Bab 1-Babii Kawasan

17
DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I : PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Maksud BAB II : KAJIAN TENTANG KOTA II.1 Sejarah Perkotaan II.2 Pengertian Kota Dari Berbagai Aspek ii.3 karakteristik kota ii.4 fungsi kota ii.5 RUANG LINGKUP penulisan BAB III : KAJIAN TENTANG KAWASAN PUSAT KOTA III.1 Prinsip Desain Kawasan Perkotaan III.2 Pertimbangan Desain Kawasan Perkotaan III.3 Aspek-Aspek Perencanaan Kawasan iII.4 Elemen Rancang Kota iII.5 Citra Kota III.6 DEFINISI PUSAT KOTA BAB IV : ANALISA ((PERENCANAAN & PERANCANGAN KAWASAN PUSAT KOTA DI MANADO)) BAB V : OUTPUT

Transcript of Bab 1-Babii Kawasan

Page 1: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARBAB I : PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.2 Maksud

i.3 TujuanBAB II : KAJIAN TENTANG KOTA

II.1 Sejarah Perkotaan

II.2 Pengertian Kota Dari Berbagai Aspek

ii.3 karakteristik kota

ii.4 fungsi kota

ii.5 RUANG LINGKUP penulisan

BAB III : KAJIAN TENTANG KAWASAN PUSAT KOTA

III.1 Prinsip Desain Kawasan Perkotaan

III.2 Pertimbangan Desain Kawasan Perkotaan

III.3 Aspek-Aspek Perencanaan Kawasan

iII.4 Elemen Rancang Kota

iII.5 Citra Kota

III.6 DEFINISI PUSAT KOTA

BAB IV : ANALISA

((PERENCANAAN & PERANCANGAN KAWASAN PUSAT KOTA DI MANADO))

BAB VI : KESIMPULANBAB V : OUTPUT

Page 2: Bab 1-Babii Kawasan

BAB 1

pendahuluan

1.1.Latar Belakang

Masalah di pusat kota merupakan masalah yang pelik karena begitu banyaknya faktor-faktor yang saling berkaitan

tumpang tindih didalamnya.

Pusat kota sebagai wadah kehidupan manusia bukan hanya menyangkut aspek fisik dan teknis saja tetapi juga aspek-

aspek sosial, ekonomi dan budaya dari para penghuninya. Tidak hanya menyangkut kuantitas melainkan kualitas. Tidak

menyangkut tempat hunian/ rumah, tetapi juga tempat kerja, berbelanja, bersantai dan wahana untuk berpergian.

Selama ini kita dapat mlihat dan merasakan bahwa penciptaan kawasan pusat kota lebih ditekankan pada aspek fisik dan

pengejaran target atau kuantitas bangunannya saja. Sedangkan kawasan pusat kota yang lama yang sudah ada tumbuh dan

berkembang dengan pesat tanpa terkendali karena kurangnya tertib dan pengawasan pembangunan. Kedua hal tersebut

mengakibatkan semakin menurunnya kualitas kawasan pusat kota dalam arti :

kepadatan bangunan/ perumahan yang teralu tinggi

lenyapnya taman-taman dan ruang terbuka

tidak mencukupinya jaringan air bersih, listrik dan pembuangan air kotor

berkurangmya tingkat pelayanan dan fasilitas umum, seperti sekolah, tempat pertemuan dan olah raga, rekreasi, dll.

Hilangnya ciri-ciri khas atau karakter spesifik dari daerah pemukiman tertetu.

Menurunnya kualitas pemukiman yang disertai dengan meningkatnya pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber

daya alam dapat mengakibatkan masalah yang bukan hanya di negara kita melainkan juga hampir bagi seluruh dunia.

Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan hidup masyarakat semakin kompleks. Dengan semakin bertambahnya

pertumbuhan jumlah penduduk di kota Manado. Terlebih pelaku masyarakat zaman sekarang dalam pemenuhan kebutuhan,

lebih menginginkan segala sesuatu yang lebih praktis. Hal ini jelas sangat memprihatinkan dan perlu dicarikan jalan keluarnya

agar kawasan pusat kota kembali menjadi daerah yang nyaman, nikmat, sehat dan sehat, sehingga betul-betul layak untuk

disebut kawasan pusat kota.

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Page 3: Bab 1-Babii Kawasan

Dikaitkan dengan kebutuhan tersebut, maka perlu dihadirkan suatu kawasan yang memfasilitasi akan kebutuhan

masyarakat tersebut, dengan menghadirkan kawasan pusat kota yang dilengkapi sarana dan prasarana untuk kenyamanan

penghuninya.

I.2 Maksud

Adapun beberapa maksud dari tugas ini, yaitu :

Menghadirkan suatu kawasan pusat kota yang lengkap dengan fasilitas penunjang didalamnya

Menyediakan fasilitas kota dalam mencapai target Kota Pariwisata 2010

Menciptakan keteraturan sebuah kawasan

I.3 Tujuan

Adapun beberapa tujuan dari tugas ini, yaitu :

Memberikan kenyamanan bagi penghuni kawasan

Sebagai identitas kota Manado

Menambah devisa negara

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Page 4: Bab 1-Babii Kawasan

BAB ii

Kajian tentang kota

II.1 Sejarah Kota

Kota adalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya penegasan bahwa:

- setiap kota pasti mempunyai sejarah; - di mana, mengapa dan kapan didirikan, dibangun dan dipertahankan; - bagaimana kota itu mesti dibangun dan dikembangkan;- kegiatan perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya). Dengan demikian perkembangan dan perubahan yang terjadi akan memberikan makna atau arti bagi kota itu sendiri.

Pola pemukiman kota zaman Yunani KunoPerkembangan kota-kota telah terjadi dan pada akhirnya, memunculkan adanya dua teori: 1. Teori pemencaran (diffusionist

theory),Berpendapat bahwa gagasan pengembangan kota dipencarkan dari suatu wilayah peradaba atau kebudayaan ke wilayah lain di muka bumi ini.

2. Teori penemuan (inventionist theory),Mengatakan bahwa gagasan pengembangan kota dapat saja timbul di suatu wilayah tertentu di muka bumi ini. Menurut Giedeon Syoberg (1965), pola ruang sirkular, telah lama ada, mencerminkan adanya pemusatan kekuasaan dalam masyarakat pra-industri sebagai panutan dan pengendali, yang secara spasial maupun secara sosial, merupakan pola pusat dan pinggiran (center dan periphery). Ini berarti bahwa puncak kekuasaan berada di tengah ruang kota, dan semakin jauh dari tengah kota semakin rendah, sedangkan tentang pola ruang kota berbentuk papan catur atau grid (grid-pattern). Oleh Stanislawski (1946) ditegaskan, bahwa pola ruang grid telah dikembangkan berikut landasan konsepnya dan dipakai pada kota Mohenjo Daro, bukan pada kota-kota pertama atau lebih tua, seperti di wilayah Mesopotamia dan di lembah Nil.

Menurut Spiro Kostof (1992), ciri-ciri kota adalah: 1. Suatu tempat,2. Berkembang dalam kelompok,

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Page 5: Bab 1-Babii Kawasan

3. Mempunyai batas keliling, 4. Mempunyai berbagai jenis lapangan kerja,

Namun menurut cara pandang sistem ruang kota atau permukiman terdapat empat unsur-unsur ruang yang saling berkaitan dan

mendukung (Doxiadis 1968), yaitu

1. unsur ruang pusat (central part);

2. unsur ruang homogin (homogeneous part);

3. unsur ruang khusus (special part);

4. unsur jaringan sirkulasi (circulatory part).

Hasil penelitian Sjoberg dan Stanislawski di atas, bisa mendasari asumsi berikut ini: Pada dasarnya kota-kota pra-industri di

manapun mempunyai struktur dasar perkotaan yang sama, maka pengetahuan pembangunan kota dan patokan penataannya

dapat dipinjam dapat dipinjam untuk pembangunan kota lain. Secara hipotetis kemudian dapat dikatakan bahwa segenap bentuk

pengetahuan, konsep, dan patokan tata ruang kota yang dipinjam dari ‘orang lain’, dalam penerapannya bagi masyarakat ‘sendiri’

akan memerlukan penyesuaian-penyesuaian.

Ada atau tidaknya pengaruh luar terhadap pertumbuhan kota:

1. Penganut teori difusi (diffusion) atau penyebaran gagasan dan temuan teknologi (dispersionist atau diffusionist) dalam

perkembangan kota.

2. Penganut keyakinan akan adanya simpul-simpul komunitas di muka bumi ini yang secara mandiri memiliki akal unggul

(inventionist) pendorong lahirnya kotakota dapat dilihat melalui dua golongan, yaitu :

Golongan pertama, terjadinya kota merupakan regional. Namun lahir dan terjadinya sebuah gejala berantai, antar budaya dimuka

bumi, berupa penyebaran. Pengembangan kota dipandang sebagai suatu cara untuk untuk mengatasi persoalan demografis dan

geografis setempat.

Golongan kedua, lahirnya suatu kota berdasarkan pemikiran atau penemuan masyarakat setempat, tanpa dipengaruhi faktor luar.

Kelahiran kota disuatu wilayah dipandang sebagai peristiwa independen terhadap pengaruh luar.

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Page 6: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Dalam pemikiran Syoberg (1960), ada tiga prasyarat utama untuk dapat lahir dan berkembangnya kota praindustri, yaitu

1, lingkungan ekologis yang mendukung;

2, teknologi,

3, organisasi yang memiliki struktur kekuasaan (power structure) nyata.

Ketiga persyaratan di atas harus dipenuhi untuk melahirkan entitas komunitas yang disebut kota dapat dilihat melalui kerangka

konsepsional kota praindustri: - lingkungan ekologis berupa lahan yang sesuai serta kondisi iklim yang cocok sangat diperlukan

bagi kehidupan penduduk; dan - teknologi pertanian mendukung budidaya pertanian, mengatasi kebutuhan pergerakan

manusia. Apa yang oleh Gordon Childe (1957), disebutkan sebagai “pekerjaan umum” (public works) meliputi prasarana

perkotaan, seperti jalan, persediaan air (water supply) dan pematusan (drainage), kompleks permukiman dan bangunan-

bangunan umum peribadatan, candi dan monumen-monumen. Organisasi sosial yang cukup maju sebagai wahana ekonomi dan

politik.

Definisi kota praindustri menurut Spiro Kostof (1992) berkaitan dengan persoalan ruang, adalah: suatu tempat berkembang

dalam kelompok, mempunyai batas keliling, mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan sumberdaya, tergantung

kepada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung, memerlukan identitas monumental, terdiri atas manusia dan bangunan.

Batasan kota di atas lebih luas, dibanding rumusan sebelumnya yang diketengahkan oleh: Louis Wirth (1938); Gordon Childe

(1957); Paul Wheatly (1975); Lewis Mumford (161); dan Giedeon Sjoberg (1965). Penelitian Giedeon Sjoberg (1965) dan Spiro

Kostof (1992), memberikan rangkuman kesimpulan hipotetis yang lebih luas, di antaranya, yaitu bahwa kota-kota praindustri di

mana saja, di Eropa, di India atau di Cina, mempunyai pola dasar keruangan yang sama, baik berkaitan dengan struktur sosial

maupun struktur ekonomi, kecuali bagi unsur kota yang memiliki kandungan nilai budaya khusus. Adanya nilai budaya yang

bersifat khas dalam masyarakat kota praindustri akan lahir pola kota yang khas pula.

Pola kota papan catur yang populer disebut grid-iron pattern atau grid-pattern. Pola kota ini ditemukan, pertama kali

digunakan sebagai pola kota Mohenjo Daro, wilayah sebelah barat India kuno (Stanislawski, 1946). Secara teoritis pemakaian

pola ini didasari atas dua macam pertimbangan (Stanislawski, 1946):

Page 7: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Dalam pemikiran Syoberg (1960), ada tiga prasyarat utama untuk dapat lahir dan berkembangnya kota praindustri, yaitu

1, lingkungan ekologis yang mendukung;

2, teknologi,

3, organisasi yang memiliki struktur kekuasaan (power structure) nyata.

Ketiga persyaratan di atas harus dipenuhi untuk melahirkan entitas komunitas yang disebut kota dapat dilihat melalui kerangka

konsepsional kota praindustri: - lingkungan ekologis berupa lahan yang sesuai serta kondisi iklim yang cocok sangat diperlukan

bagi kehidupan penduduk; dan - teknologi pertanian mendukung budidaya pertanian, mengatasi kebutuhan pergerakan

manusia. Apa yang oleh Gordon Childe (1957), disebutkan sebagai “pekerjaan umum” (public works) meliputi prasarana

perkotaan, seperti jalan, persediaan air (water supply) dan pematusan (drainage), kompleks permukiman dan bangunan-

bangunan umum peribadatan, candi dan monumen-monumen. Organisasi sosial yang cukup maju sebagai wahana ekonomi dan

politik.

Definisi kota praindustri menurut Spiro Kostof (1992) berkaitan dengan persoalan ruang, adalah: suatu tempat berkembang

dalam kelompok, mempunyai batas keliling, mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan sumberdaya, tergantung

kepada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung, memerlukan identitas monumental, terdiri atas manusia dan bangunan.

Batasan kota di atas lebih luas, dibanding rumusan sebelumnya yang diketengahkan oleh: Louis Wirth (1938); Gordon Childe

(1957); Paul Wheatly (1975); Lewis Mumford (161); dan Giedeon Sjoberg (1965). Penelitian Giedeon Sjoberg (1965) dan Spiro

Kostof (1992), memberikan rangkuman kesimpulan hipotetis yang lebih luas, di antaranya, yaitu bahwa kota-kota praindustri di

mana saja, di Eropa, di India atau di Cina, mempunyai pola dasar keruangan yang sama, baik berkaitan dengan struktur sosial

maupun struktur ekonomi, kecuali bagi unsur kota yang memiliki kandungan nilai budaya khusus. Adanya nilai budaya yang

bersifat khas dalam masyarakat kota praindustri akan lahir pola kota yang khas pula.

Pola kota papan catur yang populer disebut grid-iron pattern atau grid-pattern. Pola kota ini ditemukan, pertama kali

digunakan sebagai pola kota Mohenjo Daro, wilayah sebelah barat India kuno (Stanislawski, 1946). Secara teoritis pemakaian

pola ini didasari atas dua macam pertimbangan (Stanislawski, 1946):

manfaat strategis beserta persyaratannya. Selanjutnya, Stanislawski (1946) merumuskan beberapa butir pokok pola kota

papan catur berikut ini:

1. pola kota papan catur dikembangkan sebagai bagian dari pemusatan kekuasaan yang mengendalikan segi-segi kehidupan

masyarakat (centralized control), terutama kontrol pemanfaatan tanah.

2. pola kota-kota yang baru dibangun sekaligus, dan tidak pernah untuk diterapkan dalam kasus pembangunan kembali

(redevelopment) kota lama.

3. pola papan catur dapat diterapkan dalam pembangunan kota-kota satelit atau kota berstatus koloni, seperti layaknya

kotakota.

4. pola ini cocok untuk menyiapkan gubahan ruang kota yang menghendaki bagian-bagian ruang yang seragam bentuk dan

ukurannya, terutama untuk bangunan gedung berbentuk rektangular.

5. agar pemanfaatan pola kota ini dapat memenuhi harapan, maka penguasaan konsepsi dan pengetahuan dibalik wujud fisik

dan spasial pola kota papan catur dipergunakan hanya pada entitas induk dan anak permukiman adalah sangat penting.

Pola tengah dan lingkaran tepian kota (centered and circular pattern) sebenarnya merupakan gambaran sederhana tentang

gejala keruangan kota memusat, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomis, politis, dan budaya. Pada era

praindustri, gejala keruangan kota juga bisa dikaitkan dengan fungsi pokok kota, seperti fungsi politik, ekonomi, agama, dan

pendidikan. Pola sirkular, yang lahir kemudian merupakan upaya alternatif untuk menghindari pola ruang geometris yang

cenderung kaku kurang individual, namun kemudian pemanfaatan pola sirkular untuk mewadahi pandangan kosmologis.

Paham ini bahkan menempatkan penguasa atau raja pada kedudukan puncak pada pusat lingkaran pengaruh kuasa, yang

dikenal dengan lingkar mandala. Konsep kosmologis dalam penataan kota atau permukiman selalu dikaitkan dengan agama

dan kebudayaan Hindu, Budha, India, dan Cina. Tata ruang kosmologis merupakan bagian kelompok tata ruang simbolis dan

menjadi utama dalam pengejawantahan nilai-nilai budaya. Dominasi faktor kuasa politis adalah penggerak utama lahirnya pola

ruang memusat pada kota-kota praindustri, yang disebabkan oleh kedekatan (proximity) politis kelompok elit kuasa yang

diterjemahkan ke dalam kedekatan spasial. Perkantoran, bangunan keagamaan dan tempat tinggal para pejabat dan kerabat

kerajaan di sekitar istana atau kreton. Gejala sentralisasi ruang kotakota, pengaruh elitis ini semakin kecil praindustri sangat

menonjol.

Kota besar seperti Roma dan London telah ada ribuan tahun, di era modern semenjak tahun 1800, telah menjadi bagian

yang signifikan dari populasi total masyarakat yang berdiam di perkotaan. Pada tahun 1800, sekitar 3% dari populasi dunia

Page 8: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

manfaat strategis beserta persyaratannya. Selanjutnya, Stanislawski (1946) merumuskan beberapa butir pokok pola kota

papan catur berikut ini:

1. pola kota papan catur dikembangkan sebagai bagian dari pemusatan kekuasaan yang mengendalikan segi-segi kehidupan

masyarakat (centralized control), terutama kontrol pemanfaatan tanah.

2. pola kota-kota yang baru dibangun sekaligus, dan tidak pernah untuk diterapkan dalam kasus pembangunan kembali

(redevelopment) kota lama.

3. pola papan catur dapat diterapkan dalam pembangunan kota-kota satelit atau kota berstatus koloni, seperti layaknya

kotakota.

4. pola ini cocok untuk menyiapkan gubahan ruang kota yang menghendaki bagian-bagian ruang yang seragam bentuk dan

ukurannya, terutama untuk bangunan gedung berbentuk rektangular.

5. agar pemanfaatan pola kota ini dapat memenuhi harapan, maka penguasaan konsepsi dan pengetahuan dibalik wujud fisik

dan spasial pola kota papan catur dipergunakan hanya pada entitas induk dan anak permukiman adalah sangat penting.

Pola tengah dan lingkaran tepian kota (centered and circular pattern) sebenarnya merupakan gambaran sederhana tentang

gejala keruangan kota memusat, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomis, politis, dan budaya. Pada era

praindustri, gejala keruangan kota juga bisa dikaitkan dengan fungsi pokok kota, seperti fungsi politik, ekonomi, agama, dan

pendidikan. Pola sirkular, yang lahir kemudian merupakan upaya alternatif untuk menghindari pola ruang geometris yang

cenderung kaku kurang individual, namun kemudian pemanfaatan pola sirkular untuk mewadahi pandangan kosmologis.

Paham ini bahkan menempatkan penguasa atau raja pada kedudukan puncak pada pusat lingkaran pengaruh kuasa, yang

dikenal dengan lingkar mandala. Konsep kosmologis dalam penataan kota atau permukiman selalu dikaitkan dengan agama

dan kebudayaan Hindu, Budha, India, dan Cina. Tata ruang kosmologis merupakan bagian kelompok tata ruang simbolis dan

menjadi utama dalam pengejawantahan nilai-nilai budaya. Dominasi faktor kuasa politis adalah penggerak utama lahirnya pola

ruang memusat pada kota-kota praindustri, yang disebabkan oleh kedekatan (proximity) politis kelompok elit kuasa yang

diterjemahkan ke dalam kedekatan spasial. Perkantoran, bangunan keagamaan dan tempat tinggal para pejabat dan kerabat

kerajaan di sekitar istana atau kreton. Gejala sentralisasi ruang kotakota, pengaruh elitis ini semakin kecil praindustri sangat

menonjol.

Kota besar seperti Roma dan London telah ada ribuan tahun, di era modern semenjak tahun 1800, telah menjadi bagian

yang signifikan dari populasi total masyarakat yang berdiam di perkotaan. Pada tahun 1800, sekitar 3% dari populasi dunia

a. kota), dipimpin oleh Tokyo-Yokohama dengn 27 juta, dan Mexico City dengan 21 juta.

b. Bentuk urban

Aglomerasi besar selalu berhubungan pada “city-regions”, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Jane Jacobs. Aglomerasi

ini termasuk keduanya, pusat kotakota.

Bentuk dari city-region mempunyai karakter;

- pada pusat kota lama

- konsentrasi yang sangat besar dari corporate towers

- dalam suburban

- kepadatan tempat tinggal rendah dan commercial sprawl

- pusat perbelanjaan sering kali di tengah.

Sekarang dinamakan “Edges Cities”, “technoburbs”, yaitu merupakan:- kombinasi high-tech business, - dan beberapa

fungsi-fungsi tempat tinggal serta komersial, - serta jauh dari pusat kota yang asli. City-regions umumnya bukan karena

political, tetapi dibuat oleh lusinan pemerintah lokal yang berjuang dengan penuh semangat untuk mempertahankan

independen dari pemerintah pusat,dan mereka bukan keseluruhan dari bagian unit sosial dan ekonomi yang sama.

Ada empat karater dari American suburbanization:

1. low residential density

2. high home ownership rate

3. jarak yang tajam antara pusat kota yang relatif miskin dan wealthy suburbs

4. the long length of daily journey to work.

c. Arsitektur modern

Arsitek dan perencana berpengaruh terutama sekali dalam menetapkan bentuk kota di abad ke-20.

Para modernis menolak penggunaan historical allusion dalam arsitektur, dalam prinsip desain yang berhubungan pada

bentuk-bentuk industri “machine aesthetic”. Pengaruh dari Le Corbusier (1887~1968), yang menekankan purity of form

dalam desain.

d. Lansekap sosial

Percampuran etnik dan ras di kota-kota besar Kanada secara dramatis telah berubah dalam lima tahun terakhir (British dan

Page 9: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

a. kota), dipimpin oleh Tokyo-Yokohama dengn 27 juta, dan Mexico City dengan 21 juta.

b. Bentuk urban

Aglomerasi besar selalu berhubungan pada “city-regions”, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Jane Jacobs. Aglomerasi

ini termasuk keduanya, pusat kotakota.

Bentuk dari city-region mempunyai karakter;

- pada pusat kota lama

- konsentrasi yang sangat besar dari corporate towers

- dalam suburban

- kepadatan tempat tinggal rendah dan commercial sprawl

- pusat perbelanjaan sering kali di tengah.

Sekarang dinamakan “Edges Cities”, “technoburbs”, yaitu merupakan:- kombinasi high-tech business, - dan beberapa

fungsi-fungsi tempat tinggal serta komersial, - serta jauh dari pusat kota yang asli. City-regions umumnya bukan karena

political, tetapi dibuat oleh lusinan pemerintah lokal yang berjuang dengan penuh semangat untuk mempertahankan

independen dari pemerintah pusat,dan mereka bukan keseluruhan dari bagian unit sosial dan ekonomi yang sama.

Ada empat karater dari American suburbanization:

1. low residential density

2. high home ownership rate

3. jarak yang tajam antara pusat kota yang relatif miskin dan wealthy suburbs

4. the long length of daily journey to work.

c. Arsitektur modern

Arsitek dan perencana berpengaruh terutama sekali dalam menetapkan bentuk kota di abad ke-20.

Para modernis menolak penggunaan historical allusion dalam arsitektur, dalam prinsip desain yang berhubungan pada

bentuk-bentuk industri “machine aesthetic”. Pengaruh dari Le Corbusier (1887~1968), yang menekankan purity of form

dalam desain.

d. Lansekap sosial

Percampuran etnik dan ras di kota-kota besar Kanada secara dramatis telah berubah dalam lima tahun terakhir (British dan

Persepsi budaya dalam urbanisme

Persepsi kebudayaan dari kota-kota dapat digunakan pertama, untuk antropologi seperti ditegaskan oleh Clifford Geertz, The

Interpretation of Culture (1973), seikat dari aktivitas dan nilai yang membentuk karakter dari masyarakat, dalam kasus ini

adalah, masyarakat di perkotaan. Kedua, digunakan secara terbatas di mana budaya disamakan dengan seni dan kebiasaan,

dan terutama dengan bidang melukis dan musik.

a. Urbaniti sebagai sebuah budaya

Lewis Mumford dalam The Culture of Cities (1938) melakukan pendekatan interdisipliner antara lain ahli filosofi, sejarah,

kritik sastra, sosial, kritik arsitektur, dan perencana:

1. Dalam pandangannya, kota mempunyai creative focal points bagi masyarakat. Kota……adalah titik maksimum konsentrasi

untuk power and culture dari komuniti;

2. Kota dibentuk oleh budaya, tetapi sebaliknya kota dipengaruhi wujud dari budaya itu;

3. Kota dibentuk bersama-sama dengan langgam, menurut Mumford sangat manusiawi, dan merupakan “greatest work of

art”. Di dalam kota, waktu menjadi visibel, dengan lapisan-lapisan dari masa lalu yang masih bertahan pada buildings,

monuments, dan public ways;

4. Max Weber, dengan peran budaya terhadap kota dalam The City (1905), mengatakan bahwa konsep kota menekankan

kesopanan (urbanity) – wujud kosmopolitan dari urban experience. Melalui wujudnya, sebuah kota dimungkinkan menjadi

puncak dari individual dan inovasi, dan hal ini menjadi instrumen dari perubahan sejarah;

5. Dalam Community Design and the Culture of Cities (1990), Eduardo Lozano urbanity sama seperti city dengan civilization.

Argumentasinya, bahwa urbane community (komunitas yang berbudi) adalah salah satu yang menawarkan wargakota

berbagai lifestyles – kesempatan untuk memilih, bertukar dan interaksi.

Lozano percaya bahwa, bentuk ideal era sebelumnya dari sejarah perkotaan, seperti order (aturan) dan diversity

(perbedaan), harus diintroduksi kembali ke dalam kota-kota yang berkharakter membosankan dan membingungkan.

William Sharpe dan Leonard Wallock dalam Visions of the Modern City (1983), dalam pengantarnya menjelaskan bahwa, kota

telah terlihat sedikitnya sebagai pemandangan sosial dan psikologi, keduanya memproduksi dan merefleksikan kesadaran

modern; 6. Contoh lain adalah issue spesial dalam Journal of Urban History berjudul “Cities as Cultural Arenas”. Beberapa

Page 10: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Persepsi budaya dalam urbanisme

Persepsi kebudayaan dari kota-kota dapat digunakan pertama, untuk antropologi seperti ditegaskan oleh Clifford Geertz, The

Interpretation of Culture (1973), seikat dari aktivitas dan nilai yang membentuk karakter dari masyarakat, dalam kasus ini

adalah, masyarakat di perkotaan. Kedua, digunakan secara terbatas di mana budaya disamakan dengan seni dan kebiasaan,

dan terutama dengan bidang melukis dan musik.

a. Urbaniti sebagai sebuah budaya

Lewis Mumford dalam The Culture of Cities (1938) melakukan pendekatan interdisipliner antara lain ahli filosofi, sejarah,

kritik sastra, sosial, kritik arsitektur, dan perencana:

1. Dalam pandangannya, kota mempunyai creative focal points bagi masyarakat. Kota……adalah titik maksimum konsentrasi

untuk power and culture dari komuniti;

2. Kota dibentuk oleh budaya, tetapi sebaliknya kota dipengaruhi wujud dari budaya itu;

3. Kota dibentuk bersama-sama dengan langgam, menurut Mumford sangat manusiawi, dan merupakan “greatest work of

art”. Di dalam kota, waktu menjadi visibel, dengan lapisan-lapisan dari masa lalu yang masih bertahan pada buildings,

monuments, dan public ways;

4. Max Weber, dengan peran budaya terhadap kota dalam The City (1905), mengatakan bahwa konsep kota menekankan

kesopanan (urbanity) – wujud kosmopolitan dari urban experience. Melalui wujudnya, sebuah kota dimungkinkan menjadi

puncak dari individual dan inovasi, dan hal ini menjadi instrumen dari perubahan sejarah;

5. Dalam Community Design and the Culture of Cities (1990), Eduardo Lozano urbanity sama seperti city dengan civilization.

Argumentasinya, bahwa urbane community (komunitas yang berbudi) adalah salah satu yang menawarkan wargakota

berbagai lifestyles – kesempatan untuk memilih, bertukar dan interaksi.

Lozano percaya bahwa, bentuk ideal era sebelumnya dari sejarah perkotaan, seperti order (aturan) dan diversity

(perbedaan), harus diintroduksi kembali ke dalam kota-kota yang berkharakter membosankan dan membingungkan.

William Sharpe dan Leonard Wallock dalam Visions of the Modern City (1983), dalam pengantarnya menjelaskan bahwa, kota

telah terlihat sedikitnya sebagai pemandangan sosial dan psikologi, keduanya memproduksi dan merefleksikan kesadaran

modern; 6. Contoh lain adalah issue spesial dalam Journal of Urban History berjudul “Cities as Cultural Arenas”. Beberapa

Konsep provokatif dari urbanity yang menekankan perbedaan-perbedaan daripada komunitas (Thomas Bender). Bender

percaya bahwa, notion dari komunitas bukan salah satu yang efektif dapat diterapkan pada pusat-pusat perkotaan yang

besar, bila oleh komunitas dimaksudkan ikatan dari penduduk dari kesamaan ketertarikan dan nilai-nilai. Argumentasinya,

bahwa notion of the city secara kolektif didasari oleh perbedaan daripada kesamaan. melihat

b. Seni sebagai budaya

Hubungan antara kota-kota dan budaya dikembalikan pada asal dari kota itu sendiri. Penataan perkotaan memberikan

kekayaan, kesenangan, dan konsentrasi dari penduduk yang kreatif memproduksi seni seperti di Renaissance Florence.

1.Witold Rybezynski mengatakan “budaya telah menjadi industri besar di beberapa kota tua”. Kota-kota tetap pada lokasi

dari budaya yang paling utama –museum, teater, auditorium, dan universitas, juga pabrik-pabrik dan beberapa kantor– ada

pada suburbans. Mereka menjadi tujuan wisata karena daya tarik budayanya; 2. Menurut Jon Caufield, beberapa lukisan

terlihat “menangkap atau melambangkan aspek krusial dari pengertian kota baru”; 3. Public art secara tradisional

memberikan rasa pada kota sebagai dunia kolektif dan tempat berbagi. Selalu terdapat patung yang menyimbolkan figur-

figur mitologi sebagai even yang penting bagi negara atau kota pada masa lalu. Modernisme cenderung untuk

menghancurkan peran budaya dari public art dengan merusak gagasan dari ruang publik sebagai lahan bersama. Ahli

perkotaan

c. Warisan sebagai budaya

Bagian yang paling menonjol dari budaya kota-kota di Eropa adalah lingkungan binaan bersejarah. Di Amerika Utara,

permukiman perkotaan selalu diberikan prioritas untuk tumbuh daripada mempertahankan masa lalu. Gertrude Stein

menaksir kota-kota di wilayahnya merupakan tipikal dari perilaku modernis: New York, San Fransisco, dan Cleveland. Puncak

pelanggaran terjadi di tahun 1960-an ketika beberapa bangunan di seluruh wilayah dihancurkan dengan alasan bahwa sudah

lama bertahan dalam perjalanannya dan tidak dapat diselamatkan nilainya. Apa yang disebut dengan “paradigm shift”, yang

juga terjadi di tahun 1960-an, yaitu wargakota dan para professional untuk melihat kota-kota dengan cara pandang baru.

Sebagai contoh, Jane Jacobs dalam The Death and Life of Great America Cities (1961) mengatakan, praktek perencanaan

konvensional dengan memberikan saran/usulan/anjuran bahwa resep atau ketentuan perencana untuk merevitalisasi kota-

kota pada kenyataannya akan membunuh mereka sendiri.

Page 11: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Konsep provokatif dari urbanity yang menekankan perbedaan-perbedaan daripada komunitas (Thomas Bender). Bender

percaya bahwa, notion dari komunitas bukan salah satu yang efektif dapat diterapkan pada pusat-pusat perkotaan yang

besar, bila oleh komunitas dimaksudkan ikatan dari penduduk dari kesamaan ketertarikan dan nilai-nilai. Argumentasinya,

bahwa notion of the city secara kolektif didasari oleh perbedaan daripada kesamaan. melihat

b. Seni sebagai budaya

Hubungan antara kota-kota dan budaya dikembalikan pada asal dari kota itu sendiri. Penataan perkotaan memberikan

kekayaan, kesenangan, dan konsentrasi dari penduduk yang kreatif memproduksi seni seperti di Renaissance Florence.

1.Witold Rybezynski mengatakan “budaya telah menjadi industri besar di beberapa kota tua”. Kota-kota tetap pada lokasi

dari budaya yang paling utama –museum, teater, auditorium, dan universitas, juga pabrik-pabrik dan beberapa kantor– ada

pada suburbans. Mereka menjadi tujuan wisata karena daya tarik budayanya; 2. Menurut Jon Caufield, beberapa lukisan

terlihat “menangkap atau melambangkan aspek krusial dari pengertian kota baru”; 3. Public art secara tradisional

memberikan rasa pada kota sebagai dunia kolektif dan tempat berbagi. Selalu terdapat patung yang menyimbolkan figur-

figur mitologi sebagai even yang penting bagi negara atau kota pada masa lalu. Modernisme cenderung untuk

menghancurkan peran budaya dari public art dengan merusak gagasan dari ruang publik sebagai lahan bersama. Ahli

perkotaan

c. Warisan sebagai budaya

Bagian yang paling menonjol dari budaya kota-kota di Eropa adalah lingkungan binaan bersejarah. Di Amerika Utara,

permukiman perkotaan selalu diberikan prioritas untuk tumbuh daripada mempertahankan masa lalu. Gertrude Stein

menaksir kota-kota di wilayahnya merupakan tipikal dari perilaku modernis: New York, San Fransisco, dan Cleveland. Puncak

pelanggaran terjadi di tahun 1960-an ketika beberapa bangunan di seluruh wilayah dihancurkan dengan alasan bahwa sudah

lama bertahan dalam perjalanannya dan tidak dapat diselamatkan nilainya. Apa yang disebut dengan “paradigm shift”, yang

juga terjadi di tahun 1960-an, yaitu wargakota dan para professional untuk melihat kota-kota dengan cara pandang baru.

Sebagai contoh, Jane Jacobs dalam The Death and Life of Great America Cities (1961) mengatakan, praktek perencanaan

konvensional dengan memberikan saran/usulan/anjuran bahwa resep atau ketentuan perencana untuk merevitalisasi kota-

kota pada kenyataannya akan membunuh mereka sendiri.

II.2 PENGERTIAN KOTA

Kota adalah sebuah produk yang membutuhkan suatu proses didalamnya berupa karakteristik kota sebagai jaringan yang bersifat secara struktural maupun spasial pada semua tingkatan. Pada jaringan tersebut, semua akan mengalami keterkaitan antar yang satunya dengan yang lain, sehingga dalam hal ini semua parameter saling mempengaruhi satu sama lain yang bersifat ekologis dan terjadi secara alamiah. Akan tetapi ada juga kota yang besifat buatan yang tidak secara alamiah, melainkan melalui intervensi dari luar dengan proses ekologinya tidak secara langsung. Sehingga hal seperti inilah yang selalu mengalami perbedaan dari kedua sistem tersebut.

Kota merupakan tempat bergabungnya berbagai hal dan merupakan kumpulan keanekaragaman banyak hal. Berbagai strata masyarakat bergabung dalam satu tempat yang sama, yakni kota. Begitu juga dengan kegiatan ekonomi. Begitu banyak kegiatan ekonomi saling melengkapi dan saling bergantung. Kota juga merupakan simbol dari kesejahteraan, kesempatan berusaha dan dominasi terhadap wilayah sekitarnya. Namun kota juga merupakan sumber polusi, kemiskinan dan perjuangan untuk berhasil. Gejala kota yang seperti ini telah terjadi sejak munculnya pusat-pusat permukiman yang kemudian dikenal sebagai kota.

Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling kompleks. Kebanyakan para ilmuwan bependapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi mengenai ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dan sangat perlu untuk diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di dalamnya.

Definisi Klasik (Amos Rappoport)

• Suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial

Definisi Moderen

Suatu Permukiman dirumuskan bukan dari ciri-ciri morfolgi kota tetapi dari suatu fungsi-fungsi yang menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian ruang dan hirarki tertentu .

Kita yang hidup pada zaman muthakhir ini dapat dengan mudah mengamati dan menggambarkan apakah “kota” itu, sesuai dengan tolak ukur atau focus perhatian kita masing-masing. Oleh karena itu tidak dirisaukan jika terdapat banyak definisi tentang kota, yang mungkin satu dengan yang lainnya berbeda.  Adapun Definisi tersebut antara lain :

Kota adalah suatu ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan Pedesaan sebagai “daerah yang melindungi kota” (P.J.M. Nas 1979 : 28). Kota seolah-olah mempunyai karakter tersendiri, mempunyai jiwa, organisasi, budaya atau peradaban tersendiri.

Mumford : Kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam daya tarik pada 

Page 12: Bab 1-Babii Kawasan

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat pemukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Pengertian Kota dari Berbagai Aspek

Secara demografis KOTA merupakan pemusatan penduduk yang tingkat kepadatannya tinggi, dibandingkan wilayah

sekitarnya.

Secara Ekonomis KOTA dicirikan dengan promosi lapangan kerja yang dominan di sektor non pertanian seperti Industri, jasa,

transportasi dan perdagangan.

Secara Geografis KOTA diartikan suatu pusat kegiatan yang dikaitkan dengan suatu lokasi strategis.

Secara Administrasi pemerintahan KOTA dapat diartikan sebagai suatu wilayah wewenang yang di batasi oleh suatu wilayah

yuridiksi dan di tetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Secara Fisik suatu KOTA dicirikan dengan adanya dominasi wilayah terbangun dengan struktur fisik binaan

Secara Sosiologi dikaitkan dengan batasan adanya sifat heterogen dari penduduknya serta budaya urban yang telah

mengurangi budaya desa.

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

II.2 PENGERTIAN KOTA

Kota adalah sebuah produk yang membutuhkan suatu proses didalamnya berupa karakteristik kota sebagai jaringan yang bersifat secara struktural maupun spasial pada semua tingkatan. Pada jaringan tersebut, semua akan mengalami keterkaitan antar yang satunya dengan yang lain, sehingga dalam hal ini semua parameter saling mempengaruhi satu sama lain yang bersifat ekologis dan terjadi secara alamiah. Akan tetapi ada juga kota yang besifat buatan yang tidak secara alamiah, melainkan melalui intervensi dari luar dengan proses ekologinya tidak secara langsung. Sehingga hal seperti inilah yang selalu mengalami perbedaan dari kedua sistem tersebut.

Kota merupakan tempat bergabungnya berbagai hal dan merupakan kumpulan keanekaragaman banyak hal. Berbagai strata masyarakat bergabung dalam satu tempat yang sama, yakni kota. Begitu juga dengan kegiatan ekonomi. Begitu banyak kegiatan ekonomi saling melengkapi dan saling bergantung. Kota juga merupakan simbol dari kesejahteraan, kesempatan berusaha dan dominasi terhadap wilayah sekitarnya. Namun kota juga merupakan sumber polusi, kemiskinan dan perjuangan untuk berhasil. Gejala kota yang seperti ini telah terjadi sejak munculnya pusat-pusat permukiman yang kemudian dikenal sebagai kota.

Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling kompleks. Kebanyakan para ilmuwan bependapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi mengenai ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dan sangat perlu untuk diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di dalamnya.

Definisi Klasik (Amos Rappoport)

• Suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial

Definisi Moderen

Suatu Permukiman dirumuskan bukan dari ciri-ciri morfolgi kota tetapi dari suatu fungsi-fungsi yang menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian ruang dan hirarki tertentu .

Kita yang hidup pada zaman muthakhir ini dapat dengan mudah mengamati dan menggambarkan apakah “kota” itu, sesuai dengan tolak ukur atau focus perhatian kita masing-masing. Oleh karena itu tidak dirisaukan jika terdapat banyak definisi tentang kota, yang mungkin satu dengan yang lainnya berbeda.  Adapun Definisi tersebut antara lain :

Kota adalah suatu ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan Pedesaan sebagai “daerah yang melindungi kota” (P.J.M. Nas 1979 : 28). Kota seolah-olah mempunyai karakter tersendiri, mempunyai jiwa, organisasi, budaya atau peradaban tersendiri.

Mumford : Kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam daya tarik pada 

Page 13: Bab 1-Babii Kawasan

Kawasan perkotaan yang besar dengan jumlah penduduk diatas satu juta orang dan berdekatan dengan kota satelit disebut sebagai metropolitan.

Perencanaan kota dapat mencakup pembaruan perkotaan dengan mengadaptasi metode perencanaan kota untuk kota-kota yang mengalami penderitaan dari pembusukkan dan kurangnya investasi.

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Pengelompokan kawasan perkotaan

Kawasan Perkotaan dibedakan atas:

1. Kawasan Perkotaan yang berstatus administratif Daerah Kota;

2. Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah Kabupaten;

3. Kawasan Perkotaan Baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah Kawasan Perdesaan menjadi Kawasan

Perkotaan;

4. Kawasan Perkotaan yang mempunyai bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan sebagai satu kesatuan

sosial, ekonomi dan fisik perkotaan.

KLASIFIKASI KOTA

Kota industri khusus

Kota Industri

Kota Perdagangan

Kota berbagai fungsi

Kota transportasi

Kota pariwisata

Page 14: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

Pengelompokan kawasan perkotaan

Kawasan Perkotaan dibedakan atas:

1. Kawasan Perkotaan yang berstatus administratif Daerah Kota;

2. Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah Kabupaten;

3. Kawasan Perkotaan Baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah Kawasan Perdesaan menjadi Kawasan

Perkotaan;

4. Kawasan Perkotaan yang mempunyai bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan sebagai satu kesatuan

sosial, ekonomi dan fisik perkotaan.

KLASIFIKASI KOTA

Kota industri khusus

Kota Industri

Kota Perdagangan

Kota berbagai fungsi

Kota transportasi

Kota pariwisata

II.3 Karakteristik Kota

Pada karakteristik kota-kota baru ada yang dikenal dengan sebutan ‘bastide’ yang berbentuk seperti pola papan catur. Bastide-bastide ini dilindungi oleh dinding kota yang membentuk empat persegi panjang. Jalan utamanya menghubungkan pintu-pintu gerbang kota dengan pola memusat ke arah pasar atau alun-alun di pusat kota. Blok-blok kota yang berbentuk empat persegi panjang di belah menjadi dua oleh gang yang sempit, terbagi kedalam petak-petak tanah dengan ukuran yang sama. Pada penataan fisik jaringan jalan utama yang dapat ditemui pada kota-kota lama, yaitu kota-kota dari zaman pertengahan yang telah terbangun sangat lama, sangat berbeda dengan bastide-bastide. Penataan jalan ini tidak berbentuk persegi panjang tetapi berpola radial-konsentrik. Alasan dari penataan tersebut adalah karena jalur jalan yang menghubungkan sekeliling daerah tepian kota yang secara alami menyebar dari permukiman.

• Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya kriteria itu sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan dibagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya, didaerah pinggiran kota, sebaliknya juga desa-desa yang mirip kota, seperti desa-desa di pegunungan dinegara-negara laut tengah. 

•  Dari aspek penduduk. Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan –kelemahan. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah. Sebagai contoh misalnya dia AS dan Meksiko suatu tempet dikatakan kota apabila dihuni lebih dari 2500 jiwa dan Swedia 200jiwa.

• Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-ficial), berkotak-kotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih hubungan sendiri.

• Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan

• Dari aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota.

• Dari karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa kota :

Page 15: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.

II.3 Karakteristik Kota

Pada karakteristik kota-kota baru ada yang dikenal dengan sebutan ‘bastide’ yang berbentuk seperti pola papan catur. Bastide-bastide ini dilindungi oleh dinding kota yang membentuk empat persegi panjang. Jalan utamanya menghubungkan pintu-pintu gerbang kota dengan pola memusat ke arah pasar atau alun-alun di pusat kota. Blok-blok kota yang berbentuk empat persegi panjang di belah menjadi dua oleh gang yang sempit, terbagi kedalam petak-petak tanah dengan ukuran yang sama. Pada penataan fisik jaringan jalan utama yang dapat ditemui pada kota-kota lama, yaitu kota-kota dari zaman pertengahan yang telah terbangun sangat lama, sangat berbeda dengan bastide-bastide. Penataan jalan ini tidak berbentuk persegi panjang tetapi berpola radial-konsentrik. Alasan dari penataan tersebut adalah karena jalur jalan yang menghubungkan sekeliling daerah tepian kota yang secara alami menyebar dari permukiman.

• Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya kriteria itu sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan dibagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya, didaerah pinggiran kota, sebaliknya juga desa-desa yang mirip kota, seperti desa-desa di pegunungan dinegara-negara laut tengah. 

•  Dari aspek penduduk. Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan –kelemahan. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah. Sebagai contoh misalnya dia AS dan Meksiko suatu tempet dikatakan kota apabila dihuni lebih dari 2500 jiwa dan Swedia 200jiwa.

• Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-ficial), berkotak-kotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih hubungan sendiri.

• Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan

• Dari aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota.

• Dari karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa kota :

• vi.            Warganya (relatif) mobility

• vii.            Tempat pemukiman yang tampak permanen

• viii.            Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, social relation, yang impersonal dan eksternal, serta personal

segmentasion karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali

tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.

II.4 Fungsi Kota

Menurut Noel P. Gist dalam “Urban Society” (hasil kuliah Drs.M Thalla, 1972) sebagai berikut :

a.       Production center, yakni kota sebagai

b.       pusat produksi, baik barang setengah jadi maupun barang jadi.

c.       Center of trade and commerce, yakni kota sebagai pusat perdagangan dan niaga, yang melayani daerah

sekitarnya. Kota seperti ini sangat banyak, seperti Rotterdam, Singapura, Hamburg.

d.      Political capital, yakni kota sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibukota negara, misalnya kota london dan

Brazil.

e.      Cultural center, kota sebagai pusat kebudayaan, contohnya : kota Vatikan, Makkah, Yerusalem.

f.        Health and recreation, yakni kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi wisata, misalnya : Monaco, Palm

Beach, Florida, Puncak Bogor, Kaliurung.

g.       Divercified cities, Yakni kota-kota yang berfungsi ganda atau beraneka. Kota-kota pada masa kini (setelah

perang dunia ke II) banyak yang termasuk kategori ini. Sebagai contoh : Jakarta, Tokyo, Surabaya yang

mencanangkan diri sebagai “kota indarmardi” (kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan),disamping

sebagai pusat pemerintahan.

Page 16: Bab 1-Babii Kawasan

DOSEN PENGAJAR : IR. J.W. KUSOY, MT.