AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN …
Transcript of AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN …
1
AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN
PIUTANG PADA PT.PORTO INDONESIA SEJAHTERA
SKRIPSI
Oleh:
FANNY
20160100202
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI PEMERIKSAAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
2
AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN
PIUTANG PADA PT.PORTO INDONESIA SEJAHTERA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh:
FANNY
20160100202
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
3
4
5
6
7
8
i
AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN DAN
PIUTANG PADA PT. PORTO INDONESIA SEJAHTERA
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas
dan efisiensi penerapan kegiatan Operasional fungsi Penjualan dan Piutang pada
PT. Porto Indonesia Sejahtera, serta untuk mendeteksi dan memberikan
rekomendasi atas kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam kegiatan Operasional
fungsi Penjualan dan Piutang.
Objek dalam penelitian ini adalah kegiatan Operasional Penjualan dan
Piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera yang bergerak dalam manufaktur alas
kaki seperti sandal dan sepatu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang
memiliki tujuan untuk menggambarkan keadaan objek tujuan. Data yang digunakan
merupakan data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data yang
digunakan antara lain: Observasi, Wawancara, Checklist Kuisioner, dan
Dokumentasi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa fungsi Penjualan dan Piutang
pada PT. Porto Indonesia Sejahtera telah dilaksanakan sesuai dengan Standart
Operational Procedure (SOP) yang berlaku, namun masih ditemukan beberapa hal
yang belum dilaksanakan sesuai dengan SOP yang berlaku. Dan juga kegiatan
Operasional Penjualan dan Piutang pada perusahaan dinilai sudah efektif dan
efisien, namun masih ditemukan beberapa kelemahan terhadap pengendalian
internal perusahaan.
Kata Kunci : Audit Operasional, Penjualan, Piutang.
ii
OPERATIONAL AUDITING OF SALES AND RECEIVABLES
FUNCTIONS IN PT. PORTO INDONESIA SEJAHTERA
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the level of effectiveness and
efficiency in the application of the business functions of sales and receivables of
PT. Porto Indonesia Sejahtera, as well as detecting and giving advice on
weaknesses contained in the sales and receivables business function.
The object of this research is the Operational Sales and Receivables at PT.
Porto Indonesia Sejahtera which is engaged in manufacturing footwear such as
sandals and shoes. This research uses descriptive method which has the purpose to
describe the state of the object of destination. The data used are primary data and
secondary data. Data collection techniques used include: Observation, Interview,
Questionnaire Checklist, and Documentation.
The results of this study concluded that the function of Sales and
Receivables at PT. Porto Indonesia Sejahtera has been implemented in accordance
with the Standard Operational Procedure (SOP) in force, but there are still a
number of things that have not been implemented in accordance with the applicable
SOP. And also Sales and Receivables Operational activities in the company are
considered to have been effective and efficient, but still found some weaknesses to
the company's internal control.
Keywords: Operational Audit, Sales, Receivables.
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat
dan Karunia-Nya kepada penulis dan kepada kedua orang tua penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Audit Operasional atas
Fungsi Penjualan dan Piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera” yang dibuat
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada program Sarjana (S1) Fakultas
Bisnis Universitas Buddhi Dharma – Tangerang.
Selama proses pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Sofian Sugioko, M.M., CPMA., selaku Rektor Universitas
Buddhi Dharma – Tangerang.
2. Rr. Dian Anggraeni, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas
Buddhi Dharma – Tangerang.
3. Bapak Susanto Wibowo, S.E., M.Akt., selaku selaku Ketua Jurusan
Akuntasi Fakultas Bisnis Universitas Buddhi Dharma – Tangerang
4. Bapak Peng Wi, S.E., M.Akt., selaku pembimbing yang telah membantu
dalam proses pembuatan skripsi.
5. Seluruh Dosen Universitas Buddhi Dharma Jurusan Akuntansi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama masa kuliah.
6. Kakak dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan
motivasi serta doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai
iv
7. Seluruh Direksi dan Karyawan PT. Porto Indonesia Sejahtera yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian serta memberikan data dan
infotmasi yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan skripsi.
8. Seluruh teman dekat selama proses perkuliahan dari semester 1 sampai
dengan selesai yang saling mendukung, memberikan semangat, dan
mengingatkan satu sama lain.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari kata sempurna. Segala bentuk kritikan dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini, penulis terima dengan lapang dada dan dengan penuh
rasa hormat. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawassan bagi
pihak yang memerlukan.
Tangerang, 26 Desember 2019
Penulis,
Fanny
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL LUAR
JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKRISPI
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ...................................................................
v
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 7
BAB II : LANDASAN TEORI ...................................................................
A. Auditing ................................................................................. 9
1. Pengertian Auditing .......................................................... 9
2. Jenis – Jenis Audit ............................................................ 10
B. Audit Operasional ................................................................... 12
1. Pengertian Audit Operasional ........................................... 12
2. Tujuan Audit Operasional ................................................. 13
3. Jenis Audit Operasional .................................................... 15
4. Ruang Lingkup Audit Operasional .................................... 15
5. Sasaran Audit Operasional ................................................ 16
C. Tahap – Tahap Audit Operasional ........................................... 17
D. Efektivitas, Efisiensi, dan Ekonomisasi ................................... 20
1. Definisi Efektivitas, Efisiensi, dan Ekonomisasi ............... 20
2. Indikator Penentuan 3E ..................................................... 21
E. Pengendalian Internal ............................................................. 22
1. Pengertian Pengendalian Internal ...................................... 22
2. Tujuan Pengendalian Internal ............................................ 22
F. Fungsi Penjualan dan Piutang ................................................. 24
1. Definisi Penjualan ............................................................. 24
2. Definisi Piutang ................................................................ 24
G. Audit Terkait Penjualan dan Piutang ...................................... 25
H. Kerangka Berfikir Penelitian ................................................... 26
vi
I. Penelitian Terdahulu ............................................................... 29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................. 31
1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................... 31
2. Kegiatan Usaha Perusahaan ............................................... 32
3. Visi, Misi, dan Struktur Perusahaan ................................... 33
B. Objek Penelitian ...................................................................... 41
C. Metode Penelitian.................................................................... 41
1. Populasi dan Sampel ......................................................... 42
2. Model Penelitian ............................................................... 42
3. Variabel Penelitian ............................................................ 43
4. Data Penelitian .................................................................. 44
D. Tehnik Analisa Data ................................................................ 47
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..............................................
A. Melakukan Survei Pendahuluan .............................................. 51
1. SOP Penjualan Tunai ......................................................... 52
2. SOP Penjualan Kredit ........................................................ 60
3. SOP Penagihan Piutang ..................................................... 66
B. Merencanakan Audit ............................................................... 71
C. Melaksakan Audit ................................................................... 71
1. Membandingkan Kegiatan Perusahaan dengan SOP yang
sudah ditetapkan ................................................................ 71
vii
2. Melaksanakan Audit Operasional pada fungsi Penjualan
dan Piutang ........................................................................ 84
D. Melaporkan Temuan dalam Bentuk Laporan Audit.................. 94
E. Pembahasan ............................................................................ 100
BAB V : PENUTUP ...................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................. 102
B. Implikasi Masalah ................................................................... 102
1. Secara Teoritis ................................................................... 103
2. Secara Metodologi ............................................................. 103
3. Secara Manajerial .............................................................. 103
C. Saran ....................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 – Struktur Organisasi .............................................................. 34
Gambar IV.1 – Flowchart Penjualan Tunai & Penagihannya......................... 56
Gambar IV.2 – Flowchart Penjualan Kredit .................................................. 63
Gambar IV.3 – Flowchart Penagihan Piutang ............................................... 69
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1 – SOP Penjualan Tunai ............................................................... 52
Tabel IV.2 – SOP Penjualan Kredit .............................................................. 60
Tabel IV.3 – SOP Penagihan Piutang ........................................................... 66
Tabel IV.4 – Perbandingan Penjualan Tunai Rill dengan SOP ...................... 72
Tabel IV.5 – Perbandingan Penjualan Kredit Rill dengan SOP ..................... 76
Tabel IV.6 – Perbandingan Penagihan Piutang Rill dengan SOP .................. 80
Tabel IV.7 – Skala Interval .......................................................................... 87
Tabel IV.8 - Internal Control Questionnaires (ICQ) – Penjualan ................. 85
Tabel IV.9 – Score ICQ – Penjualan ............................................................ 87
Tabel IV.9 - Internal Control Questionnaires (ICQ) – Piutang ..................... 89
Tabel IV.10 – Score ICQ – Piutang .............................................................. 91
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 – Delivery Order
Lampiran 2 – Sales Invoice
Lampiran 3 – Form Penagihan Collector
Lampiran 4 – Tanda Terima TTD oleh Pelanggan
Lampiran 5 – Contoh Penagihan oleh AR kepada Pelanggan melalui telepon
Lampiran 6 – Purchase Order dari Pelanggan secara tertulis
Lampiran 7 – ICQ - Piutang
Lampiran 8 – ICQ – Penjualan
Lampiran 9 – Daftar Temuan dan Hasil Rekomendasi
Lampiran 10 – Surat Keterangan Penelitian Perusahaan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia usaha semakin pesat menyebabkan semakin banyak
masalah yang harus segera diatasi oleh para pengusaha dalam mempertahankan
bisnisnya. Salah satu cara mempertahankan bisnis yaitu dengan cara meningkatkan
volume penjualannya. Aspek pemasaran merupakan aspek pent ing dalam usaha
pencapaian tujuan ini. Dalam rangka memperluas daerah pemasaran,
perusahaan melakukan pemetaan wilayah sehingga dapat diketahui pasar
potensial bagi produk atau jasa yang dihasilkan/ditawarkan. Cara yang dapat
digunakan untuk menangkap peluang dari market share yang sudah diketahui ini salah
satunya dengan cara membuka kantor cabang. Dan kantor cabang mempunyai
wewenang selain berfungsi mencari pembeli, kantor cabang dapat melakukan
transaksi penjualan secara langsung terhadap konsumen. Agar perusahaan dapat
bertahan dalam kondisi ini, maka perusahaan harus dapat mengendalikan seluruh
kegiatan operasionalnya dengan efektif, efisien, serta ekonomis baik dikantor pusat
maupun kantor cabang.
Dalam menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi perusahaan perlu
diadakan suatu pemeriksaan oleh pihak yang kompeten dan independen. Salah satu
pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan operasional.
Menurut Sukrisno Agoes (2012), Pemeriksaan operasional merupakan suatu
pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
2
akuntansi serta kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif,
efisien, serta ekonomis.
Untuk menunjang pemeriksaan operasional dalam suatu perusahaan
diperlukan suatu pengendalian internal. Pengendalian internal yang memadai dalam
suatu perusahaan akan membantu manajemen menjaga keamanan harta milik
perusahaan dan dapat mencegah serta menemukan masalah penggelapan yang dapat
merugikan perusahaan. Hal ini tidak dimaksudkan untuk meniadakan semua
kemungkinan terjadinya kesalahan atau penyelewengan, tetapi untuk mengetahui
dan mengatasi masalah tersebut dengan cepat
Pada zaman sekarang ini banyak sekali perusahaan yang mengalami fraud,
karena kurangnya pengendalian internal dan juga karena terlalu besarnya
kepercayaan pada penanggung jawab dari perusahaan-perusahaan tersebut. Seperti
yang terjadi pada sebuah perusahaan di Jakarta yaitu PT. Porto Indonesia Sejahtera,
perusahaan ini mencoba mempertahankan dan mengembangkan usahanya dengan
cara membuka kantor cabang dengan tujuan agar produk dari perusahaan ini dapat
dijangkau dan dikenal masyarakat indonesia secara lebih luas terutama di daerah
Jawa dan sekitarnya. Kantor cabang tersebut terletak di Surabaya dan bernama
Stanza Surabaya yang aktivitas sehari-harinya melakukan distribusi alat tulis kantor
dan juga sandal sepatu yang diproduksi oleh kantor pusatnya yaitu PT. Porto
Indonesia Sejahtera. Pada awal pendiriannya, kantor cabang ini berjalan secara
normal tanpa ada masalah dan juga kantor cabang masih dibantu oleh kantor pusat
dalam melaksanakan operasionalnya baik secara penerapan sistem penjualan,
3
keuangan maupun aturan yang berlakukan untuk mengatur karyawan, kemudian
setelah kantor pusat melihat kemampuan kantor cabang dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya secara mandiri dan mampu bertanggung jawab, maka
kantor pusat mulai memberikan kepercayaan kepada kantor cabang untuk
menjalankan segala sesuatu terkait usahanya secara mandiri sama seperti yang
dilakukan oleh kantor cabang lain pada umumnya dan kantor cabang hanya
bertanggung jawab kepada kantor pusat melalui laporan operasional mingguan.
Namun karena terlalu besarnya kepercayaan yang diberikan dan lemahnya
pengendalian internal, mulailah terjadi masalah pada kantor cabang tersebut. Salah
satu masalah yang terjadi adalah pada bagian finance, masalah ini berupa
manipulasi data yang dilaporkan setiap minggunya kepada manajemen maupun
kantor pusat, hal ini disebabkan karena fungsi finance terkait pengeluaran kas,
penerimaan kas, maupun penagihan kepada pelanggan hanya dilakukan oleh satu
orang yang sama sehingga potensi terjadinya kecurangan sangatlah besar.
