BAB 1 Pendahuluan - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan...

download BAB 1 Pendahuluan - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan ...trp.or.id/komponen/produk/the_file/Laporan_Koordinasi RKP_2013.pdf · program pertama yang berada langsung di bawah Bab

If you can't read please download the document

Transcript of BAB 1 Pendahuluan - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan...

  • 1

  • 1

    BAB 1 Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Perencanaan pembangunan akan selalu berhadapan dengan isu-isu yang sifatnya lintas

    sektoral dan lintas wilayah. Dengan karakteristik seperti itu, perencanaan pembangunan

    harus didukung dengan koordinasi yang kuat, baik dalam proses penyusunan rencana

    maupun pada pelaksanaannya. Tanpa koordinasi yang kuat, khususnya sejak tahap

    penyusunan rencana, peluang untuk terjadinya tumpang tindih kegiatan dan konflik akan

    semakin besar, yang pada akhirnya akan menghambat pelaksanaan pembangunan.

    Sebaliknya, rencana yang sinergis dan terkoordinasi dengan baik akan menghasilkan

    dampak yang jauh lebih besar dan juga biaya yang mungkin jauh lebih murah.

    Dalam konteks pembangunan nasional di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, koordinasi

    menjadi sangat penting karena kebijakan yang diambil di dalam kedua bidang tersebut

    merupakan kebijakan yang bersifat lintas sektoral, lintas daerah dan juga lintas pelaku.

    Sebagai contoh, perencanaan kegiatan sertifikasi tanah lintas sektor harus didukung

    dengan koordinasi yang kuat antara BPN dengan sektor yang terkait, misalkan

    Kementerian Pertanian, dan juga pemerintah daerah. Tanpa kerjasama dari sektor dan

    pemerintah daerah, tentunya akan sulit bagi BPN untuk melakukan mengidentikasi tanah

    petani yang akan menjadi objek kegiatan sertifikasi. Demikian juga halnya dengan

    kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Koordinasi yang intensif sangat

    diperlukan terutama dalam menetapkan prioritas penyelesaian RTRW baik di tingkat

    nasional maupun daerah. Dari kedua kasus tersebut terlihat bahwa koordinasi mutlak

    diperlukan bagi perencanaan pembangunan di bidang tata ruang dan pertanahan.

    Sejauh ini, sesuai dengan tupoksinya, fungsi koordinasi tersebut dilakukan oleh Direktorat

    Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, terutama pada saat penyusunan RKP 2014.

    Koordinasi dilakukan tidak hanya dalam bentuk forum seperti rapat koordinasi reguler

    maupun forum koordinasi lainnya seperti konsinyasi, seminar, tetapi juga dalam bentuk

    komunikasi informal lainnya seperti telepon dan email. Keseluruhan proses koordinasi

    tersebut penting untuk didokumentasikan tidak hanya sebagai bentuk

  • 2

    pertanggungjawaban keproyekan namun juga sebagai referensi agar dapat meningkatkan

    upaya koordinasi perencanaan ke depannya.

    Untuk tahun 2013 ini, koordinasi penyusunan RKP 2014 mempunyai nilai strategis

    tersendiri, dikarena dua hal. Pertama, RKP 2014 adalah RKP terakhir bagi pelaksanaan

    RPJMN 2010-14. Artinya, RKP 2014 merupakan kesempatan terakhir untuk menuntaskan

    target RPJMN 2010-2014 yang masih backlog (belum tercapai). Kedua, RKP 2014 disusun

    dengan pertimbangan adanya peralihan menuju RPJMN periode berikutnya. Artinya, ada

    pertimbangan khusus dalam penyusunan RKP 2014 untuk mempersiapkan kondisi yang

    memadai untuk pelaksanaan amanat RPJPN untuk tahapan lima tahun ke depan.

    Konsekuensi dari dua hal tersebut, pendekatan penyusunan RKP 2014 sedikit berbeda,

    yaitu dengan pendekatan isu-isu strategis pembangunan.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 adalah: (1) Meningkatkan kualitas

    dan sinergi rencana pembangunan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan yang

    dilaksanakan oleh berbagai kementerian/lembaga dan daerah; (2) Membangun jejaring

    (networking) dengan para pelaku pembangunan di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan;

    dan (3) Meningkatkan rasa kepemilikan (senseof belonging) para pihak terhadap rencana

    pembangunan melalui peran serta para pihakdalam proses perencanaan pembangunan di

    Bidang Tata Ruang dan Pertanahan.

    1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

    Kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 ini mencakup: (1) Koordinasi dalam

    perumusan isu-isu strategis, arah kebijakan, dan sasaran yang hendak dicapai di Bidang

    Tata Ruang dan Pertanahan; (2) Koordinasi dalam penyusunan program, kegiatan,

    indikator dan alokasi pendanaan pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan,

    termasuk di dalamnya koordinasi dalam hal pengusulan dan penilaian inisiatif baru; (3)

    Koordinasi dalam penyiapan dan penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga

    (Renja K/L) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) untuk

    Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; (4) Koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan

    kegiatan-kegiatan khusus lainnya yang terkait tata ruang dan pertanahan, misalnya

  • 3

    koordinasi koordinasi sertifikasi tanah lintas sektor, dan koordinasi strategis lainnya; (5)

    identifikasi berbagai hambatan dan kendala dalam melaksanakan koordinasi penyusunan

    RKP 2014 dan koordinasi perencanaan secara umum lainnya.

    Adapun lingkup substansi kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 ini sesungguhnya

    mencakup lima program pembangunan yang ada di dalam RPJMN 2010-2014

    sebagaimana tertera di bawah. Namun proses koordinasi lebih difokuskan pada dua

    program pertama yang berada langsung di bawah Bab Bidang Wilayah dan Tata Ruang.

    Kelima program pembangunan adalah: (1) Program Penataan Ruang; (2) Program

    Pengelolaan Pertanahan; (3) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

    Teknis Lainnya; (4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; dan (5) Program

    Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur.

    1.4 Keluaran yang Diharapkan

    Keluaran yang diharapkan dari kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 ini adalah: (1)

    Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi/konsultasi teknis dengan mitra kerja utama,

    yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Badan Pertanahan

    Nasional; (2) Kompilasi materi, baik itu isu-isu strategis bidang tata ruang dan

    pertanahan,materi rapat koordinasi, hasil kesepakatan dengan mitra kerja, usulan dan

    penilaian inisiatif baru, dan materi lainnya; (3) Tersusunnya Rencana Kerja Pemerintah

    (RKP) 2014 untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan; dan (4) Tersusunnya Renja K/L dan

    RKA-KL oleh mitra kerja yang telah sejalan dengan sasaran dan arah kebijakan RKP 2014.

    1.5 Dasar hukum

    Pada saat penyusunan RKP 2014, belum ada dasar hukum baru yang melengkapi atau

    menggantikan dasar hukum yang digunakan sewaktu penyusunan RKP tahun sebelumnya

    (2013). Dengan demikian, dasar hukum penyusunan RKP 2014adalah sama dengan dasar

    hukum penyusunan RKP 2013 sebagaimana dijelaskan berikut ini.

    Penyusunan RKP2014 mengacu pada Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 mengenai

    Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyebutkanbahwa dokumen

    perencanaan pembangunan di Indonesia terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka

  • 4

    Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja

    Pemerintah (RKP). Di samping itu, pelaksanakan kegiatan koordinasi penyusunan RKP

    2014mengacu pada berbagai peraturan perundang-undangan terkait lainnya, yang utama

    diantaranya adalah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No. 20 Tahun

    2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 21 Tahun 2004 tentang

    Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lingkungan, PP No. 40 Tahun

    2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan PP No. 90

    Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

    Negara/Lembaga.

    Secara umum proses penyusunan RKP dan Renja-KL 2014 mengacu pada PP No. 40 Tahun

    2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dan PP No.90

    Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

    Negara/Lembaga.Proses tersebut dapat diringkas sebagai berikut.

    Kotak 1. Proses Penyusunan RKP

    Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah secara lengkap dapat dilihat pada

    Bagan Alur Proses Penyusunan RKP padaGambar 1dibawah ini.

    Ran

    can

    gan

    Aw

    al R

    KP

    201

    4 RPJMN 2010-2014 dijabarkan ke dalam rancangan awal RKP 20143. Rancangan awal RKP 2014 ini disusun dengan mempertimbangkan juga informasi mengenai keuangan negara, kebijakan moneter, statistik perekonomian dan data sektoral. Setelah dibahas di dalam sidang kabinet, draf rancangan awal RKP 2014 ditetapkan menjadi rancangan awal RKP 2014. Rancangan awal RKP 2014 memuat rancangan kebijakan umum prioritas pembangunan nasional, rancangan ekonomi makro, program dan kegiatan pembangunan baik dalam lingkupK/L, lintas K/L, kewilayahan, dan lintas kewilayahan, beserta pagu indikatif.

    Rak

    orp

    us,

    Ren

    ja K

    L, d

    an

    Mu

    sren

    ban

    gpro

    v

    Rancangan awal RKP 2014 menjadi bahan Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus) 2013. Selanjutnya, rancangan awal RKP 2014 ini menjadi acuan bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rancangan Renja K/L dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan musrenbang provinsi dan menyusun RKPD.

    Mu

    sren

    ban

    gnas

    , Ran

    can

    gan

    A

    khir

    , dan

    Pe

    net

    apan

    RK

    P 2

    014

    Musrenbang Nasional diselenggarakan dalam rangka mengakomodasi aspirasi daerah dan menyempurnakan rancangan awal RKP 2014 menjadi rancangan akhir RKP 2014. Rancangan akhir RKP 2014 ini selanjutnya dibahas dalam sidang kabinet untuk diputuskan menjadi RKP (pagu definitif) yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

  • 5

    Gambar1.Alur Proses Penyusunan RKP

    RPJM Nasional

    Renstra-

    KL

    RPJM

    Daerah

    Keuangan

    Negara

    Dijabarkan Rancangan

    Awal RKP

    Moneter-BI Statistik-BPS

    Data Sektoral

    SEB Men PPN danMenkeuPaguIndikatif

    Sidang

    Kabinet

    Rancangan

    RKP

    Rancangan

    Renja KL

    Rancangan

    RKPD

    Musrenbang

    Pusat

    Musrenbang

    Nasional

    Musrenbang

    Propinsi

    Rancangan

    Akhir RKP

    Sidang

    Kabinet

    Ditetapkan

    dg Perpres

    RKP

    Renja KL Penyesuaian

    Renja KL

    PenyesuaianRancangan RKPD

    Kab

    inet

    /

    Pre

    side

    n M

    ente

    ri P

    PN

    M

    ente

    riKeu

    anga

    n

    Pen

    yele

    ngga

    ra

    Neg

    ara

    Dae

    rah

    Background

    Study RPJMN

    2010-2014

    Sumber: PP 40 Tahun 2006

  • 6

    1.6 Metodologi dan Bentuk Koordinasi

    Metode dan bentuk koordinasi yang diterapkan dalam penyusunan RKP 2014 kurang

    lebih sama dengan tahun sebelumnya. Koordinasi dilakukan dalam berbagai bentuk dan

    metode, baik itu koordinasi dengan tatap muka langsung seperti rapat dan musyawarah

    ataupun melalui media seperti surat-menyurat, email, telepon, dan pesan singkat. Bagian

    ini akan menjelaskan beberapa bentuk koordinasi langsung yang wajib dilakukan selama

    proses penyusunan RKP, sebagai berikut.

