BAB 1

15
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bidang ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting dikalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang berkembang dan bekerja di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional, namun masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data geologi yang telah ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta aspek geologi teraplikasi lainnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai keadaan geologi daerah Wolowa dan sekitarnya, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data-data geologi daerah Wolowa yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara, terutama untuk pengembangan daerah tersebut. Penelitian geologi lapangan ini meliputi kegiatan pemetaan terhadap aspek geomorfologi yaitu dengan melihat permukaan bumi diantaranya gerakan tanah proses erosi, bentukan sungai dan beberapa gejala lainnya. Aspek stratigrafi membahas mengenai jenis batuan, urutan lapisan dan umur batuan yang ada di daerah penelitian. Struktur geologi membahas mengenai pengaruh struktur yang bekerja serta hubungannya dengan stratigrafi di daerah tersebut. Sedangkan potensi bahan galian membahas mengenai indikasi penyebarannya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan penduduk di daerah sekitar maupun oleh penduduk di luar daerah tersebut, serta dapat menceritakan sejarah geologi daerah penelitian. 1.4 Batasan masalah

description

hahah

Transcript of BAB 1

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Saat ini bidang ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting dikalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang berkembang dan bekerja di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional, namun masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data geologi yang telah ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta aspek geologi teraplikasi lainnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai keadaan geologi daerah Wolowa dan sekitarnya, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data-data geologi daerah Wolowa yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara, terutama untuk pengembangan daerah tersebut.

Penelitian geologi lapangan ini meliputi kegiatan pemetaan terhadap aspek geomorfologi yaitu dengan melihat permukaan bumi diantaranya gerakan tanah proses erosi, bentukan sungai dan beberapa gejala lainnya. Aspek stratigrafi membahas mengenai jenis batuan, urutan lapisan dan umur batuan yang ada di daerah penelitian. Struktur geologi membahas mengenai pengaruh struktur yang bekerja serta hubungannya dengan stratigrafi di daerah tersebut. Sedangkan potensi bahan galian membahas mengenai indikasi penyebarannya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan penduduk di daerah sekitar maupun oleh penduduk di luar daerah tersebut, serta dapat menceritakan sejarah geologi daerah penelitian.

1.4     Batasan masalah

Permasalahan dalam penelitian ini hanya mengkaji lingkup daerah Wolowa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara.

1.5     Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan di ungkap pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana permasalahan geomorfologi pada daerah telitian?

Permasalahan yang timbul mengenai pembagian satuan geomorfik serta pola pengaliran dan stadia geomorfologi daerah telitian.

1. Bagaimana permasalahan stratigrafi daerah telitian?

Page 2: BAB 1

seperti kontak antar dua satuan batuan yang dapat berupa batas tegas maupun berangsur .

1. Bagaimana permasalahan struktur geologi daerah telitian?

Permasalahan yang timbul ialah mengenai struktur geologi apa saja yang mengontrol daerah telitian.

 

1.2         Maksud dan Tujuan Penelitian

            Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk menyajikan informasi geologi yang ada dengan menggunakan peta dasar skala 1: 25.000, serta melakukan suatu analisa berdasar atas data pada daerah telitian, kemudian dibuat suatu laporan penelitian untuk melengkapi persyaratan akademik yang sudah ditentukan oleh Program Studi Fisika, Konsentrasi Teknik Geologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo Kendari untuk mendapatkan gelar sarjana program pendidikan strata-1 (S1) dengan topik sesuai dengan teori yang didapatkan di bangku perkuliahan serta aplikasinya.

            Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kondisi geologi yang meliputi aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi bahan galian.

1.5       Manfaat Penelitian

Adapun dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Bagi keilmuan: 1. Mengetahui kondisi geologi daerah telitian.2. Dapat mengetahui dan memahami alterasi hidrotermal dan hubungannya dengan

proses mineralisasi yang terbentuk serta faktor-faktor pengontrolnya.2. Bagi pemerintah :

1. Mengetahui lokasi keberadaan daerah daerah yang   berpotensi.2. Sebagai acuan pengembangan lokasi penambanganbah3. Sebagai tata guna lahan

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: BAB 1

2.1       Dasar Teori Alterasi Hidrotermal

Bateman (1956), menyatakan bahwa larutan hidrotermal adalah suatu cairan atau fluida yang panas, kemudian bergerak naik ke atas dengan membawa komponen-komponen mineral logam, fluida ini merupakan larutan sisa yang dihasilkan pada proses pembekuan magma.

