BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/24272/2/jiptummpp-gdl-aguschandr-35793...1 BAB...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/24272/2/jiptummpp-gdl-aguschandr-35793...1 BAB...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai macam cara sering digunakan dalam proses berkomunikasi, salah satunya
adalah propaganda. Propaganda merupakan salah satu teknik dalam berkomunikasi, kita
mungkin sering mendengar istilah propaganda, dalam dunia politik familiar dengan kata-
kata ini, dunia kerja, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari koran yang kita
baca, iklan-iklan di televisi bahkan film.
Menurut Harold D Lasswell dalam tulisannya Propaganda Techniquein The World
War (1927) mengatakan propaganda adalah semata-mata control opini yang dilakukan
melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit
dan akurat melalui sebuah cerita, gambar-gambar, rumor dan bentuk-bentuk yang lain.
Dalam bukunya yang lain Laswell juga mengatakan bahwa “Propaganda” adalah teknik
untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. (Nurudin,
2001: 10)
Bangsa-bangsa di dunia juga mencatat dalam sejarahnya bahwa propaganda telah
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bangsanya. Pada zaman
mesir kuno maupun yunani kuno, pidato sebagai sarana propaganda mendapat perhatian
mendalam dan dipelajari secara sungguh-sungguh. Kondisi semacam itu berlanjut sampai
zaman romawi, bahkan sampai sekarang. Semntara itu salah satu propaganda yang cukup
fenomenal adalah propaganda tentang fasisme kekuatan Ras Aria yang disebarkan oleh
tokoh Nazi Jerman yang cukup fenomena yakni Adolf Hitler. Yang mana dalam
propagandanya Nazi menyatakan bahwa Ras Aria adalah ras yang murni dan yang paling
2
berkuasa. Sehingga dengan munculnya propaganda tersebut banyak bangsa Yahudi yang
tinggal di wilayah Jerman khususnya pada masa itu harus dibunuh, dimana dalam operasi
oleh tentara Nazi disebut sebagai operasi “pembersihan”.
Di Indonesia sendiri propaganda juga dilakukan dengan cara-cara yang lain seperti
hampir selama 32 tahun masa pemerintahan Orde baru kita mengenal sosok presiden
Soeharto sebagai Bapak Pembangunan. Sebutan bapak pembangunan secara langsung
tertanam dalam benak warga Indonesia bahwa Soeharto merupakan orang yang cukup
memiliki andil yang besar dalam pekemnbangan pembangunan di Indonesia, dalam kurun
32 tahun masa pemerintahanya.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi propaganda muncul
dengan bentuk-bentuk lain, yang tidak hanya bertujuan untuk politik dan kekuasaan,
propagan da juga muncul dengan tujuan menarik keuntungan, simpati, dukungan dll. Hal ini
didukung adanya media jejaring sosial seperti twitter, facebook, patch dan instagram. Media
jejaring sosial seperti itu terbukti mampu mempengaruhi jutaan orang dalam waktu yang
hampir bersamaan. Semua itu mengambarkan bahwa media massa mengambil andil yang
cukup besar terhadap penyebaran propaganda kepada khalayak.
Media massa mampu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap aspek
kehidupan di tengah-tengah masyarakat, baik sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
Media massa baik itu cetak maupun elektronik memiliki kontribusi sebagai sarana
penunjang penyebarluasan propaganda. Dan salah satu bentuk media massa yang terbukti
efektif digunakan sebagai alat propaganda adalah film.
Film adalah media yang berupa audio dan visual. Dan bentuk keduanya
mensinergikan sebuah kekuatan besar sebagai penyampai informasi yang mudah
3
dikonsumsi secara mendalam. Selanjutnya, konsumsi itu akan menjadi panduan yang
kemudian mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, cara pandang bahkan perilaku seperti
halnya makanan yang mempengaruhi kondisi tubuh si pemakan. Walaupun dengan
pertimbangan tersebut, insan perfilman menjadikan situasi itu sebagai rambu untuk
kemudian berhati-hati dalam memproduksinya, baik secara ramuan, isi kandungan, ataupun
kemasannya.
Saat ini perkembangan film sangatlah pesat, dengan berkiblat pada Hollywood
sebagai industri film terbesar di dunia. Bermunculan karya-karya film yang bervariasi tidak
hanya seputaran cinta dan humor saja. Banyak negara-negara yang mulai aktif memproduksi
film yang mengangkat tema-tema budaya bangsa mereka. Salah satunya tema yang menarik
buat diangkat adalah sejarah negara, yang didalamnya ditemukan banyak berbagai macam
yang menjadi salah satu bagian dari suatu bangsa. Seperti film Rambo yang menceritakan
nuansa heroik tentara amerika dalam perang Vietnam, Conspiracy (2009) yang
menceritakan perdebatan diantara petinggi Nazi, Che (2008) tokoh pergerakan revolusi di
Kuba yang berjuang bersama Fidel Castro yang akhirnya mati ditembak. Coming Home
(Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II
(George F. Cosmatus, 1985), Platon (Oliver Stone, 1986). (Nurudin, 2001:37).
Namun dengan semakin kritisnya masyarakat dengan isu-isu politik yang
berkembang, film propaganda bukan hanya dibuat untuk kepentingan politik semata. Film-
film propaganda juga dibuat sebagai media protes terhadap kebijakan pemerintah Amerika
Serikat. Pasca tragedi WTC 11 September 2001 yang disebut-sebut sebagai awal
ketertarikan mayarakat akan agama Islam, film propaganda juga dibuat sebagai bentuk
protes terhadap kebijakan militer Amerika Serikat.
4
Salah satu film bergenre drama yang mengandung propaganda dan diangkat
berdasarkan sebuah kisah nyata adalah film Argo karya Ben Affleck. Film yang mengambil
latar tahun 1979 di Iran berdasarkan kisah nyata. Film ini bercerita tentang misi
penyelamatan yang dilakukan oleh agen CIA terhadap enam Diplomat Amerika Serikat
yang berhasil melarikan diri dari amukan masyarakat Iran dan bersembunyi di Kedubes
Kanada.
Teheran Iran 1979 terjadi kerusuhan akibat perubahan sistem pemerintahan dimana
Amerika Serikat dan Inggris Raya merancang kudeta untuk menjatuhkan pemimpin mereka
Mohammad Mosaddegh dan membantu Shah Reza Pahlavi untuk menggantikannya.