    Kotak 2. Bentuk-Bentuk Koordinasi

    1.7 Rencana Kerja dan Jadwal

    Pelaksanaan kegiatan koordinasi penyusunan RKP 2014 di Direktorat Tata Ruang dan

    Pertanahan menyesuaikan dengan agenda besar Bappenas yang berlangsung dari bulan

    Januari sampai dengan bulan Mei 2013. Adapun rincian kegiatan penyusunan dalam

    penyusunan RKP 2014 adalah terlampir.

    1.8 Struktur Organisasi Direktorat

    Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan terdiri dari tiga sub-direktorat, yaitu: Sub

    Direktorat Tata Ruang;Sub Direktorat Pertanahan; dan Sub Direktorat Informasi dan

    Rapat pimpinan adalah rapat pengambilan keputusan di tingkat eselon I Bappenas dan dipimpin oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas yang dijadikan dasar atau pengarahan dalam penyusunan RKP tahun 2012. Salah satu pembahasan penting dalam rapim adalah penetapan tema RKP 2012 dan prioritas pembangunan tahun 2012 yang biasanya diselenggarakan pada awal bulan Januari.

    Rapat koordinasi merupakan pertemuan yangdilakukan baik dengan direktorat di Bappenas maupun dengankementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja. Salah satutujuan dari rapat koordinasi ini adalah meminta masukan darimitra kerja terutama dalam penjabaran prioritas pembangunanoleh kementerian dan lembaga. Di samping itu, koordinasiantardirektorat terkait Bappenas juga dilakukan dalam rangkamengkoordinasikan kegiatan prioritas dan kegiatan lintas sektor.

    Musyawarah perencanaan pembangunan adalah pertemuan antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan sebagai wujud dari sinkronisasi rencana pembangunan baik antar K/L di pusat maupun dengan daerah. Ada dua bentuk musrenbang yang terkait langsung dengan penyusunan RKP, yaitu Rakorbangpus dan Musrenbangnas, yang biasanya diselenggarakan pada akhir Maret dan April. Pada tahun 2011, dilaksanakan untuk pertama kalinya konsep revitalisasi musrenbang yang memecah pelaksanaan musenbangnas ke dalam tiga rangkaian kegiatan, yaitu pra-musrenbangnas, musrenbangnas, dan pasca-musrenbangnas.

    Forum trilateral merupakan forum pertemuan tigapihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Keuangan danBappenas. Forum ini bertujuan untuk mengawal kegiatanprioritas baik dari target dan sasaran maupun pendanaannya. Disamping itu, forum ini juga bertujuan untuk menjaga konsistensianatara RKP dengan Renja-KL serta input bagi penyusunanRencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL).

  • 7

    Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan. Masing-masing sub-direktorat melakukan

    penyusunan RKP 2013 sesuai dengan lingkup tugasnya dengan berkoordinasi dengan

    mitranya masing-masing. Pembagian mitra kerja untuk setiap sub-direktorat adalah

    sebagai berikut.

    TABEL1MITRA KERJA DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN

    1.9 Sistematika Penulisan

    Laporan pelaksanaan kegiatan penyusunan RKP 2013 ini disusun dengan mengikuti

    sistematika sebagai berikut:

    Bab 1 Pendahuluan

    Bab ini menjelaskan mengenai konteks dan alasan mengapa perlu kegiatan

    koordinasi dalam penyusunan RKP 2013 untuk Bidang Tata Ruang dan

    Pertanahan, tujuan dari koordinasi yang dilakukan, ruang lingkup dan keluaran

    yang dihasilkan dari pelaksanaan koordinasi,dasar hukum dan metodologi

    koordinasi, rencana kerja dan struktur organisasi, serta sistematika penulisan

    laporan.

    Bab 2 Hal Baru dalam Perencanaan Pembangunan 2014

    Pembahasan pada bab ini dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama

    membahas mengenai isu-isu strategis pembangunan tata ruang dan pertanahan

    tahun 2014. Bagian kedua membahas mengenai proses pengusulan,

    Subdit. Tata Ruang

    Ditjen. Penataan Ruang, KementerianPekerjaan Umum

    Dit. Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri

    Subdit. Pertanahan

    Badan Pertanahan Nasional

  • 8

    seleksi/penilaian, dan penetapan inisiatif baruyang diusulkan oleh mitra kerja

    pembangunan untuk tahun 2014.

    Bab 3 Mengkoordinasikan Perencanaan Pembangunan 2014

    Bab ini menguraikan secara rinci dan bertahap mengenai proses penyusunan

    RKP 2014 yang mencakup proses penetapan prioritas, penetapan pagu indikatif,

    pelaksanaan Rakorbangpus, Trilateral Meeting, dan Musrenbangnas,

    penyusunan Renja dan RKA KL serta finalisasi RKP 2014 dan penetapan pagu

    definitif. Pembahasan dibagi ke dalam dua bagian berdasarkan bidang

    pembangunan yang ditangani, yaitu bidang tata ruang dan pertanahan.

    Bab 4 Penutupan

    Bab ini merangkum semua isu laporan dan menyampaikan beberapa usul

    perbaikan untuk ke depannya.

  • 9

    BAB 2 Hal

    BarudalamPerencanaanPembangun

    an 2014

    2.1 Isu Strategis Pembangunan Tahun 2014

    Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 merupakan tahapan terakhir dari

    proses Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Selama

    ini, ternyata masih banyak program dan kegiatan strategi dalam pelaksanaannya yang

    belum tercapai. Oleh karena itu diperlukan percepatan (akselerasi) dari program dan

    kegiatan tersebut. Sesuai arahan Presiden bahwa pelaksanaan program dan kegiatan

    pembangunan dalam RPJMN 2014 2019 harus menampung isu-isu strategis kegiatan yang

    dapat mempercepat pencapaian pembangunan serta dapat mensejahterakan masyarakat.

    Berikut adalah isu-isu strategis yang merupakan hal penting untuk dilaksanakan dalam

    RPJMN 2014 2019 sebagai berikut :

    1. Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi;

    2. Penyiapan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan (supply side);

    3. Pemantapan Keamanan Dalam negeri dan Pemberantasan Terorisme;

    4. Penyelenggaraan Pemilu 2014;

    5. Percepatan Pembangunan Minimum Essential Force Didukung dengan Pemberdayaan Industri Pertahanan;

    6. Perluasan Program Keluarga Harapan;

    7. Pengembangan Penghidupan Penduduk Miskin dan Rentan (Transformasi program Pemberdayaan Masyarakat);

    8. Perkuatan Kelembagaan Hubungan Industrial;

    9. Peningkatan Kemampuan IPTEK dalam Rangka Mendukung Percepatan dan Perluasan Ekonomi Nasional;

    10. Pencapaian surplus bers 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai dan gula;

    11. Diversifikasi pemanfaatan Energi (Konversi Energi/Gas);

    12. Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak;

    13. Konektivitas yang menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan industri.

  • 10

    Terkait dengan bidang tata ruang dan pertanahan ada 2 (dua) isu strategis yang dihadapi :

    1. Kesiapan infrastruktur dan kelembagaan penanganan bencana-mitigasi bencana. Dalam

    melaksanakan isu strategis ini, beberapa langkah strategis telah dilakukan meliputi : (a)

    pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi sementara), (b) pembangunan

    sirine peringatan dini gempa, (c) pembangunan desa tangguh, (d) peningkatan koordinasi

    oleh PNPB dengan kementerian/lembaga terkait, (e) pengendalian banjir di DKI Jakarta,

    pengamanan pantai dan pengendali lahar, (f) pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS

    prioritas, (g) percepatan proses alih status kawasan, (g) penyelesaian RTRW Provinsi.

    2. Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat. Dalam

    melaksanakan isu strategis ini, beberapa langkah strategis telah dilakukan meliputi : (a)

    pemantapan program Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri sagu di

    kabupaten/kota, (b) Inisiasi program pemberdayaan pasar tradisional yang melibatkan

    OAP, (c) koordinasi keberlanjutan pembangunan sekolah berasrama yang menjangkau

    daerah pengunungan tengah, (d) strategi pembangunan jalan strategis papua sepanjang

    3.488 km (80 ruas jalan) untuk membuka keterisolasian, (e) peningkatan status kelas RS

    dan jumlah mobile clinic, (f) konsolidasi antara Pemda dengan kemenhan, TNI, Polri,

    maupun Kemendiknas untuk pemberian kuota bagi siswa berprestasi.

    2.2 Pengusulan dan Evaluasi Inisiatif Baru

    Setiap K/L dapat mengusulkan proposal inisiatif baru lebih dari satu proposal dimana setiap

    proposal hanya boleh diajukan satu kali dalam tiga kesempatan tersebut. Setiap K/L bisa

    mengusulkan inisiatif baru yang terkait dengan arahan kebijakan dan prioritas

    pembangunan nasional. Penetapan usulan yang akan disetujui sebagai inisiatif baru

    dilakukan melalui sistem kompetisi dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran.

    Perbedaan antara mekanisme inisiatif baru dan APBN-P adalah yang awal merupakan

    penyesuaian perencanaan untuk tahun direncanakan, sedangkan yang kemudian

    penyesuaian perencanaan untuk tahun berjalan.

  • 11

    Dalam penyusunan RKP tahun 2014, masing-masing K/L dapat mengajukan dan

    mengusulkan inisiatif baru. Pengajuan ini harus melalui persetujuan pihak Bappenas dalam

    hal ini direktorat mitra kerja K/L tersebut. Usulan inisiatif baru tersebut mengarah pada

    usulan-usulan yang selama ini belum pernah sekalipun dibahas dan didiskusikan dalam

    penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) maupun rencana

    kerja pemerintah (RKP) tahun-tahun sebelumnya. Usulan inisiatif baru ini juga harus

    membuka ruang untuk masukan dan ide-ide baru. Inisiatif baru dibagi dalam tiga kategori.