Alterasi dan mineralisasi adalah suatu bentuk perubahan komposisi pada batuan baik itu kimia, fisika ataupun mineralogi sebagai akibat pengaruh cairan hidrotermal pada batuan, perubahan yang terjadi dapat berupa rekristalisasi, penambahan mineral baru, larutnya mineral yang telah ada, penyusunan kembali komponen kimia-nya atau perubahan sifat fisik seperti permeabilitas dan porositas batuan ( Pirajno,1992).

Alterasi dan mineralisasi bisa juga termasuk dalam proses pergantian unsur-unsur tertentu dari mineral yang ada pada batuan dinding digantikan oleh unsur lain yang berasal dari larutan hidrotermal sehingga menjadi lebih stabil. Proses ini berlangsung dengan cara pertukaran ion dan tidak melalui proses pelarutan total, artinya tidak semua unsur penyusun mineral yang digantikan melainkan hanya unsur-unsur tertentu saja.

2.1.1    Alterasi Hidrotermal

Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, tekstur, dan hasil interaksi fluida dengan batuan yang dilewatinya. Perubahan–perubahan tersebut akan bergantung pada karakter batuan dinding, karakter fluida (Eh, pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung, konsentrasi, serta lama aktifitas hidrotermal. Walaupun faktor–faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal. (Creasy, 1961)

Menurut Corbett dan Leach (1996), faktor yang mempengaruhi proses alterasi hidrotermal adalah sebagai berikut :

1. Temperatur dan tekanan

Peningkatan suhu membentuk mineral yang terhidrasi lebih stabil, suhu juga berpengaruh terhadap tingkat kristalinitas mineral, pada suhu yang lebih tinggi akan membentuk suatu mineral menjadi lebih kristalin, menurut Noel White (1996), kondisi suhu dengan tekanan dapat dideterminasi berdasarkan tipe alterasi yang terbentuk. Temperatur dan tekanan juga berpengaruh terhadap kemampuan larutan hidrotermal untuk bergerak, bereaksi dan berdifusi, melarutkan serta membawa bahan–bahan yang akan bereaksi dengan batuan samping.

1. Permeabilitas

Permeabilitas akan menjadi lebih besar pada kondisi batuan yang terekahkan serta pada batuan yang berpermeabilitas tinggi hal tersebut akan mempermudah pergerakan fluida yang selanjutnya akan memperbanyak kontak reaksi antara fluida dengan batuan.

Page 4: BAB 1

1. Komposisi kimia dan konsentrasi larutan hidrotermal

Komposisi kimia dan konsentrasi larutan panas yang bergerak, bereaksi dan berdifusi memiliki pH yang berbeda-beda sehingga banyak mengandung klorida dan sulfida, konsentrasi encer sehingga memudahkan untuk bergerak.

1. Komposisi batuan samping

Komposisi batuan samping sangat berpengaruh terhadap penerimaan bahan larutan hidrotermal sehingga memungkinkan terjadinya alterasi.

Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrothermal akan menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral (mineral assemblage) (Corbett & Leach, 1996). Secara umum himpunan mineral tertentu akan mencerminkan tipe alterasinya.

Menurut Sikumbang, N., dkk., (1995) dalam Hadiwastra (2008), tektonik telah terjadi beberapa kali dimulai sejak Pra-Eosen, dimana pola tektoniknya sukar ditentukan disebabkan seluruh batuannya telah mengalami beberapa kali perlipatan dan pensesaran. Gerak tektonik utama yang  membentuk pola struktur hingga sekarang diperkirakan terjadi pada masa Eosen – Oligosen yang membentuk struktur imbrikasi berarah Timurlaut – Baratdaya. Kegiatan tektonik berikutnya terjadi antara Pliosen – Plistosen yang mengakibatkan terlipatnya batuan Pra-Pliosen. Kegiatan tektonik terakhir terjadi sejak Plistosen dan masih berlangsung hingga sekarang yang mengakibatkan terangkatnya Pulau Buton dan Pulau Muna secara perlahan, seirama dengan pembentukan batu gamping terumbu Formasi Wapulaka yang menunjukkan undak-undak.

