BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

34
BAB 1 KESELAMATAN KERJA DI DALAM LABORATORIUM KIMIA 1.1 Pendahuluan Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan dan uji mutu. Institusi-institusi pendidikan, industri dan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan memiliki laboratorium kimia dalam jenis yang berbeda-beda dalam desain, fasilitas, teknik dan penggunaan bahan kimianya. Dalam sudut pandang keselamatan kerja di dalam laboratorium, semua laboratoriunn tersebut memiliki bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan teknik selama bekerja. Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang nyaman bagi para pekerja, peneliti atau siapa saja yang bekerja di dalamnya. Kondisi nyaman tersebut muncul dari kesiapan diri dan perasaan aman dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal, sakit atau gangguan kesehatan, sehingga laboratorium harus merupakan tempat bekerja yang aman dari kekhawatiran terhadap kecelakaan dan keracunan. Laboratorium yang aman akan menghadirkan produktivitas kerja dan efisiensi. . 1.1.1 Sebab-sebab Kecelakaan Kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium kimia secara umum maupun dalam industri kimia disebabkan oleh faktor-faktor: 1. Sikap dan tingkah laku 2. Keadaan yang tidak aman Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 1

Transcript of BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Page 1: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

BAB 1KESELAMATAN KERJA

DI DALAM LABORATORIUM KIMIA

1.1 Pendahuluan

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek

Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan dan uji mutu. Institusi-institusi pendidikan, industri dan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan memiliki laboratorium kimia dalam jenis yang berbeda-beda dalam desain, fasilitas, teknik dan penggunaan bahan kimianya. Dalam sudut pandang keselamatan kerja di dalam laboratorium, semua laboratoriunn tersebut memiliki bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan teknik selama bekerja.

Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang nyaman bagi para pekerja, peneliti atau siapa saja yang bekerja di dalamnya. Kondisi nyaman tersebut muncul dari kesiapan diri dan perasaan aman dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal, sakit atau gangguan kesehatan, sehingga laboratorium harus merupakan tempat bekerja yang aman dari kekhawatiran terhadap kecelakaan dan keracunan. Laboratorium yang aman akan menghadirkan produktivitas kerja dan efisiensi.

.

1.1.1 Sebab-sebab Kecelakaan

Kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium kimia secara umum maupun dalam industri kimia disebabkan oleh faktor-faktor:1. Sikap dan tingkah laku2. Keadaan yang tidak aman3. Kurang kontrol dari pihak supervisor

Sikap dan Tingkah Laku. Sikap dan tingkah laku lalai, meremehkan setiap kemungkinan bahaya, dan enggan memakai perlengkapan pelindung diri menempati urutan teratas penyebab kecelakaan. Sikap dan tingkah laku demikian sering dimiliki oleh mereka yang belum banyak pengalaman di dalam laboratorium. Di dunia pendidikan hal ini sering dijumpai pada praktikum-praktikum mahasiswa tahun pertama dan ke dua.

Keadaan tidak Aman. Keadaan yang tidak aman dapat diakibatkan oleh bahan kimia, alat dan teknik. Bekerja dengan asam-asam kuat, hidrogen sulfida dan pelarut-pelarut organik adalah suatu contoh keadaan tidak aman, karena bahan-bahan tersebut sewaktu-waktu dapat menimbulkan pencemaran ruang kerja dan lingkungan laboratorium. Laboratorium yang tidak menyediakan sistem ventilasi yang memadai akan semakin meningkatkan suasana tidak aman, di samping tidak tersedia

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 1

Page 2: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

atau tidak berfungsinya lemari asam dan sistem pengaman gas. Kesalahan teknik juga merupakan suatu keadaan tidak aman, seperti melakukan reaksi pemanasan, pengenceran asam sulfat pekat atau pemansan pelarut volatil pada sistem api terbuka.

Kontrol dari pihak supervisor. Apabila suatu pekerjaan laboratorium mesti dilakukan oleh orang lain, maka pengawas harus memberikan pengawasan, menjelaskan prosedur dan cara kerja secara jelas. Pengawas juga perlu mengetahui setiap kemungkinan bahaya yang timbul dari suatu bahan dan percobaan kimia. Dalam dunia pendidikan, kadang seorang mahasiswa bekerja dengan bahan berbahaya dan tahu aturan perlunya memakai alat pelindung diri, tetapi sering hal ini dianggap mengganggu keleluasaan gerak sehingga tidak memakai alat pelindung tersebut. Dalam kasus seperti ini jika pengawas (asisten praktikum, dosen pembimbing) tidak memberikan supervisi yang baik sering memunculkan bahaya kecelakaan atau gangguan kesehatan.

1.1.2 Jenis Bahaya dan Kecelakaan dalam Laboratorium

Keracunan. Keracunan terjadi sebagai akibat bahan kimia beracun (toksik) seperti amonia, karbon monoksida, benzena, kloroform dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal atau gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dapat diketahui dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti gangguan hati, kanker dan asbestosis adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus menerus.

Iritasi. Iritasi adalah luka atau peradangan pada kulit, saluran pernafasan, dan mata. Iritasi terjadi karena kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asam sulfat, asam klosidan natrium hidroksida dan sebagainya.

Kebakaran dan luka bakar. Kebakaran dan luka bakar terjadi karena kecerobohan dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol dan sebagainya. Efek yang sama juga mungkin terjadi karena ledakan bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.

Luka kulit. Luka pada kulit dapat terjadi pada saat bekerja dengan gelas dan kaca bila alat-alat tersebut pecah.

Bahaya lain. Sangat mungkin terjadinya bahaya lain seperti sengatan listrik, terpapar dengan radiasi tertentu dan pencemaran lingkungan. Sengatan listrik terjadi bila peralatan yang memerlukan energi listrik dalam pengoperasian mengalami hubungan pendek, kabel-kabel yang terkelupas atau kekurangan pengetahuan tentang kelistrikan, sehingga terjadi kesalahan dalam instalasi peralatan tersebut. Paparan radiasi di laboratorium dapat berasal dari lampu yang mengenai sistem indera penglihatan atau organ tubuh lain. Sinar ultraviolet lampu dalam analisis kromatografi lapis tipis dapat menerpa mata dengan iritasi atau kulit dengan efek radiatif seperti kanker kulit.

1.1.3 Sumber-sumber Bahaya dalam Laboratorium Kimia

Faktor-faktor yang besar pengaruhnya terhadap timbulnya bahaya dalam proses industri maupun laboratorium meliputi suhu, tekanan, dan konsentrasi zat-zat pereaksi . Suhu yang tinggi diperlukan dalam rangka menaikkan kecepatan reaksi kimia dalam industri, hanya saja ketahanan alat terhadap suhu harus dipertimbangkan. Tekanan yang tinggi diperlukan untuk mempercepat reaksi, akan tetapi kalau tekanan sistem melampaui batas yang diperkenankan dapat terjadi peledakan. Apalagi jika proses dilakukan pada suhu tinggi dan reaktor tidak kuat lagi menahan beban. Konsentrasi zat pereaksi yang tinggi dapat menyebabkan korosif terhadap reaktor dan dapat mengurangi umur

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 2

Page 3: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

peralataan. Selain itu sifat bahan seperti bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, bahan beracun, atau dapat merusak bagian tubuh manusia.

Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat dikategorikan sebagai berikut:

Bahan Kimia.Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara pengatasan,penyimpanandan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun), serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar). Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik.

