bab 1-5
-
Upload
desypurnamasari -
Category
Documents
-
view
231 -
download
8
description
Transcript of bab 1-5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Praktek kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian dari
keseluruhan program pendidikan yang sangat penting bagi seorang mahasiswa.
Program PKL sangat berguna bagi mahasiswa karena dengan adanya PKL
mahasiswa dapat menerapkan kreatifitas, keterampilan, dan disiplin diri sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja.
Dengan PKL mahasiswa akan terlatih dan mempunyai persiapan yang
matang untuk terjun dalam dunia kerja. Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di
Perum Jasa Tirta I Malang ini banyak berhubungan dengan analisis. Perum Jasa
Tirta I Malang merupakan laboratorium pengujian air dan sampel – sampel lain
seperti produk makanan, minuman, udara, dan lain sebagainya sehingga ilmu
analisis sangat berguna dalam menganalisis sampel – sampel yang diujikan di
Perum Jasa Tirta I Malang.
Air memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup organisme.
Apabila kualitas air memburuk, maka akan mempengaruhi kehidupan organisme
tersebut. Kualitas air yang memburuk biasanya dipengaruhi oleh kurangnya
kesadaran manusia untuk menjaga kebersihan air. Organisme yang terkena
dampak pencemaran air dapat terganggunya pertumbuhannya, serta dapat
menyebabkan kematian bagi organisme tersebut. Hal tersebut dapat
mempengaruhi rantai makanan pada ekosistem perairan dan berakibat lebih luas
pada ekosistem. Konsentrasi polutan dalam rantai makanan dapat mengakibatkan
keracunan bagi binatang dan manusia dalam jangka panjang dan kronis. Air
1Perum Jasa Tirta 1 Malang
berfungsi bagi kesehatan makhluk hidup. Kebutuhan air yang cukup dapat
menyeimbangkan metabolisme tubuh, sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Selain itu air juga dapat memperbaiki kemampuan daya tahan tubuh.
Ada dua karakteristik perairan air tawar, yaitu perairan mengalir seperti
sungai dan perairan menggenang seperti bendungan atau waduk. Waduk
merupakan penampung alami dalam pengumpulan unsur nutrisi, bahan padat
tersuspensi, dan bahan kimia toksik yang mengendap di dasarnya. Salah satunya
adalah Waduk Sutami yang difungsikan untuk pengendali banjir yaitu dengan
menampung air hujan di daerah hulu dan memperbaiki kapasitas pengaliran
sungai di hilir untuk memperbaiki suplai air irigasi dan memperbaiki tenaga
listrik, serta pemenuhan kebutuhan air baku untuk minum dan industri.
Sesuai peran Waduk Sutami yang cukup penting dalam menunjang
kehidupan, dan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas air waduk maka
perlu adanya pemantauan kualitas perairan di kawasan tersebut secara berkala,
untuk mengetahui hubungan dengan kondisi setiap bulan, kondisi setiap
kedalaman, dan kondisi setiap lokasi.
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup No. 02/MENKLH/I/1988, yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran
air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran air perlu
dilakukan upaya pengendalian pencemaran air dengan cara melakukan sistem
2Perum Jasa Tirta 1 Malang
kontrol atau kontrol kualitas terhadap komponen yang ada di dalamnya. Maka
sistem analisa yang tepat bagi setiap parameter sangat dibutuhkan. Dengan
demikian diperlukan juga adanya suatu monitoring lingkungan dari institusi
terkait dalam hal ini yang berperan adalah laboratorium kualitas air perusahaan
umum Jasa Tirta I malang yang juga sebagai tempat magang kuliah kerja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil analisa pemantauan kualitas air Waduk Sutami berdasarakan
parameter BOD, COD, dan TSS di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I
Malang?
C. Tujuan
Mengetahui hasil pemantauan kualitas air waduk Sutami berdasarkan
parameter BOD, COD, dan TSS di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I
Malang.
D. Batasan Masalah
1. Kondisi yang diamati terbatas pada bagian Laboratorium Kualitas Air
Subanalisa
2. Analisa kualitas air terbatas di waduk Sutami
3Perum Jasa Tirta 1 Malang
E. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan kerja mahasiswa
sebagai bekal memasuki dunia kerja
2. Memadukan (mengaplikasikan) materi yang telah diperoleh di kampus
dengan di lapangan ( di industri )
3. Mengetahui berbagai permasalahan di dunia kerja serta cara mengatasinya
4. Menambah wawasan tentang berbagai analisa air di Laboratorium Kualitas
Air
5. Melatih kedisiplinan dan bekerja sama dengan orang lain di dalam dunia
kerja terutama di bidang kimia
6. Meningkatkan wawasan di bidang pengendalian pencemaran dan analisa
kualitas air
4Perum Jasa Tirta 1 Malang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perum Jasa Tirta I
1. Pendirian Perum Jasa Tirta I
Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta 1 Malang, adalah sebuah
instansi BUMN berbentuk Perum, didirikan berdasarkan PP No.5/1990
tentang Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta dengan perubahan PP
No.93/1999 kemudian dirubah kembali dengan PP No. 46 Tahun 2010
tentang Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I. Instansi ini memiliki
beberapa kantor cabang, namun kantor pusat Perum Jasa Tirta I ini
terletak di Jl. Surabaya 2A Malang. Beberapa kantor cabang berada di :
Jl. Bendungan Lahor Ds. Karangkates, Kec. Sumberpucung, Kab.
Malang (Kantor Divisi Jasa ASA I); Jl. Sekartaji No.5 Kediri (Kantor
Divisi Jasa ASA II); Jl. Karah No.6 Gunungsari Surabaya (Kantor Divisi
Jasa ASA III); Ds. Pengkol, Kec.Nguter, Kab. Sukoharjo (Kantor Divisi
Jasa ASA IV); Jl. Madiun-Maospati Jiwan KM 5 Madiun (Kantor Divisi
Jasa ASA V); Jl. Surabaya 2A Malang (Kantor Divisi Jasa Umum I &
II); Jl. Surabaya 2A Malang (Laboratorium Kualitas Air); Unit Mandiri
Wisata Selorejo Resto & Cottage; Jl. Bendungan Hilir Raya komplek
KOPRO Banjir no. 18 Jakarta (Kantor Perwakilan Jakarta); Jl. Raya
Solo-Kartasura KM7 Surakarta (Kantor WS Bengawan Solo).
Perum Jasa Tirta I sebagai badan pengelola daerah pengaliran
Sungai Brantas mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam
pengendalian pencemaran air dan pengawasan mutu, meliputi :
5Perum Jasa Tirta 1 Malang
a. Pemantauan dan evaluasi perubahan mutu air pada sumber-sumber
air
b. Pengumpulan dan evaluasi data pencemaran air pada sumber-
sumber air
c. Melakukan pemantauan dan evaluasi limbah cair yang dibuang ke
sumber-sumber air pada tempat yang ditentukan.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pengelola Sumber
Daya Air kelas dunia pada tahun 2025
b. Misi
Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air sesuai penugasan,
secara profesional dan inovatif guna memberikan pelayanan prima
untuk seluruh pemangku kepentingan
Menyelenggarakan pengusahaan dengan optimalisasi sumber daya
perusahaan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat dan akuntabel
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan Perusahaan adalah turut melaksanakan dan
menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya terutama di bidang Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Pengelolaan Sumber Daya Air, serta optimalisasi
pemanfaatan sumber daya Perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan yang sehat.
6Perum Jasa Tirta 1 Malang
4. Tugas dan Tanggung Jawab Perum Jasa Tirta I
Tugas dan tanggung jawab Perum Jasa Tirta 1 dalam rangka
melaksanakan Pengusahaan Sumber Daya Air pada wilayah kerja
sebagaimana dimaksud dalam sesuai Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2010 Pasal 3 ayat (2), meliputi:
a. Pelayanan Sumber Daya Air dalam rangka pemanfaatan Sumber
Daya Air permukaan oleh pengguna;
b. Pemberian jaminan pelayanan Sumber Daya Air kepada pengguna
melalui pelaksanaan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan
prasarana Sumber Daya Air yang memberikan manfaat langsung;
dan
c. Pemberian pertimbangan teknis dan saran kepada pengelola
Sumber Daya Air yang diberikan wewenang untuk penyiapan
rekomendasi teknis untuk Pengusahaan Sumber Daya Air.
5. Kegiatan Perusahaan
Dalam rangka melaksanakan maksud dan tujuan Perusahaan,
Perusahaan melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. Kegiatan Usaha Utama:
a. Pelayanan air baku untuk air minum, industri, pertanian,
penggelontoran, pelabuhan, pembangkit tenaga listrik, dan
pemenuhan kebutuhan air lainnya;
b. Penyediaan tenaga listrik kepada Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dan/atau selain
7Perum Jasa Tirta 1 Malang
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Pembangkitan, penyaluran listrik tenaga air, air minum, usaha
jasa konsultansi di bidang teknologi Sumber Daya Air,
penyewaan alat besar, dan jasa laboratorium kualitas air; dan
d. Pengembangan SPAM.