Manipulasi data tersebut berupa pembuatan bon fiktif dan pencatatan penerimaan
kas, pengeluaran kas yang tidak sebenarnya. Hal ini secara tidak langsung juga
menimbulkan masalah pada fungsi penjualan, karena ada beberapa penjualan yang
terhambat karena adanya masalah pada bagian penagihan piutang tersebut. Dari
masalah yang terjadi inilah yang menyebabkan pada akhirnya kantor pusat
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada kantor cabang tersebut dengan
cara menyerap kantor cabang menjadi bagian dari kantor pusat, sehingga tidak ada
lagi kantor cabang yang bernama Stanza Surabaya karena kantor cabang tersebut
telah berubah menjadi Depo Surabaya, yang artinya adalah semua transaksi yang
4
terjadi di Depo Surabaya merupakan transaksi yang terjadi di kantor pusat dan Depo
Surabaya hanyalah menjadi tempat penyimpanan logistik yang mendukung
aktivitas penjualan yang dilakukan oleh kantor pusat di daerah Jawa dan sekitarnya.
Dan untuk tetap mencapai tujuan pengembangan usaha dalam memperluas pasar
produk PT. Porto Indonesia Sejahtera menempuh upaya lain selain membuka kantor
cabang, yaitu dengan cara melakukan branding “Porto” diberbagai daerah yang
tersebar di Indonesia, misalnya dengan cara mensponsori para pelanggan untuk
memasang sticker branding yang bergambarkan produk dan juga slogan dari PT.
Porto Indonesia Sejahtera yaitu gambar sandal Porto dan juga slogan “Comfort is
Yours”. Adapun cara lain untuk mengembangkan usaha tersebut adalah dengan cara
memasang iklan diberbagai social media seperti instagram, facebook, twitter, dan
lain-lain.
Dari kasus Stanza Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila sebuah
perusahaan dijalankan tanpa pengendalian internal yang memadai akan sangat
mempengaruhi kinerja manajemen perusahaan dalam menjaga aset perusahaan, dan
bahkan bisa merugikan perusahaan. Dan beberapa fungsi perusahaan yang paling
berpotensi terjadi kecurangan yakni fungsi terkait penjualan dan piutang.
Alasan inilah yang menjadi latar belakang untuk memilih pemeriksaan
operasional pada fungsi penjualan dan piutang sebagai penulisan skripsi dengan
judul “Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan dan Piutang Perusahaan
Pada PT.Porto Indonesia Sejahtera”, dengan tujuan untuk memastikan apakah
fungsi penjualan dan piutang diperusahaan tersebut sudah diterapkan dengan baik
atau belum, agar tidak terjadi masalah yang sama dikemudian hari.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasi masalah
dalam penelitian ini yaitu kegiatan operasional perusahaan atas fungsi penjualan
dan piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera belum diketahui kesesuaian
penerapannya dengan standart operating procedure yang diberlakukan. Lalu
pengendalian internal atas fungsi penjualan dan piutang, belum diketahui tingkat
efektivitas dan efisiensinya pada PT. Porto Indonesia Sejahtera
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan operasional perusahaan atas fungsi penjualan dan piutang
pada PT.Porto Indonesia Sejahtera sudah sesuai dengan standart operating
procedure (SOP) ?
2. Apakah pengendalian internal atas fungsi penjualan dan piutang sudah berjalan
dengan efektif dan efisien di PT.Porto Indonesia Sejahtera ?
3. Bagaimana hasil audit operasional atas fungsi penjualan dan piutang di
PT.Porto Indonesia Sejahtera ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan
yaitu sebagai berikut :
6
1. Untuk membuktikan kesesuaian kegiatan operasional perusahaan atas fungsi
penjualan dan piutang pada PT.Porto Indonesia Sejahtera dengan standart
operating procedure (SOP).
2. Untuk membuktikan efektifitas dan efisiensi pengendalian internal atas fungsi
penjualan dan piutang di PT.Porto Indonesia Sejahtera.
3. Untuk mengetahui hasil audit operasional atas fungsi penjualan dan piutang di
PT.Porto Indonesia Sejahtera.
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai
berikut :
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang dapat
membantu pihak manajemen dalamm menjalankan operasinya dan
memberikan gambaran tentang pentingnya pemeriksaan operasional dalam
menganasisis dan mengevaluasi pelaksanaan aktivitas manajemen dalam
mencapai efisiensi dan efektifitas penjualan dan penagihan piutang.
b. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan
wawasan serta pemahaman dan perbadingan antara teori dan praktek yang
sebenarnya mengenai audit operasional terhadap kegiatan penjualan dan
penagihan piutang pada suatu perusahaan, guna menambah wawasan peneliti.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti yang melakukan
penelitian dengan materi yang serupa, sebagai bahan referensi serta dapat
digunakan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman
mengenai judul yang diteliti.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam menelaah penelitian ii, maka
penyusunannya akan diuraikan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, berisikan gambaran singkat mengenai latar belakang
penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, berisikan teori-teori yang releva dan sistematis untuk
digunakan dalam pemecahan masalah yang akan penulis teliti yaitu
pengertian auditing, tujuan dan manfaat auditing, jenis-jenis audit,
audit operasional, tujuan dan manfaat audit operasional,
karakteristik audit operasional, tahapan audit operasional,
pengendalian internal, tujuan pengendalian internal, fungsi
penjualan dan piutang.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan secara singkat mengenai
gambaran PT. Porto Indonesia Sejahtera yang meliputi sejarah
singkat perkembangan perusahaan, visi dan misi perusahaan,
8
kegiatan usaha perusahaan, struktur organisasi perusahaan beserta
dengan uraian tugas, dan metode yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan mengenai analisis terhadap
masalah penelitian dan pembahasan yang memuat survei
pendahuluan, pengujian atas pengendalian intern terkait fungsi
penjualan dan piutang, pengujian terinci, dan pengembangan
laporan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penelitian ini, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi
yang berisikan uraian mengenai kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran perbaikan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Auditing
1. Pengertian Auditing
Menurut Mulyadi (2014: 9), secara umum pengertian auditing adalah :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan megevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Menurut Alvin A. Arens, et. al dalam Amir Abadi Jusuf (2017: 28), definisi
Auditing adalah sebagai berikut :
“Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
kriteria yang telah ditetapkan.Auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.”
Menurut Sukrisno Agoes (2017: 4), definisi Auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”
Secara umum, Auditing merupakan suatu proses sistematis yang terorganisir
dan berupa rangkaian langkah atau prosedur logis untuk dapat mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti-bukti audit. Pengumpulan bukti audit tersebut dilakukan
10
secara objektif dan dengan sikap yang profesional dan independen, lalu auditor
tersebut harus dapat menilai kesesuaian antara laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan yang diaudit dengan standar akuntansi yang berlaku berdasarkan
temuan dan bukti audit yang berhasil dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor.
Setelah auditor tersebut memberi penilaian atas kesesuaian laporan keuangan
audit dengan standar keuangan yang berlaku, maka kemudian auditor akan
menyampaikan hasil laporan auditnya kepada pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan perusahaan seperti kreditor, investor, maupun para
pemegang saham.
2. Jenis-jenis Audit
Jenis – Jenis Audit Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S.
Beasley yang dialih bahasakan oleh Amir Abadi Jusuf (2013:16) Jenis-jenis audit
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari
prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional,
manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi.
Sebagai contoh, auditor mungkin mengevaluasi efisiensi dan akurasi
pemprosesan transaksi penggajian dengan sistem komputer yang baru
dipasang. Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan efektivitas
operasi sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan jauh lebih sulit dari pada
11
audit ketaatan dan audit keuangan. Selain itu, penetapan kriteria untuk
mengevaluasi informasi dalan audit operasional juga bersifat sangat subjektif.
2. Audit Ketaatan (Complience audit)
Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit
mengikuti prosedur, aturan atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh
otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan
kepada manajemen, bukan kepada pengguna luar, karena manajemen adalah
kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap
prosedur dan peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagian besar
pekerjaan jenis ini sering kali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit
organisasi itu.
3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah seluruh
laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), walaupun auditor mungkin
saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan
menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok
untuk organisasi tersebut. dalam menentukan apakah laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum,
auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu
mengandung kesalahan yang vital atau salah saji lainnya.
12
Dari ketiga jenis audit yang disebutkan di atas pada dasarnya memiliki
kegiatan inti yang sama, yaitu untuk menilai tingkat kesesuaian antara fakta yang
terjadi dengan standar yang telah ditetapkan. Audit operasional (operational
audit) menilai tingkat kesesuaian antara operasional usaha pada bagian tertentu di
perusahaan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang telah ditetapkan
manajemen. Audit ketaatan (compliance audit) menilai tingkat kesesuaian antara
suatu pelaksanaan dan kegiatan pada perusahaan dengan peraturan yang berlaku
seperti peraturan pemerintah, ketetapan manajemen atau peraturan lainnya.
Sedangkan audit laporan keuangan (financial statement audit) menilai tingkat
keseuaian antara laporan keuangan dengan Pedoman Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
B. Audit Operasional
1. Pengertian Audit Operasional
Menurut IBK Bayangkara (2016: 2), definisi Audit Operasional adalah
sebagai berikut:
“Audit Operasional adalah evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas
operasi perusahaan. Audit operasional meliputi seluruh operasi internal
perusahaan yang harus dipertanggung jawabkan kepada berbagai pihak
yang memiliki wewenang yang lebih tinggi. Audit operasional dirancang
secara sistematis untuk mengaudit aktivitas, program yang diselenggarakan,
atau sebagian dari entitas yang dapat diaudit untuk menilai dan melaporkan
apakah sumber daya telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari
program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak
melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan
perusahaan.
13
Menurut Kumaat (2011: 45), definisi Audit Operasional adalah sebagai
berikut:
”Audit operasional pada hakikatnya bertujuan memberikan gambaran yang
lebih gamblang mengenai berbagai pelaksanaan, peristiwa, atau masalah
ktual dibalik fakta yang ditunjukkan oleh angka-angka keuangan seperti
penjualan ke pelanggan (yang membentuk sales receivables dan revenues),
pembelian dari pemasok (yang tercatat pada trade payables maupun
purchase expenses), dan berbagai aktivitas operasi yang menimbulkan
biaya/beban perusahaan. Audit operasional juga memberikan gambaran
tentang lingkup yang tidak berhubungan langsung dengan keuangan
meliputi pengelolaan fisik aset non keuangan (lebih tepatnya no liquid
assets) seperti stok inventory beserta penyimpanannya, pengendalian dan
perawatan fixed assets, dan sebagainya; pengelolaan rutin aset lainnya yaitu
aset yang dikategorikan sulit diukur secara keuangan (intangible assets)
yang hanya dapat dinilai secara kualitatif. Sebagai contoh, kualitas
pelayanan, kecepatan distribusi informasi, tingkat kepuasan pelanggan,
kompetensi SDM, tingkat keandalan, dan utilisasi fasilitas kerja.
2. Tujuan Audit Operasional
Menurut Agoes (2017: 184), tujuan audit operasional yaitu:
a. Menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam
perusahaan.
b. Menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya)
yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
c. Menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang
telah ditetapkan oleh top management.
14
d. Dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan
pengendalian internal, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur
operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi,
keekonomisan, dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan.
Menurut Rob Reider (2000: 3) dan Agoes (2012: 169), audit operasional
selalu diarahkan kepada kombinasi 3 tujuan yaitu:
a) Menilai pelaksanaan
Beberapa pemeriksaan manajemen sering melibatkan suatu penilaian
terhadap pelaksanaan organisasi pada berbagai kebijakan yang ditetapkan
oleh manajemen atau terhadap kriteria pengukuran lainnya yang dianggap
tepat.
b) Identifiasi berbagai peluang untuk perbaikan
Berdasarkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan, auditor dapat
merumuskan berbagai peluang untuk melaksanakan perbaikan, peningkata
kehematan, efisiensi, dan efektivitas merupakan kategori utama dalam
sasaran perbaikan.
c) Mengembangkan berbagai rekomendasi sebagai upaya perbaikan tindak
lanjut
Sifat dan keluasan setiap rekomendasi yang dikembangkan dalam audit
operasional dapat berbeda-beda tergantung pada sifat permasalahann dan
kesempatan yang tersedia.
15
3. Jenis Audit Operasional
Menurut Arens dkk (2010: 825) dan Agoes (2012: 159), Audit operasional
terdiri atas tiga kategori utama yaitu:
a. Audit Fungsional adalah kategori aktivitas dalam suatu bisnis yang
berhubungan dengan satu atau lebih fungsi dalam suatu organisasi, misalnya
tentang efisiensi dan efektivitas dari suatu fungsi.
b. Audit organisasional menekankan pada seberapa efisiensi dan efektif
masing-masing fungsi berinteraksi dalam organisasi. Rencana organisasi
dan metode untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan sangat pentin dalam
audit organisasional.
c. Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, misalnya untuk
memeriksa penyebab tidak efektifnya sistem IT, menginvestigasi
kemungkinan fraud di suatu divisi dan memberikan rekomendasi untuk
mengurangi biaya produksi.