    Pertama, dalam bentuk penambahan program baru/outcome baru/kegiatan baru/output

    baru yang membawa konsekuensi dibutuhkannya penambahan anggaran perubahan

    baseline. Kedua, penambahan volume target. Ketiga, percepatan pencapaian target berupa

    penambahan target baru yang bersifat percepatan sehingga membutuhkan penambahan

    anggaran, tapi pagu anggaran dasar jangka menengahawal tidak berubah. Seluruh kategori

    inisiatif baru tersebut harus sesuai arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang

    ditetapkan presiden di awal tahun berjalan. Pemerintah memiliki tiga alternatif sumber

    pendanaan inisiatif baru yang akan diusulkan K/L. Pendanaan itu dari tambahan anggaran

    (on top) yang dapat berupa rupiah murni, pinjaman, atau hibah; realokasi anggaran baik itu

    realokasi tahun direncanakan maupun realokasi antartahun; serta kombinasi antara

    tambahan anggaran (on top) dan realokasi anggaran. Usulan inisiatif baru dapat dilakukan

    dalam 3 (tiga) kesempatan dalam siklus perencanaan/penganggaran, yaitu: (a) sebelum

    pagu indikatif (pengusulan I) sekitar Bulan Januari/Februari yang diusulkan setelah

    dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Menteri PPN; (b) sebelum pagu anggaran (pengusulan II)

    sekitar Bulan Mei/Juni yang diusulkan untuk mengakomodasi arahan Presiden dan usulan

    yang muncul dalam musrenbangnas; dan (c) sebelum alokasi anggaran (pengusulan III)

    sekitar bulan Agustus/September yang diusulkan untuk mengakomodasi arahan Presiden

    dan hal-hal yang belum tertampung dalam dua kali pengusulan sebelumnya. Penetapan

    usulan yang akan disetujui sebagai Inisiatif Baru dilakukan melalui sistem kompetisi dengan

    mempertimbangkan ketersediaan anggaran.

    a. Usulan inisiatif baru tahap I

    Pengajuan usulan inisiatif baru tahap I dimulai pada bulan Januari-Februari. Direktorat Tata

    Ruang dan Pertanahan sebagai mitra kerja K/L, bertugas untuk mengkoordinasikan

    pengusulan Inisiatif Baru, melakukan penilaian kualitas proposal terutama dari sisi kebijakan

  • 12

    (policy), serta menjaga konsistensi pencapaian target prioritas pembangunan nasional.

    Daftar usulan inisiatif baru tahap I yang diajukan oleh BPN adalah seperti yang tercantum

    dalam tabel 2 dibawah ini:

    Tabel 2. Usulan inisiatif baru tahap I BPN

    No. Program/Kegiatan Indikator

    Kinerja

    Target 2014 Alokasi 2014

    1.

    Pemetaan Tanah Ulayat di

    Provinsi Papua dan Papua

    Barat

    Tersedianya

    peta tematik

    tanah ulayat di

    Provinsi Papua

    dan Papua

    Barat

    Provinsi Papua

    10.000.000 Ha

    Provinsi Papua

    Barat

    5.000.000 Ha

    60.000.000.000

    Pengaj

    Tabel 3. Hasil Penilaian Terhadap Usulan Inisiatif Baru BPN Tahap I

    No. Aspek Penilaian / Sub Aspek Penilaian Pemetaan Tanah

    Ulayat 1. Tujuan 8

    Tujuan jelas dan rasional 4

    Hasil yang ingin dicapai jelas dan terkait Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional

    4

    2. Masalah 8

    Definisi masalah jelas 4 Tidak dapat diselesaikan dengan program yang ada 4

    3. Cakupan 8

    Cakupan nasional atau daerah tertentu 4

    Alasan pemilihan cakupan/daerahjelas 4

    4. Penerima Manfaat 12

    Penerima manfaat jelas 4

    Penerima manfaat tepat sasaran 4

    Data pendukung jelas 4 5. Strategi 16

    Rencana pelaksanaan jelas 4

    Jangka waktu rasional 4

    Kejelasan output-sub output 4

    Realistis untuk diterapkan 4

    6. Indikator Kinerja 8

    Indikator kinerja logis dan sesuai 4 Indikator kinerja sesuai Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional

    4

    7. Target 7

    Target jelas dan rasional 4

  • 13

    No. Aspek Penilaian / Sub Aspek Penilaian Pemetaan Tanah

    Ulayat Target realistis untuk dicapai 3

    TOTAL 67

    egiatan yan

    g diusulkan pemetaan tanah ulayat di Provinsi Papua dan Papua Barakonflik tet.

    Tabel 4. Daftar Penilaian Terhadap Usulan Inisiatif Baru BPN Tahap I

    No Nomor

    Proposal Nama Usulan Nilai

    1 1303110283 Fasilitasi dan Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota dalam Lingkup KSN Perkotaan

    78%

    2 1303110228 Fasilitasi Pelaksanaan Pelaksanaan Penyusunan Keterpaduan Program Melalui Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

    79%

    3 1303110225 Fasilitasi Pelaksanaan Penyusunan Keterpaduan Program melalui RPI2JM 70%

    4 1303110223 Fasilitasi Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur

    85%

    5 1303110225 Pemantauan dan Evaluasi Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten 78%

    6 1303110202 Pemantauan dan Evaluasi Perda RTRW Kabupaten dan Kota 70%

    7 1303110205 Fasilitasi Persetujuan Substansi dan Bimbingan Teknis Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten 94%

    8 1303110219 Fasilitasi Persetujuan Substansi dan Bimbingan Teknis Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten di Wilayah II 77%

    9 1303110282 Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) 82%

    10 1303110284 Program Pelestarian dan Pengembangan Kota Pusaka (P3KP) 65%

    11 1303110108 Pembentukan Kelembagaan Pelaksana Penataan Ruang Bidang Infrastruktur Pekerjaan Umum di 12 Kawasan Strategis Nasional (KSN)

    83%

    b. Usulan inisiatif baru tahap II

    Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada penyusunan RKP 2014 DJPR dan BPN tidak

    mengajukan usulan inisiatif baru tahap II yang periode waktunya pada Bulan Mei Tahun

    2013.

  • 14

  • 15

    BAB 3 Mengkoordinasikan Perencanaan Pembangunan 2014

    3.1 Penetapan Prioritas dan Rancanagn Awal RKP 2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

    Penetapan prioritas dilakukan dengan melakukan rapat awal penyusunan RKP yang

    dilaksanakan oleh tim khusus yang terdiri dari Sesmen PPN/Sestama Bappenas bersama

    dengan tim dari Deputi Bidang Ekonomi dan Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan.

    Berdasarkan hasil rapat tersebut, ditetapkan rancangan prioritas pembangunan dan

    ditunjuk koordinator dari masing-masing prioritas serta penanggungjawab dan penulis bab.

    Selanjutnya, masing-masing direktorat di Bappenas yang memiliki mitra kerja

    kementerian/lembaga mengusulkan program yang menjadi tanggung jawab direktorat

    untuk menjadi bagian dari prioritas pembangunan tahun 2014, sekaligus menyusun draft

    awal yang disebut dengan Rancangan Awal RKP 2014. Rancangan awal RKP 2014 termasuk

    penyusunan Renja K/L versi Bappenas, akan menjadi bahan masukan dalam penetapan pagu

    indikatif tiap kementerian/lembaga.

    Untuk penyusunan RKP 2014 bidang tata ruang, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

    berkoordinasi dengan Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum (DJPR PU).

    Sementara untuk bidang pertanahan, berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional

    (BPN). Koordinasi dalam proses penyusunan RKP 2014 ini dimaksudkan guna mencari

    kerangka awal penyusunan program dan kegiatan yang akan digulirkan terutama kegiatan

    maupun program prioritas pemerintah. Penyusunan RKP 2014 secara umum dimulai dengan

    penyusunan rancangan awal RKP 2014 pada bulan Januari 2013. Koordinasi ini didahului

    dengan melaksanakan evaluasi singkat mengenai pelaksanaan program dan kegiatan bidang

    pertanahan di tahun sebelumnya yaitu Tahun 2012. Disamping itu, dipertimbangkan juga

    bahan-bahan perkiraan kecenderungan (tren) 2010-2014 serta arahan RPJPN 2005-2025 dan

    RPJMN 2010-2014.

    Output yang diharapkan dari pelaksanaan koordinasi ini adalah tersusunnya program

    maupun kegiatan prioritas bidang tata ruang dan pertanahan pada tahun 2014 yang dapat

    mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun

  • 16

    masyarakat Indonesia di tahun tersebut. Usulan program pembangunan keseluruhan yang

    direncanakan masuk ke dalam DIPA DJPR PU pada tahun 2014 adalah Program

    Penyelenggaraan Penataan Ruang. Sementara usulan program pembangunan keseluruhan

    yang direncanakan masuk ke dalam DIPA BPN pada tahun 2014 adalah:

    1. Program Pengelolaan Pertanahan Nasional;

    2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN;

    3. Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN RI;

    4. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN;

    Seperti pada setiap penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun-tahun sebelumnya,

    dalam penyusunan RKP 2014 ini output yang dihasilkan yaitu terdiri dari 3 (tiga) buku yaitu

    buku I, buku II, dan buku III. Buku I berisi program dan kegiatan yang masuk ke dalam

    kategori prioritas nasional sedangkan buku II berisi program dan kegiatan yang

    dikategorikan sebagai prioritas bidang. Untuk buku III sendiri adalah penetapan lokasi

    kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik prioritas nasional maupun prioritas bidang. Dalam

    RPJMN 2010-2014, prioritas nasional yang terkait dengan bidang tata ruang adalah Prioritas

    6: Program aksi di bidang infrastruktur yang didukung oleh Program Penyelenggaraan

    Penataan Ruang melalui kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Daerah

    1 dan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Daerah 2.

    Tabel prioritas nasional Tahun 2014 bidang tata ruang secara lengkap dapat dilihat

    pada tabel 5 dibawah ini.

  • 17

    Tabel 5. Prioritas Nasional 2014 Bidang Tata Ruang

    NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2014 PAGU TAHUN 2014 INSTANSI

    PELAKSANA

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    PRIORITAS 6 : PROGRAM AKSI DI BIDANG INFRASTRUKTUR

    PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

    1. Pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah 1

    Keserasian dan keselarasan program pembangunan dengan RTRW

    Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya

    15 provinsi 71,65 Kemen PU

    2. Pembinaan pelaksanaan penataan ruang daerah wilayah 2

    Keserasian dan keselarasan program pembangunan dengan RTRW

    Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya

    17 provinsi 84,45 Kemen PU

  • 18

    Dalam RPJMN 2010-2014, prioritas nasional yang terkait dengan bidang pertanahan adalah:

    a. Prioritas 4: Program aksi bidang penanggulangan kemiskinan;

    b. Prioritas 5: Program aksi bidang ketahanan pangan;

    c. Prioritas 6: Program aksi di bidang infrastruktur;

    d. Prioritas 7: Program aksi di bidang iklim investasi dan iklim usaha;

    e. Prioritas 8: Program aksi di bidang energi; dan

    f. Prioritas 10: Program aksi di bidang daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca

    konflik.