2. Selain kegiatan usaha utama, Perusahaan menyelenggarakan usaha
optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki Perusahaan untuk
perkantoran, pergudangan, pariwisata, perhotelan dan resort, olah
raga dan rekreasi, rumah sakit, prasarana telekomunikasi, sumber
daya energi, jasa konsultansi, jasa konstruksi, ekobisnis, pusat
pelatihan, usaha pertanian, jasa penyewaan, dan pengusahaan
sarana dan prasarana yang dimiliki dan dikuasai Perusahaan.
6. Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I
Laboratorium Kualitas Air (LKA) merupakan salah satu sarana yang
dimiliki oleh Perum Jasa Tirta 1 untuk menunjang pelaksanaan
pemantauan sumber daya air. Dalam rangka mendukung pemerintahan
untuk mengendalikan pencemaran, LIPI bekerjasama dengan Lembaga
Perum Jasa Tirta 1 melelui proyek eliminasi polusi sungai kali brantas
(Brantas River Water and Pollution Management/ BRWQPM)
membangun sistem telemetri untuk memonitoring kualitas air di DPS
kali Brantas.
Perum Jasa Tirta 1 mempunyai dua laboratorium kualitas air, yaitu
yang berada di Lengkong Mojokerto dan di Malang. Laboratorium
8Perum Jasa Tirta 1 Malang
Kualitas Air (LKA) PJT 1 yang berlokasi di kantor pusat Perum Jasa
Tirta 1 Malang mulai beroperasi pada tanggal 23 juli 2001. LKA ini
berupa bangunan dua lantai dengan total luas bangunan sekitar 623 m2
dan memiliki 25 ruangan yang mempunyai fungsi berbeda-beda.
Lantai 1 terdiri dari beberapa ruangan, yaitu :
Sampel Reception RoomAnorganic Chemistry Room
1. Balance Room
2. Instrument Room
3. Drying dan Milling Room
4. AAS Room
5. Chemical stock Room
6. Glassware Washing Room
7. Consumable Strorage
8. Workshop
9. Toilet
Lantai 2 terdiri dari beberapa ruangan :
1. Secretary Room
2. Head of Laboratory Room
3. Data Processing Room
4. Microscopy Room
5. Aquatic Microbiology Room
6. Organic Chemistry
7. HPLC Room
8. Common Room
9Perum Jasa Tirta 1 Malang
9. Dapur
10. Multipurpose Room
11. Toilet
Laboratorium Kualitas Air (LKA) PJT 1 yang di bangun di
Lengkong Mojokerto mempunyai tugas secara rutin melaksanakan
kegiatan pemantauan kualitas air sungai, limbah industri dan domestik.
LKA Lengkong Mojokerto memulai aktifitasnya pada tahun 1986 di
bawah proyek induk pengembangan wilayah sungai kali brantas yang
diresmikan pada tahun 1988 dan selanjutnya mulai tahun 1990 berada
dibawah pengolahan PJT 1.
Tekanan polusi terhadap badan sungai yang meningkat, baik
limbah domestik maupun limbah industri dan selalu bertambahnya
pemanfaatan air sungai serta tuntutan akan kebutuhan kualitas air yang
memadai dari tahun ke tahun jelas memerlukan pemantauan yang handal.
LKA Lengkong Mojokerto telah banyak membantu dalam upaya
pemantauan kualitas air di DPS Brantas.
Laboratorium Kualitas Air (LKA) Perum Jasa Tirta 1 di Malang
dibangun dalam rangka meningkatkan keakuratan hasil analisis dengan
meminimalkan waktu pengiriman sampel yang berasal dari daerah hulu
kali Brantas, di samping untuk menangkap peluang dari industri atau
instansi di daerah hulu sampai tengah Kali Brantas (Malang, Blitar,
Tulungagung, Kediri) yang memerlukan jasa analisa kualitas air, udara,
maupun padatan.
10Perum Jasa Tirta 1 Malang
7. Ruang Lingkup Kegiatan LKA PJT
a. Pemantauan Rutin
1. Pemantauan Badan Air Sungai Brantas
Lokasi pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas dan anak
sungainya terdiri dari 51 lokasi dengan frekuensi pemantauan :
a) 2 Mingguan
1. Waduk Sutami Hulu
2. Waduk Sutami Tengah
3. Waduk Sutami Hilir
4. Cangkir Tambangan
5. Muara Kali Tengah
6. Karangpilang
7. Ngagel/Jagir
b) Bulanan
1. Kedung Pedaringan
2. Waduk Lahor Hulu
3. Waduk Lahor Tengah
4. Waduk Lahor Hilir
5. Jembatan KaliPera
6. Jembatan Metro
7. Waduk Selorejo Hulu
8. Waduk Selorejo Tengah
9. Waduk Selorejo Hilir
10. Pintu Air Bendo
11Perum Jasa Tirta 1 Malang
11. Jembatan Plandaan
12. Ngrombot Tambangan
13. Jembatan Lengkong
14. Jembatan Ploso
15. Bendungan Lengkong Baru
16. Jembatan Canggu
17. Jembatan Jetis
18. Jembatan Peming
19. Jembatan Jrebeng
20. Bambe Tambangan
21. Jembatan Porong
22. Jembatan Ciro
23. D/S intake K. Pelayaran
24. Intake PDAM Delta Tirta
25. Jembatan Sepanjang
26. Bendungan gunungsari
27. Jembatan Petekan
28. Jembatan Pendem
29. Waduk Sengguruh
30. Jembatan Sengguruh
31. Kasemben Tambangan
32. D/S Waduk Wlingi
33. D/S Waduk Lodoyo
12Perum Jasa Tirta 1 Malang
c) 3 Bulanan
1. Pakel Tambangan
2. Waduk Wonorejo Hulu
3. Waduk Wonorejo Tengah
4. Waduk Wonorejo Hilir
5. Bendungan Tiudan
6. Jembatan Kendal
7. Bendungan Mrican
8. Jembatan Mekikis/Kertosono
9. Waduk Bening Tengah
10. Waduk Bening Hilir
2. Pemantauan Kualitas Air Limbah Industri
Lokasi pemantauan kualitas air limbah industri terdiri dari 53
lokasi yang terdiri dari :
a) 5 industri di kota Malang
b) 11 industri di kabupaten malang
c) 5 industri di kabupaten Tulungagung
d) 3 industri di kota Kediri
e) 4 industri di kabupaten Kediri
f) 1 industri di Kabupaten Nganjuk
g) 3 industri di Kabupaten Jombang
h) 4 industri di Kabupaten Mojokerto
i) 2 Industri di Kabupaten Sidoarjo
j) 9 industri di Kabupaten gresik
13Perum Jasa Tirta 1 Malang
k) 6 industri di Kota Surabaya
3. Pemantauan Kualitas Air Limbah Domestik, Rumah Sakit dan Hotel
Lokasi pemantauan air limbah domestik dan rumah sakit terdiri
dari 10 lokasi yang terdiri dari:
a) Surabaya
1. Hotel Garden Palace
2. RS. Siloam
3. RS. Danno
4. RS. RKZ
5. RS. William Both
6. Hotel Hilton
7. Saluran sanitasi umum Keputaran
8. Saluran sanitasi umum Darmokali
9. Hotel Novatel
10. Saluran sanitasi Gunungsari
b) Malang
1. RS. Syaiful Anwar
2. Hotel Kartika Graha
b. Pemantauan Kalitas Air yang diambil dari 23 Stasiun WQMS
Di dalam setiap WQMS terdapat alat pengambilan sampel
otomatis yang terdiri dari 24 botol dengan volume 500 mL.
Pengambilan sampel bisa diatur melelui waktu pengambilan dari
jumlah pengambilan per botol serta volume/isi per botol.
14Perum Jasa Tirta 1 Malang
Pada waktu terjadi penyimpangan nilai parameter (Warning)
yang menandakan pencemaran, maka sampel tersebut diambil
untuk dianalisa di LKA.
c. Pemantauan Debit Air yang diambil dari 12 Stasiun IFM
Pada 12 lokasi industri yang diperkirakan mempunyai
konsentrasi buangan limbah telah dipasang industrial Flow Meter
(IFM) untuk mengukur debit buangan limbah industri, dimana alat
ini telah dilengkapi dengan Automatic Water Sampler.
d. Penyiapan Reagen untuk Orthophosphat dan Ammonium
Analyser di 12 WQMS
LKA PJT 1 membantu penyiapan reagen untuk orthophosphat
dan Ammonium Analyser di 12 WQMS. Di dalam 12 WQMS
terdapat Orthophosphat dan Ammonium Analyser yang secara rutin
membutuhkan penambahan reagen-reagen untuk operasional
masing-masing alat tersebut. Ada 11 macam reagen yang terdiri
dari 4 macam reagen untuk kalibrasi dan 7 macam reagen untuk
Orthophosphat dan Ammonium Analyser.
15Perum Jasa Tirta 1 Malang
e. Pemantauan Kualitas Air yang di ambil dengan Mobil LKA
pada waktu inpeksi mendadak
Pada waktu terjadi penurunan kualitas air di sungai yang bisa di
informasikan oleh 23 WQMS dan atau dari informasi masyarakat
(adanya ikan mabuk, biuh, warna dan bau) akan dilakukan
pengambilan sampel dengan mobil LKA pada sumber pencemar
dan dilakukan analisa di LKA PJT 1.
f. Analisis sampel Ekstern
LKA PJT 1 juga menerima permintaan pengambilan dan analisa
sampel yang berasal dari luar instansi PJT 1.
