BAB 1 Berat Bayi Lahir Rendah

download BAB 1 Berat Bayi Lahir Rendah

of 6

description

bblr

Transcript of BAB 1 Berat Bayi Lahir Rendah

6

6

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar belakang Berat bayi lahir rendah (BBLR) telah didefinisikan oleh World Health Organization sebagai berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram (5,5 pon). Ini didasarkan pada pengamatan epidemiologi bahwa bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram memiliki sekitar 20 kali lebih mungkin meninggal dari bayi yang berat lahirnya diatas 2500 gram. Lebih umum dikembangkan oleh negara-negara maju, bayi yang lahir dibawah 2500 gram memberikan konstribusi untuk berbagai hasil kesehatan yang buruk. Pengurangan berat lahir rendah juga penting dalam membentuk konstribusi terhadap Pembangunan Milenium Goal (MDG) untuk mengurangi angka kematian anak. Berat badan rendah seorang bayi saat lahir, baik hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) atau karena pertumbuhan janin (intrauterin) terhambat, berat lahir rendah sangat erat kaitannya dengan kematian janin, neonatal dan morbiditas, menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis di kemudian hari. Banyak faktor mempengaruhi durasi kehamilan, pertumbuhan janin dan berat lahir. Ini berhubungan dengan bayi, ibu atau lingkungan fisik yang memainkan peranan penting dalam menentukan berat lahir dan masa depan kesehatan bayi (Childrens Fund and World Health Organization, UNICEF, New York, 2004.).Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (WHO, 2007). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (Childrens Fund and World Health Organization, UNICEF, New York, 2004).Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia, mewakili 15,5 % dari semua kelahiran bayi dilahirkan dengan BBLR, 95,6 % dari mereka di negara-negara berkembang. BBLR di negara berkembang 16.5 % lebih dari dua kali lipat tingkat di daerah berkembang (7%). Setengah dari semua bayi berat lahir rendah di Asia Selatan dan Tengah, dimana lebih dari seperempat (27%) semua bayi lahir kurang dari 2500 gram. Tingkat berat lahir rendah di sub-Sahara Afrika sekitar 15 %, Amerika Selatan dan Tengah memiliki rata-rata 10 % sementara di Karibia 14 % dan sekitar 10 % di Oceania adalah bayi berat lahir rendah. (United Nations Childrens Fund and World Health Organization, Low Birthweight: Country, Birthweight: Country, regional and global estimates. UNICEF, New York, 2004.). di Indonesian sendiri kejadian BBLR mencapai 11.5 % dari semua kelahiran bayi.(Rikesdas, 2010).Kejadian BBLR dipengaruhi oleh faktor janin, faktor ibu dan plasenta. Hal-hal yang mempengaruhi BBLR dilihat dari faktor janin yaitu faktor genetik, anomali kromosomal, cacat bawaan, anomali kardiovaskular, infeksi TORCH. Faktor dari ibu yaitu preeklamsia, eklamsia, nutrisi ibu hamil kurang, primipara dan grand multipara, kehamilan ganda, umur ibu terlalu mudah, mengkonsumsi obat-obatan. Faktor plasenta yaitu masalah anatomi, insufisiensi plasenta (Bernabe dkk, 2004).Salah satu penyebab BBLR adalah paritas ibu. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas dibagi menjadi nulipara, paritas rendah terdiri dari paritas 1 sampai 5 dan paritas tinggi yaitu lebih dari 5 (Majoko, 2004). Pada umunya berat badan lahir meningkat dengan semakin tingginya paritas. Bayi yang dilahirkan ke 2 dan 3 berbobot lebih dari bayi pertama. Bayi yang lahir pertama cenderung mempunyai resiko BBLR lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor umur, biologis, dan fisiologis (Bernabe dkk, 2004). Dalam review sistematis dari 41 studi menilai hubungan antara hasil paritas dan kehamilan, identifikasi disesuaikan kemungkinan meningkatnya BBLR dan Kecil Masa Kehamilan (KMK) secara signifikan tapi bukan bayi prematur antara ibu nullipar. Ada pengurangan berat lahir sekitar 280 gr untuk bayi yang lahir dari ibu nulipara dibandingkan dengan ibu multipara. Meskipun berat lahir lebih rendah sebesar 78 g antara bayi yang lahir dengan ibu paritas ke 2 sampai 4 dibandingkan ibu grande multipara tidak ada perbedaan dalam resiko BBLR, KMK, atau bayi preterm. Ada risiko yang lebih tinggi dari kelahiran KMK pada great grande multipara namun, data yang didapat hanya dari satu studi. (Prakesh S. Shah, 2010). Dibandingkan dengan wanita primipara, nulipara dan wanita paritas 4 memilliki peningkatan resiko gangguan hipertensi pada kehamilan selain itu wanita nulipara mempunyai resiko memiliki bayi dengan berat lahir rendah (Majoko, 2004). Sebagaimana hasil penelitian menunjukan bahwa ibu dengan kehamilan setelah anak pertama memungkinkan perkembangan plasenta lebih besar dan, akibatnya, nutrisi janin diperbaiki mempengaruhi kesehatan ibu sehingga melahirkan dengan berat lahir yang cenderung normal (Bernabe dkk, 2004). Proporsi gangguan perinatal dari waktu ke waktu (1992-2001) masih merupakan penyebab kematian utama pada bayi meskipun pada periode 1995 hingga 2001 menunjukkan adanya penurunan. Status kesehatan di masyarakat dapat dilihat dari tingkat kematian (mortalitas), kesakitan (morbiditas) dan faktor risisko. Secara umum gangguan perinatal merupakan masalah utama pada bayi. Gangguan perinatal yang terjadi pada usia nol sampai tujuh hari termasuk lahir mati. Kasus kematian perinatal pada studi mortalitas ini dibedakan dalam sebab utama pada janin dan sebab utama pada ibu. Menurut sebab utama pada janin, aspixia lahir (39%), prematur dan BBLR (33,2%). Kelainan bawaan memberi kontribusi sebesar 4,2%. Sedangkan sebab ibu yang mempengaruhi janin sebesar 5,1%. Di dunia 3,9 juta bayi meninggal pada usia minggu pertama ( Afifah dkk, 2003). Dalam laporan Riset Kesehatan Dasar (2010) presentase BBLR di Indonesia mencapai 11.5 %, dalam laporan di Kota Palembang pada tahun (2010) sebesar 1,15 %, namun mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2008 yang pada waktu itu presentase BBLR hanya sebesar 0.6 %. Di Palembang proporsi BBLR tertinggi terjadi di wilayah Kecamatan Seberang Ulu II sebanyak 58 kasus (16.02%) dan terendah di wilayah Kecamatan Sematang Borang sebanyak 3 kasus (0.83%). (Profil Kesehatan Kota Palembang 2010).Persentase berat badan lahir < 2500 gram anak perempuan (12,4%) lebih tinggi daripada anak laki-laki (9,8%) dan persentase berat badan lahir < 2500 gram di perdesaan (12,0%) lebih tinggi daripada di perkotaan (10,4%). (Riskesdas 2010). Distribusi frekuensi hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR di RS.Muhammad Hoesin Palembang tahun 2009, menyatakan bahwa bahwa proporsi responden yang mempunyai paritas tinggi yang melahirkan BBLR lebih besar dibandingkan dengan responden yang paritas rendah yang melahirkan BBLR yaitu 47 orang (37,0%) dan 53 orang (23,2%) Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p Value = 0,008 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas responden dengan kejadian BBLR. (Apriyanti, 2010).Berdasarkan uraian diatas maka saya ingin melakukan penelitian tentang Hubungan antara Beberapa Paritas dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.2. Rumusan MasalahApakah ada hubungan antara beberapa paritas dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang ?