    Berdasarkan kerangka besar RPJMN 2010-2014 dan melalui koordinasi yang intensif dengan

    Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Badan Pertanahan Nasional (BPN), disepakati

    kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung tercapainya prioritas nasional sebagai berikut:

    a. Prioritas Nasional 4 (program aksi di bidang penanggulangan kemiskinan) didukung oleh

    program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan

    provinsi dengan indikator Jumlah bidang tanah yang diredistribusi (bidang);

    b. Prioritas Nasional 5 (program aksi di bidang pangan), didukung oleh program dukungan

    manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan

    pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan hubungan

    masyarakat dengan indikator jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan

    dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan UU 41 Tahun

    2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Paket);

    c. Prioritas Nasional 6 (program aksi di bidang infrastruktur) didukung oleh 2 (dua) program

    yaitu: (1) program pengelolaan pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan

    pertanahan provinsi dengan indikator Neraca Penatagunaan Tanah di daerah

    (Kab/kota/kec) dan inventarisasi P4T (bidang); dan (2) program dukungan manajemen

    dan pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengembangan perturan

    perundang-undangan bidang pertanahan dan hubungan masyarakat dengan indikator

    tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan

    umum;

    d. Prioritas Nasional 7 (program aksi di bidang iklim investasi dan iklim usaha), didukung

    oleh 2 (dua) program yaitu: (1) program pengelolaan pertanahan nasional melalui

    kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator cakupan peta pertanahan

  • 19

    (Hektar), jumlah bidang tanah yang dilegalisasi (bidang), penanganan sengketa, konflik

    dan perkara pertanahan (laporan); dan (2) program dukungan manajemen dan

    pelaksanaan tugas teknis lainnya di BPN RI melalui kegiatan pengelolaan data dan

    informasi pertanahandengan indikator peningkatan akses layanan pertanahan melalui

    LARASITA (kab/kota);

    e. Prioritas Nasional 8 (program aksi di bidang energi) didukung oleh program pengelolaan

    pertanahan nasional melalui kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator

    inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar (SP);

    f. Prioritas Nasional 10 (program aksi di bidang daerah tertinggal, terdepan, terluar dan

    paska konflik) didukung oleh program pengelolaan pertanahan nasional melalui 2 (dua)

    kegiatan yaitu: (1) kegiatan pengelolaan pertanahan provinsi dengan indikator

    inventarisasi wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu- WP3WT

    (SP); dan (2) kegiatan pengelolaan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan

    wilayah tertentu di pusat (peraturan-peraturan pengelolaan WP3WT).

    Tabel prioritas nasional Tahun 2014 bidang pertanahan secara lengkap dapat dilihat

    pada tabel 6 dibawah ini.

  • 20

  • 21

    Tabel 6. Prioritas Nasional 2014Bidang Pertanahan

    NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2014 PAGU TAHUN 2014 INSTANSI

    PELAKSANA

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    PRIORITAS 4 : PROGRAM AKSI BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

    PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL

    1. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Terlaksananya redistribusi tanah Jumlah bidang tanah yang diredistribusi 138.750 bidang 101,50 BPN

    PRIORITAS 5 : PROGRAM AKSI DI BIDANG PANGAN

    PROGRAM: DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

    1. Pengembangan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pertanahan dan Hubungan Masyarakat

    Terlaksananya pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan Hubungan Masyarakat

    Jumlah paket rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang pertanahan dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

    1 Paket 6,20 BPN

    PRIORITAS 6: PROGRAM AKSI DI BIDANG INFRASTRUKTUR

    PROGRAM PENGELOAAN PERTANAHAN NASIONAL

    1.

    Pengelolaan Pertanahan Provinsi

    Terlaksananya pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal.

    Neraca Penatagunaan Tanah di daerah 45 kab/kota dan 55 kec 9,20 BPN

    2.

    Pengelolaan Pertanahan Provinsi

    Terlaksananya pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal.

    Inventarisasi P4T 198.000bidang 35,80 BPN

    PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

    1. Pengembangan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Pertanahan dan Hubungan Masyarakat

    Terlaksananya pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan Hubungan Masyarakat

    Tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

    1 paket 6,20 BPN

    PRIORITAS 7: PROGRAM AKSI DI BIDANG IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

    PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL

    1. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Terwujudnya pengembangan infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, yang diperlukan di seluruh Indonesia

    Cakupan Peta Pertanahan 2.800.000 ha 22,2 BPN

    2. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Terlaksananya percepatan legalisasi aset Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi 884.050 bidang 385,8 BPN

  • 22

    pertanahan, ketertiban administrasi pertanahan dan kelengkapan informasi legalitas aset tanah

    3. Pengelolaan Pertanahan Provinsi

    Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan serta mencegah timbulnya sengketa, konflik dan perkara pertanahan

    Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan

    10.603laporan 18,6 BPN

  • 23

    NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS SASARAN INDIKATOR TARGET TAHUN 2014 PAGU TAHUN 2014 INSTANSI

    PELAKSANA

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    PRIORITAS 7: PROGRAM AKSI DI BIDANG IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

    PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL

    1. Pengelolaan Data dan Informasi Pertanahan

    Tersedianya data dan informasi pertanahan yang terintegrasi secara nasional (Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional/ SIMTANAS)

    Peningkatan akses layanan pertanahan melalui LARASITA

    419 kab/kota 37,9 BPN

    PRIORITAS 8: PROGRAM AKSI DI BIDANG ENERGI

    PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL

    1. Pengelolaan PertanahanProvinsi Terwujudnya pengendalian Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah dan Pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi

    Inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar

    463 SP 7,4 BPN

    PRIORITAS 10: DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK

    PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL

    1. Pengelolaan Pertanahan Provinsi Data hasil inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)

    Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)

    157 SP 14,3 BPN

    2. Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) (di pusat)

    Data hasil inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)

    Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT)

    1 Paket 6,0

  • 24

    Prioritas nasional bidang pertanahan yang ada didalam RPJMN 2010-2014 diatas digunakan

    sebagai landasan dalam menyusun rancangan RKP setiap tahunnya. Selain dokumen RPJMN

    2010-2014, juga digunakan baseline Renja K/L 2014 serta perkiraan maju (forward estimate)

    dari RKP sebelumnya. Berikut tabel Renja K/L dan perkiraan maju RKP yang menjadi

    baselinedalam menentukan rancangan awal RKP 2014.

    Tabel 7. Baseline dalam Penetapan Rancangan Awal RKP 2014

    KODE PROGRAM

    PROGRAM

    BASELINE RENJA K/L TAHUN 2014 *)

    (Rp. Milyar)

    BASELINE FORWARD

    ESTIMATE RKP 2014

    (Rp. Milyar)

    056.01 Program Dukungan Manajamen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN RI

    1.978,7 1.577,1

    056.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN RI

    427,2 134,0

    056.03 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN RI

    10,5 10,5

    056.04 Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

    1.973,7 2.236,8

    SUB TOTAL 4.390,1 3.958,5

    USULAN NEW INITIATIVE - - TOTAL 4.390,1 3.958,5

    Untukmembahasdanmensinergikanantarasubstansikegiatandanpendanaannyadalam RKP

    2014, makadiadakanpertemuan internal duapihak (bilateral meeting)

    antaraDeputiBidangPendanaan Pembangunan danDirektorat di KedeputianPengembangan

    Regional danOtonomi Daerah padatanggal 5 Maret 2013.

    PadapertemuantersebutdisampaikanarahkebijakandanprioritaspembangunannasionalTahun

    2014 setiapkedeputiansertapenyepakatanmengenaibaselineuntukrancanganawal RKP 2014.

    ArahkebijakanprioritaspembangunannasionalTahun 2014 sesuaidengantema RKP 2014 yang

    telahditetapkanterdiridari:

    a. Pemantapan Perekonomian Nasional

    b. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

    c. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik

  • 25

    SedangkanisustrategisKedeputianPengembangan Regional danOtonomi Daerah Tahun 2014

    adalahsebagaiberikut :

    ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS

    Kesiapan infrastruktur dan kelembagaan penanganan bencana-mitigasi bencana

    1. Pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi sementara)

    2. Pembangunan sirine peringatan dini gempa

    3. Pembangunan desa tangguh 4. Peningkatan koordinasi oleh BNPB dengan

    kementerian/lembaga terkait 5. Pengendalian banjir di DKI Jakarta, pengamanan pantai

    dan pengendali lahar 6. Pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS Prioritas

    7. Percepatan proses alih status kawasan

    8. Penyelesaian RTRW Provinsi

    Percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat

    1. Pemantapan program Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri sagu di kabupaten/kota

    2. Inisiasi program pemberdayaan pasar tradisional yang melibatkan OAP

    3. Koordinasi keberlanjutan pembangunan sekolah berasrama yang menjangkau daerah pegunungan tengah

    4. Strategi pembangunan jalan strategis Papua sepanjang 3.488 km (80 ruas jalan) untuk membuka keterisolasian

    5. Peningkatan status kelas RS dan jumlah mobile clinic

    6. Konsolidasi antara Pemda dengan Kemenhan, TNI, Polri, maupun Kemendiknas untuk pemberian kuota bagi siswa berprestasi

    3.2 Pagu Indikatif RKP 2014 dan Penyelenggaraan Rakorbangpus

    Penyelenggaraan Rakorbangpus merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan

    pembangunan nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014

    yang bertujuan untuk mensosialisasikan Rancangan Awal RKP 2014 dan Pagu Indikatif 2014

    setiap Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan Rakorbangpus dilakukan di Kantor

    Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 8 April 2013. Pada acara tersebut disampaikan

    beberapa arahan kepada perwakilan Kementerian/Lembaga yang hadir untuk penyusunan

    Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) guna menyempurnakan rancangan awal

    RKP Tahun 2014. Beberapa arahan yang disampaikan antara lain sebagai berikut:

  • 26

    1. Pagu Indikatif yang telah ditetapkan melalui Surat Bersama ini merupakan batas atas

    yang tidak dapat dilampaui, dan dapat berkurang berdasarkan hasil pembahasan dalam

    trilateral meetings.

    2. Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasionai yang memuat isu dan langkah

    strategis pada tahun 2014 yang difokuskan pada:

    a. Pemantapan Perekonomian Nasional:

    Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung kedelai

    dan gula;

    Konektivitas untuk menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan industri

    dalam rangka dukungan MP3EI;

    Perkuatan kelembagaan hubungan industrial;

    Diversifikasi pemanfaatan energi;

    Peningkatan kemampuan Iptek dalam rangka mendukung percepatan dan

    periuasan ekonomi nasional;

    Percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat;

    b. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat:

    Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan;

    Penurunan angka kematian ibu dan bayi;

    Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak;

    Periuasan Program Keluarga Harapan;

    Pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan (MP3KI);

    Mitigasi Bencana (infrastruktur shelter perlindungan dan penanganan banjir);

    c. Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik:

    Percepatan pembangunan Minimum Essential Force;

    Pemantapan keamanan dalam negeri dan pemberantasan terorisme;

    Pelaksanaan Pemilu 2014.