16Perum Jasa Tirta 1 Malang
Direktur Pengembangan
Kepala Devisi Jasa Umum
Manajer Labotatorium Kualitas Air
Deputi Manajer Laboratorium KualitasAir
Petugas Lapangan : Pengambil sampel & Pengemudi
Analis
Teknisi
Petugas Administrasi
Quality assurance (QA)
Deputi Quality Assurance (DQA)
8. Struktur Organisasi Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta
Uraian tugas pelaksana Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa
Tirta 1, adalah sebagai berikut :
a. Direktur Pengembangan
1. Mengesahkan kebijakan mutu dan pedoman mutu LKA
2. Memastikan pengembangan, penerapan, pemeliharaan, dan
peningkatan sistem manajemen mutu berjalan secara efektif
3. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kerjasama dengan
pihak luar untuk hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan
perusahaan
4. Mengarahkan dan memastikan sumber daya LKA mampu
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi LKA dibidang
pengujian
5. Mengesahkan rencana anggaran pendapatan dan biaya LKA
b. Kepala Devisi Jasa Tirta
1. Memastikan bahwa setiap sistem meanajemen mutu telah
ditetapkan, diterapkan, dipelihara, dan dikembangkan sesuai
dengan persyaratan ISO/IEC 17025 : 2005
2. Melaporkan kepada Direktur Pengembangan tentang perikerja
sistem manajemen mutu laboratorium
3. Memprakarsai peningkatan sistem manajemen mutu secara
berkelanjutan
4. Mengkoordinasi Rapat Tinjauan Manajemn Laboratorium
(RTML) / kaji ulang manajemen
17Perum Jasa Tirta 1 Malang
5. Bertanggang jawab terhadap pelaksanaan kerjasama dengan
pihak luar untuk hal-hal yang berkaitan dengan sistem
manajemen mutu laboratorium
6. Membuat rencana anggaran pendapatan dan biaya LKA
bersama-sama dengan kepala laboratorium
7. Mengusulkan rencana anggaran pandapatan dan biaya LKA
kapada Direksi
8. Mengesahkan/menyetujui prosedur laboratorium
9. Membina staf laboratorium
c. Quality Assurance
1. Merencanakan sistem manajemen mutu laboratorium
2. Memeriksa kesesuaian dokumen yang dibuat, terutama dalam
bidang manajemen
3. Mengkoordinasi pelaksanaan audit internal dan membuat
laporan hasil audit
4. Mengendalikan dokumen sistem manajemen mutu
5. Mengontrol kegiatan pengendalian mutu
6. Bersama Manajer Laboratorium membuat dan mengevaluasi
sasaran mutu LKA
7. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan
dokumen sistem manajeman mutu dan melaporkan kepada
kepala Divisi Jasa Umum
8. Membantu mengkoordiansikan kaji ulang manajemen yang
dilakukan oleh Kepala Divisi Jasa Umum
18Perum Jasa Tirta 1 Malang
d. Deputi Quality Assurance
1. Merencanakan sistem manajemen mutu laboratorium
2. Memeriksa kesesuaian dokumen yang dibuat, terutama dalam
bidang manajemen
3. Mengkoordinasi pelaksanaan audit internal dan membuat
laporan hasil audit
4. Mengendalikan dokumen sistem manajemen mutu
5. Mengontrol kegiatan pengendalian mutu
6. Membantu mengkoordiansikan kaji ulang mamajemen yang
dilakukan oleh Kepala Divisi Jasa Umum
e. Manajer Laboratorium Kualitas Air
1. Menyiapkan program kerja laboratorium dan melaporkan
realisasinya
2. Merencanakan anggaran laboratorium berkoordinasi dengan
Kepala Divisi Jasa Umum
3. Mengkoordinaskan operasional LKA
4. Bersama QA membuat dan mengevaluasi sasaran mutu LKA
5. Memastiakn bahwa seluruh personel LKA bertanggang jawab
terhadap pemenuhan persyaratan pelanggan dibidang
laboratorium pengujian
6. Menjaga kinerja dan kelancaran operasional laboratorium
7. Memeriksa kesesuaian dokumen mutu yang dibuat, terutama di
bidang teknis
8. Mengeluarkan dan mengesahkan sertifikat hasil uji
19Perum Jasa Tirta 1 Malang
9. Memeriksa hasil analisa dan QC-nya
10. Melakukan koordinasi dengan manager mutu untuk
permasalahan sistem jaminan mutu laboratorium
11. Memasarkan laboratorium kepihak luar
12. Pembinaan kepada pelnggan
f. Deputi Manajer Laboratorium
1. Menyiapkan program kerja laboratorium dan melaporkan
realisasinya
2. Menjaga kinerja dan kelancaran operasional laboratorium
3. Memeriksa kesesuaian dokumen mutu yang dibuat, terutama
dalam bidang teknis
4. Mengeluarkan dan mengesahkan Sertifikat Hasil Uji
5. Memeriksa data hasil analisa dan QC-nya
6. Memasarkan laboratorium ke pihak luar
7. Pembinaan kepada pelanggan
g. Analis
1. Mempersiapkan dan melakukan analisa contoh uji air untuk
parameter – parameter yang dianalisis
2. Bertanggung jawab terhadap ketelitian dan kecermatan dalam
proses analisis
3. Memelihara peralatan (termasuk kebersihannya)
4. Memasukkan data hasil analisis ke dalam format yang tersedia
5. Mendokumentasikan dan memelihara hasil analisis
20Perum Jasa Tirta 1 Malang
6. Melakukan validasi metode dan perhitungan ketidakpastian
analisis sesuai dengan parameter yang dianalisis
7. Membuat intruksi kerja analisis dan alat
8. Melaksanakan verifikasi peralatan LKA dan membuat jadwal
kalibrasi eksternal
h. Petugas Lapangan/ Pengambil Contoh Uji
1. Melakukan pengecekan alat sebelum digunakan analisis
lapangan
2. Melakukan pengambilan contoh uji di lapangan
3. Menganalisis contoh uji untuk parameter – parameter lapangan
4. Memberi contoh uji lapangan
5. Memelihara peralatan lapangan (termasuk kebersihannya)
6. Mamasukkan data hasil analisis ke dalam format yang tersedia
7. Melaksanakan verifikasi peralatan lapangan
i. Petugas Administrasi
1. Mendistribusikan dan melakukan pengarsipan surat menyurat
2. Membantu manajer mutu dalam pengendalian dokumen
3. Menyiapkan informasi dan kualitas air untuk bahan
penyusunan laporan internal dan Sertifikat Hasil Uji sampel
eksternal
4. Menyimpan data hasil analisis dan backup data laboratorium
kualitas air dalam bentuk hard copy dan soft copy
5. Memelihara komputer dan perangkat lunaknya serta menginstal
software
21Perum Jasa Tirta 1 Malang
6. Menerima dan memberi kode contoh uji eksternal
j. Teknisi
1. Mengelolah administrasi peralatan dan bahan kimia
laboratorium
2. Mengelolah limbah/sisa buangan di ruang penyimpanan atau
gudang
3. Menerima dan memverifikasi contoh uji interen
4. Memelihara peralatan/sarana pendukung laboratorium
5. Memverifikasi pengambilan bahan kimia dan peralatan dari
pengadaan bersama analisis
9. Wilayah Kerja Laboratorium Kualitas Air
Mengingat luasnya wilayah kerja PJT 1, maka diadakan
pembagian wilayah kerja antara LKA Malang dan LKA Mojokerto.
Adapun wilayah kerja pembagian sampel LKA Malang meliputi
wilayah kabupaten malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten
Tulungagung, dan kota Kediri. Sedangkan wilayah kerja pembagian
sampel untuk LKA Mojokerto meliputi Wilayah Kabupaten Jombang,
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik,
Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.