Aliran ListrikPenggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:

(1).Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.

(2).Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.

(3).Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.

(4)Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air.Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.

(5).Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.

(6).Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik.Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.

(7).Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.

(8).Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 3

Page 4: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 oC.

RadiasiRadiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X -ray difraksi atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.

Mekanik.Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk didalamnya robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapat-kan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.

Api.Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman. Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.

Suara (kebisingan).Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.

1.2 Pengenalan Bahan KimiaPengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat

bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3).

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 4

Page 5: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Bahan berdasarkan fasa :1. Padat2. Cair3. gas

Bahan berdasarkan kualitas1. teknis2. special grade : pro analyses (pa)3. special grade : material referrences

Pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan

tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.

Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam :

1. Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)2. Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau3. Kombinasi dari keduanya.

Berikut ini adalah penjelasan simbol-simbol bahaya .

1. Explosive (bersifat mudah meledak)Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan

pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances

Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin

baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3

Bahaya: eksplosif pada kondisi tertentu

Contoh: ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT

Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 5

Page 6: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

2. Oxidizing (Oxidator , pengoksidasi)

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor

Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api

Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat

. Flammable (mudah terbakar)

Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 0C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah

R12. Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11.

Bahaya : mudah terbakar

Meliputi :

1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan : hindari campuran dengan udara.

2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.

3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 6

Page 7: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C. contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.

4. Toxic (beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L

LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L

Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, tertelan atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.

Contoh: arsen triklorida, merkuri klorida

Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat kedokter bila kemungkinan keracunan.

5. Harmful irritant (bahaya, iritasi)

Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L

LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L

Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22

Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41

Kode Xn (Harmful)

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 7

Page 8: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,

Contoh : peridin

Kemanan: hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.

Kode Xi (irritant)

Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan

Contoh : ammonia dan benzyl klorida

Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.

6. Corrosive (korosif)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia

Contoh : klor, belerang dioksida

Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata

7. Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi

Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin

Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan

1.3 Bahan-bahan Kimia Berbahaya dan Penanganannya

Secara umum seluruh bahan kimia yang tersedia di laboratorium adalah berbahaya, di samping, manfaat yang sangat besar pada penggunaannya. Akan tetapi, selanjutnya secara khusus disebut berbahaya apabila bahan kimia tersebut memiliki salah satu atau beberapa sifat berikut; beracun, iritatif/korosif, mudah terbakar (flammable), eksplosif, oksidatif, reaktif terhadap air, udara atau bahan tertentu, radioaktif, dan bahan-bahan yang disimpan dan/atau memiliki tekanan tinggi.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 8

Page 9: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Dari aspek kesehatan manusia, bahan kimia tersebut memiliki tingkat bahaya tertentu sehingga diusahakan sejauh mungkin untuk menghindari kontak langsung. Tingkat bahaya tersebut dapat langsung dirasakan setelah kontak atau terakumulasi menjadi bahaya yang kelak akan muncul. Waktu kontak juga merupakan faktor yang turut menyumbang tingkat bahaya bahan kimia. Beberapa bahan kimia bersifat karsinogenik (baik yang telah diketahui atau pun yang diduga). Beberapa bahan lain memiliki efek teratogenik (memiliki pengaruh pada kehamilan yang dapat merusak embrio, fetus atau kerusakan yang diturunkan). Bahan kimia mutagenik yang memiliki akibat permanen dan dapat diturunkan secara genetik.

Berikut adalah bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik:

Akrilonitril Etilenimin

2-aseti lam in fluoren Melfalan

4-am i nobifen i I 4,4'-metilenebis (2-kloroanilin)

Arsen dan beberapa senyawaan arsen Metil klorometil eter

Asbestos Gas mustard

Benzena α-naftilamin

Benz id in β-naftilamin

N,N-bis(dikloroetil)-2-naftilamin 4-n itrosodimeti lam in

(kloranafezin) β-propiolakton

Bis-klorometil eter dan garam- jelaga (soot), tar dan minyak-minyak

garamnya dan klorometil eter (GR) mineral (termasuk kreosol, shale dan

Klorambusil cutting

Cr dan beberapa senyawa krom oil

Emisi kokas dari oven tori um dioksida

Siklofosfamid Vinilklorid

1 ,2-dibromo-3-kloropropana (DBCP)

Dietilstilbestrol (DES)

4-dimetilam inoazobenzena

Bahan-bahan yang diduga memiliki efek mutagenik atau teratogenik, seperti:

Anilin Hg

Benzena Nitrous oxide

Karbondislfida Nitrobenzena

N,N-dimetilasetamid Fenol

Dimetil formamid (DMF) Bifenil terpoliklorinasi dan

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 9

Page 10: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

terpolibrominasi

Dimetil sulfoksida (DMSO) Vinil klorida

Estradiol Silena

Senyawaan timbal

Pengenalan sifat dan jenis bahan-bahan tersebut akan memudahkan kita dalam menangani; mencampur, mereaksikan, memindahkan (transportasi) dan menyimpannya dengan aman.

1.3.1 Bahan Kimia Beracun (Toxic Substances)

Pada dasarnya semua bahan kimia adalah beracun dengan tingkat bahaya yang tergantung pada jumlah bahan kimia tersebut dalam tubuh. Bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh dengan tiga cara;

1. Melalui mulut atau tertelan, yang terjadi apabila melakukan pengambilan sejumlah volume larutan tertentu dengan memipetnya tanpa bantuan propipet dan makan atau minum di laboratorium.

2. Melalui kulit. Bahan-bahan seperti anilin, nitrobenzena, fenoldan asam sianida mudah terserap kulit.

3. Melalui pernafasan, untuk gas, debu dan uap bahan kimia. Gas-gas seperti SO2, C12, dapat terhirup dengan memberikan efek lokal pada saluran nafas. HCN, CO, H2S dapat masuk ke dalam sistem peredaran darah untuk menyebar diseluruh tubuh dan terakumulasi.

Interaksi bahan kimia dengan jaringan tubuh dapat terjadi antara bahan kimia yang bersifat elektrofilik (seperti CC14, CS2) dengan protein seperti enzim dan asam nukleat yang bersifat nukleofilik. Bahan kimia toksik dengan berat molekul besar berikatan dalam sel-sel tubuh melalui ikatan hidrogen atau van der waals. Akibat interaksi ini fungsi biologis sel tubuh akan terganggu.

Gangguan toksin bahan kimia terhadap tubuh meliputi banyak hal. Senyawa CCI4 dan benzena menyebabkan kerusakan hati; metil isosianat menyebabkan kebutaan; senyawaan merkuri organik dapat menimbulkan kelainan genetik; senyawa organik dengan cincin benzena, senyawaan nikel, dan krom bersifat karsinogenik.

Efek Akut dan Kronis. Efek toksik pada tubuh dibedakan atas kondisi akut dan kronis. Efek akut adalah pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek, seperti keracunan fenol yang menyebabkan diare, CO yang dapat menyebabkan hilang kesadaran atau kematian dalam waktu singkat. Efek kronis adalah suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus-menerus dan efeknya baru terasakan dalam jangka panjang. Menghirup uap benzena dan senyawa organik terklorinasi dalam kadar rendah tetapi terus-menerus dapat menyebabkan penyakit hati setelah beberapa tahun. Uap Pb akan menimbulkan kerusakan dalam darah. Karena efek kronis baru terasakan dalam jangka panjang menjadikan hal ini kurang diperhatikan (diremehkan).