    3. Arah kebijakan fiskal yang dijabarkan dalam rencana tindak sebagai berikut:

    a. Menetapkan baseline belanja pegawai dan menggunakan prinsip flat policy untuk

    penghitungan belanja barang operasional/pemeliharaan perkantoran yaitu:

    Belanja pegawai ditetapkan berdasarkan realisasi tahun 2012 yang diproyeksikan

    atas Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) tahun 2013, dengan

  • 27

    mempertimbangkan database pegawai, kenaikan gaji berkala, moratorium PNS,

    dan pemotongan belanja pegawai transito dan tunjangan kinerja bagi K/L yang

    sampai tahun 2012 telah melaksanakan reformasi birokrasi;

    Belanja barang operasional/pemeliharaan perkantoran ditetapkan turun dari

    alokasinya dalam RABPP tahun 2013, setelah memperhitungkan perkiraan kinerja

    daya serap anggaran di tahun 2013.

    b. Kebutuhan baseline belanja non operasionai (selain belanja pegawai dan barang

    operasional), ditetapkan berdasarkan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah

    (KPJM) 2014 yang tercantum dalam RABPP 2013, dengan memperhitungkan

    perkiraan kinerja daya serap anggaran di tahun 2013 serta efisiensi belanja

    perjalanan dinas, seminar, konsiyering, workshop, dan honorarium tim, yang

    dialokasikan sesuai kebutuhan dan tugas fungsi masing-masing K/L;

    c. Mendukung upaya pengembangan infrastruktur, termasuk upaya untuk

    mempertahankan atau meningkatkan nilai aset negara, melalui peningkatan alokasi

    belanja modal (termasuk belanja barang dan bantuan sosial yangberkarakteristik

    belanja modal, yang akan dipindahtangankan ke pihak ke-3),

    d. Alokasi bantuan sosial difokuskan untuk pencapaian sasaran-sasaran prioritas

    bantuan sosial yang mengacu pada kegiatan-kegiatan dalam 4 klaster pengurangan

    kemiskinan, dan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan;

    e. Kebutuhan dana pendamping untuk kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan

    pinjaman/hibah luar negeri;

    f. Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak (multiyears)

    g. Penyediaan dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang

    diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan; serta

    h. Untuk menjaga kesesuaian dengan postur APBN, K/L diminta untuk memperhatikan

    rincian sumber dana dan jenis belanja

    4. Prioritas-prioritas pembangunan nasional yang akan diiaksanakan pada tahun 2014

    adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran II (Buku I Rancangan Awal RKP Tahun

    2014). Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas

    yang terkait dengan Prioritas Pembangunan Nasionat diminta untuk memberikan

    konfirmasi atau mengusulkan perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas

    dan/atau alokasi anggaran yang tercantum dalam Buku I Rancangan Awal RKP Tahun

  • 28

    2014, dengan memperhatikan komitmen pelaksanaan kegiatan prioritas yang sudah

    ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rancangan

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Usulan perubahan atau

    konfirmasi tersebut agar dituangkan dalam masing-masing Renja K/L.

    5. Prioritas-prioritas pembangunan bidang yang akan diiaksanakan pada tahun 2014

    adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran III (Buku II Rancangan Awal RKP Tahun

    2014). Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas

    yang terkait dengan prioritas pembangunan bidang diminta untuk memberikan

    konfirmasi atau mengusulkan perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas

    dan/atau alokasi anggaran yang tercantum dalam Buku II Rancangan Awal RKP Tahun

    2014, dengan memperhatikan komitmen pelaksanaan kegiatan prioritas yang sudah

    ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rancangan

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Usulan perubahan atau

    konfimasi tersebut agar dituangkan dalam masing-rnasing Renja K/L.

    6. Prioritas-prioritas pembangunan daerah (dimensi kewilayahan) yang akan dilaksanakan

    pada tahun 2014 adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran IV (Buku III Rancangan

    Awal RKP Tahun 2014). Kementerian Negara/ Lembaga yang mempunyai program dan

    kegiatan prioritas yang diiaksanakan di daerah diminta untuk memberikan rincian

    program dan kegiatan prioritas beserta alokasi anggaran sesuai dengan format yang

    tercantum dalam Buku III Rancangan Awal RKP Tahun 2014. Usulan tersebut agar

    dituangkan dalam masing-masing Renja K/L.

    7. Renja K/L disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka

    menengah, dan penganggaran terpadu yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan,

    termasuk untuk subsidi. Public Service Obligation {PSO), dan belanja lain yang bersifat

    khusus yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari kebijakan K/L tersebut.

    8. Efektifitas dan efisiensi pencaparan sasaran pembangunan K/L antara lain melalui:

    a. Mengkaji kembali kinerja program {outcome) dan kegiatan {output) untuk lebih

    difokuskan (refocusing) pada kinerja utama Kementerian Negara/Lembaga:

    b. Mengkaji ulang pembangunan gedung kantor baru dan menundanya apabila tidak

    sangat mendesak. Apabila rencana pembangunan gedung baru tetap akan diiakukan,

    harus menggunakan spesifikasi dan standar sesuai Peraturan Presiden No. 73 Tahun

    2011 tentang Fembangunan Bangunan Gedung Negara.

  • 29

    c. Membatasi/mengurangi komponen pendukung pencapaian output yang tidak terkait

    langsung dengan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, antara lain: (i)

    perjalanan dinas dalam dan luar negeri; (ii) rapat dan konsinyering di luar kantor; (iii)

    honorarium tim; (iv) pembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsung

    menunjang tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga (mess, wisma, rumah

    dinas, rumah jabatan, gedung pertemuan); (v) pengadaan kendaraan bermotor

    (kecuali pengadaan kendaraan fungsional seperti ambulan untuk rumah sakit,

    kendaraan untuk tahanan, kendaraan roda dua untuk penyuluh, dan penggantian

    kendaraan rusak berat); (vi) pemasangan iklan yang tidak terkait secara langsung

    dengan layanan K/L pada media massa dan media elektronik; dan (vii) kegiatan lain

    yang sejenis atau serupa.

    9. Sinergi pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui:

    a. memilih kegiatan yang akan didanai oleh K/L dengan berpedoman pada pembagian

    urusan dan kewenangan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-

    undangan;

    b. menentukan distribusi alokasi anggaran K/L untuk kegiatan yang akan dilaksanakan

    di daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah dalam kerangka

    pencapaian prioritas nasional;

    c. mengupayakan sinkronisasi kegiatan dalam Renja K/L dengan kegiatan-kegiatan

    daerah yang dibiayai dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus;

    10. Dalam rangka klasifikasi belanja negara menurut fungsi, Kementerian Negara/Lembaga

    diminta melaksanakan pencatatan sesuai Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010

    tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

    Sebagai contoh, Kementerian Negara/Lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

    pendidikan diminta mencantumkan kegiatan pendidikan tersebut dalam klasifikasi

    fungsi pendidikan.

    11. Dalam proses penyusunan Renja K/L, dilakukan Pertemuan Tiga Pihak antara

    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

    Nasional, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana

    diatur dalam Lampiran V tentang buku Petunjuk Pertemuan Tiga Pihak.

    12. Terkait Inisiatif Baru Tahun Anggaran 2014:

  • 30

    a. Alokasi anggaran Inisiatif Baru yang sudah dialokasikan dalam surat ini tidak dapat

    berkurang dan pemanfaatannya tidak dapat digunakan (dialihkan) untuk membiayai

    kegiatan lainnya;

    b. Dalam penilaian Inisiatif Baru yang teiah mendapatkan alokasi dalam surat ini,

    diperlukan TOR dan RAB yang harus disiapkan oleh KL pengusul untuk dibahas dalam

    Pertemuan Tiga Pihak (trilateral meeting)

    c. K/L yang tidak dapat memenuhi kelengkapan TOR dan RAB, maka alokasi anggaran

    K/L yang bersangkutan akan mengalami pengurangan;

    d. K/L yang mendapatkan tambahan alokasi anggaran untuk Inisiatif Baru berdasarkan

    Direktif Presiden tetapi belum mengajukan proposal Inisiatif Baru. maka diharapkan

    dapat segera mengajukan proposal Inisiatif Baru sebelum ditetapkannya pagu

    anggaran K/L.

    Pagu indikatif Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU untuk RKP 2014 sebesar Rp.

    997.047,8 Milyar sementara pagu indikatif Badan Pertanahan Nasional untuk RKP 2014

    sebesar Rp. 4.142.926,5 Milyar (ditetapkan dengan Surat Bersama Menteri Negara

    PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : 1949/M.PPN/04/2013 dan Nomor :

    S-279/MK.02/2013). Pagu indikatif ini merupakan ancar-ancar anggaran belanja untuk

    setiap Kementerian/Lembaga guna menyusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja

    K/L). Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2014 DJPR PU dan BPN dapat dilihat pada tabel ... dan

    tabel 8 dibawah ini.

    Tabel 8. Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2014 DJPR PU (Juta Rupiah)

    PROGRAM SUMBER

    PENDANAAN Rencana

    2014

    Tahun Anggaran

    2015 2016 2017

    PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

    a. Rp. Murni 993.837,60 1.316.490,30 1.446.389,60 1.596.052,30

    b. PNBP/BLU 3.210,2 3.509,7 3.610,4 3.947,7

    c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0

    TOTAL 997.047,8 1.320.000,0 1.450.000,0 1.600.000,0

  • 31

    Tabel 9. Rekapitulasi Pagu indikatif RKP 2014 BPN (Juta Rupiah)

    PROGRAM SUMBER

    PENDANAAN Rencana

    2014

    Tahun Anggaran

    2015 2016 2017

    PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL

    a. Rp. Murni 915.953,0 933.201,9 933.201,9 933.201,9

    b. PNBP/BLU 998.123,9 1.303.579,1 1.303.579,1 1.303.579,1

    c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0

    TOTAL 1.914.076,9 2.236.781,0 2.236.781,0 2.236.781,0

    PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

    a. Rp. Murni 1.706.855,9 1.572.412,5 1.572.412,5 1.572.412,5

    b. PNBP/BLU 194.103,1 4.733,1 4.733,1 4.733,1

    c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0

    TOTAL 1.900.959,0 1.577.145,6 1.577.145,6 1.577.145,6

    PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

    a. Rp. Murni 124.392,0 134.039,0 134.039,0 134.039,0

    b. PNBP/BLU 193.498,7 0,0 0,0 0,0

    c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0

    TOTAL 317.890,7 134.039,0 134.039,0 134.039,0

    PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR BADAN PERTANAHAN NASIONAL

    a. Rp. Murni 10.000,0 10.500,0 10.500,0 10.500,0

    b. PNBP/BLU 0,0 0,0 0,0 0,0

    c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0

    TOTAL 10.000,0 10.500,0 10.500,0 10.500,0

    a. Rp. Murni 2.757.200,8 2.550.153,4 2.550.153,4 2.550.153,4

    b. PNBP/BLU 1.385.725,7 1.308.312,2 1.308.312,2 1.308.312,2

    c. PHLN/PDN 0,0 0,0 0,0 0,0

    TOTAL *) 4.142.926,5 3.958.465,6 3.958.465,6 3.958.465,6

  • 32

    3.3 Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting)

    Setelah Rakorbangpus, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas menyelenggarakan forum

    trilateral meeting antara mitra K/L, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Rapat dengan DJPR PU

    dilaksanakan pada tanggal 15 April 2013, sementara dengan BPN pada tanggal 12 April 2013 dengan

    tujuan: (1) koordinasi dan kesepahaman pencapaian sasaran prioritas pembangunan; (2) menjaga

    konsistensi kebijakan antara dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran terutama

    antara RKP, Renja K/L dan RKA-KL; (3) mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan

    Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (kegiatan prioritas dan pendanaannya), serta (4) sebagai

    dasar bagi K/L untuk merumuskan dokumen kesepakatan bersama yang nantinya akan dipergunakan

    sebagai bahan masukan oleh K/L dalam penyusunan Renja K/L.

