Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

69
TUGAS PENGAUDITAN 1 ANALISA LAPORAN KEUANGAN PT MITRA ADIPERKASA TBK disusun oleh: Adhi Satya Pramana 1006695652 Bob Adam Muttahara 1006695854 Dyah Purnamasari 1006662830 Faadhil Irshad Nasution 1006764006 Nana Aprilia Akhsani 1006696541 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA 2012

Transcript of Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Page 1: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

TUGAS PENGAUDITAN 1

ANALISA LAPORAN KEUANGAN

PT MITRA ADIPERKASA TBK

disusun oleh:

Adhi Satya Pramana 1006695652

Bob Adam Muttahara 1006695854

Dyah Purnamasari 1006662830

Faadhil Irshad Nasution 1006764006

Nana Aprilia Akhsani 1006696541

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS INDONESIA

2012

Page 2: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Statement of Authorship

“Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajar lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.

Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

No. Nama NPM Tanda tangan

1. Adhi Satya Pramana 1006695652

2. Bob Adam Muttahara 1006695854

3. Dyah Purnamasari 1006662830

4. Faadhil Irshad Nasution 1006764006

5. Nana Aprilia Akhsani 1006696541

Mata Ajar : Pengauditan 1

Judul Makalah/Tugas : Analisa Laporan Keuangan PT Mitra Adiperkasa Tbk

Tanggal : 5 Desember 2012

Dosen : Robert Porhas Tobing

Page 3: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi memainkan peran yang besar dalam pengalokasian sumber daya yang

efisien dalam ekonomi berbasis pasar. Dengan meningkatkan kredibilitas kepada

pengukuran dan pengungkapan, auditing pada abad 21 membuat akuntansi bermain

dalam peran utama. Saat ini ekonomi global dan organisasi bisnis yang ada di dalamnya

menjadi sangat kompleks dan memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya

yang membuat pendekatan baru untuk audit harus dikembangkan.

Auditing membuat banyak referensi yang dibutuhkan untuk mengetahui bisnis klien

dan industrinya ketika melakukan audit laporan keuangan. Pengetahuan tentang sifat dari

aktivitas bisnis dan risiko bisnis, struktur organisasi dan lingkungan internal serta

interaksinya dengan lingkungan eksternal menghasilkan basis untuk evaluasi auditor

apakah asersi laporan keuangan valid. Keadaan ekonomi dunia yang kompleks dan

dinamis membuat perlu adanya identifikasi, pengumpulan dan pemrosesan kesejahteraan

informasi mengenai bisnis klien dan industri yang relevan untuk audit dan yang

terpenting diperlukan adanya integrasi informasi untuk membentuk “sistem yang utuh”

yang menyajikan bagaimana organisasi klien sesuai dalam lingkungan ekonomi yang

luas. (Thimoty: 1997).

Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai dari entitas dan

lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material

dalam laporan keuangan apakah karena kesalahan atau penipuan, dan untuk merancang

sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lebih lanjut.(Arens: 2012)

1.2 Tujuan

Analisis Laporan Keuangan ini bertujuan untuk:

1. Mengerti tentang bisnis klien dan industry

2. Menilai risiko bisnis klien (lingkungan industri dan eksternal, operasi dan proses

bisnis, manajemen dan tata kelola, strategi dan tujuan organisasi serta melakukan

pengukuran kinerja)

3. Melakukan pendahuluan prosedur analitis

Page 4: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

BAB II

ISI

2.1 Profil Perusahaan

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) adalah perusahaan yang bergerak di bidang ritel dan

merupakan pemegang lisensi berbagai macam merek dagang di Indonesia. MAP

didirikan dengan akta No. 105 tanggal 23 Januari 1995 dari Julia Mensana, S.H., notaris

di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C2-9243.HT.01.01.TH.95 tanggal

31 Juli 1995 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 6

Oktober 1995.

Pada awal berdirinya, MAP hanya menjadi perusahaan ritel bagi produk-produk

sports sebelum akhirnya memasuki lini bisnis lainnya yang sampai sekarang berjumlah

lima yaitu sports, department store, fashion, food & beverage dan lifestyle. Sampai

dengan akhir tahun 2011, MAP memiliki 78 konsep ritel dan 1044 ritel yang beroperasi

di 38 kota di Indonesia. Ritel-ritel tersebut menjual produk-produk dengan lebih dari 100

merek kelas dunia. Untuk sports, MAP diantaranya memiliki Sports Station dan The

Sports warehouse yang memegang lisensi dari produk bermerek seperti Reebok atau

Adidas. Untuk department store, MAP menjadi pelopor department store berkonsep

modern dan internasional seperti SOGO dan Debenhams. Untuk fashion, MAP menjadi

ritel bagi produk-produk kelas dunia seperti Zara, Massimo Dutti atau Lacoste. Untuk

food & beverage, MAP diantaranya memiliki Starbucks dan Burger King. Dan untuk

lifestyle, MAP memiliki toko buku Kinokuniya dan The FoodHall.

Page 5: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Secara umum, kegiatan usaha MAP bergerak dalam bidang perdagangan, sehingga

dengan demikian kegiatan bisnis perusahaan akan bersinggungan erat dengan aktivitas

yang berkaitan dengan persediaan. Sistem perdagangan dalam bisnis ritel seperti MAP

adalah sistem konsinyasi kecuali untuk lini bisnis food & beverage. Dalam menjalankan

usahanya, MAP memiliki 34 anak perusahaan yang tidak hanya berada di Indonesia

namun juga di Singapura, Malaysia dan Thailand. Setiap anak perusahaan ini memegang

lisensi atas suatu merek atau toko tertentu seperti Zara yang dipegang oleh PT Sarimode

Fashindo Adiperkasa, B’Gosh oleh MAP Active Thailand Ltd dan Starbucks oleh PT

Sari Coffee Indonesia.

Page 6: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Department Store

Fashion

Fashion Footwear

Active (Sports & Leisure)

Active (Kids)

Food & Beverage

Lifestyle | Others

Page 7: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

2.2 Memahami Bisnis dan Industri MAP

2.2.1 Industry and External Environment

MAP dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri ritel

berpotensi untuk memiliki resiko misstatement terkait dengan pencatatan persediaan.

Hal ini cukup beralasan mengingat ada kemungkinan perbedaan asumsi dalam

penilaian persediaan, perubahan nilai dari persediaan itu sendiri. Selain itu, inti bisnis

perusahaan yang bergerak di sektor fashion industry, memungkinan terjadinya

obsolence atau keusangan terhadap persediaan yang diakibatkan oleh tingginya

perubahan selera pasar.

MAP adalah perusahaan yang memiliki segmentasi konsumen kelas menengah

atau memiliki pendapatan perbulan di atas Rp 2 juta. Adapun saat ini trend

pertumbuhan kelas menengah terus berlangsung. Pada tahun 2006 jumlah konsumen

dengan pendapatan diatas Rp 2 juta barulah 3%, namun pada tahun 2011 tumbuh

hingga 17%. Pertumbuhan kelas menengah ini diperkirakan akan terus berlangsung di

masa yang akan datang, Mckinsey dalam laporannya yang berjudul “The Archipelago

Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” memprediksikan bahwa kelas menengah

Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 32% dan 2030 menjadi 48% atau

setara dengan 135 juta penduduk.

Source: Indonesia Statistical Bureau (BPS)

Page 8: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Source: Nielsen Media Research, Media Index

Source: Mckinsey and BPS

Dengan potensi tambahan 90 juta penduduk ke kelas menengah, bisnis MAP sangat berprospek untuk tumbuh dengan pesat.

Selain bertambahnya jumlah kelas menengah, nominal pengeluaran dalam kelas menengah itu sendiri mengalami tren peningkatan. Berdasarkan hasil riset Nielsen Media Research, pengeluaran kelas menengah dengan nominal diatas Rp1.5juta telah meningkat dari 42% pada tahun 2008 menjadi 62% pada tahun 2010. Hal ini merupakan indikasi yang baik dimana peningkatan kelas menengah juga diiringi dengan peningkatan pengeluaran.

Pertumbuhan toko modern mengalami peningkatan yang signifikan sehingga persentase toko

modern telah meningkat dari 35% pada 2006 menjadi 40% pada 2011. Hal ini disebabkan

oleh preferensi dari konsumen untuk berbelanja di toko modern, terutama oleh konsumen-

konsumen yang berada di kota besar. Konsumen cenderung pergi ke toko modern karena

kenyamanan dan juga konsep one-stop shoppingnya sehingga memudahkan untuk memenuhi

berbagai kebutuhan dalam satu tempat. Dari dorongan permintaan inilah akhirnya terjadi

penetrasi pertumbuhan toko modern. Pertumbuhan toko modern terpusat di pulau Jawa

dengan proporsi hingga 78%. Hal ini sejalan dengan apa apa yang dilakukan MAPI yakni

fokus menggarap pasar di pulau Jawa terutama Jakarta.

Page 9: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Apabila kita melihat pada data rata-rata pendapatan bulanan, kita akan mendapati

bahwa rata-rata pendapatan orang di kota lebih besar dibandingkan di desa yakni Rp3juta

berbanding Rp2,6juta. Apabila perbandingan didasarkan pada lokasi geografis, maka

pendapatan rata-rata penduduk di pulau jawa lebih tinggi dibanding luar jawa yakni

Rp2,9juta berbanding Rp2,8juta. Oleh karena itu menjadi jelas mengapa sebagian besar toko

modern berada di pulau Jawa, pendapatan masyarakat di pulau Jawa lebih besar dengan di

luar pulau Jawa.

