KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

86
TUGAS AKHIR – RA.141581 KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN ATHI’U IZZATILLAH TAZKIYATI 08111440000091 Dosen Pembimbing Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., MT. Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2018

Transcript of KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

Page 1: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

TUGAS AKHIR – RA.141581

KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN

ATHI’U IZZATILLAH TAZKIYATI 08111440000091

Dosen Pembimbing Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., MT.

Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2018

Page 2: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

TUGAS AKHIR – RA.141581

KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN

ATHI’U IZZATILLAH TAZKIYATI 08111440000091

Dosen Pembimbing Dr. Dewi Septanti, S.Pd., ST., MT.

Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2018

Page 3: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

3

Page 4: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

N a m a : Athi’u Izzatillah Tazkiyati

N R P : 08111440000091

Judul Tugas Akhir : Kampung Nelayan Berkelanjutan dengan Pendekatan

Permukiman Ramah Lingkungan

Periode : Semester Gasal/Genap Tahun 2017 / 2018

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat adalah hasil karya

saya sendiri dan benar-benar dikerjakan sendiri (asli/orisinil), bukan merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain. Apabila saya melakukan penjiplakan terhadap karya

mahasiswa/orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang akan

dijatuhkan oleh pihak Departemen Arsitektur FADP - ITS.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran yang penuh dan

akan digunakan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Akhir RA.141581

Surabaya, 2 Juli 2018

Yang membuat pernyataan

(Athi’u Izzatillah Tazkiyati)

NRP. 08111440000091

Page 5: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

I

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah

tugas akhir yang berjudul “Kampung Nelayan Berkelanjutan dengan Pendekatan

Permukiman Ramah Lingkungan” dengan sebaik-baiknya.

Dalam menyelesaikan laporan ini, saya mendapat bimbingan dari berbagai

pihak, oleh karena itu saya menyampaikan terima kasih kepada:

1. Defry Agatha A., S.T, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah

tugas akhir yang telah membimbing saya selama penyusunan tugas akhir

ini.

2. Angger Sukma, S.T, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah

tugas akhir yang telah membimbing saya selama penyusunan tugas akhir

ini.

3. Dr. Dewi Septanti, S.Pd, S.T, M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah

tugas akhir yang telah membimbing saya selama penyusunan

tugas akhir ini.

4. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu dalam

penyelesaian tugas akhir ini.

Akhirnya laporan tugas akhir ini telah selesai dan semoga bermanfaat bagi

kita semua dalam bidang ilmu arsitektur.

Surabaya, 2 Juli 2018

Penyusun

Page 6: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

II

ABSTRAK

(KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN PENDEKATAN

PERMUKIMAN RAMAH LINGKUNGAN)

Oleh

Athi’u Izzatillah Tazkiyati

(NRP : 08111440000091)

Fenomena permukiman di pesisir pantai bukanlah hal yang baru. Fenomena

ini terbentuk secara alamiah bersamaan dengan potensi sumber daya alam yang ada

pada kawasan itu yakni laut. Laut menyimpan begitu banyak sumber daya yang

menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan bagi

masyarakat. Sejalan dengan peningkatan nilai ekonomi pada daerah pesisir dan

pemanfaatan sumber daya laut secara terus menerus, maka muncullah sejumlah

permukiman penduduk di sekitar kawasan. Hal ini berpotensi memunculkan

permukiman kumuh yang berpengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan seperti

yang terjadi di Kampung Nelayan Kedung Cowek.

Konsep eco-settlement merupakan konsep tempat bermukim/bertempat

tinggal yang ekologis yang dikembangkan dari konsep pembangunan

berkelanjutan. Pendekatan eco-settlement berfungsi sebagai pijakan dalam

mencapai permukiman yang ekologis melalui 3 pilar ekologi, sosial dan ekonomi

dengan dukungan dan kerja sama dengan institusi. Eco-settlement memiliki kriteria

yang mengacu pada prinsip arsitektur ekologis, yang diharapkan dapat menciptakan

permukiman nelayan yang berkelanjutan. Selain eco-settlements, proses desain juga

menggunakan pendekatan desain vernakular kontemporer yang diharapkan mampu

menunjang pendekatan permukiman ramah lingkungan dengan memperhatikan

aspek lokalitas dan lingkungan, respon iklim maupun kebiasaan atau adat

masyarakat setempat. Dengan proses desain tersebut diharapkan akan dapat

mengurangi masalah kekumuhan yang terjadi di kampung nelayan kedung Cowek

Kata kunci : Kekumuhan, Kampung Nelayan, Eco-Settlement, Kampung Nelayan

Berkelanjutan.

Page 7: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

III

ABSTRACT

(SUSTAINABLE FISHERMAN VILLAGE WITH ECO-SETTLEMENTS

APPROACH)

Athi’u Izzatillah Tazkiyati

(NRP : 08111440000091)

The phenomenon of coastal settlements is nothing new. This phenomenon

is formed naturally along with the potential of the natural resources that exist in the

sea. Sea save a lot of natural resources which caused the coastline became a source

of income for the local community. Coastline has high economic value so that the

surrounding neighborhood will appear to make use of the natural resources of the

sea. This phenomenon also occurs here in fisherman village of Kedung Cowek. This

has the potential to become the slums

The concept of eco settlements are settlements that developed from the

theory of sustainable architecture. This approach has three criteria that balance the

aspects of economic, social and environmental. The criteria refers to the principles

of ecology, is expected to make the settlement into a sustainable settlement. This

approach aided with contemporary vernacular design approach so that the

settlement does not lose its culture and customs and traditions. So, The design

process is expected to reduce the problem of slums that are in the village

Keywords: Slums, Fisherman Village, Eco-settlements, Sustainable Fisherman

Village

Page 8: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

IV

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACK .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.1.1Fenomena Permukiman Pesisir Pantai .............................................. 1

1.2 Isu dan Konteks Desain .......................................................................... 2

1.2.1Permukiman Nelayan Kumuh ........................................................... 2

1.2.2Karakteristik Masyarakat Kampung Nelayan ................................... 3

1.2.3Karakteristik Kawasan Kampung Nelayan ....................................... 3

1.3 Permasalahan Desain .............................................................................. 5

1.3.1Keterbatasan Lahan ........................................................................... 5

1.3.2Sarana yang Kurang Mewadahi ........................................................ 6

1.4 Kriteria Desain ........................................................................................ 7

1.4.1Tujuan ................................................................................................ 7

1.4.2Kriteria Rancang ................................................................................ 7

BAB 2 PROGRAM DESAIN ................................................................................ 9

2.1 Rekapitulasi Program Ruang ................................................................. 9

2.1.1Aktivitas Berhuni Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek .. 9

2.1.2Aktivitas Ekonomi Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek 9

2.1.3Aktivitas Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek ... 10

2.1.4Program Ruang ................................................................................ 10

2.2 Deskripsi Tapak ..................................................................................... 13

2.2.1Gambaran Umum Lokasi ................................................................ 13

2.2.2Konteks Lingkungan ....................................................................... 14

Page 9: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

V

2.2.3Ukuran dan Tata wilayah ................................................................ 14

2.2.4Legalitas .......................................................................................... 14

2.2.6Keistimewaan Buatan ..................................................................... 15

2.2.7Sirkulasi .......................................................................................... 15

2.2.8Utilitas ............................................................................................. 16

2.2.9Sensori ............................................................................................. 16

2.2.10 Manusia dan Budaya ................................................................ 16

2.2.11 Iklim ......................................................................................... 16

BAB 3 PENDEKATAN DAN METODA DESAIN .......................................... 17

3.1 Pendekatan Desain ................................................................................ 17

3.1.1Pendekatan Permukiman Ramah Lingkungan (Eco-Settlements) .. 17

3.1.2Pendekatan Desain Vernakular Kontemporer ................................. 20

3.2 Metoda Desain ....................................................................................... 22

3.2.1Metode Reinterpreting Tradition .................................................... 23

BAB 4 KONSEP DESAIN .................................................................................. 25

4.1 Eksplorasi Formal ................................................................................. 25

4.1.1Konsep umum ................................................................................. 25

4.1.2Konsep Perencanaan dan Perancangan Tapak ................................ 26

4.1.3Konsep Bentuk ................................................................................ 27

4.1.4Konsep Ruang Luar ........................................................................ 32

4.1.5Konsep Fasad .................................................................................. 33

4.2 Eksplorasi Teknis .................................................................................. 34

4.2.1Konsep Sirkulasi ............................................................................. 34

4.2.2Konsep Konstruksi dan Material .................................................... 35

4.2.3Konsep Struktur .............................................................................. 38

4.2.4Konsep Sanitasi ............................................................................... 38

4.2.5Konsep Pengolahan Limbah ........................................................... 39

BAB 5 DESAIN ................................................................................................... 39

5.1 Eksplorasi Formal ................................................................................. 39

5.1.1Desain Tatanan Massa dan Zonasi Tapak ....................................... 39

5.1.2Desain Hunian Maisonatte Tipe 1 (Pedagang) ............................... 40

5.1.3Desain Hunian Maisonatte Tipe 2 (Nelayan) .................................. 44

5.1.4Desain Hunian Maisonatte Tipe 3 (Nelayan Buruh) ....................... 48

Page 10: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

VI

5.1.5Desain Tempat Penjemuran Komunal ............................................. 52

5.1.6Desain Tempat Pengolahan Ikan ..................................................... 55

5.1.7Desain Tempat Pelelangan Ikan ...................................................... 57

5.1.8Desain Dermaga .............................................................................. 59