    Untuk Ditjen Penataan Ruang (DJPR), Kementerian Pekerjaan Umum (PU), hasil dari pertemuan

    trilateral ini adalah dokumen kesepakatan pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh

    Kementerian PPN/Bappenas (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur

    Anggaran I) dan DJPR PU (Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dan Direktur Bina

    Program dan Kemitraan). Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain yaitu: kesepakatan atas

    kegiatan prioritas, kegiatan non prioritas, inisiatif baru beserta keluaran dan besaran anggarannya;

    kesepakatan atas perubahan alokasi anggaran antar program dan antar kegiatan. Hasil kesepakatan

    ini menjadi pegangan bagi DJPR PU dalam menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada

    Kementerian Keuangan dan Bappenas. Sedangkan ringkasan catatan pembahasan trilateral

    Bappenas, Kemenkeu dan DJPR PU dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.

  • 33

    Tabel 10. Ringkasan Catatan dalam Pembahasan Trilateral Meeting

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Prioritas Pembangunan Nasional

    1 Program dan Kegiatan prioritas

    1. Pencapaian Target RPJMN II Pemenuhan beberapa target RPJMN 2010-2014

    perlu menjadi dasar penyusunan RKP 2014, antara

    lain terkait penyusunan 40 NSPK, penetapan 45

    Perpres RTR KSN, Bimtek Penataan Ruang Wilayah

    untuk 163 Kabupaten dan Bimtek Pengembangan

    Wilayah/Kawasan Perdesaan dan Argopolitan

    sebesar 7 Kawasan, dan Evaluasi Kinerja

    Penyelenggaraan Penataan Ruang (23 kegiatan).

    Penyelesaikan RTRW perlu menjadi perhatian

    utama Ditjen Penataan Ruang sebab amanat

    UUPR mewajibkan RTRW selesai pada tahun 2009

    (Provinsi) dan 2010 (Kabupaten/Kota).

    1. Target pencapaian RPJMN 2010-2014 terkait

    dengan NSPK perlu disepakati dasar

    perhitungannya, dimana berdasarkan perhitungan

    Direktorat Jenderal Penataan Ruang, hal itu

    termasuk penyelesaian Norma (PP, Perpres, dll),

    Standar dan Pedoman (Permen), serta Kriteria.

    Jumlah NSPK yang telah diselesaikan hingga tahun

    2013 sebanyak 34 NSPK, sehingga sisa target yang

    harus dipenuhi sebanyak 26 NSPK pada tahun 2014.

    2. Untuk target pencapaian Bimtek penataan ruang

    wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui kegiatan

    bimbingan teknis berupa Konsultan Manajemen

    Regional (KMR) di seluruh provinsi dan kabupaten.

    3. Target Pengembangan Wilayah/ Kawasan Perdesaan

    dan Agropolitan yang dilaksanakan pada tahun 2013

    sebanyak 14 kawasan. Sehingga target 2014 yang

    tersisa sebanyak 14 kawasan yang dilaksanakan

    melalui Program Pengembangan Kawasan

    Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB).

    2. Alokasi Anggaran per Kegiatan Alokasi anggaran per kegiatan pada dasarnya

    diserahkan pada mekanisme internal, namun harus

    ada penjelasan tekait peningkatan anggaran

    Direktorat Perkotaan secara signifikan dan berbeda

    jauh dari alokasi SB.

    Alokasi anggaran per kegiatan harus sejalan

    dengan prioritas

    nasional/bidang/kementerian/lembaga serta

    tugas pokok dan fungsi unit struktural pelaksana

    kegiatan. Kebutuhan pengembangan Kebun Raya

    hendaknya didasarkan pada payung hukum yang

    kuat, agar tidak terjadi duplikasi dengan K/L lain.

    Alokasi anggaran per kegiatan yang tercantum dalam

    SB berbeda dengan alokasi usulan yang disampaikan

    oleh Ditjen Penataan Ruang. Alokasi usulan tersebut

    didasarkan pada hasil pembahasan konsultasi regional

    yang telah disesuaikan dengan pagu indikatif total

    2014.

    Namun demikian anggaran Direktorat Perkotaan (Rp.

    324,869 M) mengalami perbedaan yang cukup besar

    dibandingkan dengan alokasi SB (Rp. 234,511 M). Hal

    tersebut dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan

    pengembangan Kebun Raya di Batam dan Makasar

    serta Up Scaling program 112 Kota Hijau.

    3. Pelaksanaan Program-Program

    Khusus (Unggulan)

    1. Kenaikan alokasi pada indikator Pelaksanaan

    Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)

    Duplikasi Tupoksi perlu menjadi perhatian dalam

    pelaksanaan indikator P2KH, khususnya dengan

    1. Sesuai hasil pembicaraan antara Ditjen Penataan

    Ruang dan Ditjen Cipta Karya, pengembangan RTH

  • 34

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    perlu diperjelas peruntukannya. Selain itu, perlu

    dipastikan agar tidak terjadi duplikasi tupoksi

    dengan sektor lain dan tidak mengambil

    kewenangan yang sudah disentralisasikan

    kepada daerah.

    2. Dalam pelaksanaan P2KH dan Pelaksanaan

    Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka

    (P3KP) pada Tahun 2014 perlu dilakukan: (i)

    Pemetaan kabupaten/kota dan kawasan

    spesifiknya yang ditangani dalam lingkup

    nasional; (ii) Roadmap pelaksanaan kegiatan

    s.d. Tahun 2014; (iii) Sinkronisasi kota dan

    kawasan yang ditangani dalam P2KH dan P3KP.

    3. Dalam pelaksanaan P2KH, perlu diperhatikan

    juga kewenangan Pemerintah Kota/Kabupaten

    dalam penyediaan infrastruktur dan

    pengembangan RTH. Disamping itu, perlu

    disusun exit strategy untuk kabupaten/kota

    yang nantinya tidak dipilih sebagai kota yang

    mendapatkan alokasi penuh (full scale) P2KH

    setelah Tahun 2014.

    4. Dari 85 kabupaten/kota P3KP pada Tahun 2014,

    perlu ditentukan target berapa kabupaten/kota

    yang akan dipilih, diusulkan dan diproritaskan

    untuk menjadi kota pusaka dunia (world

    heritage).

    Ditjen Cipta Karya (CK) Kementerian PU. Informasi

    yang didapat bahwa RTH lama menjadi

    kewenangan Ditjen CK, sedangkan RTH baru

    menjadi kewenangan Ditjen Penataan Ruang.

    Namun belum terdapat peraturan resmi yg

    mengatur secara jelas..

    ke depan akan dilaksanakan oleh Ditjen Penataan

    Ruang. Namun demikian, masih diperlukan adanya

    aturan atau ketentuan sebagai landasan

    pelaksanaan pemrograman dan penganggaran ke

    depan.

    2. Program kegiatan P2KH pasca 2014 akan

    difokuskan pada 10-15 kota hijau terpilih yang akan

    dikembangkan untuk menjadi percontohan

    Nasional. Sisanya akan ditanani melalui program

    city climateplan dalam rangka adaptasi perubahan

    iklim. Roadmap P2KH dan P3KP akan disusun tahun

    2013.

    3. Exit Strategy akan dilakukan melalui

    pengembangan kota yang adaptif terhadap

    perubahan iklim.

    4. Dalam penyusunan roadmap Kota Pusaka akan

    ditetapkan kota-kota yang akan didorong sebagai

    World Heritage City

    4. Sinkronisasi kegiatan penataan

    ruang dan pembangunan.

    Prioritas Nasional pada Binda I dan Binda II

    mengalami penurunan dari RKP 2013. Hal ini perlu

    diperjelas, khususnya penurunan signifikan yang

    terjadi pada Binda II.

    Sinkronisasi kegiatan penataan ruang dan

    pembangunan hendaknya dapat direncanakan

    dengan lebih efisien, dengan membatasi

    komponen honorarium, perjalanan dinas dan

    konsinyering

    Sinkronisasi Penataan Ruang dilaksanakan dalam

    bentuk sinkronisasi Penataan Ruang Nasional dan

    Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta

    sinkronisasi antara kebijakan Penataan Ruang dengan

    Pembangunan. Dengan demikian, kegiatan sinkronisasi

    tidak hanya dilaksanakan pada SKPD Dekonsentrasi

    melainkan juga melalui kegiatan persetujuan substansi

    dan sinkronisasi program sektor di Pusat seperti

    Konsultasi Regional.

    5. Operasionalisasi rencana tata

    ruang

    PMU untuk KSN hendaknya tidak menambah

    biaya pegawai dan biaya operasional (flat policy).

    PMU pada dasarnya merupakan upaya tindak lanjut

    dalam rangka implementasi rencana Tata Ruang

  • 35

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Kawasan Strategis Nasional. Dalam pelaksanaannya

    PMU merupakan unit Nasional yang

    mengkoordinasikan berbagai program pembangunan

    sektor yang ada di Lingkungan Kementerian Pekerjaan

    Umum.

    Biaya anggaran yang dialokasikan merupakan bagian

    dari anggaran untuk program pemanfaatan ruang dan

    pengendalian pemanfaatan ruang.

    RPI2JM perlu diperjelas posisi dan landasan

    hukumnya sebab merupakan indikator baru dan

    tidak terdapat dalam RPJMN 2010-2014.

    Alokasi RPI2JM masih memerlukan payung hukum

    yang lebih jelas, khususnya untuk mengetahui

    secara proporsional, apakah kegiatan tersebut

    sebagai prioritas nasional, bidang ataupun K/L

    RPI2JM merupakan bentuk upaya sinkronisasi antara

    sektor pembangunan khususnya yang berada di sektor

    ke PU-an berdasarkan RTRWN. Pedoman penyusunan

    RPI2JM akan ditetapkan melalui Permen PU.

    2 Inisiatif Baru 1. Penambahan Pagu Anggaran terkait dengan

    progrm inisiatif baru, agar dilengkapi dengan

    TOR dan RAB dan disampaikan pada

    kesempatan kedua pengajuan program Inisiatif

    Baru pada minggu pertama bulan Mei.

    Sebelumnya usulan Inisiatif Baru dari Ditjen

    Penataan Ruang telah dinilai dan diajukan

    sebelum terbitnya SB. Usulan tersebut belum

    dapat disetujui dalam tahap pertama, namun

    tetap dicantumkan dalam dokumen Trilateral

    Meeting untuk dipertimbangkan apabila ada

    alokasi tambahan.

    Usulan Inisiatif Baru tahap dua agar berbeda

    dengan usuan Inisiatif Baru tahap pertama.

    2. Terkait dengan usulan inisiatif baru dalam

    bentuk upscaling P2KH yang cukup besar dan

    sudah melampaui target dalam RPJMN 2010-

    2014, sementara tidak tercantumnya P2KH

    sebagai salah satu direktif Presiden, maka

    diperlukan justifikasi yang kuat. Untuk itu,

    dengan desain P2KH yang mengarah kepada

    adaptasi perubahan iklim, maka dimungkinkan

    untuk mengusulkan program tersebut kedalam

    Prioritas Nasional 9: Peningkatan Kualitas

    Pengusulan Inisiatif Baru bisa dilakukan dalam 3

    tahapan, yaitu:

    1. Penyusunan Pagu Indikatif

    2. Penyusunan Pagu Anggaran

    3. Alokasi K/L

    Apabila target RPJMN 2010-2014 telah

    terlampaui, disarankan agar dilakukan optimalisasi

    alokasi baseline untuk mengakomodir komponen

    kegiatan yang diusulkan di dalam Insiatif Baru.

