Autism

4
Autisma Apa itu Autisma? Istilah “autistic” berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya self”. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri dengan dunianya sehingga kelihatan tidak tertarik kepada orang lain. Anak dengan autisma memang seperti memiliki “dunia” sendiri. Gangguan yang terjadi pada fungsi otak membawa anak autistik mengalami masalah pada: interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan pola tingkah laku yang repetitif (berulang) serta minat yang sempit. Autisma merupakan gangguan perkembangan yang kompleks. Setiap anak autistik memiliki ciri-ciri berbeda. Sebagian anak dengan kondisi yang berat menunjukkan ciri yang menyolok, sementara yang lainnya hanya menunjukkan beberapa ciri yang tidak terlalu kentara. Sebagian anak membutuhkan penanganan individual dan tetap tergantung pada orang lain sampai dewasa, sementara yang lainnya bisa belajar di sekolah umum dan mampu mandiri. Rentang yang luas dari keadaan anak-anak penyandang autisma dikenal dengan sebutan “Autistic Spectrum Disorder” (ASD). Identifikasi karakteristik pada anak autistik bisa dilakukan dengan melihat ciri-ciri yang khas pada anak, antara lain: kesulitan dalam interaksi dengan orang lain, hambatan dalam berbicara dan berkomunikasi, tingkah laku yang berulang, gangguan perilaku agresif dan hiperaktivitas, kelekatan dengan benda-benda, gangguan sensori, dan perkembangan yang tidak seimbang pada masa tumbuh kembang. Mengapa Intervensi Dini Sangat Penting? Intervensi dini mencakup tindakan penanganan pada usia 0-3 tahun. Beberapa riset menunjukkan bahwa intervensi dini mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengurangi gejala- gejala spektrum autisma. Penelitian membuktikan perkembangan otak pada anak usia dini sangat fleksibel sehingga sangat mungkin menghasilkan kemajuan berarti yang mempengaruhi pengembangan kemampuan kognitif, komunikasi, dan interaksi sosial anak ke depan menjadi lebih baik.

description

Autism

Transcript of Autism

Autisma

Apa itu Autisma?Istilah autistic berasal dari bahasa Yunani autos yang artinya self. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri dengan dunianya sehingga kelihatan tidak tertarik kepada orang lain. Anak dengan autisma memang seperti memiliki dunia sendiri. Gangguan yang terjadi pada fungsi otak membawa anak autistik mengalami masalah pada: interaksi sosial timbal balik, komunikasi, dan pola tingkah laku yang repetitif (berulang) serta minat yang sempit.

Autisma merupakan gangguan perkembangan yang kompleks. Setiap anak autistik memiliki ciri-ciri berbeda. Sebagian anak dengan kondisi yang berat menunjukkan ciri yang menyolok, sementara yang lainnya hanya menunjukkan beberapa ciri yang tidak terlalu kentara. Sebagian anak membutuhkan penanganan individual dan tetap tergantung pada orang lain sampai dewasa, sementara yang lainnya bisa belajar di sekolah umum dan mampu mandiri. Rentang yang luas dari keadaan anak-anak penyandang autisma dikenal dengan sebutan Autistic Spectrum Disorder (ASD).

Identifikasi karakteristik pada anak autistik bisa dilakukan dengan melihat ciri-ciri yang khas pada anak, antara lain: kesulitan dalam interaksi dengan orang lain, hambatan dalam berbicara dan berkomunikasi, tingkah laku yang berulang, gangguan perilaku agresif dan hiperaktivitas, kelekatan dengan benda-benda, gangguan sensori, dan perkembangan yang tidak seimbang pada masa tumbuh kembang.

Mengapa Intervensi Dini Sangat Penting? Intervensi dini mencakup tindakan penanganan pada usia 0-3 tahun. Beberapa riset menunjukkan bahwa intervensi dini mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengurangi gejala-gejala spektrum autisma. Penelitian membuktikan perkembangan otak pada anak usia dini sangat fleksibel sehingga sangat mungkin menghasilkan kemajuan berarti yang mempengaruhi pengembangan kemampuan kognitif, komunikasi, dan interaksi sosial anak ke depan menjadi lebih baik.

KARAKTERISTIK PERILAKU AUTISME

A. Kriteria Autisme :1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari gejala di bawah:a. tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang terarah,b. tak bisa bermain dengan teman sebaya,c. tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,d. kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut:a. bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara),b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi,c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang,d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.

3. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari gejala berikut ini:a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebih-lebihan.b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.c. Ada gerakan-garakan yang aneh, khas, dan diulang-ulang.d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda tertentu.

B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:1. interaksi sosial2. bicara dan berbahasa3. cara bermain yang kurang variatif.

C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak. Karakteristik Perilaku Bermain pada Penyandang Autisme :1. perilaku yang khas2. menjaga jarak dengan orang lain3. lebih sering sendiri atau paralel4. bermain lebih sedikit dibanding non autistik5. lebih sedikit menggunakan alat bermain dan kemampuan bermain sangat terbatas6. kesulitan dalam bermain pura-pura dan menirukan sesuatu yang dilakukan orang lain.

Penanganan Bagi Anak Autis

Tujuan dari penanganan pada penyandang autisme adalah:a. Membangun komunikasi dua arah yang aktif,b. Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga,c. Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar,d. Mengajarkan materi akademik, sertae. Meningkatkan kemampuan Bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain.

Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui cara menunjuk jari, menggunakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata. Program intervensi dini menawarkan pelayanan pendidikan dan penanganan untuk anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik atau kognitif.

Beberapa Jenis terapi yang bisa dilakukan pada anak autisme adalah sebagai berikut:a. Terapi perilaku1) Terapi okupasi Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis.2) Terapi wicara Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu keharusan, karena anak autis mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.3) Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar

b. Terapi biomedikPada masa remaja, beberapa perilaku agresif bisa semakin sulit dihadapi dan sering menimbulkan depresi. Kadang obat-obatan bisa membantu meskipun tidak dapat menghilangkan penyebabnya. Haloperidol terutama digunakan untuk mengendalikan perilaku yang sangat agresif dan membahayakan diri sendiri. Fenfluramin, buspiron, risperidon dan penghambat reuptake serotonin selektif (fluoksetin, paroksetin dan sertralin) digunakan untuk mengatasi berbagai gejala dan perilaku pada anak autis.

c. Sosialisasi ke sekolah reguler Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah formal sesuai dengan umurnya dengan tidak meninggalkan terapi perilakunya.

d. Sekolah (Pendidikan) Khusus Pada sekolah (pendidikan) khusus ini dikemas khusus untuk penyandang autis yang meliputi terapi perilaku, wicara dan okupasi, bila perlu dapat ditambahkan dengan terapi obat-obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.

Program pendidikan untuk anak autis sangat terstruktur, menitikberatkan kepada kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik pengelolaan perilaku positif. Strategi yang digunakan di dalam kelas sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga anak memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu berbeda. Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi okupasional dan terapi fisik merupakan bagian dari pendidikan di sekolah anak autis. Keterampilan lainnya, seperti memasak, berbelanja atau menyebrang jalan, akan dimasukkan ke dalam rencana pendidikan individual untuk meningkatkan kemandirian anak. Tujuan keseluruhan untuk anak adalah membangun kemampuan sosial dan berkomunikasi sampai ke tingkat tertinggi atau membangun potensinya yang tertinggi.

http://cae-indonesia.com/penanganan-bagi-anak-autis/