Bab 1 Pendahuluan -...

17
1 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah laut kurang lebih tujuh puluh persen dari wilayah keseluruhan, yang seharusnya menjanjikan kehidupan masyarakat pesisir atau nelayan menjadi lebih baik. Hal ini dapat dipahami karena sumber daya alam yang berkaitan dengan laut seperti berbagai jenis ikan, udang, rumput laut dan sebagainya relatif berlimpah. Kenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya masih terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty). Pendapatan yang mereka peroleh lebih kecil dibanding dengan pengeluaran sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah-tangganya perlu mencari sumber lain agar diperoleh tambahan pendapatan. Kemiskinan rumah tangga nelayan lebih dirasakan oleh rumah tangga nelayan tradisional atau biasa disebut pandega atau Anak Buah Kapal yang biasa disingkat ABK, namun tidak demikian dengan nelayan juragan. Nelayan tradisional adalah nelayan yang bekerja pada juragan atau menjadi buruh, yang pendapatannya sangat tergantung pada hasil tangkapan ikan yang diperoleh dan kadang pola pembagian hasil tangkapan ikan kurang berpihak pada mereka. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki kapal yang disebut Juragan Laut dan nelayan yang menyiapkan fasilitas atau keperluan untuk melaut atau miang seperti solar dan bahan-bahan makanan yang biasa disebut Juragan Darat. Apabila rumah tangga nelayan tradisional hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber saja yaitu dari nelayan atau suami, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah-tangganya. Oleh karena itu diperlukan

Transcript of Bab 1 Pendahuluan -...

Page 1: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

1

Bab 1

Pendahuluan

Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah laut kurang lebih tujuh puluh

persen dari wilayah keseluruhan, yang seharusnya menjanjikan kehidupan masyarakat pesisir atau nelayan menjadi lebih baik. Hal ini dapat dipahami karena sumber daya alam yang berkaitan dengan laut seperti berbagai jenis ikan, udang, rumput laut dan sebagainya relatif berlimpah. Kenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya masih terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty). Pendapatan yang mereka peroleh lebih kecil dibanding dengan pengeluaran sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah-tangganya perlu mencari sumber lain agar diperoleh tambahan pendapatan.

Kemiskinan rumah tangga nelayan lebih dirasakan oleh rumah tangga nelayan tradisional atau biasa disebut pandega atau Anak Buah Kapal yang biasa disingkat ABK, namun tidak demikian dengan nelayan juragan. Nelayan tradisional adalah nelayan yang bekerja pada juragan atau menjadi buruh, yang pendapatannya sangat tergantung pada hasil tangkapan ikan yang diperoleh dan kadang pola pembagian hasil tangkapan ikan kurang berpihak pada mereka. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki kapal yang disebut Juragan Laut dan nelayan yang menyiapkan fasilitas atau keperluan untuk melaut atau miang seperti solar dan bahan-bahan makanan yang biasa disebut Juragan Darat.

Apabila rumah tangga nelayan tradisional hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber saja yaitu dari nelayan atau suami, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah-tangganya. Oleh karena itu diperlukan

Page 2: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

2

peran serta anggota rumah tangga untuk mencari tambahan pendapatan. Penelitian ini mengkaji peran anggota rumah tangga nelayan tradisional yaitu istri nelayan yang melakukan kegiatan atau pekerjaan yang dapat mendatangkan pendapatan. Perempuan termasuk istri nelayan yang semula dianggap hanya melakukan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak dan sebagainya atau kegiatan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur, atau pekerjaan yang tidak mendatangkan pendapatan.

Namun ternyata berdasarkan hasil observasi awal, sebagian istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, mereka telah melakukan kegiatan atau pekerjaan yang dapat mendatangkan pendapatan atau kegiatan produktif. Dengan demikian berarti bahwa kegiatan atau pekerjaan produktif yang dilakukan para istri nelayan tradisional telah melampaui kegiatan atau pekerjaan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur.

Nelayan tradisional pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan (Susilowati, 2004). Kondisi ini dicirikan dengan hal-hal yang melekat pada mereka yaitu suatu kondisi yang subsisten, modal kecil, teknologi yang digunakan dan kemampuan serta perilaku yang tradisional baik dari segi keterampilan, psikologi dan mentalitas. Di samping itu pada umumnya nelayan tradisional adalah nelayan skala kecil dengan jangkauan melaut: 1-3 mile atau jalur I dan 3 – 5 mile atau jalur II.

