Ayu.pdf

17
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI Pelaksanaan Praktikum : 8 Maret 2012 Disusun oleh: 1. Farida Ayu R. (081014006) 2. Rima Nurmalasari (081014026) 3. Narulita Aldhini (081014049) 4. Ike Novalina (081014074) 5. Alvin Oktaviana P. (081014092) 6. Rozy Ayu Silvia (081014094) DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012

description

sfd

Transcript of Ayu.pdf

Page 1: Ayu.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI

Pelaksanaan Praktikum : 8 Maret 2012

Disusun oleh:

1. Farida Ayu R. (081014006)

2. Rima Nurmalasari (081014026)

3. Narulita Aldhini (081014049)

4. Ike Novalina (081014074)

5. Alvin Oktaviana P. (081014092)

6. Rozy Ayu Silvia (081014094)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2012

Page 2: Ayu.pdf

DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI

A. Tujuan

a. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan.

b. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis.

c. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai.

B. Dasar Teori

Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya masuk dan keluar sel,

bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali. Pergerakkan

neto dari suatu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari

molekul atau ion disebut difusi. Dengan kata lain, difusi merupakan perpindahan molekul

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah akibat energi kinetik. Makin besar

perbedan konsentrasi anatara dua daerah, maka makin tajam pula gradasi konsentrasinya

sehingga makin besar pula kecepatan difusinya. Salah satu contoh dari proses difusi

adalah Kristal KMnO4 yang diletakkan pada permukaan air. Zat warna tersebut akan

melarut dan menyebar (berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke seluruh bagian

cairan.

Sedangkan difusi dari bahan pelarut melalui selaput semi permeable dari

konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi disebut osmosis. Membran semi

permeable harus dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang

mengakibatkan gradient tekanan sepanjang membrane.Osmosis merupakan suatu

fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada

bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih

encer.Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara

differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi

rendah.Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin

besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball

(1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang

dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.Gaya per unit luas

yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel

selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan

Page 3: Ayu.pdf

tekanan turgor.Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini

bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.

Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup

besar untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian molekul-molekul air tersebut

menetap di dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses imbibisi

adalah perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin membesarnya biji dan

keluarnya radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan proses osmosis melalui

dinding sel-sel kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa imbibisi sebenarnya bukan

suatu proses difusi belaka karena sel-sel biji mempunyai nilai osmosis yang tinggi dan

oleh karena itu mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula. Jadi molekul air

berdifusi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi.

C. Alat dan Bahan

a) Alat

1. Cawan petri 11. Objek glass

2. Mikroskop cahaya 12. Counter

3. Pipet 13. Gelas ukur

4. Stopwatch 14. Timbangan

5. Kertas millimeter 15. Kertas saring

6. Penggaris 16. Selotip

7. Gelas ukur

8. Silet

9. Alumunium foil

10. Karet gelang

b) Bahan

1. Kristal KMnO4

2. Air

3. Daun Rhoeo discolor

4. Larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1 M

5. Biji kacang hijau dan biji kedelai

Page 4: Ayu.pdf

D. CARA KERJA

I. Difusi Molekul KMnO4 ( Kalium Permanganat ) Dalam Air

1. Air sebanyak 15 ml dituangkan dalam cawan Petri.

2. Cawan Petri diletakkan ditempat yang datar yang telah dialasi dengan kertas

millimeter atau kertas yang telah diberi tanda garis dengan ukuran skala mm.

3. Satu butir kecil Kristal KMnO4 dimasukkan kebagian tengah cawan Petri yang

sudah berisi air.

4. Gerak difusi molekul KMnO4 diperhatikan dan diukur kecepatan penyebaran

Kristal tersebut dengan stopwatch atau pencatat waktu lainnya .

5. Kecepatan dan konstanitas perambatan proses difusi tersebut diamati dan dicatat.

6. Diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air diukur tiap 1 menit selama

20 menit dan diperhatikan apakah kadar cepat perambatannya konstan atau tidak.