4. Ruang Lingkup Audit Operasional
Menurut Bayangkara (2015: 15), audit operasional diaksanakan untuk
meningkatkan ekonomisasi, efisiensi pengelolaan sumber daya, serta efektivitas
pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu, audit operasional diarahkan untuk
menilai secara keseluruha pengelolaan operasional objek audit, baik fungsi
manajerial (perencanaan, pengorganisaian, pengarahan, dan pengendalian)
maupun fungsi-fungsi bisnis perusahaan secara keseluruhan ditujukan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
16
5. Sasaran Audit Operasional
Menurut Bayangkara (2015: 5), sasaran dalam audit operasional adalah
kegiatan, aktivitas, program, dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui
atau diidentifikasi masih memerlukan perbaikan baik dari segi ekonomisasi,
efisiensi, dan efektivitas. Ada tiga elemen pokok dalam sasaran audit:
a. Kriteria (criteria) merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap
individu/ kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
b. Penyebab (cause) merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh
setiap individu/kelompok di dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat
positif, program/aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas
yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negatif, program/aktivitas
berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah dari
standar yang telah ditetapkan.
c. Akibat (effect) merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria
yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif
menunjukkan program/ aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang
lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sementara akibat positif
menunjukkan bahwa program/aktivitas telah terselenggara secara baik
dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
C. Tahap-tahap Audit Operasional
17
Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003: 499), terdapat lima tahap dalam audit
operasional. Tahap-tahap audit operasional adalah sebagai berikut:
1. Memilih Auditee
Pemilihan auditee dimulai dengan studi/survei pendahuluan terhadap calon
auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai
potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan
kehematan operasi. Titik awal dari studi pendahuluan ini adalah memperoleh
pemahaman yang komprehensif mengenai struktur organisasional entitas
serta karakteristik operasinya. Selanjutnya perhatian difokuskan pada
aktivitas, unit, atau fungsi yang akan diaudit
2. Merencanakan Audit Operasional
Pada tahap ini auditor melakukan perencanaan audit operasional. Landasan
utama dari perencanaan audit adalah pengembangan progam audit, yang
harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi
pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit
berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang
berkaitan dengan satu atau lebih tujuan.
3. Melaksanakan Audit Operasional
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan
kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukanselama studi
pendahuluan. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini
disajikan dalam suatu kertas kerja audit untuk mendukung kesimpulan audit
yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.
18
4. Melaporkan Temuan
Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya
menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Hal ini
penting untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit
dan mendorong pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap
berbagai kelemahan yang ditemukan
5. Melakukan Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut dalam audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk
menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Pada tahap tindak
lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil
oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar Praktik 440
IIA menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk
memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil berdasarkan temuan
yang dilaporkan.
D. Efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi
1. Definisi efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi
Menurut IBK Bayangkara (2015: 14), efektivitas dapat dipahami sebagai
tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Efisiensi
berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga
dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi
19
berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep
input-proses-output, efisiensi adalah rasio antar output dan input. Seberapa besar
output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu input yang
dimiliki perusahaan.Ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam
berbagai program yang dikelola. Artinya, jika perusahaan mampu memperoleh
sumber daya yang akan digunakan dalam operasi dengan pengorbananyang paling
kecil, berarti perusahaan telah mampu memperoleh sumber daya tersebut dengan
cara yang ekonomis.
Menurut Agoes (2012: 9), efektivitas diartikan sebagai perbandingan
masukan-keluaran dalam berbagai kegiatan, sampai dengan pencapaian tujuan
yang ditetapkan, baik ditinjau dari kuantitas (volume) hasil kerja, kualitas hasil
kerja, maupun batas waktu yang ditargetkan.Efisiensi diartikan sebagai bertindak
untuk membuat pengorbanan yang paling tepat dibandingkan dengan hasil yang
dikehendaki.Ekonomisasi diartikan sebagai cara penggunaan sumber daya
(masukan) secara hati-hati dan bijak agar diperoleh biaya yang paling murah tanpa
merusak mutu.
2. Indikator Penentuan
Menurut Rob Reider (2002) dalam Agoes (2012: 168) terdapat beberapa hal
yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan ekonomis, efisien, dan efektif
yaitu:
20
a. Economy (pada biaya operasi)
Dalam menilai keekonomisan operasi dan alokasi terkait penggunaan
sumber daya, reviewer dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
1. Mengikuti praktik aktivitas operasional yang umum.
2. Ketepatan jumlah staf yang bertugas dalam menjalankan fungsi-
fungsi yang penting.
3. Ketepatan persediaan bahan di perusahaan.
4. Menggunakan peralatan yang dengan harga yang sesuai.
5. Mengurangi sumber daya yang tidak terpakai.
b. Efficiency (atas metode operasi)
Dalam menilai efisiensi terkait tanggung jawab dalam pengeluaran biaya
perusahaan yang minimum. Reviewer melihat dari beberapa hal sebagai
berikut:
1. Kesesuaian prosedur manual dengan komputerisasi.
2. Keefisienan sistem dan prosedur operasi.
3. Tidak terdapat duplikasi pekerjaan.
4. Tidak adanya tahapan kerja yang tidak penting.
c. Effectiveness (hasil dari operasi)
Dalam menilai efektivitas terkait pencapaian hasil atau manfaat organisasi
yang didasarkan pada sasaran dan tujuan organisasi. Reviewer dapat
melihat dari beberapa hal berikut ini:
1. Penilaian atas pencapaian sasaran, tujuan, dan rencana organisasi.
21
2. Penilaian kecukupan sistem manajemen dalam mengukur
efektivitas.
3. Menentukan keluasan hasil yang ingin dicapai.
4. Mengidentifikasi faktor hasil kinerja yang memuaskan.
E. Pengendalian Internal
1. Pengertian Pengendalian lnternal
Menurut Mulyadi (2017:129) pengertian pengendalian internal adalah :
“sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”
2. Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016: 129) tujuan pengendalian internal adalah sebagai
berikut :
a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi Manajemen memerlukan
informasi yang teliti dapat dipercaya dan tepat pada waktunya untuk
mengolah kegiatan-kegiatan perusahaan.
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi Pengawasan yang
memadai diperlukan untuk melindungi barang-barang atau harta milik
perusahaan yang mungkin hilang karena dicuri, disalahgunakan, rusak
karena kecelakaan atau musibah dan sebab-sebab lain yang dapat
merugikan perusahaan.
22
c. Mendorong efisiensi kerja atau operasional perusahaan Mekanisme
pengawasan atau pengendalian intern yang diasosiasikan dengan para
personil dan kegiatannya, dimaksudkan untuk mencegah atau menghindari
terjadinya berbagai peristiwa dan keadaan yang berakibat timbulnya
unefisiensi operasi manajemen.
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Kebijaksanaan peraturan
dan prosedur-prosedur pelaksanaan itu ditetapkan oleh manajemen sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan. Sistem pengadilan
intern berserta mekanismenya diciptakan untuk manajemen bahwa semua
kebijakan, peraturan dan prosedur- prosedur yang ditetapkan itu selalu
dipatuhi oleh perusahaan.
F. Fungsi Penjualan dan Piutang
1. Definisi Penjualan
Penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran dan merupakan kegiatan yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Melalui penjualan ini
perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan
barang dan perolehan kas yang setara dengan nilai barang tersebut.
Menurut Thamrin Abdullah dan Francis Tantri (2016: 3), penjualan
adalah bagian dari promosi dan promosi adalah salah satu bagian dari keseluruhan
sistem pemasaran.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2014: 6) menjelaskan bahwa siklus
penjualan berkaitan dengan keputusan dan proses penting dalam pemindahan
23
kepemilikan barang-barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia
untuk dijual. Di mulai dari permintaan pelanggan dan penjualan adalah tindak
lanjut dari pemasaran dan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Melalui penjualan ini perusahaan berhubungan
dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan barang dan perolehan kas
yang setara dengan nilai barang tersebut.
2. Definisi Piutang
Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan piutang, menurut sumber
terjadinya dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari transaksi penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit. Sedangkan piutang usaha adalah piutang yang
timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha dilar perusahaan. Piutang usaha dan
piutang lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun atau kurang
diklasifikasikan sebagai putang lancar.
Menurut Hery (2015: 29), mendefinisikan istilah piutang adalah mengacu
pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam
bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara
kredit.
Menurut Dwi Martani (2014: 193), Pengertian piutang dijabarkan oleh
beberapa pakar akuntansi, yang mendefinisikan piutang merupakan klaim suatu
perusahaan pada pihak lain.
24
G. Audit Terkait Penjualan dan Piutang
Manfaat audit operasional untuk penjualan dan piutang dalam hubungannya
untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi (3E) perusahaan
meliputi seluruh aspek dan kegiatan yang bersangkutan dengan penjualan dan
penagihan piutang. Hal ini dapat dilihat dari tujuan audit operasional dari aktivitas
penjualan seperti yang dikemukakan oleh Nugroho Widjayanto (2011: 121) yaitu:
(1)Menilai pelaksanaan kegiatan penjualan. (2)Mendeteksi adanya kelemahan
dalam kegiatan penjualan serta mencari upaya penanggulangannya. (3)Mencari
alternatif dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penjualan.
(4)Mengembangkan rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan dan
peningkatan prestasi; Efektivitas penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan cara peningkatan kuantitas atau volume penjualan dengan melihat
kemampuan perusahaan dalam menyalurkan barang, kebijakan, strategi yang
ditetapkan perusahaan agar penjualan efektif. Penjualan efektif dapat tercapai
melakukan berbagai kegiatan pemasaran, pengembangan produk, penetapan harga
dan saluran distribusi, serta mempromosikannya secara efektif akan
dapatmeningkatkan penjualan (Kumaat, 2011: 120). Dengan adanya analisa
pengujian atas aktivitas penjualan, akan didapat dua kemungkinan yaitu hal-hal
yang dapat mendukung dan hal-hal yang kurang mendukung dalam peningkatan
kelancaran operasi penjualan perusahaan. Auditor dapat memberikan saran-saran
untuk dapat mempertahankan prestasi atau menanggulangi kelemahan yang ada
dalam mencapai 3E penjualan dan penagihan piutang. Dari rekomendasi yang
diberikan, perusahaan akan dapat segera mengambil tindakan menanggulangi
25
kelemahan dan meningkatkan prestasinya melalui alternatif-alternatif yang
direkomendasikan berdasarkan penilaian kegiatan dan analisa penjualan hingga
piutang pelanggan. Jadi audit operasional atas fungsi penjualan dan piutang
membantu semua fungsi yang ada dalam perusahaan untuk mencapai efektivitas,
efisiensi, dan ekonomisasi penjualan dengan mengidentifikasi masalah secara dini
kemudian memberikan saran untuk memungkinkan diambilnya tindakan korektif,
sehingga diharapkan audit operasional dapat berperan dalam meningkatkan kualitas
penjualan hingga ke penagihan piutangnya.
H. Kerangka Berfikir Penelitian
Proses pertama yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah melaksanakan
survei pendahuluan pada fungsi penjualan untuk melihat karakteristik, struktur, dan
fungsi penjualan dan penagihan piutang sebagai pemahaman awal. Tahap
selanjutnya yaitu mengamati aktivitas penjualan dan penagihan piutang yang terjadi
dalam perusahaan lalu dibandingkan dengan prosedur/kebijakan penjualan secara
umum.
Berdasarkan tahap tersebut, kemudian dilakukan proses audit operasional
dengan mengamati aktivitas penjualan dan penagihan piutang yang ada dalam
perusahaan. Hasil dari proses audit ini berupa bukti atau temuan audit yang
kemudian dibuat dalam bentuk laporan. Dalam laporan hasil audit akan diberikan
rekomendasi guna perbaikan pada fungsi penjualan. Berikut ini merupakan gambar
alur proses berpikir dalam penelitian ini:
26
Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan dan Piutang pada PT.Porto
Indonesia Sejahtera
Identifikasi Masalah
Pemeriksaan Operasional Fungsi
Penjualan dan Piutang
Penelitian Pada PT. Porto Indonesia Sejahtera
Hasil Penelitian
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat PT. Porto Indonesia Sejahtera
PT. Porto Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada
bidang manufaktur alas kaki berupa sepatu dan sandal dengan brand “Porto” dan
“Kanan Kiri” yang berlokasi di Kapuk, Jakarta Utara.
Pendirian PT. Porto Indonesia Sejahtera dicetuskan oleh tiga tokoh
penting yang sekarang menjadi direksi pada PT. Porto Indonesia Sejahtera yaitu,
Bpk. Cipto Liusman sebagai Direktur Operasional, Ibu Verawati Tjoa sebagai
Direktur Keuangan, dan Bpk. Heriyanto Tjoa sebagai Direktur Penjualan &
Pemasaran.
Pada awal pendiriannya perusahaan ini hanya bernama Porto, tahun 2013
merupakan awal Porto beroperasional dengan memproduksi sandal-sandal
berbahan EVA yang menggunakan kurang lebih 50 orang pekerja untuk
mendukung produksi.
Pada tahun 2015, Porto sudah berkembang pesat dalam hal produksi yang
sebelumnya hanya memproduksi sandal menggunakan bahan EVA kemudian
mengembangkan produksi sandal menggunakan bahan PVC yang terlihat mirip
seperti kulit, lalu dalam hal pemasarannya Porto juga mengalami perkembangan
karena adanya permintaan yang semakin tinggi dari pasar dan juga brand
“Porto” dan “KananKiri” semakin dikenal oleh masyarakat, dan karena
32
didukung oleh perkembagan-perkembangan inilah Porto bisa menjadi
perusahaan yang terdaftar dengan nama PT. Porto Indonesia Sejahtera pada
tahun 2015. Pada tahun 2016, Porto mulai memperluas jenis produksi alas
kakinya selain sandal, yaitu sepatu.
Pada tahun 2019, Porto sudah sangatlah jauh berkembang daripada awal
pendiriannya, kalau pada awal pendiriannya Porto hanya memiliki kurang lebih
50 orang pekerja kini Porto sudah memiliki lebih dari 700 orang pekerja. Terkait
produk Porto juga sudah semakin variatif dan menguasai pasar karena selain
memproduksi sandal EVA, sandal PVC, sepatu sneakers, Porto juga sudah mulai
memproduksi sepatu Porto Lady yang merupakan produk-produk sepatu
berkualitas dan ditujukan khusus bagi para wanita saja.