Peristiwa tektonik yang terjadi berulang-ulang menyebabkan batuan-batuan yang berumur lebih tua mengalami beberapa kali deformasi struktur, sehingga batuan yang lebih tua umumnya dijumpai dengan kemiringan lapisan yang relatif tajam, sedangkan batuan yang lebih muda kemiringannya lapisan relatif lebih landai dibandingkan dengan batuan yang berumur tua ( Tobing dkk,2008).

2.2      Keadaan Geologi

2.1.1   Geologi Regional

Daerah  penyelidikan  termasuk  bagi an peta geologi lembar Buton, Sulawesi Tenggara. Keadaan umum daerah penye lidikan sebagian besar merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian   antara 100 m sampai maksimal 700 m dpl serta mempunyai kemiringan lereng yang sangat terjal.

2.1.2    Tataan  Stratigrafi

Dengan mengacu pada Peta Geologi Lembar Buton , Sulawesi Tenggara, maka di daerah selidikan terdapat 5 formasi batuan di mana urutannya dari tua ke muda adalah : Komplek Ultrabasa Kapontori Merupakan komplek batuan malihan tertua, umur formasi ini   sekitar

Page 5: BAB 1

Permo Kar bon. Batuannya terdiri atas peridotit, serpenti nit dan gabro, setempat terbreksikan dan terge ruskan.

Penyebaran batuan komplek Ultra basa ini memanjang dengan arah Timurlaut– Barat daya. Dibagian Barat daya Komplek Ultra basa Kapontori ini muncul sebagai Horst dengan  kontak tidak  selaras  terhadap  beberapa formasi yang lebih muda.

Formasi Winto

Formasi Winto terdiri atas perseli ngan serpih, batupasir, konglomerat, dan sisi pan batu gamping berumur Trias Atas. Serpih biasanya berlapis tipis sampai sedang,  berwar na abu-abu sampai kecoklatan atau kehi ta man, berbitumen, sering bersisipan dengan ba tupasir halus sampai sedang dan batugamping tipis berwarna putih.  Terdapat sisa tumbuhan berwarna  coklat  sampai  kehitaman,  berlem bar,  sisipan  tipis  batubara  dijumpai  hanya pada tempat tertentu berlapis dan dijumpai perlapisan sejajar, silang siur dan gelembur gelombang.

Batupasir berwarna abu-abu sampai kecoklatan, gampingan, padat, sering terdapat urat kuarsa, dibeberapa tempat dalam formasi Winto menyebabkan rembesan minyak. Salah satu conto rembesan minyak tersebut diantara nya yang muncul di Kumele Winto yaitu pada lokasi singkapan AKB 48 A.

Formasi Tobelo

Formasi Tobelo tersebar mengikuti pola umum perlipatan didaerah itu. Litologi nya tersusun atas kasilitit, berlapis baik, kaya akan radilaria. Umur For masi diperkirakan antara Kapur–Paleosen dan terbentuk pada lingkungan pengendapan Batial

Formasi Tondo

Formasi Tondo tersusun atas konglo merat,  batupasir  kerikilan,  perselingan  batu pasir, batulanau dan batulempung. Pada forma si Tondo ini seringkali dijumpai rembesan as pal kepermukaan membentuk urat-urat aspal. Formasi Tondo diendapkan dalam lingkungan pengendapan  neritik  hingga  Batial    Bawah pada Miose Tengah sampai Miosen Atas.

