BAB 1 Kritis

4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar jaringan otak. (B.Batticaca, 2008). Penyebab utama trauma kepala pada umumnya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan bermotor, jatuh/tertimpa benda berat (benda tumpul), serangan/kejahatan (benda tajam), pukulan (kekerasan), akibat tembakan, dan pergerakan mendadak sewaktu berolahraga. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2004) sekitar 16.000 orang meninggal di seluruh dunia setiap hari yang diakibatkan oleh semua jenis cedera. Cedera mewakili sekitar 12% dari beban keseluruhan penyakit, sehingga cidera penyebab penting ketiga kematian secara keseluruhan. Penyebab trauma kepala yang terbanyak adalah kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%) dan cedera olahraga (10%). Angka kejadian trauma kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10 pola penyakit

description

lalaa

Transcript of BAB 1 Kritis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTrauma kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2006. Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar jaringan otak. (B.Batticaca, 2008).Penyebab utama trauma kepala pada umumnya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan bermotor, jatuh/tertimpa benda berat (benda tumpul), serangan/kejahatan (benda tajam), pukulan (kekerasan), akibat tembakan, dan pergerakan mendadak sewaktu berolahraga. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2004) sekitar 16.000 orang meninggal di seluruh dunia setiap hari yang diakibatkan oleh semua jenis cedera. Cedera mewakili sekitar 12% dari beban keseluruhan penyakit, sehingga cidera penyebab penting ketiga kematian secara keseluruhan.Penyebab trauma kepala yang terbanyak adalah kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%) dan cedera olahraga (10%). Angka kejadian trauma kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima (2,18%) pada 10 pola penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di Indonesia (Depkes RI, 2007).Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia, menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun (Depkes RI, 2007).Berdasarkan atas derajat beratnya cedera kepala dikategorikan menjadi cedera kepala ringan, cedera kepala sedang, cedera kepala berat (Mansjoer, 2000). Penderita cedera kepala sedang pada umumnya masih mampu menuruti perintah sederhana, namun penderita tampak bingung atau mengantuk dan dapat disertai deficit neurologis fokal seperti hemiparesis, sebanyak 10-20% dari penderita cedera kepala sedang mengalami perburukan dan jatuh dalam koma, untuk itu penderita harus dikelola secara intensif dimana harus dilakukan observasi ketat dan pemeriksaan neurologis serial selama 12-24 jam pertama. (IKABI, 2004). Kondisi penderita seperti ini dapat menimbulkan gangguan kesadaran. Dalam kaitannya dengan gangguan kesadaran ini untuk menilai digunakan metode glasgow coma scale (GCS).

B. Tujuan1. Tujuan umum Bertujuan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sister persyarafan (head injury)2. Tujuan khusus a. Mampu mengetahui dasar teori tentang Head Injuryb. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan secara prioritas masalah yang utamac. Mampu menyususn rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan prioritas masalah

C. Manfaat 1. Bagi penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mendapatkan gambaran nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada sistem persyarafan dengan Head Injury2. Bagi ProfesiDapat memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan bagi profesi dalam memberikan asuhan keperawatan pada sistem persyarafan dengan Head Injury3. Bagi institusia. Rumah SakitDiharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya peningkatan pelayanan rumah sakit.b. Pendidikan Diharapkan dapat menambah referensi dan sebagaia bahan bagi pendidikan dalam pemberian bimbingan pada mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada sistem persyarafan dengan Head Injury.

D. Metode Penulisan 1. Observasi2. Status Rekam Medik3. Wawancara 4. Study literatur

E. Sistematika penulisanPenulisan makalah seminar ini dibagi menjadi lima bab, yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN, BAB II TINJAUAN TEORI, BAB III TINJAUAN KASUS, BAB IV PEMBAHASAN, dan BAB V SIMPULAN DAN SARAN