2. Kegiatan Usaha Perusahaan
PT. Porto Indonesia Sejahtera merupakan perusahaan yang kegiatan
utama usahanya adalah memproduksi sandal, sepatu yang berbahan dasar EVA
maupun PVC. Namun selain itu, Porto juga berkegiatan untuk memasarkan
produk-produk tersebut ke pasar dengan menggunakan fungsi sales &
marketing. Dan untuk mempertahankan serta meningkatkan pencapaian yang
telah dilakukan oleh Porto, perusahaan harus terus-menerus melakukan riset dan
juga menganalisa keadaan pasar saat ini terhadap produk-produk dari Porto, hal
inilah yang mendorong perusahaan untuk terus menciptakan inovasi dan
meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan produk agar tetap mampu
bersaing di pasar yang semakin luas dan beragam ini.
33
3. Visi, Misi, dan Struktur Perusahaan
a. Visi
“Brand alas kaki yang terdepan dalam pangsa pasar, kualitas, dan inovasi”
b. Misi
- Menciptakan alas kaki yang nyaman, stylish, dan tahan lama dengan
kualitas terbaik sera harga kompetitif sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
- Memaksimalkan nilai tambah sehingga setiap pihak yang terkait
distributor maupun konsumen mendapat kepuasan.
- Memajukan industri bangsa dengan terus menekankan kepada
pentingnya unsur buatan dalam negeri dan pengembangan sumber daya
manusia Indonesia.
- Mengembangkan dunia fashion Indonesia dengan terus berinovasi
menciptakan desain baru yang modern
c. Struktur Organisasi dan Fungsinya
Berikut ini adalah stuktur organisasi yang terdapat pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera, mulai dari tingkat jajaran direksi hingga kepada tingkat
buruh pabrik beserta dengan fungsinya masing-masing.
34
Gambar III.1
Struktur Organisasi
35
36
1. Ketua Direksi (Chairman) adalah pejabat yang bertanggung jawab untuk
memimpin jajaran direksi yang ada pada perusahaan yaitu direktur
operasional, direktur keuangan, direktur penjualan & Pemasaran.
2. Direktur Keuangan (Director Finance) adalah pejabat dari jajaran direksi
yang memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan keuangan
perusahaan dari perencanaan keuangan dan pencatatan, serta
pelaporan keuangan perusahaan setiap periode.
3. Direktur Operasional (Director Operational) adalah pejabat dari jajaran
direksi yang memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan
37
operasional perusahaan dari perencanaan, proses, hingga akhir proses
terutama pada kegiatan produksi perusahaan.
4. Direktur Penjualan & Pemasaran (Director Sales & Marketing) adalah
pejabat dari jajaran direksi yang memimpin dan bertanggung jawab atas
segala kegiatan penjualan dan pemasaran perusahaan dari pengenalan
produk, perencanaan pemasaran, hingga penjualan kepada pelanggan.
5. Manager Keuangan (Finance Manager) adalah seseorang yang memimpin
dan bertanggung jawab kepada direktur keuangan atas pekerjaan team
Finance yaitu, Account Payable (AP), Account Receivable (AP), dan
Procurement terkait fungsi keuangan dan pengelolaannya.
6. Manager Akuntan & Pajak (Accounting & Tax Manager) adalah seseorang
yang memimpin dan bertanggung jawab kepada direktur keuangan atas
pekerjaan team Accounting, Inventory, dan Tax terkait fungsi pembukuan
laporan keuangan, laporan pajak, serta saldo persediaan barang dagang
diperusahaan.
7. Manager Sumber Daya Manusia (Human Resources Manager) adalah
seseorang yang memimpin dan bertanggung jawab kepada direktur
operasional atas pekerjaan team Recruitment, Payroll, HR Consultant
terkait fungsi pengembangan seluruh sumber daya manusia yang terdapat di
perusahaan.
8. Manajer Pabrik (Plant Manager) adalah seseorang yang memimpin dan
bertanggung jawab kepada direktur operasional atas pekerjaan team PPIC,
38
Production, HFG & Packing, QC, Workshop, Engineering terkait kegiatan
operasional pabrik dan pendukung operasionalnya.
9. Information Technology (IT) Manager adalah seseorang yang memimpin
dan bertanggung jawab kepada direktur operasional atas pekerjaan team
Network Engineer dan Developer terkait fungsi sistem informasi yang
terdapat di perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan.
10. Manager Logistik (Logistic Manager) adalah seseorang yang memimpin
dan bertanggung jawab kepada direktur operasional atas pekerjaan terkait
dengan fungsi logistik yaitu pengiriman barang, penyimpanan barang, dan
mutasi barang yang terjadi pada gudang-gudang yang terdapat di
perusahaan.
11. Manager Penjualan (Sales Manager) adalah seseorang yang memimpin dan
bertanggung jawab kepada direktur penjualan dan pemasaran atas pekerjaan
team Sales Admin dan Sales Executive terkait dengan fungsi penjulan dan
pemasaran produk perusahaan.
12. Account Payable adalah team yang bertanggung jawab kepada manager
keuangan atas kegiatan pengelolaan keuangan perusahaan terkait
pengeluaran uang perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan.
13. Account Receivable adalah team yang bertanggung jawab kepada manager
keuangan atas kegiatan pengelolaan keuangan perusahaan terkait penagihan
piutang perusahaan untuk menjadi penerimaan perusahaan.
39
14. Procurement adalah team yang bertanggung jawab kepada manager
keuangan atas kegiatan pengadaan persediaan bahan baku dan barang-
barang lainnya sebagai pendukung kegiatan operasional produksi
perusahaan.
15. Accounting adalah team yang bertanggung jawab kepada manager akuntan
atas laporan keuangan perusahaan yang disajikan atas transaksi yang terjadi
setiap periode.
16. Inventory adalah team yang bertanggung jawab kepada manager akuntan
atas pencatatan persediaan barang dagang, bahan baku, serta barang-barang
pendukung kegiatan operasional perusahaan lainnya yang sifatnya menjadi
persediaan atau distock opname setiap periode.
17. Tax adalah team yang bertanggung jawab kepada manager akuntan atas
laporan pajak yang berasaldari transaksi perpajakan yang telah dilakukan
oleh perusahaan setiap periode.
18. Recruitment adalah team yang bertanggung jawab kepada HR manager atas
kegiatan pengrekrutan sumber daya manusia yang akan menjadi karyawan
diperusahaan.
19. Payroll adalah team yang bertanggung jawab kepada HR manager atas
kegiatan penggajian seluruh karyawan perusahaan baik dikantor maupun
pabrik.
20. HR Consultant adalah team yang bertanggung jawab kepada HR manager
atas kegiatan pengembangan sumber daya manusia yang terdapat
diperusahaan dengan cara memberikan masukan-masukan dan memberikan
40
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terkait fungsi ketenagakerjaan yang
masih dalam batas wajar.
21. PPIC adalah team yang bertanggung jawab kepada Plant manager atas
kegiatan perencanaan penggunaan bahan baku produksi yang disesuaikan
dengan jumlah output produksi yang telah direncanakan oleh team produksi.
22. Produksi adalah team yang bertanggung jawab kepada Plant manager atas
kegiatan produksi perusahaan mulai dari input bahan baku kedalam mesin,
hingga output produksi yang masih setengah jadi maupun sudah jadi.
23. HFG adalah team yang bertanggung jawab kepada Plant manager atas
kegiatan pengolahan hasil produksi barang setengah jadi menjadi barang
jadi.
24. QC adalah team yang bertanggung jawab kepada Plant manager atas
kegiatan pemeriksaan dan penyortiran barang jadi hasil produksi apakah
sudah layak dan memenuhi kriteria untuk dijual kepada pelanggan.
25. Workshop adalah team yang bertanggung jawab kepada Plant manager atas
kegiatan bengkel perusahaan yaitu memproduksi peralatan-peralatan yang
bisa mendukung team lainnya yang ada dipabrik seperti cetakan, besi, dan
peralatan lainnya yang dibuat secara custom.
26. Engineering adalah team yang bertanggung jawab kepada Plant manager
atas kegiatan operasional mesin-mesin yang ada dipabrik, melakukan
perawatan mesin secara berkala, dan perbaikan atas mesin yang rusak.
41
27. Network Engineer adalah team yang bertanggung jawab kepada IT manager
atas kegiatan pengendalian jaringan perusahaan untuk mendukung kegiatan
yang berkaitan dengan jaringan komputer dan telekomunikasi perusahaan.
28. Developer adalah team yang bertanggung jawab kepada IT manager atas
kegiatan pengembangan sistem-sistem/software yang akan mendukung
kegiatan perusahaan dalam memudahkan sistem informasi dan
telekomunikasi perusahaan dalam menghasilkan data.
29. Kepala Gudang adalah team yang bertanggung jawab kepada Logistic
manager atas kegiatan pengendalian atas seluruh stok gudang yang keluar
maupun masuk.
30. Sales Executive adalah team yang bertanggung jawab kepada Sales manager
atas kegiatan penjualan produk perusahaan, menerima pesanan dan
melayani konsumen secara langsung dan rutin.
31. Sales Admin adalah team yang bertanggung jawab kepada Sales manager
atas kegiatan yang mendukung penjualan oleh sales executive yaitu
menginput penjualan kepada pelanggan ke dalam sistem, dan mencetak
surat jalan, serta mencetak invoice penjualan.
32. Marketing Communication adalah team yang bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Penjualan dan Pemasaran atas kegiatan perencanaan atas
strategi pengenalan dan pemasaran produk kepada masyarakat langsung
agar produksi lebih dikenal secara luas.
33. Collector adalah bagian dari team AR yang memiliki tugas untuk membantu
melakukan penagihan kepada pelanggan secara langsung.
42
34. Admin (di pabrik) adalah bagian dari masing-masing team yang tedapat di
pabrik yang bertugas untuk membantu melakukan seluruh kegiatan
administrasi masing-masing team.
35. Mekanik adalah bagian dari team Engineering yang memiliki tugas untuk
membantu dalam melakukan pemeriksaan, perawatan, perbaikan mesin
yang terdapat dipabrik secara berkala.
36. Admin & Checker adalah bagian dari team kepala gudang yang memiliki
tugas untuk melakukan kegiatan administrasi gudang dan memeriksa
(check) setiap barang yang masuk dan keluar gudang apakah sudah sesuai
dengan surat jalan.
37. Supir adalah bagian dari gudang yang memiliki tugas untuk mengendarai
mobil yang mengangkut berbagai barang kebutuhan pabrik dan mendukung
kegiatan pengiriman barang kepada pelanggan.
38. Buruh Pabrik adalah bagian dari pabrik yang bertugas untuk mengerjakan
kegiatan produksi yang terdapat di pabrik secara langsung.
39. Kuli adalah bagian dari gudang yang memiliki tugas untuk membantu
aktivitas berat di gudang secara langsung seperti mengangkat barang.
B. Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:13), objek penelitian didefinisikan sebagai
berikut:
43
“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal
(variabel tertentu)”.
Dalam penelitian ini, objek yang diteliti adalah bagian yang terkait dengan
fungsi penjualan dan piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera.
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 2), definisi metode penelitian adalah sebagai
berikut :
"Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu."
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan penelitian deskriptif dan analisis asosiatif, karena adanya variabel -
variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan
gambaran mengenai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
1. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2012: 72), populasi didefinisikan sebagai berikut:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”
Menurut Sugiyono (2017: 81), sampel didefinisikan sebagai berikut:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
44
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi.”
Dalam penelitian ini, populasi yang dipilih adalah keseluruhan bagian-
bagian yang terkait dengan fungsi penjualan dan pengelolaan piutang pada PT.
Porto Indonesia Sejahtera. Dan tentu saja sampel dalam penelitian ini adalah
bagian-bagian yang terkait dengan fungsi penjualan dan piutang pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera.
2. Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Sugiyono (2017: 8), definisi penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut:
“Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.”
3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah bagian-bagian yang
terkait fungsi penjualan dan fungsi pengelolaan piutang pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera yaitu sebagai berikut:
a) Bagian Penjualan
Bagian pejualan bertanggung jawab melayani kebutuhan barang
pelanggan. Bag. Penjualan mengisi Dokumen Sales Order (SO) untuk
45
memungkinkan bagian Gudang dan bagian Pengiriman untuk
melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan.
b) Bagian Otorisasi
Bagian Otorisasi bertanggung jawab untuk mengecek apakah pelanggan
yang bersangkutan masih layak untuk diberikan fasilitas kredit. Transaksi
Penjualan sangat tergantung pada bagian Kredit, karena sah tidaknya
suatu Sales Order ditetapkan oleh bagian tersebut. Setelah Sales Order
disahkan baru kemudian bagian Penjualan mendistribusikan tembusan-
tembusan Sales Order ke berbagai departemen.
c) Bagian Gudang
Setelah kredit disetujui, bagian Penjualan mengirimkan tembusan Sales
Order ke bagian gudang untuk mengeluarkan barang dari gudang.
Selanjutnya bagian Gudang menyiapkan barang sesuai dengan yang
tertera pada Delivery Order ke bagian Pengiriman untuk segera
dikirimkan.
d) Bagian pengiriman
Bagian Pengiriman juga menerima tembusan Delivery Order dari bagian
Gudang sebagai surat perintah untuk mengirimkan barang yang diterima
dari bagian gudang kepada pelanggan. Setelah barang dikirim bagian
Pengiriman menyerahkan Delivery Order yang sudah ditandatangani
kepada bagian Penagihan. Delivery Order tersebut antara lain berisi biaya
yang diperlukan, oleh siapa pengiriman dilakukan, tanggal pengiriman.
e) Bagian Penagihan
46
Bagian Penagihan menerima dua buah dokumen untuk kemudian
disatukan menjadi suatu faktur. Dokumen tersebut adalah tembusan Sales
Order yang diterima dari bagian Penjualan dan Delivery Order yang
diberikan oleh bagian Pengiriman. Bagian Penagihan kemudian
membandingkan dan menjumlah semua biaya yang terjadi untuk
kemudian membuat faktur yang sesuai.