Formasi Sampolakosa

Litologi terutama terdiri atas batupa sir gampingan-lempung gampingan. Batupasir gampingan umumnya berukuran butir halus sampai sedang abu-abu sampai abu-abu kehitaman, berlapis tebal sampai massif. Pada banyak tempat seperti di Desa Wining terim pregnasi oleh aspal, mengandung bitumen,dan pada tempat-tempat tertentu dijumpai rem besan  aspal murni menembus  sampai keper mukaan.  Formasi  Sampolakosa  diendapkan dalam lingkungan pengendapan neritik-batial pada Miosen atas sampai Pliosen bawah.

Formasi Wapulaka

Page 6: BAB 1

Formasi ini sebagian besar berupa ba tugamping,  batugamping  pasiran,    batupasir gampingan. Batugamping    terutama  sebagai gamping   terumbu   ganggang   atau   koral, topografi batuan ini memperlihatkan undak- undak      pantai      purba      dan      topografi karst. Diendapkan pada kala Plistosen (Sikumbang dkk, 1995).

2.1.3 Struktur Geologi

Peristiwa Tektonik yang terjadi pada Anjungan Buton–Tukangbesi setidaknya terjadi sebanyak 3 kali. Ketiganya turut berperan dalam tataan stratigrafi dan struktur didaerah ini. Struktur geologi yang berkembang terdiri atas antiklin, sinklin, sesar anjak, sesar normal dan sesar geser mendatar. Sesar-sesar utama yang terjadi pada umumnya mempunyai arah sejajar dgn arah memanjang nya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu ceku ngan sedimen Miosen Kegiatan tektonik  pada  Plio- Plistosen mengakibatkan terlipatnya kembali batuan   yang   lebih   tua (PraPliosen)   dan menggiatkan kembali   sesar-sesar yang telah terbentuk sebelumnya.

Struktur geologi yang terdapat didae rah penyelidikan berupa struktur lipatan dan patahan. Sumbu lipatan  umumnya Timurlaut –Baratdaya. Struktur lipatan  berupa sinklin dan antilklin tersebut mempengaruhi hampir semua  formasi yang  ada  didaerah penyelidi kan terutama dibagian Tenggara daerah penye lidikan mulai dari Utara sampai ke Selatan . (Sukamto, 1975)

Patahan utama mempunyai arah Ti murlaut–Baratdaya dan nampaknya mengikuti arah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier dan Sumbu cekungan Miosen Anjungan Buton-Tukangbesi. Patahan Utama ini umum nya berupa sesar naik dan sesar normal. Salah satu patahan utama yang sangat penting adalah sesar naik Winto, sesar ini   mengangkat Formasi   Winto   kepermukaan   dan   diper kirakan berpotensi sebagai jalur rembesan minyak serta munculnya endapan aspal murni kepermukaan, selain  itu   jalur sesar ini me munculkan beberapa mata air panas. Selain pa tahan utama, terdapat juga patahan–patahan ikutan atau sekunder yang mempunyai arah Baratlaut–Tenggara dan Utara–Selatan. Pata han Utama dan sekunder didaerah penye lidikan memotong hampir semua formasi batuan yang berumur Tersier dan Pra Tersier.

2.2.1    Morfologi Daerah Penyelidikan

 Morfologi daerah penyelidikan sebagian besar terbentuk oleh batugamping, kong lomerat, batuan ultrabasa dan batuan pra tersier lainnya dan membentuk daerah perbukitan dengan kemiringan lereng antara 20º–50º dan pada beberapa tempat mencapai 80º. Pada beberapa tempat kenampakan morfologi batu gamping membentuk ciri yang khas sebagai plateau. Ketinggian rata-rata didaerah penyeli dikan antara 100 m sampai 400 m dpl,  pada daerah  tertentu  mencapai ketinggian  sampai 750 m dari permukaan laut. Pola  aliran  sungai  umumnya  Sub Dendritik dengan Erosi sungai antara stadium muda   dan stadium dewasa. Kebanyakan su ngai-sungai kecil didaerah penyelidikan tidak berair, kemungkinan keringnya air sungai aki bat  ku rangnya daya serap tanah terhadap air akibat tidak adanya vegetasi yang dapat me nyerap  air  hujan.  Atau  akibat  banyaknya aliran sungai bawah tanah dan membentuk rongga-rongga atau gua-gua dalam tanah. (Sikumbang, 1995).