Ukuran Toksisitas. Toksisitas bahan-bahan kimia perlu diketahui untuk mengetahui tingkat bahaya bahan tersebut. Toksisitas bahan kimia dapat diketahui dari bukti yang diperoleh pada binatang percobaan atau data-data epidemi. Data epidemi tampaknya Iebih membuktikan toksisitas bahan kimia tertentu. Contoh, kasus Minamata yang terjadi di Jepang adalah kelainan genetik para nelayan Minamata yang mengkonsumsi ikan di perairan tersebut yang tercemar logam raksa (Hg).

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 10

Page 11: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Para ahli telah mengemukakan konsep ukuran toksisitas dengan dosis. Dosis yang memberikan respon terhadap 50% binatang percobaan disebut effective dose atau ED50. Respon kematian pada tingkat tersebut disebut lethal dose, LD50. Untuk zat atau gas di udara digunakan ukuran lethal concentration, LC50 yaitu konsentrasi gas di udara yang dapat memberikan kematian 50% binatang percobaan pada paparan 6 jam. Dari percobaan yang telah dilakukan, telah dapat dikategorikan ukuran toksisitas akumulatif seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel ini didasarkan pada dosis tunggal, sehingga tidak berlaku untuk ukuran toksisitas bahan-bahan kimia yang bersifat akumulatif, karsinogenik atau bahan yang dapat menimbulkan kekebalan pada binatang percobaan.

Tabel 1. Kategori Toksisitas AkutToksisitas Kemungkinan LD50

bagi manusia 70 kgGol. senyawa dan LD50 untuk tikus

(mg/kg)Tingkat Kategori1 Tidak toksik 15 g/kg Propilen glikol 26.0002 Sedikit toksik 5 — 15 g/kg Asam sorbat 7.4003 Toksik sedang 0,5 — 5 g/kg Isopropanol 5.8004 Toksik 50 — 500 mg/kg Hidrokuinon 3205 Sangat toksik 5 — 50 mg/kg Timbal arsenat 1006 Super toksik 5 mg/kg Nikotin 50

Untuk efek kronis, digunakan istilah Nilai Ambang Batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV). Nilai ini mengindikasikan konsentrasi zat, uap atau gas diudara yang dapat dihirup selama 8 jam per hari selama 5 hari/minggu, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti. Bahan kimia dengan NAB rendah lebih toksik dari pada bahan dengan NAB tinggi, tetapi nilai ini tidak selalu menunjukkan tingkat bahaya suatu bahan kimia. NaCN dan HCN memiliki NAB yang sama karena sifat toksik dibawa oleh sianida yang terkandung, tetapi HCN lebih berbahaya daripada NaCN. Hal ini karena HCN adalah gas yang mudah terhirup, sedangkan NaCN berupa padatan dengan tekanan uap yang rendah. Berikut adalah beberapa contoh NAB bahan-bahan kirnia di laboratorium, sebagaimana dirangkum di dalam Tabel 2.

Tabel 2 Nilai Ambang Batas (NAB) Bahan-Bahan Kimia

No. Nama bahan NAB (ppm) NAB (mg/m3)

1 Air raksa -- 0,052 Amonia 25 183 Anilin 2 104 Asam bromida 3C 10C5 Asam klorida 5 76 Asam fluorida 3C 2,5C7 Asam formiat 5 98 Asam nitrat 2 59 Asam sianida 10C 10C

10 Asam sulfat - 111 Asam sulfida 10 1412 Asbes - 5 serat/cm3 panjang 5 µm

13 Aseton 750 1.780

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 11

Page 12: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

14 Benzena 10 3015 Benzil klorida 1 516 Brom 0,1 0,717 DDT - 118 Dioksan 25 18019 Etil asetat 400 1.40020 Etil eter 400 1.20021 Fenol 5 1922 Fluor 1 223 Formaldehi d 1 1,524 Heksana 100 36025 lodin 0,1C 1C26 Kadmium (uap,debu) - 0,0527 Karbon dioksida 5.000 9.00028 Karbon disulfida 10 3029 Karbon monoksida 50 5530 Karbon tetraklorida 5 3031 Klor 1 332 Kloroform 10 5033 Metanol 200 26034 Nitrobenzena 1 535 Nitrogen dioskida 3 636 Ozon 0,1 0,237 Sulfur dioksida 2 538 Timbal (uap, debu) - 0,1539 Timbal tetraetil - 0,140 Vinil klorida 5 10Keterangan: C berarti batas konsentrasi tertinggi di udara tempat kerja

1.3.2 Bahan Kimia Korosif / IritantBahan kimia seperti asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat memiliki sifat dapat merusak

peralatan logam di laboratorium dan bila mengenai kulit kita akan terjadi kerusakan iritasi atau peradangan. Perlu pula diantisipasi agar bahan-bahan seperti di atas tidak mengenai bagian tubuh yang lembab seperti mata, selaput lendir atau saluran pernafasan. Pengaruh bahan tersebut bergantung pada kondisi fisik dan kelarutan zat pada permukaan bagian yang terkena. Akibat yang muncul dapat berupa efek primer (setempat) dan sistemik (sekunder). Contoh bahan kimia yang memberikan efek sistemik adalah asam sulfida, peradangan pada saluran nafas dan gangguan pada paru-paru.

Bahan Korosif Cair. Bahan kimia korosif cair dapat menimbulkan iritasi setempat sebagai akibat reaksi langsung dengan kulit, proses pelarutan atau denaturasi protein pada kulit atau akibat gangguan keseimbangan membran dan tekanan osmosis pada kulit. Tingkat iritasi bergantung pada konsentrasi dan waktu kontak bahan kimia dengan bagian tubuh kita.

Beberapa bahan kimia korosif cair: Asam-asam mineral : Asam nitrat, Asam sulfat , Asam klorida, Asam fluoride, Asam fosfat Asam-asam organic : Asam formiat, Asam asetat, Asam monokloroasetat, CH2ClCOOH Pelarut-pelarut organik : Petroleum, Hidrokarbon terklorinasi, Karbon disulfide, Terpentin.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 12

Page 13: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Bahaya bahan kimia korosif dapat dihindari dengan cara menghindari kontak dengan tubuh. Untuk menangani bahan kimia tersebut diperlukan perlengkapan pelindung seperti sarung tangan, kacamata pelindung, dan pelindung muka. Pada temperatur kamar bahan kimia korosif juga dapat mengeluarkan uap yang juga korosif, sehingga diperlukan pelindung pernafasan (masker). Pertolongan pertama apabila risiko tersebut terjadi adalah dengan menyemprotkan air sebanyak-banyaknya pada bagian tubuh yang terisitasi, sebelum memperoleh pertolongan medis.

Bahan Kimia Korosif Padat. Iritasi yang disebabkan oleh bahan kimia korosif padat bergantung pada kelarutan zat pada kulit yang lembab. Sifat korosif dan panas yang ditimbulkan oleh proses pelarutan tersebut menjadi penyebab iritasi. Zat padat korosif kurang berbahaya dibandingkan dengan bahan cair. Dispersi padat dalam cair bahan-bahan tersebut memiliki bahaya yang lebih besar, demikian juga bila berbentuk debu.