    Program usulan inisiatif baru tahap 2 akan disampaikan

    sebelum minggu pertama bulan Mei yang terkait

    dengan program-program Penataan Ruang dalam

    rangka mendukung MP3EI, berupa percepatan

    penyelesaian rencana rinci tata ruang Provinsi

    Kabupaten/Kota di sepanjang koridor MP3EI. Kegiatan

    fasilitasi Bimbingan Teknis, serta program mendukung

    Ketahanan Pangan melalui program P2KPB, dan exit

    strategy P2KH yang mendukung Prioritas Nasional

    Lingkungan Hidup dalam rangka Perubahan Iklim.

  • 36

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Lingkungan. Untuk pengusulan tersebut,

    dibutuhkan adanya surat Direktur Jenderal

    Penataan Ruang ke Deputi Bidang

    Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah,

    Bappenas dan tembusan ke Deputi Bidang

    Pendanaan Pembangunan.

    3 Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas

    Pembantuan

    - Tidak ada alokasi Dekonsentrasi dan TP yang

    dialihkan dananya ke transfer daerah.

    -

    4 Catatan terkait Pengisian Renja K/L Dalam struktur penganggaran, penghapusan

    terhadap IKK akan berpengaruh pada output di

    RKA-K/L. Demikian sebaliknya penambahan IKK

    akan memrlukan output baru di RKA-K/L. Oleh

    karena itu agar perubahan terhadap IKK dapat

    dilakukan dengan baik kiranya perlu ada review

    terhadap output yang sudah ada.

    Secara substansi, perubahan IKK hendaknya tetap

    mengacu pada prioritas nasional, idang, K/L serta

    tupoksi satker bersangkutan.

    Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang 1. Terdapat perbedaan target dan alokasi pada IKK

    006: Jumlah kegiatan manajemen SDM Ditjen Penataan Ruang, pada SB target sebanyak 10 kegiatan dengan alokasi sebesar Rp 5 M, sedangkan pada usulan DJPR tidak mengalokasikan target untuk IKK tersebut. Sehingga selisih alokasi antara SB dengan usulan DJPR digunakan untuk mengakomodasi kegiatan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang.

    Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I 1. IKK 003 Jumlah (orang) PPNS yang dibina di SEB

    adalah 3 (tiga) kegiatan. Di exercise 2014 tidak ada kegiatan karena tidak ada output di RKA-KL sehingga bergabung ke IKK 008 Jumlah Pengawasan Teknis Bidang Penataan Ruang dengan Output Pengawasan Teknis/ Pembinaan PPNS Penataan Ruang.

    2. IKK 007, Jumlah NSPK sesuai amanat UU 26/2007 di SEB adalah 4 (empat) kegiatan, di exercise 2014 2 (dua) kegiatan. Akan tetapi tidak ada output di RKA-KL untuk NSPK, padahal di tahun sebelumnya output tersebut ada di aplikasi RKA-KL.

    3. IKK 015 Jumlah Kegiatan yang mendapat Bimtek Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Provinsi di SEB sebanyak 4 (empat) kegiatan, di exercise 2014 tidak ada, hal ini disebabkan karena tidak adanya output di RKA-KL sehingga bergabung ke IKK 004 Pembinaan Teknis Penyelidik Penataan

  • 37

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Ruang Daerah dengan Output Pembinaan Teknis Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah.

    4. IKK 018 Jumlah kegiatan pengawasan dan pengendalian dekonsentrasi bidang penataan ruang di SEB adalah 1 (satu) Laporan, pada exercise 2014 tidak ada, sehingga bergabung ke IKK 001, jumlah laporan keuangan dan BMN dengan Output Laporan kinerja dan Pelaksanaan Anggaran.

    Pembinaan Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II

    Terjadi penggabungan beberapa IKK menjadi satu IKK disebabkan output di RKAKL tidak dapat dimasukan kedalam IKK yang ada antara lain: 1. IKK 012: Jumlah kabupaten yang mendapatkan

    bimtek PR wilayah/ kawasan perdesaan dan agropolitan. Merupakan gabungan dari beberapa IKK yaitu:

    IKK 005: Jumlah sosialisasi bidang penataan ruang

    IKK 009: Jumlah kegiatan penyelenggaraan persetujuan substansi RTRWK

    IKK 011: Jumlah kabupaten yang mendapatkan bimbingan teknis penataan ruang wilayah kabupaten

    IKK 014: Jumlah kegiatan bimbingan teknis pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi

    IKK 015: Jumlah wilayah sungai yang mendapatkan fasilitasi penataan ruang lintas wilayah

    IKK 016: Jumlah kegiatan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan dekonsentrasi bidang penataan ruang

    IKK 017: Jumlah kegiatan koordinasi lintas provinsi 7 (tujuh)

    2. IKK 007: Jumlah wastek bidang PR, merupakan gabungan dengan IKK 003: Jumlah orang PPNS yang dibina. Alokasi menjadi 600

    Pelaksanaan Penataan Ruang Nasional

    Terdapat perbedaan target dan alokasi antara SB dan Usulan DJPR dengan sebagai berikut:

  • 38

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1. IKK 001, Penanganan wilayah sungai telah diakomodir dalam RTRW Prov dan RTR Pulau/Kepulauan

    2. IKK 003 Jumlah kegiatan koordinasi lintas provinsi 7 pulau dan Kepulauan

    3. IKK 005, Disesuaikan dengan kondisi status penanganan KSN di tahun 2013, maka volume penanganan KSN di 2014 adalah: Proses legalisasi : 32 KSN (+ sisa target

    legalisasi 2013 yang belum terealisasi)

    Penyusunan Raperpres : 15 KSN

    Penyusunan matek : 4 KSN (2 KSN sudah masuk deliniasi KSN lainnya)

    KLHS Biak

    Penyiapan peta 7 KAPET

    --> disesuaikan dengan unit cost untuk masing-masing pekerjaan

    4. IKK 006, menindaklanjuti pelaksanaan PK di 2013, di 2014 diperlukan 2 pekerjaan Tindak Lanjut Hasil PK yaitu pemantapan materi TL hasil PK dan fasilitasi pelaksanaan TL hasil PK.

    - Output 2400.11 Diusulkan untuk ditambahkan --> ada di Aplikasi Renja K/L tapi belum ada di aplikasi RKA-KL".

    IKK 008, kegiatan rutin terkait pelaksanaan monev implementasi RTRWN/Pulau/Kepulauan dan KSN serta pemutakhiran sistem informasi RTRWN/Pulau/ Kepulauan/KSN

    - Output 2400.12 (Rekomendasi Peningkatan Kinerja Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah Nasional, Pulau dan KSN Non Perkotaan) diusulkan untuk ditambahkan --> ada di Aplikasi Renja K/L tapi belum ada di aplikasi RKA-KL"

    5. IKK 009, terdapat 2 laporan terkait pelaksanaan koordinasi lintas sektor dan wilayah: fasilitasi dan menjunjang BKPRN, Fasilitasi Koordinasi dan Kerjasama Linwil Nasional dan Regional, Sekretariat MAPI, serta Forum Penataan Ruang Pulau.

    - IKK terkait Penerbitan Buletin Tata Ruang sudah

  • 39

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    masuk dalam IKK ini" 6. IKK 010, Output terkait IKK ini sudah masuk ke

    dalam output IKK 009, dan diusulkan untuk dihilangkan karena pekerjaan terkait penerbitan Buletin Tata Ruang merupakan bagian dari pekerjaan terkait pelaksanaan tugas BKPRN.

    7. IKK 011, Kegiatan fasilitasi (MAPI dan BP Kapet) dan Kebijakan RPJMN, SKPD Dekon 13 KAPET (BP KAPET) dan SKDP Dekon KSN (28 KSN Non Perkotaan dan 2 KSN Perkotaan 22 Provinsi).

    8. IKK 012, Output terkait IKK ini sudah masuk ke dalam output IKK 012 (Jumlah Laporan Keuangan dan Administrasi), dan diusulkan untuk dihilangkan karena pekerjaan terkait penyusunan laporan keuangan dan administrasi barang merupakan bagian dari pekerjaan terkait Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKK 012).

    9. IKK 014, Disesuaikan dengan jumlah NSPK yang merupakan kewenangan Nasional.

    - termasuk di dalamnya pekerjaan penyusunan Modul dan pelaksanaan sosialisasi (output : 1 modul dan 1 kegiatan sosialisasi) yang sebelumnya masuk ke IKK 015

    - penyesuaian unit cost" 10. IKK 015, output pekerjaan ini sudah masuk ke

    output IKK 014 (karena tidak ada output "sosialisasi" di aplikasi RKA-KL.

    11. IKK 016, IKK sudah di drop. 12. IKK 018, Kegiatan-kegiatan rutin dalam rangka

    menunjang pelaksanaan pekerjaan di Direktorat/Satker, kebutuhan pemrograman dan penganggaran, serta pelaksanaan sinkronisasi program penataan ruang KSN untuk sektor A, B, C.

    13. IKK 019, Penambahan jumlah KSN yang akan disusun RPI2JM nya sebagai upaya percepatan untuk arahan sinkronisasi program sektor ke-PU-an dalam perwujudan KSN.

    14. Terdapat perbedaan target dan alokasi pada IKK 006: Jumlah kegiatan manajemen SDM Ditjen Penataan Ruang, pada SB target sebanyak 10 kegiatan dengan alokasi sebesar Rp 5 M,

  • 40

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    sedangkan pada usulan DJPR tidak mengalokasikan target untuk IKK tersebut. Sehingga selisih alokasi antara SB dengan usulan DJPR digunakan untuk mengakomodasi kegiatan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang.

    Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan 1. IKK 006, Jumlah Pemutakhiran Basis Data dan

    Informasi Perkotaan, masuk dalam ouput RKAKL, pada Kajian Kebijakan Strategi dan Pengembangan Perkotaan.

    2. IKK 010, Jumlah Kota Pusaka, Rawan Bencana dan Pemenang PKPD yang ditingkatkan kualitas pengembangan perkotaan dan kapasitas kelebagaan masuk dalam ouput RKAKL Pemenuhan SPM dan Kualitas Penataan Ruang Kota, dalam pekerjaan terkait kota pusaka.

    3. IKK 016, Kegiatan evaluasi Kinerja penataan ruang masuk kedalam output RKAKL Laporan Kinerja Pelaksanaan Anggaran.

    Pembinaan Program 1. Untuk meningkatkan kinerja pembinaan

    program, data dan informasi, serta kemitraan bidang penataan ruang diperlukan penambahan volume keluaran pada IKK 003, 005, 007, 009, 011, dan 012.

    2. Pengurangan volume sasaran pada IKK 001 (Renja K/L dibandingkan dengan SEB) tidak berpengaruh terhadap pencapaian sasaran RPJMN 2010-2014 secara keseluruhan.

    Pendanaan Pembangunan Nasional

    4 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri - Tidak ada sumber dana PHLN di Program

    Penyelenggaraan Penataan Ruang.

    -

    5 PNBP/BLU - Pagu PNBP sebesar Rp3.852,7 juta merupakan

    pagu PNBP yang dapat digunakan, apabila terjadi

    perubahan terhadap besaran dimaksud akan

    dilakukan penelaahan lebih lanjut dengan Dit.

