BAB 1

11
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Abikusno, Indonesia merupakan negara di kawasan Asia Pasifik yang akan mengalami penuaan penduduk dengan sangat cepat. Pada tahun 2012 Indonesia termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah absolut populasi di atas 60 tahun. Indonesia merupakan urutan ketiga dengan jumlah lansia 25juta dibawah negara Cina (200juta) dan India (100juta) (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semester 1:2013). Bahkan diperkirakan Indonesia akan mencapai 100 juta lanjut usia (lansia) dalam tahun 2050. Penduduk dianggap berstruktur tua di negara berkembang apabila penduduk usia 60 tahun ke atas sudah mencapai 7% dari total penduduk (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semester 1:2013). Penduduk lansia paling tinggi pada tahun 2012 adalah di provinsi D.I. Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%) (Susenas,

description

bab 1 proposal

Transcript of BAB 1

1

BAB 1PENDAHULUAN0. Latar BelakangMenurut Abikusno, Indonesia merupakan negara di kawasan Asia Pasifik yang akan mengalami penuaan penduduk dengan sangat cepat. Pada tahun 2012 Indonesia termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah absolut populasi di atas 60 tahun. Indonesia merupakan urutan ketiga dengan jumlah lansia 25juta dibawah negara Cina (200juta) dan India (100juta) (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semester 1:2013). Bahkan diperkirakan Indonesia akan mencapai 100 juta lanjut usia (lansia) dalam tahun 2050. Penduduk dianggap berstruktur tua di negara berkembang apabila penduduk usia 60 tahun ke atas sudah mencapai 7% dari total penduduk (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semester 1:2013). Penduduk lansia paling tinggi pada tahun 2012 adalah di provinsi D.I. Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%) (Susenas, 2012). Dengan bertambahnya populasi lansia yang berumur 60 tahun keatas diharapkan dapat meningkatkan umur harapan hidup dari tahun ke tahun.Proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita, termasuk diantaranya adalah gangguan pada sistem muskuloskeletal yaitu pada tulang, persendian, dan otot-otot (Maryam, dkk, 2004:45). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan yang biasa disebut sebagai penyakit degenaratif (Maryam, dkk, 2004:46). Selain itu, masalah-masalah degeneratif dapat menurunkan daya tahan tubuh lansia sehingga rentan terkena infeksi penyakit, diantaranya adalah penyakit tidak menular pada lansia yaitu, hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik (Maryam, dkk, 2004:3). Dari penyakit tersebut, rematik memiliki prevalensi sebesar 24,7% dari total penduduk. Distribusi proporsi rematik terbanyak terdapat pada provinsi Jawa Barat sebanyak 32,1%, Bali sebanyak 30,0% dan Jawa Timur sebanyak 26,9% (Riskesdas, 2013).1

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik, dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Nurarif, 2013:499). Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial, dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan mengahancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002:1800). Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun dalam stadium penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak serta nyeri tidak mudah digerakkan, dan pasien cenderung menjaga atau melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi atau latihan gerak sendi (Smeltzer & Bare, 2002:1801).ROM (Range Of Motion) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Muttaqin, 2010:318). Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya (Potter & Perry, 2009:486). Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan yang merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya, kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik. Untuk itu latihan fisik secara teratur perlu dilaksanakan antara lain, berjalan-jalan, jalan cepat, pekerjaan rumah, renang, bersepeda, dan senam (Maryam, dkk, 2004:144).Senam rematik merupakan jenis senam ringan yang berfungsi mengatasi keluhan yang biasa muncul pada penyakit rematik, misalnya kekakuan dan nyeri sendi, kelemahan dan ketegangan otot. Senam ini adalah salah satu modal untuk memandu mencegah dan memberikan terapi terhadap gejala rematik atau gejala osteoartritis (Wahyuni, 2008). Senam ini konsentrasinya pada gerakan sendi sambil meregangkan ototnya dan menguatkan ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Candra, 2008). Dengan melakukan senam rematik diharapkan kualitas hidup lansia meningkat sehingga lansia dapat melakukan latihan gerak sendi dengan maksimal dan tidak menjadi beban orang lain. Data pendahuluan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban mendapatkan data penyakit arthritis reumatoid sebanyak 59.661 orang dan menempati urutan kedua berdasarkan 10 masalah terbanyak di Kabupaten Tuban. Sedangkan data penyakit arthritis reumatoid di puskesmas semanding sebanyak 1481 orang pada tahun 2013 dan di Desa Bejagung sebanyak 40 orang setiap bulannya. Oleh karena itu, berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh senam rematik terhadap nilai ROM pada lansia dengan penyakit rheumatoid artrhitis di Polindes Bejagung Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.

0. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, bagaimana pengaruh senam rematik terhadap nilai ROM pada lansia dengan penyakit rheumatoid arthritis di Polindes Bejagung Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban?

0. Tujuan Penelitian2. Tujuan UmumUntuk mengetahui pengaruh senam rematik terhadap nilai ROM pada lansia dengan penyakit rheumatoid arthritis pada lansia di Polindes Bejagung Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.2. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui/menganalisa nilai ROM sebelum dilakukan senam rematik.1. Untuk mengetahui/menganalisa nilai ROM sesudah dilakukan senam rematik.1. Untuk mengetahui/menganalisa perbedaan nilai ROM sebelum dan sesudah dilakukan senam rematik.

0. Manfaat Penelitian3. Manfaat Teoritis1. Bagi Polindes Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang pengaruh senam rematik terhadap nilai ROM pada lansia dengan penyakit rheumatoid arthritis pada lansia sehingga dapat meningkatkan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat luas.1. Bagi peneliti lain Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang pengaruh senam rematik terhadap nilai ROM pada lansia dengan penyakit rheumatoid arthritis.1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

3. Manfaat PraktisBagi masyarakat menambah pengetahuan tentang pengaruh senam rematik terhadap nilai ROM pada lansia dengan penyakit rheumatoid arthritis sehingga masyarakat dapat lebih meningkatkan terhadap pencegahan penyakit rheumatoid arthritis.

0. Keaslian PenelitianNo.PenelitiTahunJudulHasil Penelitian

1.Khikmah Nurhidayah2012Pengaruh Senam Rematik Terhadap Aktifitas Fungsional Lansia Di Komunitas Senam Lansia Wilayah Keluruhan Nusukan Banjarsari SurakartaDari penyaringan Sample didapatkan 37 responden yang mengikuti senam rematik selama 36 kali. Hasil pengukuran aktifitas fungsional lansia adalah dengan nilai 1-36 (beberapa kesulitan) yang dilakukan sebelum senam sejumlah 19 responden atau 51 persen, dan setelah senam menjadi 25 responden atau 68 persen, dengan nilai 37-72 (dengan bantuan) yang dilakukan senam sejumlah 14 responden atau 38 persen, dan setelah senam menjadi 9 responden 24 persen. Nilai 73-108 (tidak dapat melakukan) yang dilakukan sebelum senam sejumlah 4 responden atau 11 persen dan setelah senam menjadi 3 responden atau 8 persen. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan uji Paired Sample T-test diperoleh nilai p = 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam rematik terhadap aktifitas fungsional lansia.

2.Suhendriyo2014Pengaruh senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Osteoartritis Lutut Di Karangasem SurakartaHasil uji normalitas data diketahui bahwa distribusi data tidak normal dimana diketahui n adalah 20, dengan demikian uji hipotesis menggunakan uji analisis non parametrik menggunakan uji Wicoxon dikarenakan datanya kategorikal dan distribusi data tidak normal. Teknik analisis data diolah menggunakan program SPSS 15.0 for Windows. Suatu uji dianggap terdapat pengaruh yang signifikan jika nilai p-value (signifikansi hitung) lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05. Uji komparasi penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek perlakuan terhadap pengurangan rasa nyeri antara pre test dan post test pada kelompok kontrol maupun pada kelompok perlakuan, sehingga dapat diketahui tingkat signifikansinya.

.