5.1.9Fasilitas Umum ................................................................................ 61

5.2 Eksplorasi Teknis .................................................................................. 62

5.2.1Sistem Sirkulasi ............................................................................... 63

5.2.2Sistem Struktur ................................................................................ 64

5.2.3Sistem Sanitasi ................................................................................ 65

5.2.4Material ........................................................................................... 66

BAB 6 KESIMPULAN ........................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69

Page 11: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

VII

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kekumuhan Permukiman Nelayan Kedung Cowek............................ 1

Gambar 1.2 Alur Masalah Kekumuhan .................................................................. 2

Gambar 1.3 Konsep Pemetaan Lokasi .................................................................... 4

Gambar 1.4 Konsep Penataan Kawasan Pesisir Kenjeran ...................................... 5

Gambar 1.5 Proses Perkembangan Rumah dalam Lingkungan .............................. 6

Gambar 1.6 Aktivitas Nelayan yang Tidak Terwadahi ........................................... 7

Gambar 2.7 Lokasi Lahan Kampung Nelayan Kedung Cowek ............................ 13

Gambar 2.8 Eksisting Bangunan Sekitar .............................................................. 15

Gambar 2.9 Sirkulasi Pada Eksisting Lahan ......................................................... 16

Gambar 3.10 Bagan Pendekatan Eco Settlements ................................................ 17

Gambar 3.11 Kriteria Penilaian Eco-settlements .................................................. 18

Gambar 3.12 Proses Desain Oleh Donna P. Duerk ............................................... 23

Gambar 4.13 Hubungan Konsep Eco-settlements dengan Reinterpreting Tradition

............................................................................................................................... 25

Gambar 4.14 Konsep Umum Kampung Nelayan Berkelanjutan .......................... 25

Gambar 4.15 Konsep Zonasi Perencanaan dan Perancangan Tapak .................... 26

Gambar 4.16 Konsep Ruang Hunian Maisonatte .................................................. 29

Gambar 4.17 Konsep Hunian Maisonatte ............................................................. 29

Gambar 4.18 Tempat Penjemuran Ikan Kampung Nelayan ................................. 31

Gambar 4.19 Gambar Gubahan Bentuk Tempat Penjemuran Ikan....................... 31

Gambar 4.20 Konsep Ruang Luar ......................................................................... 33

Gambar 4.21 Kriteria Penghawaan Hunian Ekologis ........................................... 33

Gambar 4.22 Bukaan yang Dikombinasi dengan Kisi-Kisi .................................. 34

Gambar 4.23 Pola Sirkulasi Linear ....................................................................... 34

Gambar 4.24 Sirkulasi Tapak untuk Penghuni dan Pendatang ............................. 35

Gambar 4.25 Sirkulasi hunian ............................................................................... 35

Gambar 4.26 Konstruksi dan Material Lokal ........................................................ 36

Gambar 4.27 Material yang Akan Digunakan ...................................................... 37

Gambar 4.28 Ilustrasi Sambungan Pasak pada Kayu............................................ 38

Page 12: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

VIII

Gambar 4.29 (a) Sistem Struktur rigid (b) Struktur pondasi footplat dan batu kali

............................................................................................................................... 38

Gambar 4.30 Skema IPAL Komunal ..................................................................... 39

Gambar 4.31 Konsep Pembuangan Limbah .......................................................... 39

Page 13: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

IX

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Jumlah Unit Rumah di Kampung Nelayan Kedung Cowek ........ 9

Tabel 2.2 Daftar Eksisting Kebutuhan Ekonomi Kampung Nelayan ................... 10

Tabel 2.3 Daftar Eksisting Kebutuhan Sosial Kampung Nelayan ........................ 10

Tabel 2.4 Program Ruang Hunian Kampung Nelayan.......................................... 10

Tabel 2.5 Program Ruang Balai Warga ................................................................ 11

Tabel 2.6 Program Ruang Mushollah ................................................................... 11

Tabel 2.7 Program Ruang Dermaga ...................................................................... 11

Tabel 2.8 Program Ruang Tempat Pengolahan Ikan ............................................ 12

Tabel 2.9 Program Ruang TPI .............................................................................. 12

Tabel 2.10 Program Ruang Publik ........................................................................ 12

Tabel 2.11 Program Ruang Sanitasi dan Limbah Komunal .................................. 12

Tabel 2.12 Jumlah Keseluruhan Program Ruang .................................................. 13

Tabel 3.13 Analisa Penilaian Eco-Settlement Kampung Nelayan Kedung Cowek

............................................................................................................................... 19

Tabel 4.14 Konsep Hunian Maisonatte ................................................................. 27

Tabel 4.15 Konsep Bentuk Bangunan ................................................................... 30

Tabel 4.16 Daftar Material Lokal dalam Konstruksi ............................................ 36

Tabel 4.17 Penggolongan Material ekologis ......................................................... 37

Page 14: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …
Page 15: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Fenomena Permukiman Pesisir Pantai

Fenomena permukiman di pesisir pantai bukanlah hal yang baru.

Fenomena ini terbentuk secara alamiah bersamaan dengan potensi sumber daya

alam yang ada pada kawasan itu yaitu laut. Laut menyimpan begitu banyak

sumber daya yang menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber

pendapatan bagi masyarakat. Sejalan dengan peningkatan nilai ekonomi pada

daerah pesisir dan pemanfaatan sumber daya laut secara terus menerus, maka

muncullah sejumlah permukiman penduduk di sekitar kawasan tersebut yang

biasa disebut permukiman nelayan. Umumnya permukiman ini merupakan

permukiman informal (swadaya) oleh penduduk setempat dengan segala

keterbatasannya. Di sisi lain, pemanfaatan sumber daya yang ada di laut juga

cenderung tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang

mewadahi. Hal tersebut seringkali berpotensi menimbulkan masalah yang

berpengaruh negatif terhadap kualitas fisik maupun lingkungan sehingga dapat

menimbulkan permukiman kumuh. Fenomena ini juga terjadi di permukiman

nelayan Kedung Cowek.

Gambar 1.1 Kekumuhan Permukiman Nelayan Kedung Cowek

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 16: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

2

1.2 Isu dan Konteks Desain

1.2.1 Permukiman Nelayan Kumuh

Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan

permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas baik secara fisik, sosial

ekonomi maupun sosial budaya. Subarsono AG (2005) memaparkan bahwa

permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas

kelompok sosial.

Kehidupan kampung nelayan, sampai abad 21 ini belum mampu lepas

dari konotasi kumuh. Sebagai akibatnya kampung nelayan memang jauh dari

kesan bersih karena penuh akan sampah hasil limbah industri rumah tangga.

Masalah ini juga dialami oleh kampung nelayan Kedung Cowek. Banyak faktor

yang menyebabkan kekumuhan seperti penumpukan aktivitas dan

penyalahgunaan ruang terbuka yang menyebabkan kepadatan fisik. Selain itu

banyak masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek yang masih membuang

sampah di laut. Masyarakat lebih memilih membuang sampah di laut karena

persepsi bahwa sampah yang di buang ke laut akan menghilang bersama arus

laut. Hal ini membuat laut menjadi kotor dipenuhi sampah dan dapat merusak

keberlanjutan laut di masa depan.

Gambar 1.2 Alur Masalah Kekumuhan

Sumber : Dokumentasi Pribdi

Page 17: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

3

1.2.2 Karakteristik Masyarakat Kampung Nelayan

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,

tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara

wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009). Menurut Mulyadi (2005), nelayan

adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung

pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya.

Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman

yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Seperti masyarakat pesisir yang lain,

masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek juga menghadapi sejumlah

masalah yang sama terkait lingkungan, sosial dan ekonomi yang kompleks.

Masalah-masalah tersebut antara lain:

1. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang

setiap saat

2. Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi

dinamika usaha

3. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi

4. Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat keterbatasan

akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik

5. Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut, maupun

pulau-pulau kecil

6. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar

utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2006)

1.2.3 Karakteristik Kawasan Kampung Nelayan

Kampung nelayan di kawasan Kenjeran berada di sisi pantai Timur

Surabaya. Kawasan pesisir pantai ini identik dengan lingkungan yang sederhana,

kurang berkembang, dan tampak kumuh. Kawasan pesisir dan laut memiliki

potensi sumber daya hayati dan nonhayati yang penting bagi kehidupan manusia.

Segala potensi yang dimiliki ini perlu dilestarikan dan dikelola secara terpadu

sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan. Sebagai kawasan

Page 18: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

4

yang strategis, pesisir menjadi lahan sentra aktivitas penduduk. Begitu pula

dengan kawasan Pantai Kenjeran, sebagai salah satu kawasan pesisir yang

terdapat di kota Surabaya. Pasca pembangunan Jembatan Suramadu, kawasan

yang berada pada Unit Pembangunan 3 ini akan dikembangkan sesuai fungsinya

dalam Rencana Tata Ruang Kota (RTRW) Surabaya sebagai wilayah

pemukiman, perdagangan, wisata, jasa dan konservasi.

Berdasarkan RDTRK UP Kenjeran, arahan fungsi penggunaan lahan di

kawasan pesisir Kenjeran adalah untuk pariwisata, perdagangan dan jasa, serta

permukiman. Sesuai dengan kecenderungan yang ada dan kegiatan utama yang

dikembangkan penggunaan lahan di pesisir Kenjeran ini cukup bervariasi.