4. Data Penelitian
a) Jenis Data
Pada penelitian ini digunakan jenis data penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus dimana peneliti berusaha untuk
mengetahui bagaimana proses penjualan dan pengelolaan piutang
dilakukan antar berbagai bagian terkait pada PT. Porto Indonesia
Sejahtera.
b) Sumber Data
Pada penelitian ini, sumber data primer yaitu data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti atau petugasnya dari sumber pertamanya.
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah
bagian-bagian yang terkait dengan fungsi penjualan dan pengelolaan
piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera.
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat
juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.
47
Dalam penelitian ini, dokumentasi, kertas kerja dan hasil kuisioner
merupakan sumber data sekunder.
c) Tehnik Pengumpulan Data
Observasi
Observasi dilakukan sebagai tindakan awal untuk mempelajari
perusahaan dan untuk memproses penyusunan rencana audit. Data
yang diperoleh pada tahap observasi adalah berupa potensi-potensi
kelemahan yang dimiliki perusahaan pada fungsi penjualan dan
piutang sesuai dengan pengamatan auditor.
Wawancara
Wawancara merupakan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
masalah yang diangkat oleh penulis dan diberikan kepada pihak
perusahaan yang diangkat oleh penulis dan diberikan kepada pihak
perusahaan yang memiliki wewenang. Wawancara akan langsung
dilakukan pada Sales Manager, Sales Executive, Sales Admin,
Account Receivable Staff.
Checklist
Checklist merupakan pengumpulan data dengan cara membuat
sebuah daftar, di mana responden tinggal memberikan tanda check
pada kolom jawaban yang sesuai. Checklist dalam kegiatan audit
48
yang dilaksanakan akan berdasarkan pada standar profesi audit
operasional dan juga berdasar pada SOP yang dimiliki perusahaan
atau acuan lain yang sesuai. Checklist akan membantu auditor untuk
mengetahui sebaik apa pengendalian internal yang dimiliki
perusahaan pada fungsi penjualan. Hasil yang diharapkan oleh
auditor terkait pengendalian internal perusahaan pada fungsi
penjualan dan piutang yang diawali dengan perusahaan menerima
calon pelanggan, penyerahan barang/jasa, hingga penagihan piutang
kepada pelanggan.
Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian. Dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan
dan dipelajari sebagai dasar dalam analisa. Dokumen dapat berupa
sumber tertulis, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang
mana semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian
D. Tehnik Analisa Data
Untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah mengenai bagaimana hasil
audit operasional pada fungsi penjualan dan piutang di PT Porto Indonesia
Sejahtera , penulis perlu melakukan beberapa tahap pelaksanaan audit operasional.
Tahap-tahap tersebut meliputi:
49
1. Melaksanakan survei pendahuluan
Pelaksanaan audit operasional diawali dengan studi pendahuluan pada fungsi
penjualan untuk mengidentifikasi aktivitas yang memiliki potensi
dilaksanakannya audit operasional. Titik awal dari studi pendahuluan ini
adalah memperoleh pemahaman mengenai karakteristik perusahaan, struktur
perusahaan, dan fungsi penjualan dalam perusahaan untuk memberikan
pemahaman awal. Selain itu, penulis akan melihat potensi-potensi kelemahan
yang dimiliki perusahaan pada fungsi penjualan. Potensi-potensi kelemahan
tersebut dapat membantu untuk menyusun perencanaan audit. Analisis data
yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mendeskripsikan proses penjualan
dan penagihan piutang. Proses penjualan dan penagihan piutang pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera dideskripsikan berdasarkan pengamatan langsung dan
hasil wawancara dengan bagian-bagian yang terkait dengan fungsi penjualan
dan piutang.
2. Merencanakan Audit Operasional
Tahap perencanaan audit yang cermat sangat penting dalam menilai tingkat
efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi audit operasional. Penulis
mengembangkan program audit yang disesuaikan dengan hasil survei
pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Tahap perencanaan dan
pelaksanaan audit terbagi menjadi lima tahap, yaitu:
a. Proses perumusan tujuan dan lingkup mana saja yang akan diaudit dalam
fungsi penjualan dan piutang.
50
Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis deskriptif yang
berdasarkan pada hasil wawancara atau diskusi dengan pihak auditee.
Penulis memilih empat orang yang mewakili perusahaan sebagai auditee.
Empat orang tersebut meliputi Sales Manager yang memiliki tanggung
jawab untuk mengawasi dan mengkoordinasikan proses/aktivitas
penjualan, Sales Executive yang bertugas untuk melaksanakan aktivitas
penjualan di perusahaan, Sales Admin yang memiliki tanggung jawab
untuk mendukung aktivitas penjualan yang dilakukan oleh Sales
Executive, dan Account Receivable Staff yang memiliki tanggung jawab
untuk mengelola kredit pelanggan dan penagihan terhadap piutang
pelanggan kepada perusahaan.
b. Penulisan program audit
Penulisan program audit merupakan langkah yang akan dilakukan dalam
proses audit yang dimuat dalam kertas kerja berbentuk tabel yang berisi
judul program audit, periode audit dan otorisasi. Program audit pada
aktivitas penjualan terkait organisasi fungsi penjualan, dan penagihan
piutang.
3. Melaksanakan Audit Operasional
Pada tahap ini penulis membuat checklist yang berisi susunan program
audit. Checklist ini digunakan untuk:
a. Membandingkan antara SOP yang seharusnya dengan proses penjualan
dan penagihan piutang yang terjadi secara rill.
51
b. Menilai tingkat efektivitas dan efisiensi fungsi penjualan dan penagihan
piutang perusahaan melalui tabel ICQ (Internal Control Quisionnaire).
Analisis data didasarkan pada pelaksanaan kegiatan penjualan yang
terjadi jika sesuai dengan pernyataan pada checklist maka diberikan tanda
centang pada kolom “Ya”. Apabila kegiatan penjualan yang terjadi tidak
sesuai dengan pernyataan pada checklist maka diberikan tanda centang pada
kolom “Tidak”. Kolom “Keterangan” digunakan untuk memberikan
penjelasan tambahan. Setelah tahap ini penulis menggunakan indikator
penentuan dan menghitung total pernyataan dari masing-masing kelompok
tingkat efektif dan efisiennya. Berdasarkan total pernyataan tersebut, jika
jumlah jawaban “Ya” lebih besar dari jumlah jawaban “Tidak” maka hasilnya
dapat diinterpretasikan ke dalam tingkat efektif dan efisien. Hasil checklist
selanjutnya dideskripsikan untuk mengetahui proses penjualan dan penagihan
piutang perusahaan yang terjadi sesuai dengan proses penjualan dan penagihan
piutang yang seharusnya.
4. Mengevaluasi Hasil Audit
Pada tahap ini penulis menggunakan analisis deskriptif atas temuan yang
didapatkan pada tahap pelaksanaan audit. Adanya tahap ini bertujuan untuk
menggali atau mengidentifikasi lebih dalam terkait adanya temuan atau
hubungan yang tidak dikehendaki sehingga perlu dilakukan analisis atas
temuan tersebut. Rekomendasi juga diperlukan untuk perbaikan.
52
5. Melaporkan Temuan dalam Bentuk Laporan Audit
Analisis data yang dilakukan pada tahap ini yaitu membuat laporan audit
operasional berdasarkan hasil dari pelaksanaan audit operasional. Peneliti akan
memberikan laporan hasil audit berdasarkan apa yang dilakukan dan yang
ditemukan selama melaksanakan tahapan-tahapan audit operasional pada
fungsi penjualan dan memberikan rekomendasi.
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Melakukan Survei Pendahuluan
Berikut ini merupakan penjelasan proses penjualan dan penagihan piutang
pada PT. Porto Indonesia Sejahtera yang diperoleh dari wawancara dan observasi
sebagai pendahuluan dari tahap audit operasional.
Dalam proses penjualan, perusahaan melibatkan beberapa pihak terkait
seperti sales, sales admin, stock, dan delivery. Serta untuk proses penagihan
piutang, perusahaan melibatkan beberapa pihak terkait seperti sales/collector dan
AR. Secara garis besar proses penjualan dan penagihan piutang tersebut dimulai dari
adanya permintaan dari pelanggan yang kemudian diproses oleh sales ke
perusahaan, kemudian jadilah sales order dan diproses kepada bagian gudang &
pengiriman sehingga barang siap untuk dikirimkan kepada pelanggan, setelah
barang telah diterima oleh pelanggan maka barulah bisa diakui adanya piutang pada
pelanggan tersebut karena telah dilengkapi oleh surat jalan & invoice kemudian
akan ditagihkan oleh bagian penagihan melalui sales/collector, dan proses
penjualan ini akan diakhiri dengan pelunasan dari pelanggan kepada bagian
penagihan.
PT. Porto Indonesia Sejahtera tergolong sebagai perusahaan yang sudah
memiliki pengendalian internal yang cukup baik pada fungsi penjualan maupun
penagihan piutangnya. Pengendalian yang cukup baik tersebut salah satunya berupa
pemisahan tugas antara fungsi penerimaan pesanan, fungsi penjualan, serta fungsi
52
penagihan, sehingga mampu meminimalisir tingkat resiko kecurangan yang dapat
terjadi pada perusahaan. Dan juga dalam setiap proses penjualan & penagihan harus
ditandatangani oleh pejabat berwenang sebagai bentuk pengendalian atas transaksi
penjualan yang terjadi. Serta adanya SOP sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan operasional penjualan & penagihan piutang.
Untuk melaksanakan proses penjualan dan penagihan piutang PT. Porto
Indonesia Sejahtera memiliki SOP yang harus diterapkan oleh pihak-pihak terkait.
SOP yang digunakan dalam penjualan sbb:
1. SOP Penjualan Tunai
Tabel IV.1
SOP Penjualan Tunai
No Pernyataan
1 Sales
a. Menerima Purchase order dari pelanggan
b. Mencatat pesanan kedalam buku sales
c. Menginput pesanan ke data sales admin
d. Melakukan konfirmasi kepada pelanggan apabila ada stok yang
kosong
e. Menerima Proforma invoice dari AR untuk ditagihkan
f. Menagih pembayaran dimuka kepada pelanggan atas Proforma
invoice
g. Menerima bukti bayar dari pelanggan atas Proforma invoice dan
menyerahkannya kepada AR
2 Sales admin
a. Mengecek stok untuk pesanan dari sales tersebut
53
b. Apabila stok tersedia, sales admin menginput orderan tersebut ke
dalam sistem komputer. Apabila stok tidak tersedia, sales admin
meminta sales untuk konfirmasi kepada pelanggan
c. Mencetak Sales order yang telah dibuat dari pesanan sales dan
meminta otorisasi kepada pejabat berwenang
d. Menerima Sales order yang telah diotorisasi oleh pejabat berwenang
e. Membuat Delivery order sesuai dengan stok yang telah disetujui oleh
pejabat berwenang
f. Membuat Proforma invoice sebanyak 3 rangkap dan meminta otorisasi
kepada pejabat berwenang
g. Menerima Proforma invoice yang telah diotorisasi sebanyak 3 rangkap
h. Menerima konfirmasi dari AR atas pembayaran yang telah dilakukan
oleh pelanggan berdasarkan Proforma invoice
i. Mencetak Delivery order & Invoice dan meminta otorisasi pejabat
berwenang
j. Menerima Delivery order & Invoice yang telah disetujui oleh pejabat
berwenang
k. Menerima Delivery order & Invoice rangkap 3 yang telah
ditandatangani oleh gudang, pengiriman, pelanggan, kemudian diarsip
oleh sales admin
3 Pejabat berwenang
a. Menerima Sales order dari sales admin
b. Memverifikasi status pelanggan dari sales order tersebut
c. Menerima Proforma invoice dari sales admin sebanyak 3 rangkap
untuk diotorisasi
d. Mengotorisasi Proforma invoice
e. Memberikan Proforma invoice yang telah diotorisasi kepada sales
admin
f. Menerima Delivery order & Invoice untuk diotorisasi
54
g. Mengotorisasi Delivery order & Invoice berdasarkan Proforma
invoice yang telah dibayarkan oleh pelanggan
h. Menghasilkan Delivery order & Invoice yang telah diotorisasi dan
memberikan kepada sales admin untuk diproses kembali
4. Gudang
a. Menerima Delivery order Sebanyak 4 rangkap & Invoice dalam
amplop yang telah di TTD
b. Menyiapkan barang sesuai dengan Delivery order
c. Menandatangani Delivery order oleh pihak yang menyiapkan barang
d. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani oleh gudang
e. Menghasilkan Kartu Persediaan yang berisi mutasi stok untuk kontrol
f. Menerima Delivery order rangkap ke-4 yang telah ditandatangani oleh
pelanggan untuk diarsip oleh gudang
5. Pengiriman
a. Menerima Delivery order & Invoice dalam amplop yang telah
ditandatangani oleh gudang
b. Mencatat nomor kendaraan & ditandatangani oleh supir yang
mengirim barang tersebut
c. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani oleh Supir
untuk diberikan kepada pelanggan
d. Mengirim barang tersebut kepada pelanggan
e. Menerima Delivery order yang telah ditandatangani oleh pelanggan
dan memberikan kepada sales admin rangkap 3 dan rangkap 4 diarsip
oleh bagian gudang
6. AR
a. Menerima bukti bayar dari sales/collector atas Proforma invoice
b. Memverifikasi Pembayaran dari pelanggan yang telah diberikan oleh
sales/collector
c. Menginformasikan pembayaran dari pelanggan kepada sales admin
atas Proforma invoice
55
d. Menerima Invoice yang telah diotorisasi oleh pejabat berwenang
e. Menginput pelunasan dari pelanggan kedalam sistem komputer
f. Memberikan cap lunas pada Invoice
56
Berikut adalah flowchart untuk proses penjualan tunai beserta penagihan
piutangnya pada PT. Porto Indonesia Sejahtera :
Gambar IV.1
Flowchart Penjualan Tunai & Penagihannya
57
Berdasarkan flowchart pada gambar IV.1 dapat diuraikan bahwa proses
penjualan tunai hanya dilakukan untuk penjualan kepada pelanggan baru yang
belum mendapatkan tempo pembayaran, jadi harus membayar secara tunai
sebelum pengiriman barang.