Menurut Sumodiningrat (1999), pola kemiskinan yang sering dijumpai pada masyarakat nelayan adalah seasonal poverty atau kemiskinan musiman. Pada saat mereka tidak dapat miang karena kondisi laut yang kurang bersahabat maka nelayan tidak memperoleh pendapatan.

Penyebab kemiskinan masyarakat nelayan pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya atau faktor internal, dan faktor dari luar dirinya atau faktor eksternal. Hal ini ditegaskan oleh Kusnadi (2003) sebagai berikut: Penyebab kemiskinan nelayan, yaitu

Page 3: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

3

sebab internal dan sebab eksternal. Sebab-sebab internal mencakup: (a) keterbatasan kualitas sumber daya manusia atau nelayan, (b) keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan, (c) hubungan kerja antara juragan dengan nelayan dalam organisasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan, (d) kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan, (e) keter-gantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut dan (f) gaya hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke masa depan.

Adapun sebab-sebab eksternal mencakup: (a) kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dan parsial, (b) sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara, (c) kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktik penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir, (d) penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, (e) penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan, (f) terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pasca panen, (g) terbatasnya peluang-peluang kerja di sektor non perikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, (h) kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun dan (i) isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan sumber daya manusia.

Berdasarkan beberapa faktor penyebab kemiskinan pada rumah tangga nelayan tradisional, kondisi alam merupakan salah satu kontributor yang perlu diperhatikan. Cuaca dan iklim merupakan faktor yang berpengaruh terhadap berbagai aktivitas kehidupan manusia, termasuk pada masyarakat nelayan yang tinggal di kawasan pantai. Perubahan iklim mempunyai dampak yang cukup besar bagi Indonesia termasuk masyarakat nelayannya. Dampak sosial ekonomi bagi nelayan adalah musim ikan berubah, wilayah tangkapan berubah, resiko melaut tinggi, stok ikan berkurang (Satria, 2009). Dampak ini memberikan kondisi yang tidak menentu bagi nelayan, yang ujung-ujungnya hasil tangkapan nelayan berkurang dan selanjutnya

Page 4: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

4

pendapatan nelayan berkurang pula, dan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rumah-tangganya.

Berbagai hasil kajian ilmiah menunjukkan bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak pada naik-turunnya produksi perikanan dan kelautan yang signifikan tetapi juga perubahan yang sangat cepat yang mengindikasikan pemanasan permukaan bumi, atmosfer dan laut yang terjadi secara lokal maupun global. Bukti-bukti tentang hal tersebut telah dilaporkan secara sistematis oleh sumber-sumber resmi, diantaranya: Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) dan The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Sebagai contoh, laporan dari IPCC (2007) menyimpulkan bahwa: “Adanya bukti baru dan lebih kuat bahwa pemanasan global yang terjadi 50 tahun terakhir adalah akibat dari kegiatan manusia“. Pengaruh berbagai faktor tersebut bagi nelayan memberikan dampak yang kurang baik karena menyulitkan nelayan untuk menangkap ikan di laut yang berakibat pendapatan nelayan berkurang.

Jutaan nelayan pesisir mengalami dampak langsung yang sangat merugikan oleh karena adanya perubahan iklim, terlebih bagi nelayan tradisional. Masyarakat nelayan tradisional banyak terjebak dalam garis kemiskinan, apalagi bagi nelayan yang berada di lingkungan perkotaan, yang pada umumnya sumber daya perikanan dan lahannya sudah semakin terdesak untuk kawasan industri dan perumahan (Sungkowo. Et al, 2012). Mereka bergantung pada ekosistem yang amat rentan, yang dengan perubahan kecil saja sudah berdampak besar, perubahan suhu air yang merusak terumbu karang misalnya, akan memperparah kondisi buruk yang dilakukan manusia seperti polusi dan penangkapan ikan besar-besaran (over fishing) sehingga menurunkan populasi ikan. Perahu-perahu penangkap ikan juga menghadapi cuaca yang tidak menentu dan gelombang tinggi. Perubahan iklim juga mengganggu mata pencaharian masyarakat di banyak wilayah atau pulau.