BAB 3

Page 7: BAB 1

METODELOGI PENELITIAN

 

1.3     Lokasi Penelitian

            Lokasi daerah penelitian terletak di Kelurahan Wolowa dan sekitarnya yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara Geografis terterletak pada koordinat 122° 45′ BT – 123° 00′ BT dan antara 5° 15′ LS – 5° 30′ LS.

3. 1    Metode Penelitian

Pemetaan geologi yang dilakukan bersifat pemetaan permukaan melalui observasi lapangan yang menggunakan jalur lintasan tertentu. Observasi yang dilakukan di lapangan meliputi orientasi medan, pengamatan morfologi, pengamatan singkapan dan batuan, pengukuran, serta pengambilan sampel batuan.

Sebelum melakukan observasi ke lapangan, terlebih dahulu melakukan analisis data sekunder yang didapatkan dari pustaka dan sumber yang lain yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan observasi lapangan secara detail. Setelah mendapatkan data dari hasil observasi lapangan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data tersebut yang kemudian disusun sebagai laporan. Adapun beberapa metodologi yang dipergunakan dalam penelitian dan pembuatan laporan geologi ini adalah sebagai berikut :

1. Studi pustaka

Studi pustaka mempelajari geologi daerah Sulawesi dan daerah penelitian berdasarkan publikasi–publikasi dan literatur–literatur yang telah dibuat oleh peneliti terdahulu. Hal ini sangat penting untuk mengetahui geologi dan aspek–aspek teoritis dalam ilmu geologi yang berguna sebagai dasar pemikiran dalam penyelesaian masalah geologi yang dihadapi di lapangan. Tahapan ini dilakukan sebelum penelitian lapangan dilaksanakan.

1. Pemetaan awal

Pemetaan awal ini sangat berguna untuk mengetahui nama–nama desa atau daerah yang ada pada daerah penelitian, serta mengetahui macam–macam lithologi dan penyebarannya. Kegiatan semacam ini sangat berguna untuk menentukan jalur dan kegiatan penelitian.

1. Pemetaan

Pemetaan ini meliputi :

1. Pengamatan jenis batuan.2. Hubungan antar jenis batuan.3. Struktur geologi.

Page 8: BAB 1

4. Struktur sedimen, maupun gejala-gejala geologi lainya.5. Hubungan struktur geologi terhadap keberadaan hidrotermal.6. Analisis kemungkinan pembentukan proses alterasi.

Apabila mendapatkan kesulitan–kesulitan dalam tahapan–tahapan ini, maka diadakan diskusi bersama dengan tim dan pembimbing lapangan dalam mencari penyelesaian masalahnya. Kemudian disinkronkan dengan penyebaran lateral geologi dengan daerah yang bertampalan dan bila dianggap perlu diadakan penelitian lapangan bersama–sama.

1. Tahapan pemeriksaan ulang

Tahapan ini dilakukan bersama–sama dengan dosen pembimbing yang bertujuan untuk memecahkan masalah–masalah dan kesulitan–kesulitan geologi yang penulis hadapi selama melakukan penelitian di lapangan.

1. Analisa

Tahapan analisa ini meliputi berbagai macam kegiatan–kegiatan laboratorium, diantaranya adalah :

1. Tahap analisis geomorfologi

Meliputi analisis data lapangan, pengelompokan dan pemerian satuan geomorfik, analisis sungai, analisis stadia daerah dan morfogenesis.

1. Tahap deskripsi petrografi

Melakukan pengamatan sayatan tipis batuan yang meliputi pengamatan struktur, tekstur dan komposisi mineralogi/materi penyusun batuan dengan bantuan mikroskop polarisasi dengan tujuan mengklasifikasikan batuan dan membantu interpretasi petrogenesa batuan.

1. Tahap identifikasi paleontologi

Melakukan pengamatan makropaleontologi dan atau mikropaleontologi dengan tujuan untuk membantu menentukan umur.