Kehancuran Iran pun dimulai dengan berkuasanya Shah Reza Pahlavi, dimana sang Shah
hanya tahu bersenang-senang dan menindas rakyatnya dengan kemiskinan dan kelaparan.
Menganggap Amerika Serikat bersekutu dengan Pahlavi, rakyat Iran yang marah menyerbu
kedutaan Amerika, lebih dari 50 warga Amerika yang bekerja saat itu ditangkap dan
disandera oleh kelompok revolusioner Iran.
Di tengah-tengah kekacauan tersebut ada enam staf kedutaan AS yang berhasil kabur
dan melarikan diri ke kedubes Kanada. Dalam perhatian dunia Internasional, CIA harus
cepat menjemput mereka dengan metode terbaiknya. Muncul lah Tony Mendez seorang
spesialis di CIA dengan idenya yang dinamai Argo. Argo sendiri adalah sebuah skenario
film bohongan yang dibuat seolah-olah asli guna menyakinkan masyarakat dunia. Argo
yang bersettingkan pembuatan film di Iran dipergunakan untuk menyelamatkan ke-enam
staf kedutaan AS dan menjadikan mereka sebagai crew film argo dimana Tony Mendez
sebagai produsernya yang mengaku berasal dari Kanada, para staf kedutaan pun dibuatkan
paspor palsu dengan mengganti nama dan kewarganegaraan mereka.
5
Film Argo yang mengangkat kisah 34 tahun lalu itu mendapat kecaman dari banyak
orang terutama masyarakat Iran, hal ini dinilai Argo memberikan gambaran infaktual
tentang masyarakat Iran di masa itu. Terlepas dari alur cerita film, apa yang diangkat di
Argo adalah sebuah kebohongan sejarah yang nyata dan bahkan menuai kritik dari Duta
Besar Kanada di Tehran waktu itu, Ken Taylor.
Melalui film Argo, sejarah sengaja kembali ditulis ulang dengan bahasa yang halus
untuk pemalsuan agar pas dengan tujuan baru sang penguasa (AS). Mereka yakin bahwa
apabilah sejarah ditulis ulang maka rakyat akan bergairah mendukung pemerintah
melakukan agresi militer terhadap Iran. Argo dinilai bisa menyebarkan kebencian terhadap
Iran dan sebagai proyek propaganda badan intelijen untuk meyakinkan rakyat Amerika
bersama Israel berperang melawan Iran.
Selain itu film karya Ben Affleck ini juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari
ajang Oscar 2013, Argo dipilih sebagai film terbaik yang mengalahkan delapan pesaingnya,
yakni Amour, Beasts of The Southern Wild, Django Unchained, Les Miserables, Life of Pi,
Silver Linings Playbook, Zero Dark Thirty, dan pesaing terberatnya, Lincoln. Ketika sebuah
film yang sarat dengan distorsi sejarah dipilih sebagai karya terbaik, tentu akar
permasalahan itu terdapat pada isu yang diangkat oleh sang sutradara dan bukan pada
kreativitas seni di dalamnya. Langkah itu kembali memperlihatkan bahwa di Hollywood
seni telah dikalahkan oleh politik. (Anonim : 2013).
Seorang kritikus budaya Kim Nicolini mengatakan, "Argo merupakan bagian dari
propaganda liberal konservatif yang dibuat oleh Hollywood untuk mendukung politik
konservatif pemerintahan liberal Barack Obama saat kita bergerak menuju pemilihan
presiden. Ini juga bilangan prima roda perang Amerika yang mendukung serangan Israel
6
terhadap Iran." Nicolini mengecam Argo karena benar-benar mengabaikan cerita versi Iran,
dan mencatat bahwa film ini adalah versi yang menghapus peristiwa sebenarnya. Dia
berargumen bahwa tidak ada yang otentik tentang manipulasi film peristiwa bersejarah, dan
film ini sebagai propaganda politik murni. Argo adalah sebuah film propaganda seperti film-
film Nazi karya sineas wanita Leni Riefenstahl. Sama seperti Riefenstahl, mengagungkan
sebuah organisasi kriminal yang menebar kematian. Dan juga tujuan utamanya adalah untuk
menciptakan kebencian dan mengubah penonton menjadi pembunuh massal. Riefenstahl
memuja Partai Nazi dan Hitler, sementara Argo mengagungkan CIA. Riefenstahl menebar
kebencian lewat karya-karyanya dan memoles pandangan antisemitisme agar terlihat cantik,
sementara Argo membuat provokasi Zionis melalui gerakan Islamphobia dan Iranphobia
terlihat alami dan tak terelakkan. (Anonim : 2013).
Dalam penilitihan ini mencoba menganalisis film Argo karya Ben Affleck, dimana
terdapat unsur audio dan visual yang menggunakan unsur teknik propaganda. Melihat dari
fenomena khususnya fakta-fakta yang berkaitan dengan uraian di atas, Maka penulis tertarik
untuk melakukan study terhadap pemakaian teknik propaganda dalam film Argo karya Ben
Affleck dengan judul “ Teknik Propaganda Dalam Film (Analisis Isi Film Argo Karya
Ben Affleck )”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitihan ini adalah seberapa porsi proposisi teknik propaganda dalam film Argo
karya Ben Affleck.
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung frekuensi kemunculan teknik
propaganda dalam film Argo karya Ben Affleck.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberi beberapa manfaat, antara lain yaitu :
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memotivasi penelitian untuk lebih
mengembangkan dan memperluas berbagai penelitian di masa akan datang, serta
memperoleh pengetahuan mengenai pesan propaganda dalam film.
Dalam penelitian ini juga diharapkan menjadi sumbangan penelitian yang berguna
bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya bagi mereka yang memilih konsentrasi
Audio Visual dalam menganalisis film.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan pemahaman untuk
membuat acuan dalam memproduksi film sejenis (tentang propaganda). Serta juga
dapat memberikan pertimbangan maupun informasi dalam menyeleksi sebuah
informasi dalam film untuk dikonsumsi.
