Bab 1 - 6library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2007-1-00216-TISI-Bab 5.pdf · HASIL DAN...
Transcript of Bab 1 - 6library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2007-1-00216-TISI-Bab 5.pdf · HASIL DAN...
85
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyajian Data Perusahaan
Dalam menghitung biaya produksi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk
memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data
bahan baku, data tenaga kerja dan data overhead pabrik. Pada sub bab penyajian data
perusahaan ini, penulis akan menyajikan data bahan dan harga, data tenaga kerja serta
data biaya overhead pabrik.
5.1.1 Data Bahan dan Harga
Pada PT. Gedesco Sejahtera, data bahan dan harganya dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu : data bahan baku langsung dan data bahan tidak langsung / bahan
pendukung.
5.1.1.1 Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung yang dipakai oleh PT. Gedesco Sejahtera dalam
memproduksi kursi kantor meliputi busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base
five stars, mekanism back rest, roda, gaslift, armrest, karet, cover gaslift, kain, dan kulit
(oscar). Busa foam ini digunakan untuk melapisi bagian belakang sandaran kursi,
sedangkan busa molded digunakan untuk melapisi bagian depan sandaran dan dudukan
kursi sebagai bantalan sehingga kursi terasa empuk ketika diduduki. Busa rebonded
digunakan sebagai busa pembentuk pada bagian-bagian tertentu dari sandaran kursi
86
sehingga bentuk sandaran menjadi lebih menarik. Karet digunakan untuk melapisi
pinggiran kursi dan menutupi bagian dari kursi yg disteples sehingga kursi terlihat rapi.
Armrest dipakai sebagai sandaran tangan dan tidak semua type dari kursi yang
diproduksi PT.Gedesco Sejahtera menggunakan arm rest. Pada tipe MAA, tidak dipakai
armrest karena tipe ini tidak menggunakan sandaran tangan. Papan merupakan kayu
lapis yang telah dipress dan digunakan sebagai rangka dari kursi untuk memberi bentuk
dasar dari sandaran dan dudukan kursi. Gaslift dan gaslift cover berfungsi sebagai
pompa hidrolik pada kursi sehingga ketinggian kursi dapat dirubah-rubah sesuai dengan
kebutuhan. Kain dan kulit digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran sehingga
busa maupun papan dari dudukan dan sandaran tidak terlihat dan tampak lebih menarik.
Mekanism backrest merupakan bagian pada kursi yang digunakan untuk menempelkan
dudukan dan sandaran serta tempat pemasangan gaslift. Kemudian base five stars dan
roda berfungsi sebagai kaki dari kursi dan tempat pemasangan gaslift sehingga kursi
dapat berputar dengan bebas dan mudah dipindahkan.
Bahan-bahan baku tersebut semuanya dibeli dari supplier dan kebanyakan
dipesan setiap satuan serta telah diproses sesuai dengan pesanan dari PT. Gedesco
Sejahtera, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera tidak melakukan proses perubahan ataupun
produksi terhadap bahan-bahan tersebut namun hanya melakukan proses perakitan /
assembly terhadap bahan-bahan tersebut, seperti busa foam, busa molded, busa
rebonded, papan, base five stars, mekanism, back rest, gaslift, dan cover gaslift.
Sedangkan bahan-bahan seperti kain, kulit, dan karet dipesan dalam gulungan dengan
ukuran tertentu dan dilakukan proses perubahan seperti pemotongan sebelum dirakit.
Bahan-bahan seperti gaslift, mekanism, armrest diperoleh dengan cara mengimpor dari
supplier luar karena bahan-bahan ini memang tidak diproduksi di dalam negeri.
87
Berikut dapat dilihat tabel pemakaian bahan baku dan tabel harga bahan baku
untuk masing-masing produk yang dihasilkan pada divisi assembly PT. Gedesco
Sejahtera.
Tabel 5.1 Data Bahan Baku dan Jumlah Pemakaian per Unit Type Produk
Jumlah Pemakaian / Produk Komponen Utama
SCC SLH SLL MAR MAA Satuan
Busa Moulded & foam 1 1 1 1 1 Set
Busa Rebonded 0,1 0,1 0,08 - - M2
Kayu Press 1 1 1 1 1 Set
Roda 5 5 5 5 5 Buah
Base Five Star 1 1 1 1 1 Buah
Mechanism (termasuk
Backrest untuk tipe MAR
dan MAA) 1 1 1 1 1 Buah
Gaslift & Gaslift Cover 1 1 1 1 1 Buah
Karet 4,42 4,42 4,12 2,85 2,85 Meter
Kain New Scotland 1,2 1,08 0,9 0,5 0.5 M2
Kain Kuartas - 0,4 0,4 0,3 0,3 M2
Kulit Sintetis Oscar 1,2 0,6 0,5 0,2 0,2 M2
Arm Rest 1 1 1 1 - Pasang
Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
88
Tabel 5.2 Data Bahan Baku dan Harga per Satuannya untuk masing-masing Type
Produk
Harga / Satuan (Rp) Komponen Utama
SCC SLH SLL MAR MAA Satuan
Busa Moulded & foam 75.000 75.000 60.000 60.000 60.000 Set
Busa Rebonded 25.000 25.000 25.000 - - M2
Kayu Press 60.000 50.000 40.000 20.000 20.000 Set
Roda 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 Buah
Base Five Star 60.000 60.000 60.000 30.000 30.000 Buah
Mechanism (termasuk
Backrest untuk tipe MAR
dan MAA) 45.000 45.000 45.000 36.000 36.000 Buah
Gaslift & Gaslift Cover 70.000 70.000 70.000 38.000 38.000 Buah
Karet 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 Meter
Kain New Scotland 65.000 50.000 50.000 40.000 40.000 M2
Kain Kuartas - 36.000 36.000 36.000 36.000 M2
Kulit Sintetis Oscar 40.000 40.000 40.000 20.000 20.000 M2
Arm Rest 80.000 60.000 60.000 28.000 - Pasang
Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
5.1.1.2 Bahan Baku Tidak Langsung / Bahan Pendukung
Untuk proses produksi kursi kantor, PT. Gedesco Sejahtera menggunakan 7 jenis
bahan pendukung, yaitu : staples, lem, baut, baut bracket, mur tnut , engsel dan plastik
mika. Staples digunakan untuk melekatkan kain dan kulit pada dudukan maupun
sandaran kursi.Untuk lem digunakan lem merk fox dan dipakai untuk melekatkan busa
baik busa molded, busa foam maupun busa rebonded pada kayu press / papan. Baut dan
mur tnut digunakan untuk melekatkan armrest, mechanism, maupun backrest pada
dudukan dan sandaran kursi. Engsel digunakan sebagai dudukan sebelum armrest
dipasang, namun engsel hanya dipergunakan pada produk kursi kantor type SCC, SLH,
89
dan SLL. Sedangkan plastik mika digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran kursi
yang telah dirakit sehingga kursi tampak lebih rapi dan bersih.
Bahan pendukung seperti staples dibeli per dos dengan harga Rp 17.500,00.
Dalam satu dos terdapat 2 batang steples, masing-masing sebanyak 100 pieces. Lem fox
yang dipakai dibeli per kaleng dengan berat 3.5 kilogram seharga Rp 85.000,00. Baut
yang dipake adalah baut type JP 25 mili dengan harga per baut Rp 500,00. Untuk mur
tnut dibeli per lot sebanyak 1000 biji dengan harga per biji Rp 300,00. Engsel dibeli per
buah dengan harga Rp 1.500,00 Sedangkan plastik pembungkus dibeli per roll /
gulungan sepanjang 36 meter dengan harga Rp 3.000,00 per meter.
Berikut dapat dilihat tabel harga bahan pendukung untuk produk yang dihasilkan
pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera..
Tabel 5.3 Data Harga Bahan Pendukung
Komponen
Pendukung
Harga / Satuan
(Rp) Satuan
Mur Tnut 300 Buah
Baut 500 Buah
Baut Bracket 500 Buah
Engsel 1.500 Buah
Plastik Mika 3.000 M2
Lem Fox 85.000 Kaleng
Staples 17.500 Dos
Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
5.1.2 Data Tenaga Kerja
Dalam menjalankan kegiatan produksinya, PT. Gedesco Sejahtera membagi
kegiatan ke dalam stasiun kerja ( work station ) untuk divisi assemblynya. Ada 3 stasiun
90
kerja yang digunakan dalam memproduksi / merakit kursi kantor, di mana stasiun kerja-
stasiun kerja tersebut telah mempunyai pembagian tugas dan kerja masing-masing.
5.1.2.1 Data Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung ini merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
proses perakitan pada departemen assembly. Tenaga kerja langsung yang ditempatkan
pada divisi assembly berjumlah 12 orang dan merupakan karyawan tetap / bukan
karyawan kontrak. Tenaga kerja langsung ini ditempatkan pada 3 work station yang ada
pada divisi assembly, di mana masing-masing work station akan dikerjakan oleh 4 orang
tenaga kerja langsung.
Adapun gaji yang diberikan kepada karyawan divisi assembly ini diberikan
sebesar 120% dari UMR (Rp 700.000,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu
sebesar Rp 840.000,00 .karena tenaga kerja langsung yang dipekerjakan PT. Gedesco
Sejahtera diambil dari tenaga kerja daerah Tangerang.
Berikut tabel data jumlah tenaga kerja langsung pada setiap work station.
Tabel 5.4 Data Tenaga Kerja Langsung untuk setiap Work Station Divisi Assembly PT.
Gedesco Sejahtera.
No Work Station
Jumlah Tenaga
Kerja (orang)
1 WS 1 4
2 WS 2 4
3 WS 3 4
Total 12
Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
91
5.1.2.2 Data Tenaga Kerja tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung ini merupakan karyawan-karyawan yang
dipekerjakan oleh PT. Gedesco Sejahtera, namun demikian mereka tidak terlibat
langsung dalam proses produksi / perakitan pada divisi assembly. Tenaga kerja tidak
langsung pada PT. Gedesco Sejahtera terdiri dari karyawan departemen pemasaran
(marketing) dan penjualan sebanyak 4 orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
promosi, pemasaran dan mengkoordinir penjualan produk yang dihasilkan perusahaan,
karyawan bagian keuangan sebanyak 2 orang yang bertanggung jawab terhadap masalah
keuangan dan akuntansi perusahaan, karyawan departemen produksi sebanyak 3 orang
yang bertugas melakukan pengawasan proses produksi / perakitan pada divisi assembly
serta melakukan pengujian terhadap produk jadi, dan yang terakhir adalah 2 orang
karyawan bagian pembelian yang bertugas melakukan pemesanan dan pembelian bahan
baku. Di samping itu ada 2 orang karyawan bagian gudang yang bertugas melakukan
penerimaan bahan serta penyimpanan barang jadi.
Besar gaji yang diberikan pada tenaga kerja tidak langsung ini bervariasi dan
didasarkan pada tingkat tanggung jawab dan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka..
Untuk data tenaga kerja tidak langsung PT. Gedesco Sejahtera, dapat dilihat table 5.5
sebagai berikut :
92
Tabel 5.5 Data Tenaga Kerja Tidak Langsung
Departemen Jabatan Jumlah (orang)
Staff Umum 1 Umum dan
Personalia Staff Personalia 1
Manager Marketing 1
Staff Pemasaran 2 Marketing
Staff Penjualan 2
Manager Keuangan 1 Keuangan
Staff Keuangan 2
Manager Produksi 1 Produksi
Supervisor 2
Pembelian Staff Pembelian 2
Total 15
Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
5.1.3 Data Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead ini merupakan biaya-biaya yang dikategorikan sebagai biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membentuk suatu produk mulai dari produk
dipesan, dibeli sampai dengan penjualan produk tersebut dan tidak termasuk biaya bahan
baku langsung. Biaya overhead pada PT. Gedesco Sejahtera dapat dikelompokkan
menjadi 11 kategori, yaitu :
- Bahan tidak Langsung
- Tenaga Kerja tidak Langsung
- Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport)
- Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon)
- Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan)
- Pajak
- Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk)
93
- Biaya Pengiriman
- Biaya Pesan
- Reparasi dan Maintenace
Untuk rincian biaya overhead, diambil contoh laporan kerja biaya overhead yang terjadi
pada bulan Agustus tahun 2005 sebagai berikut :
Tabel 5.6 Perincian Biaya Overhead PT. Gedesco Sejahtera untuk bulan Agustus 2005
No Jenis Overhead Jumlah
1 Bahan tidak Langsung 21.134.880
2 Tenaga Kerja tidak Langsung 34.460.000
3 Kesejahteraan Pegawai 34.617.500
4 Energi dan Fasilitas 12.516.700
5 Promosi 50.689.000
6 Biaya Pesan 523.000
7 Biaya Pengiriman 9.132.000
8 Reparasi dan Maintenance 2.650.000
9 Depresiasi 6.087.500
10 Pajak 13.750.000
Total 185.560.580
Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
5.2 Analisis Data dan Pembahasan
Untuk menyusun suatu biaya produksi diperlukan tiga elemen biaya yang paling
utama, yaitu : biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.
Dalam hal ini, penulis akan menghitung biaya produksi untuk masing-masing produk
dengan cara menghitung pengeluaran biaya yang dilakukan perusahaan terhadap
masing-masing produk yang dihasilkan sehingga akan terbentuk suatu harga pokok
produksi pada setiap produk.
94
Untuk perhitungan biaya bahan langsung, akan dirincikan pemakaian bahan
lansung yang dibebankan untuk masing-masing produk dan akan dihitung berapa biaya
yang dikeluarkan untuk pemakaian bahan tersebut.
Untuk perhitungan biaya tenaga kerja, akan digunakan total jam kerja yang
terpakai. Total jam kerja dihitung kemudian dialokasikan ke masing-masing produk dan
dihitung total biaya yang dikeluarkan atas dasar jam kerja tersebut.
Sedangkan untuk perhitungan biaya overhead, akan dibandingkan metode
tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode Activity Based
Costing, lalu akan dirumuskan kembali biaya produksi untuk masing-masing produk.
Setelah ketiga elemen utama biaya tersebut dihitung, baru kemudian akan
dilakukan perhitungan biaya produksi berdasarkan kertas kerja PT. Gedesco Sejahtera
bulan Agustus tahun 2005 yang diolah. Sehingga produk-produk yang tidak diproduksi
pada divisi assembly tidak akan dihitung biaya produksinya. Berikut ini adalah data
produksi PT. Gedesco Sejahtera pada bulan Agustus tahun 2005 untuk divisi assembly
Tabel 5.7 Data Produksi PT. Gedesco Sejahtera untuk Divisi Assembly pada Bulan
Agustus tahun 2005
No Type Produk Jumlah Produksi (unit)
1 SCC 21
2 SLH 42
3 SLL 80
4 MAR 387
5 MAA 362
Total Produksi 892
. Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera
95
Setelah perhitungan biaya produksi terhadap masing-masing produk dilakukan,
maka akan dilakukan perhitungan biaya produksi. Dalam kasus ini, harga pokok
produksi akan sama dengan biaya produksi yang dihitung karena PT. Gedesco Sejahtera
tidak pernah menghasilkan barang dalam proses, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera
selalu melakukan proses produksi berdasarkan target per bulannya. Sehingga apabila
dalam bulan tertentu, perusahaan membuat target sebanyak 200 unit maka harus
terbentuk 200 unit barang pada bulan tersebut tanpa adanya barang dalam proses.
5.2.1 Perhitungan Biaya Bahan Langsung
Dalam pemakaian bahan langsung, produk kursi kantor yang diproduksi pada
divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera membutuhkan bahan-bahan dengan jumlah yang
sudah pasti, hal ini disebabkan karena bahan langsung yang digunakan dipesan dalam
bentuk barang jadi, seperti busa foam yang sudah jadi dengan ukuran tertentu, armrest,
mechanism dan bahan-bahan langsung lainnya yang kesemuanya dipesan dalam bentuk
barang jadi. Hanya beberapa bahan seperti busa rebonded, karet, yang dipesan tidak
dalam bentuk barang jadi. (dalam bentuk roll / gulungan sehingga harus dipotong
dengan ukuran tertentu terlebih dahulu sebelum dirakit)
Dalam kegiatan produksinya, bahan-bahan seperti busa foam, busa molded yang
terpakai sama dengan bahan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena untuk proses
produksi kursi kanto, hanya dilakukan proses perakitan / assembly dan tidak dilakukan
proses perubahan terhadap bahan-bahan tersebut. Namun demikian untuk bahan-bahan
seperti busa rebonded, karet, bahan yang terpakai akan lebih sedikit daripada bahan yang
dibutuhkan. Hal ini terjadi karena perusahaan telah membuat perkiraan kebutuhan
optimal bahan-bahan tersebut untuk memproduksi kursi kantor.
96
Untuk perhitungan biaya bahan langsung akan dihitung per unit produk yang
dihasilkan. Besar biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing produk akan dihitung
sesuai dengan tingkat / jumlah pemakaian produk. Berikut dapat dilihat hasil
perhitungan biaya bahan langsung untuk masing-masing type produk yang dihasilkan
oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.
