autosomal
-
Upload
indahaprilia0917 -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of autosomal
Sindrom DownNurul Faizatul Amira Bt Ab Mutalib (102009298)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510
Pendahuluan
Anak dengan sindrom Down adalah individu yang dapat dikenali dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya
jumlah kromosom 21 yang berlebih. Dulu, sindrom ini disebut juga sebagai
“Mongoloid” karena matanya yang khas seperti bangsa mongol. Pada umumnya,
kasus sindrom Down terjadi disebabkan oleh trisomi kromosom 21. Trisomi ini terjadi
akibat proses nondisjunction, translokasi Robertsonian atau bisa juga disebabkan
mosaicism.
Insidens sindrom Down sekitar 1 dari 700 bayi yang dilahirkan hidup. Angka
kejadian sindrom Down berkaitan dengan usia ibu saat kehamilan di mana
insidensnya meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu. Diagnosis sindrom
Down berdasarkan atas adanya gejala-gejala klinis yang khas, serta ditunjang oleh
pemeriksaan kromosom. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan radiologi pada
kasus yang tidak khas.
Tiada penatalaksanaan spesifik untuk penyakit sindrom Down itu sendiri. Yang
diobati Cuma simptom-simptomnya. Selain itu, dilakukan juga edukasi kepada orang
tua dengan anak sindrom Down tersebut supaya mereka dapat menerima penyakit
anak mereka. Prognosis bervariasi tergantung kelainan lain yang dialami penderita .
44% kasus dengan sindrom Down hidup sampai 60 tahun, dan 14% sampai umur 68
tahun.
1
Pembahasan
Anamnesis
Kemahiran mengambil anamnesis akan mempermudah menemukan diagnosis.
Pertanyaan penting yang harus ditanyakan adalah:
1. Identitas pasien
Nama lengkap, tempat/tanggal lahir, status perkahwinan,
pekerjaaan, suku bangsa, agama, pendidikan dan alamat tempat
tinggal.
Dari skenario, didapatkan data pasien seperti berikut: bayi laki-laki
berusia 1 tahun.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Keluhan utama
Keluhan pasien dapat berupa:
Mengalami keterlambatan pada kemampuan
kognitif, perkembangan motorik dan bahasa serta
kemampuan sosial.
Sering berdengkur, sulit untuk tidur atau bangun,
sering tidur pada siang hari dan perubahan tingkah
laku.
Penglihatan atau pendengaran kurang baik.1
Pada kasus, pasien tersebut belum dapat duduk dan belum
dapat mengeluarkan kata-kata yang jelas.
b. Keluhan tambahan
Apakah sering muntah? (disebabkan sumbatan pada saluran
semgastrointestinal atau atresia)
2
Apakah sering pengsan, berdebar-debar atau sakit dada?
(adanya lesi pada jantung)
Apakah perutnya membuncit atau sulit untuk buang air
besar? (Hirschprung disease)
Apakah bayi mengalami kesukaran sewaktu menelan liru?
(atresia esofagus)
Apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid?
(hipotiroidime)
Apakah ada simptom-simptom dari ketidakstabilan
antlantoaxial seperti mudah lelah, sakit leher, gerakan
lehernya terbatas/kepalanya selalu senget, sukar berjalan,
perubahan gaya berjalan, kehilangan kekuatan tubuh bagian
atas, hiperrefleksia.1
3. Riwayat penyakit dahulu:
Apakah ada penyakit jantung?
Apakah ada kelainan saluran cerna?
Apakah ada kelainan tulang?
4. Riwayat penyakit keluarga:
Apakah antara ahli keluarga mempunyai keluhan yang serupa?
Wajah bayi tersebut mirip pamannya (kakak dari ibunya) yang
telah meninggal sewaktu usia 3 bulan.
5. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu:
a. Usia ibu sewaktu hamil?
b. Penyakit yang didapat atau pemakaian obat sewaktu hamil?
c. Apakah si ibu pernah melahirkan anak dengan sindrom Down
sebelum ini?
3
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
tampak sehat, sakit ringan atau berat.
pada kasus, pasien tampak lemah sejak lahir.
2. Pemeriksaan tanda vital
3. Inspeksi
Wajah
i. Wajah penderita sindrom Down sangat khas. Pada penderita ini
akan tampak kepala agak kecil dengan oksipital yang mendatar,
muka lebar, tulang pipi tingggi, hidung lebar dan datar.2
Mata
i. Jarak antara kedua mata lebar, mata sipit miring ke atas dan
samping. Lipatan epikantus jelas sekali.3
Telinga
i. Inspeksi: Daun telinga yang kecil terdapat pada sindrom Down.
Pada kelainan yang disebut low set ear di mana posisi daun
telinga lebih rendah dari normal.3
Mulut
i. Bibir lebar, lidah besar (makroglosia), kasar dan bergaris-garis
seperti skrotum (scrotal tongue).3
ii. Pemeriksaan gigi digunakan untuk mengetahui waktu dan
urutan erupsi, jumlah, karakter, kondisi dan posisi. Perhatikan
abnormalitas posisi gigi.4
4
Anggota gerak
i. Jarak antara jari satu dan dua, baik tangan maupun kaki agak
besar. Pada jari tangan, terdapat kelingking yang pendek dan
membengkok ke dalam.3
ii. Telapak tangan memiliki garis tangan yang khas abnormal,
yaitu hanya mempunyai sebuah garis mendatar saja (simian
crease).2
4. Antropometri
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan
fisik antara lain:
Pengukuran berat badan
i. Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi.
Pengukuran tinggi badan
i. Dilakukan pengukuran panjang badan pada anak sampai usia 2
tahun dengan cara berbaring.
ii. Pengukuran tinggi badan dilakukan pada anak di atas umur 2
tahun dengan cara berdiri.5,6
5. Pemeriksaan fisik jantung
Pemeriksaan fisik pada jantung dilakukan untuk menentukan adanya penyakit
pada kardiovaskuler yang berkaitan dengan keluhan pasien tampak lemah.
Inspeksi
i. Pada inspeksi dilihat apakah denyut apeks atau iktus kordis
dapat terlihat atau tidak. Biasanya sulit dilihat pada bayi dan
anak kecil, kecuali pada anak yang sangat kurus atau bila
terdapat kardiomegali.
5
Palpasi
i. Pemeriksaan palpasi dilakukan untuk menilai teraba tidaknya
iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat atau tidak,
iramanya regular atau tidak, dan frekuensinya.
ii. Getaran bising (trill) ialah bising jantung yang dapat diraba
dengan palpasi ringan.Getaran bising ini dapat teraba pada fase
sistolik dan diastolik dan dapat teraba apabila terdapat kelainan
pada jantung.
Auskultasi: untuk mendengar apakah ada murmur atau sebarang
kelainan bunyi jantung.
Perkusi: untuk menentukan batas jantung.5
Pemeriksaan penunjang
1. Denver
Pemeriksaan menurut Denver II selalu digunakan. Denver II adalah revisi utama
dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan
Revised Denver Developmental Screening Test (DDST-R) adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes
diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
Adapun tujuan dari DDST II antara lain sebagai berikut :
Mendeteksi dini perekembangan anak.
Menilai dan memantau perkembangan anak sesua usia (0 – 6 tahun)
Salah satu antisipasi bagi orang tua.
Identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan
Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak
6
Aspek perkembangan yang dinilai ada 4 sektor, yaitu :
Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan
Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Alat yang digunakan adalah :
Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, peralatan
makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian,
buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,
kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
Lembar formulir DDST II.
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.7
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia:
a. 3-6 bulan
b. 9-12 bulan
c. 18-24 bulan
d. 3 tahun
e. 4 tahun
7
f. 5 tahun
Tahap kedua dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi diagnostik yang lengkap.7
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).7
Cara pemeriksaan Denver II
Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk
satu tahun.
Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F.
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: normal, abnormal,
meragukan dan tidak dapat dites.
a. Abnormal
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau
lebih.
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan
dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
8
c. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
d. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.7
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2
tahun. Interpretasi dari nilai Denver II adalah sebaga berikut.
Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis
umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih).
Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75-
100% (warna hijau).
Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.7
9
Figure 1: Perkembangan anak dari lahir smapi usia 1 tahun.
10
2. Pemeriksaan penglihatan dan pendengaran
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan tes
fiksasi, umur 2 ½ tahun-3 tahun dengan kartu gambar dari Allen dan diatas
umur 3 tahun dengan kartu snellen. Juga diperiksa apakah ada strabismus
dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya.
Tes pendengaran dilakukan dengan menggunakan audiometer.7
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kariotipe
Pemeriksaan kariotipe sangat penting untuk memprediksi terjadinya
sindrom Down pada keturunan berikutnya. Pemeriksaan kariotipe ini
membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk memeriksa ada atau tidaknya
kromosom 21 yang lebih pada anak tersebut.
Foto 1: Trisomi 21.
FISH (Fluorescence in situ hybridization)
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk diagnosis cepat. Pemeriksaan ini
juga sukses untuk pemeriksaan prenatal dan diagnosis pada masa neonatal.
Mosaicism untuk trisomi 21 dijelaskan berhubungan dengan riwayat
keluarga untuk sindrom Down dan juga resiko terkena Alzheimer. Untuk
11
itu indikasi pemeriksaan FISH untuk mosaicism dilakukan pada seseorang
yang mengalami pertumbuhan terlambat dan adanya onset cepat dari
Alzheimer.
Pemeriksaan fungsi tiroid
TSH (thyroid stimulating factor) dan Thyroxine (T4) harus dipastikan
setelah lahir dan diobati.
Pemeriksaan IgG
Penurunan kadar IgG berhubungan dengan infeksi bakteri juga
berhubungan dengan gingivitis dan penyakit periodontal.
Pemeriksaan darah dan sumsum tulang
Anak-anak dengan sindrom Down memiliki peningkatan risiko leukemia,
termasuk leukemia akut dan leukemia lymphoblastic myeloid. Namun,
risiko kanker pada umumnya tidak meningkat karena kecenderungan
berkurang untuk tumor padat.6,8
4. Pemeriksaan radiologi
Cervical radiografi: dilakukan untuk mengukur jarak atlantoaxial.
Pemeriksaan dilakukan pada usia 3 tahun.
Echocardiografi: pemeriksaan ini harus dilakukan pada anak dengan
sindrom Down untuk mengidentifikasi gangguan jantung.8
12