E. Tinjauan Pustaka
E.1. Propaganda: Definisi, Jenis - Jenis Dan Teknik
Definisi propaganda banyak sekali dikemukakan oleh para ahli dibidang
sosiologi, psikologi dan ada juga yang mempunyai latar belakang orator. Ini
dimungkinkan karena masing-masing pihak, kelompok maupun individu mempunyai
8
latar belakang, kurun waktu atu tujuan yang berlainan sehingga membuat uraian arti
propaganda sangat bervariasi. Dra. Djoenaesih, Drs. Sunarjo (1982 : 25-26)
mengemukakan bahwa orang yang mendifinisikan “propaganda” sedang
mendifinisikan definisinya masing-masing. Di dalam “Communication Theories”
dikatakan bahwa propaganda adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan teknik-
teknik tertentu.
Propaganda berasal dari bahasa latin propagare yang artinya cara tukang kebun
menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru
yang kelak akan tumbuh sendiri (Nurudin, 2001 : 9). Propaganda adalah suatu jenis
komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi tanpa mengindahkan
tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan seperti yang
tercantum dalam Encyclopedia Internasional.
Harold D. Laswell dalam tulisannya Propaganda (1937) yang dikutip Nurudin
(2001: 10) mengatakan propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan
manusia dengan memanipulasikan representasinya “(Propaganda in broadest sense is
the technique of influencing human action by the manipulation of representations)”
defininsi lainya dari Laswell dalam bukunya “Propaganda technique in the world
war” (1927) mengatakan bahwa propaganda semata-mata merupakan kontrol opini,
yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mengandung arti, atau menyampaikan
pendapat yang kongkrit dan teliti, melalui sebuah cerita, rumor, laporan gambar-
gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial.
Barnays mengatakan, propaganda modern adalah suatu usaha yang bersifat
konsisten dan terus menerus untuk menciptakan atau membentuk suatu peristiwa-
9
peristiwa guna mempengaruhi hubungan public terhadap suatu usaha ataupun
kelompok. Propaganda bisa diibaratkan sebuah ilmu. Ilmu itu akan membuahkan hasil
jika melekat pada orang yang berkepribadian baik. Namun, propaganda akan
menghasilkan kejelekan dan kesengsaraan manakala melekat pada orang yang tidak
baik (Nurudin, 2001: 10)
Dari pengertian di atas, propaganda jelas adalah suatu perbuatan yang memang
sengaja dibuat untuk mempengaruhi pihak lain dan pihak yang melakukan propaganda
adalah pihak yang kuat dan berkuasa. Propaganda dalam perkembangannya bisa
mencakup sebagai media mempunyai informasi dan tidak menutup kemungkinan
setiap ditemukan teknologi baru tentang media komunikasi, maka akan ditemukan lagi
cara baru menyampaikan propaganda dengan media tersebut.
Jenis-jenis propaganda menurut Santoso Satropoetro, 2003. yaitu :
1. Black Propaganda
Black propaganda adalah propaganda terbuka dimana menyerang narasumber
yang dikenai propaganda secara terang-terangan atau terbuka.
2. White Propaganda
White propaganda adalah propaganda tertutup atau dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Dimana peogandis tidak secara terang-terangan menyerang orang yang
dikenai propaganda. Misalkan, ketika pemilu walikota menyatakan bahwa pililah
walikota yang berpendidikan tinggi, padahal pernyataan itu ditujukan pada dirinya
sendiri.
10
3. Grey Propaganda
Grey propaganda adalah propaganda yang tidak diketahui pasti sumbernya, maka
dapat menimbulkan keraguan.
Jenis Propaganda berdasarkan isi pesan menurut Dobb, 1996. yaitu :
1. Propaganda Tersembunyi
Peogandis menyembunyikan tujuan utama dalam kemasan suatu pesan lain.
Misalnya konferensi pers yang dilakukan oleh seorang presiden Amerika.
2. Propaganda Terbuka
Setiap kemasan pesan cara dan perilakunya dikemukakan secara transparan tanpa
dikemas dengan pesan lain. Misalnya kampanye terbuka calon presiden atau wali
kota.
Sedangakan Ellul, 1965, membagi propaganda dalam dua cara yakni vertikal dan
horizontal.
1. Propaganda Vertikal
Propaganda yang dilakukan oleh satu pihak kepada orang banyak dan biasanya
mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya.
2. Propaganda Horizontal
Propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu organisasi atau kelompok
kepada anggotanya dengan melalui tatap muka atau komunikasi antar personal
dan biasanya tidak menggunakan media massa.
11
Seperti halnya komunikasi, propaganda juga sangat membutuhkan teknik untuk
mencapai sasaran dan tujuannya. Sebab dengan menggunakan teknik yang tepat akan
menghasilkan pencapaian yang optimal. Berikut beberapa teknik propaganda menurut
Nurudin (2001: 29).
1. Name Calling (Penggunaan nama ejekan)
Name Calling adalah teknik propaganda dengan memberikan sebuah ide atau
lebel yang buruk. Tujuannya untuk menurunkan derajat nama seseorang atau prestise
suatu ide dimuka umum agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa
mengoreksinya atau memeriksanya terlebih dahulu. Sebutan-sebutan seperti
“provokator”, “lintah darat”, “kepo”, “Pemberi Harapan Palsu (PHP)”, Partai
Komunis Indonesia (PKI)” terhadap seseorang atau suatu pihak tidak lain bermaksud
untuk memberikan julukan karakteristik yang bersifat menurunkan derajat. Dan
menjadi ciri khas yang melekat pada teknik ini. Teknik ini sering digunakan dalam
propaganda lisan.
2. Gliterring Generalities (Penggunaan kata-kata muluk)
Gliterring Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan sesuatu “kata
bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa
memeriksanya terlebih dahulu. Dimana peogandis menonjolkan gagasan dengan
sanjungan-sanjungan agung seperti penggunaan kata-kata atau kalimat “demi
keadilan dan kebenaran” atau “demi membelah kaum yang tertindas” menjadi salah
satu ciri teknik propaganda ini. Peogandis dalam hal inilah mengidentifikasikan
dirinya atau gagasanya dengan segala apa yang serbah luhur dan agung.