Tabel 5.8 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Produk Kursi Kantor Type
SCC
Nama Bahan Harga /
Satuan (Rp) a
Jumlah Pemakaian (Satuan)
b Satuan
Total Biaya (Rp) a x b
Busa Moulded & foam 75.000 21 Set 1.575.000
Busa Rebonded 25.000 0,21 M2 5.250
Kayu Press 60.000 21 Set 1.260.000
Roda 3.000 105 Buah 315.000
Base Five Star 60.000 21 Buah 1.260.000
Mechanism (termasuk
Backrest untuk tipe MAR dan
MAA) 45.000 21 Buah 945.000
Gaslift & Gaslift Cover 70.000 21 Buah 1.470.000
Karet 2.500 92,82 Meter 232.050
Kain New Scotland 65.000 25,20 M2 1.638.000
Kain Kuartas - - M2 -
Kulit Sintetis Oscar 40.000 25,20 M2 1.008.000
Arm Rest 80.000 21 Pasang 1.680.000
Total Biaya Bahan Langsung 11.388.300
97
Tabel 5.9 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLH
Nama Bahan Harga /
Satuan (Rp) a
Jumlah Pemakaian (Satuan)
b Satuan
Total Biaya (Rp) a x b
Busa Moulded & foam 75.000 42 Set 3.150.000 Busa Rebonded 25.000 0,42 M2 10.500 Kayu Press 50.000 42 Set 2.100.000 Roda 3.000 210 Buah 630.000 Base Five Star 60.000 42 Buah 2.520.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 42 Buah 1.890.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 42 Buah 2.940.000 Karet 2.500 185,64 Meter 464.100 Kain New Scotland 50.000 45,36 M2 2.268.000 Kain Kuartas 36.000 16,80 M2 604.800 Kulit Sintetis Oscar 40.000 25,20 M2 1.008.000 Arm Rest 60.000 42 Pasang 2.520.000
Total Biaya Bahan Langsung 20.105.400
Tabel 5.10 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLL
Nama Bahan Harga /
Satuan (Rp) a
Jumlah Pemakaian (Satuan)
b Satuan
Total Biaya (Rp) a x b
Busa Moulded & foam 60.000 80 Set 4.800.000 Busa Rebonded 25.000 6,4 M2 160.000 Kayu Press 40.000 80 Set 3.200.000 Roda 3.000 400 Buah 1.200.000 Base Five Star 60.000 80 Buah 4.800.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 80 Buah 3.600.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 80 Buah 5.600.000 Karet 2.500 329,60 Meter 824.000 Kain New Scotland 50.000 72 M2 3.600.000 Kain Kuartas 36.000 32 M2 1.152.000 Kulit Sintetis Oscar 40.000 40 M2 1.600.000 Arm Rest 60.000 80 Pasang 4.800.000
Total Biaya Bahan Langsung 35.336.000
98
Tabel 5.11 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAR
Nama Bahan Harga /
Satuan (Rp) a
Jumlah Pemakaian (Satuan)
b Satuan
Total Biaya (Rp) a x b
Busa Moulded & foam 60.000 387 Set 23.220.000 Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press 20.000 387 Set 7.740.000 Roda 3.000 1.935 Buah 5.805.000 Base Five Star 30.000 387 Buah 11.610.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 36.000 387 Buah 13.932.000 Gaslift & Gaslift Cover 38.000 387 Buah 14.706.000 Karet 2.500 1.102,95 Meter 2.757.375 Kain New Scotland 40.000 193,50 M2 7.740.000 Kain Kuartas 36.000 116,10 M2 4.179.600 Kulit Sintetis Oscar 20.000 77,40 M2 1.548.000 Arm Rest 28.000 387 Pasang 10.836.000
Total Biaya Bahan Langsung 104.037.975
Tabel 5.12 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAA
Nama Bahan Harga /
Satuan (Rp) a
Jumlah Pemakaian (Satuan)
b Satuan
Total Biaya (Rp) a x b
Busa Moulded & foam 60.000 362 Set 21.720.000 Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press 20.000 362 Set 7.240.000 Roda 3.000 1.810 Buah 5.430.000 Base Five Star 30.000 362 Buah 10.860.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 36.000 362 Buah 13.032.000 Gaslift & Gaslift Cover 38.000 362 Buah 13.756.000 Karet 2.500 1.031,70 Meter 2.579.250 Kain New Scotland 40.000 181 M2 7.240.000 Kain Kuartas 36.000 108,60 M2 3.909.600 Kulit Sintetis Oscar 20.000 72,40 M2 1.448.000 Arm Rest - - Pasang -
Total Biaya Bahan Langsung 87.214.850
99
5.2.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Gaji yang diterima oleh tenaga kerja langsung adalah sebesar 120 % UMR (Rp
700.000,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu Rp 840.000,00. Jumlah tenaga
kerja langsung yang bekerja pada divisi assembly sebanyak 12 orang. Dengan demikian,
maka total pengeluaran untuk biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung sebesar Rp
840.000,00 x 12 = Rp 10.080.000,00.
Untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung per produk akan dilakukan
pengalokasian biaya berdasarkan jumlah produk yang diproduksi untuk masing-masing
type. Pengalokasian biaya tenaga kerja ini akan dipakai prosentase produksi baru
kemudian dihitung jumlah biaya tenaga kerja langsung yang terjadi. Berikut adalah tabel
pengalokasian biaya tenaga kerja langsung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan
untuk masing-masing type.
Tabel 5.13 Data Perhitungan Pengalokasian Biaya Tenaga Kerja Langsung Divisi
Assembly untuk masing-masing Type Produk
No Type Produk Jumlah Produksi
(unit) Prosentase (%) Alokasi Biaya (Rp)
1 SCC 21 2.35 236.880,00
2 SLH 42 4.71 474.768,00
3 SLL 80 8.97 904.176,00
4 MAR 387 43.39 4.373.712,00
5 MAA 362 40.58 4.090.464,00
Total 892 100 10.080.000,00
100
5.2.3 Perhitungan Biaya Overhead
Dalam perhitungan biaya overhead produk untuk kasus ini, penulis akan
mencoba menggunakan 2 metode yang berbeda, yaitu metode tradisional dan metode
ABC (Activity Based Costing). Kemudian setelah diperoleh biaya overhead per produk
dengan masing-masing metode, akan dibuat perbandingan biaya overhead yang
dihasilkan oleh kedua metode tersebut.
5.2.3.1 Perhitungan Overhead dengan Metode Tradisional
Metode tradisional yang selama ini digunakan oleh PT. Gedesco Sejahtera adalah
dengan membebankan biaya overhead ke unit organisasi terlebih dahulu (divisi
assembly dan divisi machine production) baru kemudian membebankan biaya overhead
ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Total biaya overhead akan dibagi
dengan tingkat produksi yang terlaksana untuk semua jenis produk yang diproduksi
sehingga terbentuklah suatu tarif overhead. Kemudian tarif overhead ini akan digunakan
sebagai dasar perhitungan biaya overhead untuk setiap produk.
Namun demikian metode tradisional yang selama ini dipakai perusahaan sulit
untuk mendeteksi pengalokasian biaya overhead, terutama disebabkan karena produk
dari divisi assembly dan divisi machine production mempunyai proses yang sangat
berbeda dalam kegiatan produksinya. Pada divisi assembly, produk-produk yang
dihasilkan lebih banyak terjadi karena kegiatan perakitan / assembly yang dilakukan
oleh tenaga manusia. Sedangkan produk-produk dari divisi machine production terjadi
melalui proses pemotongan , pengepressan yang semuanya lebih banyak dilakukan
dengan tenaga mesin maupun tenaga manusia. Berdasarkan hal ini, pengalokasiaan
biaya overhead berdasarkan metode tradisional yang dilakukan perusahaan dengan
101
membebankan biaya overhead pada masing-masing divisi dan kemudian baru
membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi
sangatlah tidak relevan dan akurat. Akan tetapi, untuk memberikan perbandingan yang
jelas, maka penulis akan tetap menghitung biaya overhead per produk yang terjadi
dengan metode tradisional.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dihitung bahwa total biaya overhead yang terjadi
pada bulan Agustus tahun 2005 adalah sebesar Rp 185.560.580,00. Dengan metode
tradisional ini, biaya overhead pertama-tama dibebankan ke masing-masing divisi
produksi yang ada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan,
biaya overhead untuk divisi assembly dan divisi machine production dibebankan dengan
perbandingan 1 : 1. Berarti divisi assembly memperoleh pembebanan biaya overhead
sebesar Rp 185.560.580,00 x ½ = Rp 92.780.290,00 dan divisi machine production
memperoleh pembebanan biaya overhead sebesar Rp 185.560.580,00 x ½ = Rp
92.780.290,00 Baru kemudian pada masing-masing divisi untuk produk dengan jenis
yang berbeda dibebani ongkos overhead yang sama sehingga total produksi yang dipakai
adalah total produksi untuk semua jenis produk baik dari divisi assembly maupun dari
divisi machine production. Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh total produksi dari divisi
assembly sebesar 892 unit sedangkan untuk divisi machine production sebesar 485 unit,
sehingga total produksi yang dihasilkan oleh departemen produksi sebesar 1377 unit
Atas dasar total biaya overhead dan tingkat produksi yang telah dihitung, maka
tarif overhead untuk setiap produk dari divisi assembly adalah sebagai berikut :
102
Tarif Overhead / Unit = Dihasilkan yang Unit Total
Assembly Divisi Overhead Alokasi
= unit892
,0092.780.290 Rp
= 8104.013,77 Rp
Setelah diperoleh tarif overhead / unit di atas, kemudian tarif overhead tersebut
akan digunakan untuk menhitung biaya overhead yang dibebankan ke masing-masing
produk yang dihasilkan. Kemudian total biaya overhead untuk setiap produk akan
diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead / unit dengan tingkat produksi yang
dihasilkan pada masing-masing produk.
Perhitungan total biaya overhead untuk masing-masing produk dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 5.14 Alokasi Biaya Overhead untuk Masing-Masing Produk Divisi Assembly PT.
Gedesco Sejahtera (Metode Tradisional)
No Type Produk Jumlah Produksi
(Unit)
Tarif Overhead /
Unit (Rp)
Biaya Overhead
(Rp)
1 SCC 21 2.184.289,34
2 SLH 42 4.368.578,68
3 SLL 80 8.321.102,24
4 MAR 387 40.253.332,10
5 MAA 362
104.013.778
37.652.987,64
Total Produksi 892 Total Overhead 92.780.290,00
103
Untuk biaya overhead divisi machine production tidak dilakukan perhitungan
karena perhitungan hanya difokuskan pada perhitungan biaya produksi untuk produk-
produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera saja.
5.2.3.2 Perhitungan Overhead dengan Metode Activity Based Costing (ABC)
Dalam menghitung biaya overhead dengan menggunakan metode ABC, ada 2
tahap yang harus dilakukan, yaitu :
Tahap I : Menelusuri Biaya Overhead ke Aktivitas
Pada tahap ini akan dilakukan pengklasifikasiaan biaya overhead dan
pengidentifikasian aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya. Sehingga pada tahap ini
ada 2 langkah yang mesti dilakukan, yaitu :
Langkah I : Mengklasifikasi Biaya Overhead
Pengklasifikasiaan biaya overhead ini telah dilakukan sebelumnya dan dilihat
pada tabel 5.6. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, klasifikasi biaya
overhead yang terjadi adalah sebagai berikut :
- Bahan tidak Langsung
- Tenaga Kerja tidak Langsung
- Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport)
- Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon)
- Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan)
- Pajak
- Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk, biaya iklan, dan
sebagainya)
104
- Biaya Pengiriman
- Biaya Pesan
- Reparasi dan Maintenance
Langkah II : Identifikasi Aktivitas yang Menimbulkan Biaya
Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya ini dapat diidentifikasi melalui
penganalisaan proses pembentukan / produksi barang jadi yang dilakukan oleh
perusahaan mulai dari bahan baku dipesan sampai dengan pengiriman barang jadi.
Adapun proses pembentukan / produksi barang jadi pada PT. gedesco Sejahtera dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
Pertama-tama, bahan baku / material yang dibutuhkan untuk proses produksi
dipesan dari supplier. Pada saat pemesaanan dilakukan, staff bagian pembelian akan
menghubungi supplier untuk melakukan pengiriman barang. Aktivitas pemesanan ini
dilakukan untuk beberapa kali pemesanan dan menimbulkan biaya seperti biaya fasilitas
untuk telepon dan tenaga kerja bagian pembelian, sehingga aktivitas pemesanan barang
dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.
Kemudian barang dikirm dan bahan-bahan seperti busa foam, busa molded,
mechanism back rest, gaslift, base five star, dan bahan-bahan lainnya akan diperiksa
kondisi dan kelengkapannya apakah barang-barang tersebut ada yang deflect / cacat,
kemudian dibawa ke tempat penyimpanan bahan baku / gudang. Untuk melakukan
aktivitas ini dibutuhkan waktu dan proses yang cukup banyak dan berlangsung hampir
setiap hari. Di samping itu, dibutuhkan pula cukup banyak tenaga kerja untuk aktivitas
penerimaan barang ini. Berdasarkan hal tersebut, maka aktivitas penerimaan barang
dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.
105
Untuk divisi assembly, sebelum memulai rutinitas produksi dalam hal ini
melakukan proses assembly kursi kantor, tenaga kerja langsung akan melakukan
pengecekkan dan menyalakan mesin kompresor. Mesin ini nantinya akan dipakai
sebagai mesin penggerak dari mesin bor dan mesin staples. Untuk pengecekkan mesin
kompresor, pekerja akan mengecek bahan bakar (solar) terlebih dahulu. Jika tersedia /
cukup maka mesin tingal dinyalakan dengan menarik tuas yang ada pada mesin dan
mesin lansung bekerja. Karena aktivitas pengecekkan dan penyalaan mesin ini hanya
membutuhkan sedikit waktu dan aktivitas, maka aktivitas set up mesin dapat diabaikan
sebagai aktivitas penyebab biaya.
Setelah mesin dinyalakan, proses assembly dimulai. Proses assembly pada divisi
assembly sebenarnya terdiri dari banyak aktivitas yang dilakukan secara brulang-ulang.
Namun demikian, aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa
aktivitas dasar sebagai berikut :
- Pelubangan
- Pengeleman
- Pembentukkan
- Pelapisan
- Perakitan
Aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan
dikategorikan sebagai aktivitas dasar karena aktivitas-aktivitas ini dilakukan pada ketiga
stasiun kerja yang ada dalam divisi assembly dan aktivitas-aktivitas ini juga
membutuhkan proses dan waktu yang banyak karena dilakukan hampir pada seluruh
proses pembentukkan kursi kantor. Berdasarkan aktivitas-aktivitas dasar tersebut, maka
106
dapat teridentifikasi 5 aktivitas yang juga menimbulkan biaya, yaitu aktivitas
pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan.
Kemudian setelah diperoleh aktivitas dasar untuk divisi assembly, aktivitas dasar
untuk divisi machine production juga mesti dianalisa, karena aktivitas-aktivitas dasar
pada divisi ini juga akan menjadi aktivitas yang menimbulkan biaya pula.
Untuk divisi machine production, sebelum proses produksi dilakukan, pekerja
akan mengecek dan menyalakan mesin-mesin utama yang nantinya akan digunakan
untuk proses produksi seperti mesin pemotong dan mesin press. Mesin-mesin ini
nantinya akan dipakai untuk memotong bahan-bahan seperti particle board dan
melakukan pengepressan sehingga particle board yang telah dilapisi, permukaannya rata
/ tidak membengkok. Proses set up mesin ini tidak memerlukan waktu yang lama dan
prosesnya juga sangat sederhana sehingga aktivitas set up mesin pada divisi machine
production juga dapat diabaikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.
Seperti halnya pada divisi assembly, pada divisi machine production ini juga
dapat diidentifikasi 5 aktivitas dasar yang dilakukan dalam menghasilkan produk jadi,
yaitu :
- Pemotongan
- Pengeleman
- Pengepressan
- Pelapisan
- Perakitan
Seperti halnya pada divisi assembly, aktivitas-aktivitas dasar pada divisi machine
production ini juga dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya
karena aktivitas ini dilakukkan hampir secara terus-menerus pada divisi machine
107
production dan membutuhkan proses yang cukup banyak, sehingga aktivitas
pemotongan, pengeleman, pengepressan, pelapisan dan perakitan pada divisi machine
production dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya
Selain aktivitas-aktivitas tersebut di atas, masih ada beberapa aktivitas yang
dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya, seperti aktivitas
pengujian, penyimpanan barang jadi dan aktivitas penjualan barang yang meliputi
kegiatan pemasaran dan pengiriman barang.
Setelah barang selesai di produksi baik dari divisi assembly maupun divisi
machine production, barang-barang tersebut diuji terlebih dahulu untuk menghindari
adanya barang-barang yang cacat / terproduksi dengan tidak sempurna. Misalnya
perakitan yang tidak sempurna sehingga kursi kantor tidak dapat diputar, disesuaikan
tinggi rendahnya maupun tidak nyaman ketika diduduki. Aktivitas pengujian ini
memakan banyak waktu dan tenaga karena proses pengujian dilakukan setiap kali
produk selesai diproduksi baik melalui divisi assembly maupun machine production. Di
samping itu, proses pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga
menimbulkan adanya biaya tambahan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka aktivitas
pengujian dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.
Seperti halnya aktivitas penerimaan bahan, aktivitas penyimpanan barang juga
membutuhkan waktu dan proses dan tenaga kerja yang cukup banyak karena aktivitas ini
dilakukan setiap hari setelah barang jadi selesai diproduksi dan lulus dari tahap
pengujian. Dengan demikian aktivitas penyimpanan barang jadi juga dapat
dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.