10. Ruang Lingkup Akreditasi
Ruang lingkup Akreditasi ISO/IEC 17025 : 2005 meliputi :
a. Lingkup pelayanan LKA PJT 1, antara lain :
22Perum Jasa Tirta 1 Malang
1. Contoh uji air bersih, air sungai, air minum, dan air limbah,
meliputi :
a) Pengambilan contoh uji air bersih, air sungai, air minum, dan
air limbah
b) Pengambilan contoh uji mikrobiologi
c) Menganalisa 64 parameter, anatara lain :
1) Zat Padat Terlarut (TDS)
2) Zat Padat Tersuspensi (TSS)
3) Zat Padat yang Hilang (VSS)
4) Kekeruhan
5) Temperatur
6) Warna
7) Daya Hantar Listrik
8) pH
9) Alumunium (Al)
10) Arsen (As)
11) Barium (Ba)
12) Besi (Fe)
13) Kadmium (Cd)
14) Kobalt (Co)
15) Krom valensi 6
16) Krom total
17) Mangan (Mn)
18) Merkuri (Hg)
23Perum Jasa Tirta 1 Malang
19) Nikel (Ni)
20) Seng (Zn)
21) Tembaga (Cu)
22) Timbal (Pb)
23) Nitrat (NO3-)
24) Nitrit (NO2)
25) Total Kjedahl Nitrogen
26) BOD
27) COD
28) DO
29) Amonium (NH4) dan Ammonia (NH3)
30) Phospat
31) Sianida
32) Phenol
33) Sulfida
34) Sianida
35) Deterjen
36) Minyak dan lemak
37) Permanganat Value (PV)
38) Kalsium
39) Kalium
40) Magnesium
41) Natrium
42) Fluorida
24Perum Jasa Tirta 1 Malang
43) Ion klorida
44) Sulfat
45) Antimony (Sb)
46) Timah putih (Sn)
47) Perak (Ag)
48) Timbal (Pb)
49) Selenium (Sc)
50) Total coliform
51) E. Coli
52) Kasadahan total, Kalsium dan Magnesium
53) Klor bebas
2. Contoh uji udara ambient, meliputi :
a. Pengambilan contoh uji udara ambient
b. Pengambilan contoh uji mikrobiologi adara secara swab
c. Menganalisa 17 parameter, anatara lain :
1) Sulfur Dioksida (SO2)
2) Karbon Monoksida (CO)
3) Nitrogen Oksida (NOx)
4) Oksidan (O3)
5) Partikel debu
6) Timbal (Pb)
7) Hidrogen Sulfida (H2S)
8) Ammonia (NH3)
9) Hidrokarbon
25Perum Jasa Tirta 1 Malang
10) Temperatur
11) Kelembaban
12) Kebisingan
13) Karbon Dioksida (CO2)
14) Nitrit (NO2)
15) Formaldehide
16) Total Volatile Organik Carbon (TVOC)
17) Nitrogen Dioksida (NO2)
b. Fasilitas LKA PJT 1
Instrumen yang dipakai LKA PJT 1, diantaranya adalah :
a) Atomic Absorption Spektrofotometri (AAS/AA – 6800)
b) UV-Visible Spectrofotometer (UV-Vis 1601 dan 1800)
c) Peralatan dan pengambilan contoh uji air
d) Peralatan dan pengambilan contoh uji udara
11. Proses Analisis Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta 1
Malang.
Analisis sampel dalam LKA PJT 1 dimulai dengan pemberian
kodefikasi di ruang Sampel Reception. Kodefikasi harus sesuai dengan
waktu pengambilan sampel, lokasi sampel dan parameter pengujian yang
harus dilakukan. Setelah pemberian kodefikasi, maka sampel yang tidak
dapat langsung dikerjakan saat itu juga, harus dimasukan ke dalam cold
room untuk disimpan. Untuk sampel yang dapat di kerjakan saat itu juga,
maka setelah kodefikasi langsung dikerjakan oleh analis dengan parameter
26Perum Jasa Tirta 1 Malang
pengujian sesuai dengan kodefikasi yang telah ada. Apabila proses analisis
telah selesai dilakukan, maka data hasil analisis segera diproses di ruang
data proccesing oleh masing-masing analis yang bertugas menganalisis,
untuk selanjutnya dicek ulang oleh kepala laboratorium. Apabila setelah
dicek ulang ternyata ada penyimpangan hasil, maka analisa diverifikasi
segera atau ulang. Apabila tidak ada penyimpangan hasil maka hasil
analisa dimasukan dalam format tertentu, kemudian diperiksa dan dicek
ulang oleh kepala laboratorium. Setelah disetujui oleh kepala
Laboratorium hasil analisa tersebut dapat dikeluarkan baik untuk pihak
intern dan atau pihak ekstern dalam bentuk sertifikat analisa atau dalam
bentuk laporan (yang dikeluarkan setiap 3 bulan sekali) untuk pemerintah
daerah setempat (daerah yang dialiri sungai Brantas).
B. Air
1. Pengertian
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.
Air merupakan komponen alam yang dapat melakukan siklus air untuk
menjaga keberadaan air di alam agar tetap dalam keadaan bersih.
Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih,
tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini
tidak berarti bahwa semua air di bumi ini telah tercemar (Wardhana, 1995).
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No. 02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air
dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan
27Perum Jasa Tirta 1 Malang
atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (Fardiaz, 1992).
2. Kualitas Air
Kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan baik organisme
air maupun manusia. Kualitas air juga mempengaruhi seluruh komunitas
perairan seperti bakteri, tanaman air, ikan, zooplankton dan sebagainya.
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditentukan oleh banyak faktor,
yaitu zat telarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasat
renik di dalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat
pencemaran akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang
mempengaruhi kelayakan air ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologis.
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan
semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang
untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat
masuknya limbah ke dalam lingkungan :
28Perum Jasa Tirta 1 Malang
1. Lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam
limbah sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
2. Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
3. Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah :
1. Volume limbah
2. Kandungan bahan pencemar
3. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002).
Kualitas suatu perairan ditentukan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan
biotik maupun lingkungan abiotik yang berupa faktor fisik, kimia dan biologi
(Kristanto, 2002). Dalam memantau pencemaran air digunakan kombinasi
komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja
sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sastrawijaya
(1991) menyatakan bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya
akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung
memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu
penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang
dapat mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau
peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
29Perum Jasa Tirta 1 Malang
2. Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air,
budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
3. Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar,
peternakan, dan pertanian
4. Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi tanaman/pertanian
Beberapa parameter pokok yang digunakan untuk menentukan kualitas
pencemaran air diantaranya adalah :
- DO (Dissolved Oxygen)
- BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- COD (Chemical Oxygen Demad), dan
- Jumlah total Zat terlarut
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menjelaskan adanya
pencemaran dan parameter kualitas air adalah :
a. Parameter Fisika – Kimia
1. Temperatur
Temperatur sangat penting bagi kondisi lingkungan air, disamping pengaruh
langsung pada proses biologi. Temperatur mempunyai pengaruh adanya lapisan
air di suatu perairan lapisan atas (epilimnion) lebih panas dari lapisan bawah
(hipolimnion). Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan transisi (termokline).
2. Dissolved Oxygen (DO)
DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara
dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua
30Perum Jasa Tirta 1 Malang
mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk
mikroorganisme seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/
liter atau 5 ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan
akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5
ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan
organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida
dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan
akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Bau busuk
yang ini berasal dari air yang tercemar gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil
proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
Oksigen terlarut mempunyai faktor kritis yang lain dari lingkungan air,
karena temperatur turun, tingkat kekeruhan oksigen tinggi. Keterlarutan oksigen
di air tawar lebih tinggi daripada air asin, karena sumber oksigen terlarut dekat
permukaan, konsentrasi oksigen akan turun dengan makin dalamnya air. Pada
temperatur kamar, jumlah oksigen terlarut dalam air adalah 8 mg/l. pada air yang
terkena pencemaran, produksi oksigen melalui fotosintesis dan oksigen terlarut
dari udara dapat mengenyangkan air dengan oksigen. Adanya materi pencemar
dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air (Hadi subroto, 1989).
3. Biological Oxygen Demand (BOD)
31Perum Jasa Tirta 1 Malang
BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah
atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Sehingga makin banyak
bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin
rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm,
jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa
oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang
membutuhkan oksigen tinggi. BOD yang rendah menunjukkan sedikit
pencemaran, kira-kira 5 mg/l uji BOD mengukur tendensi elemen yang
menggunakan oksigen. BOD mengukur kandungan oksigen total dan kemampuan
sistem untuk menurunkan oksigen.
4. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan ukuran yang baik, karena
memberikan petunjuk tentang jumlah materi yang terdegradasi oleh makhluk
hidup dan materi yang bersifat racun atau toksik. Menurut Hardjojo dan
Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa COD (Chemical Oxygen Demand)
merupakan suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang
lebih tinggi dibandingkan uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap
reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dengan uji COD. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis yang mengakibatkan
32Perum Jasa Tirta 1 Malang
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sedangkan nilai COD dapat
memberikan indikasi kemungkinan adanya pencemaran limbah industri di dalam
perairan (ALaerst dan Sartika, 1987).
5. Kekeruhan, warna, dan bau
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya zat-zat koloid yaitu zat
yang terapung, serta terurai secara halus, jasad-jasad renik atau benda lain yang
tidak mengendap segera. Warna air berkaitan erat dengan zat-zat koloid yang
tersuspensi di dalamnya. Masalah warna dan bau dapat dilacak dari bermacam-
macam zat pencemar, misalnya zat kimia pembersih maupun zat kimia terlarut
mengandung bau. Menurut Alaerts dan Santika (1987) menyatakan bahwa ada 3
metode pengukuran kekeruhan yaitu: 1) Metoda Nefelometrik (unit kekeruhan
nefelometrik FTU atau NTU); 2) Metoda Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan
silica); 3) Metoda visual (unit kekeruhan Jackson). Metoda visual adalah cara
kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan yang tinggi, yaitu lebih dari 25 unit,
sedangkan metode nefelometrik lebih sensitif dan dapat digunakan untuk segala
tingkat kekeruhan.
6. Petunjuk biologis spesies
Komposisi spesies dan keanekaragaman mungkin penting sebagai petunjuk
adanya pengaruh zat pencemar. Bakteri, plankton, fungi, dan protozoa air adalah
organ yang paling cocok untuk digunakan dalam mempertimbangkan situasi air.