12
3. Transfer (Pengalihan)
Transfer adalah cirri-ciri kegiatan propaganda yang menggunakan teknik
memakai pengaruh dari seorang tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa di
lingkungan tertentu. Peogandis dalam hal ini mempunyai maksud agar komunikan
terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan. Misalnya
Partai Demokrat Indonesia-Perjuangan (PDI-P) dalam berbagai kesempatan terutama
menjelang pemilu sering memakai pengaruh Bung Karno yang sangat dikagumi dan
berwibawa bagi rakyat Indonesia, juga di lingkungan-lingkungan tertentu seperti
golongan nasionalis karena beliau sebagai proklamator, intelektual dan orator ulung.
4. Testimonials (Pengutipan)
Testimonials adalah cara melancarkan propaganda dengan mengutip kata-kata
orang terkenal mengenai baik atau tidaknya suatu ide atau pokok, dengan tujuan agar
khalayak mengikutinya. Teknik ini juga sering digunakan dalam dunia periklanan.
Misalnya untuk memperkuat lebel halal pada suatu produk, digunakan tokoh agama
dalam iklan produk tersebut. Iklan “bintang toejoh masuk angin” dengan tokoh
Mahfud MD juga termasuk penggunaan teknik ini, dimana kata yang sering
diucapkan Mahfud MD yaitu “wong bejo (orang beruntung)” menjadi slogan produk
ini.
5. Plain Folk (Perendahan diri)
Plain Folk adalah propaganda dengan menggunakan cara identifikasi terhadap
suatu ide. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat. Seperti halnya
Golkar yang pernah mempropagandakan Soeharto sebagai milik rakyat serta
13
dikehendaki oleh rakyat, meskipun tidak tau rakyat yang mana yang
menghendakinya dan dia pun terpilih pada SU MPR tahun 1998.
Sifat “merakyat” sering dimunculkan dalam propaganda ini dimana rakyat jelata
menjadi sekedar mainan politisi saja karena dalam sejarah bernegara tidak pernah
kuat dan kritis. Dengan demikian maksud teknik propaganda ini yaitu menyamakan
diri dengan rakyat, dimana peogandis mengidentikan yang dipropagandakan milik
atau mengabdi kepada komunikan.
6. Card Stacking (Penumpukan fakta)
Card Stackling adalah teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal sisi
baiknya saja, shingga publik hanya dapat melihat dari satu segi. Misalnya program
Pak Harto adalah “Bapak Pembangunan” yang pernah dicanangkan oleh Ali
Moertopo seolah mengklaim hanya Pak Harto lah pelopordan penggerak
pembangunan di Indonesia.
Card Stackling meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau
kebingungan dan masuk akal atau ditak masuk akal suatu pernyataan agar
memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik suatu gagasan, program, manusia
dan barang.
7. Bandwagon Technique (Hura-hura)
Teknik ini dilakukan dengan cara menggembar-gemborkan sukses yang telah
dicapai seseorang, suatu lembaga atau suatu organisasi. Dalam bidang ekonomi,
teknik ini digunakan untuk menarik minat pembeli akan suatu produk tertentu yang
laku keras di pasaran. Dalam bidang politik Golkar sering mengembar-gemborkan
propaganda kesuksesan pembangunan nasional.
14
8. Reputable Mounthpiece
Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai
kenyataan. Teknik ini biasanya digunakan oleh seseorang yang menyanjung
pemimpin, akan tetapi tidak tulus. Bung Karno pernah diangkat sebagai “waliyul
amri” dan panglima besar revolusi. Teknik ini dilakukan karena ada ambisi seseorang
atau sekelompok orang yang ingin aman di lingkaran kekuasaan. Atau bisa jadi
teknik ini malah digunakan untuk memerosokkan pemimpin dengan mengemukakan
yang baik-baik saja sehingga sang pemimpin jadi lupa diri. Maka jalan memuji yang
pada perinsipnya ingin menjatuhkan pun dilakukan.
9. Using All Forms of Persuations
Teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan
dan iming-iming. Teknik propaganda seperti ini biasanya sering digunakan dalam
kampanye pemilu. Di Indonesia untuk medapatkan simpati masyarakat, ada sebuah
partai politik yang menjanjikan pada masyarakat untuk mendapat pengobatan gratis
jika partainya menang.
E.2. Propaganda Dalam Film
Salah satu muatan pesan dalam komunikasi adalah propaganda dan salah satu
bentuk media massa yang cukup efektif untuk melakukan propaganda adalah film.
Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya bahwa pesan di dalam
komunikasi memilki maksud dan informasi dari komunikan kepada komunikatornya,
pesan tersebut dapat berisi ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda. Propaganda dalam film telah dipakai dibeberapa negara, salah satunya
15
adalah Amerika Serikat adapun film yang dibuat dengan unsur propaganda adalah
tentang kepahlawanan tentara Amerika yang ditujukan dalam perang dengan setting
perang Vietnam. Antara lain Coming Home (Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter
(Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II (George F. Cosmatus, 1985),
Platon (Oliver Stone, 1986). (H. Hafied Cangara 2008: 24)
Menurut Abu Ahmadi (2002: 220) propaganda melalui film terkadang bisa
membenarkan (dengan tujuan mempengaruhi persepsi publik) tindakan yang salah,
dan biasanya hal ini menjadi suatu permasalahan baru. Film sebagai media propaganda
juga disebutkan bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap sikap ideologi
seseorang.
E.3. Pengertian Film
Film pertama kali lahir diparuh kedua abad ke 19. Dibuat dengan bahan dasar
seluloid yang sangat mudah tebakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai
dengan berjalannya waktu, para ahli berlomba-lomba menyempurnakan film agar
lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.
Pada dasarnya film dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu film
cerita dan non cerita. Namun dalam perkembangannya film cerita dan non cerita saling
mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang ciri dan corak masing-masing.
1. Film Cerita
Film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh
aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial artinya,
dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi
16
dengan dukungan sponsor produk tertentu. Misalnya, film horor, drama, fiksi
ilmiah komedi laga, musikal dan lain-lain.
2. Film Non Cerita
Film non cerita merupakan katagori film yang mengambil kisah nyata sebagai
subyeknya atau merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. Ada dua
tipe film non cerita antara lain :
a. Film Faktual : menampilkan fakta, kamera hanya sekedar merekam
peristiwa. Biasanya dalam bentuk sebagai film cerita dan film
dokumentasi.
b. Film dokumenter : sarana yang tepat untuk mengungkapkan realitas,
menstimuli perubahan, dengan kata lain menunjukkan realitas kepada
masyarakat secara normal.