Kemudian selanjutnya barang-barang jadi akan dipasarkan melalui media
periklanan seperti sewa stand, pembuatan brosur serta media periklanan lainnya dan
108
dikirim ke stand-stand milik PT. Gedesco Sejahtera untuk dijual ataupun dikirim ke
tempat pelanggan yang memesan produk-produk perusahaan. Aktivitas pengiriman
barang ini dilakukan juga hampir setiap hari baik dengan menggunakan kendaraan
pengangkut milik perusahaan ataupun dikirim melalui jasa pos / perusahaan ekspedisi
yang disewa oleh perusahaan untuk melakukan pengiriman ke daerah-daerah di luar
Jakarta. Untuk itu dibutuhkan biaya seperti biaya angkut dan pengiriman yang cukup
besar jumlahnya mengingat bahwa produk PT. Gedesco Sejahtera ini dipasarkan di
daerah Jawa dan Bali. Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, maka aktivitas penjualan
barang jadi dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.
Berdasarkan analisa di atas maka aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya
baik untuk aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada divisi assembly maupun divisi
machine production adalah sebagai berikut :
Aktivitas Divisi Assembly
- Pemesanan Barang
- Penerimaan Bahan
- Pelubangan
- Pengeleman
- Pembentukan
- Pelapisan
- Perakitan
- Pengujian
- Penyimpanan Barang Jadi
- Penjualan Barang Jadi
109
Aktivitas Divisi Machine Production
- Pemesanan Bahan
- Penerimaan Bahan
- Pemotongan
- Pengeleman
- Pengepressan
- Pelapisan
- Perakitan
- Pengujian
- Penyimpanan Barang Jadi
- Penjualan Barang Jadi
Langkah III : Penelusuran Biaya Overhead untuk Masing-Masing Aktivitas.
Untuk penelusuran biaya overhead pada masing-masing aktivitas, akan dianalisa
apakah terdapat hubungan antara aktivitas dengan jenis biaya overhead yang terjadi pada
perusahaan. Kemudian setelah diketahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas dengan
biaya overhead baru akan dilakukan analisa untuk mengetahui seberapa besar hubungan
tersebut dan seberapa besar pembebanan yang akan dilakukan pada masing-masing
aktivitas tersebut.
Berikut dapat dilihat tabel matriks hubungan antara aktivitas-aktivitas yang
menyebabkan biaya dengan biaya overhead yang terjadi.
110
Tabel 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead
Perusahaan
Jenis Overhead Aktivitas
Bah
an T
idak
Lan
gsun
g
Ten
aga
Ker
ja T
idak
Lan
gsun
g
Kes
ejah
tera
an P
egaw
ai
Ene
rgi d
an F
asili
tas
Prom
osi
Bia
ya P
esan
Bia
ya P
engi
rim
an
Rep
aras
i dan
Mai
nten
ance
Dep
resi
asi
Paja
k
Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA * * * * * Penerimaan Bahan DA * * * * Pelubangan DA * * * * * * Pengeleman DA * * * * Pembentukan DA * * * Pelapisan DA * * * * * * * Perakitan DA * * * * * * * Pengujian DA * * * Penyimpanan Barang Jadi DA * * * * Penjualan Barang Jadi DA * * * * * * Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM * * * * * Penerimaan Bahan DM * * * * Pemotongan DM * * * * * * Pengeleman DM * * * * Pengepressan DM * * * * * * Pelapisan DM * * * * Perakitan DM * * * * * * * Pengujian DM * * * Penyimpanan Barang Jadi DM * * * * Penjualan Barang Jadi DM * * * * * *
Setelah dianalisa hubungan setiap aktivitas dengan jenis overhead yang ada,
maka selanjutnya akan dihitung alokasi biaya overhead pada masing-masing aktivitas
111
tersebut. Untuk perhitungan pengalokasian biaya overhead pada masing-masing aktivitas
akan dideskripsikan pada perhitungan berikut :
Perhitungan Pengalokasian biaya overhead pada masing masing aktivitas.
1. Biaya Bahan tidak Langsung
Biaya bahan tidak langsung merupakan biaya yang terjadi akibat adanya
aktivitas yang membutuhkan bahan tidak langsung dalam kegiatannya. Maka dari
itu, biaya bahan tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
pengeleman, pelapisan, dan perakitan pada divisi assembly, serta pengeleman,
pelapisan, dan perakitan pada divisi machine production. (Lihat table 5.15 Matriks
Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan)
Untuk pengalokasian biaya bahan tidak langsung ini akan digunakan dasar
pemakaian bahan tidak langsung yang terjadi pada divisi assembly maupun pada
divisi machine production. Berikut data pemakaian bahan tidak langsung /
pendukung yang diperoleh melalui wawancara dengan manajemen perusahaan pada
bulan Agustus 2005.
o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi assembly = Rp 13.690.860,00
o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi machine production = Rp
7.444.020,00
o Total pemakaian bahan tidak langsung = Rp 21.134.880,00
Maka berdasarkan data total pemakaian bahan dan aktivitas yang
menimbulkan biaya dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya bahan tidak
langsung ke aktivitas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
112
Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang menggunakan bahan tidak
langsung dalam proses pengerjaannya. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi aktivitas
pengeleman, pelapisan dan perakitan: Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan
aktivitas yang dilakukan divisi assembly dalam memproduksi produknya, maka
pengalokasian biaya ke aktivitas akan digunakan dasat total pemakaian bahan tidak
langsung yang terjadi pada divisi assembly pada bulan September yaitu sebesar Rp
13.690.860,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan tidak langsung secara
keseluruhan sebesar Rp 21.134.880,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas
yang menggunakan bahan tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh
perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
% Alokasi = 31 x
880.134.2113.690.860 x 100 % = 21.59 %
Sedangkan untuk divisi machine production, di sini juga terdapat 3 aktivitas yang
menggunakan bahan tidak langsung dalam proses pengerjaannya, yaitu aktivitas
pengeleman, pelapisan dan perakitan. Karena aktivitas tersebut berhubungan dengan
proses pembuatan produk pada divisi machine production, maka untuk
pengalokasiannya akan digunakan dasar total pemakaian bahan tidak langsung pada
divisi machine production sebesar Rp 7.444.020,00 dan dibandingkan dengan total
pemakaian bahan tidak langsung untuk secara keseluruhan sebesar Rp Rp
21.134.880,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan
tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per
aktivitas tersebut sebagai berikut :
113
% Alokasi = 31 x
880.134.217.444.020 x 100 % = 11.74 %
2. Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
seperti pemesanan bahan, pengujian dan pengiriman barang, karena aktivitas-
aktivitas tersebut dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung perusahaan seperti staff
bagian pembelian, supervisor bagian produksi, sopir perusahaan, staff pemasaran
dan penjualan. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya
dengan Jenis Overhead Perusahaan)
Untuk pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung akan digunakan dasar
total pemakaian bahan bulan Agustus tahun 2005 yang terjadi pada divisi assembly
dan divisi machine production. Berikut adalah total pemakaian bahan perusahaan
pada bulan Agustus tahun 2005 pada yang diperoleh melalui wawancara dengan
pihak manajemen perusahaan.
o Total pemakaian bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp
271.773.385,00
o Total pemakaian bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus
2005 = Rp 208.987.582,00
o Total pemakaian bahan = Rp 480.760.967,00
114
Berdasarkan total pemakaian bahan yang dibebankan tersebut, maka dapat
dihitung prosentase pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung ke aktivitas
dengan cara sebagai berikut :
Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja
tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan penjualan barang
jadi. Ketiga aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi pada siklus produk
divisi assembly sehingga pengalokasiaannya digunakan dasar total pemakaian bahan
untuk divisi assembly, yaitu sebesar Rp 271.773.385,00 dan dibandingkan dengan
total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00, kemudian
dibagi dengan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung,
yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas tersebut
sebagai berikut :
% Alokasi = 31 x
967.760.4805271.773.38 x 100 % = 18,841 %
Sedangkan pada divisi machine production, terdapat 3 aktivitas pula yang dilakukan
oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan
penjualan barang jadi. Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang
terjadi pada siklus produk divisi machine production, maka pengalokasiaannya akan
digunakan dasar total pemakaian bahan dvisi machine production, sebesar Rp
208.987.582,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan secara keseluruhan
sebesar Rp 480.760.967,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang
dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh
perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
115
% Alokasi = 31 x
967.760.4802208.987.58 x 100 % = 14,491 %
3. Biaya Kesejahteraan Pegawai
Biaya kesejahteraan pegawai berhubungan dengan semua aktifitas yang ada
baik aktifitas divisi assembly maupun aktivitas divisi machine production, hal ini
disebabkan karena semua aktivitas-aktivitas tersebut dikerjakan oleh karyawan PT.
Gedesco Sejahtera.
Untuk pengalokasian biaya akan digunakan dasar total gaji yang dikeluarkan
pada aktivitas-aktivitas yang terjadi. Berikut adalah total gaji yang dikeluarkan pada
aktivitas-aktivitas yang terjadi yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak
manajemen perusahaan..
o Total gaji staff bagian pembelian (2 orang) = Rp 3.500.000,00
o Total gaji supervisor produksi (2 orang) = Rp 4.000.000,00
o Total gaji staff pemasaran (2 orang) = Rp 3.500.000,00
o Total gaji staff penjualan (2 orang) = Rp 3.500.000,00
o Total gaji sopir (4 orang) = Rp 4.460.000,00
o Total gaji karyawaan produksi divisi assembly (12 orang) = Rp 10.080.000
o Total gaji karyawaan produksi divisi machine production (29 orang) =
24.360.000,00
o Total gaji yang dibebankan = Rp 53.400.000,00
Berdasarkan total gaji yang dikeluarkan pada masing-masing aktivitas
tersebut, dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok aktivitas, yaitu aktivitas yang
berhubungan dengan pembelian, aktivitas yang berhubungan dengan produksi,
116
aktivitas pengujian dan aktivitas penjualan. Sehingga berdasarkan keempat
kelompok aktivitas tersebut dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya
kesejahteraan pegawai ke aktivitas dengan cara sebagai berikut :
Total gaji staff bagian pembelian sebesar Rp 3.500.000,00 akan digunakan
untuk pengalokasian aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan
perusahaan, dalam hal ini berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan baik
divisi assembly maupun machine production. Kemudian total gaji bagian pembelian
akan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp
53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan
pembelian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan sebagai
berikut :
% Alokasi = 21 x
53.400.000000.500.3 x 100 % = 3,27 %
Terdapat 7 aktivitas pada kelompok aktivitas yang berhubungan dengan
produksi untuk divisi assembly, yaitu aktivitas penerimaan bahan, pelubangan,
pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan dan penyimpanan, yang
kesemuanya dilakukan oleh karyawan produksi divisi assembly sehingga untuk
pembobotannya akan digunakan total gaji karyawan divisi assembly sebesar Rp
10.080.000 dan dibandingkan dengan total gaji yang dikeluarkan sebesar Rp
53.400.000,00, kemudian dibagi dengan 7 aktivitas yang berhubungan dengan
produksi divisi assembly sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas
sebagai berikut :
117
% Alokasi = 71 x
000.400.53000.080.10 x 100 % = 2,70 %
Sedangkan kelompok aktivitas yang berhubungan dengan produksi untuk divisi
machine production, juga terdapat 7 aktivitas, yaitu : penerimaan bahan, pelubangan,
pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan, dan penyimpanan. Aktivitas-
aktivitas ini dilakukan oleh karyawan produksi divisi machine production sehingga
untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan produksi divisi machine
production sebesar Rp 24.360.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan
gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan 7
aktivitas yang berhubungan dengan produksi pada divisi machine production
sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
% Alokasi = 71 x
000.400.53000.360.24 x 100 % = 6,52 %
Terdapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas pengujian, yaitu
aktivitas pengujian divisi assembly dan aktivitas pengujian divisi machine
production. Aktivitas pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga
untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan supervisor produksi
sebesar Rp 4.000.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang
dikeluarkan sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas
yang berhubungan dengan pengujian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh
perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
118
% Alokasi = 21 x
000.400.53000.000.4 x 100 % = 3,74 %
Dan kelompok aktivitas yang terakhir adalah aktivitas yang berhubungan
dengan penjualan. Dalam hal ini tersapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan
penjualan, yaitu : aktivitas penjualan barang jadi divisi assembly dan aktivitas
penjualan barang jadi divisi machine production. Aktivitas penjualan ini melibatkan
staff pemasaran, staff penjualan dan sopir perusahaan dalam pelaksanaannya,
sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji staff pemasaran sebesar
Rp 3.500.000,00, ditambah total gaji staff penjualan sebesar Rp 3.500.000,00,
ditambah dengan total gaji sopir sebesar Rp 4.460.000,00 dan dibandingkan dengan
total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian
dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan, yaitu 2 aktivitas
sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
% Alokasi = 21 x
000.400.534.460.000 3.500.000 3.500.000 ++ x 100 % =
10,72 %
4. Biaya Energi dan Fasilitas
Biaya energi dan fasilitas ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang
menggunakan energi atau fasilitas pada saat aktivitas tersebut dilakukan. Aktivitas-
aktivitas yang diidentifikasi sebagai aktivitas yang menggunakan / membutuhkan
energi dan fasilitas adalah aktivitas pemesanan bahan, pelubangan pada divisi
119
assembly, pelapisan baik pada divisi assembly, perakitan baik pada divisi assembly
dan machine production, pemotongan dan pengepressan pada divisi machine
production. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya
dengan Jenis Overhead Perusahaan)
Untuk pengalokasian biaya overhead, akan digunakan dasar total biaya
energy dan fasilitas yang terjadi pada masing-masing aktivitas tersebut. Berikut
merupakan total biaya energy telepon, bahan bakar dan listrik yang dikeluarkan oleh
perusahaan pada September 2005.
o Total biaya telepon = Rp 1.476.300,00
o Total biaya bahan bakar = Rp 725.400,00
o Total biaya listrik = Rp 10.315.000,00
o Total biaya yang dibebankan = Rp 12.516.700,00
Maka berdasarkan data total biaya energy dan fasilitas yang dikeluarkan oleh
perusahaan, dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya energy dan fasilitas ke
aktivitas dengan cara sebagai berikut :
Aktivitas pemesanan bahan menyebabkan biaya telepon, aktivitas
pelubangan, pelapisan pada divisi assembly dan perakitan pada divisi assembly dan
machine production menyebabkan biaya bahan bakar (solar) karena alat-alat yang
digunakan menggunakan tenaga penggerak kompresor, sedangkan aktivitas
pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production menyebabkan
timbulnya biaya listrik. Sehingga perhitungan pembobotannya dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu : kategori pemakaian biaya telepon, kategori biaya bahan
bakar, dan kategori biaya listrik.
120
Untuk kategori biaya telepon, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan
terjadinya biaya telepon, yaitu aktivitas pemesanan bahan divisi assembly dan
pemesanan bahan divisi machine production. Untuk pengalokasiaannya akan
digunakan dasar total biaya telepon yang terjadi yaitu sebesar Rp 1.476.300,00 dan
kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang terjadi, yaitu
sebesar Rp 12.516.700,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang
menyebabkan biaya telepon, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan
pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
% Alokasi = 21 x
700.516.12300.476.1 x 100 % = 5,90 %
Untuk kategori biaya bahan bakar, terdapat 4 aktivitas yang menyebabkan timbulnya
biaya bahan bakar, yaitu aktivitas pelubangan, pelapisan, dan perakitan divisi
assembly serta aktivtas perakitan divisi machine production. Untuk
pengalokasiannya akan digunakan dasar total biaya bahan bakar yang terjadi sebesar
Rp 725.400,00 kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang
terjadi pada perusahaan yaitu sebesar Rp 12.516.700,00 kemudian dibagi dengan
jumlah aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya bahan bakar, yaitu 4 aktivitas
sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
% Alokasi = 41 x
700.516.12400.725 x 100 % = 1,45 %
121
Sedangkan untuk kategori biaya listrik, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya listrik, yaitu aktivitas pemotongan dan aktivitas pengepressan pada
divisi machine production. Untuk pengalokasiaanya akan digunakan dasar total
biaya listrik yang terjadi sebesar Rp 10.315.000,00 dan dibandingkan dengan total
biaya energi dan listrik yang terjadi pada perusahaan, yaitu sebesar Rp
12.516.700,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan
terjadinya biaya listrik, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan
per aktivitas sebagai berikut :
% Alokasi = 21 x
700.516.12000.315.10 x 100 % = 41,20 %
5. Biaya Promosi
Biaya promosi berkenaan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
produk sehingga biaya ini dibebankan pada semua aktivitas yang ada baik aktivitas
divisi assembly maupun divisi machine production secara merata. Untuk
pengalokasiannya akan digunakan dasar total jumlah aktivitas yang ada pada divisi
assembly maupun divisi machine production.
Total jumlah aktivitas yang ada baik pada divisi assembly maupun pada
divisi machine production = 20 aktivitas, sehingga diperoleh perhitungan
pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 201 x 100 % = 5 %
122
6. Biaya Pesan
Biaya pesan ini hanya berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan, baik
untuk pemesanan bahan kebutuhan dari divisi assembly maupun divisi machine
production. Biaya pesan ini merupakan biaya yang dibebankan oleh supplier ke
perusahaan untuk pengiriman bahan baku / biaya pengangkutan bahan baku.