Sebagian besar lahan di wilayah ini pemanfaatannya untuk kegiatan rekreasi

(Kenjeran Park, THP, Watu-Watu) dan permukiman (kampung nelayan

Sukolilo, Tambak Deres, Kejawan Lor) serta perdagangan dan jasa (Sentra Ikan

Bulak). maka arahan penyebaran kegiatan-kegiatan pembangunan dialokasikan

pada bagian wilayah pesisir secara merata sesuai dengan kecenderungan

perkembangannya

Gambar 1.3 Konsep Pemetaan Lokasi

Sumber: Bappeko Surabaya

Page 19: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

5

Gambar 1.4 Konsep Penataan Kawasan Pesisir Kenjeran

Sumber: Bappeko Surabaya

1.3 Permasalahan Desain

1.3.1 Keterbatasan Lahan

Keterbatasan lahan saat ini adalah masalah besar jika mengingat

populasi penduduk yang terus bertambah. Permasalahan utama pada kampung

nelayan Kedung Cowek juga mengalami keterbatasan lahan. Masalah ini

membuat permukiman kampung nelayan tampak semakin padat dan tidak

beraturan. Permukiman kampung nelayan Kedung Cowek merupakan salah satu

permukiman informal (swadaya) oleh masyarakat setempat. Bersamaan dengan

bertambahnya populasi masyarakat setempat, aktivitas yang dibutuhkan juga

akan bertambah. Dengan adanya penambahan dan penumpukkan aktivitas

tersebut, tentu saja akan membutuhkan ruang yang lebih banyak. Oleh karena itu

sering terjadi pada permukiman informal seperti pengembangan rumah, yang

menerobos batas-batas yang sudah ditentukan kota. Sehingga berpotensi

menciptakan sebuah permukiman kumuh. Bukan hanya pada rumah tetapi juga

pada lingkungan sekitarnya. Kepadatan fisik ini merupakan salah satu yang akan

memicu kekumuhan pada kampung nelayan Kedung Cowek.

Page 20: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

6

Gambar 1.5 Proses Perkembangan Rumah dalam Lingkungan

Sumber: Colin Ward, 2003

1.3.2 Sarana yang Kurang Mewadahi

Aktivitas masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek yang

tidak terwadahi menjadi salah satu masalah yang memicu kekumuhan.

Banyak aktivitas yang terkait sosial budaya maupun sosial ekonomi yang

belum terwadahi dan berdampak pada kualitas lingkungan di kampung

nelayan Kedung Cowek. Fenomena ini mengakibatkan penyalahgunaan

ruang publik yang tidak semestinya. Beberapa aktivitas yang seringkali

menyalahgunakan ruang publik adalah aktivitas mengolah hasil laut.

Masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek menggunakan sirkulasi

jalan sebagai tempat mengolah ikan bersama para tetangga. Hal ini

berdampak pada lingkungan yang semakin kotor dan juga terhambatnya

akses jalan pada kampung nelayan Kedung Cowek. Kondisi lingkungan

yang semakin kotor ini juga akibat kurangnya kesadaran masyarakat

kampung nelayan Kedung Cowek karena kualitas sumber daya manusia

yang masih rendah.

Page 21: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

7

Gambar 1.6 Aktivitas Nelayan yang Tidak Terwadahi

Sumber : Dokumentasi pribadi

1.4 Kriteria Desain

1.4.1 Tujuan

Berdasarkan permasalahan kekumuhan permukiman kampung

nelayan Kedung Cowek, maka terbentuk sebuah tujuan desain yaitu

menjadikan kampung nelayan Kedung Cowek yang ekologis dan

berkelanjutan untuk mengatasi masalah kekumuhan. Dalam hal ini,

dibutuhkan solusi untuk menangani permasalahan desan terkait

keterbatasan lahan dan kurangnya sarana yang mewadahi aktivitas sosial

budaya maupun sosial ekonomi.

1.4.2 Kriteria Rancang

Berdasarkan tujuan di atas, maka kriteria rancang untuk mencapai tujuan

adalah sebagai berikut:

1. Menata dan memperbaiki kualitas lingkungan dan hunian kampung

nelayan Kedung Cowek

2. Memanfaatkan potensi lokal untuk menaikkan taraf hidup masyarakat

kampung nelayan Kedung Cowek

3. Menerapkan ciri lokalitas pada desain permukiman kampung nelayan

Kedung Cowek.

Page 22: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

8

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 23: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

9

BAB 2

PROGRAM DESAIN

2.1 Rekapitulasi Program Ruang

2.1.1 Aktivitas Berhuni Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek

Kebutuhan hunian adalah kebutuhan utama masyarakat kampung

nelayan Kedung Cowek. Akan tetapi, populasi masyarakat yang semakin

bertambah membuat setiap hunian bisa dihuni lebih dari satu KK. Jumlah

Eksisting hunian di kampung nelayan Kedung Cowek adalah 306 hunian

dengan 350 KK menurut data RW. Jumlah ini tentu tidak sesuai antara

jumlah populasi masyarakat dan jumlah hunian sehinga akan berdampak

pada penumpukan aktivitas dan penyalahgunaan ruang yang tidak

semestinya. Berikut adalah daftar eksisting hunian kampung nelayan

Kedung Cowek:

Tabel 2.1 Daftar Jumlah Unit Rumah di Kampung Nelayan Kedung

Cowek

No Wilayah Jumlah KK Jumlah Unit

1 RT 1 RW 2 (gang Jl Cumpat 1, 2, 3 ) 85 KK 77 Unit

2 RT 2 RW 2 (gang Jl Cumpat 4, 5, 6) 85 KK 78 Unit

3 RT 3 RW 2 (gang JL Cumpat 7, 8, 9, 10) 180 KK 151 Unit

Total 350 KK 306 Unit

Sumber: Data RW 2 Kampung Nelayan Kedung Cowek

2.1.2 Aktivitas Ekonomi Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek

80% masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek berprofesi

sebagai nelayan, 20% sisanya berprofesi pedagang dan pegawai. Jumlah

nelayan yang cukup besar ini tidak seimbang dengan sarana yang

mewadahi aktivitas ekonomi nelayan. Pada eksisting kampung nelayan

Kedung Cowek, tidak ada tempat yang mewadahi aktivitas mengolah ikan,

menjemur ikan, mengasap ikan dan lain-lain. Sehingga banyak masyarakat

yang melakukannya di jalan umum. Berikut adalah daftar eksisting tempat

Page 24: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

10

yang menunjang kegiatan ekonomi masyarakat kampung nelayan Kedung

Cowek :

Tabel 2.2 Daftar Eksisting Kebutuhan Ekonomi Kampung Nelayan

No Aktivitas Ruang Eksisting

1 Parkiran Perahu Dermaga Tidak ada

2 Tempat Pengolahan Ikan Pengolahan Ikan Komunal Tidak ada

3 Tempat Penjemuran Ikan Penjemuran Ikan Komunal Tidak ada

4 TPI TPI Tidak ada

Sumber: Dokumentasi pribadi

2.1.3 Aktivitas Sosial Masyarakat Kampung Nelayan Kedung Cowek

Aktivitas sosial merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan

dari aktivitas kampung karena ciri khas masyarakat kampung adalah

kebersamaannya dalam hidup bertetangga. Begitupun di kampung nelayan

Kedung Cowek. Kebersamaan yang terjalin tidak hanya karena kesamaan

profesi sebagai nelayan tetapi juga kebersamaan menjadi kader dalam

organisasi di kampung. Selain itu, budaya masyarakat juga masih kental

dengan kebersamaan dan masih banyak dilakukan secara tradisional.

Berikut adalah daftar eksisting tempat yang dapat menunjang kebersamaan

dalam bersosialisasi masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek:

Tabel 2.3 Daftar Eksisting Kebutuhan Sosial Kampung Nelayan

No Aktivitas Ruang Eksisting

1 Organisasi Balai RW Ada

2 Perkumpulan (perayaan 17 Agustus,

pengajian, RT an)

Ruang Publik Tidak ada

3 Ibadah Mushollah Ada

4 Sekolah Paud/TK Tidak ada

Sumber: Dokumentasi pribadi

2.1.4 Program Ruang

Tabel 2.4 Program Ruang Hunian Kampung Nelayan

Jenis Aktivitas Ruang Standar Jumlah Luasan

Hunian Hunian tipe 1 36 m2 140 unit 2520 m2

Hunian tipe 2 48 m2 140 unit 6720 m2

Page 25: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

11

Hunian tipe 3 48 m2 72 unit 6720 m2

Sirkulasi 20% 3192 m2

RTH 10% 1596 m2

Total 20748 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.5 Program Ruang Balai Warga

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Ruang Serbaguna asumsi 240 m2

Ruang Administrasi Neufert 2m2/ orang 10 Orang 20 m2

Ruang Ketua RW 1 Orang 20 m2

Toilet Neufert 1,5m2/ orang 2 Orang 3 m2

Parkir motor 20 Motor 40 m2

Parkir mobil 6 Mobil 75 m2

RTH 10% 40 m2

sirkulasi Neufert 20% 80 m2

Total 518 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.6 Program Ruang Mushollah

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Tempat Sholat Neufert 2m2/ Orang 150 300 m2

Toilet Neufert 1,5m2/ Orang 4 6 m2

Tempat Wudhu Neufert 1,5m2/ Orang 10 15 m2

RTH 10% 32 m2

Sirkulasi Neufert 20% 65 m2

Total 418 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.7 Program Ruang Dermaga

Aktivitas Sumber Standar Kapaitas Luasan

Parkir perahu Asumsi 3 dermaga 125 m2

sirkulasi Neufert 20% 75 m2

total 450 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 26: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