Ada dua tambahan jenis film yaitu film eksperimental dan film animasi.
Penjelasannya sebagai berikut :
a. Film Eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah-kaidah
Pembuatan film yang lazim. Tujuannya untuk mengadakan ekaperimentasi dan
mencari cara-cara pengucapan baru lewat film.
b. Film Animasi (kartun) adalah film yang memanfaatkan gambaran atau lukisan
maupun benda-benda mati lainnya seperti boneka, kursi meja dan lain-lainnya
yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.
17
E.3.1. Unsur – unsur dalam Film
Film cerita memiliki berbagai jenis atau genre. Dalam hal ini genre dapat
diartikan sebagai jenis film yang ditandai dengan gaya, bentuk, atau isi tertentu.
Adapula yang disebut dengan film drama, horror, perang, sejarah, film fiksi ilmiah,
komedi, laga. Penggolongan jenis film ini tidaklah terlalu kaku karena sebuah film
dapat dimasukkan ke dalam beberapa jenis. Agar jenis film cerita tetap bertahan dan
selalu diminati, penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman.
Film cerita dapat diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, yang
diaplikasikan ke dalam bentuk gambar-gambar atau suara. Jadi cerita adalah bungkusan
atau kemasan yang memungkinkan pembuat film melahirkan suatu realitas rekaan yang
merupakan suatu alternative dari realitas penikmatnya. Dari segi komunikasi, ide yang
terdapat dalam sebuah film yang berupa pesan ini mengandung suatu pendekatan yang
bersifat membujuk atau persuasif.
Dalam proses pembuatan film melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif yang
harus menghasilkan suatu keutuhan, mereka saling mendukung dan saling mengisi satu
sama lain. Perpaduan antara sejumlah keahlian ini merupakan syarat utama bagi
lahirnya film yang baik.
Menurut Marselli Sumarno (1996:34-43) unsur-unsur dalam pembuatan film adalah:
a. Sutradara
b. Penulis Skenario
c. Penata Fotografi
d. Penyunting
e. Penata Artistik
18
f. Penata Suara
g. Penata musik
h. Pemeran
E.3.2. Jenis-jenis Film (genre film)
Beberapa genre film menurut M. Bayu Widagdo, 2004. Antara lain sebagai
berikut:
a. Action-laga
Film dengan tema ini mengetengahkan tentang perjuangan hidup dengan bumbu
utama keahlian setiap tokoh untuk bertahan dengan pertarungan hingga akhir cerita.
b. Comedi-humor
Film bertema humor ini mengandalkan kelucuan sebagai penyajian utama. Film
dengan tema ini termasuk yang paling sulit dalam menyajikannya, karena apabila
kurang waspada maka komedi yang disuguhkan akan terjebak sleptick, atau terkesan
memaksa penonton dengan kelucuan yang dibuat-buat.
c. Roman-drama
Film dengan tema ini merupakan genre yang palin popular dikalangan
masyarakat. Genre ini menawarkan faktor perasaan dan kehidupan nyata, yang
mengarah pada simpati dan empati penonton terhadap apa yang diceritakan dan apa
yang disuguhkan. Kunci utama dalam film bergenre ini adalah tema-tema klasik
dalam permasalahan hidup manusia yang tidak pernah puas terjawab.
d. Misteri-horor
19
Genre ini memiliki bahasan yang sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja
(monoton), namun genre ini mendapat perhatian yang lebih dari penonton. Hal ini
disebabkan karena keingintahuan manusia yang sangat besar terhadap dunia lain
tersebut.
Sedangkan menurut Heru Effendy, 2002. Jenis-jenis film dapat dibagi menjadi 7
Jenis antara lain sebagai berukut :
a) Film Dokumenter (Documentary Film)
Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan
dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film jenis ini tidak lepas dari tujuan
penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi seseorang atau kelompok
tertentu.
b) Film Cerita Pendek (Short Film)
Film cerita pendek ini berdurasi kurang dari 60 menit. Sebagian besar produser
film menjadikan jenis film ini sebagai sebuah batu loncatan untuk kemudian
memproduksi film cerita panjang.
c) Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)
Film cerita panjang adalah film dengan durasi lebih dari 60 menit, atau lazimnya
film ini berdurasi antara 60-100 menit. Terkadang film jenis ini diproduksi di atas
durasi 180 menit, seperti halnya film hasil produksi Bollywood (India) dan
Hollywood (Amerika).
20
d) Film-film Jenis Lain (Corporate Profile)
Jenis film ini biasanya diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan
dengan kegiatan yang mereka lakukan, misalnya tayangan ‘Jendela Usaha’ di
TVONE. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi
e) Iklan Televisi
Film jenis ini bisaanya diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik
tentang produk, maupun layanan masyarakat (public services announcement).
Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara ‘ekplisit’,
artinya ada stimulus yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan jenis iklan
layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk
terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut.
f) Program Televisi (tv program)
Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi secara umum, program
televisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi
dalam dua kelompok yaitu fiksi dan non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film
serial (tv series), film televisi/ FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan
film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program pendidikan,
film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non
cerita sendiri menggarap variety show, tv kuis, talkshow dan liputan berita.
g) Video Klip (music video)
Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produk mereka
melalui media televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV,
tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai
21
bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya
video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi
mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core bisnis) mereka. Di
indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya.
E.3.3. Fungsi Film
Film sebagai media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya :
a. Hiburan
Menurut Marseli Sumarno (1996: 96-98), film sebagai suatu media komunikasi
lebih mudah menyajikan suatu hiburan daripada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini
dapat dilihat sifatnya yang ringan dan menitik beratkan pada estetika dan etika. Nilai
hiburan pada film sangat penting, apabila sebuah film tidak mengikat perhatian
penonton dari awal hingga akhir tentulah film tersebut tidak diminati penonton.
b. Pendidikan
Dengan media film kita dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang
berguna memfungsikan diri secara efektif dalam masyarakat serta mempelajari nilai
tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakat.
c. Penerangan
Sebagai media penyampai pesan kepada khalayak luas, film selalu memiliki
penjelasan tentang sesuatu hal yang belum diketahui oleh sebagian orang. Biasanya
film jenis ini dikategorikan dalam film dokumenter. Banyak sekali instansi-instansi
yang menggunakan film dokumenter sebagai media untuk memperkenalkan program
atau produk mereka kepada masyarakat luas ataupun golongan tertentu.