Untuk pengalokasian biaya pesan ini akan digunakan dasar total penerimaan
bahan divisi assembly dan divisi machine production yang terjadi pada bulan
Agustus 2005. Berikut adalah data penerimaan bahan perusahaan pada bulan
Agustus 2005 yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen
perusahaan.
o Penerimaan bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp
274.650.000,00
o Penerimaan bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus 2005 =
Rp 210.205.000,00
o Total penerimaan bahan = Rp 484.855.000,00
Berdasarkan data total penerimaan bahan tersebut maka dapat dihitung
pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
• Aktivitas pemesanan bahan divisi assembly
% Alokasi = 0484.855.00
000.650.274 x 100 % = 56.65 %
• Aktivitas pemesanan bahan divisi machine production
% Alokasi = 0484.855.00
000.205.210 x 100 % = 43.35 %
123
7. Biaya Pengiriman
Biaya pengiriman ini adalah biaya yang terjadi pada saat aktivitas pengiriman
barang dilakukan. Biaya pengiriman ini meliputi biaya transportasi pengangkutan,
biaya jasa pos / ekspedisi dan biaya-biaya lainnya yang terjadi ketika barang jadi
dikirim ke pelanggan ataupun ke stand-stand milik perusahaan.
Untuk biaya pengiriman ini akan digunakan dasar total jumlah unit yang
diproduksi pada masing-masing divisi sebagai dasar pengalokasian biayanya.
Berikut total unit yang diproduksi pada masing-masing divisi untuk bulan Agustus
2005.
o Total unit yang diproduksi pada divisi assembly = 892 unit
o Total unit yang diproduksi pada divisi machine production = 485 unit
o Total unit yang diproduksi perusahaan = 1377 unit
Berdasarkan data total unit yang diproduksi tersebut, maka dapat dihitung
pembobotan per aktivitas sebagai berikut :
• Aktivitas penjualan barang divisi assembly
% Alokasi = 377.1
892 x 100 % = 64,78 %
• Aktivitas penjualan barang divisi machine production
% Alokasi = 377.1
485 x 100 % = 35,22 %
8. Biaya Reparasi dan Maintenance
Biaya reparasi dan maintenance merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam melakukan reparasi dan perawatan terhadap fasilitas-fasilitas
124
perusahaan. Biaya reparasi dan maintenance ini dapat dikelompokkan menjadi 4
biaya, yaitu biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan permesinan yang besar,
seperti mesin potong, mesin press, kemudian biaya reparasi dan maintenance untuk
peralatan kecil seperti kompresor, mesin bor, mesin staples, berikutnya biaya
reparasi dan maintenance untuk material handling, dan yang terakhir adalah biaya
reparasi dan maintenance untuk kendaraan angkutan.
Namun demikian, tidak selalu bahwa biaya reparasi dan maintenance yang
terjadi pada bulan tertentu meliputi biaya reparasi dan maintenance untuk ke empat
kelompok biaya tersebut. Sehingga untuk pengalokasiaan biaya akan digunakan
sample total biaya reparasi dan maintenance yang pernah dilakukan oleh perusahaan
pada bulan-bulan sebelumnya.
Berikut adalah sample biaya reparasi dan maintenance yang pernah dilakukan
oleh perusahaan pada bulan-bulan sebelumnya yang diperoleh melalui wawancara
dengan pihak manajemen perusahaan.
o Biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan permesinan besar pada bulan
Maret 2005 = Rp 3.370.000,00
o Biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan kecil pada bulan September
2004 = Rp 500.000,00
o Biaya reparasi dan maintenance untuk material handling pada bulan September
2004 = Rp 300.000,00
o Biaya reparasi dan maintenance untuk kendaraan angkutan pada bulan Agustus
2005 = Rp 2.650.000,00
o Total biaya yang dibebankan = Rp 6.820.000,00
125
Berdasarkan data biaya reparasi dan maintenance yang pernah dilakukan oleh
perusahaan tersebut, maka dapat dihitung prosentase pembobotan dengan cara
sebagai berikut:
Untuk kelompok biaya reparasi dan maintenance peralatan permesinan besar,
terdapat 2 aktivitas yang menggunakan peralatan besar dalam proses pengerjaannya,
yaitu aktivitas pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production. Untuk
pengalokasiaannya akan digunakan dasar biaya reparasi dan maintenance untuk
peralatan permesinan besar pada bulan Maret 2005 sebesar Rp 3.370.000,00 dan
dibandingkan dengan total biaya yang dibebankan sebesar Rp 6.820.000,00,
kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan peraltan permesinan
besar, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas
sebagai berikut :
% Alokasi = 21 x
000.820.6000.370.3 x 100 % = 24,71 %
Untuk kelompok biaya reparasi dan maintenance peralatan kecil, terdapat 4
aktivitas yang menggunakan peralatan kecil dalam proses pengerjaannya, yaitu
aktivitas pelubangan, pelapisan dan perakitan pada divisi assembly serta aktivitas
perakitan pada divisi machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan
dasar biaya reparasi dan maintenance untuk peralatan kecil pada bulan September
2004, sebesar Rp 500.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya reparasi dan
maintenance yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 6.820.000,00 kemudian dibagi
126
dengan jumlah aktivitas yang menggunakan peralatan kecil, yaitu 4 aktivitas
sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 41 x
000.820.6000.500 x 100 % = 1,83 %
Untuk kelompok biaya reparasi dan maintenance material handling, terdapat
4 aktivitas yang menggunakan peralatan material handling dalam proses
pengerjaannya, yaitu aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi divisi
assembly serta aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi divisi
machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar biaya reparasi
dan maintenance untuk kendaraan angkutan pada bulan Agustus 2005 , sebesar Rp
2.650.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya reparasi dan maintenance yang
dibebankan yaitu sebesar Rp 6.820.000,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas
yang menggunakan peralatan material handling, yaitu 4 aktivitas sehingga diperoleh
perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 41 x
000.820.6000.300 x 100 % = 1,10 %
Untuk biaya reparasi dan maintenance kendaraan angkutan, terdapat 2
aktivitas yang menggunakan kendaraan angkutan dalam proses pelaksanaannya,
yaitu aktivitas penjualan barang jadi baik untuk divisi assembly maupun divisi
machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar biaya reparasi
127
dan maintenance untuk kendaraan angkutan pada bulan Agustus 2005, sebesar Rp
2.650.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya reparasi dan maintenance yang
dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu sebesar Rp 6.820.000,00, kemudian dibagi
dengan jumlah aktivitas yang menggunakan kendaraan angkut, yaitu 2 aktivitas
sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 21 x
000.820.6000.650.2 x 100 % = 19,43 %
9. Biaya Depresiasi
Biaya depresiasi ini seperti halnya biaya reparasi dan maintenance, juga
dikelompokkan menjadi 4 biaya, yaitu : biaya depresiasi untuk peralatan permesinan
yang besar, seperti mesin potong, mesin press, kemudian biaya depresiasi untuk
peralatan kecil seperti kompresor, mesin bor, mesin staples, berikutnya biaya
depresiasi untuk material handling, dan yang terakhir adalah biaya depresiasi untuk
kendaraan angkutan.
Untuk pengalokasiaannya, akan digunakan depresiasi dari harga peralatan-
peralatan tersebut yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen
perusahaan, yaitu sebagai berikut :
o Depresiasi untuk peralatan permesinan besar = Rp3.220.000,00
o Depresiasi untuk peralatan kecil = Rp 530.000,00
o Depresiasi untuk material handling = Rp 87.500,00
o Depresiasi untuk kendaraan angkutan = Rp 2.250.000,00
o Total biaya yang dibebankan = Rp 6.087.500,00
128
Berdasarkan data depresiasi di atas, maka dapat dihitung prosentase pembobotan per
aktivitas dengan cara sebagai berikut.
Untuk kelompok peralatan permesinan besar, terdapat 2 aktivitas yang
menggunakan peralatan permesinan besar dalam proses pengerjaannya, yaitu
aktivitas pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production. Untuk
pengalokasiannya akan digunakan dasar depresiasi uantuk peralatan permesinan
besar, sebesar Rp 3.220.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya depresiasi yang
dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi dengan jumlah
aktivitas yang menggunakan peralatan permesinan besar, yaitu 2 aktivitas sehingga
diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 21 x
500.087.6000.220.3 x 100 % = 26,41 %
Untuk kelompok peralatan kecil, terdapat 4 aktivitas yang menggunakan
peralatan kecil dalam proses pengerjaannya, yaitu aktivitas pelubangan, pelapisan
dan perakitan pada divisi assembly serta aktivitas perakitan pada divisi machine
production. Untuk pengalokasiaannya, akan digunakan dasar depresiasi peralatan
kecil sebesar Rp 530.000,00 dan kemudian dibandingkan dengan total biaya
depresiasi yang dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi dengan
jumlah aktivitas yang menggunakan peralatan kecil, yaitu 4 aktivitas sehingga
diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
129
% Alokasi = 41 x
500.087.6000.530 x 100 % = 2,18 %
Untuk kelompok peralatan material handling, terdapat 4 aktivitas yang
menggunakan peralatan material handling dalam proses pengerjaannya, yaitu
aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi pada divisi assembly serta
aktivitas penerimaan bahan dan penyimpanan barang jadi pada divisi machine
production. Untuk pengalokasiaannya, akan digunakan dasar depresiasi peralatan
material handling sebesar Rp 87.500,00 dan kemudian dibandingkan dengan total
biaya depresiasi yang dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi
dengan jumlah aktivitas yang menggunakan peralatan material handling, yaitu 4
aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 41 x
500.087.6500.87 x 100 % = 0,37 %
Untuk kelompok kendaraan angkut, terdapat 2 aktivitas yang menggunakan
kendaraan angkut dalam proses pengerjaannya, yaitu penjualan barang divisi
assembly serta penjualan barang divisi machine production. Untuk
pengalokasiaannya, akan digunakan dasar depresiasi kendaraan angkut sebesar Rp
2.250.000,00 dan kemudian dibandingkan dengan total biaya depresiasi yang
dibebankan, yaitu sebesar Rp 6.087.500,00, kemudian dibagi dengan jumlah
aktivitas yang menggunakan kendaraan angkut, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh
perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut.
% Alokasi = 21 x
500.087.6000.250.2 x 100 % = 18,49 %
130
10. Biaya Pajak
Biaya pajak ini timbul karena adanya produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, sehingga biaya pajak ini akan dikenakan pada aktivitas-aktivitas yang
hanya berhubungan dengan proses produksi dari produk-produk PT. Gedesco
Sejahtera, yaitu aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukan , pelapisan dan
perakitan pada divisi assembly serta aktivitas pemotongan, pengeleman,
pengepressan, pelapisan dan perakitan pada divisi machine production. (Lihat table
Untuk pengalokasian biaya akan digunakan dasar total pemakaian bahan
yang terjadi pada saat proses produksi dilakukan. Berikut adalah total pemakaian
bahan yang terjadi baik pada divisi assembly maupun divisi machine production
pada bulan September 2005.
o Total pemakaian bahan langsung divisi assembly = Rp 258.082.525,00
o Total pemakaian bahan langsung divisi machine production = Rp 201.543.562,00
o Total pemakaian bahan pendukung divisi assembly = Rp 13.690.860,00
o Total pemakain bahan pendukung divisi machine production = Rp 7.444.020,00
o Total pemakaian bahan baku = Rp 480.760.967,00
Berdasarkan pemakaian bahan baku tersebut, terdapat 4 kelompok aktivitas
pemakaian bahan baku, yaitu aktivitas divisi assembly yang menggunakan bahan
langsung saja dan aktivitas yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan
pendukung, serta aktivitas divisi machine production yang menggunakan bahan
langsung saja dan aktivitas yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan
pendukung. Berdasarkan pengelompokkan aktivitas tersebut, maka dapat dihitung
prosentase pembobotan per aktivitas dengan cara sebagai berikut.
131
Untuk aktivitas divisi assembly yang hanya menggunakan bahan langsung
saja meliputi aktivitas pelubangan, dan pembentukkan, sedangkan aktivitas yang
menggunakan bahan langsung sekaligus bahan pendukung adalah aktivitas
pengeleman, pelapisan dan perakitan. Maka dari itu, untuk perhitungan aktivitas
yang menggunakan bahan langsung saja akan dihitung dengan membandingkan total
pemakaian bahan langsung divisi assembly sebesar Rp 258.082.525,00 dan
dibandingkan dengan total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp
480.760.967,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan
langsung , yaitu 5 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut.
% Alokasi = 51 x
967.760.480525.082.258 x 100 % = 10,74 %
Sedangkan untuk aktivitas yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan
pendukung dihitung dengan cara membandingkan antara total pemakaian bahan
pendukung divisi assembly sebesar Rp 13.690.860,00 dengan total pemakaian bahan
secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00 kemudian dibagi dengan jumlah
aktivitas yang menggunakan bahan pendukung, yaitu 3 aktivitas, dan kemudian
ditambah dengan perhitungan pembobotan untuk aktivitas yang menggunakan bahan
langsung saja sehingga diperoleh rumus perhitungan sebagai berikut.
% Alokasi = ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ ×+×
7480.760.9613.690.860
31
7480.760.965258.082.52
51 x 100 % = 11,69 %
132
Untuk aktivitas divisi machine production yang hanya menggunakan bahan
langsung saja meliputi aktivitas pemotongan, dan pengepressan, sedangkan aktivitas
yang menggunakan bahan langsung sekaligus bahan pendukung adalah aktivitas
pengeleman, pelapisan dan perakitan. Maka dari itu, untuk perhitungan aktivitas
yang menggunakan bahan langsung saja akan dihitung dengan membandingkan total
pemakaian bahan langsung divisi machine production sebesar Rp 201.543.562,00
dan dibandingkan dengan total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp
480.760.967,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan
langsung , yaitu 5 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut.
% Alokasi = 51 x
967.760.4802201.543.56 x 100 % = 8.375 %
Seperti halnya pada divisi assembly untuk aktivitas yang menggunakan bahan
langsung sekaligus bahan pendukung pada divisi machine production dihitung
dengan cara yang sama pula, yaitu dengan membandingkan antara total pemakaian
bahan pendukung divisi machine production sebesar Rp 7.444.020,00 dengan total
pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00 kemudian dibagi
dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan pendukung, yaitu 3 aktivitas, dan
kemudian ditambah dengan perhitungan pembobotan untuk aktivitas yang
menggunakan bahan langsung saja sehingga diperoleh rumus perhitungan sebagai
berikut.
% Alokasi = ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ ×+×
7480.760.967.444.020
31
7480.760.962201.543.56
51 x 100 % = 8,90 %
133
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh prosentase bobot
alokasi biaya overhead untuk masing-masing aktivitas. Kemudian prosentase bobot
tersebut dikalikan dengan biaya overhead untuk masing-masing jenis overhead dan
diperoleh total overhead untuk masing-masing aktivitas. Berikut dapat di lihat tabel
perhitungan pengalokasian masing-masing jenis biaya overhead pada masing-masing
aktivitas yang terjadi pada perusahaan.
134
Tabel 5.16 Perhitungan Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas
Jenis Overhead Bahan Tidak
Langsung Tenaga Kerja Tidak
Langsung Kesejahteraan
Pegawai Energi dan
Fasilitas Aktivitas Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA 18,842 6.492.953,20 3,27 1.131.992,25 5,90 738.485,30 Penerimaan Bahan DA 2,70 934.672,50 Pelubangan DA 2,70 934.672,50 1,45 181.492,15 Pengeleman DA 21,591 4563231.941 2,70 934.672,50 Pembentukan DA 2,70 934.672,50 Pelapisan DA 21,592 4563443.29 2,70 934.672,50 1,45 181.492,15 Perakitan DA 21,592 4563443.29 2,70 934.672,50 1,45 181.492,15 Pengujian DA 18,842 6.492.953,20 3,74 1.294.694,50 Penyimpanan Barang Jadi DA 2,70 934.672,50 Penjualan Barang Jadi DA 18,841 6.492.608,60 10,72 3.710.996,00 Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM 14.492 4.993.943,20 3,27 1.131.992,25 5,90 738.485,30 Penerimaan Bahan DM 6,52 2.257.061,00 Pemotongan DM 6,52 2.257.061,00 41,20 5.156.880,40 Pengeleman DM 11,741 2481446.261 6,52 2.257.061,00 Pengepressan DM 6,52 2.257.061,00 41,20 5.156.880,40 Pelapisan DM 11,742 2481657.61 6,52 2.257.061,00 Perakitan DM 11,742 2481657.61 6,52 2.257.061,00 1,45 181.492,15 Pengujian DM 14.492 4.993.943,20 3,74 1.294.694,50 Penyimpanan Barang Jadi DM 6,52 2.257.061,00 Penjualan Barang Jadi DM 14.491 4.993.598,60 10,72 3.710.996,00
Total 100 21.134.880,00 100 34.460.000,00 100 34.617.500,00 100 12.516.700,00
135
Tabel 5.17 Perhitungan Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas (lanjutan)
Jenis Overhead
Promosi Biaya Pesan Biaya Pengiriman Reparasi dan Maintenance Aktivitas
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Aktivitas Divisi Assembly (DA)
Pemesanan Bahan DA 5 2.534.450,00 56,65 296.279.5
Penerimaan Bahan DA 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00
Pelubangan DA 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00
Pengeleman DA 5 2.534.450,00
Pembentukan DA 5 2.534.450,00
Pelapisan DA 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00
Perakitan DA 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00
Pengujian DA 5 2.534.450,00
Penyimpanan Barang Jadi DA 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00
Penjualan Barang Jadi DA 5 2.534.450,00 64,78 5.915.709,6 19,43 514.895,00
Aktivitas Divisi Machine Production (DM)
Pemesanan Bahan DM 5 2.534.450,00 43,35 226720.5
Penerimaan Bahan DM 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00
Pemotongan DM 5 2.534.450,00 24,71 654.815,00
Pengeleman DM 5 2.534.450,00
Pengepressan DM 5 2.534.450,00 24,71 654.815,00
Pelapisan DM 5 2.534.450,00
Perakitan DM 5 2.534.450,00 1,83 48.495,00
Pengujian DM 5 2.534.450,00
Penyimpanan Barang Jadi DM 5 2.534.450,00 1,10 29.150,00
Penjualan Barang Jadi DM 5 2.534.450,00 35,22 3.216.290,4 19,43 514.895,00
Total 100 50.689.000,00 100 523.000,00 100 9.132.000,00 100 2.650.000,00
136
Tabel 5.18 Perhitungan Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas (lanjutan)
Jenis Overhead Depresiasi Pajak Aktivitas
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Bobot (%)
Alokasi Biaya (Rp)
Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA Penerimaan Bahan DA 0,37 22.523,75 Pelubangan DA 2,18 132.707,50 10,74 1.476.750,00 Pengeleman DA 11,69 1.607.375,00 Pembentukan DA 10,74 1.476.750,00 Pelapisan DA 2,18 132.707,50 11,69 1.607.375,00 Perakitan DA 2,18 132.707,50 11,69 1.607.375,00 Pengujian DA Penyimpanan Barang Jadi DA 0,37 22.523,75 Penjualan Barang Jadi DA 18,49 1.125.578,75 Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM Penerimaan Bahan DM 0,37 22.523,75 Pemotongan DM 26,41 1.607.708,75 8,375 1.151.562,50 Pengeleman DM 8,90 1.223.750,00 Pengepressan DM 26,41 1.607.708,75 8,375 1.151.562,50 Pelapisan DM 8,90 1.223.750,00 Perakitan DM 2,18 132.707,50 8,90 1.223.750,00 Pengujian DM Penyimpanan Barang Jadi DM 0,37 22.523,75 Penjualan Barang Jadi DM 18,49 1.125.578,75
Total 100 6.087.500,00 100 13.750.000,00
137
Setelah diperoleh besar pengalokasian biaya overhead untuk masing-masing
aktivitas, kemudian biaya untuk jenis aktivitas yang sama dijumlahkan sehingga
diperoleh total biaya overhead untuk masing-masing aktivitas. Untuk lebih jelasnya
perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini.