Beberapa bahan padat korosif adalah: Basa : Natrium Hidroksida, Kalium Hidroksida, Natrium silikat (Na20.xSi02, ) Amonium Karbonat,

Kalsium Oksida/Hidroksida, Kalsium Karbida (CaC2) Kalsium sianida (KCN) Asam, seperti Trikloroasetat (CCI3COOH) Lain : Fenol, Natrium, Kalium, Fosfor, Perak nitrat

Bahan Kimia Korosif Gas. Bahan kimia korosif yang berupa gas memiliki tingkat bahaya paling besar, karena terhisap ke dalam sistem pernafasan. Di samping jenis bahan, kelarutan bahan kimia tersebut di dalam sistem lendir atau lembab menentukan tingkat bahaya terse-but. Bahan kimia amonia bila terhisap ke dalam sistem pernafasan dapat menyebabkan pembengkakan pada bagian atas saluran nafas dan dapat menyebabkan kematian pada paparan (keterpaan) yang lama. Fosgen, meskipun hanya dalam jumlah sedikit terhisap ke saluran pernafasan, dapat mengakibatkan kondisi yang fatal karena fosgen merusak sel udara (alveoli) dalam paru-paru. Jenis gas iritant dapat digolongkan berdasarkan tingkat kelarutan gas yang juga menentukan daerah yang terserang pada saluran pernafasan, sebagaimana berikut :

Sangat larut, dengan daerah serangan bagian atas saluran pernafasan : Aminia. Asam kloria, Asam fluorida, Formaldehid (HCHO), Asam asetat, Sulfurklorida (S2Cl2), Tionil klorida (SOCl2), Sulfuril klorida (SO2Cl2)

Kelarutan sedang, dengan daerah serangan bagian atas dan yang lebih dalamBelerang oksida, Klor, Brom, Arsen triklorida (AsCl3) Fosfor triklorida (PCl3), Fosfor Penta klorida (PCl5)

Kelarutan rendah, dengan efek pada saluran pernafasan dalam: Ozon, Nitrogen Oksida, Fosgen Lain-lain, dengan efek iritasi oleh mekanisme, bukan pelarutan : Akrolein (CH2CHCHO),

Dikloroetil Sulfida (S(CH2CH2Cl)2), Diklorometil eter (O(CH2Cl)2), Kloropikrin (CCl3NO2), Dimetil sulfat ((CH3)2SO4)

Untuk menghindari iritasi karena bahan-bahan di atas mutlak diperlukan masker pelindung, di samping alat proteksi mata dan kulit. Tempat kerja juga harus didesain dengan ventilasi yang balk; untuk menjaga konsentrasi bahan kimia di udara tetap rendah.

1.3.3 Bahan Kimia Mudah TerbakarRisiko kebakaran sering menghantui sistem kerja di dalam laboratorium kimia karena banyak

bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar, di samping pekerjaan dengan penggunaan listrik atau sistem pemanas yang dapat menjadi pemicu risiko tersebut. Ketersediaan oksigen (udara) sebagai pembakar tidak dapat dihindarkan keberadaannya di ruang terbuka, sehingga untuk dapat menghindarkan terjadinya risiko kebakaran, maka harus dihindarkan kontak pangs (sumber penyalaan) dengan bahan yang mudah terbakar. Sumber penyalaan dapat berupa api terbuka atau

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 13

Page 14: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

logam bersuhu tinggi (permukaan pemanas, tanur, oven), reaksi kimia eksotermis, loncatan bunga api listrik dan sebagainya.

Jenis Bahan Kimia Mudah Terbakar. Jenis-jenis bahan kimia mudah terbakar digolongkan dalam tiga kelompok di bawah. Pada umumnya gas lebih mudah terbakar daripada zat cair dan padat. Zat padat berbentuk serbuk halus lebih mudah terbakar dari pada zat cair.

Padat : Belerang, Fosfor merah dan kuning, Hidrida logam, Logam alkali, dan lain-lain. Cair : Eter, Alkohol, Metanol, n-heksana , Benzena, Aseton, Pentana, dan sebagainya. Gas : Hidrogen, Asetilena, dan sebagainya.

Pelarut Organik. Pelarut organik seperti eter, alkohol, aseton, benzena dan heksana sering digunakan dalam analisis kimia: ekstraksi dan sintesis. Pelarut-pelarut tersebut pada komposisi tertentu dengan udara memiliki kemungkinan terbakar oleh adanya percikan bunga api atau api terbuka. Bahkan dimungkinkan terjadinya autoignition pada suhu tertentu, tanpa nyala api.

Pelarut-pelarut organik memiliki tingkat kemudahan menyala yang berbeda-beda, bergantung pada sifat-sifat berikut:

1. Titik nyala (flash point), merupakan suatu suhu pada saat suatu campuran dapat membentuk campuran dengan udara yang dapat dibakar pada permukaan cairan. Cairan dengan titik nyala di bawah 60 °C dikategorikan mudah terbakar (flammable liquid), seperti eter, aseton dan benzena.

2. Suhu bakar (ignition temperature) adalah suhu minimum suatu zat agar zat tersebut dapat terbakar tanpa bantuan energi dari luar. Eter dengan suhu bakar 180 °C, dapat terbakar dengan sendirinya tanpa adanya nyala api dari luar.

3. Daerah konsentrasi mudah terbakar (flammable range) adalah suatu rentang konsentrasi yang pada konsentrasi di atas dan di bawah rentang tersebut uap tidak dapat dibakar. Semakin lebar range, semakin besar kemungkinan bahaya terbakar.

4. Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap zat tersebut sama dengan tekanan udara luar. Semakin rendah titik didih, semakin besar kemungkinan untuk terbakar.

5. Berat jenis uap relatif terhadap udara, menentukan kecenderungan gerakan uap dalam udara. Berat jenis uap yang lebih besar dari udara menunjukkan kecenderungan uap berada di bawah, dan seba iknya.

6. Berat jenis cairan relatif terhadap air, menunjukkan dapat tidaknya kebakaran pelarut tersebut dapat disiram dengan air. Pelarut dengan berat jenis lebih besar dari air dapat disiram dengan air bila terbakar, dan sebaliknya akan menambah lebar daerah kebakarannya.

Beberapa pelarut dengan sifat-sifat sebagaimana dijabarkan di atas dapat dilihat pada Tabel dibawah ini .

Tabel 3 Cairan organik mudah terbakarNo Pelarut Daerah kons. (%)

mudah terbakarT. didih °C

T. Nyala °C

T.Bakar°C

BJ cairan

BJ uap*)

1 Aseton 3 - 13 56 - 18 538 0,79 2,02 Benzena 1,4 - 8 80 - 11 562 0,88 2,83 Bensin 1,4 - 7,6 38-204 - 43 280-456 0,8 3,0- 4

4 Etil alkohol 3,3 - 19 79 12 423 0,79 1,595 Etil eter 1,85 - 48 34 - 45 180 0,71 2,556 Heksana 1,1 - 7,5 68 - 22 261 0,66 2,977 n-Heptana 1,2 - 6,7 98 - 4 223 0,68 3,458 CS2 1 -44 46 -30 100 1,26 2,6

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 14

Page 15: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

9 Metanol 6 - 36.5 65 12 464 0,79 1,110 Metil etil keton 2 - 10 80 - 7 515 0,81 2,511 Minyak tanah 0,7 - 5 170-300 38 - 66 229 0,81 4,512 Oktana 1,0 - 4,6 125 13 220 0,70 3,8613 Pentana 1,4 - 8 36 - 49 309 0,63 2,4814 Petroleum ete r 1 - 6 30 - 60 - 57 288 0,6 2,5015 Toluen a 1,4 - 6,7 111 4,4 536 0,87 3,1