22
d. Artistik
Nilai artistik tewujud karakteristikannya ditemukan pada seluruh unsurnya.
Sebuah film memang sebaiknya dinilai secara artistic bukan secara rasional. Sebab
dilihat secara rasional sebuah film artistik boleh jadi menjadi tidak berharga, karena
tidak memiliki maksud atau makna yang tegas, padahal keindahan itu sendiri memiliki
maksud dan makna.
E.3.4. Struktur Film
Esensi dari struktur film terletak pada pengaturan berbagai unit cerita atau ide,
sedemikian rupa sehingga bisa dipahami. Struktur yang sederhana berhubungan
dengan kontinyuitas fisik yang identik dengan permulaan,pengembangan dan akhir.
Seperti misalnya manusia yang berkembang dan meninggal.
Pada dasarnya film dapat dibagi menjadi beberapa bagian kecil sebelum
menjadi sebuah rangkaian cerita yang dapat dinikmati oleh penonton. Bagian
tersebut bisa dikatakan sebagai struktur film, diataranya yakni :
1. Shot (syut)
Shot adalah bidikan atau hasil rekaman oleh kamera tv atau film. Shot dianggap
sebagai unsur terkecil dalam sebuah film. Shot dapat pula dirumuskan sebagai
peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi, dimulai saat tombol perekam
pada kamera ditekan sampai dilepas kembali. Panjang shot tergantung pada
lamanya tombol kamera direkam atau ditekan.
2. Scene (adegan)
Scene adalah rangkaian beberapa shot kamera atau film yang merupakan bagian
dari suatu sikuen. Scene juga bisa diartikan sebagai rangkaian rasi shot dalam satu
23
ruang dan waktu serta mempunyai kesamaan gagasan. Karena dibatasi tempat dan
waktu maka jika tempat dan waktu dirubah maka berubah pula scenenya. Scene
terbentuk dari gabungan shot yang disusun secara berarti dan meninmbulkan suatu
pengertian yang lebih luas tapi utuh.
3. Sequence (urutan adegan)
Sequence adalah rangkaian secara berurut, adegan-adegan hasil rekaman
kamera yang telah memberikan gambaran mengenai aspek-aspek tertentu dari suatu
peristiwa sebagai bagian dari cerita yang sedang digarap. Sequence terbentuk
apabilah beberapa adegan disusun secara berarti dan logis.
E.4. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan berkomunikasi
manusia dapat mengemukakan keinginan, gagasan, ide bahkan dalam pemenuhan
segala aspek kebutuhan hidupnya manusia menyampaikan dengan cara berkomunikasi.
Inti dari setiap komunikasi adalah adanya pesan yang ingin disampaikan, dalam
bentuk informasi. Informasi disampaikan melalui berbagai media, baik itu cetak
maupun elektronik yang merupakan bentuk dari komunikasi massa. Adapun salah satu
ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa adalah pesannya yang bersifat umum, dapat
diartikan bahwa pesan dalam komunikasi massa tidak hanya ditujukan kepada satu
orang atau kelompok saja, tetapi disampaikan peda khalayak ramai sehingga pesannya
harus bersifat umum.
Menurut Severin (1977), Tan (1981), Wright (1986) komunikasi massa adalah
bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam
menghubungakan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak,
24
bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
(Winarni, 2003: 5-6)
Komunikasi massa menurut Dedy Mulyana (2007: 83-84) adalah komunikasi
yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan,
yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim
dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum dan disampaikan secara cepat, serentak
dan selintas (khususnya media elektronik).
Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin (2007:11-
12) yakni, ”First, mass communication is communication addressed to masses, to an
extremely large science. This does not means that the audience includes all people or
everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience
that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is
communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is
perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio,
newspaper, magazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas bisa
berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,
kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi
seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton
televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya
agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang
disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa
25
barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya
televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).
Salah satu bentuk media komunikasi massa adalah film, film adalah gambar dan
suara, yang terdiri dari integrasi jalinan cerita, jalinan cerita terbentuk dari menyatunya
peristiwa atau adegan – scene. Dalam film terdapat urutan adegan yang didalamnya
diiringi suara, baik dialog ataupun musik sehingga cerita yang ditampilkan menjadi
nyata, dan penonton dapat menangkap pesan yang dibawa. Berdasarkan Undang-
Undang Film No.8 Tahun 1992 , film adalah karya cipta seni dan budaya yang
merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau
bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran
melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,
yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik,dana atau lainnya. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
pembuatan , jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan, dan atau
penayangan film. Sedangkan sensor film adalah penelitian dan penelitian terhadap film dan
reklame film untuk menentukan dapat atau tidaknya sebuah film dipertunjukkan dan atau
ditayangkan kepada umum, baik secara utuh maupun setelah peniadaan bagian gambar atau
sarana tertentu. (KPI : 1992).
Media komunikasi film mudah menyajikan suatu hiburan dari pada bentuk
komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang menitik beratkan pada
etika dan estetika. Tujuan khalayak dalam menonton film adalah untuk mencari
26
hiburan. Namun di dalam tayangan film sendiri terkadang masih juga dijumpai fungsi
informatif maupun deduksi, bahkan persuasive.
Dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen unsur-unsur yang
menunjang kelangsungannya, komponennya ialah:
1. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi massa pada umumnya adalah sesuatu organiasi
yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar.
Komunikator dalam komunikasi massa tidak atas nama individu tetapi harus
melembaga.
2. Pesan
Pesan komunikasi massa disampaikan secara massa. Maksudnya pesan dalam
komunikasi dutujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa
komuniksi tersebut. Untuk itu karakteristik pesan dari komunikasi massa adalah
bersifat umum, sehingga pesan dapat diketahui oleh setiap orang.
3. Media komunikasi massa
Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang
memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran
tersebut adalah media massa yaitu sarana teknis yang memungkinkan
disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju.
Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas:
a. Media cetakan (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku,
pamflet, brosur dan sebagainya.
b. Media elektronik seperti radio, televisi, film, slide, video dan lain-lain
27
4. Khalayak dalam komunikasi massa.
Komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi khalayak
darimedia massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi bersifat luas, anonim,
heterogen.