Tabel 5.19 Perhitungan Total Biaya Overhead untuk Setiap Aktivitas
Aktivitas Divisi Assembly (DA) Total Biaya (Rp) Total Biaya untuk
Divisi Assembly (Rp)
Pemesanan Bahan DA 11.194.160,25
Penerimaan Bahan DA 3.520.796,25
Pelubangan DA 5.308.567,15
Pengeleman DA 9.639.729,441
Pembentukan DA 4.945.872,5
Pelapisan DA 10.002.635,44
Perakitan DA 10.002.635,44
Pengujian DA 10.322.097,70
Penyimpanan Barang Jadi DA 3.520.796,25
Penjualan Barang Jadi DA 20.294.237,95
88.751.528,37
Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Total Biaya (Rp)
Total Biaya untuk
Divisi Machine
Production (Rp)
Pemesanan Bahan DM 9.625.591,25
Penerimaan Bahan DM 4.843.184,75
Pemotongan DM 13.362.477,65
Pengeleman DM 8.496.707,261
Pengepressan DM 13.362.477,65
Pelapisan DM 8.496.918,61
Perakitan DM 8.859.613,26
Pengujian DM 8.823087,70
Penyimpanan Barang Jadi DM 4.843.184,75
Penjualan Barang Jadi DM 16.095.808,75
96.809.051,63
Total Biaya 185.560.580,00
138
Langkah 4 : Mengelompokkan Aktivitas yang Homogen Berdasarkan Tingkat Aktivitas
dan Menentukan Activity Drivernya
Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya yang telah diidentifikasi kemudian
dikelompokkan ke dalam tingkat-tingkat aktivitas dan kemudian ditentukan penggerak
aktivitasnya (activity driver). Ada 4 tingkat yang dapat digunakan untuk
mengelompokkan aktivitas berdasarkan activity driver, yaitu tingkat unit, tingkat
produk, tingkat batch, dan tingkat fasilitas.
Karena perhitungan biaya produksi ini hanya difokuskan pada divisi assembly,
maka hanya aktivitas-aktivitas penyebab biaya yang terjadi pada divisi assembly yang
dikelompokkan dan ditentukan penggerak aktivitasnya. Berikut adalah tabel
pengelompokkan aktivitas berdasarkan tingkat aktivitas dan penggerak aktivitasnya
untuk divisi assembly.
Tabel 5.20 Pengelompokkan Tingkat Aktivitas dan Penggerak Aktivitas (Activity
Driver)
Aktivitas Tingkat Activity Driver
Pemesanan Bahan Batch Jumlah Pesanan Pembelian
Penerimaan Bahan Batch Jumlah Penerimaan Bahan
Pelubangan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Pengeleman Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Pembentukan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Pelapisan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Perakitan Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Pengujian Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Penyimpanan Barang Jadi Unit Jumlah Unit yang Diproduksi
Penjualan Barang Jadi Produk Jumlah Produk
139
Untuk pengelompokkan aktivitas tingkat unit adalah aktivitas-aktivitas yang
dilakukan setiap suatu unit diproduksi, yaitu aktivitas pelubangan, pengeleman,
pembentukkan, pelapisan, perakitan, pengujian dan penyimpanan barang jadi. Aktivitas
seperti pengujian dan penyimpanan bisa dikategorikan sebagai aktivitas tingkat batch
bila dilakukan pada setiap batch diproduksi, namun demikian dalam kasus ini aktivitas
pengujian dan penyimpanan barang dilakukan setiap unit selesai diproduksi sehingga
dikategorikan sebagai aktivitas tingkat unit. Aktivitas-aktivitas tingkat unit ini akan
menggunakan jumlah unit yang diproduksi sebagai aktivitas penggeraknya.
Aktivitas tingkat batch meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan setiap batch
barang diproduksi, yaitu meliputi aktivitas-aktivitas pemesanan bahan dan penerimaan
bahan. Aktivitas pemesanan bahan menggunakan jumlah pesanan pembelian sebagai
penggerak aktivitasnya, sedangkan aktivitas penerimaan bahan menggunakan jumlah
penerimaan bahan sebagai penggerak aktivitasnya. Dalam hal ini jumlah pesanan
pembelian dan jumlah penerimaan bahan bisa diasumsikan sama karena jumlah pesanan
pembelian akan sama dengan jumlah bahan yang diterima pada saat penerimaan bahan.
Sedangkan aktivitas pengiriman barang jadi dikategorikan sebagai aktivitas
tingkat produk karena aktivitas ini diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas pengiriman barang jadi ini akan menggunakan
jumlah produk sebagai penggerak aktivitasnya.
Langkah 5 : Mengelompokkan Aktivitas Berdasarkan Tingkat ke dalam Pool dan
Menghitung Total Biaya pada Setiap Tingkat.
140
Setelah aktivitas-aktivitas ditentukan tingkat dan penggerak aktivitasnya,
kemudian aktivitas-aktivitas dengan tingkat yang sama dikelompokkan ke dalam suatu
pool dan dihitung total biaya yang terjadi pada masing-masing pool, sehingga diperoleh
biaya per pool. Biaya per pool ini nantinya akan digunakan untuk menghitung tarif pada
setiap pool.
Berikut dapat dilihat tabel penentuan biaya pada setiap pool.
Tabel 5.21 Penentuan Biaya pada Setiap Pool
Pool Tingkat Aktivitas
Penggerak Aktivitas Aktivitas Biaya Aktivitas
(Rp) Biaya / Pool
Jumlah Unit yang
Diproduksi Pelubangan 5.308.567,15
Jumlah Unit yang
Diproduksi Pengeleman 9.639.729,441
Jumlah Unit yang
Diproduksi Pembentukan 4.945.872,5
Jumlah Unit yang
Diproduksi Pelapisan 10.002.635,44
Jumlah Unit yang
Diproduksi Perakitan 10.002.635,44
Jumlah Unit yang
Diproduksi Pengujian 10.322.097,70
1 Unit
Jumlah Unit yang
Diproduksi
Penyimpanan Barang Jadi 3.520.796,25
53.742.333,92
Jumlah Bahan yang
Dipesan
Pemesanan Bahan 11.194.160,25
2 Batch Jumlah
Penerimaan Bahan
Penerimaan Bahan 3.520.796,25
14.714.956,50
3 Produk Jumlah Produk Penjualan Barang Jadi 20.294.237,95 20.294.237,95
Total 88.751.528,37
141
Langkah 6 : Menghitung Tarif Setiap Pool Berdasarkan Penggerak Aktivitas (Activity
Driver)
Setelah diperoleh biaya pada setiap pool, langkah berikutnya adalah menentukan
tarif pada setiap pool dengan menggunakan dasar aktivitas penggeraknya ( activity
driver). Berikut adalah deskripsi perhitungan tarif pada setiap pool berdasarkan activity
drivernya..
• Tarif pada Pool 1
Untuk menghitung tarif pada pool 1 ini digunakan dasar jumlah unit yang diproduksi
oleh divisi assembly perusahaan pada bulan Agustus tahun 2005.
Jumlah biaya pada pool ini (Berdasarkan perhitungan tabel 5.21 Penentuan Biaya
pada Setiap Pool) = Rp 53.742.333,92.
Jumlah unit yang diproduksi pada divisi assembly (Berdasarkan tabel Tabel 5.7 Data
Produksi PT. Gedesco Sejahtera untuk Divisi Assembly pada Bulan Agustus tahun
2005) = 892 unit.
Maka tarif pada pool 1 = unit892
,9253.742.333 Rp = Rp 60.249,25327 / unit
• Tarif pada Pool 2
Untuk menghitung tariff pada pool ini, digunakan dasar penerimaan bahan baku
yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 untuk divisi Assembly.
Jumlah biaya pada pool ini = Rp 14.714.328,90
Jumlah penerimaan bahan baku divisi assembly = Rp 274.650.000,00
Maka tariff pada pool 2 = 0,00274.650.00 Rp,5014.714.956 Rp x 100 % = 5,3577 %
142
• Tarif pada Pool 3
Untuk menghitung tarif pada pool 3 digunakan dasar jumlah varian / jenis produk
yang diproduksi pada divisi assembly perusahaan.
Jumlah biaya pada pool ini (Berdasarkan perhitungan tabel 5.21 Penentuan Biaya
pada Setiap Pool) = Rp 20.294.237,95
Jumlah varian produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera =
5 produk
Maka tarif pada pool 3 = produk 5
,9520.294.237 Rp = Rp 4.058.847,59 / produk
Tahap II : Pembebanan Overhead ke Berbagai Produk
Setelah didapatkan tarif untuk masing-masing pool, tarif tersebut akan digunakan
untuk menghitung biaya overhead yang dibebankan pada setiap jenis produk yang
dihasilkan. Dalam kasus ini perhitungan hanya dilakukan pada jenis produk yang
dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera saja, sedang produk yang
dihasilkan pada divisi machine production tidak dilakukan perhitungan.
Berikut adalah cara perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada setiap
produk.
1. Type SCC
Jumlah Unit yang Diproduksi = 21 unit
Jumlah Penerimaan Bahan = Rp 6.465.975,00
Biaya Overhead :
143
o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi
= Rp 60.249,25327 / unit x 21 unit
= Rp 1.265.234,319
o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan
= 5,3577 % x Rp 6.465.975,00
= Rp 346.427,5426
o Pool 3 = Tarif pada Pool 3
= Rp 4.058.847,59
Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3
= Rp 1.265.234,319 + Rp 346.427,5426 + Rp 4.058.847,59
= Rp 5.670.509,452
2. Type SLH
Jumlah Unit yang Diproduksi = 42 unit
Jumlah Penerimaan Bahan = Rp 12.931.951,00
Biaya Overhead :
o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi
= Rp 60.249,25327 / unit x 42 unit
= Rp 2.530.468,637
o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan
= 5,3577 % x Rp 12.931.951,00
= Rp 692.855,1387
o Pool 3 = Tarif pada Pool 3
= Rp 4.058.847,59
144
Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3
= Rp 2.530.468,637 + Rp 692.855,1387 + Rp 4.058.847,59
= Rp 7.282.171,366
3. Type SLL
Jumlah unit yang diproduksi = 80 unit
Jumlah penerimaan bahan = Rp 24.632.287,00
Biaya Overhead :
o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi
= Rp 60.249,25327 / unit x 80 unit
= Rp 4.819.940,262
o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan
= 5,3577 % x Rp 24.632.287,00
= Rp 1.319.724,041
o Pool 3 = Tarif pada Pool 3
= Rp 4.058.847,59
Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3
= Rp 4.819.940,262 + Rp 1.319.724,041 + Rp 4.058.847,59
= Rp 10.198.511,89
4. Type MAR
Jumlah unit yang diproduksi = 387 unit
Jumlah penerimaan bahan = Rp 119.158.688,00
Biaya Overhead :
145
o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi
= Rp 60.249,25327 / unit x 387 unit
= Rp 23.316.461,02
o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan
= 5,3577 % x Rp 119.158.688,00
= Rp 6.384.165,027
o Pool 3 = Tarif pada Pool 3
= Rp 4.058.847,59
Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3
= Rp 23.316.461,02 + Rp 6.384.165,027 + Rp 4.058.847,59
= Rp 33.759.473,64
5. Type MAA
Jumlah unit yang diproduksi = 362 unit
Jumlah penerimaan bahan = Rp 111.461.099,00
Biaya Overhead :
o Pool 1 = Tarif pada Pool 1 x Jumlah Unit yang Diproduksi
= Rp 60.249,25327 / unit x 362 unit
= Rp 21.810.229,68
o Pool 2 = Tarif pada Pool 2 x Jumlah Penerimaan Bahan
= 5,3577 % x Rp 111.461.099,00
= Rp 5.971.751,301
o Pool 3 = Tarif pada Pool 3
= Rp 4.058.847,59
146
Total = Pool 1 + Pool 2 + Pool 3
= Rp 21.810.229,68 + Rp 5.971.751,301 + Rp 4.058.847,59
= Rp 31.840.828,57
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, berikut dapat dilihat table alkasi biaya
overhead untuk masing-masing produk divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.
Tabel 5.22 Alokasi Biaya Overhead untuk Masing-Masing Produk Divisi Assembly PT.
Gedesco Sejahtera (Metode Activity Based Costing)
No Type Produk Jumlah Produksi
(Unit) Biaya Overhead (Rp)
1 SCC 21 5.670.509,45
2 SLH 42 7.282.171,37
3 SLL 80 10.198.511,89
4 MAR 387 33.759.473,64
5 MAA 362 31.840.828,57
Total 892 88.751.494,92
5.2.4 Perhitungan Biaya Produksi
Perhitungan biaya produksi pada kasus ini akan dilakukan dengan dua metode,
yaitu metode tradisional yang selama ini diterapkan oleh perusahaan dan metode
Activity Based Costing (ABC), untuk kemudian dibuat perbandingan harga produksi
yang terjadi antara kedua metode tersebut. Perhitungan biaya produksi ini hanya
difokuskan pada produk-produk yang dihasilkan oleh divisi assembly saja, yaitu produk
147
kursi kantor beserta variannya, sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh divisi
machine production perusahaan tidak dihitung biaya produksinya.
5.2.4.1 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Tradisional
Metode tradisional ini merupakan metode perhitungan biaya produksi yang
selama ini diterapkan oleh PT. Gedesco Sejahtera. Metode tradisional ini membebankan
biaya overhead secara merata kepada semua unit yang diproduksi karena pembebanan
overhead dilakukan berdasarkan tingkat produksi dari masing-masing jenis produk.
Berikut dapat dilihat tabel perhitungan biaya produksi dengan menggunakan
metode tradisional.untuk produk-produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT.
Gedesco Sejahtera.
148
Tabel 5.23 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Tradisional.
No Nama Produk Jumlah Unit
yang Diproduksi
Biaya Bahan
Langsung
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya Overhead
(Tradisional) Biaya Produksi
Biaya Produksi
/ Unit
1 SCC 21 11.388.300,00 236.880,00 2.184.289,34 13.809.469,34 657.593,79
2 SLH 42 20.105.400,00 474.768,00 4.368.578,68 24.948.746,68 594.017,79
3 SLL 80 35.336.000,00 904.176,00 8.321.102,24 44.561.278,24 557.015,98
4 MAR 387 104.037.975,00 4.373.712,00 40.253.332,10 148.665.019,10 384.147,34
5 MAA 362 87.214.850,00 4.090.464,00 37.652.987,64 128.958.301,64 356.238,40
Total 892 258.082.525,00 10.080.000,00 92.780.290,00 360.942.815,00
5.2.4.2 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing (ABC)
Metode perhitungan biaya produksi yang kemudian digunakan untuk menghitung biaya produksi adalah metode
activity based costing (ABC). Metode ini tidak menganggap biaya overhead sebagai suatu biaya variable yang dapat secara
mudah dibebankan pada produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Metode ABC ini menawarkan perhitungan biaya
produksi yang lebih akurat karena biaya overhead pertama-tama ditelusuri secara merata ke aktivitas dan kemudian baru
dibebankan ke produk.
Berikut dapat dilihat table perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode ABC untuk produk-
produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.