Keadaan biologis air diperiksa dengan parameter jumlah bakteri E. coli atau
Coliform. Parameter ini dipilih oleh karena diantara organisme yang telah
33Perum Jasa Tirta 1 Malang
dipelajari, E. coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai organisme
indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri Coliform tidak membahayakan
manusia, namun adanya bakteri ini menunjukkan adanya kontaminasi zat
pencemar dan menyebabkan organisme terkena penyakit.
7. Derajat Keasaman (pH)
Adanya CO2 dan asam organik yang menjadikan pH air antara 4-6.
Umumnya air yang tidak tercemar mempunyai pH 6–7, dalam kriteria air
golongan B, pH yang dianjurkan adalah 5–9. Nilai derajat keasaman (pH) suatu
perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan
merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989).
Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai
pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
8. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan.
Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk
garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu :
natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat
(SO4), dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau
promil (0/00) (Effendi, 2003).
9. Padatan Tersuspensi (TSS)
34Perum Jasa Tirta 1 Malang
Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-
garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.
Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan
pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut
ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah,
jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah
jika tingkat D.O nya tinggi, sedangkan B.O.D dan zat padat terlarutnya rendah.
Padatan tersuspensi total (total suspended solid) adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan
diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad
renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa
ke badan air (Effendi, 2003).
Dalam analisa kualitas air, yang ditekankan adalah Parameter kualitas air
minum/air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 terdiri dari
parameter fisik, parameter kimiawi, parameter radioaktif dan parameter tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Parameter Fisik
Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum adalah tidak berbau,
jernih, tidak berasa, suhu sebaiknya sejuk, tidak panas dan tidak berwarna. Bila
terjadi penyimpangan terhadap parameter ini, menunjukkan bahwa air tersebut
telah terkontaminasi oleh bahan lain yang lain yang mungkin berbahaya bagi
kesehatan manusia
35Perum Jasa Tirta 1 Malang
Parameter kimia digolongkan lagi menjadi dua yaitu kimia anorganik dan
kimia organik, sebagai berikut :
A. Kimia anorganik
1) Air raksa (Hg), Hg bila di-absorpsi akan masuk ke dalam darah, gin-jal, hati limpa
dan tulang. Ekresi lewat urine, feces, keringat, saliva dan air susu. Hg organik
merusak susunan syaraf pusat (tremor, ataxia, lapangan penglihatan menciut,
perubahan kepribadian) dan Hg anorganik merusak ginjal dan menyebabkan cacat
bawaan.
2) Arsen (As), keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, koma,
meninggal. Secara kronis menimbulkan anorexia, klik, mual, diare, icterus
pendarahan pada ginjal dan kanker kulit, dapat juga berupa iritasi, alergi dan cacat
bawaan.
3) Barium (Ba), kadar Barium berlebihan dapat mengganggu saluran pencernaan,
menimbulkan rasa mual, diare dan gangguan pada sistem syaraf pusat.
4) Besi (Fe), konsentrasi > 0,3 mg/l dapat menimbulkan warna kuning, memberi rasa
yang tidak enak pada minuman, pengendapan pada diding pipa, petumbungan
bakteri besi dan kekeruhan.
5) Fluorida (F), dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai pencegahan terdapat
penyakit caries gigi yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Konsentrasi >
1,5 mg/l air dapat menyebabkan “Fluorosis” pada gigi, yaitu terbentuknya noda-
noda coklat yang tidak mudah hilang pada gigi.
6) Cadmium (Cd), keracunan akut menyebabkan gejala Gastroin testinal dan ginjal.
Secara kronis menyebabkan penyakit “Itai-Itai” dengan gejala sakit influenza dan
kemandulan laki-laki.
36Perum Jasa Tirta 1 Malang
7) Kesadahan (Ca, CO3 ), penyebab langsung terhadap kesehat-an tidak ada, tetapi
kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif.
8) Clorida (Cl), dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan. Apabila
berikatkan dengan ion dapat menyebabkan rasa asin dan dapat merusak pipa-pipa
air.
9) Chromium Valensi 6, kemungkinan dapat menyebabkan kanker pada kulit dan
alat pernafasan.
10) Mangan (Mn), konsentrasi > 0,1 mg/l menyebabkan rasa pahit pada minuman dan
meninggalkan noda kecoklat-coklatan pada pakaian.
11) Nitrat, Nitrit sebagai N, gangguan GI, diare dengan darah, convulasi, shock,
koma, meninggal. Keracunan khronis menyebabkan depresi yang umum, sakit
kepala, gangguan mental, Methemoglobinamia terutama pada bayi (blue babies).
12) Perak (Ag), dapat menimbulkan iritasi kulit,mata dan mocus membrane yang
menyebabkan hilangnya warna jadi biru abu-abu tanpa reaksi nyata. Percobaan
pada tikus menunjukkan kerusakan ginjal.
13) pH, sebaiknya netral untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan
korosif.
14) Selenium (Se), memberi pengaruh terhadap kenaikan jumlah penyakit caries gigi
pada anak-anak. menyebabkan gejala GI seperti muntah dan diare, kemudian
terjadi gangguan syaraf seperti ferlex-reflex, iritasi cerebral, convulsi dan
kematian. Merupakan racun sistemik, kemungkinan karsinogenik.
15) Cianida (Cn), dapat mengganggu metabolisme oksigen sehingga jaringan tubuh
tidak mampu mengubah oksigen. Menghambat pernapasan jaringan dan berbentuk
asphyxia diikuti kematian.
37Perum Jasa Tirta 1 Malang
16) Sulfat (SO4), dalam jumlah besar dapat bereaksi dengan ion natrium atau
magnesium dalam air sehingga ber-bentuk garam yang dapat menimbulkan iritasi,
gastro-intestinal. Formasi endapan (Hard scater) pasda boilers dan heat ex-
changers.
17) Sulfida (H2S), bersifat racun dan berbau busuk. Dalam jumlah besar dapat
memperbesar keasaman air sehingga dapat menyebabkan korosifitas pada pipa
logam.
18) Tembaga (Cu), dalam jumlah kecil diperlukan tubuh untuk membentuk sel-sel
darah merah. Dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di
lidah, di samping menyebabkan kerusakan pada hati.
19) Timbal (Pb), sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia karena cenderung
untuk berakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan meracuni jaringan syaraf.
B. Kimia Organik
1) Aldrin dan Dieldrin, terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan
manusia dan bersifat carcinogenic.
2) Benzen, menimbulkan rasa, warna atau bau tidak sedap.
3) Chlordine (total isomer), terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan
manusia dan bersifat carcinogenic.
4) Dichloro-diphenyl-trichloroetan (DDT), terjadi biokumulasi pada organise air
yang dimakan manusia dan bersifat carcinogenenic.
5) Heptachlor dan Hepachlor epixide, meskipun tidak menimbulkan keracunan akut
tetapi terjadi akumulasi dalam rantai makanan dan bersifat carcinogenic.
6) Hexa Chlorrobenzene, menimbulkan rasa, warna dan bau tidak normal.
38Perum Jasa Tirta 1 Malang
7) Lindane, terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan
bersifat karsinogenik.
8) Zat organik (MkNO4), menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan dat
menyebabkan sakit perut. Menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam.
b. Parameter Biologi
Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme
terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton.
Penentuan kualitas mikroorganisme dilatarbelakangi atas dasar pemikiran bahwa
air tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Penentuan kualitas biologi air
didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran
(Kusnadi, 2003).
Menurut Sunu (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terdapat di dalam air yaitu :
1. Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber
seperti air hujan, air permukaan, air tanah, air laut dan sebagainya.
2. Komponen nutrien dalam air
Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk
kehidupan mikroorganisme yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme
tertentu.
3. Komponen beracun
Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terdapat di dalam air. Sebagai contoh asam – asam
39Perum Jasa Tirta 1 Malang
organik dan anorganik, khlorin dapat membunuh mikroorganisme dan
kehidupan lainnya di dalam air
4. Organisme air
Adanya organisme di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.
5. Faktor fisik
Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi,
dan penetrasi sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terapat di dalam air.
Contoh beberapa Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
(efendi, 2003).
c. Parameter Radioaktif
40Perum Jasa Tirta 1 Malang
Adapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, perubahan
komposis genetik dll. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat
beregenerasi dan sel tidak mati seluruhnya. Perubahan genetis dapat menimbulkan
penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam
kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alpha sukit menembus kulit,
sedangkan beta dapat menembus kulit dan gamma dapat menembus sangat
dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan
luasnya pemaparan.
2.4 Pencemaran lingkungan
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll
juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak
dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
1. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
41Perum Jasa Tirta 1 Malang
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem.
3. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik,
yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Pencemaran perairan terbuka berupa danau, situ, rawa, dan sungai oleh
limbah industri maupun rumah tangga merupakan masalah yang serius.
Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak
dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada
sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum, 1971).
