Awan Dan Kabut

21
AWAN DAN KABUT Kabut adalah titik-titk air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan tanah.melalui proses uap air dalam atmosfer akan berubah wujud menjadi cair atau padat dengan cara berkondensasi menjadi titik-titik air atau bersublimasi menjadi Kristal-kristal es. Titik-titik air dan kristal-kristal es yang berkumpul, melayang-layang di lapisan atmosfer yang tinggi disebut awan, namun disebut kabut bila melayang-layang di lapisan atmosfer dekat permukaan tanah. PROSES TERJADINYA KABUT Untuk menghasilkan kondensasi atau sublimasi di perlukan tingkat kejenuhan udara yang tinggi, di mana kelembaban relatif mendekati atau sama dengan 100%. Kriteria yang digunakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika adalah jika terlihat adalanya partikel-partikel mikroskopis di udara permukaan dengan jarak pandang (Visibility) mendatar kurang dari 1 Km dan nilai kelembaban Relatif (RH) 98-100%. Untuk mencapai kejenuhan udara dapat melalui beberapa proses,yaitu: 1. Pendinginan Peristiwa pendinginan suhu udara yang memungkinkan untuk meningkatkan kejenuhan udara di antaranya di sebabkan karena adanya radiasi di bumi mengalami pedinginan yang berlangsung sepanjang malam sehingga lapisan udara dekat permukaan tanah akan menjadi lebih dingin dari lapisan udara di atasnya dan dalam keadaan angin yang lemah, pendinginan banyak terjadi pada lapisan udara yang tipis, maka karena lapisan di atasnya lebih panas, mengakibatkan timbulnya suatu inversi permukaan yang juga tipis. 2. Adveksi udara secara horizontal Terjadi bila udara lembab bergerak di atas permukaan laut atau tanah yang lebih dingin dari suhu udara yang bergerak,maka kejenuhan udara akan naik. 3. Gerakan vertikal udara Akibat adanya radiasi matahari yang sangat kuat pada permukaan bumi akan mempengaruhi udara di atasnya untuk terjadinya proses konveksi. Dengan adanya kenaikan udara akan terjadi pendinginan udara secara adiabatis, sehingga menaikkan kejenuhan udara di atmmosfer. 4. Penambahan uap air Penguapan terjadi dari permukaan yang panas atau dari permukaan yang dingin. Jika air suhu cairan(liquid water) lebih tinggi dari suhu udara, maka penguapan akan berlangsung terus hingga mencapai keseimbangan sehingga tekanan uap jenuh pada suhu titik embun (ed) sama dengan tekanan uap jenuh pada suhu cair cairan (℮s) yang ini lebih besar dari tekanan uap jenuh pada suhu udara (℮a) kemudian uap air berkurang karena berkondensasi pada inti kondensasi dan kabut terbentuk bila es>ea sedangkan penguapan berhenti pada saat ℮d = ℮s < ℮a. Pada kondensasi ini atmosfer akan di tambah oleh penguapan butir-butir hujan panas yang jatuh melalui udara yang dingin sehingga menghasilkan kabut.

Transcript of Awan Dan Kabut

Page 1: Awan Dan Kabut

AWAN DAN KABUT

Kabut adalah titik-titk air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan tanah.melalui proses uap air dalam atmosfer akan berubah wujud menjadi cair atau padat dengan cara berkondensasi menjadi titik-titik air atau bersublimasi menjadi Kristal-kristal es. Titik-titik air dan kristal-kristal es yang berkumpul, melayang-layang di lapisan atmosfer yang tinggi disebut awan, namun disebut kabut bila melayang-layang di lapisan atmosfer dekat permukaan tanah.

PROSES TERJADINYA KABUT

Untuk menghasilkan kondensasi atau sublimasi di perlukan tingkat kejenuhan udara yang tinggi, di mana kelembaban relatif mendekati atau sama dengan 100%. Kriteria yang digunakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika  adalah jika terlihat adalanya partikel-partikel mikroskopis di udara permukaan dengan jarak pandang (Visibility) mendatar kurang dari 1 Km dan nilai kelembaban Relatif (RH) 98-100%.