12

Tabel 2.8 Program Ruang Tempat Pengolahan Ikan

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Pengolahan Ikan Asumsi 2 Pengolahan Ikan 500 m2

Penjemuran Ikan Asumsi 2 Penjemuran Ikan 500 m2

RTH 10% 100 m2

Sirkulasi Neufert 20% 200 m2

Total 1300 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.9 Program Ruang TPI

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Ruang pelelangan ikan asumsi 3 tempat 896 m2

Lobby asumsi 12 orang 25 m2

Ruang Penyimpanan Es asumsi 25 m2

Ruang Pengelolah asumsi 5 orang 25 m2

Toilet Neufert 1,5m2/ Orang 4 Orang 6 m2

RTH 10% 98 m2

Sirkulasi Neufert 20% 196 m2

Total 1271 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.10 Program Ruang Publik

Aktivitas Sumber Standart Kapasitas Luasan

Plaza/Lapagan Asumsi 4 Lapangan 2000 m2

RTH Neufert 10% 202 m2

Toilet Umum Neufert 1,5m2/ Orang 8 12 m2

Sirkulasi Neufert 20% 404 m2

Total 2618 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tabel 2.11 Program Ruang Sanitasi dan Limbah Komunal

Aktivitas Sumber Standar Kapasitas Luasan

Sanitasi dan Limbah Komunal Asumsi 3 100 m2

sirkulasi Neufert 20% 60 m2

Total 360 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 27: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

13

Tabel 2.12 Jumlah Keseluruhan Program Ruang

No Area Luas

1 Hunian 20748 m2

2 Balai Warga 518 m2

3 Mushollah 418 m2

4 Dermaga 450 m2

5 Tempat Pelelangan Ikan 1271 m2

6 Paud 227 m2

7 Tempat pengolahan Ikan 1300 m2

8 Ruang Publik 2618 m2

9 Sanitasi dan Limbah Lingkungan 360 m2

Total 27.910 m2

Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.2 Deskripsi Tapak

2.2.1 Gambaran Umum Lokasi

Gambar 2.7 Lokasi Lahan Kampung Nelayan Kedung Cowek

Sumber: Dokumentasi pribadi

Lokasi lahan terletak di Jl. Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek

Kecamatan Kenjeran, Surabaya Jawa Timur. Eksisting tapak merupakan sebuah

permukiman kampung nelayan Jalan Cumpat Gang 1-10 dengan kondisi

lingkungan yang tidak tertatur dan tidak tertata dengan baik. Mayoritas

masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan dengan pengahasilan yang minim.

Lokasi lahan dekat dengan pantai kenjeran yang berada diantara pulau

Jawa dan Madura (Selat Madura). Pantai Kenjeran memiliki ombak yang

Page 28: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

14

relative kecil bahkan hampir tidak dijumpai ombak dikarenakan letak

geografisnya yang berada dintara 2 pulau yang berdekatan sehingga keadaan

topografi pantai relative landai dan tidak terjadi pasang surut gelombang yang

signifikan akan tetapi hanya pasang surut berupa kenaikan dan penurunan tinggi

permukaan air laut.

2.2.2 Konteks Lingkungan

Lahan ini berada di sekeliling wilayah permukiman yang berbatasan langsung

dengan laut Kenjeran. Laut Kenjeran mempunyai batas garis sempadan daratan

sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi

fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Obyek

arsitektural yang akan dirancang akan menyesuaikan dengan kondisi

permukiman pesisir tanpa meninggalkan aspek lingkungan / alam dalam proses

merancang. Dalam hal ini yaitu laut yang menjadi sumber penghasilan

masyarakat setempat. Adapun batas lahan adalah sebagai berikut:

Batas utara : Selat Madura

Batas barat : Jalan Cumpat

Batas selatan : Taman Suroboyo

Batas timur : Laut Kenjeran

2.2.3 Ukuran dan Tata wilayah

Area lahan yang akan digunakan pada perancangan seluas ± 25.000 m2. Lebar

jalan: ± 4-5 m (Jalan Cumpat), 6-8 m (Jalan Pantai Kenjeran), 1-2 m (Jalan

tikus). Koefisien Dasar Bangunan (KDB): 70% dan KLB 140%

2.2.4 Legalitas

Berdasarkan Peta Peruntukan Tata Guna Lahan Surabaya dan RDTRK

UP III Kenjeran tahun 2014 hingga 20 tahun ke depan lahan yang digunakan

merupakan tata ruang untuk permukiman, perdagangan dan jasa komersial.

Berdasarkan Perda Nomor 12 tahun 2014 Pasal 93 (4a) mengenai

ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan dan permukiman dengan

kepadatan berisi ketentuan mengenai pemanfaatan ruang pada kawasan

Page 29: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

15

perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi untuk tipe perumahan

perkampungan, rumah sederhana sehat (RSH), dan rumah susun (rusun).

2.2.5 Keistimewahan Alamiah

Permukiaman yang berbatasan langsung dengan laut Kenjeran sehingga

mempunyai banyak potensi dari aspek sumber daya alam yang dihasilkan oleh

laut. Selain itu lokasi lahan dekat dengan area wisata laut sehingga di sana

banyak keindahan alami yang dapat dinikmati.

2.2.6 Keistimewaan Buatan

Mempunyai potensi untuk menarik wisatawan karena dekat dengan

area wisata seperti Pantai Kenjeran Ria, Kenpark, Jembatan Surabaya, Sentra

Ikan Bulak dan sebagainya.

Gambar 2.8 Eksisting Bangunan Sekitar

Sumber: Google.com

2.2.7 Sirkulasi

Jalan Pantai Kejeran

Jalan Cumpat

Page 30: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

16

Gambar 2.9 Sirkulasi Pada Eksisting Lahan

Sumber: Maps.Google.com

Akes sirkulasi yang melewati tapak adalah Jalan Pantai Kenjeran

sebagai jalan utama, Jalan Cumpat sebagai jalan selanjutnya dan jalan tikus pada

setiap gang (Jalan Cumpat gang 1-10)

2.2.8 Utilitas

Berdasarkan data dari Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya Tahun

2014-2034 pada unit pengembangan wilayah laut III adalah wilayah laut yang

berada di perairan bagian timur laut kota, di sekitar kawasan Tambak Wedi dan

Kenjeran di Kecamatan Kenjeran dan Kecamatan Bulak. Lahan telah

terdistribusi oleh jaringan listrik, telepon, komunikasi, drainase, dan air bersih.

2.2.9 Sensori

a. View ke luar tapak: View dari lahan menarik karena daerah sekitar

merupakan area yang berbatasan langsung dengan laut

b. View ke dalam tapak: View dari luar lahan tidak menarik karena tapak

hanyanya permukiman yang cenderung tidak teratur dan kotor.

2.2.10 Manusia dan Budaya

Hubungan sosial budaya antar anggota masyarakat di kampung ini

cukup erat. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan kader-kader kampung yang

cukup tinggi dalam setiap kegiatan masyarakat. Jumlah usia produktif lebih

banyak dari yang non produktif namun jumlah usia produktif yang menganggur

juga masih banyak. Pola mata pencaharian yang tradisional juga masih terus

dipertahankan oleh masyarakat pesisir.

2.2.11 Iklim

Iklim Kenjeran adalah diklasifikasikan sebagai tropis. Di musim dingin,

terdapat lebih sedikit curah hujan di Kenjeran daripada di musim panas. Suhu di

sini rata-rata 27.2 °C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata adalah 1649 mm.

Page 31: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

17

BAB 3

PENDEKATAN DAN METODA DESAIN

3.1 Pendekatan Desain

3.1.1 Pendekatan Permukiman Ramah Lingkungan (Eco-Settlements)

Eco-settlements terdiri dari dua kata yaitu eco dan settlements yang

berarti tempat bermukim/tempat tinggal yang ekologis. Berdasarkan arti tersebut

terlihat konsep eco-settlements mengarah pada pencapaian nilai ekologis. Dalam

penerapannya konsep ini harus mengharmonisasikan tiga pilar berkelanjutan

yaitu sosial, ekonomi, dan ekologi. Oleh karena itu, definisi eco-settlements

harus mengarah pada pembangunan berkelanjutan dengan didukung oleh sistem

kelembagaan yang kapabel.

Gambar 3.10 Bagan Pendekatan Eco Settlements

Sumber: Google.com

Pada permukiman informal seperti kampung nelayan, umumnya dalam

jangka waktu kedepan akan terjadi prubahan rumah (berkembang menyesuaikan

kebutuhan penghuni) tetapi berada pada lahan yang minim sehingga terjadi

banyak penumpukan aktivitas yang membuat tara ruang terlihat tidak teratur dan

tampak semrawut. Hal tersebut seringkali memicu kekumuhan pada

permukiman. Pendekatan eco-settlement berfungsi sebagai pijakan dalam

mencapai permukiman yang ekologis melalui 3 pilar ekologi, sosial dan

ekonomi dengan dukungan dan kerja sama dengan institusi. Eco-settlement

memiliki kriteria yang mengacu pada prinsip arsitektur ekologis, yang

diharapkan dapat menciptakan permukiman nelayan yang berkelanjutan.

Ekologi

Lingkungan Sosial

Didukung

lembaga/institusi

yang capable

Page 32: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

18

Di bawah ini merupakan kriteria dari penilaian menggunakan

pendekatan eco settlement:

Gambar 3.11 Kriteria Penilaian Eco-settlements

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari kriteria eco settlement di atas akan muncul penilaian pada setiap

aspek yaitu aspek ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi. Hasilnya akan

berupa nilai sebuah permukiman yang menjadi penyebab kekumuhan seperti

ruang-ruang yang cenderung tidak teratur, kotor dan disalahgunakan fungsinya.