5. Filter atau reguler pada komuniksi massa
Pesan dari komunikasi massa yang disampaikan melalui media massa akan
diterima khalayak. Filter utama yang dimiliki khalayak adalah indera (pendengar,
penglihatan, perasaan, perabaan dan penciuman) yang dipengaruhi oleh tiga
kondisi, yaitu: budaya, psikolog dan fisik.
6. Penjaga gawang atau gatekeeper
Dalam proses komunikasi massa, perjalanan sebuah pean dari sumber media
massa kepada penerimanya melibatkan unsur yang disebut gatekeeper. Fungsi
utama gatekeeper adalah menyaring atau menyeleksi pesan yang diterima
seseorang atau dikomunikasikan kepada khalayak. (Winarni, 2003:14-19)
F. Definisi Konseptual
F.1. Propaganda
Propaganda adalah sebuah cara berkomunikasi yang bisa jadi akan menjadi baik,
namun juga bisa akan menjadi buruk sangat bergantung dari siapa yang menggunakan
serta target apa yang sedang diraih. Ini dimungkinkan mengingat propaganda hanya
sekedar cara-cara berkomunikasi dan penyebaran pesan kepada orang lain. Sedangkan
cara itu akan disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan individu atau suatu
kelompok masyarakat.
28
F.2. Film
Film adalah gambar bergerak yang terdapat unsur audio dan visual dimana di
dalamnya ditampilkan berbagai realitas kehidupan oleh karena itu film memiliki
kekuatan untuk mencapai berbagai aspek kehidupan baik social, politik, agama dan
budaya yang merupakan suatu bentuk komunikasi. Film yang didalamnya
mengandung unsur pesan yang disampaikan oleh pembuatnya dapat berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, ataupun propaganda diterima oleh penerima
dimana dalam hal ini disebut sebagai penonton. sebagai sebuah media komunikasi,
penyampaian pesan-pesan dalam film mempunyai karakteristik dan tujuan yang
berbeda. Proses komunikasi dalam film tersebut melihat bahwa film termasuk dalam
media komunikasi massa dan komunikasi propaganda.
G. Strutur Katagori
Mengingat penelitian ini menggunakan analisis isi, maka validitas metode dan
hasil-hasilnya sangat bergantung pada katagorinya. Berkaitan dengan teknik propaganda
dalam film Argo, maka struktur katagori yang digunakan oleh peneliti adalah beberapa
jenis teknik propaganda. Untuk memudahkan pengumpulan data, maka disepakati jika
satu audio dan visual hanya akan diwakili oleh satu jenis teknik propaganda saja, karena
tidak menutup kemungkinan dalam satu audio dan visual terdapat lebih dari satu jenis
teknik propaganda.
Peneliti hanya memakai enam teknik dari sembilan teknik propaganda yang ada. Hal
ini dikarenakan peneliti dan koder hanya memili teknik yang paling kuat yang terdapat
dalam film Argo untuk mewakili satu audio dan visual. Di bawah ini adalah ke-6 teknik
29
propaganda yang digunakan peneliti sebagai struktur katagori lengkap dengan indikator
yang memudahkan koder mengisi lembar koding.
G.1. Struktur Katagori Teknik Propaganda
1. Name Calling
Propaganda dengan memberikan sebuah ide atau lebel yang buruk. Tujuannya
adalah agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya
atau memeriksanya terlebih dahulu.
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,
a. Mengandung ejekan atau umpatan kepada pihak lain
b. Bermuatan SARA dan menambahkan konotasi buruk dan negatif.
Contohnya penyebutan kata “Argo terkutuklah kau”, “pemerinta Amerika melihat
bahwa revolusi adalah terrorisme, tapi Amerika dan CIA adalah organisasi teroris
terkejam sepanjang masa”.
2. Glittering Generality
Mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk
membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih
dahulu.
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,
a. Memakai kata-kata pengandaian atau berlebihan, termasuk pengandaian
agama dan tuhan.
b. Menggunakan kata asosiasi atau muluk agar khalayak bisa langsung
menerima.
30
Contohnya penyebutan kata “kau tau saudariku, mereka yang bersama Rasul
Allah sayang pada golongan kita. Namun tegas terhadap orang kafir”.
3. Testimonial (pengutipan)
Propaganda yang berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide
atau program atau produk adalah baik atau buruk.
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,
a. Mengandung pernyataan dari pihak yang berwenang, atau pengaruh agar
idenya disetujui, misalkan pernyataan pejabat.
Contohnya pernyataan perdana mentri Iran “Amerika tidak akan mentolerir
terrorisme internasional dan pemerasan”.
4. Card Stacking
Seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuhan, ilustrasi atau kebingungan dan
masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau
terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang.
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,
a. Mengandung pernyataan yang memojokan pihak lain.
b. Terdapat kata-kata yang mendukung pernyataan tertentu beserta bukti.
Contohnya “pak, pembebasan sandera seperti aborsi, kamu tidak perlukan
seseorang, tetapi kalau kamu mau melakukannya, kamu tidak bisa melakukannya
sendiri”.
5. Reputable Mounthpiece
Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
31
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,
a. Mengandung kata-kata berisi sanjungan kepada pihak lain agar dirinya
aman.
b. Mengandung kata-kata yang menyanjung pihak lain supaya pihak lain
tersebut senang.
Contohnya penyebutan kata “laster, kamu bekerja sangat larut, kamu punya
stamina, aku ingin seperti kamu laster”.
6. Using All Forms of Persuations
Teknik ini dilakukan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan dan
iming-iming.
Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,
a. Mengandung kata-kata yang berisi rayuan, iming-iming dan ajakan
Contohnya adalah “ini yang akan aku lakukan, aku akan keluarkan mereka dan
aku tidak akan meninggalkan siapapun juga. Kalian bermain bersamaku hari ini,
aku berjanji akan mengeluarkan kalian besok”.
Peneliti menggunakan teknik propaganda menurut Nurudin (2001: 29-34).
H. Metode Penelitian
H.1. Metode Analisis Isi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Metode analisis
isi merupakan metode penelitian dari analisis komunikasi yang dilakukan dengan
tujuan mengukur beberapa variable yang ada dan dilakukan secara sistematik dan
obyektif.