1.3.4 Bahan Kimia Mudah Meledak/ Eksplosif

Bahan-bahan kimia reaktif atau tidak stabil memiliki sifat mudah meledak. Peledakan terjadi karena reaksi kimia yang berlangsung sangat cepat yang menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar. Reaksi seperti ini juga disertai kebakaran. Kemungkinan reaksi eksplosif dapat diperkirakan dari dua aspek:

1. Reaksi Kesetimbangan dengan oksigen

Reaksi ini merupakan selisih jumlah oksigen dalam sistem dengan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi sempurna zat menjadi CO2, dan H2O.

a. Kesetimbangan negatif, yaitu suatu reaksi eksplosif terjadi karena adanya oksigen seperti contoh:

C2H4O3 + 3 O 2 CO2 + 2 H2O

p-asam asetat

Hal ini menunjukkan bahwa zat p-asam asetat dapat meledak bila ada oksidator. Senyawa lain seperti etanol, asetaldehid dan aseton dapat meledak bila dicampur dengan H2O2.

b. Kesetimbangan nol, yaitu bila jumlah oksigen pereaksi dan hasil reaksi adalah sama, seperti:

CH2O3 (asam formiat) CO2 + H2O

(NH4)Cr2O7 Cr2O3 + 4 H2O + N2

Untuk kategori ini reaksi eksplosif dapat terjadi sendiri tanpa adanya bantuan oksigen dari luar.

c. Kesetimbangan positif, yang pada reaksi ekplosif cenderung melepaskan oksigen seperti:

NH4NO3 2 H2O + N2 + O

Senyawa amonium nitrat atau gliseril nitrat dapat meledak bila ada reduktor yang dapat mengambil oksigen.

2. Struktur molekul

Struktur molekul yang tidak stabil memungkinkan suatu bahan mudah meledak, seperti

C = C asetilen, haloasetilen

CN2 diazo

C — NO nitroso

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 15

Page 16: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

C — NO2 nitro

C = N — O oksim

N — NO/NO2 nitroso/nitro

C—N = N —C azo

N3 azida

C - N2+ diazonium

N — X N-halogen

O — X hipohalida

C — Cl — O3 perkloril

O — O peroksida

Faktor-faktor Penyebab Ledakan.

Penanganan bahan kimia tidak stabil, seperti di atas, harus lebih berhati-hati terlebih adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi adanya ledakan:

1. Suhu penyimpanan, semakin tinggi suhu semakin mudah terjadi ledakan.2. Benturan atau gesekan mekanis, yang dapat menimbulkan pemanasan lokal yang eksplosif. Efek

ini sering terjadi pada saat penggerusan, pencampuran dan pengangkutan.3. Kelembaban yang tinggi memungkinkan adsorpsi air yang dapat memicu reaksi kimia.4. Listrik, yang memungkinkan dapat memberikan pemanasan atau loncatan bunga api.5. Pengaruh bahan kimia lain, seperti bahan reduktor yang berbahaya pada penyimpanan dengan

bahan oksidator yang tidak stabil.

1.3.5 Bahan Kimia OksidatorOksidator merupakan bahan kimia yang dapat menghasilkan oksigen dalam penguraian atau

reaksi dengan senyawa lain. Bahan kimia oksidator juga bersifat reaktif dan eksplosif serta dapat memicu terjadinya kebakaran. Kebakaran akibat adanya oksidator lebih sukar dipadamkan karena oksigen dihasilkan sendiri oleh bahan tersebut.

Bahan kimia oksidator dapat digolongkan dalam oksidator anorganik, seperti permanganat, perklorat, dikromat, hidrogen peroksida, periodat dan persulfat, yang dalam laboratorium kimia analitik sering digunakan sebagai reagen. Peroksida organik merupakan kategori ke dua bahan oksidator ini, seperti benzil peroksida, asetil peroksida, eter oksida, asam perasetat, yang banyak digunakan dalam sintesis organik.

Suatu peroksida dapat terbentuk oleh proses autooksidasi suatu bahan kimia tertentu, seperti etil eter, isopropil eter, dioksan tetrahidrofuran dan eter alifatis lain. Peroksida ini tidak mudah menguap karena terjebak di dalam sistem pelarut. Akumulasi atau terkonsentrasi peroksida tersebut bisa meledak apabila didistilasi atau divapkan. Penanganan yang penting dilakukan adalah menguji terlebih dahulu pelarut tersebut dengan tes iodida, KI 10% 1 mL dan larutan kanji ke dalam 10 mL contoh pelarut. Munculnya warna biru mengindikasikan adanya peroksida yang harus diambil terlebih dulu. Pengambilan dilakukan dengan pengocokan pelarut dengan larutan FeSO4 (60 gr FeSO4 dalam 110 mL air + 6 mL H2SO4) kemudian diuji kembali dengan larutan KI sampai tidak memberikan reaksi positif.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 16

Page 17: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Tindakan penanganan lain yang perlu dilakukan yaitu melakukan distilasi pelarut-pelarut tersebut tanpa pengaduk udara, penggunaan masker pelindung muka pada saat distilasi, diusahakan tidak memakai pelarut yang sama, tidak menyimpan sisa pelarut seperti eter dalam waktu yang lama, atau menyimpan pelarut dalam botol cokelat untuk mengurangi proses oksidasi.

1.3.6 Bahan Kimia Reaktif terhadap AirSebagian bahan kimia memiliki karakter mudah bereaksi dengan air menghasilkan panas yang

besar atau gas yang mudah terbakar. Logam-logam seperti Na, K, Ca bereaksi dengan air menghasilkan H2 dan langsung terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk:

2 Na + H2O 2 NaOH + H2 + panas

CaO + H2O Ca(OH)2 + panas

Bahan-bahan lain yang juga bereaksi hebat dengan air adalah logam halida anhidrat, oksida nonlogam halida dan Asam Sulfat pekat. Kebakaran yang disebabkan oleh bahan tersebut tidak dapat dipadamkan dengan menyiramkan air. Penyimpanan bahan-bahan seperti ini dilakukan ditempat yang kering.

1.3.7 Bahan Kimia Reaktif terhadap AsamBahan-bahan kimia yang reaktif terhadap asam adalah bahan kimia yang mudah bereaksi

menghasilkan panas, gas mudah terbakar dan atau gas beracun. Logam-logam alkali di samping reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam. Bahan-bahan seperti kalium klorat/ perklorat, kalium permanganat dan asam kromat sangat reaktif terhadap asam sulfat dan asam asetat.

Zat-zat racun seperti NaCN atau KCN bereaksi dengan asam membentuk gas asam sianida yang amat beracun:

NaCN + HCL NaCl + HCN

Logam-logam lain yang juga reaktif terhadap asam adalah Cu, Al, Zn yang reaktif terhadap HNO3

menghasilkan NO2 yang beracun.

1.3.8 Gas Bertekanan TinggiGas bertekanan tinggi banyak digunakan di laboratorium kimia analisis balk sebagai reagen,

bahan bakar atau gas pembawa. Gas-gas tersebut disimpan dalam tabung silinder sebagai:

a. Gas tekan, seperti udara, hidrogen, klor.b. Gas cair, seperti nitrogen dan amonia.c. Gas terlarut dalam pelarut organik di bawah tekanan, misalnya asetilena.

Bahaya yang muncul dari gas tersebut, di samping sifat racun, korosif dan mudah terbakar, juga bahaya mekanik ledakan dan kebocoran.