Page 10: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Efek dari peningkatan kelas menengah ternyata sudah berpengaruh terhadap kinerja perseroan. Hal ini dibuktikan dengan melihat kinerja selama 3 tahun ke belakang. Dimana baik Net Revenue, EBITDA, juga Net Income semua mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Net revenue pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 43%. Begitupun dengan Net Income yang telah mengalami peningkatan hingga 119.5%. Dengan propek pertumbuhan kelas menengah, tentu kinerja MAP di masa yang akan datang dapat lebih baik lagi.

Source: Credit Suisse Emerging Consumer Survey 2012, AC Nielsen

Source: Credit Suisse Emerging Consumer Survey 2012, AC Nielsen

Selain itu ditambah lagi dengan realitas bahwa penduduk di luar Jawa lebih banyak menyimpan pendapatan mereka, 0,4 berbanding 0,3. Namun tentu ini sebenarnya merupakan potensi pasar yang potensial untuk digarap oleh retailer termasuk MAPI dimasa yang akan datang.

Page 11: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Kepatuhan terhadap SAK

Salah satu masalah compliance bagi suatu entitas adalah kepatuhan terhadap standar

akuntansi keuangan yang berlaku pada saat ini. Pemerintah Indonesia sebagai anggota The

Group of Twenty (G20 Forum) telah bersepakat untuk melakukan konvergensi terhadap

IFRS. IAI mencanangkan bahwa standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku

di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan (www.iaiglobal.or.id, 2010). Adopsi secara

bertahap terhadap IFRS telah dilakukan oleh IAI dengan melakukan revisi Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disesuaikan dengan IFRS sehingga perusahaan go

public wajib mengungkapkan informasi keuangannya berdasarkan prinsip akuntansi baru atau

revisi yang mulai efektif secara bertahap sejak tahun 2008. MAP sudah menerapkan 19

PSAK yang sesuai dengan kondisi bisnis mereka. Masih ada lebih dari 30 PSAK yang sudah

terbit namun belum diimplementasikan oleh MAP. Mereka berencana mengimplementasikan

secara bertahap pada tahun 2012 dan 2013.

Page 12: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

MAPI’s Competitor in Industry

Pada segmen

Department Store,

MAPI memiliki

Sogo dan

Debenhams, dimana

kedua Department

Store ini memiliki

segmentasi

konsumen menengah

dan high-end.

Untuk segmen F&B, khususnya

kedai kopi, MAPI merupakan market

leader dengan hak eksklusifnya untuk

merek Starbucks. Selain itu portofolio

MAPI di F&B juga terdiri dari makanan

cepat saji seperti Burger King, Dominos

Pizza. Juga lainnya seperti Ice Cream Cold

Stone, Krispy Kream, dsb.

Segmen bisnis mainan juga merupakan bagian dari portofolio bisnis MAPI. Pada segmen ini MAPI memiliki lisensi khusus untuk merek seperti Osh Kosh B’Gosh, Barbie, Batman. Selain itu jaringa retail Kidz Station yang cukup kuat dimana memiliki jumlah toko hingga 55 unit merupakan keunggulan tersendiri. Pada segmen ini MAPI mendapat ancaman serius dari Toys Kingdom yang merupakan merk dari Ace Hardware Tbk yang tengah gencar melakukan ekspansi.

Source: Company Data

Source: Company Data

Source: Company Data

Adapun kompetitor MAPI pada segmen ini adalah Metro dan Centro yang

memiliki target market hampir sama. Sehingga persaingan head-to-head bisa terjadi.

Namun faktor lokasi juga turut mempengaruhi daya saing. Adapun MAPI berencana

menambah portofolio bisnis department store dengan mendatangkan merek dari Paris

yakni Galeries Lafayette pada awal 2013 ini di Mal Pacific Place.

Page 13: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Anak Perusahaan MAP

Subsidiaries Brand (Store)Percentage of ownership

(%)Retail business    PT Mitra Selara Sempurna ("MSS") Marks & Spencer     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01PT Sarimode Fashindo Adiperkasa ("SFA") Zara     Ownership:   99,99      Direct 0,01      Indirect    PT Mitramode Duta Fashindo ("MDF") Masimmo Dutti     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01PT Prima Buana Perkasa ("PBP") Pull & Bear     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01Map Active (Thailand) Limited ("MAPA (T)") Next, Carter's and      Ownership: OshKosh B'gosh        Direct 99,99      Indirect   0,01PT Mitra Gaya Indah ("MGI") Camper and Linea     Ownership:          Direct 98,00      Indirect   2,00PT Putra Agung Lestari ("PAL") Payless     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01PT Sukses Diva Mandiri ("SDM") Stradivarius     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01PT Bersama Karunia Mandiri ("BKM") Bershka     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01MAP Active Footwear (S) Pte. Ltd. ("MAPA F(S)") Payless 100,00MAP Active Footwear Malaysia Sdn. Bhd. Payless 100,00PT Panen Cosmetics Indonesia ("Pcos")     Ownership:          Indirect   100,00

Page 14: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Subsidiaries Brand (Store)Percentage of ownership

(%)Department stores    PT Panen Lestari Internusa ("PLI") Sogo     Ownership:           Direct 99,00      Indirect   1,00PT Java Retailindo ("JR") Lotus         Indirect   100,00PT Benua Hamparan Luas ("BHL") Debenhams     Ownership:           Direct 99,99       Indirect   0,01PT Panen Selaras Intibuana ("PSI") Seibu     Ownership:          Indirect 100,00PT Alun Alun Indonesia Kreasi ("AAI") Alun-alun     Ownership:        Indirect   100,00PT Panen GL Indonesia (PGI)     Ownership:          Indirect 100,00     Cafe and restaurant  PT Sari Boga Lestari ("SBL") Chatter Box     Ownership:        Direct   99,97      Indirect 0,03PT Sari Coffe Indonesia ("SCI") Starbucks     Ownership:        Direct   99,99      Indirect 0,01PT Sari Pizza Indonesia ("SPI") Pizza Marzano     Ownership:        Direct   99,99      Indirect 0,01PT Sari Burger Indonesia ("SBI") Burger King     Ownership:        Direct   99,99      Indirect 0,01PT Sari IceCream Indonesia ("SII") Cold Stone     Ownership:        Direct   99,99      Indirect   0,01

Page 15: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Subsidiaries Brand (Store)Percentage of ownership

(%)PT Dom Pizza Indonesia ("DPI") Domino Pizza     Ownership:        Direct   99,99      Indirect 0,01PT Premier Doughnut Indonesia ("PDI") Krispy Kreme     Ownership:        Direct   99,99      Indirect 0,01PT Sari Food Lestari       Ownership:        Indirect   100,00   Book Stores    

PT Kinokunia Bukindo ("KB")Kinokunia Book Store  

   Ownership:          Indirect 100,00     Manufacturing  PT Mitra Garindo Perkasa ("MGP")       Ownership:        Direct   99,96      Indirect 0,04     Others  PT Siola Sandimas ("SS")       Ownership:        Direct   99,99      Indirect 0,01PT Premier Capital Investment ("PCI")   99,50PT Map Active ("MAPA")     Ownership:          Direct 99,99      Indirect   0,01Map Active Pte. Ltd. ("MAPA (S)") 100,00Asia Retail Investment Pte.Ltd. ("ARI")   100,00Map Active Trading Pte. Ltd. ("MAPT")   100,00

Page 16: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

2.2.2 Business Operations and Processes

Dari segi operasi, perusahaan menjalankan kegiatan bisnisnya melalui anak usaha

yang dimiliki sepenuhnya oleh holding company yang dilakukan dengan cara

membuka gerai sendiri (kecuali untuk PT. Samsonite Indonesia yang merupakan

entitas asosiasi dan kegiatan bisnisnya berupa impor dan distribusi). Perusahaan juga

telah menjalankan bisnisnya secara global. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya

beberapa entitas anak yang berbadan hukum asing yang berdiri di Malaysia,

Singapuran dan Thailand.

Perusahaan juga memiliki banyak hubungan dengan pihak ketiga. Sebagai retailer

dan pemegang lisensi merek dari berbagai macam merek di Indonesia, perusahaan

tentu memiliki hubungan kuat dengan pemegang merek. Ditambah lagi, merek

internasional yang barangnya didatangkan dari luar negeri akan menyebabkan

perusahaan banyak bersinggungan dengan kegiatan impor. Selain itu, perusahaan

yang bergerak di bidang retail juga akan memiliki hubungan erat dengan lessor

dimana perusahaan membuka gerai.

Dari segi pelaporan dan audit, walaupun perusahaan telah menerapkan sistem

informasi yang cukup baik dalam kegiatan operasi bisnisnya, banyaknya anak usaha

yang dimiliki oleh perusahaan dapat menyebabkan kompleksnya kegiatan konsolidasi

laporan keuangan dari perusahaan. Hal ini terbukti dengan terjadinya keterlambatan

publikasi laporan keuangan triwulan II 2012 yang dikarenakan masih berlangsungnya

proses audit terhadap laporan keuangan konsolidasi perusahaan.

2.2.3 Management and Governance

1. Filosofi Manajemen

Dalam menjalankan usahanya, manajemen MAP memiliki filosofi yang dinamakan

PEOPLE, yaitu:

People Centered Approach

Selalu mementingkan para pelanggan dan karyawan dalam setiap inti pengambilan

keputusan bisnis.

Empowerment

Memberdayakan karyawan dengan memberikan kewenangan karena MAP percaya

bahwa pendelegasian kekuasaan dan otonomi akan mendorong kontribusi, tanggung

Page 17: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

jawab dan kewirausahaan. Kewirausahaan adalah kunci dari bisnis ritel, dan faktor ini

membantu karyawan untuk mengembangkan rasa memiliki.