Proses penjualan tunai ini dimulai dengan adanya pesanan yang masuk
dari pelanggan, kemudian diproses oleh sales ke dalam list pesanan sales yang
nantinya akan diinput kedalam sales order disistem melalui sales admin. Setelah
sales admin menerima pesanan dari sales tersebut, maka sales admin akan
memverifikasi pesanan tersebut dan memeriksa ketersediaan stok terlebih
dahulu atas pesanan sales, apabila stok tersedia barulah sales admin akan
melanjutkan pesanan dalam bentuk sales order sedangkan apabila stok tidak
tersedia sales admin akan meminta sales untuk mengkonfirmasi kepada
pelanggan apakah bersedia menunggu stok atau tidak, jika pelanggan tidak
bersedia menunggu stok maka pesanan akan dibatalkan. Jika pelanggan bersedia
maka pesanan tersebut akan dilanjutkan ke dalam bentuk sales order yang
nantinya harus diserahkan kepada pejabat yang berwenang untuk meminta
otorisasi, dalam hal ini pejabat berwenang yang dimaksud adalah Sales Manager
& Spv. AR. Setelah sales order tersebut diperiksa, maka pejabat berwenang akan
memberikan keputusan terkait disetujui atau tidak, jika disetujui maka sales
order tersebut akan diotorisasi dan dikembalikan kepada sales admin untuk
diproses kembali, namun jika tidak disetujui sales order itu akan dibatalkan oleh
pejabat berwenang.
58
Setelah sales order diotorisasi, sales admin baru bisa melanjutkan ke
tahap pembuatan delivery order sesuai stok yang disetujui oleh pejabat
berwenang. Kemudian karena transaksi ini dilakukan secara tunai, maka sales
admin wajib mencetak proforma invoice sebanyak 3 rangkap terlebih dahulu
yang dimaksudkan untuk menagih pembayaran dimuka kepada pelanggan agar
bisa melanjutkan ke proses pengiriman barang. Proforma invoice juga harus
ditandatangani oleh pejabat berwenang sebagai bentuk penagihan yang resmi,
dalam hal ini pejabat berwenang yang dimaksud adalah Direktur keuangan.
Setelah proforma invoice diperiksa dan diotorisasi oleh pejabat berwenang,
maka sales admin akan memberikan proforma invoice tersebut kepada bagian
penagihan untuk menagihkan proforma invoice tersebut kepada pelanggan agar
bisa diproses pesanannya. Setelah proforma invoice diterima oleh bagian
penagihan sebanyak 2 rangkap, proforma rangkap ke-1 akan diberikan kepada
sales/collector untuk menagihkan pembayaran dimuka kepada pelanggan. Dan
jika pelanggan sudah membayarkannya, sales/collector akan memberikan bukti
bayar kepada bagian penagihan untuk diverifikasi, setelah diverifikasi oleh
bagian penagihan, barulah sales admin dapat mencetak delivery order beserta
invoice aslinya masing-masing sebanyak 4 rangkap. Kemudian sales admin
perlu meminta otorisasi dengan melampirkan proforma invoice beserta dengan
bukti verifikasi dari bagian penagihan atas pembayaran dari pelanggan kepada
pejabat berwenang atas invoice yang akan dikirimkan kepada pelanggan.
Setelah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, invoice tersebut akan
dikembalikan kepada sales admin dan invoice rangkap ke-3 akan diarsip oleh
59
sales admin, invoice rangkap ke-4 akan diserahkan kepada bagian AR. Kemudian
Delivery order sebanyak 4 rangkap dan invoice (dimasukan kedalam amplop)
sebanyak 2 rangkap akan diberikan kepada bagian gudang untuk diatur
pengiriman dan disiapkan barangnya, kemudian delivery order akan
ditandatangani oleh yang menyiapkan barang tersebut, dan delivery order
diberikan kepada bagian pengiriman untuk dicatat nomor kendaraannya
kemudian di tandatangani oleh supir yang akan mengirim barang tersebut.
Apabila barang telah berhasil dikirim dengan baik, delivery order akan
ditandatangani oleh pelanggan, delivery order rangkap ke-3 & ke-4 akan
dikembalikan kepada supir untuk arsip perusahaan. Kemudian delivery order
rangkap ke-3 akan diberikan kepada bagian sales admin untuk diarsip dan
rangkap ke-4 akan dberikan kepada bagian gudang untuk diarsip juga.
Untuk invoice rangkap ke-3 yang telah diberikan kepada bagian
penagihan, akan diinput pelunasannya kedalam sistem oleh bagian penagihan
karena telah diverifikasi pembayarannya saat pelunasan proforma invoice
sebelumnya oleh pelanggan. Setelah diinput pelunasan dan pengiriman telah
diselesaikan dengan baik, maka proses penjualan tunai ini telah selesai.
60
2. SOP Penjualan Kredit
Tabel IV.2
SOP Penjualan Kredit
No Pernyataan
1 Sales
a. Menerima Purchase order dari pelanggan
b. Mencatat pesanan kedalam buku sales
c. Menginput pesanan ke data sales admin
d. Melakukan konfirmasi kepada pelanggan apabila ada stok yang
kosong
2 Sales admin
a. Menerima pesanan dari sales
b. Mengecek stok untuk pesanan dari sales tersebut
c. Apabila stok tersedia, sales admin menginput orderan tersebut ke
dalam sistem komputer. Apabila stok tidak tersedia, sales admin
meminta sales untuk konfirmasi kepada pelanggan
d. Mencetak Sales order yang telah dibuat dari pesanan sales dan
meminta otorisasi kepada pejabat berwenang
e. Menerima Sales order yang telah diotorisasi oleh pejabat berwenang
f. Membuat Delivery order sesuai dengan stok yang telah disetujui oleh
pejabat berwenang
g. Mencetak Delivery order sebanyak 4 rangkap kemudian diberikan
kepada gudang agar menyiapkan barang yang akan dikirimkan kepada
pelanggan
h. Menerima Delivery order yang telah ditandatangani oleh pelanggan
rangkap ke-1 & ke-3
i. Membuat Invoice atas Delivery order yang telah ditandatangani oleh
pelanggan
61
j. Mencetak Invoice sebanyak 4 rangkap serta dengan Delivery order
rangkap ke-1 & ke-3 kemudian diberikan kepada pejabat yang
berwenang untuk meminta otorisasi
k. Menerima Delivery order & Invoice rangkap ke-3 yang telah
diotorisasi pejabat berwenang, kemudian diarsip oleh sales admin
3 Pejabat Berwenang
a. Menerima Sales order dari sales admin untuk diotorisasi
b. Memverifikasi status pelanggan dari sales order tersebut
c. Apabila Sales order disetujui maka Sales order diotorisasi, apabila
tidak disetujui maka Sales order dibatalkan
d. Menerima Invoice sebanyak 4 rangkap untuk diotorisasi
e. Menghasilkan Invoice yang telah diotorisasi dan diberikan kepada
sales admin untuk diproses kembali
4 Gudang
a. Menerima Delivery order Sebanyak 4 rangkap untuk menyiapkan
barang yang akan dikirim kepada pelanggan
b. Menyiapkan barang sesuai dengan Delivery order
c. Menandatangani Delivery order oleh pihak yang menyiapkan barang
tesebut
d. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani oleh gudang
& Invoice untuk diberikan kepada bagian pengiriman
e. Mencatat pengeluaran stok pada kartu persediaan
f. Menghasilkan Kartu Persediaan yang berisi mutasi stok untuk
kontrol dari perusahaan
g. Menerima Delivery order rangkap ke-4 yang telah ditandatangani oleh
pelanggan untuk diarsip oleh gudang
5 Pengiriman
a. Menerima Delivery order yang telah ditandatangani oleh gudang
b. Mencatat nomor kendaraan & ditandatangani oleh supir yang
mengirim barang tersebut
62
c. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani oleh Supir
yang akan diberikan kepada pelanggan
d. Mengirim barang tersebut kepada pelanggan
e. Menerima Delivery order rangkap ke-1, ke-3, ke-4 yang telah
ditandatangani oleh pelanggan, kemudian rangkap ke-1 & ke-3
diberikan kepada Sales admin, rangkap ke-4 diberikan kepada gudang.
63
Berikut adalah flowchart untuk proses penjualan kredit pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera :
Gambar IV.2
Flowchart Penjualan Kredit
64
Berdasarkan flowchart pada gambar IV.2 dapat diuraikan bahwa Pada
proses penjualan tunai hanya dilakukan untuk penjualan kepada pelanggan lama
yang telah mendapatkan tempo pembayaran, jadi tidak perlu membayar secara
tunai sebelum pengiriman barang.
Proses penjualan kredit ini dimulai dengan adanya pesanan yang masuk
dari pelanggan, kemudian diproses oleh sales ke dalam list pesanan sales yang
nantinya akan diinput kedalam sales order disistem melalui sales admin. Setelah
sales admin menerima pesanan dari sales tersebut, maka sales admin akan
memverifikasi pesanan tersebut dan memeriksa ketersediaan stok terlebih
dahulu atas pesanan sales, apabila stok tersedia barulah sales admin akan
melanjutkan pesanan dalam bentuk sales order sedangkan apabila stok tidak
tersedia sales admin akan meminta sales untuk mengkonfirmasi kepada
pelanggan apakah bersedia menunggu stok atau tidak, jika pelanggan tidak
bersedia menunggu stok maka pesanan akan dibatalkan. jika pelanggan bersedia
maka pesanan tersebut akan dilanjutkan ke dalam bentuk sales order yang
nantinya harus diserahkan kepada pejabat yang berweang untuk meminta
otorisasi, dalam hal ini pejabat berwenang yang dimaksud adalah Sales Manager
& Spv. AR. Setelah sales order tersebut memeriksa status dan history kredit
pelanggan tersebut, maka pejabat berwenang akan memberikan keputusan
terkait disetujui atau tidak, jika disetujui maka sales order tersebut akan
diotorisasi dan dikembalikan kepada sales admin untuk diproses kembali, namun
jika tidak disetujui sales order itu akan dibatalkan oleh pejabat berwenang.
65
Setelah sales order diotorisasi, sales admin baru bisa melanjutkan ke
tahap pembuatan delivery order sesuai stok yang disetujui oleh pejabat
berwenang. Sales admin akan mencetak delivery order sebanyak 4 rangkap.
Kemudian delivery order tersebut akan diberikan kepada bagian gudang untuk
diatur pengiriman dan disiapkan barangnya, kemudian delivery order akan
ditandatangani oleh yang menyiapkan barang tersebut, dan delivery order
diberikan kepada bagian pengiriman untuk dicatat nomor kendaraannya
kemudian di tandatangani oleh supir yang akan mengirim barang tersebut.
Apabila barang telah berhasil dikirim dengan baik, delivery order akan
ditandatangani oleh pelanggan, delivery order rangkap ke-1, ke-3, ke-4 akan
dikembalikan kepada supir untuk melengkapi dokumen penagihan dikemudian
hari. Delivery order rangkap ke-1 dan ke-3 akan diberikan kepada bagian sales
admin untuk dibuatkan invoicenya, rangkap ke-4 akan dberikan kepada bagian
gudang untuk diarsip.
Setelah sales admin menerima delivery order yang telah ditandatangani
oleh pelanggan, maka sudah bisa dilanjutkan untuk pembuatan invoice sebanyak
4 rangkap dan diberikan kepada pejabat berwenang untuk mengotorisasi invoice
tersebut dengan melampirkan delivery order yang telah ditandatangani oleh
pelanggan. Apabila sudah diotorisasi, maka invoice & delivery order rangkap ke
3 akan diarsip oleh sales admin, dan invoice rangkap ke-1, ke-2, ke-4 akan
diberikan kepada bagian penagihan untuk dilanjutkan ke proses penagihan
kepada pelanggan..