Selanjutnya akan dilakukan analisa dalam menilai keadaan kampung nelayan

dengan mengacu pada kriteria yang telah dibuat. Berikut adalah hasil analisa dari

kampung nelayan Kedung Cowek, Kenjeran:

eco

-set

tlem

ent

Ekologi

Kualitas lingkungan

Air bersih, drainase, sanitasi, persampahan,

aksesibilitas

Rumah sehat

Kepadatan bangunan, material bangunan,

pencahayaan, kualitas udara, MCK, RTH

privat

Guna lahanPenggunaan lahan

sekitar, ruang terbuka hijau

Sosial

Tingkat kepadatan masyarakat

Tingkat partisipasipartisipasi langsung dan tidak langsung

Tingkat pendidikan

Tingkat Kesehatan

Budaya masyarakat

Ekonomi

Jenis pekerjaan

Tingkat pendapatan

KelembagaanDukungan kerja

sama

Page 33: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

19

Tabel 3.13 Analisa Penilaian Eco-Settlement Kampung Nelayan Kedung Cowek

Kriteria

Eco-Settlement

Eksisting pada Permukiman Nelayan

Kualitas Lingkungan Drainase

Kualitas drainase pada beberapa rumah

masih buruk karena air limbah dibuang

langsung ke laut

Persampahan

Secara umum pengelolaan sampah di

Kedung Cowek Kenjeran, melalui

koordinasi lingkungan untuk

pengumpulan sampai TPS. Tetapi

masih ada beberapa rumah yang

membuang sampah maupun limbah hasil tangkapan ke laut.

Aksesibilitas

Pada jalan tikus (gang) banyak warga

yang memprivasi area jalan yang

seharusnya menjadi tempat publik

sehingga tampak tidak teratur

Rumah Sehat Secara material bangunan, rumah di permukiman nelayan

terbilang layak, hanya saja pada aliran udara tidak terlalu

bagus karena kebanyakan bukaan hanya pada 1 sisi. Hal

tersebut karena rumah berhimpitan dengan tetangga. Dari

segi prilaku, masih banyak warga yang menumpuk aktivitas

pada 1 ruang yang terbatas dan tampak kotor.

Masih jarang RTH privat pada setiap rumah

Guna Lahan Penggunaan lahan sekitar yang masih kosong dimanfaatkan

untuk meletakkan peralatan nelayan.

Ruang terbuka hijau (RTH) masih sangat minim

Kepadatan Penduduk Untuk wilayah Kedung Cowek kepadatan penduduk

berkisar 9144 jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk laki-laki

66697 jiwa dan perempuan 65190 jiwa.

Page 34: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

20

Tingkat Pendidikan

Jumlah sekolah dari TK hingga SMA

terpenuhi tetapi prosentase terbanyak

hanya sampai pada jenjang SMP.

Sumber :

https://surabayakota.bps.go.id/

Tingkat Kesehatan Terdapat pelayanan kesehatan berupa puskesmas tetapi

masih terdapat balita yang berada digaris merah (BGM).

Selain itu, banyak balita yang memiliki berat badan kurang

yang tidak sesuai dengan berat badan idealnya.

Tingkat Partisipasi - Terdapat 7 paguyuban yang tersebar di Kampung Nelayan

- Beberapa warga masih aktif dalam kegiatan ormas

Budaya Masyarakat -Masih kental akan kebersamaan dalam kehidupan sosial

-Melakukan pekerjaan masih sering dilakukan secara

tradisional

Jenis Pekerjaan dan

Pendapatan

-80% merupakan nelayan sedangkan sisanya yaitu

wiraswasta (pedagang kecil) dan pegawai.

-Memiliki keterampilan dalam pengolahan hasil laut,

seperti kerupuk, ikan, kerajinan kerang serta pengasapan

atau pengeringna ikan.

Kelembagaan Institusi yang langsung berhubungan dengan permasalahan

permukiman kumuh adalah Bappeko Surabaya, Dinas PU

dan Cipta Karya Kota Sirabaya, Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya, serta Instansi tingkat

Kecamatan dan Kelurahan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa permukiman

nelayan Kedung Cowek masuk dalam permukiman yang kumuh karena masih

banyak kekurangan pada aspek lingkungan maupun sarana prasarana.

3.1.2 Pendekatan Desain Vernakular Kontemporer

Selain menggunakan pendekatan eco-settlement, menata kampung

nelayan Kedung Cowek juga menggunakan pendekatan desain vernakular

Page 35: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

21

kontemporer untuk menonjolkan ciri khas dan budaya masyarakat nelayan.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai paradigmanya dalam

beberapa referensi yang ada, term vernacular lebih dipahami untuk

menyebutkan adanya hubungan dengan lokalitas. Beberapa diantaranya adalah

“Vernacular houses are born out of local building materials and technologies

and an architecture that is climate-responsive and a reflection of the customs

and lifestyles of a community” (Ravi S. Singh, 2006).

Pengertian arsitektur vernakular juga dapat ditinjau dari

karakteristiknya. Menurut Salura (2010) arsitektur vernakular yang selalu ada di

seluruh belahan dunia relatif memiliki tipe yang serupa dan tema-tema lokal

yang sangat spesifik. Pendapat ini mendukung pendapat Oliver (1997) yang

menyatakan bahwa unsur-unsur kunci yang menunjukkan indikasi sebuah

arsitektur vernakular adalah:

1. Traditional self-built and community-built buildings

2. Earlier building types

3. Architecture within its environmental and cultural contexts

4. Environmental conditions, material resources, structural systems

and technologies have bearing on architectural form, dan

5. Many aspects of social structure, belief systems and behavioral

patterns strongly influence building types, their functions and

meanings.

6. Dwellings and other building

7. Related to their environment contexts and available resources

8. Utilizing traditional technology

9. Architecture vernacular are built to meet specific needs,

accomodating the values, economies and way of living of the culture.

Menurut William Lim S.W. dan Tan Hock Beng (1998) dalam bukunya

yang berjudul “Contemporary Vernacular Evoking Traditions in Asian

Architecture” menyebutkan bahwa arsitektur vernakular kontemporer dapat

dilihat dari cara pencapaiannya yang terbagi menjadi empat, yakni:

Page 36: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

22

1. Reinvigorating Tradition (Menyegarkan kembali tradisi)

Hal ini berlatar belakang bahwa logika kontruksi yang mana terlihat

secara langsung pada arsitektur traditional secara perlahan

tergantikan dengan evolusi dari teknologi material.

2. Reinventing Tradition (Mengkombinasikan tradisi lokal)

Reinventing tradition merupakan proses pembentuk atau

memperbarui tradisi dengan cara mengkombinsikan tradisi lokal

yang ada dengan unsur-unsur dari tradisi lain sehingga terbentuk

tradisi baru yang berbeda.

3. Extending Tradition (Melanjutkan tradisi)

Meskipun dituntut untuk menghormati sejarah masa lalu akan tetapi

masa lalu yang melekat itu ada berbagai sisi dan dapat memberi

pengertian yang berbeda pada pandangan berbagai orang. Sehingga

pada tradisi pun memiliki kelunturan yang dapat memberikan pilihan

mana yang sesuai dengan konteks masa kini ataupun kurang sesuai

dengan inovasi dan perkembangan teknologi, produk arsitektur

dapat ditingkatkan tanpa menghilangkan nilai-nilai yang ada.

4. Reinterpreting Tradition (Penginterpretasian kembali tradisi)

Dalam hal ini tradisi diinterpretasi kembali dengan menggunakan

idiom kontemporer, yang mana bentuk tradisional formal tidak

dibuang melainkan ditransformasikan melalui jalan penyegaran

kembali.

3.2 Metoda Desain

Metode rancang yang digunakan adalah proses desain Architectural

Programming oleh Donna P. Duerk yang kemudian diaplikasikan dan

dirumuskan menjadi sebuah tahapan perancangan. Pemilihan penggunaan

metode sebagai poses berpikir dikarenakan model tersebut merujuk kepada

pemrograman arsitektur berbasis isu. Pengggunaan metode ini bertujuan untuk

mempermudah dalam mendefinisikan secara nyata konsep serta kriteria

rancangan, dikarenakan alur berpikir yang runtut mulai dari fakta hingga

terbentuknya konsep.

Page 37: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

23

Gambar 3.12 Proses Desain Oleh Donna P. Duerk

Sumber: Google.com

Dengan menggunakan proses desain architectural programming dengan

menggunakan pendekatan eco-settlement, maka diperoleh sebuah misi penataan

kampung nelayan yang ekologis guna mengatasi kekumuhan dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat melalui pengembangan potensi lokal. Ekologis yang

dimaksud merujuk pada terpeliharanya lingkungan melalui pemenuhan

kebutuhan aktivitas bermukim dan menciptakan konsep kampung yang

produktif.

3.2.1 Metode Reinterpreting Tradition

Pengertian reinterpreting menurut Lim, William S.W/Tan, Hock Beng,

(1998) menginterpretasi ulang terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam arsitektur

vernakular. Hasilnya dapat berupa defamiliarisasi, yaitu pengasingan bentuk

dimana dia ada namun tidak nampak ada. Dalam objek rancangan nantinya akan

menerapkan prinsip dari reinterpreting tradition pada bagian bentuk maupun

ornament yang menampilkan fisik bangunan secara visual dengan

menginterpretasikan lokalitas dan penggabungannya dengan unsur modernitas.