7. Data – data pengamatan tersebut dimasukkan dalam tabel dan selanjutnya

digambar dalam bentuk grafik.

II. Tekanan Osmosis Cairan Sel

1. Menyiapkan 6 buah cawan Petri lalu larutan sukrosa yang telah dibuat dituangkan

kedalam cawan Petri tersebut sesuai dengan molaritas yang telah ditentukan.

Mencatat kadar larutan dalam setiap cawan Petri atau beri tanda ( label ) pada

cawan Petri sesuai molaritas larutan sukrosa.

2. Menyayat lapisan epidermis bawah atau abaksial yang berwarna ungu dari daun

Rhoeo discolor dengan pisau silet setipis mungkin. Diusahakan menyayat hanya

selapis sel saja.

3. Merendam sayatan – sayatan tersebut dalam cawan Petri selama 30 menit. Waktu

mulai perendaman dicatat.

4. Setelah direndam selama 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dibawah

mikroskop dengan menggunakan objek dan cover glassjumlah sel seluruhnya (

dalam satu lapangan pandang ) dan jumlah sel yang mengalami plasmolisis

dihiutng.

5. Konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50 % dari jumlah sel epidermis

daun Rhoeo discolor dicari dan diperiksa yang telah mengalami plasmolisis.

Keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan insipien plasmolisis

memiliki potensial osmotik sama dengan tekanan osmotik ( PO ) larutan yang

digunakan

Page 5: Ayu.pdf

6. Tentukan PO sel pada insipien plasmolisis dengan mengacu pada tabel 1.

sedangkan potensial osmotik ( PO ) dapat dihitung dengan rumus :

PO = 22,4 m T

273

PO = tekanan osmosism

m = kadar larutan penyebab separuh jumlah sel ter plasmolisis.

T = suhu absolute ( °K ) = ( suhu ruangan + 273 ° K )

III. Imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai

1. Menyipkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas bekker yang telah diisi

dengan air. Dan mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna, ukuran, tekstur dan

berat)

2. Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam percobaan ini,

juga volume yang ada pada gelas bekker (Volume biji dan volume air)

3. Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya ke dalam air yang ada pada

gelas bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu menimbang seluruh volume

biji dan air tersebut (Volume biji + volume air)

4. Membiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, menutup rapat gelas

bekker dengan menggunakan plastik dan mengikatnya dengan karet gelas agar

tidak terjadi penguapan air. Menyimpan rendaman pada tempat yang sejuk dan

tidak banyak sinar yang papar.

5. Setelah 24 jam, menimbang kembali gelas bekker yang berisi air dan biji tersebut.

Mengambil biji-biji yang telah direndam dan meletakkan di atas kertas kering.

Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada biji (bentuk, ukuran, warna,

tekstur dan berat). Untuk mengetahui berat/volume biji dengan cara menimbang

kembali biji-biji tersebut. Membandingkan dengan keadaan awal.

E. HASIL PENGAMATAN

I. Difusi Molekul KMnO4 ( Kalium Permanganat ) Dalam Air

Diameter (mm) Waktu (detik) Kecepatan (mm/detik)

5 14 0.36

10 32 0.31

Page 6: Ayu.pdf

0

20

40

60

80

0 500 1000 1500 2000

Dia

me

ter

(mm

)

waktu (detik)

Grafik Difusi KMnO4

Series1

15 61 0.25

20 121 0.17

25 189 0.13

30 292 0.10

35 372 0.09

40 473 0.08

45 589 0.08

50 677 0.07

55 826 0.07

60 1020 0.06

65 1402 0.05

70 1833 0.04

Berdasarkan data di atas, dapat ditentukan grafiknya sebagai berikut :

II. Tekanan Osmosis Cairan Sel

Kosentrasi (M) Jumlah sel yang

terplasmolisis

Jumlah sel

seluruhnya

Presentase (%)

0,0 57 94 60.6 %

0,2 56 61 91.8 %

0,4 77 106 72.6 %

0,6 73 93 78.5 %

0,8 48 97 49.4 %

1,0 16 73 22 %

Page 7: Ayu.pdf

Dari percobaan Tekanan Osmosis Ciran sel dengan berbagai kosentrasi sukrosa yaitu 0,0

M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari kosentrasi sukrosa dimana yang

mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor mengalami plasmolisis.

Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8 M sehingga,

tekanan osmotik dapat dihitung sebagai berikut :

PO =

PO =

PO =

PO = 19,5 atm

Jadi, Tekanan Osmotik dengan konsentrasi 0,8 M sebesar 19,5 atm

III. Imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai

Biji Perubahan Sebelum direndam Setelah direndam

Kacang hijau

Bentuk

seperti ginjal

seperti ginjal, lebih

besar dan

menggembung, kulit

mengelupas, radikula

mulai tampak

Warna hijau kekuningan hijau muda

Tekstur keras lunak

Berat 2,7 gram 7 gram

Volume air 50 ml 44 ml

Kacang kedelai

Bentuk

seperti ginjal

seperti ginjal, lebih

besar dan

menggembung, kulit

biji mengelupas, dan

satu biji mulai tampak

radikulanya

Warna kuning kecoklatan

(cream)

kuning pucat

Tekstur Keras lebih lunak

Berat 2,7 gram 5,9 gram

Volume air 50 ml 46 l

Page 8: Ayu.pdf

F. PEMBAHASAN

I. Difusi

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan proses difusi zat padat

dalam larutan. Dalam hal ini, zat padat yang digunakan adalah KMnO4. Dalam

percobaan difusi dengan menggunakan zat KMnO4, yang berperan sebagai zat dengan

konsentrasi tinggi adalah KMnO4, sedangkan air adalah zat dengan konsentrasi

rendah. Proses difusi terjadi dari zat KMnO4 ke dalam air sebagai pelarut. Pada awal

dimasukkannya KMnO4 ke dalam air, difusi berjalan dengan cepat. Terjadinya difusi

ditandai dengan melarutnya zat ini ke dalam air yang menyebabkan air yang tadinya

berwarna jernih menjadi berwaran keunguan. Semakin lama proses difusi semakin

lambat. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh suhu, besarnya gradient difusi, serta

ukuran dan massa partikel yang berdifusi (dalam hal ini KMnO4). Kesetimbangan

terjadi ketika larutan menjadi homogen, artinya KMnO4 sudah melarut sempurna di

dalam air. Apabila partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya

tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata

dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi, akan terdapat lebih

banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke daerah

yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi yang sebaliknya, dan secara menyeluruh

gerakan partikel ke arah tertentu disebut difusi. Makin besar perbedaan konsentrasi

antara dua daerah, yaitu makin tajam gradasi konsentrasinya, makin besar kecepatan

difusinya.

Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0,075 mm/detik. Kecepatan rata-

rata difusi saat tidak konstan adalah 0,156 mm/detik. Diameter yang konstan

ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai kesetimbangan). Hal ini terjadi karena

pada saat akhir difusi penambahan diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih

lambat daripada proses awal difusi. Hal tersebut juga ditandai dengan kristal KMnO4

yang semakin mengecil atau habis.

II. Osmosis

Peristiwa osmosis dapat juga dikatakan sebagai proses difusi dari bahan pelarut

molekul melalui selaput semipermeable. Untuk mengetahui tekanan osmosis suatu

cairan sel dapat digunakan metode plasmolisis. Metode plasmolisis merupakan

menyusutnya volume dan lepasnya protoplas sel dari dinding sel karena kehilangan

air, adanya perbedaan tekanan dengan lingkungan luarnya. Pada percobaan ini

Page 9: Ayu.pdf

digunakan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi untuk melakukan plasmolisis

pada sel epidermis daun Rhoeo discolor. Larutan sukrosa dapat mengakibatkan

terjadinya arus air, terutama yang terdapat di dalam vakuola keluar sel sehingga isi

vakuola berkurang, turgor sel turun, isi protoplas mengecil dan pada akhirnya sel

mengalami plasmolisis. Plasmolisis ditandai dengan adanya warna keunguan pada

daerah tepi sel saat diamati di bawah mikroskop.

Konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan dalam percobaan bervariasi, mulai

dari 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1,0 M. Dapat dilihat pada tabel hasil

pengamatan, bahwa pada konsentrasi 0,8 M total keseluruhan sel ada 97 sedangkan

yang sel yang mengalami plasmolisis ada 48. Keadaan ini dinamakan plasmolisis

insipient. Plasmolisis insipient terjadi pada jaringan yang separuh jumlah selnya baru

saja mengalami plasmolisis (protoplas baru mulai terlepas dari dinding sel), berarti

tekanan dalamnya sama dengan nol. Terlepasnya protoplas dari dinding sel

disebabkan oleh penyusutan atau pengurangan volume, karena cairan di dalam

protoplas sudah menjadi lebih pekat dan karenanya berpotensial osmotik lebih

negatif. Tekanan osmotic untuk konsentrasi 0,8 M adalah sebesar 19,5 atm.

III. Imbibisi

Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-pori.Air

yang masuk ke dalam biji membuat biji mengalami perubahan, baik bentuk, warna,

tekstur, maupun berat biji. Proses imbibisi berguna untuk mematahkan dormansi dan

memicu perkecambahan biji. Masuknya air ke dalam biji dapat melalui transport pasif

simplas maupun apoplas, air masuk ke dalam kulit biji kemudian menembus dinding

sel biji dan air masuk ke dalam sel-sel biji.Air yang masuk membuat kulit biji robek

dan mengelupas, sehingga air masuk dan membuat biji membesar karena sel-selnya

berisi air. Warna dari biji yang telah direndam air selama 24 jam menjadi lebih pucat

dikarenakan air menembus plastida yang semula pekat menjadi lebih pudar karena

telah bercampur air. Air yang masuk ke dalam sel-sel biji mengaktifkan enzim-enzim

yang digunakan untuk merombak bahan-bahan dari endosperm maupun kotiledon dan

memindahkan nutrien-nutrien ke bagian embrio yang digunakan untuk pertumbuhan

embrio tersebut.

Pada praktikum ini, digunakan biji kacang hijau dan biji kacang kedelai yang

diberi perlakuan yaitu direndam ke dalam air selama 24 jam. Setelah 24 jam,

Page 10: Ayu.pdf

dilakukan pengamatan tapak adanya perubahan bentuk, warna, tekstur, berat, dan

voleme air yang tersisa pada kedua biji kacang tersebut. Berat awal kedua biji tersebut

adalah 2,7 gram namun setelah direndam berat biji kacang hijau menjadi lebih besar

yaitu 7 gram sedangkan berat kacang kedelai hanya 5,9 gram hal ini disebabkan

meskipun berat awal kedua biji kacang sama, namun jumlah dari biji kacang hijau

lebih banyak dari kacang kedelai, sehingga sel-sel pada biji kacang hijau lebih banyak

mengalami imbibisi daripada sel-sel biji kacang kedelai. Volume air yang tersisa pada

proses imbibisi biji kacang hijau sebesar 44 ml, lebih sedikit daripada voleme air yang

tersisa pada botol kacang kedelai yaitu 46 ml. hal ini dikarenakan air yang digunakan

dalam proses imbibisi pada kacang hijau lebih besar daripada pada imbibisi kacang

kedelai.

G. DISKUSI

Diskusi Difusi

a. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KmnO4 saat konstan dan tidak konstan?

Mengapa hal ini dapat terjadi?

Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0.075 mm/detik.

Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0.156 mm/detik.

Diameter yang konstan ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai kesetimbangan).

Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan diameter sangat kecil

sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses awal difusi.

b. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi zat cair, padat

maupun gas pada tumbuhan?

Terjadinya difusi zat cair pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika suatu zat yang

masuk melalui dinding sel menyebar ke seluruh bagian sel, dan siap diambil organel

yang membutuhkannya.

Terjadinya difusi zat gas pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika proses

fotosintesis.

Terjadinya difusi zat padat pada proses fisiologi tumbuhan adalah masuknya unsur

hara dan mineral ke dalam tubuh tumbuhan.

c. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam tumbuhan?

Page 11: Ayu.pdf

Dapat, karena dalam lingkungannya terdapat suhu dan tekanan yang menjadi faktor-

faktor yang mempengaruhi dufusi.

d. Bagaimana terjadinya keseimbangan penyebaran KmnO4 dalam larutan dan faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya kesetimbangan tersebut?

Keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan terjadi akibat adanya gradien

konsentrasi. Faktor-faktor yang dapar mempengeruhi kesetimbangan adalah

konsentrasi, suhu, dan tekanan.

e. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi? Mengapa?

Tidak, merujuk ke pengertian difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah, setelah terjadi difusi konsentrasi molekut-molekul tersebut akan

sama, jadi tidak dapat terjadi proses difusi lagi.

Diskusi Osmosis

a. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel tumbuhan ?

Pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada daun Rhoe discolor, apabila proses

osmosis terjadi pada suhu yang tinggi akan menyebabkan epidermis pada sel cepa

tmengalami plasmolisis karena suhu yang tinggi dapat merusak struktur sel pada

tumbuhan. Selain itu suhu yang tinggi dapat mempercepat laju reaksi sel epidermis

untuk mengalami palsmolisis.

b. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat ?

Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, karena di dalam rumus PO terdapat “m”

yaitu kadar larutan penyebab separuh dari jumlah sel terplasmolisis. Selain itu tidak

semua zat mampu mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor.

c. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang

direndam pada larutan sukrosa ?

Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang direndam

pada larutan sukrosa, karena proses plasmolisis menggunakan berbagai macam

konsentrasi sukrosa dan setiap konsentrasi memiliki daya plasmolisis yang berbeda.

Semakin tinggi konsentrasi akan menyebabkan sel pada tumbuhan semakin cepat

untuk terplasmolisis.

d. Apakah yang dimaksud dengan insipient plasmolisis dalam percobaan ini ?

Insipien plasmolisis adalah banyaknya konsentrasi sukrosa yang dapat mengakibatkan

50% dari jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang dapat mengalami plasmolisis.

Page 12: Ayu.pdf

e. Sebutkan metode – metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis

pada sel tumbuhan !

Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada tumbuhan yaitu

metode krioskopik atau metode titik beku, dan metodete kanan uap.

Diskusi (Imbibisi)

a. Bagaimana ait dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari struktur biji dan

proses difusi /osmosis?

Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji dilihat dari struktur biji dengan cara air

meresap ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan

mrngembang. Ada 2 kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya

gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi

dan adanya affnier atau daya gabung antara komponen adsorban dengan senyawa

yang diimbibisi. Biji yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antar

sel penyusun endosperm secara osmosis.

b. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah mengalami imbibisi

dan bagaimana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu sendiri?

Ukuran biji terlihat mengembang, hal tersebut karena peristwa meresapnya air ke

dalam biji pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi

tinggi.Kemudian terlihat pula terlepasnya kulit biji dan sebagian ada yang tumbuh

radikula.

c. Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji

Seperti telah diketahui bahwa proses imbibisi air pada biji adalah proses masuk atau

meresapnya air ke dalam biji ke dalam ruangan dinding antar sel sehingga dinding

selnya akan mengembang. Benih atau biji yang menyerap air, menyebabkan kulit

pecah dan penyerapan berlangsung melalui seluruh permukaan kulit.Proses metabolic

biji membutuhkan oksigen sehingga jika terlalu lembab atau kurang menyebabkan

proses perkecambahan dapat membusuk.

d. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada biji? Jelaskan

dengan memberi contoh adanya imbibisi pada kondisi di alam (hutan)!

Keadaan lingkungan seperti ketersediaan air dan kelembaban berpengaruh terhadap

proses imbibisi air dan biji karena air berfungsi sebagai penstimulir metabolism dan

sebagai pelarut dalam perubahan dan pengangkutan cadangan makanan kepada

seluruh bagian tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sebagai

Page 13: Ayu.pdf

contoh, biji dari pohon yang berada di hutan dapat tumbuh karena adanya proses

imbibisi, baik itu melalui air hujan ataupun embun.

H. KESIMPULAN

1. Kecepatan rata-rata difusi KMnO4 dalam larutan saat konstan adalah 0.075 mm/detik.

Sedangkan kecepatan rata-rata difusi KMnO4 saat tidak konstan adalah 0.156

mm/detik. Tujuan dari kristal KMnO4 tersebut berdifusi adalah supaya berada dalam

keadaan setimbang.

2. Penghitungan tekanan osmotik menggunakan konsentrasi sukrosa 0,8 M, karena

konsentrasi tersebut merupakan insipien plasmolisis dimana jumlah keseluruhan sel

ada 97 dan yang mengalami plasmolisis ada 48 sel.

3. Kacang hijau dan kacang kedelai mengalami imbibisi, hal tersebut ditunjukkan

adanya perubahan warna, tekstur, ukuran, volume air sebelum dan sesudah

perendaman serta ada tidaknya radikula pada biji.

I. DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1990, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Hidayat, B. Estiti., 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Bandung : ITB Press

Kimball, John W., 1983, BIOLOGI, edisi ke lima, jilid 1, Jakarta : Erlangga.

Salisbury, Frank B. & Cleon W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1, Bandung : ITB

Press.

Page 14: Ayu.pdf

J. LAMPIRAN

1. Difusi molekul KMnO4 (kalium permanganat) dalam air

Gambar 1. Awal difusi molekul

KMnO4

Gambar 2. Difusi molekul KMnO4

2. Osmosis cairan sel

a. Larutan sukrosa 0 M

Gambar 1. Rhoeo discolor direndam

dalam larutan sukrosa 0 M

Gambar 2. Pengamatan sel Rhoeo

discolor di bawah mikroskop pada

konsentrasi laruran sukrosa 0 M.

b. Larutan sukrosa 0,2 M

Gambar 3. Rhoeo discolor direndam

dalam larutan sukrosa 0 M

Gambar 4. Pengamatan sel Rhoeo

discolor di bawah mikroskop pada

konsentrasi laruran sukrosa 0,2 M

Page 15: Ayu.pdf

c. Larutan sukrosa 0,4 M

Gambar 5. Rhoeo discolor direndam dalam larutan sukrosa 0,4 M

d. Larutan sukrosa 0,6 M

Gambar 6. Rhoeo discolor direndam dalam larutan sukrosa 0,6 M

e. Larutan sukrosa 0,8 M

Gambar 7. Rhoeo discolor direndam dalam larutan sukrosa 0,8 M

Page 16: Ayu.pdf

f. Larutan sukrosa 1,0 M

Gambar 8. Rhoeo discolor direndam dalam larutan sukrosa 1 M

3. Imbibisi pada biji

Gambar 1. Awal perendaman biji kacang

hijau dan biji kedelai

Gambar 2. Biji kacang hijau dan biji

kedelai yang telah direndam selama 24

jam

Gambar 3. Berat biji kacang hijau setelah

direndam air selama 24 jam

Gambar 4. Berat biji kacang kedelai

setelah direndam air selama 24 jam

Page 17: Ayu.pdf

Gambar 5. Volume air yang tersisa pada

perendama biji kacang hijau

Gambar 6. Volume air yang tersisa pada

perendama biji kacang kedelai