Pada kenyataannya, para nelayan tradisional tidak dapat melaut secara terus menerus. Pada musim penghujan atau pada musim angin barat para nelayan tradisional ini berhadapan dengan cuaca buruk dan gelombang tinggi yang membuat mereka tidak dapat

Page 5: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

5

melaut. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga karena mereka tidak memiliki pendapatan lain di luar hasil tangkapan ikan di laut. Dari hasil observasi awal pada masyarakat nelayan tradisional, mereka menyatakan bahwa untuk mengatasi hal tersebut pada umumnya mereka mengambil langkah pintas dengan berhutang kepada juragan, pedagang atau tengkulak. Jika pinjaman tidak mereka dapatkan, mereka akan menjual barang atau harta yang mereka miliki seperti, radio, TV, HP, alat rumah tangga dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dengan demikian kehidupan mereka bertambah sulit. Kondisi semacam ini akan memperparah kemiskinan yang memang umumnya membelit rumah tangga nelayan.

Dalam situasi dimana pendapatan nelayan khususnya nelayan tradisional tidak menentu sebagai akibat antara lain dampak dari perubahan iklim, maka istri nelayan didorong untuk mengambil peran penting dalam kehidupan ekonomi rumah-tangganya. Istri nelayan dituntut untuk mencari tambahan pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup ekonomi rumah-tangganya.

Pola peran ganda merupakan salah satu usaha nelayan tradisional untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga agar dapat keluar dari kemiskinan. Peran ganda bagi istri nelayan tradisional yang paling penting adalah mampu menambah pendapatan rumah tangga sehingga kehidupan ekonomi rumah tangga akan menguat, dengan demikian ketahanan ekonomi rumah-tangganya juga semakin me-ningkat, peningkatan ini dicapai secara bertahap yaitu peningkatan konsumsi keluarga, peningkatan sandang keluarga, dan peningkatan papan keluarga (Zen, 2009). Istri nelayan tetap harus menjalankan kegiatan atau pekerjaan sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak dan sebagainya atau kegiatan domestik.

Kegiatan atau pekerjaan rumah tangga yang dilakukan istri ini, dalam falsafah Jawa dinyatakan sebagai pekerjaan yang meliputi kasur-sumur-dapur. Kasur berarti istri harus mampu melayani suami dan anak-anak, dapur berarti istri harus mampu menyediakan konsumsi

Page 6: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

6

rumah tangga dan sumur berarti istri mengerjakan pekerjaan yang terkait dengan mencuci. Dalam filosofi ini, segala aktivitas istri nelayan pada hakikatnya terkait dengan manajemen rumah tangga. Segala aktivitas tersebut terkait dengan aktivitas harian rumah tangga.

Di Amerika Utara, istri-istri nelayan mempunyai berbagai macam peran dalam kehidupan masyarakat dari peran tradisional sebagai ibu rumah tangga hingga dijumpai istri nelayan yang memiliki pekerjaan sebagai peneliti di bidang perikanan (LA Howell, 2002), dalam penelitiannya yang berjudul “Perpective on Women in Fisheries in North America“.

Nirmal Chandra Sahu et al (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Economy of the Fisherwomen in Ganjam District of Orissa: Conditions for Environmental Governance and Sustainable Development” menemukan bahwa: (a) kaum perempuan pada komunitas nelayan dalam kondisi subsisten mengambil peran aktif untuk mendapatkan pendapatan, (b) kontribusi kaum perempuan (istri nelayan) terhadap rumah tangga mereka amat signifikan.

Penelitian Roma YF Hutapea, et al (2012) di Desa Bejen perairan Rawapening Ambarawa menemukan hal-hal yang berkaitan dengan peran istri nelayan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Di sisi lain ragam pekerjaan istri nelayan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan maupun jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua mereka khususnya ibu. Terkait sumber pendapatan nelayan, penelitian yang dilakukan oleh Achmad Zamroni dan Masahiro Yamao (2012) di Kabupaten Takalar dan Jeneponto, Propinsi Sulawesi Selatan menemukan antara lain nelayan di wilayah ini memiliki bermacam-macam sumber pendapatan, bukan hanya bersumber dari melaut saja. Selain melaut, nelayan di wilayah ini juga mempunyai mata pen-caharian sebagai petani ganggang laut, kombinasi menangkap ikan dan petani serta penjual ikan. Istri-istri nelayan pun memberikan kontri-busi yang tidak kecil dalam rumah tangga mereka. Istri nelayan secara ekonomis maupun sosiologis memiliki peran kunci dalam menopang ekonomi rumah-tangganya. Secara ekonomis istri nelayan dapat melakukan pekerjaan untuk memperoleh pendapatan sehingga dapat

Page 7: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

7

menambah pendapatan rumah tangga. Secara sosiologis dengan melakukan pekerjaan di luar pekerjaan rumah tangga para istri nelayan dapat lebih eksis dalam masyarakat seperti lebih dihargai, dihormati, lebih tenang dalam hidupnya dan bertambah teman-temannya.