42Perum Jasa Tirta 1 Malang
C. Waduk
Waduk adalah tempat atau wadah air yang berasalkan dari laut ataupun dari
sungai. Pada umumnya waduk dibangun dengan tujuan menahan/menampung air
pada saat jumlahnya berlebihan dan kemudian mengeluarkannya untuk
dimanfaatkan pada saat terjadi kekurangan air di daerah hilirnya. Jadi,
pengoperasian waduk dilakukan dengan cara mengisi waduk dan mengosongkan
waduk secara bergantian dengan periode tertentu. Terkait dengan periode
pengisian dan pengosongan terdapat dua kategori waduk yaitu, waduk tahunan
dan waduk harian. Waduk Sutami merupakan dua dari lima waduk tahunan yang
ada di wilayah kerja Perusahaan Umum Jasa Tirta I Malang.
D. Waduk Sutami
Waduk Sutami merupakan waduk atau bendungan yang terletak di Desa
Karangkates, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang. Bendungan
terbesar di propinsi Jawa Timur selain didesain mampu mengendalikan banjir juga
dirancang sebagai sumber debet air bagi irigasi daerah hilir. Dengan debit
mencapai 24 m perdetik pada musim kemarau. Itu artinya, Bendungan ini bisa
menjamin ketersediaan pasokan air untuk irigasi 34.000 hektar sawah di wilayah
hilir sepanjang tahun. Selain itu bendungan Sutami ini dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik dengan daya 2 x 35.000 kwh ( 400 Juta kwh/tahun) serta area
publik yang bisa dijadikan sebagai tempat pariwisata dan perikanan air tawar.
Waduk Karangkates yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta I (PJT I) yang
berkedudukan di Kota Malang ini mempunyai luas keseluruhan sekitar 6 hektar.
Air waduknya hanya berasal dari Sungai Brantas yang semakin hari bertambah
43Perum Jasa Tirta 1 Malang
keruh dan kotor karena polusi. Hal ini menyebabkan beberapa tahun yang lalu
banyak ikan di Waduk Karangkates mati karena kekurangan oksigen. Menurut Ir
Tjoek Walujo Subijanto (Direktur Pengelolaan Sungai Brantas), oksigen yang
menipis itu merupakan dampak dari polusi limbah cair berbahaya yang berasal
dari deterjen dan limbah industri yang merangsang berkembangbiaknya tumbuhan
mikroalgae (Jasatirta1, 2012).
E. Cara Kerja Sampling
1. Metode-metode Sampling antara lain:
a. Pengambilan sampel sesaat (grab sampling)
1. Diambil pada satu titik dengan waktu dan lokasi tertentu
2. Dilakukan apabila sumber air mempunyai karakteristik yang tidak
berubah di dalam periode/batas tertentu, umumnya dipakai untuk sumber
air.
3. Apabila sumber air tersebut adalah air limbah atau yang mempunyai
karakteristik sering berubah, beberapa sampel sesaat diambil berturut-
turut untuk jangka waktu tertentu dan pemerikasaan dilakukan sendiri-
sendiri.
b. Pengambilan sampel integrated
Diambil pada lokasi dan waktu yang berbeda dalam satu segmen sungai.
c. Pengambilan sampel gabungan waktu (composite sampling)
1. Diambil pada satu titik pada lokasi yang sama dengan waktu yang
berbeda-beda lalu dicampur,
44Perum Jasa Tirta 1 Malang
2. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan keadaan merata dari tempat
tersebut dalam periode tertentu,
3. Volume pengambilan harus sama.
Metode – metode sampling yang telah disebutkan di atas ada 3, dalam
hal ini Waduk Sutami menggunakan metode sampling yaitu pengambilan
sampel gabungan waktu (composite).
Contoh uji air sebelum dilakukan analisa, maka terlebih dahulu
dilakukan sampling. Mekanismenya adalah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi
Penentuan lokasi sampling berdasarkan pada tujuan analisanya, dimana
lokasi dapat berasal dari sungai, waduk, air laut, air limbah dan lain-lain.
Pengambilan air sungai dan air laut, didasarkan pada :
a. sumber yang tidak tercemar,
b. sumber tercemar, dan
c. sumber yang dimanfaatkan.
Sedangkan untuk waduk didasarkan pada :
a. tempat masuknya sungai ke waduk (hulu),
b. tengah waduk,
c. akan keluar (hilir).
Air limbah diambil pada inlet ataupun outlet (tergantung tujuan sampling
yang dipakai)
2. Penentuan titik sampling
a. Di sungai, titik sampling ditentukan sebagai berikut :
45Perum Jasa Tirta 1 Malang
1) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada
satu titik di tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan
air;
2) Sungai dengan debit antara 0,5 – 150 m3/detik, contoh diambil
pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai
pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air;
3) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3.detik, contoh diambil
minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ¼, ½ dan ¾
lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari permukaan air.
b. Di danau atau waduk dengan ketentuan
1) Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh
diambil pada dua titik di permukaan dan di dasar danau/waduk;
2) Danau/waduk dengan kedalaman antara 10-30 m, contoh diambil
pada tiga titik, yaitu: di permukaan, di lapisan termoklin dan di
dasar danau/waduk;
3) Danau/waduk dengan kedalaman antara 30-100 m, contoh diambil
pada empat titik, yaitu: di permukaan, di lapisan termoklin
(metalimnion), di atas hipolimnion dan di dasar danau/waduk;
4) Danau/waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh dapat ditambah sesuai dengan keperluan.
3. Frekuensi pengambilan sampel
Faktor utama yang menetapkan frekuensi pengambilan sampel air
adalah sifat-sifat badan air yang akan diambil sampelnya untuk dianalisa
46Perum Jasa Tirta 1 Malang
dan tujuan yang hendak dicapai. Frekuensi pengambilan sampel
bergantung dari faktor-faktor sebagai berikut :
a. Perubahan beban pencemaran yang tidak bisa diabaikan, khususnya
parameter air yang akan diteliti, misal adanya industri kota, perubahan
debit air sungai, dan sebagainya.
b. Maksud dan tujuan analisa, misal air sungai tersebut digunakan
sebagai air baku air minum, harus diawasi kulaitasnya dengan lebih
teliti, karena menyangkut kesehatan masyarakat.
c. Peralatan dan dana yang tersedia, pengambilan sampel cukup murah,
tetapi perlu dipikirkan biaya pengangkutan dan analisanya.
4. Parameter yang dapat dianalisa di lapangan :
a. Temperatur/suhu
b. pH
c. Kekeruhan
d. DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut
e. DHL (daya hantar listrik)
f. Kondisi fisik air (bau, rasa, warna dan lain-lain)
g. Debit air (jika diperlukan)
h. Transparansi
Alat yang dibutuhkan untuk analisa di lapangan adalah termometer,
kertas lakmus atau pH meter, DHL meter, DO meter, turbidimeter, dan
current meter.
5. Penyimpanan dan Pengawetan Sampel
47Perum Jasa Tirta 1 Malang
a. Sampel sebaiknya diisi dalam botol penyimpanan sampai penuh dan
botol harus tertutup rapat untuk menghindari kontak dengan udara.
b. Salah satu cara pengawetan yang umum adalah suasana dingin, sampel
diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es
kering (CO2) lalu disimpan di kulkas atau lemari es.
c. Gangguan-gangguan yang dapat timbul selama penyimpanan dan
pengangkutan sehingga dapat merubah keadaan asli sampel, antara
lain:
a. Gas O2 dan CO2 dapat diserap sampel atau menguap ke udara.
b. Zat tersuspensi dapat mengendap bila ada endapan lumpur, botol
sampel sebelum dianalisa harus dikocok agar merata.
c. Zat cair yang ringan (lemak, minyak) dapat mengapung di
permukaan.
d. Beberapa zat terlarut dapat mengendap bila teroksidasi dengan O2
sehingga senyawanya berubah.
e. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang
tidak disimpan pada tempat dingin atau pH rendah.
f. Zat organik (BOD, COD) juga akan terus dicerna oleh bakteri yang
aktif bila tidak diawetkan.
F. Parameter analisa Waduk Sutami
1Analisa COD
COD (chemical oxigen demand) adalah banyaknya oksigen dalam
ppm yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan senyawa
48Perum Jasa Tirta 1 Malang
organik secara kimiawi. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi
oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium
dikromat yang dipakai pada reaksi tersebut. Makin banyak kalium
dikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen
yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar
oleh bahan buangan organik. Reaksi oksidasi terhadap bahan buangan
organik:
Ca Hb Oc merupakan senyawa organik yang disusun oleh C,H,O dan
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat digunakan sebagai
oksidator karena relatif murah, mudah dimurnikan dan dapat
mengoksidasi hampir semua senyawa organik. Bahan organik yang
dioksidasi oleh kalium dikromat dan asam sulfat pada kondisi mendidih
dengan katalis perak sulfat akan dihasilkan warna kuning yang terbentuk
dari ion Cr2O72- sampai dengan warna hijau yang terbentuk dari Cr3+
dimana sebanding dengan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik.
Terdapat kondisi khusus yang berpengaruh pada proses analisis yaitu
adanya ion-ion halida seperti Cl-, Br-,dan I- yang akan bereaksi dengan
sebagian perak sulfat membentuk endapan sehingga mengakibatkan
hanya sebagian HgSO4 tersisa yang berfungsi sebagai katalisator dan
hanya sebagian pula bahan organik yang dapat dioksidasi oleh dikromat.
Konsentrasi Ion klorida dalam air lebih dari 2000 ppm mengakibatkan
49Perum Jasa Tirta 1 Malang
Ca Hb Oc + Cr2 O72− + H+ →
katalis
panas
CO2 +H2 O + Cr3+
COD lebih besar dari semestinya, karena ion Cl- ikut teroksidasi oleh
larutan K2Cr2O7 menjadi Cl2 (gas klorin). Reaksinya adalah :
Penambahan merkuri sulfat sebelum pemanasan akan mengikat klor
menjadi merkuri klorida dengan reaksi:
2 Analisa BOD
Prinsip analisis BOD metode DO meter adalah BOD 5 hari dikerjakan
dengan cara menuangkan sejumlah volume tertentu pada volume botol
tertentu sampai meluber dan ditutup yang kemudian di inkubasi pada suhu
20oC sampai 5 hari. OT (oksigen Terlarut) diukur sebelum (nol hari) dan
sesudah inkubasi (5hari). Kadar BOD di hitung dari selisih OT sebelum
inkuibasi setelah inkubasi (APHA,Ed.20,thn 1998).
BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen terlarut dalam air buangan
yang dapat dipakai untuk menguraikan sejumlah senyawa organik dengan
bantuan mikro organisme pada waktu dan kondisi tertentu. Pemecahan
bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses
oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan
tingkat pencemaran air buangan. Besaran BOD biasanya dinyatakan dalam
satuan ppm, artinya kebutuhan oksigen dalam miligram yang
50Perum Jasa Tirta 1 Malang
6 Cl−+ Cr2O72-+ 14 H+ → 3 Cl 2 + 2 Cr3++ 7 H2 O
Hg2+ + 2 Cl− → HgCl2
dipergunakan untuk menguraikan zat pencemar yang terdapat dalam satu
liter air buangan
Penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang
menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang
ada dalam suatu perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi
yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus
bebas dari udara luar untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada
di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel tersebut juga harus berada
pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya
oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting
diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya
berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C (SAWYER & MC CARTY, 1978).
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-
macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap
sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai
medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O.
Praktek dilaboratoriurnbiasanya berlangsung selama 5 hari dengan
anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total
BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD
5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC
CARTY, 1978). Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat
mengurangi kemungkinan hasil oksidasi ammonia (NH3) yang cukup
51Perum Jasa Tirta 1 Malang
tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia sebagai hasil sampingan
ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD.
Reaksi kimia yang dapat terjadi adalah :
2NH3 + 3 O2 2NO2- + 2 H+ + 2 H2O
2NO2+ O2 2 NO3-
Oksidasi nitrogen anorganik ini memerlukan oksigen terlarut,
sehingga perlu diperhitungkan. Dalam praktek untuk penentuan BOD yang
berdasarkan pada pemeriksaan oksigen terlarut (DO), biasanya dilakukan
secara langsung atau dengan cara pengenceran. Prosedur secara umum
adalah menyesuaikan sampel pada suhu 20°C dan mengalirkan oksigen
atau udara kedalam air untuk memperbesar kadar oksigen terlarut dan
mengurangi gas yang terlarut, sehingga sample mendekati kejenuhan
oksigen terlarut. Dengan cara pengenceran pengukuran BOD didasarkan
atas kecepatan degradasi biokimia bahan organik yang berbanding
langsung dengan banyaknya zat yang tidak teroksidasi pada saat tertentu.
Kecepatan dimana oksigen yang digunakan dalam pengenceran sampel
berbanding lurus dengan persentase sampel yang ada dalam pengenceran
dengan anggapan faktor lainnya adalah konstan. Sebagai contoh adalah 10
% pengenceran akan menggunakan sepersepuluh dari kecepatan
penggunaan sampel 100% (SAWYER & MC CARTY, 1978).
Dalam hal dilakukan pengenceran, kualitas airnya perlu diperhatikan
dan secara umum yang dipakai aquades yang telah mengalami
demineralisasi. Selama penentuan oksigen terlarut, baik untuk DO maupun
52Perum Jasa Tirta 1 Malang
BOD, diusahakan seminimal mungkin larutan sampai yang akan diperiksa
tidak berkontak dengan udara bebas.
53Perum Jasa Tirta 1 Malang
3 Analisa TSS (Total Suspended Solid) Metode Gravimetri
TSS adalah zat padat yang tertahan pada kertas saring yang
berdiameter 47 mm dan dikeringkan pada suhu 103-1050 C secara merata
dan dinyatakan dalam mg/L. Analisis TSS menggunakan metode
gravimetri dengan cara menimbang kertas saring dan cawan porselen yang
digunakan dalam analisa. Gangguan terjadi apabila air mengandung kadar
mineral (Ca,Mg,Cl,SO4) tinggi sehingga bersifat higroskopis. Hal ini
ditanggulangi dengan pemanasan lama, pendinginan dalam desikator
untuk menghilangkan uap air yang tersisa sehingga diperoleh berat
konstan dan penimbangan secepatnya.
54Perum Jasa Tirta 1 Malang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 01
Desember – 31 Desember 2015 di Laboratorium Uji Kualitas Air Perum
Jasa Tirta I, Jl. Surabaya no. 2A Malang.
Waktu praktek dimulai pada hari Senin sampai Jumat, pada pukul
07.00 – 16.00 WIB.
B. Prosedur analisis
1. COD (Chemical Oxygen Demand)
a. Alat yang digunakan untuk analisis
1. Gelas ukur 100 ml
2. Pipet mohr
3. Spektrofotometer Uv-Vis
4. Pemanas reactor COD Techne 8310
b. Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis
1. Larutan K2Cr2O7.HgSO4
2. Larutan H2SO4.AgSO4
3. Larutan standar pro COD
4. Contoh Uji Air (CUA)
c. Prosedur kerja
1. Sebanyak 2,5 mL larutan sampel air dipipet setelah dikocok denagn
kuat, kemudian dimasukan ke dalam tabung mikro COD
55Perum Jasa Tirta 1 Malang
2. Ke dalamnya di tambahkan 1,5 mL campuran K2Cr2O7-
Tahap kritis yang terjadi selama proses analisis COD antara lain:
1. Homogenisasi sampel
Volume sampel yang diambil harus dapat mewakili nilai COD dari
seluruh sampel, sehingga sampel perlu dikocok hingga rata terlebih
dahulu.Volume sampel harus tepat dengan menggunakan alat ukur
yang teliti.
2. Volume larutan kerja K2Cr2O7.HgSO4
Kalium dikromat merupakan pereaksi pembatas, sehingga volumenya
harus tepat presisi untuk semua sampel, blanko dan standart.
Pengambilan volume menggunakan alat ukur yang lebih teliti.
2. Analisa BOD (Biochemical Oxygen Demand)
a. Alat yang digunakan untuk analisis
1. Seperangkat alat DO meter
2. Beaker glass
3. Hot plate yang dilengkapi magnet pengaduk
b. Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis
1. Larutan Na2SO2 2%
2. Larutan KCl 5%
3. Serbuk CaOCl2
c. Prosedur Kerja
1. Analisa contoh uji air tanpa pengenceran
Contoh uji air dikocok, dimasukkan ke dalam botol inkubasi.
Dianalisa konsentrasi DO 0 hari contoh uji air dengan DO meter,
56Perum Jasa Tirta 1 Malang
kemudian dicatat hasil pembacaannya. Setelah dianalisa, contoh uji
air dituangkan hingga penuh, kemudian ditutup dengan hati – hati.
Botol inkubasi dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 20oC ±
1oC selama 5 hari. Setelah 5 hari, botol inkubasi dikeluarkan dari
inkubator kemudian dibiarkan pada suhu kamar. Dianalisa
konsentrasi DO 5 hari dengan DO meter, kemudian dicatat hasil
pembacaannya serta dihitng BOD nya.
2. Analisa contoh uji air dengan pengenceran
Volume contoh uji air dimasukkan sejumlah ke dalam gelas ukur
250– 500 mL. Ditambahkan air pengencer sampai 150 mL. i aduk
hingga homogen, kemudian dituankan ke dalam botol inkubas
hingga penuh. Setelah itu dianalisa konsentrasi DO 0 hari, dicatat
hasilnya. Setelah selesai analisa ditambahkan contoh uji air ke
dalam botol sampai penuh, kemudian ditutup hati – hati. Botol
inkubasi dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 20oC ± 1oC
selama 5 hari. Setelah 5 hari, botol inkubasi dikeluarkan dari
inkubator kemudian dibiarkan pada suhu kamar. Dianalisa
konsentrasi DO 5 hari dengan DO meter, kemudian dicatat hasil
pembacaannya serta dihitng BOD nya.
3. Analisa Phosphat metode asam askorbat
a. Alat yang digunakan untuk analisis
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Labu ukur 10 ml
3. Pipet mikro
57Perum Jasa Tirta 1 Malang
b. Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis
1. Larutan standar fosfat
2. Larutan indikator pp
3. Larutan HNO3
4. Larutan H2SO4
5. Larutan NaOH
6. Reagen Campuran
7. Reagen campuran dibuat dari 50 ml H2SO4 5N + 5 ml K. Antimonil
Tartrat + 15 ml larutan ammonium molibdat + 30 mL larutan asam
askorbat, atau dengan perbandingannya.