Originality

Mempelopori konsep-konsep dan ide-ide baru dalam seluruh usaha ritel dan

pemasaran.

Principles

Menjunjung tinggi prinsip-prinsip integritas dan kejujuran.

Loyalty

Membangun loyalitas karyawan dan pelanggan serta memiliki hubungan jangka

panjang dengan pemilik merek, mitra usaha, pemilik properti dan pemasok.

Earnings

Berusaha meraih keuntungan berdasarkan nilai-nilai utama perusahaan.

Dalam filosofinya ini terlihat bahwa manajemen MAP sangat mengedepankan

hubungan yang baik dengan para stakeholder-nya yaitu karyawan, pelanggan, pemilik

merek, mitra usaha, pemilik properti dan pemasok.

2. Pertimbangan Kritis Akuntansi dan Estimasi Akuntansi yang Signifikan

a. Rugi Penurunan Piutang

Perusahaan dan entitas anak menilai penurunan piutang pada setiap tanggal pelaporan.

Dalam menentukan apakah rugi penurunan nilai harus dicatat dalam laporan laba rugi,

manajemen membuat penilaian, apakah terdapat bukti objektif bahwa kerugian telah terjadi.

Manajemen juga membuat penilaian atas metodologi dan asumsi untuk memperkirakan

jumlah dan waktu arus kas masa depan yang direview secara berkala untuk mengurangi

perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian aktualnya. Pencatatan Piutang

dikelompokkan berdasarkan pelanggan, umur jatuh tempo dan mata uang. Pada catatan atas

piutang di laporan keuangan tahun 2010 dan 2011 tidak terdapat piutang usaha yang

dijaminkan kepada pihak manapun. Berdasarkan penelaahan atas status masing masing

piutang pada akhir tahun, manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang raguragu atas

piutang usaha adalah cukup karena tidak terdapat perubahan signifikan terhadap kualitas

kredit.

b. Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan

Perusahaan dan entitas anak membuat penyisihan penurunan nilai persediaan

berdasarkan estimasi persediaan yang digunakan pada masa mendatang. Walaupun asumsi

yang digunakan dalam mengestimasi penyisihan penurunan nilai persediaan telah sesuai dan

Page 18: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

wajar, namun perubahan signifikan atas asumsi ini akan berdampak material terhadap

penyisihan penurunan nilai persediaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil usaha

Perusahaan dan entitas anak. Persediaan dikelompokkan menjadi barang dagangan dan

industri pakaian (manufaktur). Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan penurunan nilai

persediaan tahun 2010 dan 2011 adalah cukup. Persediaan telah diasuransikan terhadap risiko

kebakaran, pencurian dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA

Insurance Public Company Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG

Insurance (Malaysia) Sdn. Bhd. dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.332,56 milyar,

THB 54.010.000, SGD 150.000 dan MYR 950.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT

Asuransi Dayin Mitra Tbk dan AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah

pertanggungan sebesar Rp 956,12 milyar dan THB 40.880.000 pada tanggal 31 Desember

2010.

c. Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Aset Tetap dan Properti Investasi

Masa manfaat setiap aset tetap dan properti investasi Perusahaan dan entitas anak

ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi

ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa

manfaat setiap aset direview secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda

dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau

keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi

dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta

periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan di atas.

Berdasarkan penilaian dari penilai independen yang tidak berhubungan dengan Perusahaan

dan entitas anak, nilai wajar properti investasi pada tanggal 5 Januari 2012 sebesar Rp

126.260.000 ribu. Penilaian dilakukan berdasarkan metode biaya dan pendapatan. Beban

penyusutan sejumlah Rp 4.879.952 ribu dan Rp 4.957.805 ribu masing-masing untuk tahun

2011 dan 2010 dicatat sebagai beban Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 properti

investasi telah diasuransikan secara bersama dengan aset tetap.

Aset dalam penyelesaian merupakan aset dalam rangka ekspansi Perusahaan dan

entitas anak, yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2012. Perusahaan dan entitas anak

memiliki beberapa bidang tanah yang terletak di Jawa tengah, Jakarta, Tangerang, Bogor dan

Bali dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan seluas 57.777 m2. Hak Guna Bangunan

tersebut berjangka waktu 20 - 30 tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2014 dan 2029.

Manajemen Perusahaan berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan dan proses

Page 19: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

sertifikasi hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan

bukti pemilikan yang memadai.

Aset tetap dan properti investasi, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko

kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA

Insurance Public Company Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG

Insurance (Malaysia) Sdn. Bhd. dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.193.84 milyar,

THB 23.820.000, SGD 395.000 dan MYR 1.230.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT

Asuransi Dayin Mitra Tbk dan AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah

pertanggungan sebesar Rp 1.130,82 milyar dan THB 18.180.000 pada tanggal 31 Desember

2010.

d. Penurunan Nilai Goodwill

Menentukan apakah suatu goodwill turun nilainya memerlukan estimasi nilai pakai

unit penghasil kas dimana goodwill dialokasikan. Perhitungan nilai pakai mengharuskan

manajemen untuk mengestimasi aliran kas masa depan yang diharapkan yang timbul dari unit

penghasil kas yang menggunakan tingkat pertumbuhan yang sesuai dan tingkat diskonto yang

sesuai untuk perhitungan nilai kini. Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan entitas anak

menghentikan amortisasi goodwill. Akumulasi amortisasi dieliminasi terhadap biaya

perolehan yang tercatat. Perusahaan dan entitas anak menetapkan nilai terpulihkan dari

goodwill, dan menentukan bahwa goodwill yang terkait dengan aktivitas tertentu diturunkan

nilainya sebesar Rp 11.223.469 ribu pada 31 Desember 2011. Nilai terpulihkan atas aktivitas

tersebut di tentukan dengan mengacu pada nilai pakai unit kas yang dihasilkan. Kerugian

penurunan nilai termasuk dalam pos keuntungan dan kerugian lain-lain dalam laporan laba

rugi komprehensif konsolidasian.

Page 20: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

e. Struktur Organisasi Perusahaan

1. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris memiliki tugas melakukan fungsi pengawasan atas pengelolaan

Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi. Dewan Komisaris juga memberikan masukan

kepada Direksi sehubungan dengan pengelolaan Perusahaan yang mereka jalankan,

khususnya terkait dengan Tata Kelola Perusahaan yang baik, pengawasan internal dan

kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku menurut keputusan Rapat Umum Pemegang

Page 21: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Saham Tahunan dan Anggaran Dasar Perusahaan. Anggota Dewan Komisaris Perusahaan

ditunjuk melalui pemilihan pada Rapat Umum Pemegang Saham untuk masa jabatan dua

tahun dan mereka dapat dipilih kembali untuk masa jabatan dua tahun berikutnya. Di tahun

2011, Perusahaan dan Entitas Anak memberikan Rp 3.927.928 ribu kepada Dewan Komisaris

dan sebesar Rp 42.029.327 ribu dan THB 5.687.612 kepada anggota Direksi dan personel

kunci. Rapat intensif yang terjadwal – dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris setiap

kwartalnya (4 kali setahun) untuk membicarakan dan mengambil keputusan mengenai isu-isu

strategis dengan direksi. Adapun dewan komisaris terdiri dari:

1. Presiden Komisaris sekaligus Komisaris Independen (Mien Sugandhi)

a. Mien Sugandhi merupakan warga negara Indonesia kelahiran tahun 1934.

Beliau dipercaya memangku jabatan Presiden Komisaris Perusahaan sejak tahun

2004, sekaligus sebagai Komisaris Independen sejak bulan Juni 2005. Selain itu

beliau juga menjabat posisi penting pada Anak Perusahaan. Sebelumnya pernah

menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita sejak tahun 1993-1998

serta menjadi anggota MPR dan DPR tahun 1977-1993. Beliau pernah tercatat

mengikuti pendidikan Kursus Singkat Angkatan (KSA) XI yang diselenggarakan

oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) pada tahun 2003. Menerima

penghargaan “Bintang Mahaputera Adipradana” dari Pemerintah RI pada tanggal

17 Agustus 1996 ketika menjabat sebagai Menteri Urusan Peranan Wanita

Kabinet Pembangunan VI. Menjadi peserta Konsolidasi Tenaga Ahli Pengajar,

Tenah Ahli Pengkaji, Tenaga Profesional dan Tutor Lemhanas RI tahun 2007

(menerima Sertifi kat yang ditandatangani Gubernur Lemhanas RI, Bapak Prof D.

Muladi, SH). Beliau memperoleh gelar Doktor dari Northern California Global

University, Amerika Serikat, pada tahun 2001.

b. Presiden Komisaris sekaligus Komisaris Independen (G.B.P.H. H.

Prabukusumo, P.Si)

c. G.B.P.H. H. Prabukusumo, S.Psi adalah warga negara Indonesia kelahiran

tahun 1954. Menjabat sebagai Komisaris Independen Perusahaan sejak Juni 2009.

Selain itu, hingga saat ini juga menjadi Presiden Komisaris PT Jogjakarta Tugu

Televisi sejak tahun 2003 dan Komisaris BPR Mataram Manunggal di

Yogyakarta serta Presiden Direktur PT Karka Abisatya Mataram sejak tahun

1993. Sejak tahun 2010 menjadi Komisaris PT Lintas Indo Cakrawala. Beliau

mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

pada tahun 1996.