Untuk mencapai kejenuhan udara dapat melalui beberapa proses,yaitu:

1. Pendinginan Peristiwa pendinginan suhu udara yang memungkinkan untuk meningkatkan kejenuhan udara di antaranya di sebabkan karena adanya radiasi di bumi mengalami pedinginan yang berlangsung sepanjang malam sehingga lapisan udara dekat permukaan tanah akan menjadi lebih dingin dari lapisan udara di atasnya dan dalam keadaan angin yang lemah, pendinginan banyak terjadi pada lapisan udara yang tipis, maka karena lapisan di atasnya lebih panas, mengakibatkan timbulnya suatu inversi permukaan yang juga tipis.

2. Adveksi udara secara horizontal Terjadi bila udara lembab bergerak di atas permukaan laut atau tanah yang lebih dingin dari suhu udara yang bergerak,maka kejenuhan udara akan naik.

3. Gerakan vertikal udara Akibat adanya radiasi matahari yang sangat kuat pada permukaan bumi akan mempengaruhi udara di atasnya untuk terjadinya proses konveksi. Dengan adanya kenaikan udara akan terjadi pendinginan udara secara adiabatis, sehingga menaikkan kejenuhan udara di atmmosfer.

4. Penambahan uap air Penguapan terjadi dari permukaan yang panas atau dari permukaan yang dingin. Jika air suhu cairan(liquid water) lebih tinggi dari suhu udara, maka penguapan akan berlangsung terus hingga mencapai keseimbangan sehingga tekanan uap jenuh pada suhu titik embun (ed) sama dengan tekanan uap jenuh pada suhu cair cairan (℮s) yang ini lebih besar dari tekanan uap jenuh pada suhu udara (℮a) kemudian uap air berkurang karena berkondensasi pada inti kondensasi dan kabut terbentuk bila es>ea sedangkan penguapan berhenti pada saat ℮d = ℮s < ℮a. Pada kondensasi ini atmosfer akan di tambah oleh penguapan butir-butir hujan panas yang jatuh melalui udara yang dingin sehingga menghasilkan kabut.

 

Page 2: Awan Dan Kabut

JENIS-JENIS KABUT (Berdasarkan Prosesnya)

Kabut Radiasi (Radiation Fog). Terjadi bila udara lembab bersinggungan dengan permukaan tanah yang

lebih dingin akibat radiasi bumi pada malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat

permukaan tanah. Kedalaman inverse tergantung pada besarnya turbuensi. Pada keadaan angin tenang

(calm) percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat dibawah

lapisan inversi yang sangat dangkal atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah, mungkin hanya

menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (frost). Kondisi udara pada malam hari

yangamenguntungkan untuk terbentuknya kabut:

1. anginnya lemah

2. langit cerah atau sedikit berawan

3. Rh yang relatif tinggi (80-100 %)

4. kondisi tanah serta lingkungan basah.

 

 

Kabut Adveksi (Advection Fog). Terjadi akibat adanya gerakan udara yang panas dan lembab keatas

permukaan yang ingin. Udara akan didinginkan dari bawah dan inverse permukaan terbentuk

pendindinan lebih lanjut di lapisan inversi akan menurunkan suhu udara sampai di bawah titik embun,

Page 3: Awan Dan Kabut

sehingga proses-proses kondensasi akan menghasilkan kabut. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya kabut adveksi:

Udara yang bergerak panas dan lembab

Terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga

terbentuk inverse di permukaan.

Kecepatan angina sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat di

Kabut Lereng (Upslope Fog). Terjadi jika udara lembab naik secara lambat sepanjang lereng pegunungan sehingga akan mengalami pendinginan secara adiatik. Pada

ketiggian tertentu udara yang dingin tersebut akan mengkondensasi sehingga terbentuk kabut. Jika naiknya udara lembab tersebut terlalu cepat akan terjadi turbulensi konvektif, yang menyebabkan terjadinya kondensasi pada lapisan yang lebih tinggi, sehingga akan

terbentuk awan stratus.

 

Page 4: Awan Dan Kabut

 

Kabut Tekanan (Barometrik Fog). Terjadi jika distribusi tekanan suhu diatas mengalami perubahan yaitu

suatu lapisan udara lembab pada permukaan mengalami penurunan tekanan barometrik, hasil

pendinginan adiabatik dapat menghasilkan kondensasi. Kejadian kabut ini sering terbentuk di lembah –

lembah atau basin yang berisi udara tetap.

