Bab 1

13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Salah satu tujuan penting pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Bringham dan Huston, 2001). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanam modal pada suatu perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor menaruh keyakinan dan kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate governance. Memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan harga saham perusahaan merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh para principlenya. Agen harus bertindak menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan. Tetapi dalam praktik timbul masalah (agency problem), karena ada kesenjangan kepentingan suatu pemegang saham sebagai pemilik perusahaan

Transcript of Bab 1

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok

    orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.

    Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh

    suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap

    perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu

    sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya

    nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para

    pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan

    para pemilik juga akan meningkat.

    Salah satu tujuan penting pendirian perusahaan adalah untuk

    meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau memaksimalkan kekayaan

    pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Bringham dan Huston,

    2001). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan.

    Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya

    keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanam modal pada suatu

    perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor menaruh keyakinan dan

    kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate

    governance.

    Memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan harga

    saham perusahaan merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan. Dalam

    menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang

    ditunjuk oleh para principlenya. Agen harus bertindak menggunakan keahlian,

    kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin

    perusahaan. Tetapi dalam praktik timbul masalah (agency problem), karena ada

    kesenjangan kepentingan suatu pemegang saham sebagai pemilik perusahaan

  • 2

    dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemegang saham memiliki

    kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan yang

    maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan

    insentif atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Untuk mengatasi masalah

    ketidakselarasan antara principal dan agent perlu dilakukan pengelolaan

    perusahaan yang baik. Corporate Governance adalah salah satu cara untuk

    mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Menurut

    Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan

    institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu

    mengendalikan masalah keagenan.

    Menurut FCGI (2001) pengertian good corporate governance adalah

    seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,

    pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan

    internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,

    atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

    Sedangkan Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

    Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good Corporate Governance adalah suatu

    proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan

    keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai

    pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

    stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika.

    Tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG)

    perusahaan terbuka di Indonesia kurang memuaskan. Ini hasil GCG 97 emiten di

    Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilakukan Institute for Corporate Directorship

    (IICD). IICD menilai penerapan GCG emiten atas lima faktor. Pertama,

    kepatuhan member pengumuman atau transparasi. Kedua, peran pemangku

    kepentingan. Ketiga, tanggung jawab ajaran direksi dan komisaris. Keempat,

    kesetaraan perlakuan pada pemegang saham. Kalima, perlindungan emiten

    terhadap hak investor. (kontan.com 26 Maret 2013).

  • 3

    Menurut Dewan Pembina IICD Sidharta Utama menyatakan bahwa,

    emiten sering lalai melindungi hak pemegang saham. Contohnya, emiten tidak

    menyampaikan risalah rapat umum pemegang saham (RUPS) atau tidak

    menginformasikan prosedur pengambilan keputusan maupun hasilnya pada

    pemegang saham. Ini berbeda dengan kebiasaan emiten di luar negeri yang selalu

    menginformasikan prosedur voting dan hasil faktor kepatuhan memberikan

    pengumuman dan transparansi emiten Indonesia memang cukup bagus. Tetapi

    menurut Sidharta, emiten di Indonesia tidak terbuka mengenai struktur

    kepemilikan saham. Banyak emiten yang hanya mengumumkan pengendali yang

    mempunyai saham langsung. (mappijatim, 26 Maret 2013).

    Lemahnya pengawasan yang independent dan terlalu besarnya kekuasaan

    eksekutif telah menjadi sebagian dari penyebab tumbangnya perusahaan-

    perusahaan dunia seperti Enron Corp., WorldCom, dan lain-lain. Lemahnya

    pengawasan terhadap manajemen juga diindikasikan akan menjadi penggerak

    GCG telah menjadi bagian dari reformasi kehidupan bisnis di Indonesia pasca

    krisis (Alioyo & Zaini, 2004:167). Oleh karena itu, pentingnya keberadaan

    komisaris independen dalam perusahaan diharapkan dapat melakukan tugas

    pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih

    memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

    Harapan dari penerapan sistem good corporate governance adalah

    tercapainya nilai perusahaan. Dengan adanya salah satu mekanisme good

    corporate governance ini diharapkan monitoring terhadap manajer perusahaan

    dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai

    perusahaan. Jadi jika perusahaan menerapkan sistem good corporate governance

    diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik,

    dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan

    harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai

    perusahaan akan tercapai.

    Perkembangan bisnis property di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan

    meningkat di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik, Jakarta termasuk

  • 4

    menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property (Tempo.co, 6/12/12).

    Adanya krisis ekonomi Eropa menyebabkan investor tertarik melihat negara-

    negara kawasan Asia yang dinilai lebih potensial, dan salah satunya adalah

    Indonesia. Banyak perusahaan asing dan international melakukan pengurangan

    bisnis di Eropa dan mengalihkannya ke Indonesia. Ini dapat dilihat dari

    banyaknya permintaan ruang kantor yang berasal dari perbankan, lembaga

    sekuritas, asuransi, manufaktur, perusahaan minyak juga pertambangan. Dari segi

    pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk Negara Asia yang perekonomiannya

    paling stabil di tengah adanya krisis ekonomi global. Gubernur Bank Indonesia

    Darmin Nasution memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun

    2012-2013 berada pada kisaran 6,1% hingga 6,5% (Antaranews, 11/10/12).