8. Contoh Uji Air
c. Persiapan contoh uji untuk analisa Phospat terlarut.
1. Saring contoh air dengan membran 0,45 μm.
2. Pipet contoh uji air (filtrat) sebanyak 10 mL secara duplo, dan
masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
3. Contoh uji air siap dianalisa.
d. Persiapan contoh uji untuk analisa Phospat total.
1. Sediakan contoh air uji yang telah diambil sesuai dengan
metode pengambilan contoh uji air.
2. Kocok contoh uji air hingga homogen dan ukur 25 mL
secara duplo kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan 0,25 mL H2SO4 pekat dan 12,5 mL secara
duplo kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
58Perum Jasa Tirta 1 Malang
4. Panaskan larutan campuran diatas pemanas sampai volume
± 5 mL (bila larutan masih berwarna teruskan pemanasan
sampai larutan tidak berwarna).
5. Dinginkan dan tambahkan air suling 5 mL.
6. Tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein, kemudian
netralkan dengan menambahkan NaOH tetes demi tetes,
hingga timbul warna merah muda.
7. Jika larutan keruh lakukan penyaringan dan bilas
erlenmeyer.
8. Pindahkan larutan ke dalam labu ukuran 25 mL dan
tambahkan air suling sampai tanda batas.
9. Lalu pindahkan sebanyak 10 mL kedalam labu ukur 10 mL
10.Contoh uji air siap dianalisa.
4. Analisa TSS (Total Suspended Solid) Metode Gravimetri
a. Alat yang digunakan untuk analisis
1. Neraca analitis
2. Oven
3. Pompa penghisap
4. Gelas ukur 100 mL
5. Cawan porselen
6. Kertas saring whatman
7. Desikator
59Perum Jasa Tirta 1 Malang
b. Bahan yang digunakan analisis
Contoh Uji Air
Prosedur Kerja
1. Contoh uji air dikocok.
2. Disaring sebanyak 100 mL contoh uji air dengan menggunakan
corong buchner yang telah diberi kertas saring yang telah
diketahui berat tetapnya.
3. Kertas saring diletakkan di atas cawan TSS yang telah
diketahui berat tetapnya.
4. Cawan dimasukkan ke dalam oven 103–105oC minimal selama
1 jam.
5. Cawan didinginkan dalam desikator hingga suhu ruang.
Ditimbang menggunakan timbangan amalitik dan diulangi
hingga diperoleh berat tetap.
6. Dihitung konsentrasi TSS-nya.
60Perum Jasa Tirta 1 Malang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemantauan Air Waduk Sutami
A. BOD
Tabel 4.3 Data hasil analisa BOD pada Waduk Sutami, yaitu :
Lokasi Kode Sampel
2 mingguanRata-rata
Ke-1 Ke-2
Hulu340 4,10 3,50 3,80
341 3,65 3,90 3,78
Rata-rata 3,79
Tengah
350 4,90 4,00 4,45
352 3,25 3,80 3,53
354 3,70 4,10 3,90
Rata-rata 3,96
Hilir
360 4,15 3,90 4,03
362 4,10 3,00 3,55
364 2,80 3,60 3,20
Rata-rata 3,59
61Perum Jasa Tirta 1 Malang
Berdasarkan data yang diperoleh, maka kurva perbandingan antara
kadar BOD dengan titik pengambilan sampel pada Waduk Sutami yaitu:
Grafik 4.3 perbandingan antara kadar BOD dengan titik pengambilan sampel
Dari data hasil analisa diketahui bahwa kadar rata-rata BOD di Waduk
Sutami pada hulu ; tengah dan hilir masing-masing adalah 3,79 mg/L ; 3,96
mg/L dan 3,59 mg/L.. Standart kadar BOD berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 2 tahun 2008 kriteria mutu air kelas II maksimal sebesar 3 mg/L.
Tingginya kadar BOD tersebut dikarenakan semakin banyak buangan
organik, umumnya semakin sedikit sisa oksigen terlarut di dalam air. Oksigen
yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk
memecah/mendegradasi bahan buangan organik. Selain itu bahan buangan
organik juga dapat bereaksi dengan oksigen terlarut dalam air mengikuti
reaksi oksidasi biasa.
62Perum Jasa Tirta 1 Malang
Hulu Tengah Hilir0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
3.79 3.963.59
3 3 3
Analisa BOD
LokasiStandar
Titik pengambilan sampel
Kons
entra
si
b. COD
Tabel 4.3 Data hasil analisa COD pada Waduk Sutami, yaitu :
Lokasi Kode Sampel
2 mingguanRata-rata
Ke-1 Ke-2
Hulu0340 8,019 13,31 10,66
0341 10,11 13,90 12,01
Rata-rata
11,33
Tengah
0350 10,53 15,09 12,81
0352 10,24 10,61 10,43
0354 10,92 10,30 10,61
Rata-rata
11,28
Hilir
0360 9,522 12,35 10,94
0362 9,992 10,17 10,08
0364 10,30 13,46 11,88
Rata-rata
10,97
63Perum Jasa Tirta 1 Malang
Berdasarkan data yang diperoleh, maka kurva perbandingan antara
kadar COD dengan titik pengambilan sampel pada Waduk Sutami yaitu:
Grafik 4.3 perbandingan antara kadar COD dengan titik pengambilan sampel
Dari data hasil analisa diketahui bahwa rata-rata kadar COD pada
Waduk Sutami pada hulu ; tengah dan hilir masing-masing adalah 11,33
mg/L ; 11,28 mg/L dan 10,97 mg/L. Standar kadar COD berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2008 kriteria mutu air kelas II maksimal
sebesar 25 mg/L.
COD adalah jumlah mg Oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
zat organik dalam air dengan menggunakan oksidator Kalium Dikromat.
Semakin rendah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat
organik maka semakin rendah zat organik yang terdapat pada sampel air.
64Perum Jasa Tirta 1 Malang
Hulu Tengah Hilir0
5
10
15
20
25
30
11.33 11.28 10.97
25 25 25
Analisa COD
lokasistandar
Titik pengambilan sampel
Kons
entra
si
c. Analisa Zat Padat Tersuspensi (TSS/Total Suspended Solid) Metode
Grafimetri
Tabel 4.4 Data hasil analisa TSS pada Waduk Sutami, yaitu :
Lokasi Kode Sampel
2 mingguan
Rata-rata
Ke-1 Ke-2
Hulu
0340 24,5 11,4 17,95
0341 14,8 13,2 14,00
Rata-rata
15,98
Tengah
0350 10,5 13,8 12,15
0352 9,0 12,5 10,75
0354 9,2 7,6 8,40
Rata-rata
10,43
Hilir
0360 8,4 11,9 10,15
0362 8,7 7,1 7,90
0364 7,4 11,0 9,20
Rata-rata 9,08
65Perum Jasa Tirta 1 Malang
Berdasarkan data yang diperoleh, maka kurva perbandingan antara
kadar TSS dengan titik pengambilan sampel pada Waduk Sutami yaitu:
Grafik 4.4 antara perbandingan kadar TSS dengan titik pengambilan sampel
Dari data hasil analisa diketahui bahwa kadar TSS rata-rata air pada
Waduk Sutami pada hulu ; tengah dan hilir masing-masing adalah 15,98
mg/L ; 10,43 mg/L dan 9,08 mg/L. Standart kadar TSS berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 2 tahun 2008 kriteria mutu air kelas II maksimal sebesar 50
mg/L.
66Perum Jasa Tirta 1 Malang
Hulu Tengah Hilir0
10
20
30
40
50
60
15.98
10.43 9.8
50 50 50
Analisa TSS
lokasiStandar
Titik pengambilan sampel
Kons
entra
si
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 2 tahun
2008, tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di
Provinsi Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa hasil analisa di Waduk Sutami
pada Bulan Februari dan Maret 2013, antara lain :
a. Parameter BOD melebihi standar baku mutu kelas II hal ini dikarenakan
semakin banyak buangan organik, umumnya semakin sedikit sisa
oksigen terlarut di dalam air. Oksigen yang terlarut di dalam air diserap
oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan
organik. Selain itu bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan
oksigen terlarut dalam air mengikuti reaksi oksidasi biasa ;
b. Parameter COD masih mememnuhi standar baku mutu kelas II ;
c. Parameter TSS untuk lokasi hulu melebihi standar baku mutu kelas II,
sedangkan untuk lokasi tengah dan hilir masih memenuhi standar baku
mutu kelas II.
8. Saran
a. Dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka perlu adanya
peningkatan upaya pemantauan kualitas air dan peningkatan mutu.
b. Perlu dilakukan penanganan terhadap kondisi kualitas air di Waduk
Sutami dengan cara antara lain: penegakan hukum terutama mengenai
lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan oleh dinas lingkungan
hidup, usaha penghijauan di sekitar bendungan perlu dilakukan untuk
67Perum Jasa Tirta 1 Malang
mengurangi proses sedimentasi, mengadakan pemantauan kualitas air
secara rutin untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran
yang lebih luas lagi dan mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang
pentingnya kelestarian lingkungan hidup khususnya perairan di sekitar
bendungan kepada penduduk sekitar.
68Perum Jasa Tirta 1 Malang