149
Tabel 5.24 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing (ABC)
No Nama Produk Jumlah Unit
yang Diproduksi
Biaya Bahan
Langsung
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya Overhead
(ABC) Biaya Produksi
Biaya Produksi
/ Unit
1 SCC 21 11.388.300,00 236.880,00 5.670.509,45 17.295.689,45 823.604,26
2 SLH 42 20.105.400,00 474.768,00 7.282.171,37 27.862.339,37 663.389,03
3 SLL 80 35.336.000,00 904.176,00 10.198.511,89 46.438.687,89 580.483,60
4 MAR 387 104.037.975,00 4.373.712,00 33.759.473,64 142.171.160,64 367.367,34
5 MAA 362 87.214.850,00 4.090.464,00 31.840.828,57 123.146.142,57 340.182,71
Total 892 258.082.525,00 10.080.000,00 88.751.494,92 356.914.019,92
150
5.2.5 Perbandingan Biaya Produksi Metode Tradisional dengan Metode ABC
Pada sub bab ini, penulis akan membuat perbandingan antara biaya produksi
dengan metode tradisional dengan metode ABC. Terdapat kenaikan dan penurunan
terhadap biaya produksi pada setiap jenis produk dalam perhitungan dengan metode
tradisional dan metode ABC.
Berikut dapat dilihat table perbandingan kenaikan dan penurunan biaya produksi
dengan metode tradisional dan metode ABC.
Tabel 5.25 Tabel Perbandingan Metode Tradisional dengan Metode ABC.
No Type Produk
Jumlah
Produksi
(Unit)
Biaya Produksi
/ Unit
(Tradisional)
(a)
Biaya Produksi
/ Unit
(ABC)
(b)
Kenaikan /
Penurunan
(a – b)
Prosentase
Kenaikan /
Penurunan
((a – b) / a x
100%)
1 SCC 21 657.593,79 823.604,26 - 166.010,47 - 25,2451 %
2 SLH 42 594.017,79 663.389,03 - 69.371,24 - 11,6783 %
3 SLL 80 557.015,98 580.483,60 - 23.467,62 - 4,2131 %
4 MAR 387 384.147,34 367.367,34 16.780,00 4,3681 %
5 MAA 362 356.238,40 340.182,71 16.055,69 4,5070 %
Pada metode tradisional, pembebanan overhead pertama-tama dilakukan dengan
membebankan biaya pada unit produksi yang ada, dalam hal ini dibebankan pada divisi
assembly dan divisi machine production dengan perbandingan 1 : 1. Pembebanan
overhead ke unit produksi ini tidak lebih bersifat sembarangan dan tidak akurat karena
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan secara intuitif saja tanpa digunakan dasar
perhitungan pengalokasiaan yang pasti. Dengan metode Activity Based Costing (ABC),
biaya overhead pertama-tama ditelusuri pada aktivitas-aktivitas yang mana suatu produk
151
dipesan, diproses sampai dengan dijual kepada pelanggan, sehingga alokasi biaya
overhead ke aktivitas menjadi lebih jelas dan akurat dibandingkan pembebanan secara
tradisional yang bersifat sembarangan. Sebagai contoh adalah pada metode tradisional,
divisi assembly dan divisi machine production dibebani biaya overhead dengan proporsi
yang sama, padahal dilihat melalui proses produksinya, divisi assembly tidak terlalu
banyak menggunakan energy listrik dibandingkan dengan divisi machine production.
Jadi jika biaya listrik yang juga merupakan bagian dari biaya overhead dibebankan
secara merata pada divisi assembly dan divisi machine production merupakan tindakan
yang sangat tidak tepat / sembarangan.
Di samping itu kelemahan metode tradisional ini adalah menganggap biaya
overhead sebagai biaya variable yang dapat dibebankan ke produk begitu saja. Padahal
tidak semua biaya overhead pada PT. Gedesco Sejahtera merupakan biaya variable
sehingga alokasi biaya overhead yang didasarkan pada jumlah unit yang diproduksi pada
masing-masing divisi tidaklah tepat dan mungkin tidak akan menggambarkan biaya
sebenarnya yang dikonsumsi oleh suatu produk.
Dengan penggunaan metode ABC, masalah ini akan dapat diatasi sehingga
diperoleh perhitungan yang lebih akurat. Sebagai contoh dengan menggunakan metode
tradisional, biaya penjualan barang jadi yang meliputi aktivitas pemasaran, pengiriman
barang dan sebagainya dianggap sebagai suatu biaya variable yang bisa dibebankan
secara merata berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Pada kenyataannya biaya-biaya
ini merupakan biaya tetap yang harus ditanggung oleh tiap jenis produk yang dihasilkan
oleh masing-masing divisi produksi, karena meski barang type A tidak diproduksi atau
diproduksi dengan jumlah yang sangat sedikit, namun demikian kegiatan pemasaran dan
152
pengiriman barang tetap dilakukan untuk type produk A tersebut, sehingga besar biaya
yang dibebankan selalu sama.
Metode ABC memperbaiki keakuratan kalkulasi biaya produk dengan mengakui
bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional denan
perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-
biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing
produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki
ketepatan kalkulasi biaya produk, yang dapat secara signifikan memperbaiki
pengambilan keputusan. Selain itu dengan metode ABC ini, pengendalian akan lebih
mudah dilakukan karena aktivitas penyebab biaya dapat diidentifikasi dan pengendalian
biaya dapat dilakukan dengan mengendalikan aktivitas-aktivitas tersebut.
5.3 Perencanaan dan Pemilihan Sistem (pre-analysis)
Pada tahap ini, akan dilakukan analisa awal mengenai kebutuhan dari system
yang akan dikembangkan. Untuk itu diperlukan suatu definisi yang jelas mengenai
sistem yang akan dibangun tersebut. Pada tahap perencanaa dan pemilihan sistem ini
akan dihasilkan suatu system definition beserta dengan kriteria FACTOR (Functionality,
Application Domain, Conditions, Technology, Objects dan Responsibility) dari system
yang akan dibangun.
5.3.1 Definisi Sistem (System Definition)
Sebuah sistem terkomputerisasi yang digunakan untuk mengotomatisasi dan
mempermudahkan user dalam melakukan perhitungan dan pengendalian biaya produksi.
Sistem ini merupakan sistem administrasi yang berguna untuk menghitung biaya
153
produksi dan memberikan laporan seputar biaya produksi yang berguna untuk
membantu pihak manajemen dalam mengendalikan biaya produksi. Sistem ini dibangun
menggunakan platform VB dengan sebuah server, beberapa PC (Personal Computer)
sebagai terminal dan dilengkapi dengan peralatan output seperti printer. Sistem ini
merupakan sistem yang sangat mudah untuk dioperasikan (user friendly), sehingga dapat
digunakan oleh user baik yang menguasai maupun tidak menguasai permasalahan
administrasi seputar biaya produksi.
5.3.2 FACTOR
Adapun 6 kriteria faktor yang terdiri dari functionality, application domain,
conditions, technology, objects dan responsibility dalam sistem biaya produksi ini adalah
sebagai berikut :
Functionality : sistem ini berupa sistem administrasi yang mampu menyimpan
data-data seputar biaya produksi seperti data produk, bahan baku, pemakain
tenaga kerja langsung, pembelian bahan termasuk pencatatan rincian overhead
perusahaan. Disamping itu, sistem ini mampu melakukan perhitungan biaya
produksi secara tepat dan akurat baik dengan metode tradisional maupun metode
ABC dimana pada akhirnya, sistem ini akan memberikan laporan seputar biaya
produksi untuk masing-masing jenis produk yang berguna untuk memberikan
gambaran tentang perbandingan biaya produksi hasil perhitungan dengan metode
tradisional dan metode ABC. Perbandingan antara kedua metode ini yang
nantinya dapat membantu pihak manajemen dalam mengendalikan biaya
produksi.
154
Application domain : Pencatatan dan pengupdatean data seputar produk beserta
spesifikasi bahan bakunya, data pembelian dan harga bahan, pemakaian tenaga
kerja langsung, rincian overhead, pembobotan, aktivitas yang menimbulkan
biaya, serta data produksi perusahaan, penghitungan biaya produksi, pencetakkan
laporan seputar biaya produksi.
Conditions : Sistem ini dikembangkan sebagai aplikasi desktop pada komputer-
komputer perusahaan yang diperuntukkan bagi pengguna sistem seperti bagian
produksi, bagian keuangan, dan bagian pembelian.
Technology : Platform VB.net dan penggunaan Ms Access database dipilih untuk
membangun software sistem ini. Sedangkan untuk platform hardware, akan
digunakan sebuah server dan beberapa PC sebagai terminal yang dilengkapi
dengan peralatan output seperti printer.
Objects : divisi, produk, bahan, pembelian, alokasi tenaga kerja langsung,
aktivitas, tingkat aktivitas, overhead, pembobotan, produksi, biaya aktivitas, tarif
pool, biaya overhead, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya
produksi.
Responsibility : berguna sebagai peralatan administrasi untuk mempercepat dan
mengotomatisasi perhitungan biaya produksi secara akurat.
5.4 Analisa dan Perancangan Sistem
Setelah diperoleh gambaran yang jelas mengenai kebutuhan dari system yang
akan dikembangkan, kemudian akan dilakukan analisa dan perancangan system yang
berguna untuk memudahkan dalam tahap pembangunan konstruksi dari sistem. Pada
tahap analisa, akan dilakukan 2 macam analisa, yaitu requirements analysis dan domain
155
analysis. Untuk tahap perancangan, akan dilakukan perancangan arsitektur dan
perancangan komponen.
5.4.1 Analisa Kebutuhan (Requirements Analysis)
Pada tahap requirements analysis ada 3 hal yang akan dilakukan, yaitu analisa
usage, analisa functionality dan analisa user interface. Pada analisa usage akan
dihasilkan suatu use case diagram beserta use case description untuk masing-masing use
case dan aktor yang ada. Selain itu akan dihasilkan pula sequence diagram yang berguna
untuk menjelaskan cara kerja masing-masing use case dengan lebih mendetil. Analisa
functionality berguna untuk memberikan gambaran dan penjelasan tentang kompleksitas
dari masing-masing use case yang ada. Analisa ini akan menghasilkan function list serta
kompleks function list. Sedangkan analisa user interface berguna untuk memberikan
gambaran mengenai interface antara pengguna dan sistem yang akan dibangun. Analisa
user interface ini akan sangat membantu dalam memberikan gambaran tentang
gambaran sistem secara garis besar. Pada analisa ini akan dihasilkan suatu navigation
diagram atau user interface diagram.
5.4.1.1 Analisa Usage
Berdasarkan analisa yang dilakukan mengenai kebutuhan dari sistem dan analisa
yang dilakukan terhadap aktor-aktor yang akan terlibat dalam sistem, maka diperoleh
suatu use case diagram sebagai berikut:
157
Actor Description
a) Actor : Bagian Produksi
Tujuan :
Tujuan utama dari bagian produksi adalah melakukan perhitungan
biaya produksi untuk suatu periode tertentu. Untuk melakukan
perhitungan ini, bagian produksi harus mengupdate data produk, bahan
produk, alokasi pemakaian bahan langsung sesuai dengan Bill of
Material (BoM) dari produk, kemudian mengupdate data prosentase
pembobotan overhead per aktivitas, prosentase overhead divisi dan
menentukan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk bagian produksi.
Di samping itu, bagian produksi juga mesti melakukan update aktivitas
per divisi jika dirasa perlu dilakukan penambahan atau pengurangan.
Karakteristik :
Pengguna system yang mengerti tentang basic industri, terutama
berpengalaman dalam hal biaya produksi, serta mengerti tentang
bagaimana penggunaan / operasi dari komputer, seperti input dan
update data.
b) Actor : Bagian Pembelian
Tujuan :
Tujuan dari bagian pembelian adalah melakukan pengupdatean data
pembelian bahan baku sesuai dengan pesanan pembelian yang
dilakukan kepada supplier pada periode waktu tertentu. Di samping itu,
bagian pembelian juga bertanggungjawab dalam mengupdate harga-
158
harga bahan baku yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan
biaya biaya bahan langsung.
Karakteristik :
Pengguna system yang mengerti tentang bagaimana penggunaan /
operasi dasar dari komputer, seperti input dan update data.
c) Actor : Bagian Keuangan
Tujuan :
Tujuan dari bagian keuangan adalah bertugas melakukan pengupdatean
terhadap data overhead perusahaan yang meliputi biaya-biaya seperti
biaya bahan tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya
kesejahteraan pegawai, biaya energi dan fasilitas, depresiasi, pajak,
biaya promosi, biaya pengiriman, biaya pesan, serta biaya reparasi dan
maintenance.
Karakteristik :
Pengguna system yang mengerti tentang dasar akuntansi dan
mengetahui tentang bagaimana penggunaan / operasi dasar dari
computer, seperti input dan update data.
Use Case Description
a) Use Case : Mengupdate Data Produk dan Bahan Produk
Deskripsi :
159
Mengupdate data produk dilakukan oleh bagian produksi ketika perusahaan akan
menambah produk baru ataupun menghapus data produk yang sudah tidak
diproduksi lagi.
o Untuk mengupdate data produk, pengguna dapat memilih menu master produk.
Kemudian ,sistem akan menampilkan drop list nama divisi dan jenis produk
yang dihasilkan oleh divisi tersebut. Pengguna dapat menambah data produk
baru, menghapus data produk, melihat data produk beserta data bahan
produknya, dan melakukan edit terhadap data bahan produk tersebut.
o Untuk menambah data produk baru, sistem akan meminta inputan untuk nama
divisi dan nama produk baru yang akan dibuat. Pengguna memasukkan nama
divisi dan nama produk baru tersebut. Sistem akan mengecek apakah data produk
tersebut sudah tersedia dalam database atau belum. Jika sudah ada, sistem akan
membatalkan proses dengan menampilkan pesan kepada pengguna bahwa
produk tersebut sudah tersedia. Jika belum sistem akan membuat data produk
baru sesuai dengan nama divisi dan nama produk yang diinputkan oleh
pengguna. Setelah melakukan pembuatan data produk baru, sistem secara
otomatis akan melakukan perhitungan terhadap jumlah produk yang tersedia
dalam divisi tersebut.
o Untuk menghapus data produk, sistem akan meminta pengguna memilih nama
divisi dan nama produk yang tersedia pada drop list. Setelah melakukan
pemilihan nama divisi dan nama produk, sistem akan mencari data produk sesuai
dengan nama divisi dan nama produk yang dipilih. Setelah ditemukan, sistem
akan menampilkan form konfirmasi penghapusan data produk. Pengguna dapat
membatalkan penghapusan data produk atau pengguna dapat mengeksekusi
160
penghapusan terhadap data produk yang dipilih. Setelah produk dihapus, sistem
akan secara otomatis menghitung jumlah produk yang tersedia pada divisi
tersebut.
o Untuk melihat data bahan produk suatu produk, pengguna dapat memilih nama
divisi dan nama produk yang terdapat pada drop list. Kemudian sistem akan
memilih data bahan produk sesuai dengan nama divisi dan nama produk dan
menampilkannya. Pengguna juga dapat melakukan penambahan , penghapusan
dan merubah entitas data terhadap data bahan produk ini. Setelah selesai
melakukan pengeditan data bahan produk, baik menambah ataupun mengurangi
data bahan produk, pengguna dapat mengeksekusi penyimpan data bahan produk
dan sistem akan menyimpan data bahan produk tersebut.
b) Use Case : Mengupdate Bahan
Deskripsi :
Mengupdate bahan dilakukan oleh bagian produksi untuk menambah, menghapus
dan mengedit data master bahan (kode bahan, nama bahan, dan jenis bahan).
o Untuk mengupdate data bahan, pengguna dapat memilih menu master bahan.
Kemudian sistem akan menampilkan semua list data bahan yang ada. Pengguna
dapat melakukan penambahan data bahan dengan menambahkan data bahan pada
tabel list bahan yang tersedia, seperti kode bahan, nama bahan dan jenis bahan.