    PNBP

    Ditjen Penataan Ruang mengusulkan untuk mengurangi dana anggaran PNBP dari semula Rp. 3.852.700.000,- menjadi Rp. 3.210.200.000,- Selisih anggaran yang ada akan dialokasikan pada kegiatan Dukungan Manajemen Ditjen Penataan Ruang dan Informasi Penataan Ruang.

  • 41

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    6 Belanja Operasional - Alokasi untuk belanja operasional TA 2014

    hendaknya memedomani kebijakan di bidang

    belanja sebagai berikut:

    a) Kebijakan belanja pegawai seperti kenaikan

    gaji pokok PNS dan anggoata TNI/Polri rata-rata

    6% serta pensiun rata-rata 4%, meneruskan

    pemberian gaji dan pensiun ke-13;

    b) Menerapkan flat policy pada belanja barang

    operasional perkantoran dan pengendalian biaya

    perjalanan dinas

    -

    7 Kebutuhan Tambahan Rupiah

    Murni

    - Tidak ada usulan kebutuhan tambahan rupiah

    murni.

    Kebutuhan anggaran sesuai baseline dalam rangka

    pelaksanaan Penyelenggaraan Penataan Ruang TA.

    2014 adalah sebesar Rp 1,204.3 M (sesuai SB adalah Rp

    997.05 M) sehingga tambahan rupiah yang dibutuhkan

    sebesar Rp 207.25 M.

    Secara rinci per kegiatan dapat dilihat pada Matrik Lampiran Pembahasan pada Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni.

    Program Tematik

    8 Dukungan Kerjasama Pemerintah

    Swasta (KPS)

    - - -

    9 Anggaran Pendidikan - - -

    10 Anggaran Responsif Gender

    (ARG)

    - Dalam rangka penyusunan anggaran responsif

    gender agar dilengkapi dengan Gender Budget

    Statement.

    Secara rinci, anggaran responsif gender termuat dalam

    lampiran catatan pembahasan.

    11 Kerjasama Selatan-Selatan dan

    Triangular

    - - -

    12 Masterplan Percepatan dan Akan diusulkan melalui mekanisme Inisiatif Baru.

  • 42

    No Materi Pembahasan Catatan Kementerian PPN / Bappenas Catatan Kementerian Keuangan Catatan Kementerian Pekerjaan Umum

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Perluasan Pembangunan

    Ekonomi Indonesia (MP3EI)

    13 Masterplan Percepatan dan

    Perluasan Pengurangan

    Kemiskinan di Indonesia (MP3KI)

    - - -

    14 Millennium Development Goals

    (MDGs)

    - - -

  • 43

    Sementara itu untuk BPN, hasil dari pertemuan trilateral ini adalah dokumen kesepakatan

    pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh Kementerian PPN/Bappenas (Direktur Tata

    Ruang dan Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur Anggaran IIC) dan BPN (Kepala

    Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri). Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain

    yaitu: kesepakatan atas kegiatan prioritas, kegiatan non prioritas, inisiatif baru beserta

    keluaran dan besaran anggarannya; kesepakatan atas perubahan alokasi anggaran antar

    program dan antar kegiatan. Hasil kesepakatan ini menjadi pegangan bagi BPN dalam

    menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada Kementerian Keuangan dan Bappenas.

    Beberapa hasil kesepakatan trilateral meeting antara lain:

    (1) Perubahan/Realokasi anggaran antar-program dimungkinkan dengan syarat tidak

    melebihi Pagu Total K/L;

    (2) Usulan inisiatif baru BPN terkait pemetaan Tanah Ulayat di Papua dan Papua Barat

    penting dilakukan sesuai 15 Isu Strategis 2014 namun perlu dilengkapi TOR dan RAB;

    (3) terdapat kegiatan yang mengalokasikan anggaran responsif gender (ARG) seperti

    penerimaan pegawai di BPN sebanyak 60% adalah wanita;

    (4) alokasi anggaran pendidikan STPN Tahun 2014 akan dikeluarkan dari jenis data

    pendidikan;

    (5) alokasi PNBP di BPN sudah sesuai dengan target PNBP;

    (6) Beberapa rancangan target di TA 2014 sulit tercapai seperti kegiatan Redistribusi Tanah

    karena secara konvensional tanah sumbernya sudah terbatas. Namun, ada kemungkinan

    target Redistribusi Tanah akan meningkat karena ada banyak tanah terlantar yang sudah di-

    SK-kan oleh Kepala BPN;

    (7) alokasi pagu indikatif BPN tahun 2014 sudah memperhitungkan alokasi untuk satker

    baru, sehingga tidak diperlukan penambahan anggaran on-top; dan (8) Lanjutan

    pembangunan gedung pusat pendidikan dan pelatihan memerlukan tambahan sebesar

    Rp250.000.000.000. Sedangkan ringkasan catatan pembahasan trilateral Bappenas,

    Kemenkeu dan BPN dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini.

  • 44

    Tabel 11. Ringkasan Catatan dalam Pembahasan Trilateral Meeting

    No. Materi

    Pembahasan

    Catatan

    Kementerian PPN/ Bappenas

    Catatan

    Kementerian Keuangan

    Catatan

    Badan Pertanahan Nasional

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1 Program dan Kegiatan Prioritas

    - Kementerian PPN/Bappenas menyetujui alokasi anggaran untuk program dan kegiatan prioritas BPN Tahun 2014 sesuai SB Pagu Indikatif

    - Perubahan/Realokasi anggaran antar-program dimungkinkan dengan syarat tidak melebihi Pagu Total K/L

    - - Beberapa rancangan target di TA 2014 sulit tercapai seperti kegiatan Redistribusi Tanah karena secara konvensional tanah sumbernya sudah terbatas. Namun, ada kemungkinan target Redistribusi Tanah akan meningkat karena ada banyak tanah terlantar yang sudah di-SK-kan oleh Kepala BPN. - Untuk kegiatan ketahanan pangan, BPN akan

    melakukan deliniasi untuk sawah-sawah yang beririgasi teknis sehingga mendukung usulan bagi Pemda agar tidak dapat dialihfungsikan (konversi). - Terkait Tanah Terlantar akan dapat

    diredistribusikan dan diberikan access reform sebanyak 268 lokasi. - Target pengkajian dan penanganan sengketa

    dan konflik pertanahan mengalami kenaikan menjadi 7.125 kasus. - Target sertifikasi tanah swadaya masyarakat

    (SMS) biaya PNBP.

    2 Inisiatif Baru - Usulan inisiatif baru BPN terkait pemetaan Tanah Ulayat di Papua dan Papua Barat penting dilakukan sesuai 15 Isu Strategis 2014 sehingga perlu

    - - Inisiatif baru tetap akan dilakukan oleh BPN dengan menggunakan PNBP atau RM - Banyak pegawai di daerah yang kosong atau

    pensiun sehingga perlu ada penerimaan

  • 45

    No. Materi

    Pembahasan

    Catatan

    Kementerian PPN/ Bappenas

    Catatan

    Kementerian Keuangan

    Catatan

    Badan Pertanahan Nasional

    dialokasikan. - Perlu dilengkapi TOR dan RAB yang

    detail. -

    CPNS 4.000 pegawai (1.000 pengangkatan honorer yang memenuhi kriteria). - Untuk dana operasional Kepala BPN

    sebelumnya dianggarkan dari kegiatan lain sehingga untuk tahun mendatang perlu dialokasikan dari DIPA.

    3 Pengalihan Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan

    - - -

    4 Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

    - - -

    5 PNBP/BLU - - Ada ketentuan peraturan yang tidak memungkinkan BPN untuk membe-lanjakan keseluruhan alokasi PNBP yang dikumpulkan sehingga mempengaruhi penyerapan anggaran BPN.

    6 Belanja Operasional

    - - Perlu dilakukan efisiensi belanja operasional

    -

    7 Kebutuhan Tambahan Rupiah Murni

    - Usulan BPN terkait penambahan anggaran yang diambil dari PNBP yang disetorkan oleh BPN, berada di luar kewenangan Bappenas

    -

    - Usulan harus dikelompokkan terlebih dahulu kedalam operasional dan non-operasional.

    - Akan dihitung terlebih dahulu apakah dapat penambahan atau optimalisasi.

    - Perlu ada tambahan RM untuk: - Lanjutan pembangunan gedung pusat

    pendidikan dan pelatihan sebesar Rp250.000.000.000

    - Sertipikasi BMN 5.883 bidang (usulan DJKN), siap dilaksanakan dengan langkah inventarisasi terlebih dahulu agar ada kepastian obyek (tanah) dan subyek (instansi) sehingga jelas keberadaan fisik

  • 46

    No. Materi

    Pembahasan

    Catatan

    Kementerian PPN/ Bappenas

    Catatan

    Kementerian Keuangan

    Catatan

    Badan Pertanahan Nasional

    - Untuk kegiatan yang non-operasional perlu dihitung dulu dalam pagu yang ada dan melakukan realokasi.

    - Perlu diperhatikan apakah dapat refocusing terlebih dahulu.

    - Untuk dana operasional Kepala BPN

    - Untuk satker baru sudah diperhitungkan dan ditampung dalam Pagu Indikatif

    - Terkait Reformasi Birokrasi sudah dicadangkan dalam anggaran 99, sedangkan untuk kegiatan penyelesaian RB sudah dianggarkan dalam tahaun 2013

    - Terkait penerimaan CPNS, prinsipnya adalah zero growth.

    tanah dan kesiapan instansi mendukung surat-surat bukti sebagai alas hak dalam proses sertifikasi hingga penerbitan sertipikat (tanda bukti hak) tanah.

    - Untuk Prona kadangkala terdapat pungutan oleh Perangkat/Kepala Desa/Kelurahan kepada masyarakat sehingga BPN ingin mengalokasikan hal itu agar tidak membebani masyarakat.

    - Kenaikan anggaran yang diusulkan BPN diambil dari PNBP yang disetorkan BPN namun tidak dapat diserap seluruhnya oleh BPN karena aturan Menteri Keuangan.

    - Kebutuhan CPNS baru ini dialokasikan untuk kebutuhan juru ukur yang memiliki keahlian khusus dan juga sarjana hukum untuk penyelesaian kasus-kasus pertanahan.

    8 Dukungan Kerjasama

    - -

  • 47

    No. Materi

    Pembahasan

    Catatan

    Kementerian PPN/ Bappenas

    Catatan

    Kementerian Keuangan

    Catatan

    Badan Pertanahan Nasional

    Pemerintah Swasta (KPS)

    9 Anggaran Pendidikan

    - -

    10 Anggaran Responsif Gender (ARG)

    - Jumlah penerimaan pegawai di BPN sebanyak 60% adalah wanita.

    11 Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular

    -

    12 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

    -

    13 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

    -

    14 Millenium Development Goals (MDGs)

    -

  • 46

    3.4 Penyusunan Renja K/L 2014 dan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2013

    Proses penyusunan Renja K/L merupakan proses lanjutan setelah keluarnya Surat Bersama

    Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan serta trilateral meeting yang

    menghas