32
Analisis isi bersifat kuantitatif. Dengan menggunakan perangkat statistik sebagai
alat analisis, hal ini dapat mempermudah peneliti membuat kesimpulan secara ringkas
dan obyektif. Oleh karena itu, dalam analisis isi, kuantifikasi menjadi penting untuk
mempermudah peneliti dalam mempresentasikan konsep-konsep secara akurat agar
memperoleh hasil yang maksimal dalam menguraikan isi teknik propaganda dalam
film Argo berdasarkan katagori yang ada.
H.2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek
tertentu (Kriyantono, 2007:69). Deskriptif kuantitatif mempunyai perspektif yang
dibentuk oleh peneliti dengan menetapkan sejumlah katagori beserta indikatornya
yang digunakan untuk mencari data. Sedangkan riset kuantitatif adalah riset yang
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan (Kriyantono, 2007:57).
H.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah film berjudul Argo berdurasi 7132 detik
yang diproduksi oleh Warner Bros Pictures dan GK Film dan disutradarai oleh Ben
Affleck dengan mengangkat kisah nyata kecerdikan agen CIA dalam misi
penyelamatan enam diplomat di Teheran, Iran, selama terjadinya krisis sandera Iran
1979 dengan unit analisis setiap scene yang terdapat unsur audio dan visual yang
hanya mengandung unsur teknik propaganda. Ruang lingkup ini bertujuan membatasi
33
obyek penelitian yang akan diteliti dan mempermudah dalam pengelompokan
katagori.
H.4. Unit Analisis Dan Satuan Ukur
H.4.1. Unit Analisis
Penelitian ini diarahkan pada durasi perdetik dari setiap scene, yang berupa
dialog, voice over, monolog, overlapping dialog dan adegan yang mengunakan
teknik propaganda . Selanjutnya dari dua aspek ini dipergunakan sebagai unit
analisis dalam penelitian yang mengandung teknik propaganda baik itu berupa
“name calling, glittering generality, testimonial, card stacking, reputable
mounthpiece dan using all forms of persuation”. Dalam hal ini penelitian dapat
difokuskan pada unsur-unsur pada setiap indikator yang berupa tindakan atau
perbuatan (purpose action). Tata cara penelitian ini juga menggunakan unit analisis
sintaksis yang berupa kata atau simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau
simbol itu (Kriyantono, 2007:233). Sehingga dalam penelitian analisis isi ini
peneliti menggunakan unit analisis sebagai berikut:
a. Unit analisis dialog yaitu segala bentuk kata yang mengandung teknik
propaganda yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan karakter dalam
cerita film.
b. Unit analisis visual yaitu keseluruhan gambar dan akting dari para pemain
yang mengandung teknik propaganda.
34
H.4.2. Satuan Ukur
Satuan ukur dari penelitian ini adalah durasi perdetik frekuensi kemunculan
unsur audio dan visual yang memakai teknik propaganda dari katagori yang
terdapat dalam setiap scene film Argo karya Ben Affleck.
H.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penggumpulan data dalam penelitian ini diproleh dengan dua cara yang
meliputi telaah dokumen, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer diperoleh melalui VCD yang sudah ada, yaitu dengan cara
pengamatan secara langsung, mencatat dan menganalisa setiap dialog dan narasi
yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Dan juga mencatat teknik
propaganda yang mungkin terdapat dalam adegan tersebut.
2. Data sekunder diperoleh melalui literatur untuk menunjang tinjauan teoritis dan
internet guna mendapatkan informasi mengenai profil produsen film yang diteliti.
H.6. Teknik Pengolahan Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan data dalam penelitihan ini
adalah melihat dan mengamati film Argo karya Ben Affleck untuk memperoleh data
berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap scene yang memakai teknik
propaganda. Kemudian data dimasukan kedalam katagorisasi teknik propaganda.
35
Selanjutnya untuk mempermudah pengkatagorisasian, maka dibuat lembar
koding perkatagori seperti contoh di bawah, kemudian dari data-data di atas dilakukan
analisa deskriptif, dimana peneliti memberikan penjelasan deskriptif mengenai
pemakaian teknik propaganda dalam film Argo.
Tabel 1.1
Lembar Coding
No.
Scene
Teknik Propaganda
NC GG TM CS RM UP
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Keterangan :
Audio dan visual dikatagorikan dalam:
NC. Name Calling
GG. Gliterring Generalities
36
TM. Testimonial
CS. Card Stacking
RM. Reputable Mounthpiece
UP. Using All Forms Of Persuation
1. Audio
2. Visual
I. Uji Reliabilitas
Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka
perlu dilakukan uji reliabilitas terhadap katagorisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu
peneliti meminta bantuan koder dalam melakukan uji reliabilitas tersebut. Teknisnya,
peneliti menunjuk orang lain (dalam yang kemudian orang ini disebut sebagai koder)
untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati dan
memasukkan data berupa scene kedalam katagori yang telah ditetapkan. Orang yang
ditunjuk untuk menjadi koder harus mengerti konsep-konsep peneliti dalam membuat
katagorisasi, atau paling tidak peneliti telah memberi penjelasan kepada koder yang dipili
mengenai katagorisasi yang telah ditetapkan.
Dari hasil reliabilitas ini akan diketahui beberapa yang disetujui dan yang didapat
oleh peneliti dan koder. Hasil pengkodingan ini dihitung dengan rumus Oleh R. Holsty
(Kriyantono, 2006:234-235) sebagai berikut:
37
2M
CR =
N1 + N2
Keterangan:
CR : Coenficient Reliability
M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset
N1, N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset
Dari hasil Coenficient Reliability, Observed Agrement (persetujuan yang diperoleh dari
penelitian), kemudian untuk memperkuat hasil uji reliabilitas, tentunya dengan persetujuan
koder, hasil yang diperoleh dari rumus di atas kemudian dihitung kembali dengan
menggunakan rumus Scoot, sebagai berikut:
(% Observed Agreement - % Expected Agreement)
Pi =
(1 - % Expected Agreement)
Keterangan:
pi : Nilai Keterhandalan
Observed Agreement : Prosentase Persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang
disetujui antar pengkode (nilai CR).
Expected Agreement : Prosentase persetujuan yang diharapkan