensasi

rencana kenaikan BBM subsidi di akhir triwulan II-2008.

Dari sisi permintaan, kegiatan yang diperkirakan mengalami peningkatan

pertumbuhan yaitu konsumsi Pemerintah, investasi dan ekspor, sedangkan konsumsi

rumah tangga diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup berat terkait

dengan rencana Pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Namun demikian,

konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh positif karena Pemerintah

45

Page 59: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

65

BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

berupaya mempertahankan daya beli masyarakat dengan program bantuan kepada

masyarakat. Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan seiring

dengan meningkatnya realisasi belanja daerah antara lain untuk mendukung

pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini

didukung dengan waktu pengesahan Perda APBD yang lebih baik dibandingkan

tahun lalu. Sementara itu, investasi mengalami peningkatan pertumbuhan seiring

dengan semakin meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah dan swasta,

sedangkan peningkatan pertumbuhan ekspor Sulawesi Tengah terutama didukung

peningkatan produksi kakao dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun

2007.

2. PROSPEK INFLASI

Berdasarkan data dan perkembangan terkini, inflasi IHK tahunan (y-o-y) Kota

Palu pada triwulan II-2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan. Inflasi terutama

terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan akibat pengaruh kenaikan BBM industri (non subsidi) dan rencana

kenaikan BBM subsidi, gangguan pasokan serta masih tingginya harga beberapa

komoditas dunia.

Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, khususnya di Sulawesi Tengah

(Kota Palu), Bank Indonesia Palu mendorong perlunya suatu koordinasi antar

pemangku kepentingan untuk turut berperan mengendalikan kestabilan pergerakan

harga di daerah melalui pembentukan Forum Pengendalian Inflasi Daerah. Untuk

tahap awal, Bank Indonesia Palu telah mengundang berbagai pemangku kepentingan

pada bulan April 2008.

3. PROSPEK PERBANKAN

Berdasarkan perkembangan berbagai indikator perbankan sampai dengan akhir

triwulan laporan, perbankan Sulawesi Tengah pada tahun 2008 diperkirakan masih

tetap stabil dengan beberapa pencapaian antara lain pertumbuhan kredit di atas 20%

dan NPLs netto di bawah 5%. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu

dicermati karena berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan kredit dan

kualitas kredit yaitu kenaikan suku bunga dan kenaikan harga BBM subsidi.

46

Page 60: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

66

LAMPIRAN

Page 61: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

67

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi

Inflasi month to month

Inflasi year to date

Inflasi year on year

Inflasi quarter to quarter

Inflasi inti (core inflation)

Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum

dalam satu periode. Umumnya inflasi diukur dengan

melihat perubahan harga sekelompok barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat seperti

tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat

dipengaruhi baik oleh sisi permintaan maupun sisi

penawaran.

Adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks

Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK

bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat

(m-t-m).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya

(inflasi kumulatif), dan sering disingkat (y-t-d).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya

(inflasi tahunan), dan sering disingkat (y-o-y).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen pada akhir triwulan

yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan

sebelumnya (inflasi triwulanan), dan sering disingkat

(q-t-q).

Adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum

(faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai

tukar dan keseimbangan permintaan dan penawaran

agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-

harga secara umum dan lebih bersifat permanen.

Page 62: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

68

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi volatile foods

Inflasi administered prices

Uang kartal

Uang kuasi

Uang giral

LDR

NPLs

PPAP

Adalah inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-

faktor tertentu.

Adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Adalah uang kertas, uang logam, komemoratif koin dan

uang kertas komemoratif yang dikeluarkan oleh bank

sentral yang menjadi alat pembayaran yang sah di suatu

negara.

Adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening

valuta asing milik penduduk. Berdasarkan standar

penyusunan dan penyajian statistik secara internasional

yang terbaru, BPR/BPRS dimasukkan sebagai anggota sistem

moneter sehingga tabungan dan deposito yang ada di

BPR/BPRS diperhitungkan sebagai uang kuasi.

Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman

uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh

tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk

dalam rupiah pada sistem moneter.

Adalah rasio total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga

(DPK). DPK terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan

giro. LDR singkatan dari Loans to Deposit Ratio.

Adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong

kolektibilitas tidak lancar, yaitu kurang lancar, diragukan

dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. NPLs

singkatan dari Non Performing Loans.

Adalah sejumlah dana yang dialokasikan untuk

mengantisipasi tidak tertagihnya aktiva produktif yang

tergolong kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan

ketentuan Bank Indonesia. Aktiva produktif dalam hal ini

adalah kredit. PPAP singkatan dari Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif.

Page 63: BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL · Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaks anakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur

BANK INDONESIA PALU

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

69

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Cash Inflow

Cash outflow

Net flow

PTTB

PDB-PDRB

DAU

DAK

Bagi Hasil

Adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia,

misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank-bank umum.

Adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui

proses penarikan tunai bank umum dari giro di Bank

Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Adalah selisih antara outflow dan inflow.

Adalah kegiatan pemusnahan uang atau Pemberian Tanda

Tidak Berharga, sebagai upaya Bank Indonesia untuk

menyediakan uang kartal yang layak dan segar (fit for

circulation) untuk bertransaksi.

Adalah sebuah analisis perhitungan pertumbuhan ekonomi

dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di

sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala

nasional disebut Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk

skala regional/daerah disebut Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB).

DAU singkatan dari Dana Alokasi Umum. DAU merupakan

transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi

masalah ketimpangan horisontal (antar daerah) dengan

tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah.

DAK singkatan dari Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan

transfer yang bersifat khusus (specific grant) untuk

memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan atau

kepentingan nasional.

Merupakan dana perimbangan untuk mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang

dilakukan melalui pembagian hasil antara pemerintah

pusat dan daerah penghasil, dari sebagian penerimaan

perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam.