Bab 1 - 6library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2007-1-00216-TISI-Bab 5.pdf · HASIL DAN...

135
85 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data Perusahaan Dalam menghitung biaya produksi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data bahan baku, data tenaga kerja dan data overhead pabrik. Pada sub bab penyajian data perusahaan ini, penulis akan menyajikan data bahan dan harga, data tenaga kerja serta data biaya overhead pabrik. 5.1.1 Data Bahan dan Harga Pada PT. Gedesco Sejahtera, data bahan dan harganya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : data bahan baku langsung dan data bahan tidak langsung / bahan pendukung. 5.1.1.1 Bahan Baku Langsung Bahan baku langsung yang dipakai oleh PT. Gedesco Sejahtera dalam memproduksi kursi kantor meliputi busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base five stars, mekanism back rest, roda, gaslift, armrest, karet, cover gaslift, kain, dan kulit (oscar). Busa foam ini digunakan untuk melapisi bagian belakang sandaran kursi, sedangkan busa molded digunakan untuk melapisi bagian depan sandaran dan dudukan kursi sebagai bantalan sehingga kursi terasa empuk ketika diduduki. Busa rebonded digunakan sebagai busa pembentuk pada bagian-bagian tertentu dari sandaran kursi

Transcript of Bab 1 - 6library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2007-1-00216-TISI-Bab 5.pdf · HASIL DAN...

85

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyajian Data Perusahaan

Dalam menghitung biaya produksi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk

memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data

bahan baku, data tenaga kerja dan data overhead pabrik. Pada sub bab penyajian data

perusahaan ini, penulis akan menyajikan data bahan dan harga, data tenaga kerja serta

data biaya overhead pabrik.

5.1.1 Data Bahan dan Harga

Pada PT. Gedesco Sejahtera, data bahan dan harganya dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu : data bahan baku langsung dan data bahan tidak langsung / bahan

pendukung.

5.1.1.1 Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung yang dipakai oleh PT. Gedesco Sejahtera dalam

memproduksi kursi kantor meliputi busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base

five stars, mekanism back rest, roda, gaslift, armrest, karet, cover gaslift, kain, dan kulit

(oscar). Busa foam ini digunakan untuk melapisi bagian belakang sandaran kursi,

sedangkan busa molded digunakan untuk melapisi bagian depan sandaran dan dudukan

kursi sebagai bantalan sehingga kursi terasa empuk ketika diduduki. Busa rebonded

digunakan sebagai busa pembentuk pada bagian-bagian tertentu dari sandaran kursi

86

sehingga bentuk sandaran menjadi lebih menarik. Karet digunakan untuk melapisi

pinggiran kursi dan menutupi bagian dari kursi yg disteples sehingga kursi terlihat rapi.

Armrest dipakai sebagai sandaran tangan dan tidak semua type dari kursi yang

diproduksi PT.Gedesco Sejahtera menggunakan arm rest. Pada tipe MAA, tidak dipakai

armrest karena tipe ini tidak menggunakan sandaran tangan. Papan merupakan kayu

lapis yang telah dipress dan digunakan sebagai rangka dari kursi untuk memberi bentuk

dasar dari sandaran dan dudukan kursi. Gaslift dan gaslift cover berfungsi sebagai

pompa hidrolik pada kursi sehingga ketinggian kursi dapat dirubah-rubah sesuai dengan

kebutuhan. Kain dan kulit digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran sehingga

busa maupun papan dari dudukan dan sandaran tidak terlihat dan tampak lebih menarik.

Mekanism backrest merupakan bagian pada kursi yang digunakan untuk menempelkan

dudukan dan sandaran serta tempat pemasangan gaslift. Kemudian base five stars dan

roda berfungsi sebagai kaki dari kursi dan tempat pemasangan gaslift sehingga kursi

dapat berputar dengan bebas dan mudah dipindahkan.

Bahan-bahan baku tersebut semuanya dibeli dari supplier dan kebanyakan

dipesan setiap satuan serta telah diproses sesuai dengan pesanan dari PT. Gedesco

Sejahtera, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera tidak melakukan proses perubahan ataupun

produksi terhadap bahan-bahan tersebut namun hanya melakukan proses perakitan /

assembly terhadap bahan-bahan tersebut, seperti busa foam, busa molded, busa

rebonded, papan, base five stars, mekanism, back rest, gaslift, dan cover gaslift.

Sedangkan bahan-bahan seperti kain, kulit, dan karet dipesan dalam gulungan dengan

ukuran tertentu dan dilakukan proses perubahan seperti pemotongan sebelum dirakit.

Bahan-bahan seperti gaslift, mekanism, armrest diperoleh dengan cara mengimpor dari

supplier luar karena bahan-bahan ini memang tidak diproduksi di dalam negeri.

87

Berikut dapat dilihat tabel pemakaian bahan baku dan tabel harga bahan baku

untuk masing-masing produk yang dihasilkan pada divisi assembly PT. Gedesco

Sejahtera.

Tabel 5.1 Data Bahan Baku dan Jumlah Pemakaian per Unit Type Produk

Jumlah Pemakaian / Produk Komponen Utama

SCC SLH SLL MAR MAA Satuan

Busa Moulded & foam 1 1 1 1 1 Set

Busa Rebonded 0,1 0,1 0,08 - - M2

Kayu Press 1 1 1 1 1 Set

Roda 5 5 5 5 5 Buah

Base Five Star 1 1 1 1 1 Buah

Mechanism (termasuk

Backrest untuk tipe MAR

dan MAA) 1 1 1 1 1 Buah

Gaslift & Gaslift Cover 1 1 1 1 1 Buah

Karet 4,42 4,42 4,12 2,85 2,85 Meter

Kain New Scotland 1,2 1,08 0,9 0,5 0.5 M2

Kain Kuartas - 0,4 0,4 0,3 0,3 M2

Kulit Sintetis Oscar 1,2 0,6 0,5 0,2 0,2 M2

Arm Rest 1 1 1 1 - Pasang

Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

88

Tabel 5.2 Data Bahan Baku dan Harga per Satuannya untuk masing-masing Type

Produk

Harga / Satuan (Rp) Komponen Utama

SCC SLH SLL MAR MAA Satuan

Busa Moulded & foam 75.000 75.000 60.000 60.000 60.000 Set

Busa Rebonded 25.000 25.000 25.000 - - M2

Kayu Press 60.000 50.000 40.000 20.000 20.000 Set

Roda 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 Buah

Base Five Star 60.000 60.000 60.000 30.000 30.000 Buah

Mechanism (termasuk

Backrest untuk tipe MAR

dan MAA) 45.000 45.000 45.000 36.000 36.000 Buah

Gaslift & Gaslift Cover 70.000 70.000 70.000 38.000 38.000 Buah

Karet 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 Meter

Kain New Scotland 65.000 50.000 50.000 40.000 40.000 M2

Kain Kuartas - 36.000 36.000 36.000 36.000 M2

Kulit Sintetis Oscar 40.000 40.000 40.000 20.000 20.000 M2

Arm Rest 80.000 60.000 60.000 28.000 - Pasang

Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

5.1.1.2 Bahan Baku Tidak Langsung / Bahan Pendukung

Untuk proses produksi kursi kantor, PT. Gedesco Sejahtera menggunakan 7 jenis

bahan pendukung, yaitu : staples, lem, baut, baut bracket, mur tnut , engsel dan plastik

mika. Staples digunakan untuk melekatkan kain dan kulit pada dudukan maupun

sandaran kursi.Untuk lem digunakan lem merk fox dan dipakai untuk melekatkan busa

baik busa molded, busa foam maupun busa rebonded pada kayu press / papan. Baut dan

mur tnut digunakan untuk melekatkan armrest, mechanism, maupun backrest pada

dudukan dan sandaran kursi. Engsel digunakan sebagai dudukan sebelum armrest

dipasang, namun engsel hanya dipergunakan pada produk kursi kantor type SCC, SLH,

89

dan SLL. Sedangkan plastik mika digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran kursi

yang telah dirakit sehingga kursi tampak lebih rapi dan bersih.

Bahan pendukung seperti staples dibeli per dos dengan harga Rp 17.500,00.

Dalam satu dos terdapat 2 batang steples, masing-masing sebanyak 100 pieces. Lem fox

yang dipakai dibeli per kaleng dengan berat 3.5 kilogram seharga Rp 85.000,00. Baut

yang dipake adalah baut type JP 25 mili dengan harga per baut Rp 500,00. Untuk mur

tnut dibeli per lot sebanyak 1000 biji dengan harga per biji Rp 300,00. Engsel dibeli per

buah dengan harga Rp 1.500,00 Sedangkan plastik pembungkus dibeli per roll /

gulungan sepanjang 36 meter dengan harga Rp 3.000,00 per meter.

Berikut dapat dilihat tabel harga bahan pendukung untuk produk yang dihasilkan

pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera..

Tabel 5.3 Data Harga Bahan Pendukung

Komponen

Pendukung

Harga / Satuan

(Rp) Satuan

Mur Tnut 300 Buah

Baut 500 Buah

Baut Bracket 500 Buah

Engsel 1.500 Buah

Plastik Mika 3.000 M2

Lem Fox 85.000 Kaleng

Staples 17.500 Dos

Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

5.1.2 Data Tenaga Kerja

Dalam menjalankan kegiatan produksinya, PT. Gedesco Sejahtera membagi

kegiatan ke dalam stasiun kerja ( work station ) untuk divisi assemblynya. Ada 3 stasiun

90

kerja yang digunakan dalam memproduksi / merakit kursi kantor, di mana stasiun kerja-

stasiun kerja tersebut telah mempunyai pembagian tugas dan kerja masing-masing.

5.1.2.1 Data Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung ini merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam

proses perakitan pada departemen assembly. Tenaga kerja langsung yang ditempatkan

pada divisi assembly berjumlah 12 orang dan merupakan karyawan tetap / bukan

karyawan kontrak. Tenaga kerja langsung ini ditempatkan pada 3 work station yang ada

pada divisi assembly, di mana masing-masing work station akan dikerjakan oleh 4 orang

tenaga kerja langsung.

Adapun gaji yang diberikan kepada karyawan divisi assembly ini diberikan

sebesar 120% dari UMR (Rp 700.000,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu

sebesar Rp 840.000,00 .karena tenaga kerja langsung yang dipekerjakan PT. Gedesco

Sejahtera diambil dari tenaga kerja daerah Tangerang.

Berikut tabel data jumlah tenaga kerja langsung pada setiap work station.

Tabel 5.4 Data Tenaga Kerja Langsung untuk setiap Work Station Divisi Assembly PT.

Gedesco Sejahtera.

No Work Station

Jumlah Tenaga

Kerja (orang)

1 WS 1 4

2 WS 2 4

3 WS 3 4

Total 12

Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

91

5.1.2.2 Data Tenaga Kerja tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung ini merupakan karyawan-karyawan yang

dipekerjakan oleh PT. Gedesco Sejahtera, namun demikian mereka tidak terlibat

langsung dalam proses produksi / perakitan pada divisi assembly. Tenaga kerja tidak

langsung pada PT. Gedesco Sejahtera terdiri dari karyawan departemen pemasaran

(marketing) dan penjualan sebanyak 4 orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan

promosi, pemasaran dan mengkoordinir penjualan produk yang dihasilkan perusahaan,

karyawan bagian keuangan sebanyak 2 orang yang bertanggung jawab terhadap masalah

keuangan dan akuntansi perusahaan, karyawan departemen produksi sebanyak 3 orang

yang bertugas melakukan pengawasan proses produksi / perakitan pada divisi assembly

serta melakukan pengujian terhadap produk jadi, dan yang terakhir adalah 2 orang

karyawan bagian pembelian yang bertugas melakukan pemesanan dan pembelian bahan

baku. Di samping itu ada 2 orang karyawan bagian gudang yang bertugas melakukan

penerimaan bahan serta penyimpanan barang jadi.

Besar gaji yang diberikan pada tenaga kerja tidak langsung ini bervariasi dan

didasarkan pada tingkat tanggung jawab dan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka..

Untuk data tenaga kerja tidak langsung PT. Gedesco Sejahtera, dapat dilihat table 5.5

sebagai berikut :

92

Tabel 5.5 Data Tenaga Kerja Tidak Langsung

Departemen Jabatan Jumlah (orang)

Staff Umum 1 Umum dan

Personalia Staff Personalia 1

Manager Marketing 1

Staff Pemasaran 2 Marketing

Staff Penjualan 2

Manager Keuangan 1 Keuangan

Staff Keuangan 2

Manager Produksi 1 Produksi

Supervisor 2

Pembelian Staff Pembelian 2

Total 15

Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

5.1.3 Data Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead ini merupakan biaya-biaya yang dikategorikan sebagai biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membentuk suatu produk mulai dari produk

dipesan, dibeli sampai dengan penjualan produk tersebut dan tidak termasuk biaya bahan

baku langsung. Biaya overhead pada PT. Gedesco Sejahtera dapat dikelompokkan

menjadi 11 kategori, yaitu :

- Bahan tidak Langsung

- Tenaga Kerja tidak Langsung

- Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport)

- Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon)

- Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan)

- Pajak

- Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk)

93

- Biaya Pengiriman

- Biaya Pesan

- Reparasi dan Maintenace

Untuk rincian biaya overhead, diambil contoh laporan kerja biaya overhead yang terjadi

pada bulan Agustus tahun 2005 sebagai berikut :

Tabel 5.6 Perincian Biaya Overhead PT. Gedesco Sejahtera untuk bulan Agustus 2005

No Jenis Overhead Jumlah

1 Bahan tidak Langsung 21.134.880

2 Tenaga Kerja tidak Langsung 34.460.000

3 Kesejahteraan Pegawai 34.617.500

4 Energi dan Fasilitas 12.516.700

5 Promosi 50.689.000

6 Biaya Pesan 523.000

7 Biaya Pengiriman 9.132.000

8 Reparasi dan Maintenance 2.650.000

9 Depresiasi 6.087.500

10 Pajak 13.750.000

Total 185.560.580

Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

5.2 Analisis Data dan Pembahasan

Untuk menyusun suatu biaya produksi diperlukan tiga elemen biaya yang paling

utama, yaitu : biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.

Dalam hal ini, penulis akan menghitung biaya produksi untuk masing-masing produk

dengan cara menghitung pengeluaran biaya yang dilakukan perusahaan terhadap

masing-masing produk yang dihasilkan sehingga akan terbentuk suatu harga pokok

produksi pada setiap produk.

94

Untuk perhitungan biaya bahan langsung, akan dirincikan pemakaian bahan

lansung yang dibebankan untuk masing-masing produk dan akan dihitung berapa biaya

yang dikeluarkan untuk pemakaian bahan tersebut.

Untuk perhitungan biaya tenaga kerja, akan digunakan total jam kerja yang

terpakai. Total jam kerja dihitung kemudian dialokasikan ke masing-masing produk dan

dihitung total biaya yang dikeluarkan atas dasar jam kerja tersebut.

Sedangkan untuk perhitungan biaya overhead, akan dibandingkan metode

tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode Activity Based

Costing, lalu akan dirumuskan kembali biaya produksi untuk masing-masing produk.

Setelah ketiga elemen utama biaya tersebut dihitung, baru kemudian akan

dilakukan perhitungan biaya produksi berdasarkan kertas kerja PT. Gedesco Sejahtera

bulan Agustus tahun 2005 yang diolah. Sehingga produk-produk yang tidak diproduksi

pada divisi assembly tidak akan dihitung biaya produksinya. Berikut ini adalah data

produksi PT. Gedesco Sejahtera pada bulan Agustus tahun 2005 untuk divisi assembly

Tabel 5.7 Data Produksi PT. Gedesco Sejahtera untuk Divisi Assembly pada Bulan

Agustus tahun 2005

No Type Produk Jumlah Produksi (unit)

1 SCC 21

2 SLH 42

3 SLL 80

4 MAR 387

5 MAA 362

Total Produksi 892

. Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

95

Setelah perhitungan biaya produksi terhadap masing-masing produk dilakukan,

maka akan dilakukan perhitungan biaya produksi. Dalam kasus ini, harga pokok

produksi akan sama dengan biaya produksi yang dihitung karena PT. Gedesco Sejahtera

tidak pernah menghasilkan barang dalam proses, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera

selalu melakukan proses produksi berdasarkan target per bulannya. Sehingga apabila

dalam bulan tertentu, perusahaan membuat target sebanyak 200 unit maka harus

terbentuk 200 unit barang pada bulan tersebut tanpa adanya barang dalam proses.

5.2.1 Perhitungan Biaya Bahan Langsung

Dalam pemakaian bahan langsung, produk kursi kantor yang diproduksi pada

divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera membutuhkan bahan-bahan dengan jumlah yang

sudah pasti, hal ini disebabkan karena bahan langsung yang digunakan dipesan dalam

bentuk barang jadi, seperti busa foam yang sudah jadi dengan ukuran tertentu, armrest,

mechanism dan bahan-bahan langsung lainnya yang kesemuanya dipesan dalam bentuk

barang jadi. Hanya beberapa bahan seperti busa rebonded, karet, yang dipesan tidak

dalam bentuk barang jadi. (dalam bentuk roll / gulungan sehingga harus dipotong

dengan ukuran tertentu terlebih dahulu sebelum dirakit)

Dalam kegiatan produksinya, bahan-bahan seperti busa foam, busa molded yang

terpakai sama dengan bahan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena untuk proses

produksi kursi kanto, hanya dilakukan proses perakitan / assembly dan tidak dilakukan

proses perubahan terhadap bahan-bahan tersebut. Namun demikian untuk bahan-bahan

seperti busa rebonded, karet, bahan yang terpakai akan lebih sedikit daripada bahan yang

dibutuhkan. Hal ini terjadi karena perusahaan telah membuat perkiraan kebutuhan

optimal bahan-bahan tersebut untuk memproduksi kursi kantor.

96

Untuk perhitungan biaya bahan langsung akan dihitung per unit produk yang

dihasilkan. Besar biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing produk akan dihitung

sesuai dengan tingkat / jumlah pemakaian produk. Berikut dapat dilihat hasil

perhitungan biaya bahan langsung untuk masing-masing type produk yang dihasilkan

oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.

Tabel 5.8 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Produk Kursi Kantor Type

SCC

Nama Bahan Harga /

Satuan (Rp) a

Jumlah Pemakaian (Satuan)

b Satuan

Total Biaya (Rp) a x b

Busa Moulded & foam 75.000 21 Set 1.575.000

Busa Rebonded 25.000 0,21 M2 5.250

Kayu Press 60.000 21 Set 1.260.000

Roda 3.000 105 Buah 315.000

Base Five Star 60.000 21 Buah 1.260.000

Mechanism (termasuk

Backrest untuk tipe MAR dan

MAA) 45.000 21 Buah 945.000

Gaslift & Gaslift Cover 70.000 21 Buah 1.470.000

Karet 2.500 92,82 Meter 232.050

Kain New Scotland 65.000 25,20 M2 1.638.000

Kain Kuartas - - M2 -

Kulit Sintetis Oscar 40.000 25,20 M2 1.008.000

Arm Rest 80.000 21 Pasang 1.680.000

Total Biaya Bahan Langsung 11.388.300

97

Tabel 5.9 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLH

Nama Bahan Harga /

Satuan (Rp) a

Jumlah Pemakaian (Satuan)

b Satuan

Total Biaya (Rp) a x b

Busa Moulded & foam 75.000 42 Set 3.150.000 Busa Rebonded 25.000 0,42 M2 10.500 Kayu Press 50.000 42 Set 2.100.000 Roda 3.000 210 Buah 630.000 Base Five Star 60.000 42 Buah 2.520.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 42 Buah 1.890.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 42 Buah 2.940.000 Karet 2.500 185,64 Meter 464.100 Kain New Scotland 50.000 45,36 M2 2.268.000 Kain Kuartas 36.000 16,80 M2 604.800 Kulit Sintetis Oscar 40.000 25,20 M2 1.008.000 Arm Rest 60.000 42 Pasang 2.520.000

Total Biaya Bahan Langsung 20.105.400

Tabel 5.10 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLL

Nama Bahan Harga /

Satuan (Rp) a

Jumlah Pemakaian (Satuan)

b Satuan

Total Biaya (Rp) a x b

Busa Moulded & foam 60.000 80 Set 4.800.000 Busa Rebonded 25.000 6,4 M2 160.000 Kayu Press 40.000 80 Set 3.200.000 Roda 3.000 400 Buah 1.200.000 Base Five Star 60.000 80 Buah 4.800.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 80 Buah 3.600.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 80 Buah 5.600.000 Karet 2.500 329,60 Meter 824.000 Kain New Scotland 50.000 72 M2 3.600.000 Kain Kuartas 36.000 32 M2 1.152.000 Kulit Sintetis Oscar 40.000 40 M2 1.600.000 Arm Rest 60.000 80 Pasang 4.800.000

Total Biaya Bahan Langsung 35.336.000

98

Tabel 5.11 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAR

Nama Bahan Harga /

Satuan (Rp) a

Jumlah Pemakaian (Satuan)

b Satuan

Total Biaya (Rp) a x b

Busa Moulded & foam 60.000 387 Set 23.220.000 Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press 20.000 387 Set 7.740.000 Roda 3.000 1.935 Buah 5.805.000 Base Five Star 30.000 387 Buah 11.610.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 36.000 387 Buah 13.932.000 Gaslift & Gaslift Cover 38.000 387 Buah 14.706.000 Karet 2.500 1.102,95 Meter 2.757.375 Kain New Scotland 40.000 193,50 M2 7.740.000 Kain Kuartas 36.000 116,10 M2 4.179.600 Kulit Sintetis Oscar 20.000 77,40 M2 1.548.000 Arm Rest 28.000 387 Pasang 10.836.000

Total Biaya Bahan Langsung 104.037.975

Tabel 5.12 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAA

Nama Bahan Harga /

Satuan (Rp) a

Jumlah Pemakaian (Satuan)

b Satuan

Total Biaya (Rp) a x b

Busa Moulded & foam 60.000 362 Set 21.720.000 Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press 20.000 362 Set 7.240.000 Roda 3.000 1.810 Buah 5.430.000 Base Five Star 30.000 362 Buah 10.860.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 36.000 362 Buah 13.032.000 Gaslift & Gaslift Cover 38.000 362 Buah 13.756.000 Karet 2.500 1.031,70 Meter 2.579.250 Kain New Scotland 40.000 181 M2 7.240.000 Kain Kuartas 36.000 108,60 M2 3.909.600 Kulit Sintetis Oscar 20.000 72,40 M2 1.448.000 Arm Rest - - Pasang -

Total Biaya Bahan Langsung 87.214.850

99

5.2.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Gaji yang diterima oleh tenaga kerja langsung adalah sebesar 120 % UMR (Rp

700.000,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu Rp 840.000,00. Jumlah tenaga

kerja langsung yang bekerja pada divisi assembly sebanyak 12 orang. Dengan demikian,

maka total pengeluaran untuk biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung sebesar Rp

840.000,00 x 12 = Rp 10.080.000,00.

Untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung per produk akan dilakukan

pengalokasian biaya berdasarkan jumlah produk yang diproduksi untuk masing-masing

type. Pengalokasian biaya tenaga kerja ini akan dipakai prosentase produksi baru

kemudian dihitung jumlah biaya tenaga kerja langsung yang terjadi. Berikut adalah tabel

pengalokasian biaya tenaga kerja langsung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan

untuk masing-masing type.

Tabel 5.13 Data Perhitungan Pengalokasian Biaya Tenaga Kerja Langsung Divisi

Assembly untuk masing-masing Type Produk

No Type Produk Jumlah Produksi

(unit) Prosentase (%) Alokasi Biaya (Rp)

1 SCC 21 2.35 236.880,00

2 SLH 42 4.71 474.768,00

3 SLL 80 8.97 904.176,00

4 MAR 387 43.39 4.373.712,00

5 MAA 362 40.58 4.090.464,00

Total 892 100 10.080.000,00

100

5.2.3 Perhitungan Biaya Overhead

Dalam perhitungan biaya overhead produk untuk kasus ini, penulis akan

mencoba menggunakan 2 metode yang berbeda, yaitu metode tradisional dan metode

ABC (Activity Based Costing). Kemudian setelah diperoleh biaya overhead per produk

dengan masing-masing metode, akan dibuat perbandingan biaya overhead yang

dihasilkan oleh kedua metode tersebut.

5.2.3.1 Perhitungan Overhead dengan Metode Tradisional

Metode tradisional yang selama ini digunakan oleh PT. Gedesco Sejahtera adalah

dengan membebankan biaya overhead ke unit organisasi terlebih dahulu (divisi

assembly dan divisi machine production) baru kemudian membebankan biaya overhead

ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Total biaya overhead akan dibagi

dengan tingkat produksi yang terlaksana untuk semua jenis produk yang diproduksi

sehingga terbentuklah suatu tarif overhead. Kemudian tarif overhead ini akan digunakan

sebagai dasar perhitungan biaya overhead untuk setiap produk.

Namun demikian metode tradisional yang selama ini dipakai perusahaan sulit

untuk mendeteksi pengalokasian biaya overhead, terutama disebabkan karena produk

dari divisi assembly dan divisi machine production mempunyai proses yang sangat

berbeda dalam kegiatan produksinya. Pada divisi assembly, produk-produk yang

dihasilkan lebih banyak terjadi karena kegiatan perakitan / assembly yang dilakukan

oleh tenaga manusia. Sedangkan produk-produk dari divisi machine production terjadi

melalui proses pemotongan , pengepressan yang semuanya lebih banyak dilakukan

dengan tenaga mesin maupun tenaga manusia. Berdasarkan hal ini, pengalokasiaan

biaya overhead berdasarkan metode tradisional yang dilakukan perusahaan dengan

101

membebankan biaya overhead pada masing-masing divisi dan kemudian baru

membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi

sangatlah tidak relevan dan akurat. Akan tetapi, untuk memberikan perbandingan yang

jelas, maka penulis akan tetap menghitung biaya overhead per produk yang terjadi

dengan metode tradisional.

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dihitung bahwa total biaya overhead yang terjadi

pada bulan Agustus tahun 2005 adalah sebesar Rp 185.560.580,00. Dengan metode

tradisional ini, biaya overhead pertama-tama dibebankan ke masing-masing divisi

produksi yang ada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan,

biaya overhead untuk divisi assembly dan divisi machine production dibebankan dengan

perbandingan 1 : 1. Berarti divisi assembly memperoleh pembebanan biaya overhead

sebesar Rp 185.560.580,00 x ½ = Rp 92.780.290,00 dan divisi machine production

memperoleh pembebanan biaya overhead sebesar Rp 185.560.580,00 x ½ = Rp

92.780.290,00 Baru kemudian pada masing-masing divisi untuk produk dengan jenis

yang berbeda dibebani ongkos overhead yang sama sehingga total produksi yang dipakai

adalah total produksi untuk semua jenis produk baik dari divisi assembly maupun dari

divisi machine production. Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh total produksi dari divisi

assembly sebesar 892 unit sedangkan untuk divisi machine production sebesar 485 unit,

sehingga total produksi yang dihasilkan oleh departemen produksi sebesar 1377 unit

Atas dasar total biaya overhead dan tingkat produksi yang telah dihitung, maka

tarif overhead untuk setiap produk dari divisi assembly adalah sebagai berikut :

102

Tarif Overhead / Unit = Dihasilkan yang Unit Total

Assembly Divisi Overhead Alokasi

= unit892

,0092.780.290 Rp

= 8104.013,77 Rp

Setelah diperoleh tarif overhead / unit di atas, kemudian tarif overhead tersebut

akan digunakan untuk menhitung biaya overhead yang dibebankan ke masing-masing

produk yang dihasilkan. Kemudian total biaya overhead untuk setiap produk akan

diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead / unit dengan tingkat produksi yang

dihasilkan pada masing-masing produk.

Perhitungan total biaya overhead untuk masing-masing produk dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 5.14 Alokasi Biaya Overhead untuk Masing-Masing Produk Divisi Assembly PT.

Gedesco Sejahtera (Metode Tradisional)

No Type Produk Jumlah Produksi

(Unit)

Tarif Overhead /

Unit (Rp)

Biaya Overhead

(Rp)

1 SCC 21 2.184.289,34

2 SLH 42 4.368.578,68

3 SLL 80 8.321.102,24

4 MAR 387 40.253.332,10

5 MAA 362

104.013.778

37.652.987,64

Total Produksi 892 Total Overhead 92.780.290,00

103

Untuk biaya overhead divisi machine production tidak dilakukan perhitungan

karena perhitungan hanya difokuskan pada perhitungan biaya produksi untuk produk-

produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera saja.

5.2.3.2 Perhitungan Overhead dengan Metode Activity Based Costing (ABC)

Dalam menghitung biaya overhead dengan menggunakan metode ABC, ada 2

tahap yang harus dilakukan, yaitu :

Tahap I : Menelusuri Biaya Overhead ke Aktivitas

Pada tahap ini akan dilakukan pengklasifikasiaan biaya overhead dan

pengidentifikasian aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya. Sehingga pada tahap ini

ada 2 langkah yang mesti dilakukan, yaitu :

Langkah I : Mengklasifikasi Biaya Overhead

Pengklasifikasiaan biaya overhead ini telah dilakukan sebelumnya dan dilihat

pada tabel 5.6. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, klasifikasi biaya

overhead yang terjadi adalah sebagai berikut :

- Bahan tidak Langsung

- Tenaga Kerja tidak Langsung

- Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport)

- Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon)

- Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan)

- Pajak

- Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk, biaya iklan, dan

sebagainya)

104

- Biaya Pengiriman

- Biaya Pesan

- Reparasi dan Maintenance

Langkah II : Identifikasi Aktivitas yang Menimbulkan Biaya

Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya ini dapat diidentifikasi melalui

penganalisaan proses pembentukan / produksi barang jadi yang dilakukan oleh

perusahaan mulai dari bahan baku dipesan sampai dengan pengiriman barang jadi.

Adapun proses pembentukan / produksi barang jadi pada PT. gedesco Sejahtera dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

Pertama-tama, bahan baku / material yang dibutuhkan untuk proses produksi

dipesan dari supplier. Pada saat pemesaanan dilakukan, staff bagian pembelian akan

menghubungi supplier untuk melakukan pengiriman barang. Aktivitas pemesanan ini

dilakukan untuk beberapa kali pemesanan dan menimbulkan biaya seperti biaya fasilitas

untuk telepon dan tenaga kerja bagian pembelian, sehingga aktivitas pemesanan barang

dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

Kemudian barang dikirm dan bahan-bahan seperti busa foam, busa molded,

mechanism back rest, gaslift, base five star, dan bahan-bahan lainnya akan diperiksa

kondisi dan kelengkapannya apakah barang-barang tersebut ada yang deflect / cacat,

kemudian dibawa ke tempat penyimpanan bahan baku / gudang. Untuk melakukan

aktivitas ini dibutuhkan waktu dan proses yang cukup banyak dan berlangsung hampir

setiap hari. Di samping itu, dibutuhkan pula cukup banyak tenaga kerja untuk aktivitas

penerimaan barang ini. Berdasarkan hal tersebut, maka aktivitas penerimaan barang

dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

105

Untuk divisi assembly, sebelum memulai rutinitas produksi dalam hal ini

melakukan proses assembly kursi kantor, tenaga kerja langsung akan melakukan

pengecekkan dan menyalakan mesin kompresor. Mesin ini nantinya akan dipakai

sebagai mesin penggerak dari mesin bor dan mesin staples. Untuk pengecekkan mesin

kompresor, pekerja akan mengecek bahan bakar (solar) terlebih dahulu. Jika tersedia /

cukup maka mesin tingal dinyalakan dengan menarik tuas yang ada pada mesin dan

mesin lansung bekerja. Karena aktivitas pengecekkan dan penyalaan mesin ini hanya

membutuhkan sedikit waktu dan aktivitas, maka aktivitas set up mesin dapat diabaikan

sebagai aktivitas penyebab biaya.

Setelah mesin dinyalakan, proses assembly dimulai. Proses assembly pada divisi

assembly sebenarnya terdiri dari banyak aktivitas yang dilakukan secara brulang-ulang.

Namun demikian, aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa

aktivitas dasar sebagai berikut :

- Pelubangan

- Pengeleman

- Pembentukkan

- Pelapisan

- Perakitan

Aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan

dikategorikan sebagai aktivitas dasar karena aktivitas-aktivitas ini dilakukan pada ketiga

stasiun kerja yang ada dalam divisi assembly dan aktivitas-aktivitas ini juga

membutuhkan proses dan waktu yang banyak karena dilakukan hampir pada seluruh

proses pembentukkan kursi kantor. Berdasarkan aktivitas-aktivitas dasar tersebut, maka

106

dapat teridentifikasi 5 aktivitas yang juga menimbulkan biaya, yaitu aktivitas

pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan.

Kemudian setelah diperoleh aktivitas dasar untuk divisi assembly, aktivitas dasar

untuk divisi machine production juga mesti dianalisa, karena aktivitas-aktivitas dasar

pada divisi ini juga akan menjadi aktivitas yang menimbulkan biaya pula.

Untuk divisi machine production, sebelum proses produksi dilakukan, pekerja

akan mengecek dan menyalakan mesin-mesin utama yang nantinya akan digunakan

untuk proses produksi seperti mesin pemotong dan mesin press. Mesin-mesin ini

nantinya akan dipakai untuk memotong bahan-bahan seperti particle board dan

melakukan pengepressan sehingga particle board yang telah dilapisi, permukaannya rata

/ tidak membengkok. Proses set up mesin ini tidak memerlukan waktu yang lama dan

prosesnya juga sangat sederhana sehingga aktivitas set up mesin pada divisi machine

production juga dapat diabaikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

Seperti halnya pada divisi assembly, pada divisi machine production ini juga

dapat diidentifikasi 5 aktivitas dasar yang dilakukan dalam menghasilkan produk jadi,

yaitu :

- Pemotongan

- Pengeleman

- Pengepressan

- Pelapisan

- Perakitan

Seperti halnya pada divisi assembly, aktivitas-aktivitas dasar pada divisi machine

production ini juga dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya

karena aktivitas ini dilakukkan hampir secara terus-menerus pada divisi machine

107

production dan membutuhkan proses yang cukup banyak, sehingga aktivitas

pemotongan, pengeleman, pengepressan, pelapisan dan perakitan pada divisi machine

production dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya

Selain aktivitas-aktivitas tersebut di atas, masih ada beberapa aktivitas yang

dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya, seperti aktivitas

pengujian, penyimpanan barang jadi dan aktivitas penjualan barang yang meliputi

kegiatan pemasaran dan pengiriman barang.

Setelah barang selesai di produksi baik dari divisi assembly maupun divisi

machine production, barang-barang tersebut diuji terlebih dahulu untuk menghindari

adanya barang-barang yang cacat / terproduksi dengan tidak sempurna. Misalnya

perakitan yang tidak sempurna sehingga kursi kantor tidak dapat diputar, disesuaikan

tinggi rendahnya maupun tidak nyaman ketika diduduki. Aktivitas pengujian ini

memakan banyak waktu dan tenaga karena proses pengujian dilakukan setiap kali

produk selesai diproduksi baik melalui divisi assembly maupun machine production. Di

samping itu, proses pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga

menimbulkan adanya biaya tambahan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka aktivitas

pengujian dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

Seperti halnya aktivitas penerimaan bahan, aktivitas penyimpanan barang juga

membutuhkan waktu dan proses dan tenaga kerja yang cukup banyak karena aktivitas ini

dilakukan setiap hari setelah barang jadi selesai diproduksi dan lulus dari tahap

pengujian. Dengan demikian aktivitas penyimpanan barang jadi juga dapat

dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

Kemudian selanjutnya barang-barang jadi akan dipasarkan melalui media

periklanan seperti sewa stand, pembuatan brosur serta media periklanan lainnya dan

108

dikirim ke stand-stand milik PT. Gedesco Sejahtera untuk dijual ataupun dikirim ke

tempat pelanggan yang memesan produk-produk perusahaan. Aktivitas pengiriman

barang ini dilakukan juga hampir setiap hari baik dengan menggunakan kendaraan

pengangkut milik perusahaan ataupun dikirim melalui jasa pos / perusahaan ekspedisi

yang disewa oleh perusahaan untuk melakukan pengiriman ke daerah-daerah di luar

Jakarta. Untuk itu dibutuhkan biaya seperti biaya angkut dan pengiriman yang cukup

besar jumlahnya mengingat bahwa produk PT. Gedesco Sejahtera ini dipasarkan di

daerah Jawa dan Bali. Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, maka aktivitas penjualan

barang jadi dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

Berdasarkan analisa di atas maka aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya

baik untuk aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada divisi assembly maupun divisi

machine production adalah sebagai berikut :

Aktivitas Divisi Assembly

- Pemesanan Barang

- Penerimaan Bahan

- Pelubangan

- Pengeleman

- Pembentukan

- Pelapisan

- Perakitan

- Pengujian

- Penyimpanan Barang Jadi

- Penjualan Barang Jadi

109

Aktivitas Divisi Machine Production

- Pemesanan Bahan

- Penerimaan Bahan

- Pemotongan

- Pengeleman

- Pengepressan

- Pelapisan

- Perakitan

- Pengujian

- Penyimpanan Barang Jadi

- Penjualan Barang Jadi

Langkah III : Penelusuran Biaya Overhead untuk Masing-Masing Aktivitas.

Untuk penelusuran biaya overhead pada masing-masing aktivitas, akan dianalisa

apakah terdapat hubungan antara aktivitas dengan jenis biaya overhead yang terjadi pada

perusahaan. Kemudian setelah diketahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas dengan

biaya overhead baru akan dilakukan analisa untuk mengetahui seberapa besar hubungan

tersebut dan seberapa besar pembebanan yang akan dilakukan pada masing-masing

aktivitas tersebut.

Berikut dapat dilihat tabel matriks hubungan antara aktivitas-aktivitas yang

menyebabkan biaya dengan biaya overhead yang terjadi.

110

Tabel 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead

Perusahaan

Jenis Overhead Aktivitas

Bah

an T

idak

Lan

gsun

g

Ten

aga

Ker

ja T

idak

Lan

gsun

g

Kes

ejah

tera

an P

egaw

ai

Ene

rgi d

an F

asili

tas

Prom

osi

Bia

ya P

esan

Bia

ya P

engi

rim

an

Rep

aras

i dan

Mai

nten

ance

Dep

resi

asi

Paja

k

Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA * * * * * Penerimaan Bahan DA * * * * Pelubangan DA * * * * * * Pengeleman DA * * * * Pembentukan DA * * * Pelapisan DA * * * * * * * Perakitan DA * * * * * * * Pengujian DA * * * Penyimpanan Barang Jadi DA * * * * Penjualan Barang Jadi DA * * * * * * Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM * * * * * Penerimaan Bahan DM * * * * Pemotongan DM * * * * * * Pengeleman DM * * * * Pengepressan DM * * * * * * Pelapisan DM * * * * Perakitan DM * * * * * * * Pengujian DM * * * Penyimpanan Barang Jadi DM * * * * Penjualan Barang Jadi DM * * * * * *

Setelah dianalisa hubungan setiap aktivitas dengan jenis overhead yang ada,

maka selanjutnya akan dihitung alokasi biaya overhead pada masing-masing aktivitas

111

tersebut. Untuk perhitungan pengalokasian biaya overhead pada masing-masing aktivitas

akan dideskripsikan pada perhitungan berikut :

Perhitungan Pengalokasian biaya overhead pada masing masing aktivitas.

1. Biaya Bahan tidak Langsung

Biaya bahan tidak langsung merupakan biaya yang terjadi akibat adanya

aktivitas yang membutuhkan bahan tidak langsung dalam kegiatannya. Maka dari

itu, biaya bahan tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas

pengeleman, pelapisan, dan perakitan pada divisi assembly, serta pengeleman,

pelapisan, dan perakitan pada divisi machine production. (Lihat table 5.15 Matriks

Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan)

Untuk pengalokasian biaya bahan tidak langsung ini akan digunakan dasar

pemakaian bahan tidak langsung yang terjadi pada divisi assembly maupun pada

divisi machine production. Berikut data pemakaian bahan tidak langsung /

pendukung yang diperoleh melalui wawancara dengan manajemen perusahaan pada

bulan Agustus 2005.

o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi assembly = Rp 13.690.860,00

o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi machine production = Rp

7.444.020,00

o Total pemakaian bahan tidak langsung = Rp 21.134.880,00

Maka berdasarkan data total pemakaian bahan dan aktivitas yang

menimbulkan biaya dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya bahan tidak

langsung ke aktivitas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

112

Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang menggunakan bahan tidak

langsung dalam proses pengerjaannya. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi aktivitas

pengeleman, pelapisan dan perakitan: Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan

aktivitas yang dilakukan divisi assembly dalam memproduksi produknya, maka

pengalokasian biaya ke aktivitas akan digunakan dasat total pemakaian bahan tidak

langsung yang terjadi pada divisi assembly pada bulan September yaitu sebesar Rp

13.690.860,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan tidak langsung secara

keseluruhan sebesar Rp 21.134.880,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas

yang menggunakan bahan tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh

perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

% Alokasi = 31 x

880.134.2113.690.860 x 100 % = 21.59 %

Sedangkan untuk divisi machine production, di sini juga terdapat 3 aktivitas yang

menggunakan bahan tidak langsung dalam proses pengerjaannya, yaitu aktivitas

pengeleman, pelapisan dan perakitan. Karena aktivitas tersebut berhubungan dengan

proses pembuatan produk pada divisi machine production, maka untuk

pengalokasiannya akan digunakan dasar total pemakaian bahan tidak langsung pada

divisi machine production sebesar Rp 7.444.020,00 dan dibandingkan dengan total

pemakaian bahan tidak langsung untuk secara keseluruhan sebesar Rp Rp

21.134.880,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan

tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per

aktivitas tersebut sebagai berikut :

113

% Alokasi = 31 x

880.134.217.444.020 x 100 % = 11.74 %

2. Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas

seperti pemesanan bahan, pengujian dan pengiriman barang, karena aktivitas-

aktivitas tersebut dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung perusahaan seperti staff

bagian pembelian, supervisor bagian produksi, sopir perusahaan, staff pemasaran

dan penjualan. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya

dengan Jenis Overhead Perusahaan)

Untuk pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung akan digunakan dasar

total pemakaian bahan bulan Agustus tahun 2005 yang terjadi pada divisi assembly

dan divisi machine production. Berikut adalah total pemakaian bahan perusahaan

pada bulan Agustus tahun 2005 pada yang diperoleh melalui wawancara dengan

pihak manajemen perusahaan.

o Total pemakaian bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp

271.773.385,00

o Total pemakaian bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus

2005 = Rp 208.987.582,00

o Total pemakaian bahan = Rp 480.760.967,00

114

Berdasarkan total pemakaian bahan yang dibebankan tersebut, maka dapat

dihitung prosentase pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung ke aktivitas

dengan cara sebagai berikut :

Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja

tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan penjualan barang

jadi. Ketiga aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi pada siklus produk

divisi assembly sehingga pengalokasiaannya digunakan dasar total pemakaian bahan

untuk divisi assembly, yaitu sebesar Rp 271.773.385,00 dan dibandingkan dengan

total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00, kemudian

dibagi dengan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung,

yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas tersebut

sebagai berikut :

% Alokasi = 31 x

967.760.4805271.773.38 x 100 % = 18,841 %

Sedangkan pada divisi machine production, terdapat 3 aktivitas pula yang dilakukan

oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan

penjualan barang jadi. Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang

terjadi pada siklus produk divisi machine production, maka pengalokasiaannya akan

digunakan dasar total pemakaian bahan dvisi machine production, sebesar Rp

208.987.582,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan secara keseluruhan

sebesar Rp 480.760.967,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang

dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh

perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

115

% Alokasi = 31 x

967.760.4802208.987.58 x 100 % = 14,491 %

3. Biaya Kesejahteraan Pegawai

Biaya kesejahteraan pegawai berhubungan dengan semua aktifitas yang ada

baik aktifitas divisi assembly maupun aktivitas divisi machine production, hal ini

disebabkan karena semua aktivitas-aktivitas tersebut dikerjakan oleh karyawan PT.

Gedesco Sejahtera.

Untuk pengalokasian biaya akan digunakan dasar total gaji yang dikeluarkan

pada aktivitas-aktivitas yang terjadi. Berikut adalah total gaji yang dikeluarkan pada

aktivitas-aktivitas yang terjadi yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak

manajemen perusahaan..

o Total gaji staff bagian pembelian (2 orang) = Rp 3.500.000,00

o Total gaji supervisor produksi (2 orang) = Rp 4.000.000,00

o Total gaji staff pemasaran (2 orang) = Rp 3.500.000,00

o Total gaji staff penjualan (2 orang) = Rp 3.500.000,00

o Total gaji sopir (4 orang) = Rp 4.460.000,00

o Total gaji karyawaan produksi divisi assembly (12 orang) = Rp 10.080.000

o Total gaji karyawaan produksi divisi machine production (29 orang) =

24.360.000,00

o Total gaji yang dibebankan = Rp 53.400.000,00

Berdasarkan total gaji yang dikeluarkan pada masing-masing aktivitas

tersebut, dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok aktivitas, yaitu aktivitas yang

berhubungan dengan pembelian, aktivitas yang berhubungan dengan produksi,

116

aktivitas pengujian dan aktivitas penjualan. Sehingga berdasarkan keempat

kelompok aktivitas tersebut dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya

kesejahteraan pegawai ke aktivitas dengan cara sebagai berikut :

Total gaji staff bagian pembelian sebesar Rp 3.500.000,00 akan digunakan

untuk pengalokasian aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan

perusahaan, dalam hal ini berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan baik

divisi assembly maupun machine production. Kemudian total gaji bagian pembelian

akan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp

53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan

pembelian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan sebagai

berikut :

% Alokasi = 21 x

53.400.000000.500.3 x 100 % = 3,27 %

Terdapat 7 aktivitas pada kelompok aktivitas yang berhubungan dengan

produksi untuk divisi assembly, yaitu aktivitas penerimaan bahan, pelubangan,

pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan dan penyimpanan, yang

kesemuanya dilakukan oleh karyawan produksi divisi assembly sehingga untuk

pembobotannya akan digunakan total gaji karyawan divisi assembly sebesar Rp

10.080.000 dan dibandingkan dengan total gaji yang dikeluarkan sebesar Rp

53.400.000,00, kemudian dibagi dengan 7 aktivitas yang berhubungan dengan

produksi divisi assembly sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas

sebagai berikut :

117

% Alokasi = 71 x

000.400.53000.080.10 x 100 % = 2,70 %

Sedangkan kelompok aktivitas yang berhubungan dengan produksi untuk divisi

machine production, juga terdapat 7 aktivitas, yaitu : penerimaan bahan, pelubangan,

pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan, dan penyimpanan. Aktivitas-

aktivitas ini dilakukan oleh karyawan produksi divisi machine production sehingga

untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan produksi divisi machine

production sebesar Rp 24.360.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan

gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan 7

aktivitas yang berhubungan dengan produksi pada divisi machine production

sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

% Alokasi = 71 x

000.400.53000.360.24 x 100 % = 6,52 %

Terdapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas pengujian, yaitu

aktivitas pengujian divisi assembly dan aktivitas pengujian divisi machine

production. Aktivitas pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga

untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan supervisor produksi

sebesar Rp 4.000.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang

dikeluarkan sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas

yang berhubungan dengan pengujian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh

perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

118

% Alokasi = 21 x

000.400.53000.000.4 x 100 % = 3,74 %

Dan kelompok aktivitas yang terakhir adalah aktivitas yang berhubungan

dengan penjualan. Dalam hal ini tersapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan

penjualan, yaitu : aktivitas penjualan barang jadi divisi assembly dan aktivitas

penjualan barang jadi divisi machine production. Aktivitas penjualan ini melibatkan

staff pemasaran, staff penjualan dan sopir perusahaan dalam pelaksanaannya,

sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji staff pemasaran sebesar

Rp 3.500.000,00, ditambah total gaji staff penjualan sebesar Rp 3.500.000,00,

ditambah dengan total gaji sopir sebesar Rp 4.460.000,00 dan dibandingkan dengan

total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian

dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan, yaitu 2 aktivitas

sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

% Alokasi = 21 x

000.400.534.460.000 3.500.000 3.500.000 ++ x 100 % =

10,72 %

4. Biaya Energi dan Fasilitas

Biaya energi dan fasilitas ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang

menggunakan energi atau fasilitas pada saat aktivitas tersebut dilakukan. Aktivitas-

aktivitas yang diidentifikasi sebagai aktivitas yang menggunakan / membutuhkan

energi dan fasilitas adalah aktivitas pemesanan bahan, pelubangan pada divisi

119

assembly, pelapisan baik pada divisi assembly, perakitan baik pada divisi assembly

dan machine production, pemotongan dan pengepressan pada divisi machine

production. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya

dengan Jenis Overhead Perusahaan)

Untuk pengalokasian biaya overhead, akan digunakan dasar total biaya

energy dan fasilitas yang terjadi pada masing-masing aktivitas tersebut. Berikut

merupakan total biaya energy telepon, bahan bakar dan listrik yang dikeluarkan oleh

perusahaan pada September 2005.

o Total biaya telepon = Rp 1.476.300,00

o Total biaya bahan bakar = Rp 725.400,00

o Total biaya listrik = Rp 10.315.000,00

o Total biaya yang dibebankan = Rp 12.516.700,00

Maka berdasarkan data total biaya energy dan fasilitas yang dikeluarkan oleh

perusahaan, dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya energy dan fasilitas ke

aktivitas dengan cara sebagai berikut :

Aktivitas pemesanan bahan menyebabkan biaya telepon, aktivitas

pelubangan, pelapisan pada divisi assembly dan perakitan pada divisi assembly dan

machine production menyebabkan biaya bahan bakar (solar) karena alat-alat yang

digunakan menggunakan tenaga penggerak kompresor, sedangkan aktivitas

pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production menyebabkan

timbulnya biaya listrik. Sehingga perhitungan pembobotannya dapat dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu : kategori pemakaian biaya telepon, kategori biaya bahan

bakar, dan kategori biaya listrik.

120

Untuk kategori biaya telepon, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan

terjadinya biaya telepon, yaitu aktivitas pemesanan bahan divisi assembly dan

pemesanan bahan divisi machine production. Untuk pengalokasiaannya akan

digunakan dasar total biaya telepon yang terjadi yaitu sebesar Rp 1.476.300,00 dan

kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang terjadi, yaitu

sebesar Rp 12.516.700,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang

menyebabkan biaya telepon, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan

pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

% Alokasi = 21 x

700.516.12300.476.1 x 100 % = 5,90 %

Untuk kategori biaya bahan bakar, terdapat 4 aktivitas yang menyebabkan timbulnya

biaya bahan bakar, yaitu aktivitas pelubangan, pelapisan, dan perakitan divisi

assembly serta aktivtas perakitan divisi machine production. Untuk

pengalokasiannya akan digunakan dasar total biaya bahan bakar yang terjadi sebesar

Rp 725.400,00 kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang

terjadi pada perusahaan yaitu sebesar Rp 12.516.700,00 kemudian dibagi dengan

jumlah aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya bahan bakar, yaitu 4 aktivitas

sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

% Alokasi = 41 x

700.516.12400.725 x 100 % = 1,45 %

121

Sedangkan untuk kategori biaya listrik, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan

timbulnya biaya listrik, yaitu aktivitas pemotongan dan aktivitas pengepressan pada

divisi machine production. Untuk pengalokasiaanya akan digunakan dasar total

biaya listrik yang terjadi sebesar Rp 10.315.000,00 dan dibandingkan dengan total

biaya energi dan listrik yang terjadi pada perusahaan, yaitu sebesar Rp

12.516.700,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan

terjadinya biaya listrik, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan

per aktivitas sebagai berikut :

% Alokasi = 21 x

700.516.12000.315.10 x 100 % = 41,20 %

5. Biaya Promosi

Biaya promosi berkenaan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan

produk sehingga biaya ini dibebankan pada semua aktivitas yang ada baik aktivitas

divisi assembly maupun divisi machine production secara merata. Untuk

pengalokasiannya akan digunakan dasar total jumlah aktivitas yang ada pada divisi

assembly maupun divisi machine production.

Total jumlah aktivitas yang ada baik pada divisi assembly maupun pada

divisi machine production = 20 aktivitas, sehingga diperoleh perhitungan

pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 201 x 100 % = 5 %

122

6. Biaya Pesan

Biaya pesan ini hanya berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan, baik

untuk pemesanan bahan kebutuhan dari divisi assembly maupun divisi machine

production. Biaya pesan ini merupakan biaya yang dibebankan oleh supplier ke

perusahaan untuk pengiriman bahan baku / biaya pengangkutan bahan baku.

Untuk pengalokasian biaya pesan ini akan digunakan dasar total penerimaan

bahan divisi assembly dan divisi machine production yang terjadi pada bulan

Agustus 2005. Berikut adalah data penerimaan bahan perusahaan pada bulan

Agustus 2005 yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen

perusahaan.

o Penerimaan bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp

274.650.000,00

o Penerimaan bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus 2005 =

Rp 210.205.000,00

o Total penerimaan bahan = Rp 484.855.000,00

Berdasarkan data total penerimaan bahan tersebut maka dapat dihitung

pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

• Aktivitas pemesanan bahan divisi assembly

% Alokasi = 0484.855.00

000.650.274 x 100 % = 56.65 %

• Aktivitas pemesanan bahan divisi machine production

% Alokasi = 0484.855.00

000.205.210 x 100 % = 43.35 %

123

7. Biaya Pengiriman

Biaya pengiriman ini adalah biaya yang terjadi pada saat aktivitas pengiriman

barang dilakukan. Biaya pengiriman ini meliputi biaya transportasi pengangkutan,

biaya jasa pos / ekspedisi dan biaya-biaya lainnya yang terjadi ketika barang jadi

dikirim ke pelanggan ataupun ke stand-stand milik perusahaan.

Untuk biaya pengiriman ini akan digunakan dasar total jumlah unit yang

diproduksi pada masing-masing divisi sebagai dasar pengalokasian biayanya.

Berikut total unit yang diproduksi pada masing-masing divisi untuk bulan Agustus

2005.

o Total unit yang diproduksi pada divisi assembly = 892 unit

o Total unit yang diproduksi pada divisi machine production = 485 unit

o Total unit yang diproduksi perusahaan = 1377 unit

Berdasarkan data total unit yang diproduksi tersebut, maka dapat dihitung

pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

• Aktivitas penjualan barang divisi assembly

% Alokasi = 377.1

892 x 100 % = 64,78 %

• Aktivitas penjualan barang divisi machine production

% Alokasi = 377.1

485 x 100 % = 35,22 %

8. Biaya Reparasi dan Maintenance

Biaya reparasi dan maintenance merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan dalam melakukan reparasi dan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas

124

perusahaan. Biaya reparasi dan maintenance ini dapat dikelompokkan menjadi 4

biaya, yaitu biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan permesinan yang besar,

seperti mesin potong, mesin press, kemudian biaya reparasi dan maintenance untuk

peralatan kecil seperti kompresor, mesin bor, mesin staples, berikutnya biaya

reparasi dan maintenance untuk material handling, dan yang terakhir adalah biaya

reparasi dan maintenance untuk kendaraan angkutan.

Namun demikian, tidak selalu bahwa biaya reparasi dan maintenance yang

terjadi pada bulan tertentu meliputi biaya reparasi dan maintenance untuk ke empat

kelompok biaya tersebut. Sehingga untuk pengalokasiaan biaya akan digunakan

sample total biaya reparasi dan maintenance yang pernah dilakukan oleh perusahaan

pada bulan-bulan sebelumnya.

Berikut adalah sample biaya reparasi dan maintenance yang pernah dilakukan

oleh perusahaan pada bulan-bulan sebelumnya yang diperoleh melalui wawancara

dengan pihak manajemen perusahaan.

o Biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan permesinan besar pada bulan

Maret 2005 = Rp 3.370.000,00

o Biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan kecil pada bulan September

2004 = Rp 500.000,00

o Biaya reparasi dan maintenance untuk material handling pada bulan September

2004 = Rp 300.000,00

o Biaya reparasi dan maintenance untuk kendaraan angkutan pada bulan Agustus

2005 = Rp 2.650.000,00

o Total biaya yang dibebankan = Rp 6.820.000,00

125

Berdasarkan data biaya reparasi dan maintenance yang pernah dilakukan oleh

perusahaan tersebut, maka dapat dihitung prosentase pembobotan dengan cara

sebagai berikut:

Untuk kelompok biaya reparasi dan maintenance peralatan permesinan besar,

terdapat 2 aktivitas yang menggunakan peralatan besar dalam proses pengerjaannya,

yaitu aktivitas pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production. Untuk

pengalokasiaannya akan digunakan dasar biaya reparasi dan maintenance untuk

peralatan permesinan besar pada bulan Maret 2005 sebesar Rp 3.370.000,00 dan

dibandingkan dengan total biaya yang dibebankan sebesar Rp 6.820.000,00,

kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan peraltan permesinan

besar, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas

sebagai berikut :

% Alokasi = 21 x

000.820.6000.370.3 x 100 % = 24,71 %

Untuk kelompok biaya reparasi dan maintenance peralatan kecil, terdapat 4

aktivitas yang menggunakan peralatan kecil dalam proses pengerjaannya, yaitu

aktivitas pelubangan, pelapisan dan perakitan pada divisi assembly serta aktivitas

perakitan pada divisi machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan

dasar biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan kecil pada bulan September

2004, sebesar Rp 500.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya reparasi dan

maintenance yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 6.820.000,00 kemudian dibagi

126

dengan jumlah aktivitas yang menggunakan peralatan kecil, yaitu 4 aktivitas

sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 41 x

000.820.6000.500 x 100 % = 1,83 %

Untuk kelompok biaya reparasi dan maintenance material handling, terdapat

4 aktivitas yang menggunakan peralatan material handling dalam proses

pengerjaannya, yaitu aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi divisi

assembly serta aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi divisi

machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar biaya reparasi

dan maintenance untuk kendaraan angkutan pada bulan Agustus 2005 , sebesar Rp

2.650.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya reparasi dan maintenance yang

dibebankan yaitu sebesar Rp 6.820.000,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas

yang menggunakan peralatan material handling, yaitu 4 aktivitas sehingga diperoleh

perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 41 x

000.820.6000.300 x 100 % = 1,10 %

Untuk biaya reparasi dan maintenance kendaraan angkutan, terdapat 2

aktivitas yang menggunakan kendaraan angkutan dalam proses pelaksanaannya,

yaitu aktivitas penjualan barang jadi baik untuk divisi assembly maupun divisi

machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar biaya reparasi

127

dan maintenance untuk kendaraan angkutan pada bulan Agustus 2005, sebesar Rp

2.650.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya reparasi dan maintenance yang

dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu sebesar Rp 6.820.000,00, kemudian dibagi

dengan jumlah aktivitas yang menggunakan kendaraan angkut, yaitu 2 aktivitas

sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 21 x

000.820.6000.650.2 x 100 % = 19,43 %

9. Biaya Depresiasi

Biaya depresiasi ini seperti halnya biaya reparasi dan maintenance, juga

dikelompokkan menjadi 4 biaya, yaitu : biaya depresiasi untuk peralatan permesinan

yang besar, seperti mesin potong, mesin press, kemudian biaya depresiasi untuk

peralatan kecil seperti kompresor, mesin bor, mesin staples, berikutnya biaya

depresiasi untuk material handling, dan yang terakhir adalah biaya depresiasi untuk

kendaraan angkutan.

Untuk pengalokasiaannya, akan digunakan depresiasi dari harga peralatan-

peralatan tersebut yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen

perusahaan, yaitu sebagai berikut :

o Depresiasi untuk peralatan permesinan besar = Rp3.220.000,00

o Depresiasi untuk peralatan kecil = Rp 530.000,00

o Depresiasi untuk material handling = Rp 87.500,00

o Depresiasi untuk kendaraan angkutan = Rp 2.250.000,00

o Total biaya yang dibebankan = Rp 6.087.500,00

128

Berdasarkan data depresiasi di atas, maka dapat dihitung prosentase pembobotan per

aktivitas dengan cara sebagai berikut.

Untuk kelompok peralatan permesinan besar, terdapat 2 aktivitas yang

menggunakan peralatan permesinan besar dalam proses pengerjaannya, yaitu

aktivitas pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production. Untuk

pengalokasiannya akan digunakan dasar depresiasi uantuk peralatan permesinan

besar, sebesar Rp 3.220.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya depresiasi yang

dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi dengan jumlah

aktivitas yang menggunakan peralatan permesinan besar, yaitu 2 aktivitas sehingga

diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 21 x

500.087.6000.220.3 x 100 % = 26,41 %

Untuk kelompok peralatan kecil, terdapat 4 aktivitas yang menggunakan

peralatan kecil dalam proses pengerjaannya, yaitu aktivitas pelubangan, pelapisan

dan perakitan pada divisi assembly serta aktivitas perakitan pada divisi machine

production. Untuk pengalokasiaannya, akan digunakan dasar depresiasi peralatan

kecil sebesar Rp 530.000,00 dan kemudian dibandingkan dengan total biaya

depresiasi yang dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi dengan

jumlah aktivitas yang menggunakan peralatan kecil, yaitu 4 aktivitas sehingga

diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

129

% Alokasi = 41 x

500.087.6000.530 x 100 % = 2,18 %

Untuk kelompok peralatan material handling, terdapat 4 aktivitas yang

menggunakan peralatan material handling dalam proses pengerjaannya, yaitu

aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi pada divisi assembly serta

aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi pada divisi machine

production. Untuk pengalokasiaannya, akan digunakan dasar depresiasi peralatan

material handling sebesar Rp 87.500,00 dan kemudian dibandingkan dengan total

biaya depresiasi yang dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi

dengan jumlah aktivitas yang menggunakan peralatan material handling, yaitu 4

aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 41 x

500.087.6500.87 x 100 % = 0,37 %

Untuk kelompok kendaraan angkut, terdapat 2 aktivitas yang menggunakan

kendaraan angkut dalam proses pengerjaannya, yaitu penjualan barang divisi

assembly serta penjualan barang divisi machine production. Untuk

pengalokasiaannya, akan digunakan dasar depresiasi kendaraan angkut sebesar Rp

2.250.000,00 dan kemudian dibandingkan dengan total biaya depresiasi yang

dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi dengan jumlah

aktivitas yang menggunakan kendaraan angkut, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh

perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.

% Alokasi = 21 x

500.087.6000.250.2 x 100 % = 18,49 %

130

10. Biaya Pajak

Biaya pajak ini timbul karena adanya produk yang dihasilkan oleh

perusahaan, sehingga biaya pajak ini akan dikenakan pada aktivitas-aktivitas yang

hanya berhubungan dengan proses produksi dari produk-produk PT. Gedesco

Sejahtera, yaitu aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukan , pelapisan dan

perakitan pada divisi assembly serta aktivitas pemotongan, pengeleman,

pengepressan, pelapisan dan perakitan pada divisi machine production. (Lihat table

Untuk pengalokasian biaya akan digunakan dasar total pemakaian bahan

yang terjadi pada saat proses produksi dilakukan. Berikut adalah total pemakaian

bahan yang terjadi baik pada divisi assembly maupun divisi machine production

pada bulan September 2005.

o Total pemakaian bahan langsung divisi assembly = Rp 258.082.525,00

o Total pemakaian bahan langsung divisi machine production = Rp 201.543.562,00

o Total pemakaian bahan pendukung divisi assembly = Rp 13.690.860,00

o Total pemakain bahan pendukung divisi machine production = Rp 7.444.020,00

o Total pemakaian bahan baku = Rp 480.760.967,00

Berdasarkan pemakaian bahan baku tersebut, terdapat 4 kelompok aktivitas

pemakaian bahan baku, yaitu aktivitas divisi assembly yang menggunakan bahan

langsung saja dan aktivitas yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan

pendukung, serta aktivitas divisi machine production yang menggunakan bahan

langsung saja dan aktivitas yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan

pendukung. Berdasarkan pengelompokkan aktivitas tersebut, maka dapat dihitung

prosentase pembobotan per aktivitas dengan cara sebagai berikut.

131

Untuk aktivitas divisi assembly yang hanya menggunakan bahan langsung

saja meliputi aktivitas pelubangan, dan pembentukkan, sedangkan aktivitas yang

menggunakan bahan langsung sekaligus bahan pendukung adalah aktivitas

pengeleman, pelapisan dan perakitan. Maka dari itu, untuk perhitungan aktivitas

yang menggunakan bahan langsung saja akan dihitung dengan membandingkan total

pemakaian bahan langsung divisi assembly sebesar Rp 258.082.525,00 dan

dibandingkan dengan total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp

480.760.967,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan

langsung , yaitu 5 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut.

% Alokasi = 51 x

967.760.480525.082.258 x 100 % = 10,74 %

Sedangkan untuk aktivitas yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan

pendukung dihitung dengan cara membandingkan antara total pemakaian bahan

pendukung divisi assembly sebesar Rp 13.690.860,00 dengan total pemakaian bahan

secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00 kemudian dibagi dengan jumlah

aktivitas yang menggunakan bahan pendukung, yaitu 3 aktivitas, dan kemudian

ditambah dengan perhitungan pembobotan untuk aktivitas yang menggunakan bahan

langsung saja sehingga diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut.

% Alokasi = ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×+×

7480.760.9613.690.860

31

7480.760.965258.082.52

51 x 100 % = 11,69 %

132

Untuk aktivitas divisi machine production yang hanya menggunakan bahan

langsung saja meliputi aktivitas pemotongan, dan pengepressan, sedangkan aktivitas

yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan pendukung adalah aktivitas

pengeleman, pelapisan dan perakitan. Maka dari itu, untuk perhitungan aktivitas

yang menggunakan bahan langsung saja akan dihitung dengan membandingkan total

pemakaian bahan langsung divisi machine production sebesar Rp 201.543.562,00

dan dibandingkan dengan total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp

480.760.967,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan

langsung , yaitu 5 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut.

% Alokasi = 51 x

967.760.4802201.543.56 x 100 % = 8.375 %

Seperti halnya pada divisi assembly untuk aktivitas yang menggunakan bahan

langsung sekaligus bahan pendukung pada divisi machine production dihitung

dengan cara yang sama pula, yaitu dengan membandingkan antara total pemakaian

bahan pendukung divisi machine production sebesar Rp 7.444.020,00 dengan total

pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00 kemudian dibagi

dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan pendukung, yaitu 3 aktivitas, dan

kemudian ditambah dengan perhitungan pembobotan untuk aktivitas yang

menggunakan bahan langsung saja sehingga diperoleh rumus perhitungan sebagai

berikut.

% Alokasi = ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ×+×

7480.760.967.444.020

31

7480.760.962201.543.56

51 x 100 % = 8,90 %

133

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh prosentase bobot

alokasi biaya overhead untuk masing-masing aktivitas. Kemudian prosentase bobot

tersebut dikalikan dengan biaya overhead untuk masing-masing jenis overhead dan

diperoleh total overhead untuk masing-masing aktivitas. Berikut dapat di lihat tabel

perhitungan pengalokasian masing-masing jenis biaya overhead pada masing-masing

aktivitas yang terjadi pada perusahaan.

134

Tabel 5.16 Perhitungan Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas

Jenis Overhead Bahan Tidak

Langsung Tenaga Kerja Tidak

Langsung Kesejahteraan

Pegawai Energi dan

Fasilitas Aktivitas Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA 18,842 6.492.953,20 3,27 1.131.992,25 5,90 738.485,30 Penerimaan Bahan DA 2,70 934.672,50 Pelubangan DA 2,70 934.672,50 1,45 181.492,15 Pengeleman DA 21,591 4563231.941 2,70 934.672,50 Pembentukan DA 2,70 934.672,50 Pelapisan DA 21,592 4563443.29 2,70 934.672,50 1,45 181.492,15 Perakitan DA 21,592 4563443.29 2,70 934.672,50 1,45 181.492,15 Pengujian DA 18,842 6.492.953,20 3,74 1.294.694,50 Penyimpanan Barang Jadi DA 2,70 934.672,50 Penjualan Barang Jadi DA 18,841 6.492.608,60 10,72 3.710.996,00 Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM 14.492 4.993.943,20 3,27 1.131.992,25 5,90 738.485,30 Penerimaan Bahan DM 6,52 2.257.061,00 Pemotongan DM 6,52 2.257.061,00 41,20 5.156.880,40 Pengeleman DM 11,741 2481446.261 6,52 2.257.061,00 Pengepressan DM 6,52 2.257.061,00 41,20 5.156.880,40 Pelapisan DM 11,742 2481657.61 6,52 2.257.061,00 Perakitan DM 11,742 2481657.61 6,52 2.257.061,00 1,45 181.492,15 Pengujian DM 14.492 4.993.943,20 3,74 1.294.694,50 Penyimpanan Barang Jadi DM 6,52 2.257.061,00 Penjualan Barang Jadi DM 14.491 4.993.598,60 10,72 3.710.996,00

Total 100 21.134.880,00 100 34.460.000,00 100 34.617.500,00 100 12.516.700,00

135

Tabel 5.17 Perhitungan Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas (lanjutan)

Jenis Overhead

Promosi Biaya Pesan Biaya Pengiriman Reparasi dan Maintenance Aktivitas

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Aktivitas Divisi Assembly (DA)

Pemesanan Bahan DA 5 2.534.450,00 56,65 296.279.5

Penerimaan Bahan DA 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00

Pelubangan DA 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00

Pengeleman DA 5 2.534.450,00

Pembentukan DA 5 2.534.450,00

Pelapisan DA 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00

Perakitan DA 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00

Pengujian DA 5 2.534.450,00

Penyimpanan Barang Jadi DA 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00

Penjualan Barang Jadi DA 5 2.534.450,00 64,78 5.915.709,6 19,43 514.895,00

Aktivitas Divisi Machine Production (DM)

Pemesanan Bahan DM 5 2.534.450,00 43,35 226720.5

Penerimaan Bahan DM 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00

Pemotongan DM 5 2.534.450,00 24,71 654.815,00

Pengeleman DM 5 2.534.450,00

Pengepressan DM 5 2.534.450,00 24,71 654.815,00

Pelapisan DM 5 2.534.450,00

Perakitan DM 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00

Pengujian DM 5 2.534.450,00

Penyimpanan Barang Jadi DM 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00

Penjualan Barang Jadi DM 5 2.534.450,00 35,22 3.216.290,4 19,43 514.895,00

Total 100 50.689.000,00 100 523.000,00 100 9.132.000,00 100 2.650.000,00

136

Tabel 5.18 Perhitungan Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas (lanjutan)

Jenis Overhead Depresiasi Pajak Aktivitas

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Bobot (%)

Alokasi Biaya (Rp)

Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA Penerimaan Bahan DA 0,37 22.523,75 Pelubangan DA 2,18 132.707,50 10,74 1.476.750,00 Pengeleman DA 11,69 1.607.375,00 Pembentukan DA 10,74 1.476.750,00 Pelapisan DA 2,18 132.707,50 11,69 1.607.375,00 Perakitan DA 2,18 132.707,50 11,69 1.607.375,00 Pengujian DA Penyimpanan Barang Jadi DA 0,37 22.523,75 Penjualan Barang Jadi DA 18,49 1.125.578,75 Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM Penerimaan Bahan DM 0,37 22.523,75 Pemotongan DM 26,41 1.607.708,75 8,375 1.151.562,50 Pengeleman DM 8,90 1.223.750,00 Pengepressan DM 26,41 1.607.708,75 8,375 1.151.562,50 Pelapisan DM 8,90 1.223.750,00 Perakitan DM 2,18 132.707,50 8,90 1.223.750,00 Pengujian DM Penyimpanan Barang Jadi DM 0,37 22.523,75 Penjualan Barang Jadi DM 18,49 1.125.578,75

Total 100 6.087.500,00 100 13.750.000,00

137

Setelah diperoleh besar pengalokasian biaya overhead untuk masing-masing

aktivitas, kemudian biaya untuk jenis aktivitas yang sama dijumlahkan sehingga

diperoleh total biaya overhead untuk masing-masing aktivitas. Untuk lebih jelasnya

perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini.

Tabel 5.19 Perhitungan Total Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas

Aktivitas Divisi Assembly (DA) Total Biaya (Rp) Total Biaya untuk

Divisi Assembly (Rp)

Pemesanan Bahan DA 11.194.160,25

Penerimaan Bahan DA 3.520.796,25

Pelubangan DA 5.308.567,15

Pengeleman DA 9.639.729,441

Pembentukan DA 4.945.872,5

Pelapisan DA 10.002.635,44

Perakitan DA 10.002.635,44

Pengujian DA 10.322.097,70

Penyimpanan Barang Jadi DA 3.520.796,25

Penjualan Barang Jadi DA 20.294.237,95

88.751.528,37

Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Total Biaya (Rp)

Total Biaya untuk

Divisi Machine

Production (Rp)

Pemesanan Bahan DM 9.625.591,25

Penerimaan Bahan DM 4.843.184,75

Pemotongan DM 13.362.477,65

Pengeleman DM 8.496.707,261

Pengepressan DM 13.362.477,65

Pelapisan DM 8.496.918,61

Perakitan DM 8.859.613,26

Pengujian DM 8.823087,70

Penyimpanan Barang Jadi DM 4.843.184,75

Penjualan Barang Jadi DM 16.095.808,75

96.809.051,63

Total Biaya 185.560.580,00

138

Langkah 4 : Mengelompokkan Aktivitas yang Homogen Berdasarkan Tingkat Aktivitas

dan Menentukan Activity Drivernya

Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya yang telah diidentifikasi kemudian

dikelompokkan ke dalam tingkat-tingkat aktivitas dan kemudian ditentukan penggerak

aktivitasnya (activity driver). Ada 4 tingkat yang dapat digunakan untuk

mengelompokkan aktivitas berdasarkan activity driver, yaitu tingkat unit, tingkat

produk, tingkat batch, dan tingkat fasilitas.

Karena perhitungan biaya produksi ini hanya difokuskan pada divisi assembly,

maka hanya aktivitas-aktivitas penyebab biaya yang terjadi pada divisi assembly yang

dikelompokkan dan ditentukan penggerak aktivitasnya. Berikut adalah tabel

pengelompokkan aktivitas berdasarkan tingkat aktivitas dan penggerak aktivitasnya

untuk divisi assembly.

Tabel 5.20 Pengelompokkan Tingkat Aktivitas dan Penggerak Aktivitas (Activity

Driver)

Aktivitas Tingkat Activity Driver

Pemesanan Bahan Batch Jumlah Pesanan Pembelian

Penerimaan Bahan Batch Jumlah Penerimaan Bahan

Pelubangan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Pengeleman Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Pembentukan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Pelapisan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Perakitan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Pengujian Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Penyimpanan Barang Jadi Unit Jumlah Unit yang Diproduksi

Penjualan Barang Jadi Produk Jumlah Produk

139

Untuk pengelompokkan aktivitas tingkat unit adalah aktivitas-aktivitas yang

dilakukan setiap suatu unit diproduksi, yaitu aktivitas pelubangan, pengeleman,

pembentukkan, pelapisan, perakitan, pengujian dan penyimpanan barang jadi. Aktivitas

seperti pengujian dan penyimpanan bisa dikategorikan sebagai aktivitas tingkat batch

bila dilakukan pada setiap batch diproduksi, namun demikian dalam kasus ini aktivitas

pengujian dan penyimpanan barang dilakukan setiap unit selesai diproduksi sehingga

dikategorikan sebagai aktivitas tingkat unit. Aktivitas-aktivitas tingkat unit ini akan

menggunakan jumlah unit yang diproduksi sebagai aktivitas penggeraknya.

Aktivitas tingkat batch meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan setiap batch

barang diproduksi, yaitu meliputi aktivitas-aktivitas pemesanan bahan dan penerimaan

bahan. Aktivitas pemesanan bahan menggunakan jumlah pesanan pembelian sebagai

penggerak aktivitasnya, sedangkan aktivitas penerimaan bahan menggunakan jumlah

penerimaan bahan sebagai penggerak aktivitasnya. Dalam hal ini jumlah pesanan

pembelian dan jumlah penerimaan bahan bisa diasumsikan sama karena jumlah pesanan

pembelian akan sama dengan jumlah bahan yang diterima pada saat penerimaan bahan.

Sedangkan aktivitas pengiriman barang jadi dikategorikan sebagai aktivitas

tingkat produk karena aktivitas ini diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang

diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas pengiriman barang jadi ini akan menggunakan

jumlah produk sebagai penggerak aktivitasnya.

Langkah 5 : Mengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Tingkat ke dalam Pool dan

Menghitung Total Biaya pada Setiap Tingkat.

140

Setelah aktivitas-aktivitas ditentukan tingkat dan penggerak aktivitasnya,

kemudian aktivitas-aktivitas dengan tingkat yang sama dikelompokkan ke dalam suatu

pool dan dihitung total biaya yang terjadi pada masing-masing pool, sehingga diperoleh

biaya per pool. Biaya per pool ini nantinya akan digunakan untuk menghitung tarif pada

setiap pool.

Berikut dapat dilihat tabel penentuan biaya pada setiap pool.

Tabel 5.21 Penentuan Biaya pada Setiap Pool

Pool Tingkat Aktivitas

Penggerak Aktivitas Aktivitas Biaya Aktivitas

(Rp) Biaya / Pool

Jumlah Unit yang

Diproduksi Pelubangan 5.308.567,15

Jumlah Unit yang

Diproduksi Pengeleman 9.639.729,441

Jumlah Unit yang

Diproduksi Pembentukan 4.945.872,5

Jumlah Unit yang

Diproduksi Pelapisan 10.002.635,44

Jumlah Unit yang

Diproduksi Perakitan 10.002.635,44

Jumlah Unit yang

Diproduksi Pengujian 10.322.097,70

1 Unit

Jumlah Unit yang

Diproduksi

Penyimpanan Barang Jadi 3.520.796,25

53.742.333,92

Jumlah Bahan yang

Dipesan

Pemesanan Bahan 11.194.160,25

2 Batch Jumlah

Penerimaan Bahan

Penerimaan Bahan 3.520.796,25

14.714.956,50

3 Produk Jumlah Produk Penjualan Barang Jadi 20.294.237,95 20.294.237,95

Total 88.751.528,37

141

Langkah 6 : Menghitung Tarif Setiap Pool Berdasarkan Penggerak Aktivitas (Activity

Driver)

Setelah diperoleh biaya pada setiap pool, langkah berikutnya adalah menentukan

tarif pada setiap pool dengan menggunakan dasar aktivitas penggeraknya ( activity

driver). Berikut adalah deskripsi perhitungan tarif pada setiap pool berdasarkan activity

drivernya..

• Tarif pada Pool 1

Untuk menghitung tarif pada pool 1 ini digunakan dasar jumlah unit yang diproduksi

oleh divisi assembly perusahaan pada bulan Agustus tahun 2005.

Jumlah biaya pada pool ini (Berdasarkan perhitungan tabel 5.21 Penentuan Biaya

pada Setiap Pool) = Rp 53.742.333,92.

Jumlah unit yang diproduksi pada divisi assembly (Berdasarkan tabel Tabel 5.7 Data

Produksi PT. Gedesco Sejahtera untuk Divisi Assembly pada Bulan Agustus tahun

2005) = 892 unit.

Maka tarif pada pool 1 = unit892

,9253.742.333 Rp = Rp 60.249,25327 / unit

• Tarif pada Pool 2

Untuk menghitung tariff pada pool ini, digunakan dasar penerimaan bahan baku

yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 untuk divisi Assembly.

Jumlah biaya pada pool ini = Rp 14.714.328,90

Jumlah penerimaan bahan baku divisi assembly = Rp 274.650.000,00

Maka tariff pada pool 2 = 0,00274.650.00 Rp,5014.714.956 Rp x 100 % = 5,3577 %

142

• Tarif pada Pool 3

Untuk menghitung tarif pada pool 3 digunakan dasar jumlah varian / jenis produk

yang diproduksi pada divisi assembly perusahaan.

Jumlah biaya pada pool ini (Berdasarkan perhitungan tabel 5.21 Penentuan Biaya

pada Setiap Pool) = Rp 20.294.237,95

Jumlah varian produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera =

5 produk

Maka tarif pada pool 3 = produk 5

,9520.294.237 Rp = Rp 4.058.847,59 / produk

Tahap II : Pembebanan Overhead ke Berbagai Produk

Setelah didapatkan tarif untuk masing-masing pool, tarif tersebut akan digunakan

untuk menghitung biaya overhead yang dibebankan pada setiap jenis produk yang

dihasilkan. Dalam kasus ini perhitungan hanya dilakukan pada jenis produk yang

dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera saja, sedang produk yang

dihasilkan pada divisi machine production tidak dilakukan perhitungan.

Berikut adalah cara perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada setiap

produk.

1. Type SCC

Jumlah Unit yang Diproduksi = 21 unit

Jumlah Penerimaan Bahan = Rp 6.465.975,00

Biaya Overhead :

143

o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi

= Rp 60.249,25327 / unit x 21 unit

= Rp 1.265.234,319

o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan

= 5,3577 % x Rp 6.465.975,00

= Rp 346.427,5426

o Pool 3 = Tarif pada Pool 3

= Rp 4.058.847,59

Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3

= Rp 1.265.234,319 + Rp 346.427,5426 + Rp 4.058.847,59

= Rp 5.670.509,452

2. Type SLH

Jumlah Unit yang Diproduksi = 42 unit

Jumlah Penerimaan Bahan = Rp 12.931.951,00

Biaya Overhead :

o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi

= Rp 60.249,25327 / unit x 42 unit

= Rp 2.530.468,637

o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan

= 5,3577 % x Rp 12.931.951,00

= Rp 692.855,1387

o Pool 3 = Tarif pada Pool 3

= Rp 4.058.847,59

144

Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3

= Rp 2.530.468,637 + Rp 692.855,1387 + Rp 4.058.847,59

= Rp 7.282.171,366

3. Type SLL

Jumlah unit yang diproduksi = 80 unit

Jumlah penerimaan bahan = Rp 24.632.287,00

Biaya Overhead :

o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi

= Rp 60.249,25327 / unit x 80 unit

= Rp 4.819.940,262

o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan

= 5,3577 % x Rp 24.632.287,00

= Rp 1.319.724,041

o Pool 3 = Tarif pada Pool 3

= Rp 4.058.847,59

Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3

= Rp 4.819.940,262 + Rp 1.319.724,041 + Rp 4.058.847,59

= Rp 10.198.511,89

4. Type MAR

Jumlah unit yang diproduksi = 387 unit

Jumlah penerimaan bahan = Rp 119.158.688,00

Biaya Overhead :

145

o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi

= Rp 60.249,25327 / unit x 387 unit

= Rp 23.316.461,02

o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan

= 5,3577 % x Rp 119.158.688,00

= Rp 6.384.165,027

o Pool 3 = Tarif pada Pool 3

= Rp 4.058.847,59

Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3

= Rp 23.316.461,02 + Rp 6.384.165,027 + Rp 4.058.847,59

= Rp 33.759.473,64

5. Type MAA

Jumlah unit yang diproduksi = 362 unit

Jumlah penerimaan bahan = Rp 111.461.099,00

Biaya Overhead :

o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi

= Rp 60.249,25327 / unit x 362 unit

= Rp 21.810.229,68

o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan

= 5,3577 % x Rp 111.461.099,00

= Rp 5.971.751,301

o Pool 3 = Tarif pada Pool 3

= Rp 4.058.847,59

146

Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3

= Rp 21.810.229,68 + Rp 5.971.751,301 + Rp 4.058.847,59

= Rp 31.840.828,57

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, berikut dapat dilihat table alkasi biaya

overhead untuk masing-masing produk divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.

Tabel 5.22 Alokasi Biaya Overhead untuk Masing-Masing Produk Divisi Assembly PT.

Gedesco Sejahtera (Metode Activity Based Costing)

No Type Produk Jumlah Produksi

(Unit) Biaya Overhead (Rp)

1 SCC 21 5.670.509,45

2 SLH 42 7.282.171,37

3 SLL 80 10.198.511,89

4 MAR 387 33.759.473,64

5 MAA 362 31.840.828,57

Total 892 88.751.494,92

5.2.4 Perhitungan Biaya Produksi

Perhitungan biaya produksi pada kasus ini akan dilakukan dengan dua metode,

yaitu metode tradisional yang selama ini diterapkan oleh perusahaan dan metode

Activity Based Costing (ABC), untuk kemudian dibuat perbandingan harga produksi

yang terjadi antara kedua metode tersebut. Perhitungan biaya produksi ini hanya

difokuskan pada produk-produk yang dihasilkan oleh divisi assembly saja, yaitu produk

147

kursi kantor beserta variannya, sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh divisi

machine production perusahaan tidak dihitung biaya produksinya.

5.2.4.1 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Tradisional

Metode tradisional ini merupakan metode perhitungan biaya produksi yang

selama ini diterapkan oleh PT. Gedesco Sejahtera. Metode tradisional ini membebankan

biaya overhead secara merata kepada semua unit yang diproduksi karena pembebanan

overhead dilakukan berdasarkan tingkat produksi dari masing-masing jenis produk.

Berikut dapat dilihat tabel perhitungan biaya produksi dengan menggunakan

metode tradisional.untuk produk-produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT.

Gedesco Sejahtera.

148

Tabel 5.23 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Tradisional.

No Nama Produk Jumlah Unit

yang Diproduksi

Biaya Bahan

Langsung

Biaya Tenaga

Kerja Langsung

Biaya Overhead

(Tradisional) Biaya Produksi

Biaya Produksi

/ Unit

1 SCC 21 11.388.300,00 236.880,00 2.184.289,34 13.809.469,34 657.593,79

2 SLH 42 20.105.400,00 474.768,00 4.368.578,68 24.948.746,68 594.017,79

3 SLL 80 35.336.000,00 904.176,00 8.321.102,24 44.561.278,24 557.015,98

4 MAR 387 104.037.975,00 4.373.712,00 40.253.332,10 148.665.019,10 384.147,34

5 MAA 362 87.214.850,00 4.090.464,00 37.652.987,64 128.958.301,64 356.238,40

Total 892 258.082.525,00 10.080.000,00 92.780.290,00 360.942.815,00

5.2.4.2 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing (ABC)

Metode perhitungan biaya produksi yang kemudian digunakan untuk menghitung biaya produksi adalah metode

activity based costing (ABC). Metode ini tidak menganggap biaya overhead sebagai suatu biaya variable yang dapat secara

mudah dibebankan pada produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Metode ABC ini menawarkan perhitungan biaya

produksi yang lebih akurat karena biaya overhead pertama-tama ditelusuri secara merata ke aktivitas dan kemudian baru

dibebankan ke produk.

Berikut dapat dilihat table perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode ABC untuk produk-

produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.

149

Tabel 5.24 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing (ABC)

No Nama Produk Jumlah Unit

yang Diproduksi

Biaya Bahan

Langsung

Biaya Tenaga

Kerja Langsung

Biaya Overhead

(ABC) Biaya Produksi

Biaya Produksi

/ Unit

1 SCC 21 11.388.300,00 236.880,00 5.670.509,45 17.295.689,45 823.604,26

2 SLH 42 20.105.400,00 474.768,00 7.282.171,37 27.862.339,37 663.389,03

3 SLL 80 35.336.000,00 904.176,00 10.198.511,89 46.438.687,89 580.483,60

4 MAR 387 104.037.975,00 4.373.712,00 33.759.473,64 142.171.160,64 367.367,34

5 MAA 362 87.214.850,00 4.090.464,00 31.840.828,57 123.146.142,57 340.182,71

Total 892 258.082.525,00 10.080.000,00 88.751.494,92 356.914.019,92

150

5.2.5 Perbandingan Biaya Produksi Metode Tradisional dengan Metode ABC

Pada sub bab ini, penulis akan membuat perbandingan antara biaya produksi

dengan metode tradisional dengan metode ABC. Terdapat kenaikan dan penurunan

terhadap biaya produksi pada setiap jenis produk dalam perhitungan dengan metode

tradisional dan metode ABC.

Berikut dapat dilihat table perbandingan kenaikan dan penurunan biaya produksi

dengan metode tradisional dan metode ABC.

Tabel 5.25 Tabel Perbandingan Metode Tradisional dengan Metode ABC.

No Type Produk

Jumlah

Produksi

(Unit)

Biaya Produksi

/ Unit

(Tradisional)

(a)

Biaya Produksi

/ Unit

(ABC)

(b)

Kenaikan /

Penurunan

(a – b)

Prosentase

Kenaikan /

Penurunan

((a – b) / a x

100%)

1 SCC 21 657.593,79 823.604,26 - 166.010,47 - 25,2451 %

2 SLH 42 594.017,79 663.389,03 - 69.371,24 - 11,6783 %

3 SLL 80 557.015,98 580.483,60 - 23.467,62 - 4,2131 %

4 MAR 387 384.147,34 367.367,34 16.780,00 4,3681 %

5 MAA 362 356.238,40 340.182,71 16.055,69 4,5070 %

Pada metode tradisional, pembebanan overhead pertama-tama dilakukan dengan

membebankan biaya pada unit produksi yang ada, dalam hal ini dibebankan pada divisi

assembly dan divisi machine production dengan perbandingan 1 : 1. Pembebanan

overhead ke unit produksi ini tidak lebih bersifat sembarangan dan tidak akurat karena

dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan secara intuitif saja tanpa digunakan dasar

perhitungan pengalokasiaan yang pasti. Dengan metode Activity Based Costing (ABC),

biaya overhead pertama-tama ditelusuri pada aktivitas-aktivitas yang mana suatu produk

151

dipesan, diproses sampai dengan dijual kepada pelanggan, sehingga alokasi biaya

overhead ke aktivitas menjadi lebih jelas dan akurat dibandingkan pembebanan secara

tradisional yang bersifat sembarangan. Sebagai contoh adalah pada metode tradisional,

divisi assembly dan divisi machine production dibebani biaya overhead dengan proporsi

yang sama, padahal dilihat melalui proses produksinya, divisi assembly tidak terlalu

banyak menggunakan energy listrik dibandingkan dengan divisi machine production.

Jadi jika biaya listrik yang juga merupakan bagian dari biaya overhead dibebankan

secara merata pada divisi assembly dan divisi machine production merupakan tindakan

yang sangat tidak tepat / sembarangan.

Di samping itu kelemahan metode tradisional ini adalah menganggap biaya

overhead sebagai biaya variable yang dapat dibebankan ke produk begitu saja. Padahal

tidak semua biaya overhead pada PT. Gedesco Sejahtera merupakan biaya variable

sehingga alokasi biaya overhead yang didasarkan pada jumlah unit yang diproduksi pada

masing-masing divisi tidaklah tepat dan mungkin tidak akan menggambarkan biaya

sebenarnya yang dikonsumsi oleh suatu produk.

Dengan penggunaan metode ABC, masalah ini akan dapat diatasi sehingga

diperoleh perhitungan yang lebih akurat. Sebagai contoh dengan menggunakan metode

tradisional, biaya penjualan barang jadi yang meliputi aktivitas pemasaran, pengiriman

barang dan sebagainya dianggap sebagai suatu biaya variable yang bisa dibebankan

secara merata berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Pada kenyataannya biaya-biaya

ini merupakan biaya tetap yang harus ditanggung oleh tiap jenis produk yang dihasilkan

oleh masing-masing divisi produksi, karena meski barang type A tidak diproduksi atau

diproduksi dengan jumlah yang sangat sedikit, namun demikian kegiatan pemasaran dan

152

pengiriman barang tetap dilakukan untuk type produk A tersebut, sehingga besar biaya

yang dibebankan selalu sama.

Metode ABC memperbaiki keakuratan kalkulasi biaya produk dengan mengakui

bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional denan

perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-

biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing

produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki

ketepatan kalkulasi biaya produk, yang dapat secara signifikan memperbaiki

pengambilan keputusan. Selain itu dengan metode ABC ini, pengendalian akan lebih

mudah dilakukan karena aktivitas penyebab biaya dapat diidentifikasi dan pengendalian

biaya dapat dilakukan dengan mengendalikan aktivitas-aktivitas tersebut.

5.3 Perencanaan dan Pemilihan Sistem (pre-analysis)

Pada tahap ini, akan dilakukan analisa awal mengenai kebutuhan dari system

yang akan dikembangkan. Untuk itu diperlukan suatu definisi yang jelas mengenai

sistem yang akan dibangun tersebut. Pada tahap perencanaa dan pemilihan sistem ini

akan dihasilkan suatu system definition beserta dengan kriteria FACTOR (Functionality,

Application Domain, Conditions, Technology, Objects dan Responsibility) dari system

yang akan dibangun.

5.3.1 Definisi Sistem (System Definition)

Sebuah sistem terkomputerisasi yang digunakan untuk mengotomatisasi dan

mempermudahkan user dalam melakukan perhitungan dan pengendalian biaya produksi.

Sistem ini merupakan sistem administrasi yang berguna untuk menghitung biaya

153

produksi dan memberikan laporan seputar biaya produksi yang berguna untuk

membantu pihak manajemen dalam mengendalikan biaya produksi. Sistem ini dibangun

menggunakan platform VB dengan sebuah server, beberapa PC (Personal Computer)

sebagai terminal dan dilengkapi dengan peralatan output seperti printer. Sistem ini

merupakan sistem yang sangat mudah untuk dioperasikan (user friendly), sehingga dapat

digunakan oleh user baik yang menguasai maupun tidak menguasai permasalahan

administrasi seputar biaya produksi.

5.3.2 FACTOR

Adapun 6 kriteria faktor yang terdiri dari functionality, application domain,

conditions, technology, objects dan responsibility dalam sistem biaya produksi ini adalah

sebagai berikut :

Functionality : sistem ini berupa sistem administrasi yang mampu menyimpan

data-data seputar biaya produksi seperti data produk, bahan baku, pemakain

tenaga kerja langsung, pembelian bahan termasuk pencatatan rincian overhead

perusahaan. Disamping itu, sistem ini mampu melakukan perhitungan biaya

produksi secara tepat dan akurat baik dengan metode tradisional maupun metode

ABC dimana pada akhirnya, sistem ini akan memberikan laporan seputar biaya

produksi untuk masing-masing jenis produk yang berguna untuk memberikan

gambaran tentang perbandingan biaya produksi hasil perhitungan dengan metode

tradisional dan metode ABC. Perbandingan antara kedua metode ini yang

nantinya dapat membantu pihak manajemen dalam mengendalikan biaya

produksi.

154

Application domain : Pencatatan dan pengupdatean data seputar produk beserta

spesifikasi bahan bakunya, data pembelian dan harga bahan, pemakaian tenaga

kerja langsung, rincian overhead, pembobotan, aktivitas yang menimbulkan

biaya, serta data produksi perusahaan, penghitungan biaya produksi, pencetakkan

laporan seputar biaya produksi.

Conditions : Sistem ini dikembangkan sebagai aplikasi desktop pada komputer-

komputer perusahaan yang diperuntukkan bagi pengguna sistem seperti bagian

produksi, bagian keuangan, dan bagian pembelian.

Technology : Platform VB.net dan penggunaan Ms Access database dipilih untuk

membangun software sistem ini. Sedangkan untuk platform hardware, akan

digunakan sebuah server dan beberapa PC sebagai terminal yang dilengkapi

dengan peralatan output seperti printer.

Objects : divisi, produk, bahan, pembelian, alokasi tenaga kerja langsung,

aktivitas, tingkat aktivitas, overhead, pembobotan, produksi, biaya aktivitas, tarif

pool, biaya overhead, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya

produksi.

Responsibility : berguna sebagai peralatan administrasi untuk mempercepat dan

mengotomatisasi perhitungan biaya produksi secara akurat.

5.4 Analisa dan Perancangan Sistem

Setelah diperoleh gambaran yang jelas mengenai kebutuhan dari system yang

akan dikembangkan, kemudian akan dilakukan analisa dan perancangan system yang

berguna untuk memudahkan dalam tahap pembangunan konstruksi dari sistem. Pada

tahap analisa, akan dilakukan 2 macam analisa, yaitu requirements analysis dan domain

155

analysis. Untuk tahap perancangan, akan dilakukan perancangan arsitektur dan

perancangan komponen.

5.4.1 Analisa Kebutuhan (Requirements Analysis)

Pada tahap requirements analysis ada 3 hal yang akan dilakukan, yaitu analisa

usage, analisa functionality dan analisa user interface. Pada analisa usage akan

dihasilkan suatu use case diagram beserta use case description untuk masing-masing use

case dan aktor yang ada. Selain itu akan dihasilkan pula sequence diagram yang berguna

untuk menjelaskan cara kerja masing-masing use case dengan lebih mendetil. Analisa

functionality berguna untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang kompleksitas

dari masing-masing use case yang ada. Analisa ini akan menghasilkan function list serta

kompleks function list. Sedangkan analisa user interface berguna untuk memberikan

gambaran mengenai interface antara pengguna dan sistem yang akan dibangun. Analisa

user interface ini akan sangat membantu dalam memberikan gambaran tentang

gambaran sistem secara garis besar. Pada analisa ini akan dihasilkan suatu navigation

diagram atau user interface diagram.

5.4.1.1 Analisa Usage

Berdasarkan analisa yang dilakukan mengenai kebutuhan dari sistem dan analisa

yang dilakukan terhadap aktor-aktor yang akan terlibat dalam sistem, maka diperoleh

suatu use case diagram sebagai berikut:

Gambar 5.1 Use Case Diagram untuk Aplikasi Perhitungan Biaya Produksi

Metode ABC dan Tradisional

157

Actor Description

a) Actor : Bagian Produksi

Tujuan :

Tujuan utama dari bagian produksi adalah melakukan perhitungan

biaya produksi untuk suatu periode tertentu. Untuk melakukan

perhitungan ini, bagian produksi harus mengupdate data produk, bahan

produk, alokasi pemakaian bahan langsung sesuai dengan Bill of

Material (BoM) dari produk, kemudian mengupdate data prosentase

pembobotan overhead per aktivitas, prosentase overhead divisi dan

menentukan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk bagian produksi.

Di samping itu, bagian produksi juga mesti melakukan update aktivitas

per divisi jika dirasa perlu dilakukan penambahan atau pengurangan.

Karakteristik :

Pengguna system yang mengerti tentang basic industri, terutama

berpengalaman dalam hal biaya produksi, serta mengerti tentang

bagaimana penggunaan / operasi dari komputer, seperti input dan

update data.

b) Actor : Bagian Pembelian

Tujuan :

Tujuan dari bagian pembelian adalah melakukan pengupdatean data

pembelian bahan baku sesuai dengan pesanan pembelian yang

dilakukan kepada supplier pada periode waktu tertentu. Di samping itu,

bagian pembelian juga bertanggungjawab dalam mengupdate harga-

158

harga bahan baku yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan

biaya biaya bahan langsung.

Karakteristik :

Pengguna system yang mengerti tentang bagaimana penggunaan /

operasi dasar dari komputer, seperti input dan update data.

c) Actor : Bagian Keuangan

Tujuan :

Tujuan dari bagian keuangan adalah bertugas melakukan pengupdatean

terhadap data overhead perusahaan yang meliputi biaya-biaya seperti

biaya bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya

kesejahteraan pegawai, biaya energi dan fasilitas, depresiasi, pajak,

biaya promosi, biaya pengiriman, biaya pesan, serta biaya reparasi dan

maintenance.

Karakteristik :

Pengguna system yang mengerti tentang dasar akuntansi dan

mengetahui tentang bagaimana penggunaan / operasi dasar dari

computer, seperti input dan update data.

Use Case Description

a) Use Case : Mengupdate Data Produk dan Bahan Produk

Deskripsi :

159

Mengupdate data produk dilakukan oleh bagian produksi ketika perusahaan akan

menambah produk baru ataupun menghapus data produk yang sudah tidak

diproduksi lagi.

o Untuk mengupdate data produk, pengguna dapat memilih menu master produk.

Kemudian ,sistem akan menampilkan drop list nama divisi dan jenis produk

yang dihasilkan oleh divisi tersebut. Pengguna dapat menambah data produk

baru, menghapus data produk, melihat data produk beserta data bahan

produknya, dan melakukan edit terhadap data bahan produk tersebut.

o Untuk menambah data produk baru, sistem akan meminta inputan untuk nama

divisi dan nama produk baru yang akan dibuat. Pengguna memasukkan nama

divisi dan nama produk baru tersebut. Sistem akan mengecek apakah data produk

tersebut sudah tersedia dalam database atau belum. Jika sudah ada, sistem akan

membatalkan proses dengan menampilkan pesan kepada pengguna bahwa

produk tersebut sudah tersedia. Jika belum sistem akan membuat data produk

baru sesuai dengan nama divisi dan nama produk yang diinputkan oleh

pengguna. Setelah melakukan pembuatan data produk baru, sistem secara

otomatis akan melakukan perhitungan terhadap jumlah produk yang tersedia

dalam divisi tersebut.

o Untuk menghapus data produk, sistem akan meminta pengguna memilih nama

divisi dan nama produk yang tersedia pada drop list. Setelah melakukan

pemilihan nama divisi dan nama produk, sistem akan mencari data produk sesuai

dengan nama divisi dan nama produk yang dipilih. Setelah ditemukan, sistem

akan menampilkan form konfirmasi penghapusan data produk. Pengguna dapat

membatalkan penghapusan data produk atau pengguna dapat mengeksekusi

160

penghapusan terhadap data produk yang dipilih. Setelah produk dihapus, sistem

akan secara otomatis menghitung jumlah produk yang tersedia pada divisi

tersebut.

o Untuk melihat data bahan produk suatu produk, pengguna dapat memilih nama

divisi dan nama produk yang terdapat pada drop list. Kemudian sistem akan

memilih data bahan produk sesuai dengan nama divisi dan nama produk dan

menampilkannya. Pengguna juga dapat melakukan penambahan , penghapusan

dan merubah entitas data terhadap data bahan produk ini. Setelah selesai

melakukan pengeditan data bahan produk, baik menambah ataupun mengurangi

data bahan produk, pengguna dapat mengeksekusi penyimpan data bahan produk

dan sistem akan menyimpan data bahan produk tersebut.

b) Use Case : Mengupdate Bahan

Deskripsi :

Mengupdate bahan dilakukan oleh bagian produksi untuk menambah, menghapus

dan mengedit data master bahan (kode bahan, nama bahan, dan jenis bahan).

o Untuk mengupdate data bahan, pengguna dapat memilih menu master bahan.

Kemudian sistem akan menampilkan semua list data bahan yang ada. Pengguna

dapat melakukan penambahan data bahan dengan menambahkan data bahan pada

tabel list bahan yang tersedia, seperti kode bahan, nama bahan dan jenis bahan.

Untuk menghapus data, pengguna dapat memilih data bahan yang terdapat pada

list bahan dan menghapusnya. Pengguna juga dapat mengedit data bahan, seperti

merubah nama bahan, kode bahan dan jenis bahan dengan mengetik ulang data

bahan yang ingin dirubah. Setelah selesai melakukan pengupdatean data bahan,

161

pengguna dapat menyimpan data tersebut dan data bahan yang telah diupdate

akan disimpan oleh sistem.

c) Use Case : Mengupdate Pembelian dan Harga Bahan Produk

Deskripsi :

Mengupdate pembelian dan harga bahan produk dilakukan oleh bagian pembelian

untuk mengupdate jumlah pembelian bahan baku dan harga dari bahan baku sesuai

dengan jumlah pesanan pembelian dan harga terbaru yang dibeli dari supplier.

o Untuk mengupdate pembelian dan harga bahan produk, pengguna dapat memilih

menu update pembelian dan harga bahan produk. Kemudian sistem akan

menampilkan drop list nama divisi, nama produk dan periode.

o Untuk melakukan pengupdatean data pembelian dan harga bahan produk, sistem

akan meminta pengguna memilih nama divisi, nama produk dan periode data

yang ingin diupdate. Kemudian sistem akan mencari data pembelian dan harga

bahan produk sesuai dengan kriteria nama divisi, nama produk dan periode yang

diinputkan dan menampilkannya pada layar. Pengguna dapat melakukan

pengupdatean terhadap data tersebut dan menyimpannya. Kemudian sistem akan

menyimpan data tersebut.

e) Use Case : Mengupdate Pemakaian Tenaga Kerja Langsung

Deskripsi :

Mengupdate pemakaian tenaga kerja langsung dilakukan oleh bagian personalia

untuk mengupdate jumlah pemakaian tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam

162

satu divisi dan besar gaji yang mesti dibayarkan untuk setiap tenaga kerja langsung

pada setiap periode.

o Untuk mengupdate pemakaian tenaga kerja langsung, bagian personalia dapat

memilih menu update pemakaian tenaga kerja langsung. Kemudian sistem akan

menampilkan drop list nama divisi dan periode.

o Untuk melakukan pengupdatean, sistem akan meminta pengguna memilih nama

nama divisi dan periode dari data pemakaian tenaga kerja langsung yang akan

diupdate. Kemudian sistem akan mencari data pemakaian tenaga kerja langsung

sesuai dengan kriteria yang dipilih oleh pengguna dan menampilkannya pada

layar. Pengguna dapat melakukan pengupdatean terhadap data tersebut, dan

menyimpannya setelah selesai.

f) Use Case : Mengupdate Data Aktivitas Divisi

Deskripsi :

Mengupdate data aktivitas divisi dilakukan oleh bagian produksi untuk menambah

ataupun mengurangi jenis-jenis aktivitas yang terdapat dalam suatu divisi.

o Untuk mengupdate data ativitas divisi, bagian produksi dapat memilih menu

update data aktivitas divisi. Sistem akan menampilkan drop list nama divisi.

o Pengguna dapat melihat list data aktivitas divisi dengan memilih nama divisi

pada drop list dan kemudian sistem akan mencari dan menampilkan semua

aktivitas yang terdapat pada divisi yang dipilih. Pengguna dapat melakukan

penambahan aktivitas, disamping itu, pengguna juga dapat menghapus aktivitas

yang dirasa tidak dibutuhkan dengan. Setelah selesai mengupdate data aktivitas

163

divisi, pengguna dapat menyimpan data aktivitas divisi dan sistem akan

menyimpannya.

g) Use Case : Mengupdate Aktivitas

Deskripsi :

Mengupdate aktivitas dilakukan oleh bagian produksi untuk menambah, menghapus

dan mengedit data aktivitas (kode aktivitas, nama aktivitas, dan tingkat aktivitas).

o Untuk mengupdate data aktivitas, pengguna dapat memilih menu master

aktivitas. Kemudian sistem akan menampilkan semua list data aktivitas yang ada.

Pengguna dapat melakukan penambahan data aktivitas dengan menambahkan

data aktivitas pada tabel list aktivitas yang tersedia, seperti kode aktivitas, nama

aktivitas dan tingkat aktivitas. Untuk menghapus data, pengguna dapat memilih

data aktivitas yang terdapat pada list aktivitas dan menghapusnya. Pengguna juga

dapat mengedit data aktivitas, seperti merubah kode aktivitas, nama aktivitas dan

tingkat aktivitas dengan mengetik ulang pada data aktivitas yang ingin dirubah.

Setelah selesai melakukan pengupdatean data, pengguna dapat menyimpan data

tersebut dan data aktivitas yang telah diupdate akan disimpan oleh sistem.

h) Use Case : Mengupdate Data Prosentase Pembobotan Overhead per Aktivitas

Deskripsi :

Mengupdate data prosentase pembobotan overhead per aktivitas dilakukan oleh

bagian produksi untuk mengupdate prosentase pembobotan overhead ke masing-

masing aktivitas. Prosentase ini digunakan untuk mengalokasikan pemakaian

overhead ke masing-masing aktivitas divisi.

164

o Untuk mengupdate prosentase pembobotan overhead per aktivitas, bagian

produksi dapat memilih menu update prosentase overhead dan sistem akan

menampilkan drop list nama divisi. Untuk mengupdate bobot aktivitas, sistem

akan meminta pengguna untuk memilih data bobot yang ingin diupdate dengan

memilih nama divisi pada drop list. Kemudian sistem akan menampilkan data

bobot aktivitas untuk divisi yang dipilih dan pengguna dapat menginput ulang

nilai prosentase bobot untuk aktivitas tersebut. Jika proses pengupdate an telah

selesai dilakukan, pengguna dapat menyimpan data bobot yang telah diupdate

dan sistem akan menyimpan data bobot aktivitas tersebut.

i) Use Case : Mengupdate Pemakaian Overhead

Deskripsi :

Mengupdate pemakaian overhead dilakukan oleh bagian keuangan. Bagian keuangan

akan mengupdate data keuangan yang berhubungan dengan semua pemakaian

overhead yang terjadi pada perusahaan, seperti biaya bahan tidak langsung, biaya

tenaga kerja tidak langsung, biaya kesejahteraan pegawai, biaya energi dan fasilitas,

depresiasi, pajak, biaya promosi, biaya pengiriman, biaya pesan, serta biaya reparasi

dan maintenance.

o Bagian keuangan pertama-tama harus memilih menu pemakaian overhead.

Sistem akan menampilkan drop list periode. Kemudian pengguna dapat memilih

periode data pemakaian overhead yang ingin diupdate. Sistem akan mencari data

pemakaian overhead sesuai dengan periode yang dipilih pengguna dan

menampilkannya pada layar. Pengguna kemudian dapat melakukan penambahan,

penghapusan ataupun pengeditan terhadap data pemakaian overhead tersebut.

165

Setelah selesai melakukan pengeditan, pengguna dapat melakukan penyimpanan

data dan sistem akan menyimpan data pemakain overhead untuk periode

tersebut. Setelah data pemakaian overhead disimpan, sistem secara otomatis akan

melakukan perhitungan total pemakaian untuk semua jenis overhead yang terjadi

pada periode tersebut.

j) Use Case : Mengupdate Prosentase Overhead Divisi

Deskripsi :

Mengupdate prosentase overhead divisi dilakukan oleh bagian produksi untuk

menentukan besar prosentase pembobotan overhead yang akan dibebankan pada

divisi produksi yang ada, yaitu divisi assembly dan divisi machine production.

Prosentase overhead divisi ini digunakan pada saat perhitungan biaya produksi

dengan metode tradisional.

o Bagian produksi pertama-tama harus memilih menu overhead divisi. Sistem akan

menampilkan prosentase bobot overhead untuk kedua divisi produksi. Kemudian

pengguna dapat menginputkan besar prosentase bobot untuk masing-masing

divisi. Total prosentase bobot untuk kedua divisi harus sebesar 100 persen.

k) Use Case : Mengupdate Jumlah Produksi

Deskripsi :

Mengupdate jumlah produksi dilakukan oleh bagian produksi untuk mengupdate

jumlah produk yang akan diproduksi pada masing-masing divisi sesuai dengan target

produksi untuk periode tersebut.

166

o Untuk mengupdate jumlah produksi, pengguna dapat memilih menu update

jumlah produksi. Sistem akan menampilkan drop list nama divisi dan periode.

Untuk mengupdate jumlah produksi, sistem akan meminta pengguna untuk

memilih nama divisi dan periode jumlah produksi yang ingin diupdate.

Kemudian sistem akan mencari tabel data jumlah produksi untuk periode

tersebut dan menampilkannya pada layar. Pengguna dapat melakukan

pengupdatean data jumlah produksi dan setelah selesai sistem akan menyimpan

data tersebut.

l) Use Case : Mengkalkulasi Biaya Produksi

Deskripsi :

Mengkalkulasi biaya produksi dilakukan oleh bagian produksi untuk menghitung

biaya produksi yang terjadi dalam memproduksi sebanyak target produksi yang

diinginkan.

o Untuk mengkalkulasi biaya produksi, pengguna dapat memilih menu kalkulasi

biaya produksi. Sistem akan menampilkan drop list nama divisi dan periode

biaya produksi yang akan dihitung. Untuk mengkalkulasi biaya produksi, sistem

akan meminta pengguna untuk memilih nama divisi dan periode biaya produksi

yang akan dihitung serta metode perhitungan yang akan digunakan (metode

tradisional atau metode ABC). Setelah memilih nama divisi, periode dan metode

perhitungan, sistem akan melakukan perhitungan terhadap biaya produksi.

m) Use Case : Mengkalkulasi dengan Metode ABC

Deskripsi :

167

Mengkalkulasi dengan metode ABC merupakan extend use case dari use case

mengkalkulasi biaya produksi. Pada saat mengkalkulasi biaya produksi, actor

diminta untuk memilih metode perhitungan yang akan dilakukan, jika aktor memilih

metode ABC, maka extend use case mengkalkulasi dengan metode ABC baru

dilakukan.

n) Use Case : Mengkalkulasi dengan Metode Tradisional

Deskripsi :

Mengkalkulasi dengan metode Tradisional juga merupakan extend use case dari use

case mengkalkulasi biaya produksi seperti halnya extend use case mengkalkulasi

dengan metode ABC. Jika aktor memilih metode tradisional dalam mengkalkulasi

biaya produksi, maka extend use case mengkalkulasi dengan metode tradisional baru

dilakukan.

o) Use Case : View Aktivitas

Deskripsi :

View aktivitas merupakan extend use case dari use case mengkalkulasi dengan

metode ABC. Extend use case ini hanya dapat dilakukan jika aktor mengkalkulasi

biaya produksi dengan metode ABC saja, sedang dengan metode tradisional maka

biaya aktivitas ini tidak tersedia.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dilakukan aktor

pada masing-masing use case dan bagaimana use case-use case tersebut bekerja pada

sistem maka diperlukan sequence diagram yang berguna untuk menjelaskan masing-

masing use case yang ada. Berikut dapat dilihat sequence diagram untuk masing-

masing use case yang ada.

Gambar 5.2 Sequence Diagram untuk Use Case Update Aktivitas

Gambar 5.3 Sequence Diagram untuk Use Case Update Bahan

Gambar 5.4 Sequence Diagram untuk Use Case Update Overhead

Gambar 5.5 Sequence Diagram untuk Use Case Update Produk (Create Produk)

Gambar 5.6 Sequence Diagram untuk Use Case Update Produk (Delete Produk)

Gambar 5.7 Sequence Diagram untuk Use Case Update Bahan Produk

Gambar 5.8 Sequence Diagram untuk Use Case Update Pembelian (create pembelian

periode baru )

Gambar 5.9 Sequence Diagram untuk Use Case Update Pembelian (edit pembelian )

Gambar 5.10 Sequence Diagram untuk Use Case Update Tenaga Kerja Langsung

Gambar 5.11 Sequence Diagram untuk Use Case Update Aktivitas Divisi

Gambar 5.12 Sequence Diagram untuk Use Case Update Bobot

Gambar 5.13 Sequence Diagram untuk Use Case Update Pemakaian Overhead

Gambar 5.14 Sequence Diagram untuk Use Case Update Jumlah Produksi

Gambar 5.15 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Biaya Bahan

Langsung)

Gambar 5.16 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Biaya

Tenaga Kerja Langsung)

Gambar 5.17 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Biaya

Overhead Tradisional)

Gambar 5.18 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Biaya

Overhead ABC bagian 1)

Gambar 5.19 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Biaya

Overhead ABC bagian 2)

Gambar 5.20 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Kalkulasi

Biaya Produksi)

5.3.1.1 Analisa Functionality

Analisa functionality berguna untuk mengidentifikasi semua fungsi dan fungsi

kompleks yang ada. Untuk melakukan analisa functionality ini perlu dilakukan

penganalisaan fungsi-fungsi pada masing-masing use case. Berdasarkan analisa

fungsionalitas ini, dihasilkan suatu function list yang lengkap beserta dengan spesifikasi

dari fungsi yang kompleks sebagai berikut.

186

Tabel 5.26 Function List

UseCase Function Complexity Type

Login ke system Validasi username dan

password Medium Read

Load bahan Medium Read Update bahan

Save bahan Simple Update

Load data aktivitas Medium Read Update aktivitas

Save data aktivitas Simple Update

Load data overhead Medium Read Update overhead

Save data overhead Simple Update

Create data produk Simple Update

Delete data produk Complex Update

Load data bahan produk Medium Read

Update produk dan bahan

produk

Save data bahan produk Simple Update

Load data pembelian Medium Read

Create data pembelian Medium Read

Update pembelian

Save data pembelian Simple Update

Load data TKL Medium Read Update pemakaian TKL

Save data TKL Simple Update

Load data aktivitas divisi Medium Read Update aktivitas divisi

Save data aktivitas divisi Simple Update

Load data bobot Medium Read Update bobot

Save data bobot Simple Update

Load data pemakaian

overhead Medium Read

Update pemakaian overhead

Save data pemakaian

overhead Simple Update

Update prosentase overhead

divisi

Load data prosentase

overhead divisi Medium Read

187

Save data prosentase

overhead divisi Simple Update

Load data produksi Simple Read Update jumlah produksi

Save data produksi Medium Update

Calculate bahan langsung Complex Compute

Calculate TKL Complex Compute

Calculate overhead

tradisional

Complex

Compute

Calculate overhead ABC Very

Complex Compute

Calculate biaya produksi

Calculate biaya produksi Medium Compute

View biaya aktivitas Calculate biaya aktivitas Complex Compute

Tabel 5.27 Complex Function List

UseCase Complex Function Complex Function Complexity Type

Complex

Get pemakaian Medium Read

Get harga/item Medium Read

Calculate bahan

langsung

Calculate bahan

langsung

Medium Compute

Complex

Get jumlah produksi Medium Read

Calculate total

produksi

Medium Compute

Get gaji / orang Medium Read

Get jumlah orang Medium Read

Calculate TKL:

Calculate TKL: Medium Compute

Complex

Calculate

biaya

produksi

Calculate overhead

tradisional Get jumlah

pemakaian overhead

Medium Read

188

Calculate total

overhead

Medium Compute

Get jumlah produksi Medium Read

Calculate total

produksi

Medium Compute

Get prosentase

overhead divisi

Medium Read

Calculate biaya

overhead

Medium Compute

Very

Complex

Get pemakaian

overhead

Medium Read

Calculate total

overhead

Medium Compute

Get jumlah produksi Medium Read

Calculate total

produksi

Medium Compute

Get bobot Medium Read

Calculate total bobot Medium Compute

Get bobot untuk

tingkat unit

Medium Read

Calculate biaya pool1 Medium Compute

Calculate tarif pool1 Medium Compute

Get bobot untuk

tingkat batch

Medium Read

Calculate biaya pool2 Medium Compute

Get jumlah

pembelian

Medium Read

Calculate overhead

ABC

Calculate total Medium Compute

189

pembelian

Calculate tarif pool2 Medium Compute

Get bobot untuk

tingkat produk

Medium Read

Calculate biaya pool3 Medium Compute

Count varian produk Medium Compute

Calculate tarif pool3 Medium Compute

Calculate biaya

overhead pool1

Medium Compute

Get jumlah

pembelian

Medium Read

Calculate pembelian

per produk

Medium Compute

Calculate biaya

overhead pool2

Medium Compute

Calculate biaya

overhead

Medium Compute

Complex

Get pemakaian

overhead

Medium Read

Calculate total

overhead

Medium Compute

Get bobot Medium Read

Calculate total bobot Medium Compute

Get bobot Medium Read

View biaya

aktivitas

Calculate biaya

aktivitas

Calculate biaya

aktivitas

Medium Compute

190

5.4.1.3 Analisa User Interface

Analisa user interface bertujuan untuk memberikan gambaran tentang interface

yang digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sistem. Interface ini

menghubungkan sistem dengan semua aktor yang relevan di dalam konteks. Oleh karena

itu, interface yang baik harus mengadaptasi tugas-tugas dari pengguna dan konsep dari

sistem yang akan dikembangkan. Pada analisa user interface ini dihasilkan suatu

navigation diagram / diagram user interface yang berguna untuk memberikan gambaran

yang jelas tentang interface dari sistem, sehingga diagram ini akan memudahkan dalam

memahami bagaimana sistem diharapkan untuk bekerja:

Berikut dapat dilihat gambar 5.21 navigation diagram yang dihasilkan pada

analisa user interface sebagai berikut :

191

Gambar 5.21 Navigation Diagram untuk Aplikasi Perhitungan Biaya Produksi

192

1. Sistem Login

Untuk memasuki sistem login user harus mengetahui user name dan password. Bila

username dan password salah / tidak sesuai maka pengguna tidak dapat masuk ke

dalam sistem. Pada sistem ini, dibatasi empat macam otorisasi login yang bisa

dilakukan. Yang pertama login untuk super user, dimana ketika pengguna ini

melakukan login ke sistem, maka dia dapat mengakses semua item yang ada pada

sistem. Kemudian login untuk bagian produksi, bagian pembelian dan yang terakhir

login untuk bagian keuangan. Bagian produksi hanya dapat mengakses menu-menu

seperti master aktivitas, master bahan, update produk, update TKL, update aktivitas

divisi, update bobot aktivitas, update prosentase overhead divisi, update jumlah

produksi serta kalkulasi biaya produksi. Bagian pembelian hanya dapat mengakses

menu update pembelian. Sedangkan bagian keuangan dapat mengakses menu master

overhead dan update pemakaian overhead. Berikut dapat dilihat gambar form menu

login pada gambar 5.22 sebagai berikut.

.

Gambar 5.22 Form Login

193

2. Menu Utama

Pada menu utama terdapat tiga menu lain dengan tipe pull down menu, yaitu menu

master, update dan kalkulasi. Menu ini tidak aktif bila user belum login ke dalam

sistem. Pada menu master, terdapat tiga macam menu lain yang dapat diakses, yaitu

menu aktivitas, bahan dan overhead. Pada menu update, terdapat menu-menu lain

yang dapat diakses seperti menu produk, pembelian, TKL, aktivitas divisi, bobot,

pemakaian overhead, overhead divisi dan produksi. Sedangkan untuk menu

kalkulasi, hanya terdapat satu menu yang dapat diakses, yaitu menu baiaya produksi.

Berikut dapat dilihat gambar form menu utama pada gambar 5.23 sebagai berikut.

Gambar 5.23 Form Menu Utama

194

3. Menu Master

a. Master Aktivitas

Menu ini berguna untuk menyimpan dan mengupdate data nama aktivitas-

aktivitas yang ada pada perusahaan. Kemudian data nama aktivitas tersebut

ditentukan tingkat aktivitasnya, apakah tingkat aktivitas unit, batch ataupun

tingkat aktivitas produk. Berikut dapat dilihat gambar form master aktivitas pada

gambar 5.24 sebagai berikut.

Penambahandata baru, lsg

ditulis pada kolomyang kosong

Button Save,untuk menyimpan

data bilapengisian sudah

benar

Button Cancel,untuk

membatalkan,sekaligus

menutup window

Ada 3 macamtingkat aktivitas

yang dapat dipilihuntuk setiap

aktivitas

Untuk menghapusdata, dapat

dilakukan denganmengklik kolom

data, dan menekantombol Delete pada

keyboard

Gambar 5.24 Form Master Aktivitas

b. Master Bahan

Menu ini berguna untuk menyimpan dan mengupdate data master nama bahan-

bahan baku yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi perusahaan. Kemudian

195

bahan-bahan tersebut ditentukan pula jenis bahannya, apakah jenis bahan

langsung ataupun bahan tidak langsung. Berikut dapat dilihat gambar form

master bahan pada gambar 5.25 sebagai berikut.

Gambar 5.25 Form Master Bahan

c. Master Overhead

Seperti halnya menu master aktivitas dan master bahan yang digunakan untuk

menyimpan dan mengupdate data master aktivitas dan master bahan, menu ini

berguna untuk menyimpan dan mengupdate nama jenis biaya overhead yang

terjadi pada perusahaan. Berikut dapat dilihat gambar form master overhead pada

gambar 5.26 sebagai berikut.

196

Gambar 5.26 Form Master Overhead

4. Menu Update

a. Update Produk

Menu update produk berguna untuk melakukan penambahan data produk yang

dihasilkan, baik untuk divisi assembly maupun untuk divisi machine production.

Selain itu, menu ini juga berguna untuk mengupdate data bahan-bahan baku apa

saja yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk serta jumlah pemakaian

bahan baku yang dibutuhkan untuk membentuk satu unit produk tersebut.

Berikut dapat dilihat gambar form update produk pada gambar 5.27 dan form

input produk baru pada gambar 5.28 sebagai berikut.

197

Gambar 5.27 Form Update Produk

Gambar 5.28 Form Input Produk Baru

198

b. Update Pembelian

Menu update pembelian berguna untuk mengupdate data pembelian bahan baku

yang dilakukan oleh bagian pembelian pada setiap periode bulanan. Menu ini

akan menampilkan data pembelian sesuai dengan nama divisi, nama produk dan

periode pembelian yang diinputkan. User dapat memilih nama divisi, nama

produk dan periode yang diinginkan kemudian data grid akan menampilkan data

pembelian sesuai dengan nama divisi, produk dan periode yang diinputkan

tersebut. Kemudian user juga dapat mengupdate jumlah pembelian dan harga /

item dari bahan yang ditampilkan pada data grid. Berikut dapat dilihat form

update pembelian pada gambar 5.29 sebagai berikut.

Input divisi, namaproduk dan periodeuntuk melihat data

pembelianButton Create,untuk membuatdata pembelian

baru

Button Save,untuk menyimpan

data bilapengisian sudah

benar

Button Cancel,untuk

membatalkan,sekaligus

menutup window

Data pembeliandan harga/item

dapat dieditdengan mengklikkolom data dan

menuliskan ulangnilai yang

diharapkan

Gambar 5.29 Form Update Pembelian

199

c. Update Tenaga Kerja Langsung

Menu update tenaga kerja langsung (TKL) berguna untuk mengupdate data

jumlah pemakaian tenaga kerja langsung pada masing-masing divisi produksi

untuk periode bulan tertentu. User dapat memasukkan jumlah pemakaian tenaga

kerja langsung yang dibutuhkan untuk masing-masing divisi produksi beserta

dengan besar gaji / orang, kemudian sistem akan menghitung jumlah total biaya

tenaga kerja langsung. Berikut dapat dilihat form update TKL pada gambar 5.30

sebagai berikut.

Gambar 5.30 Form Update Tenaga Kerja Langsung

d. Update Aktivitas Divisi

Menu update aktivitas divisi berguna untuk mengupdate data aktivitas yang

terdapat baik pada divisi assembly maupun machine production. Pada menu ini,

user dapat mengedit data aktivitas untuk divisi yang diinginkan setelah

200

menginputkan nama divisi yang diharapkan. Pada data grid akan ditampilkan

data nama-nama aktivitas yang terdapat pada divisi tersebut beserta dengan

tingkat aktivitasnya. Kemudian user dapat menambah, menghapus ataupun

mengedit data aktivitas yang terdapat pada data grid. Berikut dapat dilihat

gambar form update aktivitas divisi pada gambar 5.31 sebagai berikut.

Gambar 5.31 Form Update Aktivitas Divisi

e. Update Bobot

Menu update bobot berguna untuk mengupdate bobot dari aktivitas-aktivitas

yang ada pada masing-masing divisi. Bobot ini nantinya akan digunakan dalam

perhitungan biaya produksi dengan metode ABC untuk mengalokasikan

201

besarnya biaya overhead yang terjadi pada masing-masing aktivitas. Pada menu

ini, user akan menginputkan nama divisi yang diinginkan. Pada data grid akan

ditampilkan data aktivitas yang terdapat pada divisi tersebut beserta dengan nilai

bobot untuk masing-masing aktivitas. Kemudian user dapat melakukan

pengupdatean data bobot pada kolom bobot yang tersedia. Berikut dapat dilihat

form update bobot pada gambar 5.32 sebagai berikut.

Gambar 5.32 Form Update Bobot

f. Update Pemakaian Overhead

Menu update pemakaian overhead berguna untuk mengupdate jumlah biaya

pemakaian overhead yang terjadi pada periode bulan tertentu. Pada menu ini,

user dapat mengupdate besar pemakaian tiap jenis overhead yang terjadi pada

202

suatu periode bulan tertentu. Kemudian secara otomatis, sistem akan menghitung

total biaya pemakaian overhead yang terjadi pada periode tersebut. Berikut dapat

dilihat form menu update pemakaian overhead pada gambar 5.33 sebagai berikut.

Input periode untukmelihat datapemakaian

overhead padaperiode tersebut

Button Save,untuk menyimpan

data bilapengisian sudah

benar

Button Cancel,untuk

membatalkan,sekaligus

menutup window

Nilai pada kolomjumlah dapat dieditdengan mengklik

pada kolom data danmenulis ulang nilaiyang diharapkan

Gambar 5.33 Form Update Pemakaian Overhead

g. Update Pemakaian Overhead Divisi

Menu update pemakaian overhead divisi berguna untuk mengupdate besarnya

prosentase pemakaian overhead untuk masing-masing divisi yang ada.

Prosentase overhead ini berguna untuk membagi besarnya pemakaian overhead

untuk divisi assembly dan divisi machine production yang berguna untuk

203

menghitung biaya produksi dengan metode tradisional. Berikut dapat dilihat

form update prosentase overhead pada gambar 5.34 sebagai berikut.

Gambar 5.34 Form Update Prosentase Overhead Divisi

h. Update Jumlah Produksi

Menu update jumlah produksi berguna untuk mengupdate data jumlah produksi

barang yang akan dilakukan untuk periode bulan tertentu. Pada menu ini, user

dapat memasukkan nama produk yang akan diproduksi pada bulan tertentu.

Namun sebelumnya user harus memilih divisi yang menghasilkan produk

tersebut, apakah divisi assembly atau machine production. Kemudian user dapat

memasukkan jumlah produksi barang yang diinginkan untuk masing-masing

produk pada periode tersebut. Berikut dapat dilihat form update jumlah produksi

pada gambar 5.35 sebagai berikut.

204

Input nama divisidan periode

produksi yangdiinginkan

Button Save,untuk menyimpan

data bilapengisian sudah

benar

Button Cancel,untuk

membatalkan,sekaligus

menutup window

Nilai pada kolomjumlah dapat dieditdengan mengklik

pada kolom data danmenulis ulang nilaiyang diharapkan

Untuk memasukkannama produk,

dapat dilakukandengan mengklikkolom data, danmemilih nama

produk yang akandimasukkan

Gambar 5.35 Form Update Jumlah Produksi

5. Menu Kalkulasi Biaya Produksi

a. Form Pemilihan Metode

Form ini merupakan menu awal yang berguna untuk menginputkan nama divisi

dan periode produksi dari produk-produk yang akan dihitung besar biaya

produksinya. Pada Menu awal ini, user juga dapat memilih metode perhitungan

biaya produksi yang akan digunakan, apakah metode tradisional ataukah metode

ABC. Kemudian jika nama divisi, periode dan metode perhitungan telah sesuai

dengan yang diharapkan, user dapat melakukan perhitungan biaya produksi

dengan menekan tombol ’Calculate’, maka akan ditampilkan form hasil

205

perhitungan biaya produksi. Berikut dapat dilihat form pemilihan metode pada

gambar 5.36 sebagai berikut.

Gambar 5.36 Form Pemilihan Metode

b. Form Hasil perhitungan biaya produksi

Form ini berguna untuk menampilkan hasil perhitungan biaya produksi baik

dengan metode tradisional maupun dengan metode ABC. Pada form ini akan

ditampilkan besar biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead, total biaya produksi serta biaya produksi / unit untuk masing-masing

produk yang diproduksi sesuai dengan divisi dan periode yang telah dipilih pada

form pemilihan metode sebelumnya. Untuk perhitungan dengan metode ABC,

dapat dilihat pula besar biaya aktivitas yang terjadi untuk masing-masing

aktivitas, sedangkan bila perhitungan dilakukan dengan metode tradisional, maka

informasi mengenai biaya aktivitas tidak tersedia. Berikut dapat dilihat form

206

hasil perhitungan biaya produksi dengan metode tradisional dan metode ABC

pada gambar 5.37 dan 5.38 sebagai berikut.

Gambar 5.37 Form Hasil Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Tradisional

Gambar 5.38 Form Hasil Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode ABC

207

c. Form View Biaya Aktivitas

Form ini berguna untuk menampilkan besarnya biaya yang terjadi untuk masing-

masing aktivitas, bila perhitungan biaya produksi dilakukan dengan

menggunakan metode ABC. Berikut dapat dilihat form view biaya aktivitas pada

gambar 5.39 sebagai berikut.

Gambar 5.39 Form View Biaya Aktivitas

d. Form Preview Laporan

Form ini berguna untuk melihat preview laporan, sebelum laporan dicetak

menjadi hardcopy. Berikut dapat dilihat form preview laporan pada gambar 5.40

sebagai berikut.

208

Gambar 5.40 Form Preview Laporan

5.4.2 Analisa Domain (Domain Analysis)

Pada tahap analisis, akan dilakukan analisa model terhadap abstraksi yang paling

utama (classes dan object) dan mekanisme yang ditampilkan dalam domain masalah

Kelas-kelas yang memodelkan ini akan diidentifikasi bersamaan dengan relasi antar

masing-masing kelas dan digambarkan dalam sebuah class diagram UML. Namun

demikian, dalam tahap analisis, hanya kelas yang terdapat dalam domain masalah

(konsep dunia aslinya) yang dimodelkan., bukan kelas-kelas teknikal yang menjelaskan

detil dan solusi dari sistem perangkat lunaknya (aplikasi).

Berdasarkan hasil analisa model terhadap domain masalah yang ada, maka dapat

digambarkan class diagram sebagai berikut.

209

Gambar 5.41 Problem Domain Class Diagram

210

5.4.3 Perancangan Arsitektur (Architecture Design)

Tahap perancangan arsitektur bertujuan untuk membuat struktur dari suatu

system yang terkomputerisasi. Pada tahap ini, pertama-tama akan dilakukan

pendefinisian dan pemilihan kriteria yang diprioritaskan. Kriteria ini berguna untuk

mengetahui kondisi dan prioritas yang diinginkan dari perancangan system. Kemudian

akan dilakukan perancangan arsitektur komponen yang berguna untuk mengetahui

struktur komponen dari system. Tahap yang terakhir adalah melakukan perancangan

arsitektur proses. Perancangan arsitektur proses ini berguna untuk mengetahui

bagaimana proses dari system didistribusikan dan dikoordinasikan.

5.4.3.1 Kriteria

Penentuan kriteria dalam suatu perancangan diperlukan agar diperoleh suatu

perancangan yang baik (good design). Perancangan yang baik ini harus memenuhi

beberapa persyaratan seperti tidak ditemukannya kelemahan dari sistem, adanya

keseimbangan antara kriteria-kriteria yang ada, dan juga suatu perancangan yang baik

harus fleksibel (flexible), dapat digunakan (usable) serta mudah dipahami

(comprehensible). Untuk itu, dalam menentukan suatu kriteria yang diprioritaskan dalam

perancangan sistem, paling tidak suatu perancangan harus mencakup kriteria yang paling

umum digunakan, yaitu usability, flexibility, dan comprehensibility.

Berdasarkan kebutuhan dari sistem yang dikembangkan dan penentuan kriteria

yang sesuai dengan prioritas dari sistem, maka dapat dilihat perumusan kriteria dari

sistem yang dikembangkan pada tabel 5.28 sebagai berikut.

211

Tabel 5.28 Tabel Prioritas Kriteria Perancangan

Criterion Very Important Important Less

Important Irrelevant Easily Fulfilled

Usable √

Secure √

Efficient √

Correct √

Reliable √

Maintainable √

Testable √

Flexible √

Comprehensible √

Reusable √

Portable √

Interoperable √

Keterangan :

• Usable : Kemudahan di dalam pengimplementasian proyek.

• Secure : Keamanan akan otoritas pemakaian data.

• Efficient : Efisiensi dari eksploitasi ekonomis.

• Correct : Terpenuhinya kebutuhan / persyaratan.

• Reliable : Terpenuhinya hasil dari eksekusi fungsi-fungsi yang ada.

• Maintainable : Pengalokasian biaya dan perbaikan sistem yang rusak.

• Testable : Biaya untuk memastikan sistem yang dikembangkan

sesuai dengan tujuannya.

• Flexible : Biaya dari memodifikasi pemanfaatan sistem.

212

• Comprehensible : Usaha yang di butuhkan untuk mendapatkan pemahaman

yang jelas dari sistem.

• Reusable : Potensial penggunaan dari bagian sistem dengan sistem

lain yang berhubungan.

• Portable : Biaya dari pemindahan satu sistem ke sistem platform

yang lainnya.

• Interoperable : Biaya dari kopling sistem dengan sistem lainnya.

5.4.3.2 Arsitektur Komponen

Pada tahap perancangan arsitektur komponen ini, akan dilakukan perancangan

terhadap struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling

berhubungan, di mana komponen-komponen itu sendiri merupakan sekumpulan dari

bagian program yang terdiri dari suatu keseluruhan dan mempunyai tanggung jawab

yang terdefinisi dengan baik.

Suatu arsitektur komponen merupakan tampilan dari sistem secara struktural.

Suatu arsitektur komponen yang baik membuat sistem lebih mudah dipahami dalam

mengorganisasikan kerja perancangan dan memberikan kestabilan dalam konteks sistem.

Dalam kasus ini, dipilih arsitektur distibuted presentation sebagai arsitektur

komponen client-server, dimana pada masing-masing client hanya terdapat komponen

user interface, sedangkan server mempunyai komponen lengkap, yaitu komponen user

interface, function dan model. Pada perancangan arsitektur komponen ini akan

dihasilkan suatu component diagram sebagai berikut :

213

User Interface

User Interface

Function

Model

ServerClient

Gambar 5.42 Component Diagram dengan Arsistektur Distributed Presentation

5.4.3.3 Arsitektur Proses

Arsitektur proses merupakan suatu struktur system eksekusi yang terdiri dari

proses-proses yang saling bergantung satu dengan yang lain Perancangan arsitektur

proses ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai struktur fisik dari sistem yang

dibangun. Pada tahap ini, akan difokuskan pada pendistribusian dan pengeksekusian dari

peralatan-peralatan fisik ( devices ) dari sistem dengan processor sebagai unit yang

paling dasar untuk mengeksekusi sistem.. Pada tahap perancangan arsitektur proses ini,

akan dihasilkan sebuah deployment diagram yang menunjukkan processor sebagai

komponen program dan obyek aktif yang utama.

Berikut dapat dilihat deployment diagram dari perancangan arsitektur proses

pada gambar 5.43 sebagai berikut.

214

Gambar 5.43 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern

5.4.4 Perancangan Komponen (Component Design)

Pada tahap perancangan komponen ini, akan dilakukan dua macam perancangan,

yaitu perancangan komponen model dan komponen fungsi. Komponen model

merupakan suatu bagian dari sistem yang menjalankan model dari domain masalah,

sedangkan komponen fungsi merupakan bagian dari sistem yang menjalankan kebutuhan

fungsionalitas. Adapun tujuan dari perancangan komponen ini adalah untuk menentukan

pengimplementasian kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam kerangka kerja arsitektur.

215

5.4.4.1 Komponen Model (Model Component)

Konsep dasar dari perancangan komponen model adalah struktur. Model ini

harus menggambarkan relasi-relasi konseptual yang relevan dari domain masalah yang

ada, sehingga model ini harus jelas, serta dapat dikerjakan dengan cepat dan mudah.

Dasar dari perancangan komponen model ini adalah model berorientasi objek yang

diperoleh dari tahap analisa. Model ini menjelaskan domain masalah dengan

menggunakan kelas, objek, beserta struktur utama dan tingkah lakunya.

Pada tahap perancangan komponen model ini, dihasilkan class diagram dari

komponen model yang dapat dilihat pada gambar 5.44 sebagai berikut.

216

Gambar 5.44 Class Diagram untuk Model Component

217

5.4.4.2 Komponen Fungsi (Function Component)

Pada tahap ini, akan dilakukan perancangan komponen fungsi, yaitu suatu bagian

dari sistem yang menjalankan kebutuhan-kebutuhan fungsionalitas. Fungsi ini dirancang

dan dijalankan dengan menggunakan operasi-operasi yang ada pada kelas-kelas dari

sistem. Sedangkan operasi itu sendiri merupakan properti dari proses yang dispesifikasi

dalam sebuah kelas dan diaktifkan melalui objek-objek dari kelas.

Pada perancangan komponen ini, ada dua prinsip dasar yang harus dilakukan,

yaitu: mendasarkan perancangan pada tipe dari fungsi dan menentukan operasi-operasi

yang kompleks, sehingga dihasilkan sebuah class diagram dengan operasi dan

spesifikasi dari fungsi kompleks yang dapat dilihat pada gambar 5.45 sebagai berikut:

218

Gambar 5.45 Revised Class Diagram dengan Operasi dan Spesifikasi Fungsi Kompleks