BAB 1

8
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Lebih dari beberapa dekade, tuberkulosis (TB) menjadi perhatian utama masalah kesehatan global dan merupakan penyebab tertinggi untuk kasus kematian karena penyakit infeksi yang bisa disembuhkan. Drug Resistance Tuberculosis adalah suatu kasus dimana basil tuberculosis mengekskresikan zat yang membuat resisten terhadap satu atau lebih obat anti tuberculosis. Dalam rangka mengatasi masalah Drug Resistance Tuberculosis (MDR) berbagai program telah dicanangkan adalah strategi DOTS (Direct Observed Treatment Short-course). Program ini telah terbukti dengan menunjukkan angka kesembuhan pasien yang signifikan. Walaupun demikian, muncul kasus TB yang lebih rumit dan lebih kompleks dalam pengobatan TB Paru di dunia dan termasuk Indonesia, antara lain riwayat pengobatan pasien TB yang berpindah tempat berobat, kegagalan pengobatan, putus pengobatan, 1

description

cepet kirim

Transcript of BAB 1

5

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.Lebih dari beberapa dekade, tuberkulosis (TB) menjadi perhatian utama masalah kesehatan global dan merupakan penyebab tertinggi untuk kasus kematian karena penyakit infeksi yang bisa disembuhkan. Drug Resistance Tuberculosis adalah suatu kasus dimana basil tuberculosis mengekskresikan zat yang membuat resisten terhadap satu atau lebih obat anti tuberculosis. Dalam rangka mengatasi masalah Drug Resistance Tuberculosis (MDR) berbagai program telah dicanangkan adalah strategi DOTS (Direct Observed Treatment Short-course). Program ini telah terbukti dengan menunjukkan angka kesembuhan pasien yang signifikan. Walaupun demikian, muncul kasus TB yang lebih rumit dan lebih kompleks dalam pengobatan TB Paru di dunia dan termasuk Indonesia, antara lain riwayat pengobatan pasien TB yang berpindah tempat berobat, kegagalan pengobatan, putus pengobatan, pengobatan yang tidak benar sehingga mengakibatkan terjadinya kemungkinan resistensi primer kuman TB terhadap obat anti Tuberkulosis atau Multi Drug Resistance (Lestari, 2012).Menurut Kementerian RI tahun 2012 jumlah kasus TB paru di Indonesia mencapai 315.362 kasus (Profil Kesehatan RI, 2012). Sedangkan di provinsi Jawa Timur mencapai 41.467 (13%) dari kasus TB paru yang terjadi di Indonesia. Problem TB di Jawa Timur bertambah dengan telah ditemukan kasus TB yang kebal obat anti TB (Multiple Drug Resistance TB atau MDR TB). Pada tahun 2010 telah ada 55 pasien TB MDR yang diobati di 2 RS rujukan TB MDR, yaitu di RSU dr. Soetomo dan RSU dr. Saiful Anwar Malang. Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 169 kasus TB MDR baru di Jawa Timur (Profil Kesehatan Jatim, 2010). Pada tahun 2011 di kabupaten Jember terdapat 801 pasien TB semua jenis, diantaranya 88 pasien (11%) mengalami TB MDR (Dinkes Provinsi Jatim, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ambulu Jember pada tanggal 2 April 2013 didapatkan 3 pasien TB paru yang mengalami resistansi obat, mereka mengatakan bahwa TB MDR yang terjadi pada dirinya dikarenakan dalam melakukan kunjungan atau pengobatan ke puskesmas atau tenaga kesehatan kurang teratur. Diantara ada yang melakukan pengobatan jika mereka mengalami batuk dengan frekuensi yang sangat sering, sedangkan adapula yang mengatakan mereka selain mengkonsumsi OAT dari puskesmas, mereka juga mengkonsumsi obat lain denagn jangka waktu lebih dari 6 bulan.Resistensi obat antituberkulosis (OAT) sangat erat hubungannya dengan riwayat pengobatan sebelumnya. Pasien yang pernah diobati sebelumnya mempunyai kemungkinan resisten 4 kali lebih tinggi dan untuk TB-MDR 10 kali lebih tinggi daripada pasien yang belum pernah menjalani pengobatan. Harus diakui bahwa pengobatan terhadap tuberkulosis dengan resistensi ganda ini amat sulit dan memerlukan waktu yang lama bahkan sampai 24 bulan. Faktor ketidakpatuhan pasien TB dalam pengobatan diyakini menjadi faktor utama bersama faktor pengobatan tidak adekuat yang menjadi penyebab terjadinya TB-MDR pada pasien tersebut. Faktor-faktor yang masih mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjalani pengobatannya antara lain pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan dari keluarga serta diskriminasi yang diterima oleh pasien. (Novizar, 2010). Secara teoritis ada 5 faktor yang dianggap berperan menyebabkan wabah TB-MDR, yaitu : pengobatan tidak adekuat, pasien yang lambat terdiagnosis MDR, sehingga menjadi sumber penularan terus menerus, pasien dengan TB resisten obat yang tidak bisa disembuhkan, akan meneruskan penularan, pasien dengan TB resisten obat meskipun diobati terus tetapi dengan obat yang tidak adekuat mengakibatkan penggandaan mutan resisten, dan infeksi HIV mempermudah terjadinya resistensi primer maupun sekunder (Yuniarti, 2012).Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua. Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR-TB harus dilakukan. Peran Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia dalam melaksanakan Program TB Nasional tidak diragukan lagi. Puskesmas mempunyai infra struktur program kesehatan komunitas yang lebih baik, sehingga angka putus obat rendah dan kesembuhan tinggi (Jurnal PPTI 2012)Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kepatuhan berobat pasien TB dengan kejadian TB MDR di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Jember.

B. Rumusan Masalah Adakah hubungan kepatuhan berobat pasien TB dengan kejadian TB MDR di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Jember?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan UmumMengetahui hubungan kepatuhan berobat pasien TB dengan kejadian TB MDR di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Jember.2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi kepatuhan berobat pasien TB di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Jemberb. Mengidentifikasi kejadian TB MDR di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Jember.c. Menganalisis hubungan kepatuhan berobat pasien TB dengan kejadian TB MDR di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Jember.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Praktisa. Pelayanan kesehatanHasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi pelayanan kesehatan supaya dapat menjadi referensi dalam memberikan layanan kesehatan di Puskesmas Ambulu terhadap kepatuhan berobat pasien TB dengan kejadian TB MDR.

b. Institusi pendidikanHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kepustakaan yang berguna untuk mahasiswa yang lain terutama untuk menambah wawasan bagi mahasiswa.c. MasyarakatHasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan pengetahuan untuk pasien TB serta bagi masyarakat tentang bahaya dan cara penanggulangan penyakit TB MDR.2. Manfaat Teoritisa. Bagi penelitiMenambah pengetahuan dan pengalaman untuk penerapan ilmu yang di dapat selama kuliah dalam rangka untuk mengetahui hubungan kepatuhan berobat pasien TB dengan kejadian TB MDR.b. Bagi peneliti selanjutnyaHasil penelitian ini dapat dipakain sebagai bahan acuan dalam penilitian skripsi selanjutnya kususnya pada penlitian analitik.1