Tabel 4 Gas-gas bertekanan yang sering digunakan dalam laboratorium kimia

Gas Kegunaan NAB(ppm) LFL-UHL (%) BahayaAsetilen Bahan bakar AAS - 2,5 - 81 Mudah terbakar,

aspiksian

Amonia Reagen, pelarut 50 15 - 28 Beracun, aspiksianArgon Gas pembawa pada

GC- - Aspiksian

Klor Reagen 1 - Beracun, iritan,

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 17

Page 18: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

korosif

Hidrogen Hidrogenasi, GC - 4 - 75 Mudah terbakar, aspiksian

Helium Gas pembawa - - AspiksianCO2 Gas penginert 5000 - AspiksianNitrogen Bahan bakar AAS 5 - Beracun korosif

dioksidaEtilen oksida Sterilisasi, sintesis 50 3 - 100 Mudah terbakar,

beracun

1.3.9 Bahan Kimia Radioaktif

Bahan kimia radioaktif merupakan bahan kimia yang dapat memancarkan radiasi sinar ,

atau . Zat-zat radioaktif digunakan di laboratorium sintesis dan analisis, di samping digunakan

sebagai pengobatan. Radiasi sinar-sinar tersebut dapat mengganggu sel-sel tubuh. Sinar gamma memiliki daya tembus Iebih besar dari pada sinar alfa dan beta.

Keterpaan (paparan) radiasi dapat terjadi akibat sumber radiasi di luar tubuh. Cara efektif dalam mencegah paparan sinar tersebut adalah dengan melindungi diri dari sumber radiasi dan mengurangi waktu paparan. Bahaya radiasi yang bersumber dari dalam tubuh terjadi karena masuknya zat-zat radioaktif lewat paru-paru (berupa uap atau debu), mulut dan kulit. Bahan pencemar tersebut terdistribusi ke seluruh tubuh bersamaan dengan aliran darah dan dapat terakumulasi di dalam organ-organ tubuh tertentu.

1.3.10 Reagen, Pelabelan dan Penyimpanan

Hampir semua prosedur analisis memerlukan penambahan reagen untuk terjadinya reaksi analitik (pengendapan, titrasi atau pembentukan spesies penyerap cahaya) atau untuk menyediakan lingkungan yang mendukung tahap-tahap kuantisasi (pengaturan pH, elektrolit pendukung atau penghilangan interferensi).

Seorang analis memerlukan reagen pada tingkat kemurnian yang tinggi untuk menjamin ketiadaan pengotor dalam analisisnya. Namun sering karena pertimbangan biaya seseorang menggeser idealisme konsumsi bahan-bahan kimia dengan reagen yang lebih murah tanpa mengabaikan faktor akurasi dan presisi. Sering juga reagen tidak tersedia pada tingkat kemurnian sangat tinggi, sehingga seorang analis perlu memurnikan sendiri reagen tersebut.

Reagen dengan kemurnian tinggi yang tertera pada kertas label botol tidak menjamin bahwa reagen tersebut bebas dari pengotor. Terbukanya tutup botol juga rawan terhadap kontaminasi bahan kimia di dalamnya.

Latar belakang di atas melahirkan adanya beberapa tingkat kemurnian reagen analisis yang diklasifikasikan berikut ini, dan secara umum bahan kimia dengan regent-grade dianjurkan untuk digunakan disemua prosedur analisis, kecuali yang mensyaratkan penggunaan bahan primary standard untuk membuat larutan-larutan standar dalam prosedur standardisasi.

Spesifikasi Bahan-bahan Kimia. Primary-Standard Grade merupakan reagen dengan standar manufaktur yang memiliki kemurnian tinggi dan telah dianalisis kandungan pengotor-pengotornya yang dengan gamblang dituliskan dalam label botolnya. Persyaratan suatu material dengan tingkat kemurnian primary standard meliputi:a. Kemurnian tinggi dan tersedia prosedur baku untuk pemurniannya.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 18

Page 19: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

b. Stabil (inert) terhadap udara.c. Tidak mengandung air terhidrat, sehingga komposisi air padatan tidak berubah bahkan pada

kondisi atmosfer yang relatif lembab.d. Tersedia dengan harga rendah.e. Memiliki kelarutan yang baik pada medium titrasi.f. Memiliki massa molar yang relatif tinggi sehingga kesalahan relatif selama penimbangan dapat

diabaikan (diturunkan).

Reagent Grade. Reagen ini memenuhi spesifikasi minimum yang ditetapkan oleh Reagen Chemical Committee of the American Chemical Society 1986. Pada label biasanya hanya memuat batas maksimum pengotor yang diizinkan.

Chemical Pure (CP) Grade. Reagen ini merupakan bahan kimia komersial yang telah dimurnikan dan batas kandungan pengotor tidak secara eksplisit dituliskan. Dalam pengguna, reagen ini harus diuji keberadaan analit atau interferennya.

USP Grade. Pengklasifikasian ini mengacu pada peraturan yang ditetapkan oleh U.S. Pharmacopoeia, 1979. Persyaratan dalam aturan itu menyangkut keberadaan pengotor yang membahayakan kesehatan yang diperbolehkan digunakan dalam analisis. Dalam penggunaannya reagen USP harus diuji dengan bahan kimia level CP.

Technical Grade. Reagen yang tersedia dipasaran, belum dimurnikan dan digunakan untuk kepentingan industri. Reagen ini tidak direkomendasikan untuk digunakan dalam prosedur analisis, ke-cuali untuk maksud pencucian atau pembuatan formula-formula pembersih (deterjen atau larutan pencuci).

Pelabelan dan Penanganan Bahan Kimia. Pemberian label dimaksudkan untuk dapat mengenal dengan cepat sifat bahaya suatu bahan kimia, di samping dengan mudah mengetahui kadar bahan tersebut. Pengenalan ini penting dalam penanganan, transportasi penyimpanan bahan-bahan. Cara penyimpanan memerlukan dasar pengetahuan terhadap sifat bahaya serta kemungkinan interaksi antar bahan serta kondisi yang mempengaruhi.

Berikut adalah beberapa bahan kimia berbahaya yang biasa dijumpai pada laboratorium kimia analisis:

Bahan kimia Bahaya dan penanganannya

Benzen Termasuk bahan kimia karsinogen dan tidak digunakan sebagai pelarut kecuali dengan penanganan yang serius oleh seorang yang mengetahui persis sifat bahan ini. Efek kronik bahan dapat muncul karena menghirup uap dalam jangka waktu yang cukup lama. Benzen dapat terserap oleh kulit, mudah terbakar, sehingga harus ditangani dengan cepat. Bila dimungkinkan agar mengganti benzen dengan toluen.

CCI4 Bahan ini dapat terhisap kulit, dan dapat menyebabkan kematian bila menghirup uap CC14 konsentrasi tinggi. Pada tingkat yang lebih ringan dapat menyebabkan kerusakan jantung dan hati.

Sianida Sianida termasuk golongan bahan kimia sangat beracun danreaktif. Reaksi racun tersebut dapat terjadi bila sianida terhirup/ terserap kulit.

Hidrogen fluorida Gas dan larutan HF merupakan racun yang dapat terserap kulit dan masuk ke dalam jaringan tubuh yang menyebabkan nyeri yang berkelanjutan dan luka bakar yang sukar disembuhkan. Bila terjadi kontak langsung segera

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 19

Page 20: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

lepaskan pakaian yang terkena dan siram dengan air dingin hingga jaringan kulit yang memutih hilang.