Pendapat lain menyatakan bahwa selama ini banyak anggota masyarakat yang hanya memahami peran istri dalam rumah tangga termasuk peran istri nelayan secara terbatas, sebagai konco wingking. Konco wingking berarti teman suami yang berada di belakang. Kata belakang identik dengan memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika, mengasuh anak dan sebagainya. Dengan kata lain, konco wingking hanya melakukan pekerjaan rumah tangga saja yang tidak dibayar atau tidak mendapatkan pendapatan, sehingga berdasarkan analogi tadi istri nelayan sebagai konco wingking yang pekerjaannya hanya meliputi kasur-sumur-dapur. Aktivitas yang sangat terkait dengan kegiatan kerumahtanggaan.

Rumah tangga nelayan tradisional sangat membutuhkan peran istri bukan hanya pada pekerjaan rumah tangga melainkan juga pekerjaan di luar pekerjaaan rumah tangga untuk mendapatkan pendapatan. Kenyataannya istri nelayan tidak sedikit pula yang sudah melakukan kegiatan di luar pekerjaan rumah tangga atau melakukan kegiatan publik. Apabila istri nelayan melakukan pekerjaan yang dapat mendapatkan pendapatan atau kegiatan produktif maka mereka dapat menambah pendapatan rumah-tangganya, dengan demikian dapat mempertahankan bahkan menguatkan kehidupan rumah tangga mereka karena lebih dapat memenuhi kebutuhannya.

Hingga saat ini masih kuat berlaku di kalangan masyarakat yakni segala hal yang berkaitan dengan laut merupakan tanggung jawab nelayan atau suami, sedangkan segala hal yang berkaitan dengan darat merupakan tanggung jawab istri nelayan (Kusnadi, 2003). Hal ini menimbulkan konsekuensi akan peran istri nelayan atas tanggung jawabnya baik secara sosiologis maupun ekonomis terhadap rumah-tangganya.

Page 8: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

8

Sesungguhnya istri nelayan tradisional memikul tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan dalam kehidupan rumah tangga. Tanggung jawab dan peran sosiologis setidaknya terkait dengan anggota rumah tangga nelayan khususnya anak-anak mereka terlebih yang masih memerlukan pendampingan orang tua. Ketidakmampuan mendampingi anak dalam masa pertumbuhannya dapat menyebabkan terganggunya perkembangan psikhis anak, misalnya kemampuan intelektual yang rendah, rendah diri atau minder. Istri nelayan tradisional dituntut untuk mampu mendampingi pendidikan anak karena istri nelayan tradisional selalu bersama anak di luar jam sekolah maupun saat ditinggal suami melaut. Oleh sebab itu kegagalan atas peran dan tanggung jawab dalam pendidikan anak akan menimbulkan implikasi negatif bagi kehidupan anak di kemudian hari. Aspek sosiologis lain terkait dengan peran dan tanggung jawab istri nelayan tradisional ialah berkaitan dengan kehidupan anggota rumah-tangganya maupun kehidupan sosial masyarakat.

Di lain pihak secara ekonomis istri nelayan tradisional memiliki tanggung jawab terhadap ekonomi rumah-tangganya. Secara sederhana ekonomi rumah tangga akan dipengaruhi dua hal yakni (a) sumber pendapatan dan (b) pengelolaan ekonomi rumah tangga atau mengatur masuk keluarnya pendapatan rumah tangga. Sumber pen-dapatan rumah tangga nelayan tradisional terutama berasal dari hasil kegiatan menangkap ikan di laut yang dilakukan suami. Besar kecilnya hasil kegiatan nelayan tergantung pada: (a) banyak sedikitnya hasil ikan yang dapat ditangkap dan (b) harga ikan. Hasil tangkapan ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah banyak sedikitnya hasil tangkapan ikan maupun frekuensi nelayan melaut, perubahan musim serta jenis teknologi yang dipergunakan.