1.3.Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan antara beberapa paritas dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.1.3.2. Tujuan Khususa. Mengetahui jumlah ibu yang melahirkan BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.b. Mengetahui kekuatan hubungan antara beberapa paritas dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian1.4.1. Manfaat teoritisMemberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara beberapa paritas dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.1.4.2. Manfaat untuk institusi Hasil penelitian ini kedepannya diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan pendidikan kesehatan bagi ibu yang merencanakan kehamilan untuk menurunkan angka kejadian BBLR.1.4.3. Manfaat untuk subjek/ masyarakat Dengan mengetahui informasi hubungan antara beberapa paritas dengan BBLR dapat diupayakan suatu tindakan preventif untuk mengatasi BBLR dalam perencanaan kehamilan.

1.5. Keaslian Penelitian1. Yustina Wahyu Candrayanti (2005) meneliti tentang Beberapa Karakteristik Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Banjarnegara Maret 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa karakteristik ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarnegara Maret 2005. Penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu bersalin , kadar hemoglobin, paritas, jarak kelahiran, komplikasi persalinan) dengan kejadian BBLR.2. Irma D.M. Sianturi, 2007, Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Pada Tahun 2003-2006. Hasil penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik ibu yang melahirkan BBLR di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2003-2006. Peneliti ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional dalam kurun waktu November 2006 sampai Juni 2007.3. Apriyanti 2010, Hubungan antara pendidikan dan paritas ibu bersalin dengan kejadian berat badan bayi rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Heosin Palembang 2009. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan paritas ibu bersalin dengan kejadan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009. Peneliti menggunakan rancangan penelitian analitik dengan rancang cross sectional.Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu mengetahui hubungan beberapa paritas dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Subjek penelitian semua ibu yang melakukan persalinan di RSMP dengan melihat berat bayi lahir normal dan BBLR. Variabel bebas yaitu beberapa paritas ibu.

1