Page 38: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

24

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 39: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

25

BAB 4

KONSEP DESAIN

4.1 Eksplorasi Formal

4.1.1 Konsep umum

Gambar 4.13 Hubungan Konsep Eco-settlements dengan Reinterpreting Tradition

Gambar 4.14 Konsep Umum Kampung Nelayan Berkelanjutan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sosial Lingkung

-an

Ekonomi

• Komunitas

nelayan

• Fasilitas interaksi

sosial

• Budaya lokal

• Meningkatkan produksi

(hasil tangkap)

• Mewadahi aktivitas yang

menunjang perekonomian

• Rumah produktif

• Material lokal

• Konstruksi ramah

lingkungan

• Lokalitas &

Ekologis

Kampung nelayan

berkelanjutan

Kekumuhan Kampung Nelayan

Kedung CowekEco-Settlement

Permukiman Nelayan

Berkelanjutan

Ekonomi Ekologi Sosial

Pendekatan Desain Vernakular

Kontemporer

Metoda Reinterpreting Tradition

Page 40: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

26

Secara garis besar, konsep yang diusung mempunyai misi menata ulang

kampung nelayan yang ekologis guna mengurangi kekumuhan dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat kampung nelayan Kedung Cowek. Untuk

mencapai tujuan tersebut menggunakan cara mengharmoniskan 3 pilar

berkelanjutan yaitu aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

4.1.2 Konsep Perencanaan dan Perancangan Tapak

Konsep perencanaan tapak akan mengikuti pola aktivitas masyarakat

Kampung Nelayan dengan laut sebagai orientasinya. Aktivitas dengan zona yang

masih berhubungan dengan laut akan diletakkan pada area yang berdekatan

dekat laut. Pembagian aktivitas ini berdasarkan profesi utama nelayan, nelayan

buruh dan pedagang. Masyarakat dengan profesi utama nelayan akan lebih

sering beraktivitas dekat dengan laut dibanding dengan nelayan buruh dan

pedagang seperti behubungan langsung dengan tempat pelelangan ikan dan

tempat pengasapan supaya asap akan mengarah ke laut dan tidak mencemari

kampug. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar kegiatan melaut hanya berpusat

sekitar laut dan tidak membawa lingkungan menjadi semakin kotor. Selain itu,

semua aktivitas yang berhubungan dengan laut akan difokuskan di titik tengah

tapak sebagai pusat aktivitas perekonomian masyarakat nelayan Kedung Cowek.

Berikut adalah ilustrasi konsep perencanaan dan peracangan tapak:

Gambar 4.15 Konsep Zonasi Perencanaan dan Perancangan Tapak

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 41: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

27

4.1.3 Konsep Bentuk

A. Bentuk Hunian Maisonatte

Salah satu permasalahan desain pada kampung nelayan Kedung Cowek

adalah keterbatasan lahan. Sementara hal tersebut berbanding terbalik dengan

banyaknya kebutuhan aktivitas yang belum terwadahi. Sehingga konsep hunian

yang diusulkan adalah hunian vertical bentuk maisonette 3 lantai. Dalam 1

hunian akan terdiri dari 8 KK. Maisonette ini akan mengadopsi fungsi rumah

produktif bergaya semi panggung sebagai ciri khas rumah nelayan dengan lantai

bawah difungsikan sebagai pusat ekonomi keluarga (rumah produktif) dan lantai

bagian atas hanya difungsinkan sebagai hunian. Berdasarkan data KK yang

diperoleh beserta profesinya, konsep hunian maisonatte ini terdapat 3 tipe

rumah, yaitu:

1. Tipe 1 : rumah untuk masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang

2. Tipe 2 : rumah untuk masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan utama

3. Tipe 3 : rumah untuk masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan buruh

dengan pekerjaan sampingan membuka warung.

Berikut adalah ilustrasi konsep hunian maisonatte:

Tabel 4.14 Konsep Hunian Maisonatte

Ilustrasi Keterangan

Pada umumnya hunian nelayan

kampung Kedung Cowek adalah

hunian rumah produktif karena

segala pekerjaan terkait mengolah

ikan maupun berdagang dikerjakan

di rumah. Tetapi karena

keterbatasan lahan, aktivitas

tersebut tidak terwadahi dan

mengakibatkan penyalahgunaan

ruang publik yang tidak semestinya

sehingga dapat mengotori

lingkungan.

Page 42: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

28

Masalah keterbatasan lahan

berbanding terbalik dengan

banyaknya populasi masyarakat dan

aktivitas yang belum terwadahi

sehingga solusi usulan desain adalah

hunian maisonatte dengan kapasitas

8 KK per rumah

Usulan desain hunian maisonatte ini

mempunyai ketinggian 3 lantai.

Lantai 1 akan difokuskan untuk

mewadahi aktivitas perekonomian

kampung nelayan Kedung Cowek

sedangkan latai 2 dan 3 berfungsi

sebagai hunian.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Mengubah hunian landed menjadi vertical tentunya akan banyak

penyesuaian dari kebiasaan masyarakat kampung nelayan yang akan diubah. Hal

tersebut akan diminimalisasi dengan konsep desain yang mengadopsi hunian

landed. Aktivitas-aktivitas yang sulit dilakukan di lantai atas akan tetap

diletakkan pada lantai bawah seperti pengolahan ikan, pengasapan ikan,

berdagang dan parkir kendaraan. Sementara hunian pada lantai 2 dan 3 akan

didesain dengan memasukkan nilai kebiasaan masyarakat kampung dalam

bersosialisasi dengan tetangga. Sehingga kebiasaan dari hunian landed masih

bisa diterapkan pada hunian maisonatte. Tiap rumah akan dihubungkan melalui

ruang luar bersama sehingga penataan ruang ke 8 rumah akan saling terhubung

satu sama lain. Berikut adalah ilustrasi konsep:

Page 43: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

29

Gambar 4.16 Konsep Ruang Hunian Maisonatte

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.17 Konsep Hunian Maisonatte

Sumber: Dokumentasi Pribadi

B. Bentuk Bangunan

Dalam pendekatan desain vernakular terdapat metode desain

reinterpreting tradition yaitu menginterpretasi ulang terhadap nilai-nilai yang

terdapat dalam arsitektur vernakular. Dalam hal ini ciri lokalitas yang diambil

adalah pada bagian atap jawa dan bangunan tampak semi panggung seperti

hunian nelayan pada umumnya. Akan tetapi penerapannya dalam desain akan

Page 44: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

30

disegarkan dengan konsep bangunan masa kini melalui gubahan bentuk maupun

material bangunannya. Berikut adalah ilustrasi konsep bangunan

Tabel 4.15 Konsep Bentuk Bangunan

Ilustrasi Keterangan

Sumber: pinterest.com

Menggunakan pendekatan desain

vernakular khas jawa sehingga dalam hal

ini, hanya bagian atap yang akan diambil

dan diterapkan ke beberapa bangunan

seperti balai warga dan mushollah

kampung. Selain bagian atap, bangunan

akan menyesuaikan dengan keadaan

masa kini yang lebih modern

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bentuk atap hunian menggunakan atap

pelana. Hal ini dikarenakan atap pelana

yang simpel tanpa ada jurai luar dan

dalam supaya mudah dibuat rapat air

hujan dan tidak mudah bocor.

Selain itu, bentuk pelana mempunyai

kelebihan lebih murah dan dalam

pengerjaannya secara swadaya lebih

mudah dan cepat.

Sumber: dokumentasi pribadi

Bentuk bangunan akan didominasi gaya

panggung dengan material beton

bertulang. Hal ini karena menyerap nilai

budaya masyarakat nelayan yang

memfungsikan kolong rumah sebagai

tempat penyimpanan dengan sedikit

penyegaran meggunakan material masa

kini

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Page 45: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

31

C. Bentuk Penjemuran Ikan

Konsep bentuk penjemuran ikan mengadopsi bentuk sesuai kebutuhan

akan sinar matahari. Bentuk ini juga mempertimbangkan masalah keterbatasan

lahan sehingga penjemuran ikan akan dibuat vertical dengan kemiringan yang

menyesuaikan arah datangnya matahari. Konsep bentuk ini mengambil bentuk

dasar dari tempat penjemuran masyarakat kampung nelayan.