Kebutuhan rumah tangga selalu ada bahkan bertambah, tidak mengenal musim. Setiap hari rumah tangga memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh anggotanya. Di sini muncul permasalahan bagaimana peran istri nelayan tradisional dalam menge-lola ekonomi rumah tangga, baik dalam situasi dan kondisi suami memiliki pendapatan dari hasil melaut maupun pada saat nelayan tidak

Page 9: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

9

dapat melaut sehingga tidak memiliki hasil atau pendapatan sama sekali. Kuncinya adalah terletak pada kemampuan istri nelayan tra-disional dalam mengelola ekonomi rumah tangga termasuk dalam memperoleh pendapatan lain yang bersumber dari upayanya sendiri melalui kegiatan atau pekerjaan di luar pekerjaan rumah tangga yaitu berupa kegiatan atau pekerjaan produktif yang menghasilkan uang dan atau melalui aset rumah tangga yang dimiliki.

Menurut Schwarze (2004) dikenal dua jenis pendekatan untuk memahami pendapatan rumah tangga (household income) yakni pendekatan mata pencaharian (livelihood approach) dan pendekatan aset - kegiatan - pendapatan (asset - activities - income approach). Menurut pendekatan mata pencaharian, seseorang akan memperoleh pendapatan apabila memiliki pekerjaan atau mata pencaharian. Sedangkan berdasarkan pendekatan aset - kegiatan – pendapatan, seseorang akan memperoleh pendapatan melalui pemanfaatan aset atau kekayaan yang dimiliki. Tanpa memiliki aset, peluang untuk mendapatkan pendapatan juga tidak ada. Pendapatan rumah tangga nelayan pada dasarnya diperoleh dengan pendekatan mata pencaharian (livelihood approach), mengingat rumah tangga nelayan tidak memilki asset yang dapat diharapkan sebagai sumber pendapatan. Hal ini perlu dipahami oleh anggota rumah tangga nelayan dengan harapan mereka mampu mempersiapkan kehidupan rumah-tangganya pada saat mereka tidak dapat melaut atau untuk masa depan anak-anaknya, misalnya dengan cara menabung, membeli peralatan rumah tangga yang merupakan asset yang dapat digunakan untuk memperoleh pendapatan.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Wilayah pesisir utara membentang dari Kabupaten Rembang sampai Kabupaten Brebes dan pesisir selatan dari Kabupaten Cilacap sampai Purworejo. Secara keseluruhan Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten/kota. Wilayah perikanan lautnya di 15 kabupaten/kota. Tempat Pelelangan Ikan biasa disingkat TPI di Provinsi Jawa Tengah ada 86 dan terbanyak di Kabupaten Rembang yakni sebanyak 12 TPI dan paling sedikit yakni

Page 10: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

10

2 TPI berada di Kabupaten Demak, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang dan Kota Pekalongan. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut di tiap-tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Jawa Tengah 2012

No Kabupaten/Kota Banyak- nya TPI

Produksi (Kg)

Nilai Produksi (ribu rupiah)

1 Kab. Cilacap 11 5.103.308 85.451.957 2 Kab. Kebumen 8 3.304.443 49.586.932 3 Kab. Purworejo 3 31.996 1.774.196 4 Kab. Rembang 12 56.039.261 447.510.196 5 Kab. Pati 7 45.204.993 344.620.290 6 Kab. Jepara 11 2.093.363 16.639.103 7 Kab. Demak 2 1.368.579 12.263.784 8 Kab. Kendal 5 2.143.176 20.589.118 9 Kab. Batang 4 25.988.384 257.334.336 10 Kab. Pekalongan 2 1.476.785 14.809.019 11 Kab. Pemalang 5 17.257.637 138.387.295 12 Kab. Tegal 3 738.412 6.859.607 13 Kab. Brebes 8 704.886 6.536.557 14 Kota Semarang dan Kota

Pekalongan 2 19.967.029 164.368.988

15 Kota Tegal 3 29.068.916 271.579.467 Jumlah 86 210.068.168 1.838.310.868

Sumber : Perikanan Laut Jawa Tengah, 2012

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Woro dari Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal (2013) diketahui bahwa Kabupaten Kendal memiliki sumber daya perikanan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Dengan potensi yang besar juga berarti membuka peluang bagi istri nelayan untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan para nelayan tersebut sehingga mereka dapat memperoleh pendapatan. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Kendal menurut TPI, dapat dicermati pada tabel berikut ini:

