Bab 1

10
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, seperti halnya jumlah penduduk secara keseluruhan jumlah lansia di Indonesia juga berada di urutan keempat di dunia yaitu berjumlah 24 juta lansia (Haryono, 2012). Provinsi Jawa Tengah sendiri menempati peringkat kedua dengan penduduk lansia terbanyak setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk lansia sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia (Wahyuningsih, 2011). Dengan banyaknya lansia, maka angka kematian lansia di Indonesia umumnya dan di Jawa Tengah khususnya akan semakin meningkat, sebaiknya pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan lansia. Penduduk lansia dari tahun 2010 ke tahun 2011 semakin meningkat dari yang semula berjumlah 6,90% menjadi 7,04%, menjadikan kebermaknaan hidup bagi lansia semakin berkembang. Seiring dengan meningkatnya kebermaknaan hidup bagi lansia semakin berkurang angka kematian lansia di Indonesia. Menurut Undang- Undang No 13 tahun 1998 lansia ialah seseorang yang mencapai batasan usia 60 tahun ke atas, dipandang dari aspek biologis, aspek sosial serta aspek ekonomi. Dipandang dari sudut aspek biologis lansia dianggap

Transcript of Bab 1

Page 1: Bab 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar

setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, seperti halnya jumlah penduduk

secara keseluruhan jumlah lansia di Indonesia juga berada di urutan

keempat di dunia yaitu berjumlah 24 juta lansia (Haryono, 2012). Provinsi

Jawa Tengah sendiri menempati peringkat kedua dengan penduduk lansia

terbanyak setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah penduduk

lansia sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia (Wahyuningsih,

2011). Dengan banyaknya lansia, maka angka kematian lansia di

Indonesia umumnya dan di Jawa Tengah khususnya akan semakin

meningkat, sebaiknya pemerintah harus lebih memperhatikan

kesejahteraan lansia. Penduduk lansia dari tahun 2010 ke tahun 2011

semakin meningkat dari yang semula berjumlah 6,90% menjadi 7,04%,

menjadikan kebermaknaan hidup bagi lansia semakin berkembang.

Seiring dengan meningkatnya kebermaknaan hidup bagi lansia

semakin berkurang angka kematian lansia di Indonesia. Menurut Undang-

Undang No 13 tahun 1998 lansia ialah seseorang yang mencapai batasan

usia 60 tahun ke atas, dipandang dari aspek biologis, aspek sosial serta

aspek ekonomi. Dipandang dari sudut aspek biologis lansia dianggap

Page 2: Bab 1

2

sebagai seseorang yang sudah mengalami penurunan fisik dan semakin

rentan terkena penyakit yang berujung pada kematian. Dipandang dari

sudut aspek sosial menyatakan bahwa golongan lansia itu merupakan

suatu kelompok sosial tersendiri, tidak mengikuti kelompok sosial yang

lain. Dipandang dari sudut aspek ekonomi lansia dianggap sebagai beban

dan bukan dianggap sebagai sumber daya, karena pada masa lansia

dianggap sebagai usia yang tidak produktif lagi yang tidak mampu

menghasilkan sesuatu apapun beda dengan kelompok usia yang lain

(Anonim dalam Buku Amandemen UUD 1945, 2001).

Dilihat dari sudut pandang aspek biologis seperti dijelaskan di atas,

lansia mengalami penurunan aktivitas fisik karena kekuatan fisiknya sudah

menurun mengakibatkan lansia menderita berbagai macam penyakit.

Penyakit pada lansia sebagian besar disebabkan oleh proses degeneratif

seperti penyakit reumatik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru,

diabetes mellitus, paralisis atau lumpuh separuh badan, patah tulang dan

kanker. Membicarakan mengenai hipertensi lebih dari 50 juta orang

dewasa di USA menderita hipertensi, dan sebagian termasuk orang yang

berusia lebih dari 70 tahun yaitu kaum lansia (Ferdinand, 2008). Menurut

Joint National Comitte (2012) semakin tinggi tekanan darah sistolik dan

diastolik maka semakin besar resiko terkena stroke dan gagal jantung

kongestif. Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia sendiri menurut

Depkes RI (2007) cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga

dan 65% nya merupakan orang yang telah berusia 55 tahun ke atas.

Page 3: Bab 1

3

Data penelitian Departemen Kesehatan RI menunjukkan hipertensi

dan penyakit kardiovaskular cenderung meningkat seiring dengan gaya

hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya

pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana

penanggulangan hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi di negara

berkembang, dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1.15

milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita

hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty dan

Amirudin, 2007).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit

kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

WHO (2005) menyatakan bahwa di dunia penyakit kardiovaskuler

merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas

dengan jumlah kematian lebih banyak di negara berkembang. Menurut

batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23% perempuan

dan 14% laki-laki berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi.