Hidrogen sulfida Bahan kimia ini sangat berbahaya, karena paparan dengan gas ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan dalam indra penciuman. Konsentrasi encer HZS menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan yang diikuti dengan sakit kepala, pusing dan merasa mual. Pada konsentrasi yang tinggi bisa menyebabkan kehilangan kesadaran dan paralisis pernafasan.

Asam Asam perklorat merupakan oksidator kuat yang dapat Perklorat bereaksi eksplosif dengan reduktor dan senyawa organik lain. Penambahan asam perklorat pada bahan kimia organik mensyaratkan perlunya destruksi pendahuluan bahan organik dengan HNO3. Asam perklorat tidak boleti dipanaskan bersama H2SO4, karena proses dehidrasi dapat menghasilkan Perklorat Anhidrat. Ester perklorat ini bersifat eksplosif (setara dengan Nitrogliserin).

Beberapa bahan kimia, karena sifat-sifatnya tidak diizinkan untuk kontak satu terhadap yang lain (incompatible Chemical) selama penyimpanan.Bahan Kimia Tidak boleh kontak dengan

Asam asetat Asam kromat, asam nitrat, senyawa hidroksil, gliserol, asam perklorat, peroksida, permanganat

Aseton Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat

Asetilen Klorin, bromin, Cu, Ag, Hg

Logam-logam alkali Air ,CCI pekat, CO2, halogen, hidrokarbon terklorinasi

Amonia Hg, Halogen, Kalsium hipoklorit, Asam hidrofluorida(anhidrat)

Amonium nitrat Asam-asam, serbuk logam, cairan yang mudah tebakar, klorat, Nitrit, Sulfur, material organik yang halus

Kalsium Oksida Air

Karbon (aktif) Garam-garam amonium, asam-asam, serbuk logam, sulfur, serbuk bahan organik atau material yang bisa terbakar

Asam kromat Asam asetat, kamfer, gliserol, terpentin, alkohol, cairan yang mudah terbakar

Cairan yang mudah terbakar Amonium Nitrat, Asam Kromat, Hidrogen Peroksida, asam Nitrat, Sodium Peroksida dan Halogen

Hidrokarbon Fluorin, Klorin, Asam Kromat, Sodium Peroksida, Halogen

Hidrogen peroksida Cu, Cr, Fe, kebanyakan logam atau garam-garamnya, alkohol, aseton material organik anilin, nitrometana, cairan yang mudah terbakar dan material yang bisa terbakar

Hg Asetilen, asam fulminat, amonia

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 20

Page 21: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

HNO3 pekat Asam asetat, anilin, asam kromat, HCN, H2S, cairan yang mudah terbakar, gas-gas yang mudah terbakar, Cu dan kuningan

Asam Perklorat Asetat anhidrid, alkohol, kertas, kayu, grease, minyak, amina organik atau antioksidan

Kalium klorat Asam sulfat dan sebagainya.

KMnO4 Gliserol, etilen glikol, benzaldehid, asam-asam bebas

H2SO4 Kalium klorat, kalium perklorat, sodium permanganate (atau senyawa dengan logam-logam ringan, seperti Na, Li)

Syarat penyimpanan. Pengaruh Panas/Api. Kenaikan suhu akan menyebabkan reaksi atau perubahan kimia dan mempercepat reaksi, percikan api juga harus dihindarkan pada gudang penyimpanan.

Pengaruh Kelembaban. zat-zat yang bersifat higroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi yang eksotermis akan menimbulkan pemanasan ruang.

Interaksi dengan Wadah. Bahan kimia dapat berinteaksi dengan wadah tempat penyimpanan dan bocor.

Interaksi Antar bahan. Kernungkinan interaksi antarbahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran atau gas beracun.

Dengan pertimbangan di atas maka penyimpanan harus memenuhi syarat-syarat:

Sifat Bahan Syarat PenyimpananBahan beracun

Contoh: sianida

arsenida,

fosfor

• Ruangan dingin berventilasi

• Jauh dari bahaya kebakaran

• Dipisahkan dari bahan yang mungkin bereaksi

• Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan

Bahan Korosif

Contoh: asam-asam,

anhidrid asam

alkali

• Ruangan dingin dan berventi lasi

• Wadah tertutup dan beretiket

• Dipisahkan dari zat-zat beracun

Bahan Mudah Terbakar Contoh: Benzen,

Aseton,

Eter,

Heksan

• Suhu dingin dan berventilasi

• Jauhkan dari sumber api dan panas, terutama loncatan bunga api listrik dan bara

• Tersedia alat pemadam kebakaran

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 21

Page 22: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Bahan Mudah Meledak

Contoh: Amonium

Nitrat, TNT,

Nitrogliserin

• Ruangan dingin dan berventilasi

• Jauhkan dari panas dan api

• Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

Bahan Oksidator

Contoh: perklorat

permanganat,

peroksida

organik

• Suhu ruangan dingin dan berventilasi

• Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan bunga api listrik dan bara

• Jauhkan dari cairan yang mudah terbakar dan reduktor

Bahan Reaktif terhadap Air

Contoh : Na,

Hidrida,

Karbida,

Nitrida

• Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi

• Jauh dari sumber nyala api atau panas

• Bangunan kedap air

• Tersedia pemadam kebakaran tanpa air(CO2, halon, dry powder)

Bahan Reaktif terhadap Asam

Contoh: Na,

Hidrida

Sianida,

• Ruangan dingin berventilasi

• Jauh dari sumber api, panas dan asam

• Ruang didesain agar tidak dimungkinkan terbentuknya kantong-kantong hydrogen

• Tersedia alat pelindung diri, kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

Gas Bertekanan

Contoh: N2, asetilen,

H2, Cl2

• Disimpan pada silinder tegak berdiri dan terikat

• Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari

• Jauh dari api dan panas

• Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup-katup

1.3.11 KETENTUAN DALAM PENGELOMPOKKAN PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

A. GOLONGAN I : CAIRAN MUDAH TERBAKAR

Meliputi cairan dengan titik nyala kurang dari 100 oF. Contoh: semua alkohol, acetone, acetaldehyde,acetonitrile, amyl asam cuka, benzen, cyclohexane, dimethyldichlorosilane, dioxane, eter, asam cuka etil, histoclad, heksan, hydrazine, sejenis gas hidrokarbon metil, picolene, piperidine, propanol, pyridine, scintillation cairan, semua silanes, tetrahydrofuran, toluene, triethylamine, xylene.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 22

Page 23: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Dasar tentang penyimpanan : Untuk melindungi dari pengapian yang dianjurkan

Fasilitas yang dapat digunakan:

1. Lemari mudah terbakar

2. Lemari es:karena kontainer kurang dari 1 liter.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan: karena racun mudah menguap janganlah menyajikan pada ruangan dan lemari mudah terbakar jika basa tidak ada

B. GOLONGAN II : RACUN MUDAH MENGUAP

meliputi racun, racun yang dikenal dan yang diduga sebagai penyebab kanker dengan penguapan atau bau kuat berpengaruh lebih besar dari 1 (karet sintetis butyl asam cuka= 1): Contoh: karbon tetrachloride, cloroform, dimethylformamide, dimethyl sulfate, formamide, dehyde formal, halothane, mercaptoethanol, methylene klorid, zat asam karbol.