Page 11: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

11

Tabel 1. 2 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Menurut TPI

Kabupaten Kendal Tahun 2012

No. TPI Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp) 1 Jomblong 0 0 2 Tanggul Malang 114.997 1.923.313.000 3 Bandengan 62.042 1.837.648.000 4 Tawang 385.057 2.714.517.000 5 Sendang Sikucing 1.435.902 3.462.384.000 Jumlah Total 2012 1.997.998 9.931.862.000 2011 1.711.768 10.573.353.000 2010 1.386.113 7.333.082.000

Sumber : Dinas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Kendal (2013) Nelayan di Kabupaten Kendal mayoritas berada di Kecamatan

Rowosari yang memilki 2 TPI yaitu TPI Tawang dan TPI Sendang Sikucing. Nelayan paling banyak bertempat tinggal di sekitar kedua TPI tersebut dibandingkan dengan di TPI yang lain. Dengan adanya 2 TPI tersebut maka produksi dan nilai produksi di Kecamatan Rowosari merupakan penghasil perikanan laut terbanyak di Kabupaten Kendal, demikian juga banyaknya motor tempel dan perahu terbanyak di 2 TPI tersebut. Hal ini dapat dicermati dari tabel berikut ini:

Tabel 1.3 Banyaknya Motor Tempel dan Perahu

di Kabupaten Kendal Tahun 2012

No. TPI Motor Tempel Perahu 1 Jomblong 0 0 2 Tanggul Malang 162 0 3 Bandengan 459 0 4 Tawang 706 26 5 Sendang Sikucing 95 0 Jumlah Total 2012 1.422 26 2011 1.404 26 2010 1.404 26

Sumber : Dinas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Kendal (2013)

Para nelayan di Kabupaten Kendal menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Di Kecamatan Rowosari para nelayan menggunakan alat

Page 12: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

12

tangkap Payang 32, Bubu 22, Cantrang 23, Pukat Cincin 8 dan Jaring Insang 8. Untuk mengetahui selengkapnya berbagai jenis dan banyaknya alat tangkap yang digunakan para nelayan di Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4 Jenis dan Banyaknya Alat Penangkapan Ikan

Di Kabupaten Kendal 2012 No. TPI Lamara Payang Dogol Pancing Traw 1 Tanggul M. 38 0 45 132 0 2 Bandengan 0 2 83 1 0 3 Tawang 0 0 93 2 0 4 Sendang S. 0 32 0 0 0 Jumlah 38 34 221 135 0

Sumber : Dinas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Kendal (2013)

(Lanjutan) No. TPI Bubu Cantrang Pukat

Cincin Jaring Insang

Jumlah

1 Tanggul M. 0 0 0 0 215 2 Bandengan 0 0 0 0 86 3 Tawang 22 23 8 8 156 4 Sendang S. 0 0 0 0 32 Jumlah 23 23 8 21 489

Sumber : Dinas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kab. Kendal (2013)

Berdasarkan hasil penjajagan pendahuluan mengenai peran istri nelayan tradisioanl yang bertempat tinggal di sekitar TPI Sendang Sikucing dan TPI Tawang diperoleh keunikan-keunikan sebagai berikut: (a) istri nelayan di sekitar kedua lokasi TPI tersebut mayoritas menekuni usaha mengolah ikan menjadi ikan asin, yang biasa disebut nggereh, (b) hanya sedikit istri nelayan di sekitar TPI Sendang Sikucing yang menekuni usaha pembuatan terasi dan (c) mayoritas istri nelayan di sekitar TPI Tawang menekuni usaha sebagai pedagang atau bakul ikan segar yang biasa disebut ngeber.

Dengan mencermati fenomena di atas, tampak bahwa setidaknya ada dua macam keunikan yakni (a) keunikan yang terkait dengan lokus atau lokasi dan (b) keunikan yang terkait dengan fokus yakni jenis kegiatan yang ditekuni. Keunikan lokus ditunjukkan bahwa

Page 13: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

13

di Kecamatan Rowosari terdapat dua TPI yaitu TPI Tawang dan TPI Sendang Sikucing dengan jumlah nelayan paling banyak dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Kendal. Keunikan fokus dapat disimak dari jenis kegiatan produktif istri nelayan di kedua lokasi TPI di wilayah ini. Istri nelayan di sekitar TPI Sendang Sikucing dan TPI Tawang pada lokasi yang sama yaitu di Kecamatan Rowosari, jenis pilihan kegiatan produktif mereka berbeda. Para istri nelayan dalam melakukan kegiatan produktif baik yang nggereh maupun ngeber, termasuk kerja yang tidak dibayar (Unpaid Work) tetapi mereka bekerja dapat memperoleh pendapatan. Keunikan-keunikan tersebut layak untuk dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut.