Sementara menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung

pada lansia dengan hipertensi tiga kali lebih sering dibandingkan lansia

tanpa hipertensi pada usia yang sama

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat

dikontrol seperti (keturunan, jenis kelamin dan usia) dan yang dapat

dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok konsumsi

Page 4: Bab 1

4

alkohol dan garam yang berlebihan). Hipertensi dapat dicegah dengan

pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup seperti

olahraga secara teratur (Swartz dan Mark, 2003).

Menurut Anderson (2011) latihan fisik pada lansia bisa terdiri dari

latihan aerobik, latihan kekuatan dan latihan rentang gerak. Latihan

kekuatan biasanya dilakukan oleh lansia laki-laki yaitu dengan cara

mengangkat beban yang tidak cukup berat untuk melatih kekuatan dan

massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang. Latihan aerobik

adalah aktivitas yang menghasilkan peningkatan denyut jantung 60 sampai

90% dari denyut jantung maksimal seseorang dalam waktu 15 sampai 60

menit dan dilakukan tiga kali dalam satu minggu. Latihan rentang gerak

ada 2 macam yaitu ada yang aktif dan ada yang pasif. Latihan aktif

membantu mempertahankan fleksibilitas dan meningkatkan penampilan

kognitif. Sedangkan gerak pasif hanya membantu mempertahankan

fleksibilitas. Menurut Stanley dan Patricia (2007) dengan penurunan

aktivitas fisik maka terjadi penurunan masa otot dan tonus otot, kehilangan

massa otot yang digantikan dengan jaringan berlemak menyebabkan

aktifitas fisik lansia berkurang dan mempengaruhi sistem kardiovaskular

dan mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit pada lansia.

Latihan fisik pada penderita hipertensi terutama bagi lansia sangat

bermanfaat dimana saat dilakukan latihan fisik terjadi peningkatan denyut

jantung dan peningkatan curah jantung untuk mensirkulasi darah ke

seluruh bagian tubuh. Di USA warga dewasa di sana terutama para lansia

Page 5: Bab 1

5

direkomendasikan melakukan intensitas aktifitas 30 menit atau lebih

selama beberapa hari dalam satu minggu (CDC, Centers for Disease

Controls and Prevention USA, 2011). Latihan fisik yang dianjurkan bagi

lansia penderita hipertensi salah satunya ialah senam aerobik dengan cara

berkelompok. Pada senam aerobik misalnya dari variasi gerakan-gerakan

yang banyak terutama gerakan dasar pada kaki dan jalan dapat memenuhi

kriteria CRIPE ( continous, rhytmical, interval, progresif dan endurance)

bisa melakukan olahraga secara continue untuk menjaga kesehatan dan

kebugaran tubuh (Harber dan Scott, 2009). Untuk para lansia senam

aerobik yang paling tepat dilakukan ialah senam aerobik low impact.

Senam aerobik low impact sendiri merupakan senam yang

gerakannya menggunakan seluruh otot, terutama otot-otot besar sehingga

memacu kerja jantung-paru, dan gerakan badan secara berkesinambungan

pada bagian-bagian badan. Bentuk gerakan dengan satu atau dua kaki tetap

menempel di lantai serta diiringi musik. Untuk kebugaran tubuh, senam

aerobik memberi manfaat banyak antara lain meningkatkan daya tahan

jantung, paru-paru, menguatkan otot-otot tubuh, kelenturan dan membakar

kalori (Susanto, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan prevalensi lansia di wilayah

Kabupaten Brebes dari sekitar dua juta jiwa lebih dari jumlah penduduk

Brebes dan sekitar 30%nya tergolong lanjut usia (Prasetya, 2012). Jumlah

posyandu lansia di daerah Brebes cukup banyak. Dari Kelurahan Brebes,

sekitar 4000 jumlah lansia laki-laki dan perempuan di 22 RW aktif dalam

Page 6: Bab 1

6

kegiatan posyandu lansia. Data hasil survey pendahuluan di Posyandu

kelurahan Brebes banyak lansia yang mengalami hipertensi. Dari jumlah

lansia yang mengikuti Posyandu sebanyak 195 orang dan yang mengalami

hipertensi hampir separuh dari jumlah lansia yaitu 175 lansia terkena

hipertensi. Kebanyakan yang mengalami hipertensi ialah lansia pensiunan

PNS yang bisa dibilang aktivitas fisiknya tidak terlalu berat dan sebagian

lainnya bekerja sebagai wiraswasta. Banyak juga lansia yang mengatakan

bahwa mereka sering mual dan pusing.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Pengaruh latihan aktivitas

fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di posyandu lansia Kelurahan Brebes”.