    Kemudian beliau menjelaskan juga bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi

    Indonesia bukan merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir, tetapi

    ekonomi Indonesia tetap masuk dalam kategori stabil (Didik Purwanto,

    Kompas.com 12/11/12). (mariyunproperty.com, 10 Mei 2013)

    Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir November 2012,

    secara sektoral saham properti mengalami kenaikan dalam satu tahun (sejak

    Desember 2011) yaitu sebesar 63,49% dengan level 322.566. Sedangkan sektor

    industri dasar hanya tumbuh 37,48% di posisi penutupan 513.321 dan sektor

    perdagangan dan jasa yang naik 33,82% dengan posisi penutupan 736.812.

    Sebelum mengalami kenaikan di akhir November 2012, sektor perdagangan dan

    jasa masih terdepan yaitu sebesar 54,86% pada akhir kuartal ketiga September

    2012, sementara sektor properti di posisi kedua dengan kenaikan sebesar 52,9%.

    (propertiindonesia.co.id, Januari 2013)

    Berkembangnya perusahaan property dan realestate di Indonesia pada

    akhir tahun 2012 sampai dengan saat ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti

    mekanisme good corporate governance (GCG) pada perusahaan property dan real

    estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dikarenakan baiknya

    mekanisme good corporate governance akan meningkatkan kepercayaan publik

    terhadap perusahaan tersebut termasuk kepercayaan para investor untuk

  • 5

    berinvestasi. GCG ini akan dilihat dari tiga mekanisme yaitu kepemilikan

    institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen.

    Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan, maka

    penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan

    mengambil judul: Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap

    Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 2012)

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang

    dapat dirumuskan adalah:

    1. Bagaimana gambaran kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

    dan komisaris independen pada perusahaan property dan real estate yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012?

    2. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan property dan

    real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode

    2008-2012?

    3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan

    pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) periode 2008-2012?

    4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

    pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) periode 2008-2012?

    5. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012?

    6. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial

    dan komisaris independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada

  • 6

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan

    yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kepemilikan

    institusional, kepemilikan manajerial dan pengaruh independensi dewan komisaris

    terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar

    di BEI selama periode 2008-2012.

    Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

    untuk menguji secara empiris dan mengetahui :

    1. Gambaran kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan

    komisaris independen pada perusahaan property dan real estate yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.

    2. Perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate

    yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.

    3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    4. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    5. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Busra Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    6. Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris

    independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

    property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

    periode 2008-2012.

  • 7

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dari permasalahan yang telah dirumuskan adalah:

    1. Penulis

    Penelitian ini sangat berguna bagi penulis karena dapat menambah

    pengetahuan, dan dapat memperoleh pemahaman mengenai mekanisme

    good corporate governance khususnya. Selain itu penelitian ini diajukan

    unutk memenuhi dan melengkapi syarat dalam menempuh Ujian Sarjana

    Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen

    Universitas Widyatama.

    2. Bagi Perusahaan

    Perusahaan lebih terbuka dalam penyampaian informasi kepada investor

    mengenai kinerja perusahaan dan mengurangi tindakan-tindakan yang

    dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Hal ini

    dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.

    3. Bagi Investor

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan

    masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi

    penyelenggara perusahaan dalam memahami corporate governance dalam

    manajemen keuangan.

    4. Bagi peneliti di masa yang akan datang yang sejenis yang dilakukan oleh

    peneliti lain diharapkan mempertimbangkan hasil dalam penelitian ini

    sebagai tambhan referensi dan dasar perluasan penelitian.

    1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

    Nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah menggambarkan seberapa

    baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari

    pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha

    memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya

    ditandai dengan naiknya harga saham di pasar. Teori yang dikemukakan oleh

  • 8

    Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh

    earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukan bahwa semakin

    tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi

    profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai

    perusahaan. Oleh karena itu, naiknya nilai perusahaan akan meningkatkan

    kepercayaan para investor untuk berinvestasi.

    Penelitian ini menggunakan Tobins Q untuk mengukur nilai perusahaan.

    Tobins Q merupakan harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang

    dibutuhkan untuk mendapat aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dinamai

    sesuai dengan penggagasnya James Tobin (1969). Bila Tobins Q ini lebih

    rendah dari 1, maka perusahaan akan menjadi sasaran akuisisi yang menarik baik

    untuk digabungkan dengan perusahaan lain ataupun untuk likuidasi. Sebaliknya

    bila nilai Tobins Q tinggi merupakan indikasi bahwa perusahaan memiliki

    potensi pertumbuhan yang tinggi sehingga nilai perusahaan lebih dari sekedar

    nilai asetnya.

    Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan. Semakin

    tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.

    Harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga

    saham yang tinggi merupakan dampak dari adanya jumlah permintaan yang besar.

    Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya

    keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanamkan modal pada suatu

    perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor manaruh keyakinan dan

    kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate

    governance.

    OECD (organiszation for Economic Co-operation and Development)

    mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak

    manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang

    mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga

    mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan

    atas kinerja. Corporate governance yang baik bagi board dan manajemen untuk

  • 9

    mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham

    dan harus memfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong

    perusahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

    Indikator mekanisme good corporate governance yang digunakan dalam

    penelitian ini yang bertujuan mengurangi konflik keagenan adalah kepemilikan

    institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen. Kepemilikan

    institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki institusi atau lembaga.

    Investor institusional sering disebut sebagai investor yang canggih sehingga

    seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam

    memprediksi laba masa depan dibanding investor non institusional. Investor

    institusional diyakini mampu memonitor tindakan manajer lebih baik dibanding

    investor individual. Sedangkan kepemilikan manajerial merupakan persentase

    kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer, dan dewan komisaris.

    Kepemilikan manajerial dalam saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan

    potensi perbedaan antara pemegang saham luar dengan manajemen.

    Menurut Shleifer dan Vishny (1986) dalam Siallagan dan Machfoedz

    (2006:5) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai

    ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika

    kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya

    perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Sehingga permasalahan keagenan

    akan hilang apabila seorang manajer adalah sekaligus sebagai pemilik.

    Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

    manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi

    manajemen laba. Persentasi saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat

    mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup

    kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen

    (Boediono, 2005:175)

    Dalam penelitian Decho dkk (1996) yang dikutip oleh Siregar dan

    Utama (2005:477) menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi

    laba lebih besar kemungkinannya memiliki dewan komisaris yang didominasi

  • 10

    oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang

    merangkap menjadi komisaris utama. Karena itu adanya komisaris independen

    diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good

    corporate governance di dalam perusahaan.

    Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota

    manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain

    berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas

    dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Komite Nasional

    Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan pedoman tentang

    komisaris independen yang ada perusahaan publik. Pedoman tersebut

    menyebutkan bahwa pada prinsipnya komisaris bertanggung jawab dan

    berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan

    nasihat kepada direksi jika diperlukan. Setiap anggota komisaris harus berwatak

    amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk

    menjalankan tugasnya.

    Tujuan utama good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai

    tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Dan mekanisme

    corporate governance merupakan mekanisme untuk mengatur, mengelola,

    menganalisis, dan untuk meningkatkan kemakmuran perushaan. Mekanisme

    corporate governance yang baik memberikan perlindungan kepada pemegang

    saham dan kreditur untuk memperoleh kembali investasi dengan wajar, tepat dan

    efisien dengan memastikan manajemen untuk bertindak sebaik yang dilakukan

    kepentingan perusahaan.

    Investor yang menanamkan modalnya dalam suatu sekuritas, pasti akan

    selalu mengharapkan suatu penghasilan. Dalam penghasilan yang diterimanya

    tersebut investor akan menerima kembali jumlah modal yang sudah dipakai untuk

    membeli sekuritas tersebut ditambah suatu keuntungan. Oleh karena itu,

    keputusan investor untuk berinvestasi harus didukung dengan analisa yang baik.

    Misalnya dengan menggunakan laporan keuangan.

  • 11

    Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari

    proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan

    atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan rata-

    rata atau aktivitas tersebut (Sundjaja dan Barlian, 2007:87).

    Bagan Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari

    penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya

    sebagai berikut:

    Perusahaan

    Laporan

    Keuangan

    Kinerja

    Perusahaan

    Kepemilikan

    Institusional

    Nilai Perusahaan

    Kepemilikan

    Manajerial

    Good Corporate

    Governance (GCG)

    Komisaris

    Independen

  • 12

    1. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    2. Kepemilikan manaerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    3. Komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    4. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris

    independen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

    perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) periode 2008-2012.

    1.6 Metode Penelitian

    Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    deskriptif verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut (Moch Nazir,

    2007:7) adalah sebagai berikut:

    Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan

    interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk

    melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan

    individu, serta studi untuk menentukan frekuansi terjadinya suatu keadaan

    untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas.

    Sedangkan metode verifikatif menurut Marzuki (2002:7) pengertian

    metode verifikatif adalah sebagai berikut:

    Metode verifikatif merupakan metode yang bertujuan melakukan

    pengujian, hipotesis, pengaruh variabel X terhadap Y, yang bertujuan

    untuk menguji suatu pengetahuan.

  • 13

    Data yang diperoleh selama penelitian kemudian akan dianalisis lebih

    lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab

    permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Untuk menguji seberapa besar

    hubungan GCG dengan nilai perusahaan, digunakan analisis statistik, yaitu

    analisis korelasi, regresi, linear, dan koefisien determinasi. Untuk menguji

    hipotesis tentang pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan digunakan uji t, untuk

    menguji pengaruh secara parsial dan untuk menguji secara simultan dengan

    menggunakan uji F.