Gambar 4.18 Tempat Penjemuran Ikan Kampung Nelayan

Sumber: Pinterest.com

Gambar 4.19 Gambar Gubahan Bentuk Tempat Penjemuran Ikan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Keterangan:

1. Tempat penjemuran ikan pada umumnya berbentuk miring supaya

mendapat penyinaran yang maksimal dan hanya mempunyai 1 sisi

kemudian digabung sehingga mempunyai 2 sisi miring

2. Tempat penjemuran ikan yang telah digabung mempunyai 2 sisi miring

menjadi bentuk segitiga

Page 46: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

32

3. Bentuk segitiga diiris bagian tengah untuk mendapatnkan 4 sisi miring

dengan 2 layer

4. bentuk akhir akan diperoleh tempat penjemuran ikan vertical dengan

ketinggian 2 lantai untuk mendapatkan penyinaran yang maksimal tetapi

tetap menghemat lahan

4.1.4 Konsep Ruang Luar

Konsep ruang luar masih mengadopsi metode reinterpreting tradition

dari budaya setempat yaitu kebiasaan menggunakan koridor jalan sebagai tempat

mengadakan kegiatan khusus kampung seperti perayaan hari 17 Agustus,

tahlilan, maupun kumpul PKK. Kebiasaan ini didefamiliarisasi, yaitu

pengasingan bentuk dimana dia ada namun tidak nampak ada. Bentuk ruang luar

akan disisipkan di tengah koridor kampung sehingga suasana yang terjadi akan

menyerupai kebiasaan sebelumnya. Selain itu, konsep ini akan menjadikan

ruang luar berada di pusat hunian yang berfungsi sebagai taman bermain anak

ketika orang tua sibuk mengolah ikan di rumah masing-masing tetapi anak masih

terawasi oleh orang tua. Berikut adalah ilustrasi konsep luar:

Page 47: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

33

Gambar 4.20 Konsep Ruang Luar

Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.5 Konsep Fasad

Permukiman pesisir pantai sangat erat kaitannya dengan angin yang

kencang dan suhu udara yang tinggi. Akan tetapi salah satu kriteria bangunan

ekologis adalah bangunan dengan penghawaan alami. Hal ini mempengaruhi

fasad yang digunakan pada bangunan pesisir pantai. Kebutuhan akan

penghawaan alami akan diimbangi dengan fasad yang dapat memfilter udara

maupun cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.

Gambar 4.21 Kriteria Penghawaan Hunian Ekologis

Sumber: google.com

Page 48: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

34

Gambar 4.22 Bukaan yang Dikombinasi dengan Kisi-Kisi

Sumber: pinterest.com

4.2 Eksplorasi Teknis

4.2.1 Konsep Sirkulasi

A. Sirkulasi Tapak (Masyarakat dan Pendatang)

Sirkulasi tapak menggunakan pola sirkulasi linear. Hal ini mengadopsi

sirkulasi yang telah ada di kampung nelayan Kedung Cowek yaitu

sirkulasi linear yang mengarah pada laut. Seluruh arah sirkulasi menuju

pada pusatnya yaitu laut

Gambar 4.23 Pola Sirkulasi Linear

Sumber: Google.com

Page 49: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

35

Gambar 4.24 Sirkulasi Tapak untuk Penghuni dan Pendatang

Sumber: Dokumentasi Pribadi

B. Sirkulasi Hunian (Penghuni)

Hunian maisonatte merupakan hunian yang mempunyai 4 arah hadap

sehingga sirkulasi penghuni dapat diilustrasikan seperti gmabr berikut:

Gambar 4.25 Sirkulasi hunian

Sumber:Google.com

4.2.2 Konsep Konstruksi dan Material

Konstruksi pada setiap elemen Kampung Nelayan akan menggunakan

material lokal. Oleh karena itu konstruksi akan dirancang dengan sederhana

sehingga dapat dengan mudah dikerjakan. Penggunaan mateial lokal

dikarenakan mudah didapatkan dan mengurangi biaya pembangunan rumah.

Selain itu penghuni juga dapat mencari dan mengolahnya sendiri dengan ataupun

tanpa tukang lokal untuk pembangunan atau perbaikan rumah. Berikut adalah

contoh material lokal yang ada di daerah sekitar kampung nelayan:

Page 50: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

36

Gambar 4.26 Konstruksi dan Material Lokal

Sumber: Google.com

Tabel 4.16 Daftar Material Lokal dalam Konstruksi

No Elemen Bangunan Material

1 Pondasi Beton, Batu Kali

2 Lantai Beton, Acian Kasar dan Halus

3 Kolom-Balok Beton Cetakan

4 Dinding Kombinasi Bata dan Acian

5 Plafon Ekspos struktur di atasnya

6 Rangka dan Penutup Atap Kayu dan Genteng

7 Pintu-Jendela Kayu

8 Railing, pagar Besi, Kayu, Bambu

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan daftar material lokal dan konstruksi tersebut, berikut adalah daftar

material yang akan digunakan khususnya disesuaikan dengan kondisi

permukiman pesisir guna mendukung konsep ekologis:

Page 51: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

37

Tabel 4.17 Penggolongan Material ekologis

No Material Penggolongan Ekologis

1 Kayu, bambu, rotan Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan

kembali (regeneratif). Pada konteks pesisir pantai, angin

laut yang membawa kandungan garam tidak akan bereaksi

pada material tersebut dibandingkan dengan material baja

2 Tanah, tanah liat,

lempung, kapur, batu kali,

batu alam

Bahan bangunan alam yang dapat digunakan

kembali

3 Limbah, potongan,

sampah, ampas , serbuk

kayu, potongan kaca

Bahan bangunan yang dapat digunakan kembali

(recycling)

4 Batu merah, genting tanah

liat, batako, conblock,

logam, kaca, semen

Bahan bangunan alam yang mengalami

perubahan tranformasi sederhana

5 Beton bertulang, pelat

serat semen

Bahan bangunan komposit. Tidak mudah mengalami

korosi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan daftar penggolongan material ekologis dan ketersediaan material

setempat, maka secara umum desain konsep material akan menggunakan kayu,

batu bata merah, genting tanah liat dan beton bertulang sebagai strukturnya.

Untuk material kayu menggunakan sambungan pasak untuk menghindari

penggunaan baut yang mudah korosi.

Gambar 4.27 Material yang Akan Digunakan

Sumber : Google.com

Page 52: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

38

Gambar 4.28 Ilustrasi Sambungan Pasak pada Kayu.

Sumber: google.com

4.2.3 Konsep Struktur

Menggunakan struktur kolom-balok yang rigid dan pondasi sesuai

dengan jenis tanah di kawasan pesisir. Pondasi batu kali digunakan untuk

bangunan sederhana satu lantai. Podasi footplat yang dikombinasikan dengan

pondasi menerus digunakan untuk bangunan yang lebih dari satu lantai (2 hingga

3 lantai). Berikut adalah ilustrasi konsep struktur:

(a) (b)

Gambar 4.29 (a) Sistem Struktur rigid (b) Struktur pondasi footplat dan batu kali

Sumber: google.com

4.2.4 Konsep Sanitasi

Konsep sanitasi pada kampung nelayan Kedung Cowek adalah dengan

menggunakan ipal komunal. Pada umumnya, masyarakat kampung nelayan

membuang limbah langsung pada selokan yang terdapat di depan rumah, tanpa

harus diolah terlebih dahulu. Oleh sebab itu, laut yang menjadi tempat

berkumpulnya selokan yang tercemar kemudian warnanya menjadi coklat serta

akan mengeluarkan bau busuk. Tak hanya dapat menyebabkan ikan-ikan mati,

zat-zat polutan yang ada pada limbah juga dapat menjadi sumber penyakit. Maka

konsep sanitasi akan menggunakan IPAL Komunal sebagai upaya agar laut tidak

tercemar. Berikut adalah skema ipal komunal:

Page 53: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

39

Gambar 4.30 Skema IPAL Komunal

Sumber: Google.com

4.2.5 Konsep Pengolahan Limbah

Pembuangan sampah dilakukan dengan sistem sebagai berikut:

Gambar 4.31 Konsep Pembuangan Limbah

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pengelolahan

sampah skala

rumah tangga

Sampah

terkumpul Pengelolahan sampah

skala kawasan

Sampah terkumpul

Tempat pengolahan

akhir

Pengumpulan

langsung

Page 54: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

40

(halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 55: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

39

BAB 5

DESAIN

5.1 Eksplorasi Formal

5.1.1 Desain Tatanan Massa dan Zonasi Tapak

Pad

a das

arnya

zon

asi

tapak

kam

pu

ng

nel

ayan

ked

un

g C

ow

ek d

iben

tuk

ber

das

ark

an k

ebu

tuh

an u

tam

a se

bu

ah p

erm

uk

iman

,

yai

tu b

erhuni,

bek

erja

dan

ber

sosi

alis

asi.

Keb

utu

han

ber

hu

ni

diw

uju

dk

an d

eng

an h

un

ian

nel

ayan

, k

ebu

tuh

an b

eker

ja

diw

uju

dk

an d

eng

an T

PI,

tem

pat

pen

go

lah

an i

kan

dan

pen

jem

ura

n i

kan

, se

dan

gk

an k

ebu

tuh

an b

erso

sial

isas

i d

iwu

jud

kan

den

gan

bal

ai w

arga,

tem

pat

ber

ibad

ah d

an t

emp

at m

enu

ntu

t il

mu

.

Page 56: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

40

5.1.2 Desain Hunian Maisonatte Tipe 1 (Pedagang)

H

unia

n M

aiso

nat

te t

ipe

1 a

dal

ah h

un

ian u

ntu

k m

asyar

akat

den

gan

pro

fesi

ped

agan

g.

Seh

ing

ga

pad

a la

nta

i 1

han

ya

ber

up

a w

aru

ng

dan

toko s

ebag

ai s

um

ber

pen

gh

asil

an e

ko

no

mi.

Page 57: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

41

Gambar Tampak Hunian Maisonatte 1 G

ambar

Poto

ng

an H

un

ian

Mai

son

atte

1

Gam

bar

Tam

pak

Hu

nia

n M

aiso

nat

te 1

Page 58: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

42

Gam

bar

Den

ah H

un

ian

Tip

e 1

Page 59: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

43

Page 60: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

44

5.1.3 Desain Hunian Maisonatte Tipe 2 (Nelayan)

Hunia

n M

aiso

nat

te t

ipe

2 a

dal

ah h

un

ian u

ntu

k m

asyar

akat

den

gan

pro

fesi

nel

ayan

. S

ehin

gg

a p

ada

lan

tai

1 b

eru

pa

tem

pat

pen

gola

han

ikan

dan

pen

yim

pan

an b

aran

g u

ntu

k m

elau

t.