Bertitik tolak dari paparan di atas, dapat dirumuskan situasi problematik terkait dengan kegiatan istri nelayan tradisional di sekitar TPI Sendang Sikucing dan TPI Tawang, bahwa istri nelayan tradisional memiliki peran penting dalam mempertahankan keber-langsungan hidup ekonomi rumah-tangganya. Namun permasalahan-nya ialah bagaimana implementasi peran istri nelayan tradisional tersebut khususnya terkait dengan kegiatan produktif mereka, apa implikasinya dan bagaimana hasilnya, perlu dikaji secara mendalam.

Dari para peneliti terdahulu pada umumnya menggunakan pendekatan: (a) kuantitatif sehingga karakteristik kajian peran istri nelayan kurang mendalam, (b) sampling untuk menggeneralisasi populasi kurang mencerminkan identifikasi ciri-ciri populasi, (c) belum dikaji secara terkait dengan peran istri dalam rumah tangga nelayan dan (d) keluarga atau rumah tangga nelayan bukan individu sehingga kajiannya kurang mendalam, (e) belum dikaji secara mendalam mengenai kegiatan produktif istri nelayan, yang ditampilkan hanya sebatas persentase jumlah istri nelayan yang bekerja saja. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan pendekatan: (a) kualitatif dengan harapan diperoleh pemahaman secara mendalam dari fenomena fokus penelitian yakni peran istri nelayan tradisioanal dalam mendukung ekonomi rumah-tangganya, (b) individu yakni istri nelayan tradisional sehingga akan diperoleh identifikasi dari para istri nelayan, (c) mengkaji lebih dalam mengenai kegiatan produltif istri nelayan yang

Page 14: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

14

meliputi pola pembelian bahan baku, pola produksi, pola penjualan, pola pemenuhan modal usaha dan pola penyelesaian pekerjaan rumah tangga.

Dengan demikian penelitian ini mengkaji secara mendalam dari berbagai alternatif yang bisa dilakukan istri nelayan tradisional untuk memperluas lingkup kerja dengan melakukan kegiatan produktif agar memperoleh pendapatan guna memper-tahankan dan menguatkan keberlangsungan hidup rumah-tangganya. Sebagai contoh, mereka dapat bekerja untuk memperoleh pendapatan seperti ngeber, nggereh, menjadi buruh serabutan, kuli pasar, pemulung sampah, membuka warung makan, warung kelontong menjadi TKW dan lain sebagainya. Dengan demikian istri nelayan tradisional diharapkan dapat mempertahankan dan menguatkan keberlangsungan hidup rumah-tangganya, karena dengan bertambahnya pendapatan, mereka lebih dapat memenuhi kebutuhan rumah-tangganya.

Apabila dicermati lebih lanjut, para istri nelayan tradisional ini mempunyai peran ganda dalam konteks rumah tangga atau domestik yakni pekerjaan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur dan kegiatan publik yakni kegiatan yang dapat mendatangkan pendapatan. Di satu sisi mereka dituntut untuk mampu mendapatkan pendapatan, di sisi lain mereka tidak bisa meninggalkan tugas atau perannya sebagai ibu rumah tangga. Tak sedikit pula yang mempunyai peran dalam lingkungan masyarakat seperti mengikuti kegiatan PKK, pengajian, kelompok sosial dan banyak peran lainnya.

Berdasarkan hasil kajian Kusnadi dan Irwan Abdulah (2003) dan kondisi tersebut di atas, peluang dan kesempatan terbuka lebar bagi semua perempuan, termasuk istri nelayan untuk berkembang. Hal ini dapat dicermati bahwa perempuan tidak hanya melakukan pekerjaan rumah tangga saja, yang tidak dibayar atau tidak memperoleh pendapatan tetapi juga dapat melakukan pekerjaan lain yang dapat mendatangkan pendapatan seperti ngeber, nggereh, membuat terasi, kerupuk dan sebagainya. Di samping itu masih banyak pula istri nelayan tradisional yang aktif dalam kegiatan sosial seperti PKK, Pengajian dan kegiatan sosial yang lainnya.

Page 15: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

15

Dengan demikian, perempuan termasuk istri nelayan tradisional akan mampu keluar dari kebiasaan lama jika mereka dapat melakukan kegiatan produktif yang dapat mendatangkan pendapatan untuk mempertahankan dan menguatkan keberlangsungan hidup rumah-tangganya. Agar peran para istri nelayan tradisional semakin nyata, mereka sendiri harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan dirinya. Peningkatan diri dapat dilakukan dengan mengaktualisasi potensi yang dimiliki, memperbaiki kekurangannya serta mau menerima atau mempertimbangkan pengaruh dari luar dirinya atau lingkungannya tanpa mengurangi kodratnya sebagai ibu rumah tangga.

Perumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi awal di wilayah penelitian, pada

umumnya rumah tangga nelayan tradisional tergolong miskin. Kemiskinan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya yang mengakibatkan tidak menentunya pendapatan yang diperoleh. Jika rumah tangga nelayan hanya mengandalkan sumber pendapatan dari suami atau nelayan saja maka akan sulit dalam memenuhi kebutuhan rumah-tangganya. Menyadari bahwa kegiatan menangkap ikan di laut tidak dapat diandalkan di satu pihak, dan di pihak lain kebutuhan rumah tangga nelayan cenderung meningkat, maka untuk mempertahankan dan menguatkan keberlangsungan hidup, anggota rumah tangga khususnya istri nelayan perlu didorong untuk berperan agar dapat menambah pendapatan.

Istri nelayan tradisional cukup potensial untuk berperan dalam mempertahankan dan menguatkan kehidupan ekonomi rumah-tangganya dengan melakukan kegiatan produktif untuk memperoleh pendapatan. Fokus penelitian ini adalah mengeksplorasi sejauh mana keterlibatan atau peran istri nelayan dalam kehidupan ekonomi rumah-tangganya. Bertitik tolak dari kehidupan istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari serta faktor-faktor yang

Page 16: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

MELAMPAUI “KASUR-SUMUR-DAPUR”

16

mempengaruhi peran istri nelayan tradisional dalam kehidupan ekonomi rumah-tangganya, maka peneliti tertarik untuk mendalaminya dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: (a) Bagaimana peran istri nelayan dalam kehidupan ekonomi rumah-tangganya? (b) Bagaimana etos kerja dan kinerja istri nelayan dalam menopang ekonomi rumah-tangganya? dan (c) Strategi apa saja yang dilakukan istri nelayan untuk keberlangsungan hidup rumah-tangganya?

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran istri nelayan tradisional dalam kehidupan ekonomi rumah-tangganya. Di satu sisi mereka melakukan kegiatan produktif untuk memperoleh pendapatan, di sisi lain mereka harus tetap melakukan kegiatan rumah tangga yakni kegiatan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya serta mampu menjaga keharmonisan dan keselarasan antar anggota rumah-tangganya. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah: (a) Mengeksplorasi peran istri nelayan dalam kehidupan ekonomi rumah-tangganya, (b) Menganalisis etos kerja dan kinerja istri nelayan dalam menopang ekonomi rumah-tangganya dan (c) Menganalisis strategi yang dilakukan istri nelayan untuk keberlangsungan hidup rumah-tangganya.

Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian ini diharapkan

memiliki manfaat baik secara teoritik maupun praktik. Manfaat teoritik yang diharapkan dalam penelitian ini adalah memberikan masukan dalam pengembangan teori tentang peran istri nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah-tangganya. Manfaat praktik yang diharapkan di dalam penelitian ini adalah bagi: (a) Nelayan: memberikan potret kehidupan nelayan dari aspek kelebihan dan

Page 17: Bab 1 Pendahuluan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12334/1/D_902009007_BAB I.pdfKenyataannya kehidupan rumah tangga nelayan pada umumnya ... kondisi laut

BAB 1 - PENDAHULUAN

17

kekurangannya sebagai upaya untuk meningkatkan peran istri nelayan dalam kehidupan rumah-tangganya, (b) Pemerintah Daerah: sebagai masukan bagi stakeholder dalam rangka merumuskan strategi atau short guide yang berkaitan dengan peningkatan kehidupan rumah tangga nelayan khususnya peran istri nelayan dan (c) Masyarakat: memberikan kontribusi dalam pengembangan di bidang sosial dan ekonomi perikanan khususnya peran istri nelayan agar kajiannya dapat lebih bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga nelayan.