Untuk menghapus data, pengguna dapat memilih data bahan yang terdapat pada
list bahan dan menghapusnya. Pengguna juga dapat mengedit data bahan, seperti
merubah nama bahan, kode bahan dan jenis bahan dengan mengetik ulang data
bahan yang ingin dirubah. Setelah selesai melakukan pengupdatean data bahan,
161
pengguna dapat menyimpan data tersebut dan data bahan yang telah diupdate
akan disimpan oleh sistem.
c) Use Case : Mengupdate Pembelian dan Harga Bahan Produk
Deskripsi :
Mengupdate pembelian dan harga bahan produk dilakukan oleh bagian pembelian
untuk mengupdate jumlah pembelian bahan baku dan harga dari bahan baku sesuai
dengan jumlah pesanan pembelian dan harga terbaru yang dibeli dari supplier.
o Untuk mengupdate pembelian dan harga bahan produk, pengguna dapat memilih
menu update pembelian dan harga bahan produk. Kemudian sistem akan
menampilkan drop list nama divisi, nama produk dan periode.
o Untuk melakukan pengupdatean data pembelian dan harga bahan produk, sistem
akan meminta pengguna memilih nama divisi, nama produk dan periode data
yang ingin diupdate. Kemudian sistem akan mencari data pembelian dan harga
bahan produk sesuai dengan kriteria nama divisi, nama produk dan periode yang
diinputkan dan menampilkannya pada layar. Pengguna dapat melakukan
pengupdatean terhadap data tersebut dan menyimpannya. Kemudian sistem akan
menyimpan data tersebut.
e) Use Case : Mengupdate Pemakaian Tenaga Kerja Langsung
Deskripsi :
Mengupdate pemakaian tenaga kerja langsung dilakukan oleh bagian personalia
untuk mengupdate jumlah pemakaian tenaga kerja langsung yang dibutuhkan dalam
162
satu divisi dan besar gaji yang mesti dibayarkan untuk setiap tenaga kerja langsung
pada setiap periode.
o Untuk mengupdate pemakaian tenaga kerja langsung, bagian personalia dapat
memilih menu update pemakaian tenaga kerja langsung. Kemudian sistem akan
menampilkan drop list nama divisi dan periode.
o Untuk melakukan pengupdatean, sistem akan meminta pengguna memilih nama
nama divisi dan periode dari data pemakaian tenaga kerja langsung yang akan
diupdate. Kemudian sistem akan mencari data pemakaian tenaga kerja langsung
sesuai dengan kriteria yang dipilih oleh pengguna dan menampilkannya pada
layar. Pengguna dapat melakukan pengupdatean terhadap data tersebut, dan
menyimpannya setelah selesai.
f) Use Case : Mengupdate Data Aktivitas Divisi
Deskripsi :
Mengupdate data aktivitas divisi dilakukan oleh bagian produksi untuk menambah
ataupun mengurangi jenis-jenis aktivitas yang terdapat dalam suatu divisi.
o Untuk mengupdate data ativitas divisi, bagian produksi dapat memilih menu
update data aktivitas divisi. Sistem akan menampilkan drop list nama divisi.
o Pengguna dapat melihat list data aktivitas divisi dengan memilih nama divisi
pada drop list dan kemudian sistem akan mencari dan menampilkan semua
aktivitas yang terdapat pada divisi yang dipilih. Pengguna dapat melakukan
penambahan aktivitas, disamping itu, pengguna juga dapat menghapus aktivitas
yang dirasa tidak dibutuhkan dengan. Setelah selesai mengupdate data aktivitas
163
divisi, pengguna dapat menyimpan data aktivitas divisi dan sistem akan
menyimpannya.
g) Use Case : Mengupdate Aktivitas
Deskripsi :
Mengupdate aktivitas dilakukan oleh bagian produksi untuk menambah, menghapus
dan mengedit data aktivitas (kode aktivitas, nama aktivitas, dan tingkat aktivitas).
o Untuk mengupdate data aktivitas, pengguna dapat memilih menu master
aktivitas. Kemudian sistem akan menampilkan semua list data aktivitas yang ada.
Pengguna dapat melakukan penambahan data aktivitas dengan menambahkan
data aktivitas pada tabel list aktivitas yang tersedia, seperti kode aktivitas, nama
aktivitas dan tingkat aktivitas. Untuk menghapus data, pengguna dapat memilih
data aktivitas yang terdapat pada list aktivitas dan menghapusnya. Pengguna juga
dapat mengedit data aktivitas, seperti merubah kode aktivitas, nama aktivitas dan
tingkat aktivitas dengan mengetik ulang pada data aktivitas yang ingin dirubah.
Setelah selesai melakukan pengupdatean data, pengguna dapat menyimpan data
tersebut dan data aktivitas yang telah diupdate akan disimpan oleh sistem.
h) Use Case : Mengupdate Data Prosentase Pembobotan Overhead per Aktivitas
Deskripsi :
Mengupdate data prosentase pembobotan overhead per aktivitas dilakukan oleh
bagian produksi untuk mengupdate prosentase pembobotan overhead ke masing-
masing aktivitas. Prosentase ini digunakan untuk mengalokasikan pemakaian
overhead ke masing-masing aktivitas divisi.
164
o Untuk mengupdate prosentase pembobotan overhead per aktivitas, bagian
produksi dapat memilih menu update prosentase overhead dan sistem akan
menampilkan drop list nama divisi. Untuk mengupdate bobot aktivitas, sistem
akan meminta pengguna untuk memilih data bobot yang ingin diupdate dengan
memilih nama divisi pada drop list. Kemudian sistem akan menampilkan data
bobot aktivitas untuk divisi yang dipilih dan pengguna dapat menginput ulang
nilai prosentase bobot untuk aktivitas tersebut. Jika proses pengupdate an telah
selesai dilakukan, pengguna dapat menyimpan data bobot yang telah diupdate
dan sistem akan menyimpan data bobot aktivitas tersebut.
i) Use Case : Mengupdate Pemakaian Overhead
Deskripsi :
Mengupdate pemakaian overhead dilakukan oleh bagian keuangan. Bagian keuangan
akan mengupdate data keuangan yang berhubungan dengan semua pemakaian
overhead yang terjadi pada perusahaan, seperti biaya bahan tidak langsung, biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya kesejahteraan pegawai, biaya energi dan fasilitas,
depresiasi, pajak, biaya promosi, biaya pengiriman, biaya pesan, serta biaya reparasi
dan maintenance.
o Bagian keuangan pertama-tama harus memilih menu pemakaian overhead.
Sistem akan menampilkan drop list periode. Kemudian pengguna dapat memilih
periode data pemakaian overhead yang ingin diupdate. Sistem akan mencari data
pemakaian overhead sesuai dengan periode yang dipilih pengguna dan
menampilkannya pada layar. Pengguna kemudian dapat melakukan penambahan,
penghapusan ataupun pengeditan terhadap data pemakaian overhead tersebut.
165
Setelah selesai melakukan pengeditan, pengguna dapat melakukan penyimpanan
data dan sistem akan menyimpan data pemakain overhead untuk periode
tersebut. Setelah data pemakaian overhead disimpan, sistem secara otomatis akan
melakukan perhitungan total pemakaian untuk semua jenis overhead yang terjadi
pada periode tersebut.
j) Use Case : Mengupdate Prosentase Overhead Divisi
Deskripsi :
Mengupdate prosentase overhead divisi dilakukan oleh bagian produksi untuk
menentukan besar prosentase pembobotan overhead yang akan dibebankan pada
divisi produksi yang ada, yaitu divisi assembly dan divisi machine production.
Prosentase overhead divisi ini digunakan pada saat perhitungan biaya produksi
dengan metode tradisional.
o Bagian produksi pertama-tama harus memilih menu overhead divisi. Sistem akan
menampilkan prosentase bobot overhead untuk kedua divisi produksi. Kemudian
pengguna dapat menginputkan besar prosentase bobot untuk masing-masing
divisi. Total prosentase bobot untuk kedua divisi harus sebesar 100 persen.
k) Use Case : Mengupdate Jumlah Produksi
Deskripsi :
Mengupdate jumlah produksi dilakukan oleh bagian produksi untuk mengupdate
jumlah produk yang akan diproduksi pada masing-masing divisi sesuai dengan target
produksi untuk periode tersebut.
166
o Untuk mengupdate jumlah produksi, pengguna dapat memilih menu update
jumlah produksi. Sistem akan menampilkan drop list nama divisi dan periode.
Untuk mengupdate jumlah produksi, sistem akan meminta pengguna untuk
memilih nama divisi dan periode jumlah produksi yang ingin diupdate.
Kemudian sistem akan mencari tabel data jumlah produksi untuk periode
tersebut dan menampilkannya pada layar. Pengguna dapat melakukan
pengupdatean data jumlah produksi dan setelah selesai sistem akan menyimpan
data tersebut.
l) Use Case : Mengkalkulasi Biaya Produksi
Deskripsi :
Mengkalkulasi biaya produksi dilakukan oleh bagian produksi untuk menghitung
biaya produksi yang terjadi dalam memproduksi sebanyak target produksi yang
diinginkan.
o Untuk mengkalkulasi biaya produksi, pengguna dapat memilih menu kalkulasi
biaya produksi. Sistem akan menampilkan drop list nama divisi dan periode
biaya produksi yang akan dihitung. Untuk mengkalkulasi biaya produksi, sistem
akan meminta pengguna untuk memilih nama divisi dan periode biaya produksi
yang akan dihitung serta metode perhitungan yang akan digunakan (metode
tradisional atau metode ABC). Setelah memilih nama divisi, periode dan metode
perhitungan, sistem akan melakukan perhitungan terhadap biaya produksi.
m) Use Case : Mengkalkulasi dengan Metode ABC
Deskripsi :
167
Mengkalkulasi dengan metode ABC merupakan extend use case dari use case
mengkalkulasi biaya produksi. Pada saat mengkalkulasi biaya produksi, actor
diminta untuk memilih metode perhitungan yang akan dilakukan, jika aktor memilih
metode ABC, maka extend use case mengkalkulasi dengan metode ABC baru
dilakukan.
n) Use Case : Mengkalkulasi dengan Metode Tradisional
Deskripsi :
Mengkalkulasi dengan metode Tradisional juga merupakan extend use case dari use
case mengkalkulasi biaya produksi seperti halnya extend use case mengkalkulasi
dengan metode ABC. Jika aktor memilih metode tradisional dalam mengkalkulasi
biaya produksi, maka extend use case mengkalkulasi dengan metode tradisional baru
dilakukan.
o) Use Case : View Aktivitas
Deskripsi :
View aktivitas merupakan extend use case dari use case mengkalkulasi dengan
metode ABC. Extend use case ini hanya dapat dilakukan jika aktor mengkalkulasi
biaya produksi dengan metode ABC saja, sedang dengan metode tradisional maka
biaya aktivitas ini tidak tersedia.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dilakukan aktor
pada masing-masing use case dan bagaimana use case-use case tersebut bekerja pada
sistem maka diperlukan sequence diagram yang berguna untuk menjelaskan masing-
masing use case yang ada. Berikut dapat dilihat sequence diagram untuk masing-
masing use case yang ada.
Gambar 5.2 Sequence Diagram untuk Use Case Update Aktivitas
Gambar 5.5 Sequence Diagram untuk Use Case Update Produk (Create Produk)
Gambar 5.6 Sequence Diagram untuk Use Case Update Produk (Delete Produk)
Gambar 5.20 Sequence Diagram untuk Use Case Kalkulasi Biaya Produksi (Kalkulasi
Biaya Produksi)
5.3.1.1 Analisa Functionality
Analisa functionality berguna untuk mengidentifikasi semua fungsi dan fungsi
kompleks yang ada. Untuk melakukan analisa functionality ini perlu dilakukan
penganalisaan fungsi-fungsi pada masing-masing use case. Berdasarkan analisa
fungsionalitas ini, dihasilkan suatu function list yang lengkap beserta dengan spesifikasi
dari fungsi yang kompleks sebagai berikut.
186
Tabel 5.26 Function List
UseCase Function Complexity Type
Login ke system Validasi username dan
password Medium Read
Load bahan Medium Read Update bahan
Save bahan Simple Update
Load data aktivitas Medium Read Update aktivitas
Save data aktivitas Simple Update
Load data overhead Medium Read Update overhead
Save data overhead Simple Update
Create data produk Simple Update
Delete data produk Complex Update
Load data bahan produk Medium Read
Update produk dan bahan
produk
Save data bahan produk Simple Update
Load data pembelian Medium Read
Create data pembelian Medium Read
Update pembelian
Save data pembelian Simple Update
Load data TKL Medium Read Update pemakaian TKL
Save data TKL Simple Update
Load data aktivitas divisi Medium Read Update aktivitas divisi
Save data aktivitas divisi Simple Update
Load data bobot Medium Read Update bobot
Save data bobot Simple Update
Load data pemakaian
overhead Medium Read
Update pemakaian overhead
Save data pemakaian
overhead Simple Update
Update prosentase overhead
divisi
Load data prosentase
overhead divisi Medium Read
187
Save data prosentase
overhead divisi Simple Update
Load data produksi Simple Read Update jumlah produksi
Save data produksi Medium Update
Calculate bahan langsung Complex Compute
Calculate TKL Complex Compute
Calculate overhead
tradisional
Complex
Compute
Calculate overhead ABC Very
Complex Compute
Calculate biaya produksi
Calculate biaya produksi Medium Compute
View biaya aktivitas Calculate biaya aktivitas Complex Compute
Tabel 5.27 Complex Function List
UseCase Complex Function Complex Function Complexity Type
Complex
Get pemakaian Medium Read
Get harga/item Medium Read
Calculate bahan
langsung
Calculate bahan
langsung
Medium Compute
Complex
Get jumlah produksi Medium Read
Calculate total
produksi
Medium Compute
Get gaji / orang Medium Read
Get jumlah orang Medium Read
Calculate TKL:
Calculate TKL: Medium Compute
Complex
Calculate
biaya
produksi
Calculate overhead
tradisional Get jumlah
pemakaian overhead
Medium Read
188
Calculate total
overhead
Medium Compute
Get jumlah produksi Medium Read
Calculate total
produksi
Medium Compute
Get prosentase
overhead divisi
Medium Read
Calculate biaya
overhead
Medium Compute
Very
Complex
Get pemakaian
overhead
Medium Read
Calculate total
overhead
Medium Compute
Get jumlah produksi Medium Read
Calculate total
produksi
Medium Compute
Get bobot Medium Read
Calculate total bobot Medium Compute
Get bobot untuk
tingkat unit
Medium Read
Calculate biaya pool1 Medium Compute
Calculate tarif pool1 Medium Compute
Get bobot untuk
tingkat batch
Medium Read
Calculate biaya pool2 Medium Compute
Get jumlah
pembelian
Medium Read
Calculate overhead
ABC
Calculate total Medium Compute
189
pembelian
Calculate tarif pool2 Medium Compute
Get bobot untuk
tingkat produk
Medium Read
Calculate biaya pool3 Medium Compute
Count varian produk Medium Compute
Calculate tarif pool3 Medium Compute
Calculate biaya
overhead pool1
Medium Compute
Get jumlah
pembelian
Medium Read
Calculate pembelian
per produk
Medium Compute
Calculate biaya
overhead pool2
Medium Compute
Calculate biaya
overhead
Medium Compute
Complex
Get pemakaian
overhead
Medium Read
Calculate total
overhead
Medium Compute
Get bobot Medium Read
Calculate total bobot Medium Compute
Get bobot Medium Read
View biaya
aktivitas
Calculate biaya
aktivitas
Calculate biaya
aktivitas
Medium Compute
190
5.4.1.3 Analisa User Interface
Analisa user interface bertujuan untuk memberikan gambaran tentang interface
yang digunakan oleh aktor untuk berinteraksi dengan sistem. Interface ini
menghubungkan sistem dengan semua aktor yang relevan di dalam konteks. Oleh karena
itu, interface yang baik harus mengadaptasi tugas-tugas dari pengguna dan konsep dari
sistem yang akan dikembangkan. Pada analisa user interface ini dihasilkan suatu
navigation diagram / diagram user interface yang berguna untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang interface dari sistem, sehingga diagram ini akan memudahkan dalam
memahami bagaimana sistem diharapkan untuk bekerja:
Berikut dapat dilihat gambar 5.21 navigation diagram yang dihasilkan pada
analisa user interface sebagai berikut :
192
1. Sistem Login
Untuk memasuki sistem login user harus mengetahui user name dan password. Bila
username dan password salah / tidak sesuai maka pengguna tidak dapat masuk ke
dalam sistem. Pada sistem ini, dibatasi empat macam otorisasi login yang bisa
dilakukan. Yang pertama login untuk super user, dimana ketika pengguna ini
melakukan login ke sistem, maka dia dapat mengakses semua item yang ada pada
sistem. Kemudian login untuk bagian produksi, bagian pembelian dan yang terakhir
login untuk bagian keuangan. Bagian produksi hanya dapat mengakses menu-menu
seperti master aktivitas, master bahan, update produk, update TKL, update aktivitas
divisi, update bobot aktivitas, update prosentase overhead divisi, update jumlah
produksi serta kalkulasi biaya produksi. Bagian pembelian hanya dapat mengakses
menu update pembelian. Sedangkan bagian keuangan dapat mengakses menu master
overhead dan update pemakaian overhead. Berikut dapat dilihat gambar form menu
login pada gambar 5.22 sebagai berikut.
.
Gambar 5.22 Form Login
193
2. Menu Utama
Pada menu utama terdapat tiga menu lain dengan tipe pull down menu, yaitu menu
master, update dan kalkulasi. Menu ini tidak aktif bila user belum login ke dalam
sistem. Pada menu master, terdapat tiga macam menu lain yang dapat diakses, yaitu
menu aktivitas, bahan dan overhead. Pada menu update, terdapat menu-menu lain
yang dapat diakses seperti menu produk, pembelian, TKL, aktivitas divisi, bobot,
pemakaian overhead, overhead divisi dan produksi. Sedangkan untuk menu
kalkulasi, hanya terdapat satu menu yang dapat diakses, yaitu menu baiaya produksi.
Berikut dapat dilihat gambar form menu utama pada gambar 5.23 sebagai berikut.
Gambar 5.23 Form Menu Utama
194
3. Menu Master
a. Master Aktivitas
Menu ini berguna untuk menyimpan dan mengupdate data nama aktivitas-
aktivitas yang ada pada perusahaan. Kemudian data nama aktivitas tersebut
ditentukan tingkat aktivitasnya, apakah tingkat aktivitas unit, batch ataupun
tingkat aktivitas produk. Berikut dapat dilihat gambar form master aktivitas pada
gambar 5.24 sebagai berikut.
Penambahandata baru, lsg
ditulis pada kolomyang kosong
Button Save,untuk menyimpan
data bilapengisian sudah
benar
Button Cancel,untuk
membatalkan,sekaligus
menutup window
Ada 3 macamtingkat aktivitas
yang dapat dipilihuntuk setiap
aktivitas
Untuk menghapusdata, dapat
dilakukan denganmengklik kolom
data, dan menekantombol Delete pada
keyboard
Gambar 5.24 Form Master Aktivitas
b. Master Bahan
Menu ini berguna untuk menyimpan dan mengupdate data master nama bahan-
bahan baku yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi perusahaan. Kemudian
195
bahan-bahan tersebut ditentukan pula jenis bahannya, apakah jenis bahan
langsung ataupun bahan tidak langsung. Berikut dapat dilihat gambar form
master bahan pada gambar 5.25 sebagai berikut.