Page 61: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

45

Gam

bar

Tam

pak

Hu

nia

n M

aiso

nat

te 2

G

ambar

Poto

ngan

Hunia

n M

aiso

nat

te 2

Page 62: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

46

Gam

bar

Den

ah H

un

ian

Tip

e 2

Page 63: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

47

Page 64: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

48

5.1.4 Desain Hunian Maisonatte Tipe 3 (Nelayan Buruh)

Page 65: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

49

Gam

bar

Tam

pak

Hu

nia

n M

aiso

nat

te 3

G

ambar

Poto

ng

an H

un

ian

Mai

son

atte

3

Page 66: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

50

Gam

bar

Den

ah H

un

ian

Tip

e 3

Page 67: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

51

Gam

bar

Su

asan

a A

kti

vit

as E

konom

i H

un

ian

Mai

son

atte

3 y

aitu

mas

yar

akat

den

gan

pro

fesi

seb

agai

nel

ayan

buru

h s

ehin

gg

a ak

tiv

itas

lan

tai

1 h

any

a

akti

vit

as m

eng

ola

h i

kan

dan

pro

fesi

sam

pin

gan

yai

tu b

erd

agan

g

Page 68: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

52

5.1.5 Desain Tempat Penjemuran Komunal

Page 69: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

53

Gam

bar

Per

spek

tif

Tem

pat

Pen

jem

ura

n I

kan

. B

ero

rien

tasi

ke

lau

t se

suai

zo

on

ing

tap

ak y

ang

mem

usa

tkan

ak

tiv

itas

mel

aut

dek

at d

eng

an l

aut.

Page 70: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

54

Gam

bar

su

asan

a te

mpat

pen

jem

ura

n i

kan

men

gg

un

akan

ko

nse

p b

entu

k b

erd

asar

kan

pen

gg

ub

ahan

ben

tuk

ses

uai

tra

dis

i (r

ein

terp

reti

ng

tad

itio

n)

yan

g

sud

ah a

da

dal

am m

enje

mu

r ik

an.

Page 71: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

55

5.1.6 Desain Tempat Pengolahan Ikan

Gam

bar

Su

asan

a T

emp

at P

eng

ola

han

Ik

an

Page 72: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

56

Gam

bar

Su

asan

a T

emp

at P

eng

asap

an I

kan

Page 73: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

57

5.1.7 Desain Tempat Pelelangan Ikan

Gam

bar

Per

spek

tif

Tem

pat

Pel

elan

gan

Ik

an

Page 74: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

58

Gam

bar

Su

asan

a T

emp

at P

elel

ang

an I

kan

Page 75: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

59

5.1.8 Desain Dermaga

Gam

bar

Per

spek

tif

Der

mag

a

Page 76: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

60

Gam

bar

Su

asan

a D

erm

aga

Page 77: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

61

5.1.9 Fasilitas Umum

Des

ain f

asil

itas

um

um

mush

oll

ah m

eng

un

akan

ko

nse

p b

entu

k r

um

ah p

ang

gu

ng

ses

uai

tra

dis

i lo

kal

itas

dan

men

gg

abu

ngk

an d

eng

an k

rite

ria

eco-

sett

lem

ent

dal

am p

eng

gun

aan

mat

eria

l y

ang

ram

ah l

ing

ku

ngan

Page 78: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

62

5.2 Eksplorasi Teknis

Des

ain f

asil

itas

um

um

bal

ai w

arg

a y

ang

ber

fun

gsi

men

amp

un

g k

egit

an s

osi

al m

asyar

akat

kam

pu

ng

nel

ayan

den

gan

ko

nse

p l

ok

alit

as

Page 79: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

63

5.2.1 Sistem Sirkulasi

Page 80: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

64

5.2.2 Sistem Struktur

Gam

bar

Sis

tem

Str

uk

tur

Rig

id

Page 81: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

65

5.2.3 Sistem Sanitasi

Gambar Sistem Sanitasi IPAL Komunal

Page 82: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

66

5.2.4 Material

Gambar Material Bangunan

Page 83: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

67

BAB 6

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan desain yang telah dijelaskan, mampu

diselesaikan dengan penataan ulang kampung nelayan Kedung Cowek menjadi

kampug nelayan berkelanjutan. Penataan ini dilakukan melalui proses desain

dengan pendekatan permukiman ramah lingkungan. Adapun masalah yang telah

dijawab:

1. Permasalahan keterbatasan lahan mampu dijawab dengan membuat hunian

dengan konsep maisonatte tanpa mengubah ciri khas dan budaya kampung

setempat

2. Permasalahan kurangnya sarana perekonomian yang mewadahi mampu

dijawab dengan memusatkan aktivitas ekonomi pada fasilitas komunal,

tetapi tetap menyediakan ruang pada hunian masing-masing

Berikut adalah hasil penilaian permukiman kampung nelayan Kedung

Cowek berdasarkan kriteria permukiman ramah ligkungan (eco-settlements)

Kriteria

Eco-Settlement

Setelah dilakukan Penataan Ulang Kampung Nelayan

Berkelanjutan

Kualitas Lingkungan Sanitasi

Kualitas sanitasi jadi lebih baik dengan adanya ipal

komunal karena limbah yang masuk akan diolah terlebih

dahulu sehingga hasil akhir yang terbuang ke laut tidak

mencemari laut.

Persampahan

Konsep pengelolaan sampah akan diolah dalam skala

rumah tangga dan dikumpulkan dalam skala kawasan untuk

kemudian dibuang ke pembuangan akhir

Aksesibilitas

Penumpukan aktivitas hingga memakan ruang publik telah

dialihkan pada fasilitas komunal sehingga aksesibilitas

akan kembali sebagaimana fungsinya.

Page 84: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

68

Rumah Sehat Hunian maisonatte didesain dengan mengacu pada kriteria

rumah sehat. Menggunakan material setempat yang ramah

lingkungan, mempertimbangkan bukaan yang cukup,

peletakan ruang berdasarkan kelembaban, ciri lokalitas

setempat dan lain-lain.

Guna Lahan Penggunaan lahan sekitar dimanfaatkan untuk

ruang terbuka hijau (RTH) masih sangat minim

Kepadatan Penduduk Untuk wilayah Kedung Cowek kepadatan penduduk

berkisar 9144 jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk laki-laki

66697 jiwa dan perempuan 65190 jiwa.

Tingkat Pendidikan Menyediakan fasilitas umum berupa Paud/TK untuk

menujang kegiatan belajar

Tingkat Kesehatan Terdapat pelayanan kesehatan berupa puskesmas

Tingkat Partisipasi - Terdapat 7 paguyuban yang tersebar di Kampung Nelayan

- Beberapa warga masih aktif dalam kegiatan ormas

Budaya Masyarakat -Masih kental akan kebersamaan dalam kehidupan sosial

-Melakukan pekerjaan masih sering dilakukan secara

tradisional dan bersama-sama sehingga disediakan fasilitas

komunal

Jenis Pekerjaan dan

Pendapatan

-80% merupakan nelayan sedangkan sisanya yaitu

wiraswasta (pedagang kecil) dan pegawai.

-Memiliki keterampilan dalam pengolahan hasil laut,

seperti kerupuk, ikan, kerajinan kerang serta pengasapan

atau pengeringna ikan.

-Keterampilan terwadahi

Kelembagaan Institusi yang langsung berhubungan dengan permasalahan

permukiman kumuh adalah Bappeko Surabaya, Dinas PU

dan Cipta Karya Kota Sirabaya, Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya, serta Instansi tingkat

Kecamatan dan Kelurahan.

Page 85: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

69

DAFTAR PUSTAKA

P. Duerk, Donna. (1993). Architectural Programming: Information

Management for Design. John Wiley & Sons. Inc

Lim, S.W.William. (1998), Contemporary Vernacular. Select Books,

Singapore

Neufert, Ernst & Peter Neufert. (2012). Architect’s Data 4th Edition. John

Wiley & Sons, Inc.

A’yun, Qurrotul. 2016. Evaluasi Tingkat Kualitas Hidup dengan Kriteria

EcoSettlement pada Permukiman Nelayan di Desa Pesisir Tambak Wedi.

Surabaya: EMARA Indonesian Journal of Architecture, Vol 2 Nomor 2

Septanti, Dewi. At all. 2016. Preliminary Study towards Eco-Design of

Housing in Coastal Settlements in Surabaya (Case Study of Fishermen

Housing Design after the Development of Kenjeran Bridge, Surabaya).

Proceedings on 8 th International Conference on Architecture Research and

Design ; Surabaya 1-2 Nopember 2016. ISSN : 978-979-3334-24-0

Khomenie, dan Ema Umilia. 2013. Arahan Pengembangan Kawasan

Wisata Terpadu Kenjeran Surabaya. Surabaya: JURNAL TEKNIK

POMITS Vol. 2, No. 1

Wiranto, Tatag. 2012. “Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut dalam

Kerangka Perkembangan Perekonomian Daerah”

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 tahun 2014 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034

Sugandhy. 2002 “PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

NELAYAN DAN AREA WISATA BAPPEKO SURABAYA”

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN

2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN RENCANA ZONASI

WILAYAH

PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2012 – 2032

Page 86: KAMPUNG NELAYAN BERKELANJUTAN DENGAN …

70

BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA

SURABAYA.

2015. “PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA SURABAYA”

PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN. Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No 829/MENKES/SK/VII/1999