B. Perumusan Masalah

Lanjut usia sering dikaitkan dengan usia yang sudah tidak

produktif, bahkan diasumsikan menjadi beban bagi yang berusia produktif.

Lansia mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis yang menyebabkan

lansia sering mengalami gangguan kesehatan. Dengan adanya gangguan

kesehatan maka banyak lansia yang kurang aktif secara fisik. Kurangnya

aktifitas fisik akan mengakumulasi lemak terutama di sekitar batang tubuh

dan pada organ-organ dalam. Salah satunya terjadi perubahan pada sistem

kardiovaskular ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah.

Page 7: Bab 1

7

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

“Apakah ada pengaruh latihan aktivitas fisik senam aerobik low impact

terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu

Lansia Kelurahan Brebes?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh latihan aktivitas fisik senam aerobik low

impact terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik lansia sesuai batasan usia, jenis

kelamin, dan jenis pekerjaan

b. Untuk mengetahui deskripsi tekanan darah pada lansia sebelum

mengikuti latihan senam aerobic low impact

c. Untuk mengetahui deskripsi tekanan darah pada lansia setelah

mengikuti latihan senam aerobic low impact

d. Menganalisis pengaruh latihan aktivitas fisik senam aerobik low

impact terhadap tekanan darah pada warga lansia di Posyandu

Lansia Kelurahan Brebes.

Page 8: Bab 1

8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Para Lansia Kelurahan Brebes

Memberikan pendidikan dan promosi kesehatan untuk para lansia

di wilayah Kelurahan Brebes tentang pentingnya melakukan latihan

fisik guna meningkatkan usia harapan hidup.

2. Bagi Jurusan Keperawatan

Menambah khasanah pustaka dalam bidang ilmu keperawatan

khususnya bidang Keperawatan Gerontik tentang keadaan biologis

lansia.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh

selama perkuliahan terutama bidang keperawatan gerontik.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian-penelitian yang hampir

serupa pernah dilakukan, yaitu:

1. “Pengaruh Keaktifan Olahraga Senam Jantung Sehat Terhadap

Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Klub Senam Jantung Sehat

Mertoyudan Magelang” dengan peneliti Dyan Eka Saputri pada tahun

2009. Persamaannya sama-sama memberikan treatment atau latihan

pada lansia berupa latihan fisik yang nantinya akan mempengaruhi

hasil tekanan darah pada lansia. Perbedaannya ialah penelitian saya

menggunakan metode one group pre and post test design, ada

Page 9: Bab 1

9

sekelompok lansia yang nantinya diberi perlakuan, pengukuran akan

dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan kedua hasil

pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan. Sedangkan penelitian

Dyan Eka menggunakan metode post test only design.

2. “Pengaruh Latihan Fisik; Senam Areobik Terhadap Penurunan Kadar

Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Puskesmas

Bukateja Purbalingga” dengan peneliti Puji Indriyani (2007).

Persamaannya sama-sama memberikan latihan fisik dan dengan

metode kuasi eksperimen yang sama. Sedangkan perbedaannya

penelitian Puji hanya tidak ditujukan untuk lansia, sedangkan

penelitian ini ditujukan untuk lansia. Juga penelitian Puji diarahkan

kepada pasien DM tipe 2 sedangkan penelitian saya ke pasien lansia

dengan hipertensi. Puji menerapkan senam aerobic high impact dan

penelitian saya menerapkan senam aerobik low impact.

3. “Pengaruh Terapi Senam Aerobic Low Impact Terhadap Skor

Agression Self Control Pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan

di Ruang Sakura RSUD Banyumas” (2011) dengan peneliti Akmad

Isnur Harki, Handoyo dan Tulus Setiono. Penelitian saya dengan

penelitian Handoyo, Tulus serta Harki mempunyai persamaan yaitu

sama-sama memberikan perlakuan berupa senam aerobic dan

memakai metode penelitian yang sama berupa pre eksperimen dengan

mengukur pre and post test design tanpa kelompok pembanding.

Perbedaannya penelitian Handoyo, Tulus dan Harki lebih ditujukan

Page 10: Bab 1

10

untuk melengkapi studi pustaka Keperawatan Jiwa sedangkan

penelitian saya lebih ditujukan untuk melengkapi studi pustaka

Keperawatan Gerontik.