Gambar 5.25 Form Master Bahan
c. Master Overhead
Seperti halnya menu master aktivitas dan master bahan yang digunakan untuk
menyimpan dan mengupdate data master aktivitas dan master bahan, menu ini
berguna untuk menyimpan dan mengupdate nama jenis biaya overhead yang
terjadi pada perusahaan. Berikut dapat dilihat gambar form master overhead pada
gambar 5.26 sebagai berikut.
196
Gambar 5.26 Form Master Overhead
4. Menu Update
a. Update Produk
Menu update produk berguna untuk melakukan penambahan data produk yang
dihasilkan, baik untuk divisi assembly maupun untuk divisi machine production.
Selain itu, menu ini juga berguna untuk mengupdate data bahan-bahan baku apa
saja yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk serta jumlah pemakaian
bahan baku yang dibutuhkan untuk membentuk satu unit produk tersebut.
Berikut dapat dilihat gambar form update produk pada gambar 5.27 dan form
input produk baru pada gambar 5.28 sebagai berikut.
198
b. Update Pembelian
Menu update pembelian berguna untuk mengupdate data pembelian bahan baku
yang dilakukan oleh bagian pembelian pada setiap periode bulanan. Menu ini
akan menampilkan data pembelian sesuai dengan nama divisi, nama produk dan
periode pembelian yang diinputkan. User dapat memilih nama divisi, nama
produk dan periode yang diinginkan kemudian data grid akan menampilkan data
pembelian sesuai dengan nama divisi, produk dan periode yang diinputkan
tersebut. Kemudian user juga dapat mengupdate jumlah pembelian dan harga /
item dari bahan yang ditampilkan pada data grid. Berikut dapat dilihat form
update pembelian pada gambar 5.29 sebagai berikut.
Input divisi, namaproduk dan periodeuntuk melihat data
pembelianButton Create,untuk membuatdata pembelian
baru
Button Save,untuk menyimpan
data bilapengisian sudah
benar
Button Cancel,untuk
membatalkan,sekaligus
menutup window
Data pembeliandan harga/item
dapat dieditdengan mengklikkolom data dan
menuliskan ulangnilai yang
diharapkan
Gambar 5.29 Form Update Pembelian
199
c. Update Tenaga Kerja Langsung
Menu update tenaga kerja langsung (TKL) berguna untuk mengupdate data
jumlah pemakaian tenaga kerja langsung pada masing-masing divisi produksi
untuk periode bulan tertentu. User dapat memasukkan jumlah pemakaian tenaga
kerja langsung yang dibutuhkan untuk masing-masing divisi produksi beserta
dengan besar gaji / orang, kemudian sistem akan menghitung jumlah total biaya
tenaga kerja langsung. Berikut dapat dilihat form update TKL pada gambar 5.30
sebagai berikut.
Gambar 5.30 Form Update Tenaga Kerja Langsung
d. Update Aktivitas Divisi
Menu update aktivitas divisi berguna untuk mengupdate data aktivitas yang
terdapat baik pada divisi assembly maupun machine production. Pada menu ini,
user dapat mengedit data aktivitas untuk divisi yang diinginkan setelah
200
menginputkan nama divisi yang diharapkan. Pada data grid akan ditampilkan
data nama-nama aktivitas yang terdapat pada divisi tersebut beserta dengan
tingkat aktivitasnya. Kemudian user dapat menambah, menghapus ataupun
mengedit data aktivitas yang terdapat pada data grid. Berikut dapat dilihat
gambar form update aktivitas divisi pada gambar 5.31 sebagai berikut.
Gambar 5.31 Form Update Aktivitas Divisi
e. Update Bobot
Menu update bobot berguna untuk mengupdate bobot dari aktivitas-aktivitas
yang ada pada masing-masing divisi. Bobot ini nantinya akan digunakan dalam
perhitungan biaya produksi dengan metode ABC untuk mengalokasikan
201
besarnya biaya overhead yang terjadi pada masing-masing aktivitas. Pada menu
ini, user akan menginputkan nama divisi yang diinginkan. Pada data grid akan
ditampilkan data aktivitas yang terdapat pada divisi tersebut beserta dengan nilai
bobot untuk masing-masing aktivitas. Kemudian user dapat melakukan
pengupdatean data bobot pada kolom bobot yang tersedia. Berikut dapat dilihat
form update bobot pada gambar 5.32 sebagai berikut.
Gambar 5.32 Form Update Bobot
f. Update Pemakaian Overhead
Menu update pemakaian overhead berguna untuk mengupdate jumlah biaya
pemakaian overhead yang terjadi pada periode bulan tertentu. Pada menu ini,
user dapat mengupdate besar pemakaian tiap jenis overhead yang terjadi pada
202
suatu periode bulan tertentu. Kemudian secara otomatis, sistem akan menghitung
total biaya pemakaian overhead yang terjadi pada periode tersebut. Berikut dapat
dilihat form menu update pemakaian overhead pada gambar 5.33 sebagai berikut.
Input periode untukmelihat datapemakaian
overhead padaperiode tersebut
Button Save,untuk menyimpan
data bilapengisian sudah
benar
Button Cancel,untuk
membatalkan,sekaligus
menutup window
Nilai pada kolomjumlah dapat dieditdengan mengklik
pada kolom data danmenulis ulang nilaiyang diharapkan
Gambar 5.33 Form Update Pemakaian Overhead
g. Update Pemakaian Overhead Divisi
Menu update pemakaian overhead divisi berguna untuk mengupdate besarnya
prosentase pemakaian overhead untuk masing-masing divisi yang ada.
Prosentase overhead ini berguna untuk membagi besarnya pemakaian overhead
untuk divisi assembly dan divisi machine production yang berguna untuk
203
menghitung biaya produksi dengan metode tradisional. Berikut dapat dilihat
form update prosentase overhead pada gambar 5.34 sebagai berikut.
Gambar 5.34 Form Update Prosentase Overhead Divisi
h. Update Jumlah Produksi
Menu update jumlah produksi berguna untuk mengupdate data jumlah produksi
barang yang akan dilakukan untuk periode bulan tertentu. Pada menu ini, user
dapat memasukkan nama produk yang akan diproduksi pada bulan tertentu.
Namun sebelumnya user harus memilih divisi yang menghasilkan produk
tersebut, apakah divisi assembly atau machine production. Kemudian user dapat
memasukkan jumlah produksi barang yang diinginkan untuk masing-masing
produk pada periode tersebut. Berikut dapat dilihat form update jumlah produksi
pada gambar 5.35 sebagai berikut.
204
Input nama divisidan periode
produksi yangdiinginkan
Button Save,untuk menyimpan
data bilapengisian sudah
benar
Button Cancel,untuk
membatalkan,sekaligus
menutup window
Nilai pada kolomjumlah dapat dieditdengan mengklik
pada kolom data danmenulis ulang nilaiyang diharapkan
Untuk memasukkannama produk,
dapat dilakukandengan mengklikkolom data, danmemilih nama
produk yang akandimasukkan
Gambar 5.35 Form Update Jumlah Produksi
5. Menu Kalkulasi Biaya Produksi
a. Form Pemilihan Metode
Form ini merupakan menu awal yang berguna untuk menginputkan nama divisi
dan periode produksi dari produk-produk yang akan dihitung besar biaya
produksinya. Pada Menu awal ini, user juga dapat memilih metode perhitungan
biaya produksi yang akan digunakan, apakah metode tradisional ataukah metode
ABC. Kemudian jika nama divisi, periode dan metode perhitungan telah sesuai
dengan yang diharapkan, user dapat melakukan perhitungan biaya produksi
dengan menekan tombol ’Calculate’, maka akan ditampilkan form hasil
205
perhitungan biaya produksi. Berikut dapat dilihat form pemilihan metode pada
gambar 5.36 sebagai berikut.
Gambar 5.36 Form Pemilihan Metode
b. Form Hasil perhitungan biaya produksi
Form ini berguna untuk menampilkan hasil perhitungan biaya produksi baik
dengan metode tradisional maupun dengan metode ABC. Pada form ini akan
ditampilkan besar biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead, total biaya produksi serta biaya produksi / unit untuk masing-masing
produk yang diproduksi sesuai dengan divisi dan periode yang telah dipilih pada
form pemilihan metode sebelumnya. Untuk perhitungan dengan metode ABC,
dapat dilihat pula besar biaya aktivitas yang terjadi untuk masing-masing
aktivitas, sedangkan bila perhitungan dilakukan dengan metode tradisional, maka
informasi mengenai biaya aktivitas tidak tersedia. Berikut dapat dilihat form
206
hasil perhitungan biaya produksi dengan metode tradisional dan metode ABC
pada gambar 5.37 dan 5.38 sebagai berikut.
Gambar 5.37 Form Hasil Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode Tradisional
Gambar 5.38 Form Hasil Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode ABC
207
c. Form View Biaya Aktivitas
Form ini berguna untuk menampilkan besarnya biaya yang terjadi untuk masing-
masing aktivitas, bila perhitungan biaya produksi dilakukan dengan
menggunakan metode ABC. Berikut dapat dilihat form view biaya aktivitas pada
gambar 5.39 sebagai berikut.
Gambar 5.39 Form View Biaya Aktivitas
d. Form Preview Laporan
Form ini berguna untuk melihat preview laporan, sebelum laporan dicetak
menjadi hardcopy. Berikut dapat dilihat form preview laporan pada gambar 5.40
sebagai berikut.
208
Gambar 5.40 Form Preview Laporan
5.4.2 Analisa Domain (Domain Analysis)
Pada tahap analisis, akan dilakukan analisa model terhadap abstraksi yang paling
utama (classes dan object) dan mekanisme yang ditampilkan dalam domain masalah
Kelas-kelas yang memodelkan ini akan diidentifikasi bersamaan dengan relasi antar
masing-masing kelas dan digambarkan dalam sebuah class diagram UML. Namun
demikian, dalam tahap analisis, hanya kelas yang terdapat dalam domain masalah
(konsep dunia aslinya) yang dimodelkan., bukan kelas-kelas teknikal yang menjelaskan
detil dan solusi dari sistem perangkat lunaknya (aplikasi).
Berdasarkan hasil analisa model terhadap domain masalah yang ada, maka dapat
digambarkan class diagram sebagai berikut.
210
5.4.3 Perancangan Arsitektur (Architecture Design)
Tahap perancangan arsitektur bertujuan untuk membuat struktur dari suatu
system yang terkomputerisasi. Pada tahap ini, pertama-tama akan dilakukan
pendefinisian dan pemilihan kriteria yang diprioritaskan. Kriteria ini berguna untuk
mengetahui kondisi dan prioritas yang diinginkan dari perancangan system. Kemudian
akan dilakukan perancangan arsitektur komponen yang berguna untuk mengetahui
struktur komponen dari system. Tahap yang terakhir adalah melakukan perancangan
arsitektur proses. Perancangan arsitektur proses ini berguna untuk mengetahui
bagaimana proses dari system didistribusikan dan dikoordinasikan.
5.4.3.1 Kriteria
Penentuan kriteria dalam suatu perancangan diperlukan agar diperoleh suatu
perancangan yang baik (good design). Perancangan yang baik ini harus memenuhi
beberapa persyaratan seperti tidak ditemukannya kelemahan dari sistem, adanya
keseimbangan antara kriteria-kriteria yang ada, dan juga suatu perancangan yang baik
harus fleksibel (flexible), dapat digunakan (usable) serta mudah dipahami
(comprehensible). Untuk itu, dalam menentukan suatu kriteria yang diprioritaskan dalam
perancangan sistem, paling tidak suatu perancangan harus mencakup kriteria yang paling
umum digunakan, yaitu usability, flexibility, dan comprehensibility.
Berdasarkan kebutuhan dari sistem yang dikembangkan dan penentuan kriteria
yang sesuai dengan prioritas dari sistem, maka dapat dilihat perumusan kriteria dari
sistem yang dikembangkan pada tabel 5.28 sebagai berikut.
211
Tabel 5.28 Tabel Prioritas Kriteria Perancangan
Criterion Very Important Important Less
Important Irrelevant Easily Fulfilled
Usable √
Secure √
Efficient √
Correct √
Reliable √
Maintainable √
Testable √
Flexible √
Comprehensible √
Reusable √
Portable √
Interoperable √
Keterangan :
• Usable : Kemudahan di dalam pengimplementasian proyek.
• Secure : Keamanan akan otoritas pemakaian data.
• Efficient : Efisiensi dari eksploitasi ekonomis.
• Correct : Terpenuhinya kebutuhan / persyaratan.
• Reliable : Terpenuhinya hasil dari eksekusi fungsi-fungsi yang ada.
• Maintainable : Pengalokasian biaya dan perbaikan sistem yang rusak.
• Testable : Biaya untuk memastikan sistem yang dikembangkan
sesuai dengan tujuannya.
• Flexible : Biaya dari memodifikasi pemanfaatan sistem.
212
• Comprehensible : Usaha yang di butuhkan untuk mendapatkan pemahaman
yang jelas dari sistem.
• Reusable : Potensial penggunaan dari bagian sistem dengan sistem
lain yang berhubungan.
• Portable : Biaya dari pemindahan satu sistem ke sistem platform
yang lainnya.
• Interoperable : Biaya dari kopling sistem dengan sistem lainnya.
5.4.3.2 Arsitektur Komponen
Pada tahap perancangan arsitektur komponen ini, akan dilakukan perancangan
terhadap struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berhubungan, di mana komponen-komponen itu sendiri merupakan sekumpulan dari
bagian program yang terdiri dari suatu keseluruhan dan mempunyai tanggung jawab
yang terdefinisi dengan baik.
Suatu arsitektur komponen merupakan tampilan dari sistem secara struktural.
Suatu arsitektur komponen yang baik membuat sistem lebih mudah dipahami dalam
mengorganisasikan kerja perancangan dan memberikan kestabilan dalam konteks sistem.
Dalam kasus ini, dipilih arsitektur distibuted presentation sebagai arsitektur
komponen client-server, dimana pada masing-masing client hanya terdapat komponen
user interface, sedangkan server mempunyai komponen lengkap, yaitu komponen user
interface, function dan model. Pada perancangan arsitektur komponen ini akan
dihasilkan suatu component diagram sebagai berikut :
213
User Interface
User Interface
Function
Model
ServerClient
Gambar 5.42 Component Diagram dengan Arsistektur Distributed Presentation
5.4.3.3 Arsitektur Proses
Arsitektur proses merupakan suatu struktur system eksekusi yang terdiri dari
proses-proses yang saling bergantung satu dengan yang lain Perancangan arsitektur
proses ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai struktur fisik dari sistem yang
dibangun. Pada tahap ini, akan difokuskan pada pendistribusian dan pengeksekusian dari
peralatan-peralatan fisik ( devices ) dari sistem dengan processor sebagai unit yang
paling dasar untuk mengeksekusi sistem.. Pada tahap perancangan arsitektur proses ini,
akan dihasilkan sebuah deployment diagram yang menunjukkan processor sebagai
komponen program dan obyek aktif yang utama.
Berikut dapat dilihat deployment diagram dari perancangan arsitektur proses
pada gambar 5.43 sebagai berikut.
214
Gambar 5.43 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern
5.4.4 Perancangan Komponen (Component Design)
Pada tahap perancangan komponen ini, akan dilakukan dua macam perancangan,
yaitu perancangan komponen model dan komponen fungsi. Komponen model
merupakan suatu bagian dari sistem yang menjalankan model dari domain masalah,
sedangkan komponen fungsi merupakan bagian dari sistem yang menjalankan kebutuhan
fungsionalitas. Adapun tujuan dari perancangan komponen ini adalah untuk menentukan
pengimplementasian kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam kerangka kerja arsitektur.
215
5.4.4.1 Komponen Model (Model Component)
Konsep dasar dari perancangan komponen model adalah struktur. Model ini
harus menggambarkan relasi-relasi konseptual yang relevan dari domain masalah yang
ada, sehingga model ini harus jelas, serta dapat dikerjakan dengan cepat dan mudah.
Dasar dari perancangan komponen model ini adalah model berorientasi objek yang
diperoleh dari tahap analisa. Model ini menjelaskan domain masalah dengan
menggunakan kelas, objek, beserta struktur utama dan tingkah lakunya.
Pada tahap perancangan komponen model ini, dihasilkan class diagram dari
komponen model yang dapat dilihat pada gambar 5.44 sebagai berikut.
217
5.4.4.2 Komponen Fungsi (Function Component)
Pada tahap ini, akan dilakukan perancangan komponen fungsi, yaitu suatu bagian
dari sistem yang menjalankan kebutuhan-kebutuhan fungsionalitas. Fungsi ini dirancang
dan dijalankan dengan menggunakan operasi-operasi yang ada pada kelas-kelas dari
sistem. Sedangkan operasi itu sendiri merupakan properti dari proses yang dispesifikasi
dalam sebuah kelas dan diaktifkan melalui objek-objek dari kelas.
Pada perancangan komponen ini, ada dua prinsip dasar yang harus dilakukan,
yaitu: mendasarkan perancangan pada tipe dari fungsi dan menentukan operasi-operasi
yang kompleks, sehingga dihasilkan sebuah class diagram dengan operasi dan
spesifikasi dari fungsi kompleks yang dapat dilihat pada gambar 5.45 sebagai berikut: