Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk
-
Upload
dyah-purnamasari -
Category
Documents
-
view
282 -
download
19
Transcript of Audit PT Mitra Adiperkasa Tbk
TUGAS PENGAUDITAN 1
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
PT MITRA ADIPERKASA TBK
disusun oleh:
Adhi Satya Pramana 1006695652
Bob Adam Muttahara 1006695854
Dyah Purnamasari 1006662830
Faadhil Irshad Nasution 1006764006
Nana Aprilia Akhsani 1006696541
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
Statement of Authorship
“Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajar lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
No. Nama NPM Tanda tangan
1. Adhi Satya Pramana 1006695652
2. Bob Adam Muttahara 1006695854
3. Dyah Purnamasari 1006662830
4. Faadhil Irshad Nasution 1006764006
5. Nana Aprilia Akhsani 1006696541
Mata Ajar : Pengauditan 1
Judul Makalah/Tugas : Analisa Laporan Keuangan PT Mitra Adiperkasa Tbk
Tanggal : 5 Desember 2012
Dosen : Robert Porhas Tobing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi memainkan peran yang besar dalam pengalokasian sumber daya yang
efisien dalam ekonomi berbasis pasar. Dengan meningkatkan kredibilitas kepada
pengukuran dan pengungkapan, auditing pada abad 21 membuat akuntansi bermain
dalam peran utama. Saat ini ekonomi global dan organisasi bisnis yang ada di dalamnya
menjadi sangat kompleks dan memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya
yang membuat pendekatan baru untuk audit harus dikembangkan.
Auditing membuat banyak referensi yang dibutuhkan untuk mengetahui bisnis klien
dan industrinya ketika melakukan audit laporan keuangan. Pengetahuan tentang sifat dari
aktivitas bisnis dan risiko bisnis, struktur organisasi dan lingkungan internal serta
interaksinya dengan lingkungan eksternal menghasilkan basis untuk evaluasi auditor
apakah asersi laporan keuangan valid. Keadaan ekonomi dunia yang kompleks dan
dinamis membuat perlu adanya identifikasi, pengumpulan dan pemrosesan kesejahteraan
informasi mengenai bisnis klien dan industri yang relevan untuk audit dan yang
terpenting diperlukan adanya integrasi informasi untuk membentuk “sistem yang utuh”
yang menyajikan bagaimana organisasi klien sesuai dalam lingkungan ekonomi yang
luas. (Thimoty: 1997).
Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai dari entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji material
dalam laporan keuangan apakah karena kesalahan atau penipuan, dan untuk merancang
sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lebih lanjut.(Arens: 2012)
1.2 Tujuan
Analisis Laporan Keuangan ini bertujuan untuk:
1. Mengerti tentang bisnis klien dan industry
2. Menilai risiko bisnis klien (lingkungan industri dan eksternal, operasi dan proses
bisnis, manajemen dan tata kelola, strategi dan tujuan organisasi serta melakukan
pengukuran kinerja)
3. Melakukan pendahuluan prosedur analitis
BAB II
ISI
2.1 Profil Perusahaan
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) adalah perusahaan yang bergerak di bidang ritel dan
merupakan pemegang lisensi berbagai macam merek dagang di Indonesia. MAP
didirikan dengan akta No. 105 tanggal 23 Januari 1995 dari Julia Mensana, S.H., notaris
di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C2-9243.HT.01.01.TH.95 tanggal
31 Juli 1995 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 6
Oktober 1995.
Pada awal berdirinya, MAP hanya menjadi perusahaan ritel bagi produk-produk
sports sebelum akhirnya memasuki lini bisnis lainnya yang sampai sekarang berjumlah
lima yaitu sports, department store, fashion, food & beverage dan lifestyle. Sampai
dengan akhir tahun 2011, MAP memiliki 78 konsep ritel dan 1044 ritel yang beroperasi
di 38 kota di Indonesia. Ritel-ritel tersebut menjual produk-produk dengan lebih dari 100
merek kelas dunia. Untuk sports, MAP diantaranya memiliki Sports Station dan The
Sports warehouse yang memegang lisensi dari produk bermerek seperti Reebok atau
Adidas. Untuk department store, MAP menjadi pelopor department store berkonsep
modern dan internasional seperti SOGO dan Debenhams. Untuk fashion, MAP menjadi
ritel bagi produk-produk kelas dunia seperti Zara, Massimo Dutti atau Lacoste. Untuk
food & beverage, MAP diantaranya memiliki Starbucks dan Burger King. Dan untuk
lifestyle, MAP memiliki toko buku Kinokuniya dan The FoodHall.
Secara umum, kegiatan usaha MAP bergerak dalam bidang perdagangan, sehingga
dengan demikian kegiatan bisnis perusahaan akan bersinggungan erat dengan aktivitas
yang berkaitan dengan persediaan. Sistem perdagangan dalam bisnis ritel seperti MAP
adalah sistem konsinyasi kecuali untuk lini bisnis food & beverage. Dalam menjalankan
usahanya, MAP memiliki 34 anak perusahaan yang tidak hanya berada di Indonesia
namun juga di Singapura, Malaysia dan Thailand. Setiap anak perusahaan ini memegang
lisensi atas suatu merek atau toko tertentu seperti Zara yang dipegang oleh PT Sarimode
Fashindo Adiperkasa, B’Gosh oleh MAP Active Thailand Ltd dan Starbucks oleh PT
Sari Coffee Indonesia.
Department Store
Fashion
Fashion Footwear
Active (Sports & Leisure)
Active (Kids)
Food & Beverage
Lifestyle | Others
2.2 Memahami Bisnis dan Industri MAP
2.2.1 Industry and External Environment
MAP dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri ritel
berpotensi untuk memiliki resiko misstatement terkait dengan pencatatan persediaan.
Hal ini cukup beralasan mengingat ada kemungkinan perbedaan asumsi dalam
penilaian persediaan, perubahan nilai dari persediaan itu sendiri. Selain itu, inti bisnis
perusahaan yang bergerak di sektor fashion industry, memungkinan terjadinya
obsolence atau keusangan terhadap persediaan yang diakibatkan oleh tingginya
perubahan selera pasar.
MAP adalah perusahaan yang memiliki segmentasi konsumen kelas menengah
atau memiliki pendapatan perbulan di atas Rp 2 juta. Adapun saat ini trend
pertumbuhan kelas menengah terus berlangsung. Pada tahun 2006 jumlah konsumen
dengan pendapatan diatas Rp 2 juta barulah 3%, namun pada tahun 2011 tumbuh
hingga 17%. Pertumbuhan kelas menengah ini diperkirakan akan terus berlangsung di
masa yang akan datang, Mckinsey dalam laporannya yang berjudul “The Archipelago
Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” memprediksikan bahwa kelas menengah
Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 32% dan 2030 menjadi 48% atau
setara dengan 135 juta penduduk.
Source: Indonesia Statistical Bureau (BPS)
Source: Nielsen Media Research, Media Index
Source: Mckinsey and BPS
Dengan potensi tambahan 90 juta penduduk ke kelas menengah, bisnis MAP sangat berprospek untuk tumbuh dengan pesat.
Selain bertambahnya jumlah kelas menengah, nominal pengeluaran dalam kelas menengah itu sendiri mengalami tren peningkatan. Berdasarkan hasil riset Nielsen Media Research, pengeluaran kelas menengah dengan nominal diatas Rp1.5juta telah meningkat dari 42% pada tahun 2008 menjadi 62% pada tahun 2010. Hal ini merupakan indikasi yang baik dimana peningkatan kelas menengah juga diiringi dengan peningkatan pengeluaran.
Pertumbuhan toko modern mengalami peningkatan yang signifikan sehingga persentase toko
modern telah meningkat dari 35% pada 2006 menjadi 40% pada 2011. Hal ini disebabkan
oleh preferensi dari konsumen untuk berbelanja di toko modern, terutama oleh konsumen-
konsumen yang berada di kota besar. Konsumen cenderung pergi ke toko modern karena
kenyamanan dan juga konsep one-stop shoppingnya sehingga memudahkan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan dalam satu tempat. Dari dorongan permintaan inilah akhirnya terjadi
penetrasi pertumbuhan toko modern. Pertumbuhan toko modern terpusat di pulau Jawa
dengan proporsi hingga 78%. Hal ini sejalan dengan apa apa yang dilakukan MAPI yakni
fokus menggarap pasar di pulau Jawa terutama Jakarta.
Apabila kita melihat pada data rata-rata pendapatan bulanan, kita akan mendapati
bahwa rata-rata pendapatan orang di kota lebih besar dibandingkan di desa yakni Rp3juta
berbanding Rp2,6juta. Apabila perbandingan didasarkan pada lokasi geografis, maka
pendapatan rata-rata penduduk di pulau jawa lebih tinggi dibanding luar jawa yakni
Rp2,9juta berbanding Rp2,8juta. Oleh karena itu menjadi jelas mengapa sebagian besar toko
modern berada di pulau Jawa, pendapatan masyarakat di pulau Jawa lebih besar dengan di
luar pulau Jawa.
Efek dari peningkatan kelas menengah ternyata sudah berpengaruh terhadap kinerja perseroan. Hal ini dibuktikan dengan melihat kinerja selama 3 tahun ke belakang. Dimana baik Net Revenue, EBITDA, juga Net Income semua mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Net revenue pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 43%. Begitupun dengan Net Income yang telah mengalami peningkatan hingga 119.5%. Dengan propek pertumbuhan kelas menengah, tentu kinerja MAP di masa yang akan datang dapat lebih baik lagi.
Source: Credit Suisse Emerging Consumer Survey 2012, AC Nielsen
Source: Credit Suisse Emerging Consumer Survey 2012, AC Nielsen
Selain itu ditambah lagi dengan realitas bahwa penduduk di luar Jawa lebih banyak menyimpan pendapatan mereka, 0,4 berbanding 0,3. Namun tentu ini sebenarnya merupakan potensi pasar yang potensial untuk digarap oleh retailer termasuk MAPI dimasa yang akan datang.
Kepatuhan terhadap SAK
Salah satu masalah compliance bagi suatu entitas adalah kepatuhan terhadap standar
akuntansi keuangan yang berlaku pada saat ini. Pemerintah Indonesia sebagai anggota The
Group of Twenty (G20 Forum) telah bersepakat untuk melakukan konvergensi terhadap
IFRS. IAI mencanangkan bahwa standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku
di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan (www.iaiglobal.or.id, 2010). Adopsi secara
bertahap terhadap IFRS telah dilakukan oleh IAI dengan melakukan revisi Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disesuaikan dengan IFRS sehingga perusahaan go
public wajib mengungkapkan informasi keuangannya berdasarkan prinsip akuntansi baru atau
revisi yang mulai efektif secara bertahap sejak tahun 2008. MAP sudah menerapkan 19
PSAK yang sesuai dengan kondisi bisnis mereka. Masih ada lebih dari 30 PSAK yang sudah
terbit namun belum diimplementasikan oleh MAP. Mereka berencana mengimplementasikan
secara bertahap pada tahun 2012 dan 2013.
MAPI’s Competitor in Industry
Pada segmen
Department Store,
MAPI memiliki
Sogo dan
Debenhams, dimana
kedua Department
Store ini memiliki
segmentasi
konsumen menengah
dan high-end.
Untuk segmen F&B, khususnya
kedai kopi, MAPI merupakan market
leader dengan hak eksklusifnya untuk
merek Starbucks. Selain itu portofolio
MAPI di F&B juga terdiri dari makanan
cepat saji seperti Burger King, Dominos
Pizza. Juga lainnya seperti Ice Cream Cold
Stone, Krispy Kream, dsb.
Segmen bisnis mainan juga merupakan bagian dari portofolio bisnis MAPI. Pada segmen ini MAPI memiliki lisensi khusus untuk merek seperti Osh Kosh B’Gosh, Barbie, Batman. Selain itu jaringa retail Kidz Station yang cukup kuat dimana memiliki jumlah toko hingga 55 unit merupakan keunggulan tersendiri. Pada segmen ini MAPI mendapat ancaman serius dari Toys Kingdom yang merupakan merk dari Ace Hardware Tbk yang tengah gencar melakukan ekspansi.
Source: Company Data
Source: Company Data
Source: Company Data
Adapun kompetitor MAPI pada segmen ini adalah Metro dan Centro yang
memiliki target market hampir sama. Sehingga persaingan head-to-head bisa terjadi.
Namun faktor lokasi juga turut mempengaruhi daya saing. Adapun MAPI berencana
menambah portofolio bisnis department store dengan mendatangkan merek dari Paris
yakni Galeries Lafayette pada awal 2013 ini di Mal Pacific Place.
Anak Perusahaan MAP
Subsidiaries Brand (Store)Percentage of ownership
(%)Retail business PT Mitra Selara Sempurna ("MSS") Marks & Spencer Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Sarimode Fashindo Adiperkasa ("SFA") Zara Ownership: 99,99 Direct 0,01 Indirect PT Mitramode Duta Fashindo ("MDF") Masimmo Dutti Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Prima Buana Perkasa ("PBP") Pull & Bear Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01Map Active (Thailand) Limited ("MAPA (T)") Next, Carter's and Ownership: OshKosh B'gosh Direct 99,99 Indirect 0,01PT Mitra Gaya Indah ("MGI") Camper and Linea Ownership: Direct 98,00 Indirect 2,00PT Putra Agung Lestari ("PAL") Payless Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Sukses Diva Mandiri ("SDM") Stradivarius Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Bersama Karunia Mandiri ("BKM") Bershka Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01MAP Active Footwear (S) Pte. Ltd. ("MAPA F(S)") Payless 100,00MAP Active Footwear Malaysia Sdn. Bhd. Payless 100,00PT Panen Cosmetics Indonesia ("Pcos") Ownership: Indirect 100,00
Subsidiaries Brand (Store)Percentage of ownership
(%)Department stores PT Panen Lestari Internusa ("PLI") Sogo Ownership: Direct 99,00 Indirect 1,00PT Java Retailindo ("JR") Lotus Indirect 100,00PT Benua Hamparan Luas ("BHL") Debenhams Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Panen Selaras Intibuana ("PSI") Seibu Ownership: Indirect 100,00PT Alun Alun Indonesia Kreasi ("AAI") Alun-alun Ownership: Indirect 100,00PT Panen GL Indonesia (PGI) Ownership: Indirect 100,00 Cafe and restaurant PT Sari Boga Lestari ("SBL") Chatter Box Ownership: Direct 99,97 Indirect 0,03PT Sari Coffe Indonesia ("SCI") Starbucks Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Sari Pizza Indonesia ("SPI") Pizza Marzano Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Sari Burger Indonesia ("SBI") Burger King Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Sari IceCream Indonesia ("SII") Cold Stone Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01
Subsidiaries Brand (Store)Percentage of ownership
(%)PT Dom Pizza Indonesia ("DPI") Domino Pizza Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Premier Doughnut Indonesia ("PDI") Krispy Kreme Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Sari Food Lestari Ownership: Indirect 100,00 Book Stores
PT Kinokunia Bukindo ("KB")Kinokunia Book Store
Ownership: Indirect 100,00 Manufacturing PT Mitra Garindo Perkasa ("MGP") Ownership: Direct 99,96 Indirect 0,04 Others PT Siola Sandimas ("SS") Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01PT Premier Capital Investment ("PCI") 99,50PT Map Active ("MAPA") Ownership: Direct 99,99 Indirect 0,01Map Active Pte. Ltd. ("MAPA (S)") 100,00Asia Retail Investment Pte.Ltd. ("ARI") 100,00Map Active Trading Pte. Ltd. ("MAPT") 100,00
2.2.2 Business Operations and Processes
Dari segi operasi, perusahaan menjalankan kegiatan bisnisnya melalui anak usaha
yang dimiliki sepenuhnya oleh holding company yang dilakukan dengan cara
membuka gerai sendiri (kecuali untuk PT. Samsonite Indonesia yang merupakan
entitas asosiasi dan kegiatan bisnisnya berupa impor dan distribusi). Perusahaan juga
telah menjalankan bisnisnya secara global. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya
beberapa entitas anak yang berbadan hukum asing yang berdiri di Malaysia,
Singapuran dan Thailand.
Perusahaan juga memiliki banyak hubungan dengan pihak ketiga. Sebagai retailer
dan pemegang lisensi merek dari berbagai macam merek di Indonesia, perusahaan
tentu memiliki hubungan kuat dengan pemegang merek. Ditambah lagi, merek
internasional yang barangnya didatangkan dari luar negeri akan menyebabkan
perusahaan banyak bersinggungan dengan kegiatan impor. Selain itu, perusahaan
yang bergerak di bidang retail juga akan memiliki hubungan erat dengan lessor
dimana perusahaan membuka gerai.
Dari segi pelaporan dan audit, walaupun perusahaan telah menerapkan sistem
informasi yang cukup baik dalam kegiatan operasi bisnisnya, banyaknya anak usaha
yang dimiliki oleh perusahaan dapat menyebabkan kompleksnya kegiatan konsolidasi
laporan keuangan dari perusahaan. Hal ini terbukti dengan terjadinya keterlambatan
publikasi laporan keuangan triwulan II 2012 yang dikarenakan masih berlangsungnya
proses audit terhadap laporan keuangan konsolidasi perusahaan.
2.2.3 Management and Governance
1. Filosofi Manajemen
Dalam menjalankan usahanya, manajemen MAP memiliki filosofi yang dinamakan
PEOPLE, yaitu:
People Centered Approach
Selalu mementingkan para pelanggan dan karyawan dalam setiap inti pengambilan
keputusan bisnis.
Empowerment
Memberdayakan karyawan dengan memberikan kewenangan karena MAP percaya
bahwa pendelegasian kekuasaan dan otonomi akan mendorong kontribusi, tanggung
jawab dan kewirausahaan. Kewirausahaan adalah kunci dari bisnis ritel, dan faktor ini
membantu karyawan untuk mengembangkan rasa memiliki.
Originality
Mempelopori konsep-konsep dan ide-ide baru dalam seluruh usaha ritel dan
pemasaran.
Principles
Menjunjung tinggi prinsip-prinsip integritas dan kejujuran.
Loyalty
Membangun loyalitas karyawan dan pelanggan serta memiliki hubungan jangka
panjang dengan pemilik merek, mitra usaha, pemilik properti dan pemasok.
Earnings
Berusaha meraih keuntungan berdasarkan nilai-nilai utama perusahaan.
Dalam filosofinya ini terlihat bahwa manajemen MAP sangat mengedepankan
hubungan yang baik dengan para stakeholder-nya yaitu karyawan, pelanggan, pemilik
merek, mitra usaha, pemilik properti dan pemasok.
2. Pertimbangan Kritis Akuntansi dan Estimasi Akuntansi yang Signifikan
a. Rugi Penurunan Piutang
Perusahaan dan entitas anak menilai penurunan piutang pada setiap tanggal pelaporan.
Dalam menentukan apakah rugi penurunan nilai harus dicatat dalam laporan laba rugi,
manajemen membuat penilaian, apakah terdapat bukti objektif bahwa kerugian telah terjadi.
Manajemen juga membuat penilaian atas metodologi dan asumsi untuk memperkirakan
jumlah dan waktu arus kas masa depan yang direview secara berkala untuk mengurangi
perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian aktualnya. Pencatatan Piutang
dikelompokkan berdasarkan pelanggan, umur jatuh tempo dan mata uang. Pada catatan atas
piutang di laporan keuangan tahun 2010 dan 2011 tidak terdapat piutang usaha yang
dijaminkan kepada pihak manapun. Berdasarkan penelaahan atas status masing masing
piutang pada akhir tahun, manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang raguragu atas
piutang usaha adalah cukup karena tidak terdapat perubahan signifikan terhadap kualitas
kredit.
b. Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan
Perusahaan dan entitas anak membuat penyisihan penurunan nilai persediaan
berdasarkan estimasi persediaan yang digunakan pada masa mendatang. Walaupun asumsi
yang digunakan dalam mengestimasi penyisihan penurunan nilai persediaan telah sesuai dan
wajar, namun perubahan signifikan atas asumsi ini akan berdampak material terhadap
penyisihan penurunan nilai persediaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil usaha
Perusahaan dan entitas anak. Persediaan dikelompokkan menjadi barang dagangan dan
industri pakaian (manufaktur). Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan penurunan nilai
persediaan tahun 2010 dan 2011 adalah cukup. Persediaan telah diasuransikan terhadap risiko
kebakaran, pencurian dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA
Insurance Public Company Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG
Insurance (Malaysia) Sdn. Bhd. dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.332,56 milyar,
THB 54.010.000, SGD 150.000 dan MYR 950.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk dan AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah
pertanggungan sebesar Rp 956,12 milyar dan THB 40.880.000 pada tanggal 31 Desember
2010.
c. Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Aset Tetap dan Properti Investasi
Masa manfaat setiap aset tetap dan properti investasi Perusahaan dan entitas anak
ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi
ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa
manfaat setiap aset direview secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda
dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau
keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi
dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta
periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan di atas.
Berdasarkan penilaian dari penilai independen yang tidak berhubungan dengan Perusahaan
dan entitas anak, nilai wajar properti investasi pada tanggal 5 Januari 2012 sebesar Rp
126.260.000 ribu. Penilaian dilakukan berdasarkan metode biaya dan pendapatan. Beban
penyusutan sejumlah Rp 4.879.952 ribu dan Rp 4.957.805 ribu masing-masing untuk tahun
2011 dan 2010 dicatat sebagai beban Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 properti
investasi telah diasuransikan secara bersama dengan aset tetap.
Aset dalam penyelesaian merupakan aset dalam rangka ekspansi Perusahaan dan
entitas anak, yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2012. Perusahaan dan entitas anak
memiliki beberapa bidang tanah yang terletak di Jawa tengah, Jakarta, Tangerang, Bogor dan
Bali dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan seluas 57.777 m2. Hak Guna Bangunan
tersebut berjangka waktu 20 - 30 tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2014 dan 2029.
Manajemen Perusahaan berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan dan proses
sertifikasi hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan
bukti pemilikan yang memadai.
Aset tetap dan properti investasi, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko
kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA
Insurance Public Company Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG
Insurance (Malaysia) Sdn. Bhd. dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.193.84 milyar,
THB 23.820.000, SGD 395.000 dan MYR 1.230.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk dan AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah
pertanggungan sebesar Rp 1.130,82 milyar dan THB 18.180.000 pada tanggal 31 Desember
2010.
d. Penurunan Nilai Goodwill
Menentukan apakah suatu goodwill turun nilainya memerlukan estimasi nilai pakai
unit penghasil kas dimana goodwill dialokasikan. Perhitungan nilai pakai mengharuskan
manajemen untuk mengestimasi aliran kas masa depan yang diharapkan yang timbul dari unit
penghasil kas yang menggunakan tingkat pertumbuhan yang sesuai dan tingkat diskonto yang
sesuai untuk perhitungan nilai kini. Efektif 1 Januari 2011, Perusahaan dan entitas anak
menghentikan amortisasi goodwill. Akumulasi amortisasi dieliminasi terhadap biaya
perolehan yang tercatat. Perusahaan dan entitas anak menetapkan nilai terpulihkan dari
goodwill, dan menentukan bahwa goodwill yang terkait dengan aktivitas tertentu diturunkan
nilainya sebesar Rp 11.223.469 ribu pada 31 Desember 2011. Nilai terpulihkan atas aktivitas
tersebut di tentukan dengan mengacu pada nilai pakai unit kas yang dihasilkan. Kerugian
penurunan nilai termasuk dalam pos keuntungan dan kerugian lain-lain dalam laporan laba
rugi komprehensif konsolidasian.
e. Struktur Organisasi Perusahaan
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris memiliki tugas melakukan fungsi pengawasan atas pengelolaan
Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi. Dewan Komisaris juga memberikan masukan
kepada Direksi sehubungan dengan pengelolaan Perusahaan yang mereka jalankan,
khususnya terkait dengan Tata Kelola Perusahaan yang baik, pengawasan internal dan
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku menurut keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan dan Anggaran Dasar Perusahaan. Anggota Dewan Komisaris Perusahaan
ditunjuk melalui pemilihan pada Rapat Umum Pemegang Saham untuk masa jabatan dua
tahun dan mereka dapat dipilih kembali untuk masa jabatan dua tahun berikutnya. Di tahun
2011, Perusahaan dan Entitas Anak memberikan Rp 3.927.928 ribu kepada Dewan Komisaris
dan sebesar Rp 42.029.327 ribu dan THB 5.687.612 kepada anggota Direksi dan personel
kunci. Rapat intensif yang terjadwal – dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris setiap
kwartalnya (4 kali setahun) untuk membicarakan dan mengambil keputusan mengenai isu-isu
strategis dengan direksi. Adapun dewan komisaris terdiri dari:
1. Presiden Komisaris sekaligus Komisaris Independen (Mien Sugandhi)
a. Mien Sugandhi merupakan warga negara Indonesia kelahiran tahun 1934.
Beliau dipercaya memangku jabatan Presiden Komisaris Perusahaan sejak tahun
2004, sekaligus sebagai Komisaris Independen sejak bulan Juni 2005. Selain itu
beliau juga menjabat posisi penting pada Anak Perusahaan. Sebelumnya pernah
menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita sejak tahun 1993-1998
serta menjadi anggota MPR dan DPR tahun 1977-1993. Beliau pernah tercatat
mengikuti pendidikan Kursus Singkat Angkatan (KSA) XI yang diselenggarakan
oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) pada tahun 2003. Menerima
penghargaan “Bintang Mahaputera Adipradana” dari Pemerintah RI pada tanggal
17 Agustus 1996 ketika menjabat sebagai Menteri Urusan Peranan Wanita
Kabinet Pembangunan VI. Menjadi peserta Konsolidasi Tenaga Ahli Pengajar,
Tenah Ahli Pengkaji, Tenaga Profesional dan Tutor Lemhanas RI tahun 2007
(menerima Sertifi kat yang ditandatangani Gubernur Lemhanas RI, Bapak Prof D.
Muladi, SH). Beliau memperoleh gelar Doktor dari Northern California Global
University, Amerika Serikat, pada tahun 2001.
b. Presiden Komisaris sekaligus Komisaris Independen (G.B.P.H. H.
Prabukusumo, P.Si)
c. G.B.P.H. H. Prabukusumo, S.Psi adalah warga negara Indonesia kelahiran
tahun 1954. Menjabat sebagai Komisaris Independen Perusahaan sejak Juni 2009.
Selain itu, hingga saat ini juga menjadi Presiden Komisaris PT Jogjakarta Tugu
Televisi sejak tahun 2003 dan Komisaris BPR Mataram Manunggal di
Yogyakarta serta Presiden Direktur PT Karka Abisatya Mataram sejak tahun
1993. Sejak tahun 2010 menjadi Komisaris PT Lintas Indo Cakrawala. Beliau
mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
pada tahun 1996.
2. Komisaris (Juliani Gozali, Kentjana Idriawati dan Prakoso Eko Setyawan Himawan)
a. Juliani Gozali adalah warga negara Indonesia kelahiran tahun 1952. Saat ini
beliau menjabat sebagai Komisaris Perusahaan. Selain itu beliau juga memangku
posisi penting di beberapa Anak Perusahaan. Memperoleh gelar Sarjana Sosial Politik
dari Universitas Jayabaya, Jakarta, pada tahun 1986.
b. Kentjana Indriawati adalah warga negara Indonesia kelahiran tahun 1949.
Beliau menjabat sebagai Komisaris Perusahaan sejak tahun 2004. Selain itu beliau
juga memangku posisi penting di beberapa Anak Perusahaan. Beliau memperoleh
gelar Master of Business Administration dari American World University, Amerika
Serikat, pada tahun 1999.
c. Prakoso Eko Setyawan Himawan adalah warga negara Indonesia kelahiran
tahun 1954. Beliau menjabat sebagai Komisaris Perusahaan sejak Juni 2010. Hingga
saat ini beliau juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif PT IRC Inoac Indonesia.
Gelar Bachelor of Science Industrial Engineering diraihnya pada tahun 1978 dari
California State Polytechnic University,California, Amerika Serikat. Selain itu beliau
memperoleh gelar MBA International Business Economic and Research pada tahun
1982 dari University of Southern California, Los Angeles, California, Amerika
Serikat.
2. Direksi
Direksi melaksanakan pengelolaan Perusahaan dengan merumuskan berbagai
kebijakan dan dengan melakukan implementasi serta mengawasi pelaksanaan
kebijakankebijakan ini. Pemilihan anggota Direksi dilakukan pada saat Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan untuk masa jabatan dua tahun dan selanjutnya dapat dipilih
kembali untuk masa jabatan dua tahun berikutnya. Di tahun 2011, Perusahaan dan Entitas
Anak memberikan total remunerasi yang mencapai Rp 3.927.928 ribu kepada Dewan
Komisaris dan sebesar Rp 42.029.327 ribu dan THB 5.687.612 kepada anggota Direksi dan
personel kunci. Direksi mengadakan pertemuan intensif yang dilaksanakan secara teratur
setiap kuartal (4 kali setahun) untuk membahas dan memutuskan masalah-masalah strategis
dengan Dewan Komisaris. Adapun Dewan Direksi terdiri dari:
1. Presiden Direktur (H.B.L. Mantiri)
H.B.L. Mantiri, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1939. Beliau menjabat
sebagai Presiden Direktur Perusahaan sejak tahun 2004 sampai sekarang. Selain itu
beliau juga menjabat di beberapa Anak Perusahaan. Sebelumnya, beliau pernah
menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Singapura dari tahun 1996 hingga
tahun 1999. Sejak tahun 1962 hingga tahun 1995, beliau tercatat aktif berkarir di
militer dengan jabatan terakhir sebagai Kasum ABRI. Dalam masa itu, beliau aktif
mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan militer sejak tahun 1959 hingga tahun
1986, termasuk Lemhanas KRA XIX pada tahun 1986. Beliau menerima gelar Doktor
Honoris Causa of Ministry in Leadership and Transformation dari Sekolah Tinggi
Teologi International Harvest (STTIH) pada tahun 2004.
2. Wakil Presiden Direktur (V.P. Sharma)
V.P. Sharma, warga negara India, kelahiran tahun 1958. Beliau bergabung dengan
Perusahaan sejak tahun 1995. Saat ini beliau menjabat sebagai Wakil Presiden
Direktur Perusahaan. Selain itu, beliau juga memangku jabatan pada sejumlah Anak
Perusahaan. Gelar Master of Business Administration diperoleh dari Hull University,
Inggris, pada tahun 1996 dan gelar Certified Associate of Indian Institute of Banker,
India, pada tahun 1982. Selain itu, beliau juga memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
tahun 1980 dan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1977, keduanya dari University of
Rajasthan, India. Beliau juga terpilih menjadi salah satu fi nalis penerima
Penghargaan Ernst & Young “Entrepreneur of the Year” pada tahun 2007.
3. Direktur (Susiana Latif, Sjeniwati Gusman, Michael D. Chapper, Hendry D. Batubara
dan Johanes Ridwan)
a. Susiana Latif
Susiana Latif, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1958. Saat ini beliau
dipercaya menjabat sebagai Direktur Perusahaan. Selain itu beliau juga
memangku jabatan di beberapa Anak Perusahaan. Beliau memperoleh gelar
Master of Business Administration dari Hull University, Inggris, pada tahun 1996
dan gelar Sarjana Akuntasi dari Universitas Atmajaya, Jakarta, pada tahun 1981.
b. Sjeniwati Gusman
Sjeniwati Gusman, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1958. Beliau telah
menjabat sebagai Direktur Perusahaan sejak bulan Juni 2005. Beliau juga
memegang jabatan lain di Anak Perusahaan dan menjabat sebagai Direktur Tidak
Terafi liasi sejak 2004 – Juni 2005. Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
dari Universitas Atmajaya, Jakarta, pada tahun 1983.
c. Michael D. Capper
Michael D. Capper adalah warga negara Inggris, kelahiran tahun 1964. Beliau
bergabung dengan Perusahaan sejak tahun 2002. Saat ini beliau menjabat sebagai
Direktur Perusahaan sejak bulan Juni 2010, dan sebelumnya menjabat sebagai
Direktur Tidak Terafi liasi sejak tahun 2007 sampai dengan Juni 2010. Beliau
memperoleh gelar Bachelor of Arts in English Literature and Language dari
Providence University, Rhode Island, Amerika Serikat, pada tahun 1986.
d. Hendry H. Batubara
Hendry H. Batubara, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1957. Sebelumnya
beliau menjabat sebagai Direktur Tidak Terafiliasi pada bulan Juni 2010 hingga
Juni 2011. Sejak Juni 2011 beliau menjabat sebagai Direktur di Perusahaan.
Hingga kini beliau masih menempati posisi sebagai Presiden Direktur PT
Sumarco Makmun Indah. Beliau meraih gelar Sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Indonesia pada tahun 1982.
4. Direktur Tidak Terafiliasi (Johanes Ridwan)
Johanes Ridwan, warga negara Indonesia, kelahiran tahun 1965. Beliau bergabung
dengan Perusahaan sejak tahun 1997 dan saat ini menjabat sebagai Direktur Tidak
Terafi liasi sejak bulan Juni 2011. Gelar Sarjana dari Fakultas Hukum Universitas
Indonesia diraihnya pada tahun 1990.
5. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan merupakan penghubung yang menjembatani kepentingan
antara Perusahaan dengan pihak eksternal, terutama menjaga persepsi masyarakat atas citra
Perusahaan dan pemenuhan tanggung jawab oleh Perusahaan. Fungsi Sekretaris Perusahaan
mencakup tugas-tugas kesekretariatan Perusahaan, hubungan investor dan masyarakat, legal
dan penegakan kepatuhan terhadap otoritas industri dan pasar modal, serta ketentuan Tata
Kelola Perusahaan yang baik. Melalui berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat, Sekretaris Perusahaan turut menjaga citra Perusahaan dan mewakili Direksi
dalam kegiatan komunikasi eksternal, khususnya dengan pihak regulator, investor, komunitas
pasar modal dan para pemangku kepentingan lainnya.
Sejak bulan Maret 2010, posisi Sekretaris Perusahaan dijabat oleh Fetty Kwartati.
Fetty Kwartati adalah warga negara Indonesia, lahir pada tahun 1968. Karirnya di MAP
dimulai pada tahun 2004. Beliau memperoleh gelar Master of Business Administration
(Major in Finance) dari California State University, San Bernardino, Amerika Serikat pada
tahun 1994, serta gelar sebagai Professional Designation Degree (Major in International
Business) dari University of California, Los Angeles, California, Amerika Serikat di tahun
yang sama.
6. Komite Audit
Peran Komite Audit adalah untuk mendukung kinerja Dewan Komisaris dalam
melaksanakan fungsi pengawasan atas pengelolaan Perusahaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dari Bapepam dan LK serta Bursa Efek Indonesia berkenaan dengan integritas
laporan keuangan, manajemen risiko dan pengendalian internal, kepatuhan kepada hukum
dan pengaturan ketetapan; kinerja, kualifikasi, serta independensi akuntan publik dan kinerja
fungsi audit internal. Anggota Komite Audit Perusahaan dipilih oleh Dewan Komisaris. Salah
satu anggotanya adalah Komisaris Independen Perusahaan dan bertanggungjawab secara
langsung kepada Dewan Komisaris. Seluruh anggota Komite Audit secara intensif
menghadiri pertemuan yang dijadwalkan sekali setiap kuartal (4 kali setahun) untuk mengkaji
keefektifan fungsi audit internal, penerapan audit oleh auditor eksternal, mengkaji seluruh
laporan keuangan serta melakukan evaluasi efektifitas pengendalian internal.
Para anggota Komite Audit adalah:
Bapak G.B.P.H. H. Prabukusumo, S.Psi (Ketua)
Lahir pada 27 Desember 1954, beliau memperoleh gelar sarjana Psikologi dari Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1996. Sejak bulan Juni 2009, menjabat sebagai
Komisaris Independen Perusahaan.
Bapak Marcello Theodore Taufik (Anggota)
Lahir pada 7 Desember 1968, beliau meraih gelar Master of Business Administration –
Finance dari News Hampshire University, Amerika Serikat, pada tahun 1995. Sejak tahun
2008 menjabat sebagai anggota Komite Audit Perusahaan.
Bapak Riono Trisongko, Ak (Anggota)
Lahir pada 16 Januari 1959, beliau meraih Diploma di bidang Akuntansi pada tahun 1988.
Sejak tahun 2010 menjabat sebagai anggota Komite Audit Perusahaan.
7. Minutes of Meetings - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS tahunan untuk periode 2011 dilakukan pada tanggal 10 Juni 2011 di Hotel
Grand Hyatt, Jakarta. Agenda RUPS tersebut yaitu untuk menyetujui dan mengesahkan
laporan keuangan untuk tahun fiskal 2010, menyetujui penunjukan Auditor Independen untuk
tahun 2011, serta menyetujui perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk
menentukan besarnya remunerasi serta fasilitas lainnya untuk anggota Direksi dan Dewan
Komisaris. Adapun Agenda RUPS adalah sebagai berikut:
Agenda Pertama
Menyetujui laporan tahunan dan mengesahkan laporan keuangan Perusahaan
untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Desember 2010, serta menyetujui alokasi
keuntungan bersih untuk dana cadangan, dividen dan keperluan lain, juga
untuk menyetujui jumlah, waktu dan kebijakan dividen untuk tahun fiskal yang
berakhir 31 Desember 2010.
Agenda Kedua
Menyetujui penunjukan Auditor Independen untuk tahun fiskal yang berakhir
31 Desember 2011.
Agenda Ketiga
Menyetujui perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris dan untuk
menentukan besarnya remunerasi serta fasilitas lainnya untuk anggota Direksi
dan Dewan Komisaris.
2.2.4 Objectives and Strategies
Perusahaan menyadari bahwa pesatnya pertumbuhan perusahaan yang ditandai
dengan banyaknya pembukaan gerai baru dan merek-merek baru yang diakuisisi, tidak lepas
dari peran vital pelanggan. Maka dari itu, perusahaan ingin mempertahankan pelanggan yang
sudah ada dan menarik pelanggan baru dengan memberikan pengalaman belanja yang tak
tertandingi bagi para pelanggannya. Selain menerapkan strategi berupa Gift Voucher,
memperkenalkan kartu-kartu digital, dan membuat program-program loyalti, perusahaan juga
ingin meningkatkan penggunaan data-data baru dalam merencanakan kebutuhan pelanggan.
Selain itu, perusahaan juga ingin melengkapi tim operasional manajemennya dengan
tingkatan data yang lebih cepat untuk target perencanaan persediaan dan operasional. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan menilai bahwa
tujuan-tujuan tersebut bisa dicapai dengan penggunaan serangkaian strategi dan kapabilitas
Teknologi Informasi (IT) baru. Dimulai dengan meningkatkan kemampuan tim TI
perusahaan, mengadopsi metode-metode pengaturan yang tepat, meningkatkan metodologi
dasar dengan kapasitas terkomputerisasi, koneksi dan keandalan jaringan, dan membuat
infrastruktur TI yang kuat dan fleksibel yang mampu mengantisipasi dinamika perubahan
pasar.
Selain itu, perusahaan memiliki strategi terkait dengan pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang, strategi tersebut antara lain fokus pada bisnis utama, ekspansi agresif
pada lini bisnis Sport, Fashion, Kids dan F&B, melakukan ekspansi geografis ke kota-kota
baru, meningkatkan efektivitas dari gerai-gerai dan merek-merek yang sudah ada, serta
mengakuisisi merek-merek baru untuk melengkapi portofolio yang sudah ada. Untuk
mendukung strategi pertumbuhan tersebut, selain meningkatkan infrastruktur TI, perusahaan
juga mengasah kemampuan rantai pasokan, memantapkan tim kepemimpinan senior,
mengawasi pengeluaran, memaksimalkan produktivitas, berupaya untuk memiliki
keunggulan operasional berdasarkan tolok ukur praktik operasional terbaik dunia,
mempercepat laju pertumbuhan dengan cara menyederhanakan serta menghilangkan
hambatan dan birokrasi – serta merampingkan struktur organisasi untuk fleksibilitas yang
lebih besar dalam mempercepat respon terhadap peluang-peluang pasar, serta
memperkenalkan struktur remunerasi kinerja dan inisiatif program pelatihan yang intensif
untuk meningkatkan kualitas layanan pelanggan.
2.2.5 Measurement and Performance
Dari sisi performance, MAP merupakan salah satu performer terbaik di sektor retail
Indonesia saat ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang diterima
MAP pada tahun 2011, yaitu:
Ranking 23 Forbes Indonesia Top 40 Companies ‘Asia’s Most Preferred Brand in Retail’ dari Asian Leadership Awards ‘Asia’s Best Brand’ Award fpr Excellence in Branding & Marketing’ dari CMO Asia ‘Asia’s Best Employer Brand’ Award dari World HR Congress ‘Exceptional Achievement’ Award 2011 dari Marks & SpencerBurger King Asia Pasific 2011 ‘Operations Excellence Award’ untuk tiga tahun
berturut-turut (mengalahkan 17 negara lain)
Selain dibuktikan dengan diraihnya berbagai macam penghargaan atas performa dan
manajemen perusahaan, pernyataan ini juga didukung oleh data-data kuantitatif dari laporan
keuangan perusahaan.
Data dari laporan keuangan tahunan 2011, secara performa perusahaan mencatatkan
kenaikan sebesar 25% pada net revenue, dari Rp 4.713 Triliun rupiah pada tahun 2010
menjadi Rp 5.890 Triliun pada tahun 2011. Dari sisi operating income, perusahaan juga
mencatatkan kenaikan operating income dari Rp 449 Miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 622
Miliar pada tahun 2011 atau sebesar 39%. Kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada net
profit peusahaan yang meningkat sebesar 79% dari Rp 201 Miliar pada tahun 2010 menjadi
Rp 360 Miliar pada tahun 2011.
Peningkatan performa perusahaan didorong oleh ekspansi intensif yang dilakukan
oleh perusahaan beberapa tahun kebelakang. Hal ini diindikasian dengan penambahan gerai,
baru dan jumlah pegawai. Dari angka-angka laporan keuangan, terjadi peningkatan aset
sebesar 20% dari total aset sejumlah Rp 4,415 Triliun pada tahun 2011 dari sebelumnya Rp
3,670 Triliun pada tahun 2010. Terjadi penurunan signifikan pada net working capital dari
sebelumnya Rp 396 Miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 91 Miliar pada tahun 2011 yang
disebabkan oleh obligasi yang jatuh tempo.
Dari segi efisiensi, performa perusahaan relatif meningkat dimana rasio-rasio yang
mengindikasikan efisiensi perusahaan seperti operating profit margin dan net income margin
mengingat dari tahun ke tahunnya. Operating profit margin berturut-turut tahun 2009, 2010,
dan 2011 masing-masing 7,5%, 9,5%, dan 10,6% sedangkan net profit margin masing-
masing 4%, 4,3%, 6,1%. Rasio-rasio tersebut mengindikasikan peningkatan efisiensi dari
kegiatan operasi perusahaan mengingat rasio gross profit margin relatif konstan pada angka
51,7% dari kisaran 50%-51,7% dalam 3 tahun terakhir yang berarti tidak terjadi peningkatan
margin berarti dari cost of goods sold perusahaan. Data-data tersebut juga didukung oleh
rasio return on asset yang mengindikasikan hal serupa dimana rasio mengalami peningkatan
4,3% pada tahun 2010 menjadi 6,1% pada tahun 2011.
Current ratio mengalami penurunan dari 1.27 pada tahun 2010 menjadi 1.04 pada
tahun 2011 yang mengindikasikan turunnya kemampuan current assets dari perusahaan untuk
melunasi current liabilities. Penurunan rasio ini disebabkan oleh obligasi yang jatuh tempo
pada tahun 2011.
2.3 Menilai Risiko Bisnis MAP
Risiko bisnis perusahaan secara umum terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu risiko
terkait dengan aset perusahaan serta risiko terkait dengan keuangan perusahaan. Risiko yang
dihadapi perusahaan terkait dengan aset perusahaan diantaranya adalah risiko terjadinya
pencurian, kebakaran, keusangan dan bencana alam. Aset perusahaan sebagian besar terdiri
dari persediaan dimana persediaan ini rawan akan pencurian, kebakaran, bencana alam dan
keusangan. Untuk mengatasi risiko berupa pencurian, kebakaran dan bencana alam,
perusahaan telah mengasuransikannya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA Insurance
Public Company Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG Insurance
(Malaysia) Sdn. Bhd dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.332,56 milyar, THB
54.010.000, SGD 150.000 dan MYR 950.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk dan AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah
pertanggungan sebesar Rp 956,12 milyar dan THB 40.880.000 pada tanggal 31 Desember
2010. Selain itu, persediaan juga rentan terkena risiko lain yaitu risiko barang usang
(obsolence) yang sulit dijual karena lini usaha MAP yang mayoritas bergerak di bidang
fashion industry sangat berhubungan erat dengan perubahan selera dan tren masyarakat yang
sangat cepat. Untuk mengantisipasi potensi risiko barang usang yang sulit untuk dijual, maka
MAP sangat selektif dalam melakukan order barang dengan sebelumnya melakukan riset
akan tren yang diminati di pasar. Sebagai pemegang lisensi dan distribusi ekslusif dari lebih
100 merek dunia, sebelum mengakuisisi merek-merek baru, perusahaan akan terlebih dahulu
melakukan serangkaian studi yang mampu mendukung keberhasilan produk tersebut di
Indonesia. Dan dalam pembukaan gerai-gerai baru, perusahaan juga sangat selektif hanya
memilih pusat perbelanjaan yang besar di lokasi yang strategis.
Selain itu, untuk aset lainnya seperti aset tetap dan properti investasi, kecuali tanah,
perusahaan telah mengasuransikan aset tersebut terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan
risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, AXA Insurance Public Company
Limited, Galaxy Insurance Consultants Pte. Ltd. dan MSIG Insurance (Malaysia) Sdn. Bhd
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.193.84 milyar, THB 23.820.000, SGD 395.000
dan MYR 1.230.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dan
AXA Insurance Public Company Limited dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 1.130,82
milyar dan THB 18.180.000 pada 31 Desember 2010.
Risiko yang terkait dengan keuangan perusahaan dapat dibagi lagi menjadi empat
yaitu:
1. Risiko atas mata uang asing
Sebagai perusahaan yang memegang merek-merek dunia, maka aktivitas perusahaan
dan entitas anak banyak menggunakan mata uang asing terutama dolar Amerika. Oleh
karena itu, fluktuasi mata uang asing dan fasilitas kredit dalam mata uang asing
menimbulkan risiko yang besar terhadap perusahaan. Untuk menghadapi risiko ini,
perusahaan melakukan pengawasan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang dan
berhati-hati dalam memanfaatkan fasilitas kredit dalam mata uang asing. Selain itu,
perusahaan melakukan transaksi lindung nilai atas eksposur mata uang asing melalui
derivatif keuangan. Instrumen derivatif yang dimiliki Perusahaan terutama terdiri dari
cross currency swaps dan call spread options. Pada tanggal 31 Desember 2011,
instrumen derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dan memiliki nilai wajar bersih
sebesar Rp 4.942.676 ribu, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, instrumen
derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dengan nilai wajar bersih sebesar Rp
9.604.447 ribu. Perusahaan mengadakan kontrak cross currency swaps dengan
Standard Chartered Bank dan Bank Danamon Indonesia dan mengadakan kontrak call
spread options dengan Bank Danamon Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2011
kontrak derivatif memiliki nilai nosional sebesar USD 1.833.333 dan JPY
1.218.900.000 sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD 5.500.000
dan JPY 3.656.700.000.
2. Risiko atas tingkat bunga
Risiko suku bunga adalah risiko dimana arus kas atau nilai wajar di masa datang atas
instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur
Perusahaan dan entitas anak pada fluktuasi suku bunga pasar timbul terutama dari
simpanan di Bank dan pinjaman. Perusahaan dan entitas anak melakukan pengawasan
terhadap dampak pergerakan suku bunga untuk meminimalkan dampak negatif
terhadap Perusahaan dan entitas anak dengan menetapkan kebijakan dalam
menempatkan deposito berjangka kepada bank yang mampu memberikan suku bunga
yang kompetitif. Sehubungan dengan eksposur suku bunga atas pinjaman, Perusahaan
dan entitas anak melakukan pengawasan terhadap pergerakan suku bunga untuk
memungkinkan Perusahaan dan entitas anak menetapkan kebijakan yang sesuai
seperti melakukan pinjaman dengan tingkat bunga tetap dan mengambang,
Untuk membantu menjaga eksposur, perusahaan juga melakukan transaksi
keuangan derivatif. Instrumen derivatif yang dimiliki Perusahaan terutama terdiri dari
cross currency swaps dan call spread options. Pada tanggal 31 Desember 2011,
instrumen derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dan memiliki nilai wajar bersih
sebesar Rp 4.942.676 ribu, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, instrumen
derivatif berakhir pada bulan Juni 2012 dengan nilai wajar bersih sebesar Rp
9.604.447 ribu. Perusahaan mengadakan kontrak cross currency swaps dengan
Standard Chartered Bank dan Bank Danamon Indonesia dan mengadakan kontrak call
spread options dengan Bank Danamon Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2011
kontrak derivatif memiliki nilai nosional sebesar USD 1.833.333 dan JPY
1.218.900.000 sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar USD 5.500.000
dan JPY 3.656.700.000.
3. Risiko kredit
Risiko kredit mengacu pada risiko rekanan gagal dalam memenuhi kewajiban
kontraktualnya yang mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan dan entitas anak.
Risiko kredit Perusahaan dan entitas anak terutama melekat pada piutang usaha,
simpanan di bank dan investasi tertentu. Piutang usaha dilakukan dengan bank
penerbit kartu kredit yang terpercaya dan tidak terdapat masalah kolektabilitas.
Perusahaan dan entitas anak menempatkan saldo bank pada institusi keuangan yang
layak dan terpercaya untuk diveritifikasi pendapatan bunga dan penyebaran risiko.
Untuk piutang usaha, Perusahaan dan entitas anak menetapkan suatu batasan eksposur
tertentu dan dilakukan pengawasan secara terus menerus dan nilai agregat transaksi
terkait tersebar di antara counterparties yang disetujui oleh manajemen Perusahaan
dan entitas anak. Nilai tercatat aset keuangan pada laporan keuangan konsolidasian
setelah dikurangi dengan penyisihan untuk kerugian mencerminkan eksposur
Perusahaan dan entitas anak terhadap risiko kredit.
4. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko di mana Perusahaan dan entitas anak akan mengalami
kesulitan dalam memperoleh dana untuk memenuhi liabilitas terkait dengan instrumen
keuangan. Risiko likuiditas Perusahaan dan entitas anak terutama melekat pada utang
usaha dimana timbul dari perbedaanperbedaan jatuh tempo masing-masing aset
keuangan dan liabilitas keuangan. Manajemen membentuk kerangka kerja manajemen
risiko likuiditas untuk pengelolaan dana jangka pendek, menengah dan jangka
panjang dan persyaratan manajemen likuiditas Perusahaan dan entitas anak.
Perusahaan dan entitas anak menggunakan prinsip dasar pengelolaan likuiditas yang
timbul dari liabilitas keuangan dengan memelihara tingkat kecukupan kas dengan cara
mempertahankan cadangan yang memadai, fasilitas perbankan dan terus memantau
rencana dan realisasi arus kas serta melalui penelaahan profil jatuh tempo aset
keuangan dan liabilitas keuangan.
2.4 Analytical Procedure
2.4.1 Membandingkan perusahaan dengan industri
Jika dilihat dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa tren harga saham MAP terus naik.
Kemudian jika kita lihat perbandingan ROI dari MAP terhadap Industry keseluruhan
adalah 17,48 berbanding 18,07. Hal ini menunjukan ROI dari MAP masih lebih
rendah dibandingkan ROI Industry. Hal ini menunjukan bahwa banyak investasi dari
MAP yang belum memberikan keuntungan maksimal. Namun jika dibandingan
dengan ROI Sector, ROI MAP jauh lebih tinggi daripada ROI Sector Retail sendiri,
hal ini menunjukan bahwa performa MAP jauh diatas rata – rata pesaing lainnya di
Sector Retail. Kemudian untuk ROE, MAP tergolong sangat baik, karena diatas ROE
Industry & ROE Sector Retail. Hal ini menunjukan bahwa Return yang diberikan dari
Total Equity MAP masih lebih tinggi dari rata – rata perusahaan lainnya.
Lalu untuk Growth sendiri, MAP mengalami kenaikan drastis, hal ini terlihat dari
table diatas dimana perbandingan Sales dalam 5 tahun belakangan menunjukkan
peningkata dua kali lipat. Lalu untuk EPS, juga mencapai tiga kali lipat. Lalu untuk
pembagian Dividend juga mengalami kenaikan signifikan. Hal tersebut menunjukan
bahwa performa MAP yang terus membaik setiap tahunnya.
Pada table Consensus Estimates Analysis ini terlihat dimana estimasi Sales pada akhir
Desember 2012 yang rata – rata 7,355.25 yang lebih tinggi daripada 1 tahun
sebelumnya. Kemudian pada akhir Desember 2013 ditargetkan mencapai rata – rata
9,000.64 yang meningkat cukup tinggi daripada estimasi tahun sebelumnya. Hal ini
menunjukan optimism MAP akan trend positive. Begitu pula dengan EPS yang
memiliki estimasi 270.52 pada akhir Desember 2012, yang juga disusul dengan
optimism MAP dengan menargetkan EPS pada akhir Desember 2013 sebesar 347.68,
dengan capaian tertinggi mencapai 379.86.
Dalam Valuation Ratios terlihat bahwa P/E Ration dari MAP masih lebih tinggi
daripada Industry & Sector Retail sendiri, meskipun P/E High & Low pada 5 tahun
terkahir terlihat jauh lebih rendah daripada Industry & Sector Retail. Hal ini
menunjukan bahwa MAP lebih bergerak stabil. Lalu untuk Beta MAP sendiri terlihat
masih lebih tinggi daripada Industry, namun masih lebih rendah daripada Sector
Retail. Hal ini menunjukan bahwa MAP sudah lebih matang daripada Sector Retail
sendiri.
Dalam Growth Rates sendiri terlihat bahwa MAP masih lebih baik daripada Industry
& Sector Retail sendiri, hal ini terlihat dari Growth Rate Sales dan EPS dalam 5 tahun
terakhir. Namun karena banyaknya investasi, Capital Spending MAP bernilai -0,20
yang jauh lebih rendah daripada Capital Spending untuk Industry & Sector Retail
sendiri. Hal ini menunjukan bahwa MAP cenderung sangat hemat dalam melalukan
pengeluaran, karena mereka lebih prefer untuk investasi untuk ekspansi.
Untuk Financial Strength sendiri terlihat bahwa MAP tidak begitu banyak memiliki
Current Assets, hal ini terlihat dimana Quick Ratio & Current Ratio mereka yang
berada dibawah Industry & Sector Retail. Namun Debt mereka terhitung cukup tinggi
dimana LT Debt to Equity & Total Debt to Equity mereka jauh lebih tinggi daripada
Industry & Sector Retail. Hal ini terlihat dari Interest Coverage mereka yang rendah,
menunjukan bahwa mereka cukup terbebani oleh utang. Interest Coverage mereka
jauh lebih rendah disbanding Industry & Sector Retail.
Meskipun Net Profit Margin MAP masih dibawah Industry & Sector Retail, tapi
Gross Margin MAP masih diatas Industry & Sector Retail. Namun, untuk Operating
Margin meskipun lebih tinggi dari Sector Retail, tapi masih lebih rendah daripada
Industry.
Terlihat bahwa Dividen Yield MAP yang lebih rendah daripada Industry & Sector
Retail menunjukan bahwa MAP memilih untuk menahan labanya. Hal ini dilakukan
demi melunasi utang dari MAP sendiri. Hal ini juga terbukti dengan Payout Ratio
yang jauh lebih rendah daripada Industry & Sector Retail.
Terlihat bahwa Revenue/Employee & Net Income/Employee dari MAP masih jauh
lebih rendah daripada Sector Retail sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan masih terlalu
banyak-nya jumlah karyawan yang dipekerjakan oleh MAP. Tetapi, Receivable
Turnover dari MAP masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Sector Retail
sendiri, meskipun Inventory Turnover & Asset Turnover tergolong rendah.
Untuk ROA sendiri MAP masih sedikit lebih baik daripada Sector Retail meskipun
masih kalah dengan Industry, begitu pula dengan ROI. Tetapi, untuk ROE sendiri,
MAP masih lebih baik daripada Industry & Sector Retail.
Selain membandingkan dengan industri secara keseluruhan, kami juga menganalisa MAP
dengan perusahaan retail sejenis yaitu, PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. berikut
perbandingan rasio antara MAP dengan RLAS.
MAPI RALS
2010 2011 2010 2011
current assets1865272 2368841 1940365 2133254
27.00% 9.94%
fixed assets1,805,232 2,046,502 1,545,617 1,625,789
13.37% 5.19%
total assets3,670,504 4,415,343 3,485,982 3,759,043
20.29% 7.83%
current liabilities1,468,999 2,277,735 680,772 780,468
55.05% 14.64%
long term
liabilities
732,362 343,474 124,774 137,178
-53.10% 9.94%
total liabilities2,201,361 2,621,209 805,546 917,646
19.07% 13.92%
equity 1,469,143 1,794,134 2,680,436 2,841,397
22.12% 6.01%
sales4,712,500 5,889,809 4,775,168 5,086,158
24.98% 6.51%
gross profit2,376,410 3,042,603 1,658,891 1,771,074
28.03% 6.76%
operating income275,790 484,572 365,122 377,582
75.70% 3.41%
net income201,071 360,425 354,752 377,588
79.25% 6.44%
MAPI RALS
current ratio 1.04 2.73
operating profit
margin 0.08 0.07
net profit margin 0.06 0.07
return on assets 0.08 0.10
return on equity 0.20 0.13
total assets turnover 1.33 1.35
debt to equity ratio 0.19 0.05
Kami berusaha untuk membandingkan MAPI dengan perusahaan sejenis yaitu RALS.
Dari segi asset MAPI memang sedikit lebih unggul dengan total asset sebesar Rp
4,415 Triliun yang meningkat 20.29% dari tahun 2010 yang hanya sebesar Rp3,670
Triliun. Sedangkan RALS memiliki asset senilai Rp 3,759 Triliun dengan peningkatan
7,83% dari tahun 2010 yang hanya sebesar Rp 3,485 Triliun.
Secara performa, MAPI bisa dikatakan lebih baik dengan indikator peningkatan sales
dan net income. Sales dari MAPI meningkat sebesar 24,98% pada tahun 2011 dengan
total penjualan sebesar Rp 5,889 Triliun dari sebelumnya Rp 4,712 Triliun.
Sedangkan pada periode yang sama RALS hanya mencatatkan kenaikan sebesar
6,51% dari sebelumnya Rp 4,775 Triliun menjadi Rp 5,086 Triliun. Operating
income dan net income pun meningkat pesat berturut-turut sebesar 75,7% dan 79,25%
relative terhadap rals yang hanya mencatatkan kenaikan operating income dan net
income sebesar 3,41% dan 6,44% berturut-turut.
Sedangkan dari sisi profitabilitas, MAPI dan RALS relative serupa dengan operating
profit margin yang menunjukkan angka 0.08 untuk MAPI dan 0.07 untuk RALS.
Sedangkan untuk net profit margin MAPI berada pada angka 0.06 sedangkan RALS
berada pada angka 0.07. Yang menarik adalah fakta bahwa return on assets MAPI
yang lebih rendah relatif terhadap RALS (0.08 vs 0.10) sedangkan dari return on
equity MAPI lebih unggul dari RALS (0.20 vs 0.13). Hal ini terkait dengan tingginya
leverage MAPI dibandingkan dengan RALS yang lebih memilih untuk menggunakan
cash internal untuk pendanaannya, ditunjukkan dengan debt to equity ratio MAPI
yang berada pada angka 0.19 sedangkan RALS hanya berada pada angka 0.05.
2.4.2 Membandingkan data perusahaan dengan tahun sebelumnya
Berikut adalah kinerja laporan keuangan MAP dari tahun 2008-2011
Networking Capital MAP dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami
kecenderungan penurunan yaitu 556 pada tahun 2008, 570 pada tahun 2009, 396 pada
tahun 2010 kemudian menjadi 91 pada tahun 2011. Hal ini menunjukan bahwa
suntikan dana kepada MAP semakin tinggi lewat komponen current liabilities.
Networking Capital yang positif menunjukan bahwa perusahaan run healthy.
Capital Expenditure MAP pada 2011 menunjukan bahwa mereka mengeluaran 443,
dimana memiliki kecenderungan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Pada
tahun 2010 MAP melakukan pengeluaran modal sebesar 429, tahun 2009 sebesar 241
dan tahun 2008 sebesar 325. Hal ini menunjukan bahwa MAP melakukan peningkatan
kegiatan operasi dengan meningkatkan pembelian pada barang-barang modal.
Gross Profit Margin MAP pada 2011 ini adalah 51,7% dimana ini berarti keuntungan
kotor mereka mencapai lebih dari setengah nilai COGS. Terlihat bahwa sejak tahun
2008 sampai dengan tahun 2011, besarnya gross profit margin masih pada kisaran
50% dan tidak ada kenaikan yang signifikan. Namun Gross Profit Margin pada 2011
ini lebih tinggi daripada tahun 2010 dan 2009.
Operating Profit Margin atau yang lebih sering disebut Return on Sales MAP pada
2011 adalah 10,6% yang ternyata lebih tinggi daripada tahun sebelumnya dimana
pada tahun 2010 sebesar 9,5% tahun 2009 sebesar 7,5% dan tahun 2008 sebesar 8,8%.
Hal ini membuktikan bahwa profitability dari MAP mengalami kenaikan pada 2011,
kemudian kenaikan Return on Sales ini menunjukan bahwa adanya peningkatan sales
MAP pada 2011.
MAP mengalami peningkatan Net Income Margin yang cukup berarti mulai dari
tahun 2008 sebesar -2,0% menjadi 4,0% dan 4,3% pada tahun 2009 dan 2010. Net
Income Margin MAP tahun 2011 adalah 6,1% atau perbandingan antara net income
dengan revenue yang dihasilkan adalah 6,1%. Net Income Margin sendiri digunakan
untuk dijadikan internal comparison. Rendah Net Profit Margin menunjukan
rendahnya margin of safety, atau semakin tingginya risiko declining sales yang
menyebabkan penurunan profit.
Sales dari MAP dapat dibreakdown berdasarkan lini usahanya. Dalam miliar rupiah,
specialty stores masih memegang kontribusi yang paling besar bagi MAP setiap
tahunnya, diikuti dengan Department Stores, F&B dan usaha lainnya.
MAP menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan pada Return on Assets,
terlihat return on assets sebesar -1,9%, 4,9%, dan 5,5% pada tahun 2008, 2009 dan
2010. Return on Assets MAP pada 2011 adalah 8,2% yaitu lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya. Return on Assets ini menunjukan bahwa bagaimana profitability
perusahaan men-generate revenue. Return on Assets sendiri menunjukan seberapa
besar profit perusahaan sebelum leverage serta memberikan indikasi intensitas modal
perusahaan yang akan tergantung pada industry. Perusahaan yang membutuhkan
investasi awal yang besar umumnya akan memiliki Return on Assets yang lebih
rendah.
Return on Equity MAP pada 2011 yaitu 20,1% yang juga lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya yaitu -6,2%, 12,7%, 13,7% pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Hal ini
menunjukan bahwa MAP adalah perusahaan yang memberikan return meningkat
kepada shareholder mereka. Return on Equity menunjukan rate of return pada
shareholder’s equity dari kepemilikan common stock. Return on Equity mengukur
efisiensi suatu perusahaan untuk menghasilkan profit dari setiap unit equity. Return on
Equity menunjukan seberapa baik sebuah perusahaan menggunakan dana investasi
untuk menghasilkan pertumbuhan pendapatan.
EBITDA to Sales Ratio dari MAP pada 2011 adalah 15,4% yang berarti perusahaan
mampu mempertahankan pendapatan pada tingkat yang baik melalui proses yang
efisien yang telah membuat biaya – biaya tertentu yang rendah. Hal ini menunjukan
bahwa perbandingan EBITDA pada total revenue sendiri adalah 15,4%. Tidak terjadi
peningkatan yang signifikan pada EBITDA to Sales Ratio dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya yaitu 14,8%, 13,6% dan 15,1% pada tahun 2008, 2009 dan 2010.
Current Ratio MAP pada 2011 yaitu 1,04% yang ternyata turun dari tahun
sebelumnya dimana pada tahun 2008 dan 2009 sebesar 1,40 dan 1,45 kemudian mulai
mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 1,27. Hal ini menunjukan semakin
banyaknya liabilities dari MAP pada 2011, hal ini menunjukan menurunnya market
liquidity dari MAP pada 2011, sehingga kemampuan MAP untuk memenuhi short-
term liabilities juga hanya 1,04% dari perbandingan current assets dengan current
liabilities.
Current ratio merupakan pembagian antara aset lancar dan hutang lancar, rasio ini
untuk mengetahui kemampuan MAP untuk membayar hutang jangka pendek. Terlihat
bahwa kemampuan MAP dibawah industri dimana MAP memiliki current ratio 1,03
dan industri 2,29. Quick ratio MAP jauh lebih kecil dari current ratio disebabkan
karena dalam perhitungan quick ratio, aset lancar harus dikurangi dengan persediaan
kemudian dibagi dengan hutang lancar. MAP merupakan perusahaan retail yang
memiliki banyak persediaan terutama dari barang dagangan (Pakaian dan asesoris,
Sepatu dan asesoris, Golf dan asesoris, Produk kesehatan dan kecantikan, Mainan
anak-anak dan asesoris, Pakaian dan asesoris olah raga, Pasar swalayan, Buku dan
alat tulis, Makanan dan minuman, Jam tangan dan kacamata, Raket dan asesoris dan
Lain-Lain).
Net Debt Equity Ratio MAP terjadi kecenderungan menurun yaitu 85% pada tahun
2008, 68% pada tahun 2009, 47,1% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 adalah
44,4% (perbandingan total liabilities yang ada dengan shareholders equity adalah
44,4% yaitu dimana 44,4% liabilities MAP itu lebih besar 44,4% dari shareholders
equity mereka). Umumnya ratio yang tinggi ini menunjukan MAP agresif dalam
membiayai pertumbuhan dengan utang, hal ini menghasilkan pendapatan stabil akibat
dari beban bunga tambahan. Jika banyak utang digunakan untuk membiayai operasi
meningkat (utang yang tinggi terhadap ekuitas), MAP berpotensi menghasilkan
pendapatan yang lebih dari itu akan tanpa ini pembiayaan dari luar. Jika ini adalah
untuk meningkatkan penghasilan dengan jumlah yang lebih besar daripada biaya
utang (bunga), maka pemegang saham mendapatkan keuntungan sebagai laba masih
terus menyebar di antara jumlah yang sama dari pemegang saham. Namun, biaya ini
pembiayaan utang dapat lebih besar kembali bahwa perusahaan menghasilkan utang
melalui investasi dan kegiatan bisnis dan menjadi terlalu banyak bagi perusahaan
untuk menangani. Hal ini dapat menyebabkan kebangkrutan, yang akan meninggalkan
pemegang saham dengan apa-apa.
Liabilities to Assets Ratio MAP pada 2011 adalah 59,4% yaitu perbandingan antara
total liability yang ternyata 59,4% dari total assets. Semakin tinggi ratio, semakin
besar risiko akan terkait dengan operasi perusahaan. Selain itu, utang yang tinggi
untuk ratio assets mungkin menunjukkan kapasitas pinjaman rendah dari suatu
perusahaan, yang pada gilirannya akan menurunkan fleksibilitas keuangan
perusahaan. Seperti semua ratio keuangan, ratio utang perusahaan harus dibandingkan
dengan rata-rata industri atau perusahaan pesaing lainnya. Pada data ditemukan terjadi
kecenderungan penurunan persentase liabilities to asset ratio, pada tahun 2008
besarnya 70%, tahun 2009 sebesar 61,9%, dan tahun 2010 sebesar 60%.
Ratio laba bersih terhadap pendapatan bersih MAP di tahun 2011 adalah sebesar 6,1%
meningkat dibandingkan dengan ratio yang sama di tahun 2010, 2009 dan 2008 yang
sebesar 4,3%, 4% dan -2%. Meningkatnya ratio laba bersih terhadap pendapatan
bersih ini juga diikuti dengan menurunnya ratio utang bersih terhadap ekuitas yang
sebesar 44,4% di tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010, 2009 dan 2008 yang
sebesar 47,1%, 68%, dan 85%. Ratio laba terhadap ekuitas juga meningkat dari -6,2%
pada tahun 2008 kemudian 12,7% pada tahun 2009 dan menjadi 13,7% dan 20,1% di
tahun 2010 dan 2011. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja operasional
perusahaan sehingga MAP dapat menurunkan jumlah hutang bersih yang dimilikinya.
Perjanjian pinjaman mengharuskan Perusahaan memenuhi persyaratan tertentu antara
lain rasio utang terhadap ekuitas tidak lebih dari 1,25 : 1, rasio utang terhadap
EBITDA tidak lebih dari 2,75 : 1 dan rasio lancar tidak kurang dari 1 : 1. Perjanjian
pinjaman mencakup persyaratan tertentu antara lain rasio utang bersih terhadap
ekuitas maksimum 1,25, rasio utang bersih terhadap EBITDA maksimum 2,75, rasio
EBITDA dibandingkan dengan bunga ditambah pembayaran pokok utang minimal 1,5
dan rasio lancar minimal 1. Perjanjian pinjaman mencakup persyaratan tertentu antara
lain rasio total pinjaman terhadap aset berwujud bersih (Gearing Ratio) tidak melebihi
250%. Sehubungan dengan fasilitas pinjaman di atas tidak ada aset yang dijadikan
jaminan, namun Perusahaan diwajibkan memenuhi batasan- batasan keuangan
tertentu, antara lain menjaga rasio utang terhadap ekuitas tidak lebih dari 1,25:1, rasio
utang terhadap EBITDA tidak lebih dari 2,75:1 dan rasio lancar tidak kurang dari 1:1.
Perusahaan juga diwajibkan untuk membayar commitment fees, arrangement fees dan
agency fees. Biaya-biaya tersebut dicatat sebagai biaya perolehan pinjaman dan
diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
BAB III
Penutup
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri retail, perusahaan tidak banyak
mengalami kendala berarti dalam usahanya. Informasi perusahaan yang dibutuhkan dalam
proses audit juga mudah untuk didapatkan dan pengelolaan informasi mengenai perusahaan
telah dilakukan dengan baik dimana informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholders dan
shareholders disajikan cukup lengkap dalam annual report dan laporan keuangan
konsolidasian tahunan. Namun untuk informasi lebih mendalam tentang perusahaan harus
dilakukan observasi langsung kepada manajemen perusahaan. Dilihat dari prosedur analisis
yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa performa perusahaan berada dalam kondisi
baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pencatatan akuntansi yang bisa menimbulkan
peluang adanya salah saji yang material untuk MAP adalah rugi penurunan piutang,
penyisihan penurunan nilai persediaan, taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap dan
properti investasi dan penurunan nilai goodwill. Berikut adalah beberapa poin penting yang
perlu diperhatikan dalam membuat audit planning:
Risk Indicator Action
Inventory Jumlahnya besar sehingga berpotensi
salah saji material (31% dari total
aset) dan adanya kenaikan dari
penyisihan nilai persediaan dari Rp
5.732.545 pada tahun 2010 menjadi
Rp 8.541.213 pada tahun 2011
Analisis Internal Control
terkait persediaan, Metode
penilaian persediaan,
Observation
Currency Risk Instrumen keuangan derivatif yang
digunakan perusahaan nilainya
menurun dari tahun 2010 sebesar
USD 5.500.000 dan JPY
3.656.700.000 menjadi USD
1.833.333 dan JPY 1.218.900.000
pada tahun 2011
Mengecek jumlah transaksi
dalam mata uang asing dan
meminta data atau melakukan
confirmation kepada Bank
dimana perusahaan
melakukan praktek derivatif
Interest Risk Utang MAP naik dari tahun 2010
sebesar Rp 985.193.098 menjadi Rp
1.492.647.382
Meminta data kepada kreditor
terkait dengan utang
perusahaan, menganalisa
kebijakan perusahaan terkait
dengan peningkatan utang
Credit Risk Jumlah piutang MAP naik dari tahun
2010 sebesar Rp 195.500.172
menjadi Rp 259.754.557
Meminta data kepada bank
pemilik kartu kredit terkait
dengan piutang yang dimiliki
perusahaan
Liquidity Risk Current Ratio MAP menurun dari
tahun 2010 sebesar 1.27 menjadi 1.04
Meminta data mengenai
utang jangka pendek
pada tahun 2011, utang jangka
pendek meningkat sebesar 55%
namun peningkatan aset lancar hanya
sebesar 20%
perusahaan
Goodwill MAP memiliki 34 anak perusahaan
dan juga merupakan pemegang dari
merek-merek dunia maka goodwill
mempunyai peranan signifikan dalam
financial statement. Nilai goodwill
mengalami penurunan dari tahun
2010 sebesar Rp 69.191.662 menjadi
Rp 57.968.193 pada tahun 2011
Menganalisa metode estimasi
arus kas yang dihasilkan oleh
anak perusahaan