Page 22: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

2. Komisaris (Juliani Gozali, Kentjana Idriawati dan Prakoso Eko Setyawan Himawan)

a. Juliani Gozali adalah warga negara Indonesia kelahiran tahun 1952. Saat ini

beliau menjabat sebagai Komisaris Perusahaan. Selain itu beliau juga memangku

posisi penting di beberapa Anak Perusahaan. Memperoleh gelar Sarjana Sosial Politik

dari Universitas Jayabaya, Jakarta, pada tahun 1986.

b. Kentjana Indriawati adalah warga negara Indonesia kelahiran tahun 1949.

Beliau menjabat sebagai Komisaris Perusahaan sejak tahun 2004. Selain itu beliau

juga memangku posisi penting di beberapa Anak Perusahaan. Beliau memperoleh

gelar Master of Business Administration dari American World University, Amerika

Serikat, pada tahun 1999.

c. Prakoso Eko Setyawan Himawan adalah warga negara Indonesia kelahiran

tahun 1954. Beliau menjabat sebagai Komisaris Perusahaan sejak Juni 2010. Hingga

saat ini beliau juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif PT IRC Inoac Indonesia.

Gelar Bachelor of Science Industrial Engineering diraihnya pada tahun 1978 dari

California State Polytechnic University,California, Amerika Serikat. Selain itu beliau

memperoleh gelar MBA International Business Economic and Research pada tahun

1982 dari University of Southern California, Los Angeles, California, Amerika

Serikat.

2. Direksi

Direksi melaksanakan pengelolaan Perusahaan dengan merumuskan berbagai

kebijakan dan dengan melakukan implementasi serta mengawasi pelaksanaan

kebijakankebijakan ini. Pemilihan anggota Direksi dilakukan pada saat Rapat Umum

Pemegang Saham Tahunan untuk masa jabatan dua tahun dan selanjutnya dapat dipilih

kembali untuk masa jabatan dua tahun berikutnya. Di tahun 2011, Perusahaan dan Entitas

Anak memberikan total remunerasi yang mencapai Rp 3.927.928 ribu kepada Dewan

Komisaris dan sebesar Rp 42.029.327 ribu dan THB 5.687.612 kepada anggota Direksi dan

personel kunci. Direksi mengadakan pertemuan intensif yang dilaksanakan secara teratur

setiap kuartal (4 kali setahun) untuk membahas dan memutuskan masalah-masalah strategis

dengan Dewan Komisaris. Adapun Dewan Direksi terdiri dari:

1. Presiden Direktur (H.B.L. Mantiri)

H.B.L. Mantiri, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1939. Beliau menjabat

sebagai Presiden Direktur Perusahaan sejak tahun 2004 sampai sekarang. Selain itu

Page 23: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

beliau juga menjabat di beberapa Anak Perusahaan. Sebelumnya, beliau pernah

menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Singapura dari tahun 1996 hingga

tahun 1999. Sejak tahun 1962 hingga tahun 1995, beliau tercatat aktif berkarir di

militer dengan jabatan terakhir sebagai Kasum ABRI. Dalam masa itu, beliau aktif

mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan militer sejak tahun 1959 hingga tahun

1986, termasuk Lemhanas KRA XIX pada tahun 1986. Beliau menerima gelar Doktor

Honoris Causa of Ministry in Leadership and Transformation dari Sekolah Tinggi

Teologi International Harvest (STTIH) pada tahun 2004.

2. Wakil Presiden Direktur (V.P. Sharma)

V.P. Sharma, warga negara India, kelahiran tahun 1958. Beliau bergabung dengan

Perusahaan sejak tahun 1995. Saat ini beliau menjabat sebagai Wakil Presiden

Direktur Perusahaan. Selain itu, beliau juga memangku jabatan pada sejumlah Anak

Perusahaan. Gelar Master of Business Administration diperoleh dari Hull University,

Inggris, pada tahun 1996 dan gelar Certified Associate of Indian Institute of Banker,

India, pada tahun 1982. Selain itu, beliau juga memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

tahun 1980 dan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1977, keduanya dari University of

Rajasthan, India. Beliau juga terpilih menjadi salah satu fi nalis penerima

Penghargaan Ernst & Young “Entrepreneur of the Year” pada tahun 2007.

3. Direktur (Susiana Latif, Sjeniwati Gusman, Michael D. Chapper, Hendry D. Batubara

dan Johanes Ridwan)

a. Susiana Latif

Susiana Latif, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1958. Saat ini beliau

dipercaya menjabat sebagai Direktur Perusahaan. Selain itu beliau juga

memangku jabatan di beberapa Anak Perusahaan. Beliau memperoleh gelar

Master of Business Administration dari Hull University, Inggris, pada tahun 1996

dan gelar Sarjana Akuntasi dari Universitas Atmajaya, Jakarta, pada tahun 1981.

b. Sjeniwati Gusman

Sjeniwati Gusman, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1958. Beliau telah

menjabat sebagai Direktur Perusahaan sejak bulan Juni 2005. Beliau juga

memegang jabatan lain di Anak Perusahaan dan menjabat sebagai Direktur Tidak

Terafi liasi sejak 2004 – Juni 2005. Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

dari Universitas Atmajaya, Jakarta, pada tahun 1983.

c. Michael D. Capper

Page 24: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Michael D. Capper adalah warga negara Inggris, kelahiran tahun 1964. Beliau

bergabung dengan Perusahaan sejak tahun 2002. Saat ini beliau menjabat sebagai

Direktur Perusahaan sejak bulan Juni 2010, dan sebelumnya menjabat sebagai

Direktur Tidak Terafi liasi sejak tahun 2007 sampai dengan Juni 2010. Beliau

memperoleh gelar Bachelor of Arts in English Literature and Language dari

Providence University, Rhode Island, Amerika Serikat, pada tahun 1986.

d. Hendry H. Batubara

Hendry H. Batubara, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1957. Sebelumnya

beliau menjabat sebagai Direktur Tidak Terafiliasi pada bulan Juni 2010 hingga

Juni 2011. Sejak Juni 2011 beliau menjabat sebagai Direktur di Perusahaan.

Hingga kini beliau masih menempati posisi sebagai Presiden Direktur PT

Sumarco Makmun Indah. Beliau meraih gelar Sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik Universitas Indonesia pada tahun 1982.

4. Direktur Tidak Terafiliasi (Johanes Ridwan)

Johanes Ridwan, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1965. Beliau bergabung

dengan Perusahaan sejak tahun 1997 dan saat ini menjabat sebagai Direktur Tidak

Terafi liasi sejak bulan Juni 2011. Gelar Sarjana dari Fakultas Hukum Universitas

Indonesia diraihnya pada tahun 1990.

5. Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan merupakan penghubung yang menjembatani kepentingan

antara Perusahaan dengan pihak eksternal, terutama menjaga persepsi masyarakat atas citra

Perusahaan dan pemenuhan tanggung jawab oleh Perusahaan. Fungsi Sekretaris Perusahaan

mencakup tugas-tugas kesekretariatan Perusahaan, hubungan investor dan masyarakat, legal

dan penegakan kepatuhan terhadap otoritas industri dan pasar modal, serta ketentuan Tata

Kelola Perusahaan yang baik. Melalui berbagai kegiatan yang berhubungan dengan

masyarakat, Sekretaris Perusahaan turut menjaga citra Perusahaan dan mewakili Direksi

dalam kegiatan komunikasi eksternal, khususnya dengan pihak regulator, investor, komunitas

pasar modal dan para pemangku kepentingan lainnya.

Sejak bulan Maret 2010, posisi Sekretaris Perusahaan dijabat oleh Fetty Kwartati.

Fetty Kwartati adalah warga negara Indonesia, lahir pada tahun 1968. Karirnya di MAP

dimulai pada tahun 2004. Beliau memperoleh gelar Master of Business Administration

(Major in Finance) dari California State University, San Bernardino, Amerika Serikat pada

Page 25: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

tahun 1994, serta gelar sebagai Professional Designation Degree (Major in International

Business) dari University of California, Los Angeles, California, Amerika Serikat di tahun

yang sama.

6. Komite Audit

Peran Komite Audit adalah untuk mendukung kinerja Dewan Komisaris dalam

melaksanakan fungsi pengawasan atas pengelolaan Perusahaan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dari Bapepam dan LK serta Bursa Efek Indonesia berkenaan dengan integritas

laporan keuangan, manajemen risiko dan pengendalian internal, kepatuhan kepada hukum

dan pengaturan ketetapan; kinerja, kualifikasi, serta independensi akuntan publik dan kinerja

fungsi audit internal. Anggota Komite Audit Perusahaan dipilih oleh Dewan Komisaris. Salah

satu anggotanya adalah Komisaris Independen Perusahaan dan bertanggungjawab secara

langsung kepada Dewan Komisaris. Seluruh anggota Komite Audit secara intensif

menghadiri pertemuan yang dijadwalkan sekali setiap kuartal (4 kali setahun) untuk mengkaji

keefektifan fungsi audit internal, penerapan audit oleh auditor eksternal, mengkaji seluruh

laporan keuangan serta melakukan evaluasi efektifitas pengendalian internal.

Para anggota Komite Audit adalah:

Bapak G.B.P.H. H. Prabukusumo, S.Psi (Ketua)

Lahir pada 27 Desember 1954, beliau memperoleh gelar sarjana Psikologi dari Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1996. Sejak bulan Juni 2009, menjabat sebagai

Komisaris Independen Perusahaan.

Bapak Marcello Theodore Taufik (Anggota)

Lahir pada 7 Desember 1968, beliau meraih gelar Master of Business Administration –

Finance dari News Hampshire University, Amerika Serikat, pada tahun 1995. Sejak tahun

2008 menjabat sebagai anggota Komite Audit Perusahaan.

Bapak Riono Trisongko, Ak (Anggota)

Lahir pada 16 Januari 1959, beliau meraih Diploma di bidang Akuntansi pada tahun 1988.

Sejak tahun 2010 menjabat sebagai anggota Komite Audit Perusahaan.

7. Minutes of Meetings - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS tahunan untuk periode 2011 dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 di Hotel

Grand Hyatt, Jakarta. Agenda RUPS tersebut yaitu untuk menyetujui dan mengesahkan

laporan keuangan untuk tahun fiskal 2010, menyetujui penunjukan Auditor Independen untuk

tahun 2011, serta menyetujui perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk

Page 26: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

menentukan besarnya remunerasi serta fasilitas lainnya untuk anggota Direksi dan Dewan

Komisaris. Adapun Agenda RUPS adalah sebagai berikut:

Agenda Pertama

Menyetujui laporan tahunan dan mengesahkan laporan keuangan Perusahaan

untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 2010, serta menyetujui alokasi

keuntungan bersih untuk dana cadangan, dividen dan keperluan lain, juga

untuk menyetujui jumlah, waktu dan kebijakan dividen untuk tahun fiskal yang

berakhir 31 Desember 2010.

Agenda Kedua

Menyetujui penunjukan Auditor Independen untuk tahun fiskal yang berakhir

31 Desember 2011.

Agenda Ketiga

Menyetujui perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk

menentukan besarnya remunerasi serta fasilitas lainnya untuk anggota Direksi

dan Dewan Komisaris.

2.2.4 Objectives and Strategies

Perusahaan menyadari bahwa pesatnya pertumbuhan perusahaan yang ditandai

dengan banyaknya pembukaan gerai baru dan merek-merek baru yang diakuisisi, tidak lepas

dari peran vital pelanggan. Maka dari itu, perusahaan ingin mempertahankan pelanggan yang

sudah ada dan menarik pelanggan baru dengan memberikan pengalaman belanja yang tak

tertandingi bagi para pelanggannya. Selain menerapkan strategi berupa Gift Voucher,

memperkenalkan kartu-kartu digital, dan membuat program-program loyalti, perusahaan juga

ingin meningkatkan penggunaan data-data baru dalam merencanakan kebutuhan pelanggan.

Selain itu, perusahaan juga ingin melengkapi tim operasional manajemennya dengan

tingkatan data yang lebih cepat untuk target perencanaan persediaan dan operasional. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan menilai bahwa

tujuan-tujuan tersebut bisa dicapai dengan penggunaan serangkaian strategi dan kapabilitas

Teknologi Informasi (IT) baru. Dimulai dengan meningkatkan kemampuan tim TI

perusahaan, mengadopsi metode-metode pengaturan yang tepat, meningkatkan metodologi

dasar dengan kapasitas terkomputerisasi, koneksi dan keandalan jaringan, dan membuat

infrastruktur TI yang kuat dan fleksibel yang mampu mengantisipasi dinamika perubahan

pasar.

Page 27: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Selain itu, perusahaan memiliki strategi terkait dengan pertumbuhan perusahaan di

masa yang akan datang, strategi tersebut antara lain fokus pada bisnis utama, ekspansi agresif

pada lini bisnis Sport, Fashion, Kids dan F&B, melakukan ekspansi geografis ke kota-kota

baru, meningkatkan efektivitas dari gerai-gerai dan merek-merek yang sudah ada, serta

mengakuisisi merek-merek baru untuk melengkapi portofolio yang sudah ada. Untuk

mendukung strategi pertumbuhan tersebut, selain meningkatkan infrastruktur TI, perusahaan

juga mengasah kemampuan rantai pasokan, memantapkan tim kepemimpinan senior,

mengawasi pengeluaran, memaksimalkan produktivitas, berupaya untuk memiliki

keunggulan operasional berdasarkan tolok ukur praktik operasional terbaik dunia,

mempercepat laju pertumbuhan dengan cara menyederhanakan serta menghilangkan

hambatan dan birokrasi – serta merampingkan struktur organisasi untuk fleksibilitas yang

lebih besar dalam mempercepat respon terhadap peluang-peluang pasar, serta

memperkenalkan struktur remunerasi kinerja dan inisiatif program pelatihan yang intensif

untuk meningkatkan kualitas layanan pelanggan.

2.2.5 Measurement and Performance

Dari sisi performance, MAP merupakan salah satu performer terbaik di sektor retail

Indonesia saat ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang diterima

MAP pada tahun 2011, yaitu:

Ranking 23 Forbes Indonesia Top 40 Companies ‘Asia’s Most Preferred Brand in Retail’ dari Asian Leadership Awards ‘Asia’s Best Brand’ Award fpr Excellence in Branding & Marketing’ dari CMO Asia ‘Asia’s Best Employer Brand’ Award dari World HR Congress ‘Exceptional Achievement’ Award 2011 dari Marks & SpencerBurger King Asia Pasific 2011 ‘Operations Excellence Award’ untuk tiga tahun

berturut-turut (mengalahkan 17 negara lain)

Selain dibuktikan dengan diraihnya berbagai macam penghargaan atas performa dan

manajemen perusahaan, pernyataan ini juga didukung oleh data-data kuantitatif dari laporan

keuangan perusahaan.

Data dari laporan keuangan tahunan 2011, secara performa perusahaan mencatatkan

kenaikan sebesar 25% pada net revenue, dari Rp 4.713 Triliun rupiah pada tahun 2010

menjadi Rp 5.890 Triliun pada tahun 2011. Dari sisi operating income, perusahaan juga

mencatatkan kenaikan operating income dari Rp 449 Miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 622

Miliar pada tahun 2011 atau sebesar 39%. Kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada net

Page 28: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

profit peusahaan yang meningkat sebesar 79% dari Rp 201 Miliar pada tahun 2010 menjadi

Rp 360 Miliar pada tahun 2011.

Peningkatan performa perusahaan didorong oleh ekspansi intensif yang dilakukan

oleh perusahaan beberapa tahun kebelakang. Hal ini diindikasian dengan penambahan gerai,

baru dan jumlah pegawai. Dari angka-angka laporan keuangan, terjadi peningkatan aset

sebesar 20% dari total aset sejumlah Rp 4,415 Triliun pada tahun 2011 dari sebelumnya Rp

3,670 Triliun pada tahun 2010. Terjadi penurunan signifikan pada net working capital dari

sebelumnya Rp 396 Miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 91 Miliar pada tahun 2011 yang

disebabkan oleh obligasi yang jatuh tempo.

Dari segi efisiensi, performa perusahaan relatif meningkat dimana rasio-rasio yang

mengindikasikan efisiensi perusahaan seperti operating profit margin dan net income margin

mengingat dari tahun ke tahunnya. Operating profit margin berturut-turut tahun 2009, 2010,

dan 2011 masing-masing 7,5%, 9,5%, dan 10,6% sedangkan net profit margin masing-

masing 4%, 4,3%, 6,1%. Rasio-rasio tersebut mengindikasikan peningkatan efisiensi dari

kegiatan operasi perusahaan mengingat rasio gross profit margin relatif konstan pada angka

51,7% dari kisaran 50%-51,7% dalam 3 tahun terakhir yang berarti tidak terjadi peningkatan

Page 29: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

margin berarti dari cost of goods sold perusahaan. Data-data tersebut juga didukung oleh

rasio return on asset yang mengindikasikan hal serupa dimana rasio mengalami peningkatan

4,3% pada tahun 2010 menjadi 6,1% pada tahun 2011.

Current ratio mengalami penurunan dari 1.27 pada tahun 2010 menjadi 1.04 pada

tahun 2011 yang mengindikasikan turunnya kemampuan current assets dari perusahaan untuk

melunasi current liabilities. Penurunan rasio ini disebabkan oleh obligasi yang jatuh tempo

pada tahun 2011.

2.3 Menilai Risiko Bisnis MAP

Risiko bisnis perusahaan secara umum terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu risiko

terkait dengan aset perusahaan serta risiko terkait dengan keuangan perusahaan. Risiko yang

dihadapi perusahaan terkait dengan aset perusahaan diantaranya adalah risiko terjadinya

pencurian, kebakaran, keusangan dan bencana alam. Aset perusahaan sebagian besar terdiri

dari persediaan dimana persediaan ini rawan akan pencurian, kebakaran, bencana alam dan

keusangan. Untuk mengatasi risiko berupa pencurian, kebakaran dan bencana alam,

perusahaan telah mengasuransikannya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA Insurance

Public Company Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG Insurance

(Malaysia) Sdn. Bhd dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.332,56 milyar, THB

54.010.000, SGD 150.000 dan MYR 950.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT

Asuransi Dayin Mitra Tbk dan AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah

pertanggungan sebesar Rp 956,12 milyar dan THB 40.880.000 pada tanggal 31 Desember

2010. Selain itu, persediaan juga rentan terkena risiko lain yaitu risiko barang usang

(obsolence) yang sulit dijual karena lini usaha MAP yang mayoritas bergerak di bidang

fashion industry sangat berhubungan erat dengan perubahan selera dan tren masyarakat yang

sangat cepat. Untuk mengantisipasi potensi risiko barang usang yang sulit untuk dijual, maka

MAP sangat selektif dalam melakukan order barang dengan sebelumnya melakukan riset

akan tren yang diminati di pasar. Sebagai pemegang lisensi dan distribusi ekslusif dari lebih

100 merek dunia, sebelum mengakuisisi merek-merek baru, perusahaan akan terlebih dahulu

melakukan serangkaian studi yang mampu mendukung keberhasilan produk tersebut di

Indonesia. Dan dalam pembukaan gerai-gerai baru, perusahaan juga sangat selektif hanya

memilih pusat perbelanjaan yang besar di lokasi yang strategis.

Page 30: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Selain itu, untuk aset lainnya seperti aset tetap dan properti investasi, kecuali tanah,

perusahaan telah mengasuransikan aset tersebut terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan

risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA Insurance Public Company

Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG Insurance (Malaysia) Sdn. Bhd

dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.193.84 milyar, THB 23.820.000, SGD 395.000

dan MYR 1.230.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dan

AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.130,82

milyar dan THB 18.180.000 pada 31 Desember 2010.

Risiko yang terkait dengan keuangan perusahaan dapat dibagi lagi menjadi empat

yaitu:

1. Risiko atas mata uang asing

Sebagai perusahaan yang memegang merek-merek dunia, maka aktivitas perusahaan

dan entitas anak banyak menggunakan mata uang asing terutama dolar Amerika. Oleh

karena itu, fluktuasi mata uang asing dan fasilitas kredit dalam mata uang asing

menimbulkan risiko yang besar terhadap perusahaan. Untuk menghadapi risiko ini,

perusahaan melakukan pengawasan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang dan

berhati-hati dalam memanfaatkan fasilitas kredit dalam mata uang asing. Selain itu,

perusahaan melakukan transaksi lindung nilai atas eksposur mata uang asing melalui

derivatif keuangan. Instrumen derivatif yang dimiliki Perusahaan terutama terdiri dari

cross currency swaps dan call spread options. Pada tanggal 31 Desember 2011,

instrumen derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dan memiliki nilai wajar bersih

sebesar Rp 4.942.676 ribu, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, instrumen

derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dengan nilai wajar bersih sebesar Rp

9.604.447 ribu. Perusahaan mengadakan kontrak cross currency swaps dengan

Standard Chartered Bank dan Bank Danamon Indonesia dan mengadakan kontrak call

spread options dengan Bank Danamon Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2011

kontrak derivatif memiliki nilai nosional sebesar USD 1.833.333 dan JPY

1.218.900.000 sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD 5.500.000

dan JPY 3.656.700.000.

2. Risiko atas tingkat bunga

Risiko suku bunga adalah risiko dimana arus kas atau nilai wajar di masa datang atas

instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur

Perusahaan dan entitas anak pada fluktuasi suku bunga pasar timbul terutama dari

simpanan di Bank dan pinjaman. Perusahaan dan entitas anak melakukan pengawasan

Page 31: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

terhadap dampak pergerakan suku bunga untuk meminimalkan dampak negatif

terhadap Perusahaan dan entitas anak dengan menetapkan kebijakan dalam

menempatkan deposito berjangka kepada bank yang mampu memberikan suku bunga

yang kompetitif. Sehubungan dengan eksposur suku bunga atas pinjaman, Perusahaan

dan entitas anak melakukan pengawasan terhadap pergerakan suku bunga untuk

memungkinkan Perusahaan dan entitas anak menetapkan kebijakan yang sesuai

seperti melakukan pinjaman dengan tingkat bunga tetap dan mengambang,

Untuk membantu menjaga eksposur, perusahaan juga melakukan transaksi

keuangan derivatif. Instrumen derivatif yang dimiliki Perusahaan terutama terdiri dari

cross currency swaps dan call spread options. Pada tanggal 31 Desember 2011,

instrumen derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dan memiliki nilai wajar bersih

sebesar Rp 4.942.676 ribu, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, instrumen

derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dengan nilai wajar bersih sebesar Rp

9.604.447 ribu. Perusahaan mengadakan kontrak cross currency swaps dengan

Standard Chartered Bank dan Bank Danamon Indonesia dan mengadakan kontrak call

spread options dengan Bank Danamon Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2011

kontrak derivatif memiliki nilai nosional sebesar USD 1.833.333 dan JPY

Page 32: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

1.218.900.000 sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD 5.500.000

dan JPY 3.656.700.000.

3. Risiko kredit

Risiko kredit mengacu pada risiko rekanan gagal dalam memenuhi kewajiban

kontraktualnya yang mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan dan entitas anak.

Risiko kredit Perusahaan dan entitas anak terutama melekat pada piutang usaha,

simpanan di bank dan investasi tertentu. Piutang usaha dilakukan dengan bank

penerbit kartu kredit yang terpercaya dan tidak terdapat masalah kolektabilitas.

Perusahaan dan entitas anak menempatkan saldo bank pada institusi keuangan yang

layak dan terpercaya untuk diveritifikasi pendapatan bunga dan penyebaran risiko.

Untuk piutang usaha, Perusahaan dan entitas anak menetapkan suatu batasan eksposur

tertentu dan dilakukan pengawasan secara terus menerus dan nilai agregat transaksi

terkait tersebar di antara counterparties yang disetujui oleh manajemen Perusahaan

dan entitas anak. Nilai tercatat aset keuangan pada laporan keuangan konsolidasian

setelah dikurangi dengan penyisihan untuk kerugian mencerminkan eksposur

Perusahaan dan entitas anak terhadap risiko kredit.

4. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko di mana Perusahaan dan entitas anak akan mengalami

kesulitan dalam memperoleh dana untuk memenuhi liabilitas terkait dengan instrumen

keuangan. Risiko likuiditas Perusahaan dan entitas anak terutama melekat pada utang

usaha dimana timbul dari perbedaanperbedaan jatuh tempo masing-masing aset

keuangan dan liabilitas keuangan. Manajemen membentuk kerangka kerja manajemen

risiko likuiditas untuk pengelolaan dana jangka pendek, menengah dan jangka

panjang dan persyaratan manajemen likuiditas Perusahaan dan entitas anak.

Perusahaan dan entitas anak menggunakan prinsip dasar pengelolaan likuiditas yang

timbul dari liabilitas keuangan dengan memelihara tingkat kecukupan kas dengan cara

mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan terus memantau

rencana dan realisasi arus kas serta melalui penelaahan profil jatuh tempo aset

keuangan dan liabilitas keuangan.

Page 33: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

2.4 Analytical Procedure

2.4.1 Membandingkan perusahaan dengan industri

Jika dilihat dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa tren harga saham MAP terus naik.

Kemudian jika kita lihat perbandingan ROI dari MAP terhadap Industry keseluruhan

adalah 17,48 berbanding 18,07. Hal ini menunjukan ROI dari MAP masih lebih

rendah dibandingkan ROI Industry. Hal ini menunjukan bahwa banyak investasi dari

MAP yang belum memberikan keuntungan maksimal. Namun jika dibandingan

dengan ROI Sector, ROI MAP jauh lebih tinggi daripada ROI Sector Retail sendiri,

hal ini menunjukan bahwa performa MAP jauh diatas rata – rata pesaing lainnya di

Sector Retail. Kemudian untuk ROE, MAP tergolong sangat baik, karena diatas ROE

Industry & ROE Sector Retail. Hal ini menunjukan bahwa Return yang diberikan dari

Total Equity MAP masih lebih tinggi dari rata – rata perusahaan lainnya.

Page 34: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Lalu untuk Growth sendiri, MAP mengalami kenaikan drastis, hal ini terlihat dari

table diatas dimana perbandingan Sales dalam 5 tahun belakangan menunjukkan

peningkata dua kali lipat. Lalu untuk EPS, juga mencapai tiga kali lipat. Lalu untuk

pembagian Dividend juga mengalami kenaikan signifikan. Hal tersebut menunjukan

bahwa performa MAP yang terus membaik setiap tahunnya.

Pada table Consensus Estimates Analysis ini terlihat dimana estimasi Sales pada akhir

Desember 2012 yang rata – rata 7,355.25 yang lebih tinggi daripada 1 tahun

sebelumnya. Kemudian pada akhir Desember 2013 ditargetkan mencapai rata – rata

9,000.64 yang meningkat cukup tinggi daripada estimasi tahun sebelumnya. Hal ini

menunjukan optimism MAP akan trend positive. Begitu pula dengan EPS yang

Page 35: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

memiliki estimasi 270.52 pada akhir Desember 2012, yang juga disusul dengan

optimism MAP dengan menargetkan EPS pada akhir Desember 2013 sebesar 347.68,

dengan capaian tertinggi mencapai 379.86.

Dalam Valuation Ratios terlihat bahwa P/E Ration dari MAP masih lebih tinggi

daripada Industry & Sector Retail sendiri, meskipun P/E High & Low pada 5 tahun

terkahir terlihat jauh lebih rendah daripada Industry & Sector Retail. Hal ini

menunjukan bahwa MAP lebih bergerak stabil. Lalu untuk Beta MAP sendiri terlihat

masih lebih tinggi daripada Industry, namun masih lebih rendah daripada Sector

Retail. Hal ini menunjukan bahwa MAP sudah lebih matang daripada Sector Retail

sendiri.

Page 36: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Dalam Growth Rates sendiri terlihat bahwa MAP masih lebih baik daripada Industry

& Sector Retail sendiri, hal ini terlihat dari Growth Rate Sales dan EPS dalam 5 tahun

terakhir. Namun karena banyaknya investasi, Capital Spending MAP bernilai -0,20

yang jauh lebih rendah daripada Capital Spending untuk Industry & Sector Retail

sendiri. Hal ini menunjukan bahwa MAP cenderung sangat hemat dalam melalukan

pengeluaran, karena mereka lebih prefer untuk investasi untuk ekspansi.

Untuk Financial Strength sendiri terlihat bahwa MAP tidak begitu banyak memiliki

Current Assets, hal ini terlihat dimana Quick Ratio & Current Ratio mereka yang

berada dibawah Industry & Sector Retail. Namun Debt mereka terhitung cukup tinggi

dimana LT Debt to Equity & Total Debt to Equity mereka jauh lebih tinggi daripada

Industry & Sector Retail. Hal ini terlihat dari Interest Coverage mereka yang rendah,

Page 37: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

menunjukan bahwa mereka cukup terbebani oleh utang. Interest Coverage mereka

jauh lebih rendah disbanding Industry & Sector Retail.

Meskipun Net Profit Margin MAP masih dibawah Industry & Sector Retail, tapi

Gross Margin MAP masih diatas Industry & Sector Retail. Namun, untuk Operating

Margin meskipun lebih tinggi dari Sector Retail, tapi masih lebih rendah daripada

Industry.

Page 38: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Terlihat bahwa Dividen Yield MAP yang lebih rendah daripada Industry & Sector

Retail menunjukan bahwa MAP memilih untuk menahan labanya. Hal ini dilakukan

demi melunasi utang dari MAP sendiri. Hal ini juga terbukti dengan Payout Ratio

yang jauh lebih rendah daripada Industry & Sector Retail.

Terlihat bahwa Revenue/Employee & Net Income/Employee dari MAP masih jauh

lebih rendah daripada Sector Retail sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan masih terlalu

banyak-nya jumlah karyawan yang dipekerjakan oleh MAP. Tetapi, Receivable

Turnover dari MAP masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Sector Retail

sendiri, meskipun Inventory Turnover & Asset Turnover tergolong rendah.

Page 39: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Untuk ROA sendiri MAP masih sedikit lebih baik daripada Sector Retail meskipun

masih kalah dengan Industry, begitu pula dengan ROI. Tetapi, untuk ROE sendiri,

MAP masih lebih baik daripada Industry & Sector Retail.

Selain  membandingkan dengan  industri  secara keseluruhan,  kami   juga menganalisa  MAP 

dengan   perusahaan   retail   sejenis   yaitu,   PT   Ramayana   Lestari   Sentosa,   Tbk.   berikut 

perbandingan rasio antara MAP dengan RLAS.

MAPI RALS

2010 2011 2010 2011

current assets1865272 2368841 1940365 2133254

27.00% 9.94%

fixed assets1,805,232 2,046,502 1,545,617 1,625,789

13.37% 5.19%

total assets3,670,504 4,415,343 3,485,982 3,759,043

20.29% 7.83%

current liabilities1,468,999 2,277,735 680,772 780,468

55.05% 14.64%

long term

liabilities

732,362 343,474 124,774 137,178

-53.10% 9.94%

total liabilities2,201,361 2,621,209 805,546 917,646

19.07% 13.92%

equity 1,469,143 1,794,134 2,680,436 2,841,397

Page 40: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

22.12% 6.01%

sales4,712,500 5,889,809 4,775,168 5,086,158

24.98% 6.51%

gross profit2,376,410 3,042,603 1,658,891 1,771,074

28.03% 6.76%

operating income275,790 484,572 365,122 377,582

75.70% 3.41%

net income201,071 360,425 354,752 377,588

79.25% 6.44%

MAPI RALS

current ratio 1.04 2.73

operating profit

margin 0.08 0.07

net profit margin 0.06 0.07

return on assets 0.08 0.10

return on equity 0.20 0.13

total assets turnover 1.33 1.35

debt to equity ratio 0.19 0.05

Kami berusaha untuk membandingkan MAPI dengan perusahaan sejenis yaitu RALS.

Dari segi asset MAPI memang sedikit lebih unggul dengan total asset sebesar Rp

4,415 Triliun yang meningkat 20.29% dari tahun 2010 yang hanya sebesar Rp3,670

Triliun. Sedangkan RALS memiliki asset senilai Rp 3,759 Triliun dengan peningkatan

7,83% dari tahun 2010 yang hanya sebesar Rp 3,485 Triliun.

Secara performa, MAPI bisa dikatakan lebih baik dengan indikator peningkatan sales

dan net income. Sales dari MAPI meningkat sebesar 24,98% pada tahun 2011 dengan

total penjualan sebesar Rp 5,889 Triliun dari sebelumnya Rp 4,712 Triliun.

Sedangkan pada periode yang sama RALS hanya mencatatkan kenaikan sebesar

6,51% dari sebelumnya Rp 4,775 Triliun menjadi Rp 5,086 Triliun. Operating

income dan net income pun meningkat pesat berturut-turut sebesar 75,7% dan 79,25%

Page 41: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

relative terhadap rals yang hanya mencatatkan kenaikan operating income dan net

income sebesar 3,41% dan 6,44% berturut-turut.

Sedangkan dari sisi profitabilitas, MAPI dan RALS relative serupa dengan operating

profit margin yang menunjukkan angka 0.08 untuk MAPI dan 0.07 untuk RALS.

Sedangkan untuk net profit margin MAPI berada pada angka 0.06 sedangkan RALS

berada pada angka 0.07. Yang menarik adalah fakta bahwa return on assets MAPI

yang lebih rendah relatif terhadap RALS (0.08 vs 0.10) sedangkan dari return on

equity MAPI lebih unggul dari RALS (0.20 vs 0.13). Hal ini terkait dengan tingginya

leverage MAPI dibandingkan dengan RALS yang lebih memilih untuk menggunakan

cash internal untuk pendanaannya, ditunjukkan dengan debt to equity ratio MAPI

yang berada pada angka 0.19 sedangkan RALS hanya berada pada angka 0.05.

2.4.2 Membandingkan data perusahaan dengan tahun sebelumnya

Berikut adalah kinerja laporan keuangan MAP dari tahun 2008-2011

Networking Capital MAP dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami

kecenderungan penurunan yaitu 556 pada tahun 2008, 570 pada tahun 2009, 396 pada

Page 42: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

tahun 2010 kemudian menjadi 91 pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa

suntikan dana kepada MAP semakin tinggi lewat komponen current liabilities.

Networking Capital yang positif menunjukan bahwa perusahaan run healthy.

Capital Expenditure MAP pada 2011 menunjukan bahwa mereka mengeluaran 443,

dimana memiliki kecenderungan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Pada

tahun 2010 MAP melakukan pengeluaran modal sebesar 429, tahun 2009 sebesar 241

dan tahun 2008 sebesar 325. Hal ini menunjukan bahwa MAP melakukan peningkatan

kegiatan operasi dengan meningkatkan pembelian pada barang-barang modal.

Gross Profit Margin MAP pada 2011 ini adalah 51,7% dimana ini berarti keuntungan

kotor mereka mencapai lebih dari setengah nilai COGS. Terlihat bahwa sejak tahun

2008 sampai dengan tahun 2011, besarnya gross profit margin masih pada kisaran

50% dan tidak ada kenaikan yang signifikan. Namun Gross Profit Margin pada 2011

ini lebih tinggi daripada tahun 2010 dan 2009.

Operating Profit Margin atau yang lebih sering disebut Return on Sales MAP pada

2011 adalah 10,6% yang ternyata lebih tinggi daripada tahun sebelumnya dimana

pada tahun 2010 sebesar 9,5% tahun 2009 sebesar 7,5% dan tahun 2008 sebesar 8,8%.

Hal ini membuktikan bahwa profitability dari MAP mengalami kenaikan pada 2011,

kemudian kenaikan Return on Sales ini menunjukan bahwa adanya peningkatan sales

MAP pada 2011.

MAP mengalami peningkatan Net Income Margin yang cukup berarti mulai dari

tahun 2008 sebesar -2,0% menjadi 4,0% dan 4,3% pada tahun 2009 dan 2010. Net

Income Margin MAP tahun 2011 adalah 6,1% atau perbandingan antara net income

dengan revenue yang dihasilkan adalah 6,1%. Net Income Margin sendiri digunakan

untuk dijadikan internal comparison. Rendah Net Profit Margin menunjukan

rendahnya margin of safety, atau semakin tingginya risiko declining sales yang

menyebabkan penurunan profit.

Page 43: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Sales dari MAP dapat dibreakdown berdasarkan lini usahanya. Dalam miliar rupiah,

specialty stores masih memegang kontribusi yang paling besar bagi MAP setiap

tahunnya, diikuti dengan Department Stores, F&B dan usaha lainnya.

MAP menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan pada Return on Assets,

terlihat return on assets sebesar -1,9%, 4,9%, dan 5,5% pada tahun 2008, 2009 dan

2010. Return on Assets MAP pada 2011 adalah 8,2% yaitu lebih tinggi daripada tahun

sebelumnya. Return on Assets ini menunjukan bahwa bagaimana profitability

perusahaan men-generate revenue. Return on Assets sendiri menunjukan seberapa

besar profit perusahaan sebelum leverage serta memberikan indikasi intensitas modal

Page 44: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

perusahaan yang akan tergantung pada industry. Perusahaan yang membutuhkan

investasi awal yang besar umumnya akan memiliki Return on Assets yang lebih

rendah.

Return on Equity MAP pada 2011 yaitu 20,1% yang juga lebih tinggi daripada tahun

sebelumnya yaitu -6,2%, 12,7%, 13,7% pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Hal ini

menunjukan bahwa MAP adalah perusahaan yang memberikan return meningkat

kepada shareholder mereka. Return on Equity menunjukan rate of return pada

shareholder’s equity dari kepemilikan common stock. Return on Equity mengukur

efisiensi suatu perusahaan untuk menghasilkan profit dari setiap unit equity. Return on

Equity menunjukan seberapa baik sebuah perusahaan menggunakan dana investasi

untuk menghasilkan pertumbuhan pendapatan.

EBITDA to Sales Ratio dari MAP pada 2011 adalah 15,4% yang berarti perusahaan

mampu mempertahankan pendapatan pada tingkat yang baik melalui proses yang

efisien yang telah membuat biaya – biaya tertentu yang rendah. Hal ini menunjukan

bahwa perbandingan EBITDA pada total revenue sendiri adalah 15,4%. Tidak terjadi

peningkatan yang signifikan pada EBITDA to Sales Ratio dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya yaitu 14,8%, 13,6% dan 15,1% pada tahun 2008, 2009 dan 2010.

Current Ratio MAP pada 2011 yaitu 1,04% yang ternyata turun dari tahun

sebelumnya dimana pada tahun 2008 dan 2009 sebesar 1,40 dan 1,45 kemudian mulai

Page 45: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 1,27. Hal ini menunjukan semakin

banyaknya liabilities dari MAP pada 2011, hal ini menunjukan menurunnya market

liquidity dari MAP pada 2011, sehingga kemampuan MAP untuk memenuhi short-

term liabilities juga hanya 1,04% dari perbandingan current assets dengan current

liabilities.

Current ratio merupakan pembagian antara aset lancar dan hutang lancar, rasio ini

untuk mengetahui kemampuan MAP untuk membayar hutang jangka pendek. Terlihat

bahwa kemampuan MAP dibawah industri dimana MAP memiliki current ratio 1,03

dan industri 2,29. Quick ratio MAP jauh lebih kecil dari current ratio disebabkan

karena dalam perhitungan quick ratio, aset lancar harus dikurangi dengan persediaan

kemudian dibagi dengan hutang lancar. MAP merupakan perusahaan retail yang

memiliki banyak persediaan terutama dari barang dagangan (Pakaian dan asesoris,

Sepatu dan asesoris, Golf dan asesoris, Produk kesehatan dan kecantikan, Mainan

anak-anak dan asesoris, Pakaian dan asesoris olah raga, Pasar swalayan, Buku dan

alat tulis, Makanan dan minuman, Jam tangan dan kacamata, Raket dan asesoris dan

Lain-Lain).

Page 46: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

Net Debt Equity Ratio MAP terjadi kecenderungan menurun yaitu 85% pada tahun

2008, 68% pada tahun 2009, 47,1% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 adalah

44,4% (perbandingan total liabilities yang ada dengan shareholders equity adalah

44,4% yaitu dimana 44,4% liabilities MAP itu lebih besar 44,4% dari shareholders

equity mereka). Umumnya ratio yang tinggi ini menunjukan MAP agresif dalam

membiayai pertumbuhan dengan utang, hal ini menghasilkan pendapatan stabil akibat

dari beban bunga tambahan. Jika banyak utang digunakan untuk membiayai operasi

meningkat (utang yang tinggi terhadap ekuitas), MAP berpotensi menghasilkan

pendapatan yang lebih dari itu akan tanpa ini pembiayaan dari luar. Jika ini adalah

untuk meningkatkan penghasilan dengan jumlah yang lebih besar daripada biaya

utang (bunga), maka pemegang saham mendapatkan keuntungan sebagai laba masih

terus menyebar di antara jumlah yang sama dari pemegang saham. Namun, biaya ini

pembiayaan utang dapat lebih besar kembali bahwa perusahaan menghasilkan utang

melalui investasi dan kegiatan bisnis dan menjadi terlalu banyak bagi perusahaan

untuk menangani. Hal ini dapat menyebabkan kebangkrutan, yang akan meninggalkan

pemegang saham dengan apa-apa.

Liabilities to Assets Ratio MAP pada 2011 adalah 59,4% yaitu perbandingan antara

total liability yang ternyata 59,4% dari total assets. Semakin tinggi ratio, semakin

besar risiko akan terkait dengan operasi perusahaan. Selain itu, utang yang tinggi

untuk ratio assets mungkin menunjukkan kapasitas pinjaman rendah dari suatu

perusahaan, yang pada gilirannya akan menurunkan fleksibilitas keuangan

perusahaan. Seperti semua ratio keuangan, ratio utang perusahaan harus dibandingkan

dengan rata-rata industri atau perusahaan pesaing lainnya. Pada data ditemukan terjadi

kecenderungan penurunan persentase liabilities to asset ratio, pada tahun 2008

besarnya 70%, tahun 2009 sebesar 61,9%, dan tahun 2010 sebesar 60%.

Ratio laba bersih terhadap pendapatan bersih MAP di tahun 2011 adalah sebesar 6,1%

meningkat dibandingkan dengan ratio yang sama di tahun 2010, 2009 dan 2008 yang

sebesar 4,3%, 4% dan -2%. Meningkatnya ratio laba bersih terhadap pendapatan

bersih ini juga diikuti dengan menurunnya ratio utang bersih terhadap ekuitas yang

sebesar 44,4% di tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010, 2009 dan 2008 yang

sebesar 47,1%, 68%, dan 85%. Ratio laba terhadap ekuitas juga meningkat dari -6,2%

pada tahun 2008 kemudian 12,7% pada tahun 2009 dan menjadi 13,7% dan 20,1% di

Page 47: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

tahun 2010 dan 2011. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja operasional

perusahaan sehingga MAP dapat menurunkan jumlah hutang bersih yang dimilikinya.

Perjanjian pinjaman mengharuskan Perusahaan memenuhi persyaratan tertentu antara

lain rasio utang terhadap ekuitas tidak lebih dari 1,25 : 1, rasio utang terhadap

EBITDA tidak lebih dari 2,75 : 1 dan rasio lancar tidak kurang dari 1 : 1. Perjanjian

pinjaman mencakup persyaratan tertentu antara lain rasio utang bersih terhadap

ekuitas maksimum 1,25, rasio utang bersih terhadap EBITDA maksimum 2,75, rasio

EBITDA dibandingkan dengan bunga ditambah pembayaran pokok utang minimal 1,5

dan rasio lancar minimal 1. Perjanjian pinjaman mencakup persyaratan tertentu antara

lain rasio total pinjaman terhadap aset berwujud bersih (Gearing Ratio) tidak melebihi

250%. Sehubungan dengan fasilitas pinjaman di atas tidak ada aset yang dijadikan

jaminan, namun Perusahaan diwajibkan memenuhi batasan- batasan keuangan

tertentu, antara lain menjaga rasio utang terhadap ekuitas tidak lebih dari 1,25:1, rasio

utang terhadap EBITDA tidak lebih dari 2,75:1 dan rasio lancar tidak kurang dari 1:1.

Perusahaan juga diwajibkan untuk membayar commitment fees, arrangement fees dan

agency fees. Biaya-biaya tersebut dicatat sebagai biaya perolehan pinjaman dan

diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

BAB III

Penutup

Sebagai perusahaan yang bergerak di industri retail, perusahaan tidak banyak

mengalami kendala berarti dalam usahanya. Informasi perusahaan yang dibutuhkan dalam

proses audit juga mudah untuk didapatkan dan pengelolaan informasi mengenai perusahaan

telah dilakukan dengan baik dimana informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholders dan

shareholders disajikan cukup lengkap dalam annual report dan laporan keuangan

konsolidasian tahunan. Namun untuk informasi lebih mendalam tentang perusahaan harus

dilakukan observasi langsung kepada manajemen perusahaan. Dilihat dari prosedur analisis

Page 48: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa performa perusahaan berada dalam kondisi

baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pencatatan akuntansi yang bisa menimbulkan

peluang adanya salah saji yang material untuk MAP adalah rugi penurunan piutang,

penyisihan penurunan nilai persediaan, taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap dan

properti investasi dan penurunan nilai goodwill. Berikut adalah beberapa poin penting yang

perlu diperhatikan dalam membuat audit planning:

Risk Indicator Action

Inventory Jumlahnya besar sehingga berpotensi

salah saji material (31% dari total

aset) dan adanya kenaikan dari

penyisihan nilai persediaan dari Rp

5.732.545 pada tahun 2010 menjadi

Rp 8.541.213 pada tahun 2011

Analisis Internal Control

terkait persediaan, Metode

penilaian persediaan,

Observation

Currency Risk Instrumen keuangan derivatif yang

digunakan perusahaan nilainya

menurun dari tahun 2010 sebesar

USD 5.500.000 dan JPY

3.656.700.000 menjadi USD

1.833.333 dan JPY 1.218.900.000

pada tahun 2011

Mengecek jumlah transaksi

dalam mata uang asing dan

meminta data atau melakukan

confirmation kepada Bank

dimana perusahaan

melakukan praktek derivatif

Interest Risk Utang MAP naik dari tahun 2010

sebesar Rp 985.193.098 menjadi Rp

1.492.647.382

Meminta data kepada kreditor

terkait dengan utang

perusahaan, menganalisa

kebijakan perusahaan terkait

dengan peningkatan utang

Credit Risk Jumlah piutang MAP naik dari tahun

2010 sebesar Rp 195.500.172

menjadi Rp 259.754.557

Meminta data kepada bank

pemilik kartu kredit terkait

dengan piutang yang dimiliki

perusahaan

Liquidity Risk Current Ratio MAP menurun dari

tahun 2010 sebesar 1.27 menjadi 1.04

Meminta data mengenai

utang jangka pendek

Page 49: Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk

pada tahun 2011, utang jangka

pendek meningkat sebesar 55%

namun peningkatan aset lancar hanya

sebesar 20%

perusahaan

Goodwill MAP memiliki 34 anak perusahaan

dan juga merupakan pemegang dari

merek-merek dunia maka goodwill

mempunyai peranan signifikan dalam

financial statement. Nilai goodwill

mengalami penurunan dari tahun

2010 sebesar Rp 69.191.662 menjadi

Rp 57.968.193 pada tahun 2011

Menganalisa metode estimasi

arus kas yang dihasilkan oleh

anak perusahaan