 

 

Kabut Percampuran (Mixing Fog). Terjadi jika udara yang lembab panas bertemu dengan udara lembab

yang dingin, maka percampuran di daerah pertemuan dapat menghasilkan penjenuhan dan kondensasi.

Page 5: Awan Dan Kabut

Jika pencampuran ini terjadi di permukaan tanah dapat menghasilkan mixing fog. Umumnya terjadi di

daerah front antara dua massa udara maritim.

 

Perbedaan awan dan kabut “Perbedaan awan dan kabut”

AWAN terbentuk dari penguapan perairan karena terkena

panas matahari yang kemudian mengumpul di atmosfer

(troposfer). Awan juga merupakan massa yang terlihat dan

tertarik gaya gravitasi.

KABUT adalah uap air sebagai hasil kondensasi yang

masih dekat dengan tanah yang terjadi karena peristiwa

pemanasan atau pendinginan udara, biasanya

menyebabkan jarak pandang di permukaan bumi

berkurang. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan

menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap

Page 6: Awan Dan Kabut

dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan,

atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan

kompresi.

Gambar di bawah merupakan penampakan Gunung Bromo

di pagi hari.

Seperti yang ditunjukkan dari gambar di atas. Pada

intinya, ketinggian lah yg menjadi hal yg memudahkan

untuk membedakannya. Dan seperti halnya manusia, awan

pun mempunyai keluarga, sebagai berikut:

1. Awan Tinggi (Keluarga A): Bentuk awan tinggi antara

10.000 dan 25.000 kaki (3.000 dan 8.000 m) di daerah

kutub , 16.500 dan 40.000 kaki (5.000 dan 12.000 m) di

daerah beriklim sedang dan 20.000 dan 60.000 kaki

(6.000 dan 18.000 m) di daerah tropis.

2. Awan Tengah (Keluarga B): Awan Tengah cenderung

terbentuk pada 6.500 kaki (2.000 m), tetapi dapat

terbentuk pada ketinggian sampai 13.000 kaki (4.000

m), 23.000 kaki (7.000 m) atau 25.000 kaki (8.000 m),

tergantung pada daerah. Umumnya lebih hangat iklim,

semakin tinggi dasar awan. Nimbostratus merupakan

awan pada ketinggian menengah yang dapat bergerak

turun hingga ketinggian rendah pada saat hujan. The

Page 7: Awan Dan Kabut

World Meterological Organisasi mengklasifikasikan

Nimbostratus sebagai awan menengah yang dapat

mengentalkan ke dalam rentang ketinggian rendah

selama hujan.

3. Awan Rendah (Keluarga C1): Ini ditemukan dari dekat

permukaan hingga 6.500 kaki (2.000 m) [2] dan

termasuk Stratus genus. Ketika awan Stratus kontak

dengan tanah, mereka disebut kabut , meskipun

tidak semua bentuk kabut dari Stratus.

4. Awan Rendah (Keluarga C2): Awan ini dapat didasarkan

manapun dari permukaan dekat sekitar 10.000 kaki

(3.000 m). Cumulus biasanya bentuk pada rentang

ketinggian rendah tapi dasar akan naik ke bagian

bawah kisaran menengah saat kondisi kelembaban

relatif sangat rendah. Nimbostratus biasanya bentuk

dari altostratus di tengah rentang ketinggian tapi dasar

mungkin mereda ke kisaran rendah selama precipitaion.

Kedua jenis awan dapat mencapai ketebalan yang

signifikan dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai

awan vertikal (Keluarga D), terutama di Eropa. Namun,

cumulus biasa, menurut definisi, tidak sesuai dengan

tingkat vertikal yang menjulang cumulus (kumulus

congestus) atau paling cumulonimbus . Nimbostratus

Sangat tebal dapat perkiraan cumulus menjulang, tetapi

jatuh juga pendek tingkat vertikal awan cumulonimbus

berkembang dengan baik.

5. Awan Vertikal (Keluarga D):Genus cumulonimbus (Cb):

awan dengan massa besar dan menjulang dari

ketinggian rendah hingga sangat tinggi, rawan badai

dan petir. Mereka membentuk dalam massa udara yang

sangat stabil, khususnya sepanjang front yang bergerak

Page 8: Awan Dan Kabut

cepat dingin. Genus Cumulus (Cu), awan dengan ukuran

vertikal (lebar) yang besar dan bewarna gelap keabu-

abuan.

Kesimpulan: Kabut dapat digolongkan ke dalam

keluarga awan rendah (Keluarga C1), dikatakan

demikian karena ketika awan Stratus kontak dengan

tanah, mereka disebut kabut. Dan perlu dicatat juga

bahwa tidak semua bentuk kabut dari awan Stratus.

Proses Pembentukan Awan dan Terjadinya Hujan Akhmad Fadholi (BMKG)

Dalam atmosfer tetes awan terbentuk pada aerosol yang berfungsi sebagai inti kondensasi atau inti pengembunan. Kecepatan pembentukan tetes tersebut ditentukan oleh banyaknya inti kondensasi. Proses dimana tetes air dari fasa uap terbentuk pada inti kondensasi disebut pengintian heterogen. Adapun pembentukan tetes air dari fasa uap dalam suatu lingkungan murni yang memerlukan kondisi sangat jenuh (supersaturation) disebut pengintian homogen. Pengintian homogen yaitu pembekuan pada air murni hanya akan terjadi pada suhu dibawah -40 °C. Akan tetapi dengan keberadaan aerosol sebagai inti kondensasi maka pembekuan dapat terjadi pada suhu hanya beberapa derajat dibawah 0°C.

Inti kondensasi adalah partikel padat atau cair yang dapat berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut (NaCl) atau benda mikroskopik lainnya yang bersifat higroskopis, dengan ukuran 0,001 – 10 mikrometer.

Secara singkat proses kondensasi dalam pembentukan awan adalah sebagai berikut :

Udara yang bergerak ke atas akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah, tetapi sebelum RH mencapai 100 yaitu sekitar 78 ondensasi telah dimulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif. Perubahan RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan.

Tetes air kemudian mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100 Karena uap air telah digunakan oleh inti-inti yang lebih besar

Page 9: Awan Dan Kabut

dan inti yang lebih kecil kurang aktif tidak berperan maka volume tetes awan yang terbentuk jauh lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.

Tetes awan yang terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5 – 20 mm. Tetes dengan ukuran ini akan jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s sedang kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Bahkan jika kelembaban udara kurang dari 90 aka tetes tersebut akan menguap. Untuk dapat jatuh ke bumi tanpa menguap maka diperlukan suatu tetes yang lebih besar yaitu sekitar 1 mm (1000 mikrometer), karena hanya dengan ukuran demikian tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara ke atas (Neiburger, et. al., 1995).

Jadi perbedaan antara tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya. Jika sebuah awan tumbuh secara kontinyu, maka puncak awan akan melewati isoterm 0 °C. Tetapi sebagian tetes-tetes awan masih berbentuk cair dan sebagian lagi berbentuk padat atau kristal-kristal es jika terdapat inti pembekuan. Jika tidak terdapat inti pembekuan, maka tetes-tetes awan tetap berbentuk cair hingga mencapai suhu -40 °C bahkan lebih rendah lagi.

Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dangan bentuknya yang seperti bunga kol. Awan Cumulus terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan Cumulus terbagi dalam 3 jenis, yaitu: Strato Cumulus (Sc) yaitu awan Cumulus yang baru tumbuh ; Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan Cumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan Cumulus yang bergabung menjadi satu.

Awan Dingin dan Awan Hangat

Berdasarkan suhu lingkungan fisik atmosfer dimana awan tersebut berkembang, awan dibedakan atas awan dingin (cold cloud) dan awan hangat (warm cloud). Terminologi awan dingin diberikan untuk awan yang semua bagiannya berada pada lingkungan atmosfer dengan suhu di bawah titik beku (< 00C), sedangkan awan hangat adalah awan yang semua bagiannya berada diatas titik beku ( > 00C).

Awan dingin kebanyakan adalah awan yang berada pada daerah lintang menengah dan tinggi, dimana suhu udara dekat permukaan tanah saja bisa mencapai nilai <00C. Di daerah tropis seperti halnya di Indonesia, suhu udara dekat permukaan tanah sekitar 20-300C, dasar awan mempunyai suhu sekitar 180C. Namun demikian puncak awan dapat menembus jauh ke atas melampaui titik beku, sehingga sebagian awan merupakan awan hangat, sebagian lagi diatasnya merupakan awan dingin. Awan semacam ini disebut awan campuran (mixed cloud).

Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Dingin

Pada awan dingin hujan dimulai dari adanya kristal-kristal es. yang berkembang membesar melalui dua cara yaitu deposit uap air atau air super dingin (supercooled water) langsung pada kristal es atau melalui penggabungan menjadi butiran es. Keberadaan kristal es sangat penting dalam pembentukan hujan pada awan dingin, sehingga pembentukan hujan dari awan dingin sering juga disebut proses kristal es.

Sewaktu udara naik lebih tinggi ke atmosfer, terbentuklah titik-titik air, dan terbentuklah awan. Ketika sampai pada ketinggian tertentu yang sumbunya berada

Page 10: Awan Dan Kabut

di bawah titik beku, awan itu membeku menjadi kristal es kecil-kecil. Udara sekelilingnya yang tidak begitu dingin membeku pada kristal tadi. Dengan demikian kristal bertambah besar dan menjadi butir-butir salju. Bila menjadi terlalu berat, salju itu turun. Bila melalui udara lebih hangat, salju itu mencair menjadi hujan. Pada musim dingin salju jatuh tanpa mencair.  

Proses Terjadinya Hujan Pada Awan Hangat

Ketika uap air terangkat naik ke atmosfer, baik oleh aktivitas konveksi ataupun oleh proses orografis (karena adanya halangan gunung atau bukit), maka pada level tertentu partikel aerosol (berukuran 0,01 - 0,1 mikron) yang banyak beterbangan di udara akan berfungsi sebagai inti kondensasi (condensation nucleus) yang menyebabkan uap air tersebut mengalami pengembunan.Sumber utama inti kondensasi adalah garam yang berasal dari golakan air laut. Karena bersifat higroskofik maka sejak berlangsungnya kondensasi, partikel berubah menjadi tetes cair (droplets) dan kumpulan dari banyak droplets membentuk awan. Partikel air yang mengelilingi kristal garam dan partikel debu menebal, sehingga titik-titik tersebut menjadi lebih berat dari udara, mulai jatuh dari awan sebagai hujan.

Jika diantara partikel terdapat partikel besar (Giant Nuclei : GN : 0,1 - 5 mikron) maka ketika kebanyakan partikel dalam awan baru mencapai sekitar 30 mikron, ia sudah mencapai ukuran sekitar 40 - 50 mikron. Dalam gerak turun ia akan lebih cepat dari yang lainnya sehingga bertindak sebagai kolektor karena sepanjang lintasannya ke bawah ia menumbuk tetes lain yang lebih kecil, bergabung dan jauh menjadi lebih besar lagi (proses tumbukan dan penggabungan).

Proses ini berlangsung berulang-ulang dan merambat keseluruh bagian awan. Bila dalam awan terdapat cukup banyak GN maka proses berlangsung secara autokonversi atau reaksi berangkai (Langmuir Chain Reaction) di seluruh awan, dan dimulailah proses hujan dalam awan tersebut, secara fisik terlihat dasar awan menjadi lebih gelap. Hujan turun dari awan bila melalui proses tumbukan dan penggabungan, droplets dapat berkembang menjadi tetes hujan berukuran 1.000 mikron atau lebih besar. Pada keadaan tertentu partikel-partikel dengan spektrum GN tidak tersedia, sehingga proses hujan tidak dapat berlangsung atau dimulai, karena proses tumbukan dan penggabungan tidak terjadi.

Page 11: Awan Dan Kabut

PEMBAGIAN JENIS-JENIS AWAN (TAKSONOMI AWAN)

Awan Sirrus

Gumpalan awan putih berserat kristal es halus yang terlihat jelas di angkasa biru. Awan tinggi dengan ciri-ciri tipis, berserat seperti bulu burung atau gula-gula kapas. Awan ini tidak menimbulkan hujan.

B. Awan Cirrostratus

Awan Cirrostratus

Anon-konvektif cadar tipis yang biasanya menimbulkan halos. Matahari dan bulan terlihat di garis yang jelas. Biasanya mengental menjadi menjelang altostratus depan hangat atau daerah tekanan rendah.

C. Awan Cirrocumulus

Page 12: Awan Dan Kabut

Awan Cirroscumulus

lapisan awan yang tampak seperti ombak di pasir pantai, berbentuk bulat kecil atau serpih dan bewarna putih yang berkelompok atau berbaris 

2. Awan Menengah

Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim

sedang terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di

ketinggian 2-4 km.. Awan yang termasuk awan menengah adalah sebagai

berikut :

A. Altocumulus 

Awan Altocumulus

Page 13: Awan Dan Kabut

Awan jenis ini berukuran kecil-kecil, tetapi banyak. Biasanya berbentuk seperti

bola yang agak tebal berwarna putih pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan

ini bergerombol sehingga tampak saling bergandengan.

B. Altostratus

Awan Altostratus

Awan Altostratus berwarna kekelabuan dan meliputi hampir keseluruhan langit.

Awan ini menghasilkan hujan apabila cukup tebal.

Awan-awan di atas terbentuk pada waktu senja dan malam hari dan menghilang

apabila matahari terbit di awal pagi.

 3. Awan RendahAwan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam

awan rendah antara lain :  

A. Awan Stratocumulus

Page 14: Awan Dan Kabut

Startocumulus Cloud

Awan ini berbentuk seperti bola-bola yang sering menutupi daerah seluruh

langit, sehingga tampak seperti gelombang.

Lapisan awan ini tipis dan tidak menghasilkan hujan.

Awan ini berwarna kelabu/putih yang terjadi pada petang dan senja apabila

atmosfer stabil.

B. Awan Stratus 

Awan Stratus

Awan ini cukup rendah dan sangat luaas. Tingginya di bawah 2000

m. Lapisannya melebar seperti kabut dan berlapis.

Page 15: Awan Dan Kabut

C. Awan Nimbostratus

Awan Nimbostratus

Bentuknya tidak menentu ddengan pinggir compang-camping.

Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis.

Awan ini berwarna putih gelap yang penyebarannyaa di langit cukup luas.

4. Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal

A. Awan Cumulus

Page 16: Awan Dan Kabut

Awan Cumulus

Merupakan awan tebal dengan puncak yang agak tinggi. Terlihat gumpalan putih atau cahaya kelabu yang terlihat seperti bola kapas mengambang, awan ini berbentuk garis besar yang tajam dan dasar yang datar. Dasar ketinggian awan ini umumnya 1000 m dan lebaar 1 km.

B. Awan Cumulonimbus

Awan Cumulonimbus Florida

Berwarna putih/gelap. Terletak pada ketinggian kira-kira 1000 kaki dan puncaknya punya ketinggian lebih dari 3500 kaki. Awan ini menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur. Awan ini berhubungan erat dengan hujan deras, petir, tornado, dan badai.

HUJAN

           ww = 60 – 65 & ww = 80 – 82

Page 17: Awan Dan Kabut

Hujan adalah jatuhnya endapan berupa hydrometeor ( air) dari awan dan

sampai ke permukaan bumi. 

Hujan dapat dibedakan atas 3 tipe yaitu :

a.      Shower Rain, yaitu hujan yang berasal dari awan-awan konvektif atau orografik

yakni Cu, TCu, Cb dimana jumlah awan lebih dari 4 oktas. Mulai dan berakhirnya

secara tiba-tiba, intensitasnya berubah secara cepat. Waktu diantara shower

satu dengan shower berikutnya ditandai dengan keadaan langit yang bersih dan

jelas, keadaan awannya umumnya terpisah-pisah dengan jumlah yang berubah-

ubah. Awan-awan shower biasanya tampak berkembang sebelum menjadi

shower atau awan-awan tersebut bergerak mendekati stasiun sebelum shower

mencapai stasiun.

b.      Intermitten Rain, yaitu hujan yang jatuh dari awan-awan berlapis yang

umumnya menutup atau hampir menutup seluruh langit (awan stratus, Alto

Stratus dan Nimbus Stratus), N > 7 oktas. Sebentar-sebentar hujan, sebentar-

sebentar berhenti. Meskipun hujan sudah berhenti keadaan awan biasanya

masih tetap menutup seluruh langit atau hampir menutup langit. Kadang-kadang

dasr awan tampak menerang atau meninggi tetepi tanpa adanya lapisan awan

yang terputus dengan jelas.

c.       Continous Rain, yaitu hujan yang jatuh dari awan stratus yang berlapis-lapis

yang biasanya padat dan menutup seluruh langit. Hujan ini dilaporkan sebagai

hujan terus-menerus jika selama satu jam yang lalu berlangsung terus menerus

tanpa terputus.

Untuk lebih jelasnya lihat table di bawah ini.

No

Uraian Jenis Hujan

Shower Rain

(Hujan Tiba-Tiba)

Intermitten Rain

(Hujan Terputus)

Continous Rain

(Hujan Terus

Page 18: Awan Dan Kabut

Menerus)

1

2

3

4

Batasan

Bilamana

Intensitas

Diameter

-        Tetes-tetes air yang

jatuh dari awan

konvektif (Cu, TCu,

Cb)

-        N > 4 Oktas

-        Hujan datang dan

pergi secara tiba-

tiba.

-        Waktunya singkat, 5

– 15 menit

-        Ringan, sedang,

deras/lebat

-        ww = 80 (ringan)

ww = 81

(sedangs/d kuat)

ww = 82

(sangathebat/kuat)

       > 4,0 mm

-        Hujan yang sangat

keras dan

-     Jenis awan Stratus

(As, Ns, St)

-     N = 7 – 8 oktas

-     Dapat diestimasi /

diperkirakan

-     Waktunya ± 1 jam

pernah berhenti.

-        Ringan (ww = 60)

∑RR ≤ 1,0 mm/jam

-        Sedang  (ww = 62)

∑RR ≤ 2,0-3,9

mm/jam

-        Hebat  (ww = 64)

∑RR ≤ 8,0-15,9

mm/jam

       0,5 -  4,0 mm

-        Selama periode 1

jam, hujan pernah

terputus dan bukan

-     Jenis awan stratus

tebal

-     N = 8

-     Dapat diestimasi /

diperkirakan

-     Waktunya ≥ 1 jam

tidak berhenti.

-        Ringan (ww = 61)

∑RR ≤ 1,0-1,9

mm/jam

-        Sedang  (ww = 63)

∑RR ≤ 4,0-7,9

mm/jam

-        Hebat (ww = 65)

∑RR ≥ 16,0 mm/jam

       0,5 -  4,0 mm

Page 19: Awan Dan Kabut

5

6

Ciri-ciri

khusus

Cloud

menimbulkan

gemuruh

-        Percikan air sangat

kuat

-        Cepat menimbulkan

genangan air

-        Awan hampir

menutupi seluruh

langit

-        Jika hujan berhenti,

awan berkurang dan

VV >>, N <<

shower.

-        JIka hujan berhenti,

Cuaca membaik, N

tetap, tinggi dasar

awan meningkat,

VV tetap

-        Tidak ada celah

awan yang kosong

-        Hujan tidak terputus

selama periode 1 jam

dan bukan shower.

-        Jika hujan berhenti, N

tetap, tinggi dasar

awan tetap

-        Kemungkinan terjadi

hujan lagi

Tabel intensitas hujan tanpa shower

No

.Uraian

Intensitas hujan (tanpa shower)

Ringan Sedang Lebat

1

2

Diameter

Laju

pengumpulan

∑RR

≤ 0,5 – 1,0 mm 1,0 – 2,0 mm ≥ 2,0 – 4,0 mm

Page 20: Awan Dan Kabut

3

       Versi WMO

       Versi BMG

       Versi Agm 1a

       Versi klimat

Ciri-ciri khusus

< 1,9 mm/jam

5,0 – 20,0

mm/hari

< 5,0 mm/jam

< 13 mm/hari

< 0,5 mm/jam

-      Tetes-tetesnya

lambat

membentuk

genangan air

2,0 – 7,9 mm/jam

20,0 – 50,0

mm/hari

5,0 – 10,0

mm/jam

13 – 38 mm/ hari

0,5 – 4,0 mm/jam

-      Cepat

menggenang

≥ 8,0 mm/jam

50,0 – 100,0

mm/hari

> 10,0 mm/jam

> 38 mm/hari

> 4,0 mm/jam

-      Lebih cepat

menimbulkan

genangan air

-      Menimbulkan

suara gemuruh