b. II

download b. II

of 9

Transcript of b. II

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1Hutang Mangrove

Hutan mangrove adalah suatu ekosistem estuaria yang menerima banyak nutrisi berupa bahan organik dan anorganik yang berasal dari lingkungan daratan. Hutan mangrove hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Hutan mangrove secara ekologi memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup perairan laut dan pesisir (Upadhyay et al., 2008).

Luqman (2013) mengatakan data Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia tahun 2008, serta berdasarkan Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen RLPS), luasan hutan mangrove di wilaya pesisir Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8.204.840,32 hektar dengan kondisi baik, 2.548.209,42 hektar dan 6.656.630,9 hektar dalam keadaan rusak sedang dan rusak parah.

Kondisi struktur hutan mangrove yang sangat komplek menyebabkan eksistem mengrove memiliki produktivitas yang tinggi dengan kaya akan bahan organik dan berupa detritus, oleh karena itu sangat penting keberadaannya untuk tempat berkembang biak ataupun tempat mengasuk bagi ikan yang memiliki nilai jual (Puspa et al., 2008).

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai (Mulyadi et al, 2009).

Hutan mangrove secara umum cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan yang ada di lingkungan. Struktur fisik hutan mangrove memberikan perlindungan bagi hewan dan ikan-ikan kecil dari gangguan predator berupa tempat untuk berlindung. Kebanyakan mangrove ditemukan pada pantai yang terlindung, yaitu daerah dimana terjadi antara rata-rata permukaan laut terendah dan rata-rata tinggi air pasang penuh dalam garis pasang surut,muara dan di beberapa terumbu karang yang telah mati di bagian laut. Mangrove di pesisir pantai dan di daerah muara akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila masukan aliran sungai yang berasal dari daratan membawa lumpur dan pasir ke dasar laut yang kemudian bercampur kembali di perairan yang gerakkan oleh ombak ataupun arus pasang surut (Soeroyo, 1992).2.2 Ruang Lingkup Sumberdaya Mangrove

Sumberdaya mangrove secara keseluruhan mencakup ekosistem mangrove terdiri atas 4 komponen yang kemudian ditambahkan 2 komponen lagi oleh Onrizal dan Kusmana (2008), sehingga menjadi 6 komponen. Komponen sumberdaya mangrove tersebut adalah sebagai berikut:(1)satu atau lebih jenis pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas di habitat mangrove (exclusive mangrove), dan secara alami tidak tumbuh di habitat selain mangrove

(2) jenis-jenis tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun secara alami juga dapat hidup di habitat selain mangrove (non-exclusive mangrove),

(3) biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak, cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya menetap, sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup di habitat mangrove,

(4)proses-proses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem mangrove baik yang berada di daerah bervegatasi maupun di luarnya,

(5) daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenarnya dengan laut, dan

(6) masyarakat yang hidupnya bergantung dan bertempat tinggal pada lahan

mangrove.

2.3 Zonasi Mangrove

Ekosistem mangrove dapat tumbuh dengan baik pada zona pasang-surut di sepanjang garis pantai daerah tropis seperti laguna, rawa, delta, dan muara sungai. Ekosistem mangrove bersifat kompleks dan dinamis tetapi labil. Dinamis, karena ekosistem mangrove dapat terus tumbuh dan berkembang serta mengalami suksesi serta perubahan zonasi sesuai dengan tempat tumbuh. Kompleks, karena di dalam ekosistem mangrove dan perairan maupun tanah di bawahnya merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan. Labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali. Oleh karena itu masukan air tawar dan lumpur di daerah estuary harus tetap stabil (Kusmana, 1995 dalam Firly, 2008).

Keragaman jenis hutan mangrove secara umum relatif rendah jika dibandingkan dengan hutan alam tipe lainnya, hal ini disebabkan oleh kondisi lahan hutan mangrove yang senantiasa atau secara periodik digenangi oleh air laut, sehingga mempunyai salinitas yang tinggi dan berpengaruh terhadap keberadaan jenisnya. Jenis yang dapat tumbuh pada ekosistem mangrove adalah jenis halofit, yaitu jenis-jenis tegakan yang mampu bertahan pada tanah yang mengandung garam dari genangan air laut.

Kondisi-kondisi lingkungan luar yang terdapat dikawasan mangrove cenderung bervariasi di sepanjang gradien dari laut ke darat. Banyak spesies mangrove telah beradaptasi terhadap gradien ini dengan berbagai cara, sehingga di dalam suatu kawasan suatu spesies mungkin tumbuh secara lebih efisien daripada spesies lain. Tergantung pada kombinasi dari kondisi-kondisi kimia dan fisik setempat, karena hal ini, jalur-jalur atau zona-zona dari spesies tunggal atau asosiasi-asosiasi sederhana sering kali berkembang di sepanjang garis pantai. Faktor-faktor lainnya seperti toleransi keteduhan, metoda penyebaran tumbuh-tumbuhan mangrove muda serta predasi terseleksi terhadap mangrove muda oleh kepiting akan berpengaruh terhadap pen-zonaan. Faktor lingkungan seperti gelombang yang terpapar langsung ke mangrove juga sangat mempengaruhi kehidupan serta pola sebaran mangrove (Dwi dan Kusumo, 2006).Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :

1.Zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan jenisRhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marinadanSonneratia alba.2.Zona tengah, merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenisRhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolarisdanLumnitzera littorea.3. Zona belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lainAchantus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalahHeritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodontadan beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lainBaringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccadadanThespesia populnea.

Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut: (Pramudji, 2011)1. Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.

3. Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.

4. Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan daratan.

Gambar 2. Zonasi Mangrove (Bengen, 2004)2.4. Struktur Ekosistem Mangrove

Menurut Khazali et al. (2006), mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar seperti di bawah ini :

a) Mangrove terbuka

Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan (1980) menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini didominasi oleh Sonneratia alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air laut. Van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk (1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S. alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur (Van Steenis, 1958). Meskipun demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik (Departemen Kehutanan, 1997).

b) Mangrove tengah

Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukan di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Jenis-jenis penting lainnya yang ditemukan di Karang Agung adalah B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis.

c) Mangrove payau

Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di Karang

Agung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di sepanjang sebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan tegakan N.fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp, Gluta renghas, Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum. Ke arah pantai, campuran komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan. Di sebagian besar daerah lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito di Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia caseolaris lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar (Giesen & van Balen, 1991).

d) Mangrove daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Departemen Kehutanan, 1997). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi mangrove, namun kenyataan di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak formasi serta zona vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.

2.5. Fungsi Mangrove

Menurut Kusmana et al., (2003), fungsi mangrove dapat dikategorikan kedalam tiga macam fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis) dan fungsi ekonomis seperti di bawah ini :

1. Fungsi Fisik 2. Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap

stabil

3. Mempercepat perluasan lahan

4. Mengendalikan intrusi air laut

5. Melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang

dan angin kencang

6. Mengolah limbah organik

2. Fungsi Biologis/Ekologis

1. Tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut lainnya.

2. Tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung

3. Sumber plasma nutfah 3. Fungsi Ekonomis

1. Hasil hutan berupa kayu.

2. Hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman dan

makanan, tanin dan lain-lain.

3 Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi dan lain- lain.

2.6. Parameter Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove pada perkembangannya mengalami suatu proses perluasan dan degradasi. Proses ini sering diakibatkan baik oleh kondisi alam maupun akibat faktor manusia. Faktor kondisi alam umumnya karena adanya proses sedimentasi, dan atau penaikan permukaan air laut. Sedangkan yang disebabkan faktor manusia adalah aforestasi, konversi dan eksploitasi hutan mangrove yang tidak terkendali dan polusi di perairan estuaria, pantai dan lokasi tumbuhnya mangrove (Kusmana, 1997 dalam Cie Y et al., 2009).

1. Salinitas

Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10 30 ppt. Beberapa spesies dapat tumbuh di daerah dengan salinitas sangat tinggi. Di Australia dilaporkan A. marina dan E. agallocha dapat tumbuh di daerah dengan salinitas maksimum 63 ppt, Ceriops spp. 72 ppt., Sonneratia spp. 44 ppt., Rh. apiculata 65 ppt dan Rh. stylosa 74 ppt. Mangrove merupakan vegetasi yang bersifat salt-tolerant bukan salt-demanding, oleh karenanya mangrove dapat tumbuh secara baik di habitat air tawar. Kebanyakan mangrove tumbuh di habitat maritim mungkin disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : (a) penyebaran biji/propagul mangrove terbatas oleh daya jangkau pasang surut, (b) anakan mangrove kalah bersaing dengan tumbuhan darat, dan (c) mangrove dapat mentoleransi kadar garam (Kusmana et al., 2003).

Hutan mangrove secara fisiologi akan toleran terhadap salinitas yang tinggi. Mangrove membutuhkan kadar garam yang cukup tinggi di dalam jaringan tubuh pohon mangrove karena air akan mengalir dari akar menuju tunas. Air akan cenderung mengalir dari daerah dengan konsentrasi salinitas rendah menuju daerah dengan konsentrasi salinitas yang tinggi. Oleh karen itu konsentrasi kadar garam di dalam jaringan tumbuhan mangrove harus lebih tinggi dibandingkan dengan di sekitar akar mangrove agar air mengalir dari tanah ke akar (Kathiresan dan Bingham, 2001).2. Substrat

Daera substrat untuk hutan mangrove mempunyai ciri-ciri yaitu selalu basah, mengandung kadar garam, terdapat kandungan oksigen yang sedikit dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat dalam substrat mengrove berasal dari perombakan sisa tumbuhan yang telah mati dan hewan-hewan yang telah mati di sekitar mangrove. Untuk memaksimalkan fungsi dan manfaat hutan mangrove maka perlu diperhatikan upaya-upaya pengelolaannya yaitu dengan cara membuat zona pemanfaatan, konservasi dan perlindungan. Konversi mangrove yang telah terjadi tetapi tanpa memperhatikan komposisi vegetasinya harus dikembalikan dengan cara pengelolaan yang tepat guna, antara lain seperti pemilihan jenis berbagai vegetasi mangrove yang tepat terhadap substrat, penanaman, konservasi, dll. Salah satu faktor pendukung agar komposisi vegetasi mangrove tetap tinggi adalah substrat mangrove. Substrat adalah tempat dimana akar-akar mangrove dapat tumbuh. Karaktristik substrat yang baik menentukan banyaknya tegakan mangrove yang dapat tumbuh dan berkembang (Arief, 2003).Substrat dari mengrove biasanya kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu mudah sampai berwarna hitam. Hal ini karena adanya pengendapan sedimen yang berasal dari daratan yang di bawah oleh arus sungai dan juga masukan yang berasal dari laut pada saat terjadinya pasang. Namun menurut Ewuise (1980) dalam Soeroyo 1992 mengatakan walaupun terjadi [engendapan tanah di dalam hutan mangroveyang dapat meninggikan lapisan lumpur, tanah yang ada pada lapisan substrat itu tidaklah konstan hal ini mungkin sangat dipengaruhi oleh arus laut