66
3. SOP Penagihan Piutang
Tabel IV.3
SOP Penagihan Piutang
No Pertanyaan
1 AR
a. Menerima Delivery order rangkap ke-1 & Invoice rangkap ke-1, ke-
2, dan ke-3. Mengarsip rangkap ke-3
b. Membuat Tanda Terima atas Invoice yang akan ditagihkan
c. Membuat Form Penagihan
d. Mencetak Tanda Terima dan menyatukannya bersama dengan
Delivery order beserta Invoice, kemudian diberikan kepada
sales/collector untuk ditagihkan
e. Menerima Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh pelanggan,
kemudian diarsip sementara oleh AR
f. Memeriksa Invoice yang akan atau sudah jatuh tempo
g. Menagihkan Invoice kepada pelanggan via telepon
h. Apabila pelanggan sudah membayar setelah ditagihkan via telepon,
maka AR akan menerima bukti pembayaran.
i. Memverifikasi Bukti Bayar atas pembayaran pelanggan
j. Menginput pelunasan yang telah diterima ke dalam sistem komputer
k. Memberikan cap lunas pada tanda terima
l. Menghasilkan Tanda Terima yang telah dicap lunas dan
memberikan kepada pelanggan
m. Apabila pelanggan tidak membayar setelah ditagihkan via telepon,
maka AR akan menyiapkan Invoice maupun Tanda terima yang
sudah ditandatangani oleh pelangan untuk ditagihkan kembali
setelah jatuh tempo
n. Membuat Form Penagihan
67
o. Menyiapkan Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh
pelanggan untuk ditagihkan kembali
p. Melakukan follow up kepada pelanggan agar melakukan
pembayaran
q. Mencetak daftar pelanggan bermasalah dan kemudian
memberikannya kepada pejabat yang berwenang
r. Menerima daftar pelanggan yang telah dimasukan ke dalam
blacklist
s. Menginput pelanggan yang masuk dalam blacklist ke sistem
komputer
2 Sales/collector
a. Memeriksa Tanda Terima & Invoice yang diserahkan oleh AR,
apakah lengkap sesuai dengan yang tertulis pada form penagihan
b. Menerima Tanda Terima & Invoice yang telah diperiksa dan
menagihkan kepada pelanggan
c. Mengisi Form Penagihan
d. Menerima Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh pelanggan,
kemudian diserahkan kembali kepada AR
e. Menerima Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh pelanggan
dari AR untuk ditagihkan kembali kepada pelanggan
f. Mengembalikan Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh
pelanggan kepada AR apabila pelanggan tidak mau melakukan
pembayaran saat sales/collector melakukan penagihan
g. Menerima Bukti Bayar dari pelanggan apabila pelanggan
melakukan pembayaran atas Invoice yang telah jatuh tempo
h. Mengisi Form Penagihan
3 Pejabat Berwenang
a. Menerima Daftar Pelanggan Bermasalah dari AR
b. Melakukan review atas pelanggan-pelanggan yang bermasalah
68
c. Melakukan konfirmasi kepada sales atas pelanggan yang
bermasalah tersebut
d. Memberikan keputusan sebagai solusi pelanggan yang macet bayar
e. Mendaftarkan pelanggan tersebut ke dalam daftar blacklist
pelanggan
f. Mencetak daftar blacklist pelanggan
69
Berikut adalah flowchart untuk proses penagihan piutang pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera :
Gambar IV.3
70
Flowchart Penagihan Piutang
Berdasarkan flowchart pada gambar IV.3 dapat diuraikan bahwa Pada
proses lanjutan daripada penjualan kredit yang telah terjadi, proses ini
71
dilakaukan oleh bagian penagihan yang akan menagihkan kepada pelanggan
setelah invoice pelanggan jatuh tempo.
Proses penagihan piutang ini dimulai dengan invoice yang diterima dari
sales admin, invoice yang diterima sebanyak 3 rangkap yaitu rangkap ke-1, ke-
2, ke-4 dan rangkap ke-4 adalah invoice yang akan diarsip oleh bagian
penagihan, sedangkan invoice rangkap ke-1, ke-2 adalah invoice yang akan
ditagihkan kepada pelanggan.
Sebelum melakukan penagihan kepada pelanggan, bagian penagihan
akan membuatkan tanda terima untuk pelanggan, dan juga akan membuatkan
form penagihan untuk sales/collector. Kemudian tanda terima, form penagihan,
invoice akan diberikan kepada sales/collector dan akan ditagihkan kepada
pelanggan, setelah tanda terima ditandatangani oleh pelanggan, maka tanda
terima beserta form penagihan akan diberikan kepada bagian penagihan untuk
diarsip dan ditagihkan kembali setelah invoice tersebut jatuh tempo.
Setiap minggunya bagian penagihan akan memeriksa invoice mana saja
yang akan jatuh tempo maupun yang sudah jatuh tempo, kemudian bagian
penagihan akan melakukan penagihan via telepon terlebih dahulu. Apabila
pelanggan membayar, maka akan memberikan bukti bayar dan akan diverifikasi
oleh bagian penagihan, apabila sudah diverifikasi, pembayaran tersebut akan
diinput ke dalam sistem, kemudian tanda terima atau invoice yang telah
dibayarkan tersebut akan dicap lunas oleh bagian penagihan, dan tanda terima
atau invoice tersebut akan diberikan kepada pelanggan sebagai bukti sah dari
pembayaran.
72
B. Merencanakan Audit
Tahap perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas,
efisiensi, dan ekonomisasi audit operasional. Penulis mengembangkan program
audit yang disesuaikan dengan hasil survei pendahuluan yang dilakukan
sebelumnya. Penulis menggunakan SOP yang dimiliki PT. Porto Indonesia
Sejahtera sebagai program audit untuk membandingkan antara ketetapan SOP
dengan kejadian rill pada penjualan.
Untuk menjalankan program audit operasional pada fungsi penjualan, penulis
mengkombinasikan ICQ dari Agoes (2017: 271) dan juga disesuaikan berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan oleh penulis.
C. Melaksanakan Audit
1. Membandingkan Kegiatan Perusahaan dengan SOP yang sudah ditetapkan
PT.Porto Indonesia Sejahtera sudah menerapkan penggunaan SOP terkait
dengan proses penjualan. Berikut ini adalah hasil perbandingan antara kejadian
rill pada penjualan dengan SOP yang sudah ditetapkan. Checklist di bawah ini
diisi sendiri oleh penulis berdasarkan kejadian sesungguhnya ketika menulis
penelitian.
a. Perbandingan Penjualan Tunai Rill dengan SOP
Tabel IV.4
Perbadingan Penjualan Tunai Rill dengan SOP
Nama Perusahaan : PT. Porto Indonesia Sejahtera Periode Audit :
73
September – Oktober
2019
Program yang diaudit: Penjualan Tunai dan Penagihannya
No Pernyataan Y T
1 Sales
a. Menerima Purchase order dari pelanggan √
b. Mencatat pesanan kedalam buku sales √
c. Menginput pesanan ke data sales admin √
d. Melakukan konfirmasi kepada pelanggan apabila ada stok
yang kosong √
e. Menerima Proforma invoice dari AR untuk ditagihkan √
f. Menagih pembayaran dimuka kepada pelanggan atas
Proforma invoice √
g. Menerima bukti bayar dari pelanggan atas Proforma
invoice dan menyerahkannya kepada AR √
Keterangan :
Tidak semua pelanggan memberikan purchase order secara tertulis, karena
beberapa pelanggan masih melakukan pemesanan secara lisan saja kepada sales.
2 Sales admin
l. Menerima pesanan dari sales √
m. Mengecek stok untuk pesanan dari sales tersebut √
n. Apabila stok tersedia, sales admin menginput orderan
tersebut ke dalam sistem komputer. Apabila stok tidak
tersedia, sales admin meminta sales untuk konfirmas
√
o. Mencetak Sales order yang telah dibuat dari pesanan sales
dan meminta otorisasi kepada pejabat berwenang √
p. Menerima Sales order yang telah diotorisasi oleh pejabat
berwenang √
q. Membuat Delivery order sesuai dengan stok yang telah
disetujui oleh pejabat berwenang √
74
r. Menerima Proforma invoice yang telah diotorisasi
sebanyak 3 rangkap √
s. Menerima konfirmasi dari AR atas pembayaran oleh
pelanggan berdasarkan Proforma invoice √
t. Mencetak Delivery order & Invoice dan meminta otorisasi
pejabat berwenang √
u. Menerima Delivery order & Invoice yang telah disetujui
oleh pejabat berwenang √
v. Menerima Delivery order & Invoice rangkap 3 yang telah
ditandatangani oleh gudang, pengiriman, pelanggan,
kemudian diarsip oleh sales admin
√
Keterangan :
3 Pejabat berwenang
i. Memverifikasi status pelanggan dari sales order tersebut √
j. Apabila Sales order disetujui maka Sales order akan
ditandatangani, apabila tidak disetujui maka Sales order
akan dibatalkan
√
k. Menerima Proforma invoice dari sales admin sebanyak 3
rangkap untuk diotorisasi √
l. Mengotorisasi Proforma invoice √
m. Memberikan Proforma invoice yang telah diotorisasi
kepada sales admin √
n. Menerima Delivery order & Invoice untuk diotorisasi √
o. Mengotorisasi Delivery order & Invoice berdasarkan
Proforma invoice yang telah dibayarkan oleh pelanggan √
p. Menghasilkan Delivery order & Invoice yang telah
diotorisasi dan memberikan kepada sales admin untuk
diproses kembali
√
Keterangan :
75
4. Gudang
g. Menerima Delivery order Sebanyak 4 rangkap & Invoice
dalam amplop yang telah di TTD √
h. Menyiapkan barang sesuai dengan Delivery order √
i. Menandatangani Delivery order oleh pihak yang
menyiapkan barang √
j. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani
oleh gudang √
k. Mencatat pengeluaran stok pada kartu persediaan √
l. Menghasilkan Kartu Persediaan yang berisi mutasi stok
untuk kontrol dari perusahaan √
m. Menerima Delivery order rangkap ke-4 yang telah
ditandatangani oleh pelanggan untuk diarsip oleh gudang √
Keterangan :
5. Pengiriman
f. Menerima Delivery order & Invoice dalam amplop yang
telah ditandatangani oleh gudang √
g. Mencatat nomor kendaraan & ditandatangani oleh supir
yang mengirim barang tersebut √
h. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani
oleh Supir untuk diberikan kepada pelanggan √
i. Mengirim barang tersebut kepada pelanggan √
j. Menerima Delivery order yang telah ditandatangani oleh
pelanggan dan memberikan kepada sales admin rangkap 3
dan rangkap 4 diarsip oleh bagian gudang
√
Keterangan :
6. Penagihan
76
Berdasarkan checklist prosedur penjualan tunai dan penagihannya,
penerapan SOP telah dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan
perusahaan, hal ini dibuktikan dengan hanya ada 1 jawaban TIDAK dan 44
jawaban YA dari 45 pertanyaan yang ada.
Tidak dilaksanakannya SOP pada bagian sales yaitu menerima
purchase order secara tertulis disebabkan oleh pelanggan yang masih
merupakan toko agen dan toko ritel, beberapa dari pelanggan masih
g. Menerima Proforma invoice yang telah diotorisasi
rangkap 1 & 2 √
h. Menerima bukti bayar dari sales/collector atas Proforma
invoice √
i. Memverifikasi Pembayaran dari pelanggan yang telah
diberikan oleh sales/collector √
j. Menginformasikan pembayaran dari pelanggan kepada
sales admin atas Proforma invoice √
k. Menerima Invoice yang telah diotorisasi oleh pejabat
berwenang √
l. Menginput pelunasan dari pelanggan kedalam sistem
komputer √
m. Memberikan cap lunas pada Invoice √
Keterangan :
Diaudit Oleh:
Fanny
22 Oktober 2019
77
menerapkan sistem tradisional sehingga saat melakukan pemesanan barang,
masih secara lisan saja kepada sales. Selain daripada hal itu, seluruh SOP yang
diterapkan perusahaan sudah dilakukan sesuai dengan standar yang diterapkan.
b. Perbandingan Penjualan Kredit Rill dengan SOP
Tabel IV.5
Perbandingan Penjualan Kredit Rill dengan SOP
Nama Perusahaan : PT. Porto Indonesia Sejahtera
Periode Audit :
September – Oktober
2019
Program yang diaudit : Penjualan Kredit
No Pernyataan Y T
1 Sales
a. Menerima Purchase order dari pelanggan √
b. Mencatat pesanan kedalam buku sales √
c. Menginput pesanan ke data sales admin √
d. Melakukan konfirmasi kepada pelanggan apabila tidak ada
stok √
Keterangan :
Tidak semua pelanggan memberikan purchase order secara tertulis, karena
beberapa pelanggan masih melakukan pemesanan secara lisan saja kepada sales.
2 Sales admin
a. Menerima pesanan dari sales √
b. Mengecek stok untuk pesanan dari sales tersebut √
c. Apabila stok tersedia, sales admin menginput orderan
tersebut ke dalam sistem komputer. Apabila stok tidak √
78
tersedia, sales admin meminta sales untuk konfirmasi
kepada pelanggan
d. Mencetak Sales order yang telah dibuat dari pesanan sales
dan meminta otorisasi kepada pejabat berwenang √
e. Menerima Sales order yang telah diotorisasi oleh pejabat
berwenang √
f. Membuat Delivery order sesuai dengan stok yang telah
disetujui oleh pejabat berwenang √
g. Mencetak Delivery order sebanyak 4 rangkap kemudian
diberikan kepada gudang agar menyiapkan barang yang
akan dikirimkan kepada pelanggan
√
h. Menerima Delivery order yang telah ditandatangani oleh
pelanggan rangkap ke-1 & ke-3 √
i. Membuat Invoice atas Delivery order yang telah
ditandatangani oleh pelanggan √
j. Mencetak Invoice sebanyak 4 rangkap serta dengan
Delivery order rangkap ke-1 & ke-3 kemudian diberikan
kepada pejabat yang berwenang untuk meminta otorisasi
√
k. Menerima Delivery order & Invoice rangkap ke-3 yang
telah diotorisasi pejabat berwenang, kemudian diarsip oleh
sales admin
√
Keterangan :
3 Pejabat Berwenang
a. Menerima Sales order dari sales admin untuk diotorisasi √
b. Memverifikasi status pelanggan dari sales order tersebut √
c. Apabila Sales order disetujui maka Sales order diotorisasi,
apabila tidak disetujui maka Sales order dibatalkan √
d. Menerima Invoice sebanyak 4 rangkap untuk diotorisasi √
79
e. Menghasilkan Invoice yang telah diotorisasi dan diberikan
kepada sales admin untuk diproses kembali √
Keterangan :
4 Gudang
a. Menerima Delivery order Sebanyak 4 rangkap untuk
menyiapkan barang yang akan dikirim kepada pelanggan √
b. Menyiapkan barang sesuai dengan Delivery order √
c. Menandatangani Delivery order oleh pihak yang
menyiapkan barang tesebut √
d. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani
oleh gudang & Invoice untuk diberikan kepada bagian
pengiriman
√
e. Mencatat pengeluaran stok pada kartu persediaan √
f. Menghasilkan Kartu Persediaan yang berisi mutasi stok
untuk kontrol dari perusahaan √
g. Menerima Delivery order rangkap ke-4 yang telah
ditandatangani oleh pelanggan untuk diarsip oleh gudang √
Keterangan :
5 Pengiriman
a. Menerima Delivery order yang telah ditandatangani oleh
gudang √
b. Mencatat nomor kendaraan & ditandatangani oleh supir
yang mengirim barang tersebut √
c. Menghasilkan Delivery order yang telah ditandatangani
oleh Supir yang akan diberikan kepada pelanggan √
d. Mengirim barang tersebut kepada pelanggan √
e. Menerima Delivery order rangkap ke-1, ke-3, ke-4 yang
telah ditandatangani oleh pelanggan, kemudian rangkap ke-√
80
1 & ke-3 diberikan kepada Sales admin, rangkap ke-4
diberikan kepada gudang.