1. Tahap analisis struktur geologi

Melakukan analisis data struktur geologi dengan bantuan metode-metode yang ada (diagram kipas, stereonet) dan merekonstruksi struktur geologi dengan mengacu pada teori dan model yang sudah ada.

1. Sintesa

Page 9: BAB 1

Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan analisa yang selanjutnya penulis mencoba untuk menerapkan konsep atau model serta teori–teori geologi yang ada dalam memecahkan fenomena–fenomena geologi yang ada pada daerah penelitian.

1. Pembuatan laporan

Pembuatan laporan merupakan kegiatan paling akhir setelah tahapan–tahapan tersebut di atas dilakukan dan selanjutnya nanti dipresentasikan.

3.2        Pengumpulan Data

3.2.1        Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil survei lapangan (data primer) dan data yang diperoleh melalui survei instansional (data sekunder), yaitu:

1. Data primer adalah data yang langsung diambil dari lapangan, yaitu:

Data bentuklahan (morfografi, morfometri dan morfogenesa) dan hubungannya dengan sebaran daerah telitian.

Data geologi (litologi, stratigrafi dan struktur geologi) di lokasi penelitian Data pengukuran-pengukuran kedudukan batuan dan kedudukan struktur geologi di

lapangan.

1. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu:

Data peta geologi berikut laporan yang diperoleh dari instansi terkait seperti dinas energi dan sumberdaya mineral Propinsi Sulawesi Tenggara, hasil penelitian dari pemerintah kabupaten Buton.

Data hasil analisa laboratorium dari sampel yang sudah diambil di lokasi penelitian

3.2.2        Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yaitu:

1. Pengumpulan data sekunder, diperoleh dari:

Peta rupabumi  dari pusat ESDM Sulawesi Tenggara. Peta geologi regional dari Pusat ESDM Sulawesi Tenggara. Hasil analisa laboratorium yang berasal dari laboratorium terkait

1. Pengumpulan data primer diperoleh dari:

Pemetaan langsung dilapangan, melalui pemetaan awal dan pemetaan semi detail dengan skala 1:25.000.

Page 10: BAB 1

Pengamatan langsung di lapangan, meliputi aspek geologi (batuan, struktur geologi dan sedimentologi), geomorfologi dan stratigrafi.

3.3     Bahan dan Alat

Beberapa peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk kelancaran penelitian geologi ini adalah sebagai berikut :

1. Peta topografi skala 1 : 25.000.

Digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan orientasi medan dan pengeplotan titik pengamatan di lapangan.

1. Peta geologi lembar Lasusua skalai 1:250.0002. Palu geologi.

Digunakan untuk mengambil sampel batuan yang ada di lokasi pengamatan.

1. Lup.

Digunakan untuk mengamati sampel batuan yang diambil serta untuk mengamati komposisi penyusun batuan tersebut.

1. Komparator lithologi, ukuran butir serta klasifikasi dasar penamaan batuan.2. Kantong sampel.

Digunakan sebagai tempat sampel untuk digunakan pada saat analisa laboratorium.

1. Kompas geologi.

Digunakan untuk melakukan orientasi medan/pengeplotan titik pengamatan, mengukur kelerengan morfologi dan untuk mengukur data struktur baik struktur primer maupun sekunder.

1. Buku catatan lapangan.

Digunakan untuk mencatat data-data yang ada pada saat melakukan observasi lapangan.

1. Clipboard.

Digunakan sebagai alas peta topografi dan sebagai alat bantu dalam melakukan pengukuran data-data di lapangan.

1.  Alat tulis.

Digunakan sebagai alat untuk tulis-menulis di lapangan.

Page 11: BAB 1

1. Penggaris dalam berbagai bentuk.

Digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan pengeplotan titik pengamatan.

1. Busur derajat.

Digunakan sebagai alat bantu dalam orientasi medan.

1. Kamera

Digunakan untuk mengambil data lapangan.

1. HCl 0,1 M.

Digunakan untuk mengetes ada tidaknya kandungan karbonat dalam suatu batuan.

1. Tas ransel

Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan semua peralatan yang digunakan di lapangan.