Dasar tentang penyimpanan: Untuk mencegah terjadinya penghisapan terbuka

Fasilitas yang dapat digunakan :

1. Lemari mudah terbakar

2. Lemari es: untuk kontainer kurang dari 1 liter.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Karena racun mudah menguap janganlah menyajikan di dalam kompartemen dan lemari yang mudah terbakar.

C. GOLONGAN III : ASAM - PENGOKSIDASI

Semua asam pengoksidasi adalah sangat reaktif dengan kebanyakan unsur satu sama lain. Contoh: berisi nitrat, sulfuric, perchloric, asam fosfat, dan asam khrom.

Dasar tentang penyimpanan: Mencegah reaksi dan kontak satu sama lain dan unsur zat lain dan reaksi korosif di permukaan

Fasilitas yang dapat digunakan:

Lemari keselamatan. Masing-Masing asam pengoksidasi harus disimpan pada double-contained, yaitu., kontainer yang utama harus dijaga di dalam teromol, bak mandi atau baki.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Asam-asam oxidizing harus di double-contained dan harus dipisahkan di dalam kompartemen dan di dalam suatu lemari keselamatan. Jumlah kecil (1 atau 2 botol) tidak menjamin keabsahan suatu kompartemen terpisah. Jumlah kecil dapat disimpan pada double-contained dan disimpan dengan golongan empat yaitu Organik dan Asam mineral. Tempat penyimpanan asam pengoksidasi di rak bawah dibawah golongan empat.

D. GOLONGAN IV : BAHAN ORGANIK DAN ASAM-ASAM MINERAL

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 23

Page 24: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Contoh :

asetat, butirat, format, asam glacial, hidroklorat, isobutirat, merkaptoproprionat, propionat, asam trifluoraasetat

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan basa dan pengoksidasi asam dan korosif simpan dipermukaan.

Fasilitas yang dapat digunakan : Lemari keselamatan

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan : Banyak atau sedikit wadah yang berisi pengoksidasi asam dapat disimpan di bagian yang sama dengan asam organik jika pengoksidasi asam disimpam di rak bawah.

Pengecualian : Acetat anhidrida dan trikloroasetat anhidrida bersifat korosif. Asam-asam ini sangat reaktif dengan asam lainnya dan sebaiknya jangan disimpan di dalam golongan ini. Lebih baik disimpan dengan campuran bahan-bahan organik di golongan tujuh yaitu cairan beracun yang tidak menguap.

E. GOLONGAN V : CAIRAN BASA

Contoh : natrium hidroksida, ammonium hidroksida, calsium hidroksida, glutaraldehida.

Fasilitas yang dapat digunakan : 1. lemari keamanan

2. dalam tong atau talam dalam normal kabinet

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan : Cairan basa dapat disimpan dengan bahan yang mudah terbakar dalam emari bahan yang mudah terbakar hanya jika bahan-bahan beracun yang mudah menguap tidak disimpan disana.

F. GOLONGAN VI : CAIRAN PENGOKSIDASI

Reaksi cairan pengoksidasi dengan segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan peledakan peledakan atau korosif terhadap permukaan.

Contoh : ammonium persulfat, hidrogen peroksida

Dasar tentang penyimpanan : Memisahkan dari bahan-bahan lain

Fasilitas yang dapat digunakan:

jumlah yang melampaui 3 liter sebaiknya harus ditutup dalam lemari tanpa ada bahan kimia lain.

jumlah yang sedikit harus di double-contained jika dekat bahan lain, contohnya dalam refrigerator.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan : tidak ada

G. GOLONGAN VII : CAIRAN BERACUN YANG TIDAK MENGUAP

Termasuk racun sangat berbahaya (LD50 oral rat <>

Contoh : larutan akrilamida, dietilpirokarbonat, diisopripyl fluoroposfat, Ethidium bromida, trietanolamin.

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 24

Page 25: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan bahan lain

Fasilitas yang dapat digunakan:

lemari atau refrigerator

jangan simpan pada pada wadah terbuka dalam lab atau atau ruang pendingin.

cairan beracun dalam wadahnya yang lebih dari 1 liter harus disimpan di rak paling bawah pada wadah yang paling dekat dengan lantai. Wadah yang lebih kecil yang berisi bahan beracun dapat disimpan pada rak atas hanya jika pintu tersebut pintu yang digeser

golongan penyimpanan yang dapat disatukan : Cairan tidak berbahaya seperti larutan buffer

perkecualian: Anhidrida, contohnya asetat dan trikloroaset, asam-asam organik, bagaimanapun juga lebih baik disimpan dengan grup ini daripada dengan golongan empat yaitu asam-asam organik, semenjak bahan tersebut sangat reaktif dengan asam-asam mineral dan organik lain.

H. GOLONGAN VIII : LOGAM HIDRIDA REAKTIF DAN PIROPORIK

Banyak logam hidrida bereaksi hebat dengan air, beberapa diantaranya dapat langsung menyala secara spontan di udara (piroporik).

Contoh dari logam hidrida : sodium borohidrida, kalsium hidrida, lithium aluminum hidrida.

Contoh piroporik : boron, diborane, dichlorobane, 2-furaldehida, dietil aluminum klorida, lhitium, phosporus kuning atau putih dan trimetil aluminum. Bahan-bahan yang reaktif lainnya yaitu meliputi aluminum klorid-anhidrous, kalsium karbida, asetil klorida, asam klorosulonik, sodium, potassium, posporus pentachloride kalsium, aluminum tribromide, kalsium oksida, dan asam anhidrida.

Dasar tentang penyimpanan : Untuk menghindari kontak dan reaksi dengan beberapa cairan dan dalam beberapa kasus dengan udara.

Fasilitas yang dapat digunakan:

Aman/terlindungi, wadah (double-containment) tahan air sesuai dengan instruksi label

memisahkan dari golongan-golongan jenis bahan kimia lainnya

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan: Jika terlindunginya double-contained untuk mencegah kontak dengan air dan atau udara, logam hidrida dapat disimpan di dalam area yang sama seperti golongan sembilan yaitu bahan-bahan kering.

I. GOLONGAN IX : BAHAN-BAHAN KERING

Meliputi semua bahan yang berbentuk serbuk, bahan berbahaya dan tidak berbahaya. Contohnya: benzidin, sianogen bromida, etilmaleimide, asam okasalat, potasium sianida, sodium sianida.

Dasar tentang penyimpanan : Untuk mencegah kontak dan berpotensi menghasilkan reaksi dengan cairan.

Fasilitas yang dapat digunakan :

Simpan diatas cairan-cairan;

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 25

Page 26: BAB 1 Keselamatan Kerja Di Lab

Label-label peringatan pada bahan serbuk sangat beracun harus diperiksa dan diperbaiki jika tidak menyebabkan wadah-wadah letaknya berlawanan keluar tanpa zat-zat beracun di golongan ini.

disarankan agar zat/bahan-bahan sangat berbahaya di golongan ini dipisahkan

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan: Logam hidrida, jika double-contained dengan layak dapat disimpan di area yang sama.

Perkecualian :

pikrat cair atau asam pikricsulfonik dapat disimpan dengan golongan ini, tetapi seharusnya diperiksa secara tetap untuk kekeringan bahan. Ketika bahan kering dengan sempurna, asam pikrat (picric acid) bersifat eksplosif dan mungkin dapat menyebabkan ledakan apabila terjadi goncangan atau pergeseran. Asam pikrat bila kontak dengan beberapa logam mungkin akan membentuk logam pikrat eksplosif. Gunakan tutup non logam

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium Kimia 26