Keterangan :
Diaudit Oleh:
Fanny
22 Oktober 2019
Berdasarkan checklist prosedur penjualan kredit, penerapan SOP
telah dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan, hal ini
dibuktikan dengan hanya ada 1 jawaban TIDAK dan 31 jawaban YA dari 32
pertanyaan yang ada.
Tidak dilaksanakannya SOP pada bagian sales yaitu menerima
purchase order secara tertulis disebabkan oleh pelanggan yang masih
merupakan toko agen dan toko ritel, beberapa dari pelanggan masih
menerapkan sistem tradisional sehingga saat melakukan pemesanan barang,
masih secara lisan saja kepada sales. Selain daripada hal itu, seluruh SOP yang
diterapkan perusahaan sudah dilakukan sesuai dengan standar yang diterapkan.
c. Perbandingan Penagihan Piutang Rill dengan SOP
Tabel IV.6
Perbadingan Penagihan Piutang Rill dengan SOP
Nama Perusahaan : PT. Porto Indonesia Sejahtera
Periode Audit :
September – Oktober
2019
Program yang diaudit: Penagihan Piutang
81
No Pertanyaan Y T
1 AR
a. Menerima Delivery order rangkap ke-1 & Invoice rangkap
ke-1, ke-2, dan ke-3. Mengarsip rangkap ke-3 √
b. Membuat Tanda Terima atas Invoice yang akan ditagihkan √
c. Membuat Form Penagihan √
d. Mencetak Tanda Terima dan menyatukannya bersama
dengan Delivery order beserta Invoice, kemudian
diberikan kepada sales/collector untuk ditagihkan
√
e. Menerima Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh
pelanggan, kemudian diarsip sementara oleh AR √
f. Memeriksa Invoice yang akan atau sudah jatuh tempo √
g. Apabila pelanggan sudah membayar setelah ditagihkan via
telepon, maka AR akan menerima bukti pembayaran. √
h. Memverifikasi Bukti Bayar atas pembayaran pelanggan √
i. Menginput pelunasan yang telah diterima ke dalam sistem
komputer √
j. Memberikan cap lunas pada tanda terima √
k. Menghasilkan Tanda Terima yang telah dicap lunas dan
memberikan kepada pelanggan √
l. Apabila pelanggan tidak membayar setelah ditagihkan via
telepon, maka AR akan menyiapkan Invoice maupun Tanda
terima yang sudah ditandatangani oleh pelangan untuk
ditagihkan kembali setelah jatuh tempo
√
m. Membuat Form Penagihan √
n. Menyiapkan Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh
pelanggan untuk ditagihkan kembali √
o. Melakukan follow up kepada pelanggan agar melakukan
pembayaran √
p. Membuat daftar pelanggan bermasalah terkait pembayaran √
82
q. Mencetak daftar pelanggan bermasalah dan kemudian
memberikannya kepada pejabat yang berwenang √
r. Menerima daftar pelanggan yang telah dimasukan ke
dalam blacklist √
s. Menginput pelanggan yang masuk dalam blacklist ke
sistem komputer √
Keterangan :
2 Sales/collector
a. Memeriksa Tanda Terima & Invoice √
b. Menerima Tanda Terima & Invoice yang telah diperiksa
dan menagihkan kepada pelanggan √
c. Mengisi Form Penagihan √
d. Menerima Tanda Terima yang telah ditandatangani oleh
pelanggan, kemudian diserahkan kembali kepada AR √
e. Menerima Tanda Terima yang telah ditandatangani untuk
ditagihkan kembali kepada pelanggan √
f. Mengembalikan Tanda Terima yang telah ditandatangani
oleh pelanggan kepada AR apabila pelanggan tidak mau
melakukan pembayaran saat sales/collector melakukan
penagihan
√
g. Menerima Bukti Bayar dari pelanggan apabila pelanggan
melakukan pembayaran atas Invoice yang telah jatuh
tempo
√
h. Mengisi Form Penagihan √
Keterangan :
3 Pejabat Berwenang
a. Menerima Daftar Pelanggan Bermasalah dari AR √
83
b. Melakukan review atas pelanggan-pelanggan yang
bermasalah √
c. Melakukan konfirmasi kepada sales atas pelanggan yang
bermasalah tersebut √
d. Memberikan keputusan sebagai solusi pelanggan yang
macet bayar √
e. Mendaftarkan pelanggan tersebut ke dalam daftar blacklist
pelanggan √
f. Mencetak daftar blacklist pelanggan √
Keterangan :
Diaudit Oleh:
Fanny
22 Oktober 2019
Berdasarkan checklist prosedur penjualan kredit, penerapan SOP telah
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan, hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya jawaban TIDAK dari 34 pertanyaan yang ada.
Secara keseluruhan aktivitas operasional penjualan dan penagihan
piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera telah dilaksanakan dengan sangat
baik dan sesuai dengan SOP, karena hampir seluruh checklist prosedur
mendapatkan jawaban YA, yang artinya sudah dapat dibuktikan bahwa SOP
berhasil dilaksanakan.
84
Berdasarkan SOP yang diterapkan oleh perusahaan, penulis menilai
bahwa pengendalian internal perusahaan sudah cukup baik. Karena beberapa
aktivitas operasional penjualan dan penagihan piutang memiliki keterkaitan
satu sama lain, sehingga ketika satu tahapan bermasalah, maka akan terdeteksi
oleh tahapan berikutnya. Seperti apabila tidak adanya tanda tangan dari gudang
setelah menyiapkan barang, maka bagian pengiriman tidak akan bisa
melakukan pengiriman karena dokumen dianggap tidak memenuhi syarat
kelengkapan dokumen pengiriman barang.
Hal seperti ini yang perlu dikembangkan oleh perusahaan agar
pengendalian internal bisa dilakukan dengan lebih baik lagi, dan bisa
mendeteksi masalah dari satu tahapan ke tahapan lainnya.
2. Melaksanakan Audit Operasional pada fungsi Penjualan dan Penagihan
Piutang
Perhitungan atas daftar pertanyaan pengendalian internal (ICQ)
dilakukan dengan menggunakan metode scoring yang dikemuakan oleh
Neuman, W. Lawrence (Social Research Method: Qualitative and Quantitative
Aprroach: 2006) seperti pada tabel berikut :
Tabel IV.7
Skala Interval
Score (%) Keterangan
85
81 – 100 Sangat Efektif dan Efisien
71 – 80 Efektif dan Efisien
61 – 70 Cukup Efektif dan Efisien
51 – 60 Kurang Efektif dan Efisien
0 < 50 Tidak Efektif dan Efisien
Tabel dibawah ini merupakan hasil checklist dari program audit fungsi
penjualan dan piutang PT. Porto Indonesia Sejahtera yang disusun
berdasarkan acuan dan hasil studi pendahuluan. Checklist berikut ini diisi
penulis berdasarkan hasil audit yang dilaksanakan penulis.
a. Internal Control Questionnaires (ICQ) - Penjualan
Tabel IV.8
Internal Control Questionnaires (ICQ) - Penjualan
Nama Perusahaan :
PT. Porto Indonesia Sejahtera
Periode Audit :
September – Oktober 2019
Program yang diaudit : Penjualan
NO. PERTANYAAN
JAWABAN
Y T TR
** Otorisasi atas transaksi dan kegiatan
1 Apakah setiap transaksi penjualan telah diotorisasikan
oleh pejabat yang berwenang ? √
86
2 Apakah dalam pemberian kredit telah diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang ? √
3
Apakah perusahaan menggunakan daftar harga (price
list) tertulis yang telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang ?
√
4 Apakah retur penjualan harus mendapatkan persetujuan
dari pihak yang berwenang ? √
5 Apakah perusahaan memiliki pedoman pemberian
potongan harga yang tertulis ? √
** Pemisahan fungsi atau tugas
Apakah fungsi penjualan terpisah dari :
6 - Bagian Keuangan ? √
7 - Bagian Akuntansi ? √
8 - Bagian Gudang ? √
** Dokumentasi dan pencatatan
9 Apakah perusahaan memperhatikan saldo piutang
pelangan dalam memberikan kredit ? √
10 Apakah perusahaan telah menetapkan jangka waktu
kredit untuk setiap pelanggan ? √
11 Apakah perusahaan membuat target penjualan secara
tertulis ? √
12
Apakah penggunaan formulir atas setiap transaksi
penjualan terkontrol dengan pemberian nomor urut
terlebih dahulu (pre numbered) ?
√
13 Apakah dalam setiap transaksi penjualan ada surat
pesanan (purchase order) dari pembeli ? √
14 Apakah setiap pengiriman barang didasarkan pada surat
delivery order ? √
87
15 Apakah bagian penjualan memeriksa stock dan harga
terlebih dahulu setelah menerima pesanan dari pelanggan
?
√
16 Apakah dokumen penjualan batal diarsip dengan baik? √
** Pengendalian atas penggunaan aktiva (Pengamanan harta
perusahaan)
17 Apakah bagian penjualan mengevaluasi penjualan atas
target yang dicapai secara rutin? √
18 Apakah bagian penjualan melakukan credit analysis
sebelum memberikan kredit ? √
** Pemeriksaan secara periodik oleh pihak independen
19 Apakah terdapat pemeriksaan secara berkala terkait
transaksi penjualan dan piutang usaha ? √
20 Apakah pemeriksaan dilakukan oleh pihak luar dari
fungsi penjualan ? √
Diaudit Oleh
Fanny
22 Oktober 2019
Berdasarkan tabel ICQ atas Penjualan diatas, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel IV.9
Score ICQ - Penjualan
No. Kategori Kegiatan Y T TR
1 Otorisasi atas transaksi dan kegiatan 5
2 Pemisahan fungsi atau tugas 3
3 Dokumentasi dan pencatatan 7 1
88
4 Pengendalian atas penggunaan aktiva
(Pengamanan harta perusahaan)
2
5 Pemeriksaan secara periodik oleh pihak
independen
1 1
TOTAL 18 2 0
- Total Jawaban YA : 18/20 x 100% = 90%
- Total Jawaban TIDAK : 2/20 x 100% = 10%
Artinya, tingkat pengendalian internal yang diterapkan pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera sudah sangat efektif dan efisien. Namun memang masih
memiliki beberapa kelemahan seperti yang terurai pada tabel ICQ diatas.
Yang pertama (pertanyaan no.13), pada kegiatan dokumentasi dan
pencatatan yaitu surat purchase order yang tidak selalu diterima sales dari
pelanggan, hal ini disebabkan karena beberapa pelanggan dari perusahaan
masih berupa toko agen dan toko ritel yang masih menerapkan sistem
tradisional sehingga pemesanan barang dilakukan secara lisan saja kepada
sales, hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab SOP penjualan tidak dapat
diterapkan dengan baik oleh perusahaan.
Yang kedua (pertanyaan no.19), pada kegiatan pemeriksaan oleh pihak
independen yaitu tidak adanya pemeriksaan secara berkala terhadap proses
penjualan dan penagihan piutang, hal ini disebabkan oleh tidak adanya auditor
internal yang mampu berperan dalam pemeriksaan secara rutin terhadap
aktivitas operasional penjualan dan penagihan piutang secara detail.
Kelemahan ini merupakan hal yang paling berdampak besar pada seluruh
89
kegiatan operasional perusahaan. Karena dengan tidak adanya pemeriksaan
internal secara rutin, dapat menyebabkan adanya masalah-masalah yang tidak
terdeteksi sejak dini dan akhirnya akan menjadi kelemahan baru terhadap
pengendalian internal perusahaan.
Berdasarkan ICQ pada fungsi penagihan diatas, juga dapat
menggambarkan bahwa pengendalian internal perusahaan sudah dilakukan
dengan sangat baik dan sudah cukup kuat yang dapat digolongkan sebagai
kelebihan dari pengendalian internal perusahaan. Seperti pada fungsi otorisasi,
pemisahan tugas, dokumentasi, penggunaan aktiva. Karena dari pengendalian
setiap fungsi tersebut sudah cukup kuat, sehingga perusahaan dapat
meminimalisir potensi kecurangan yang dapat terjadi pada fungsi-fungsi terkait
kegiatan operasional penagihan piutang yang terdapat diperusahaan.
b. Internal Control Questionnaires (ICQ) - Penjualan
Tabel IV.10
Internal Control Questionnaires (ICQ) – Piutang
Nama Perusahaan :
PT. Porto Indonesia Sejahtera
Periode Audit :
September – Oktober 2019
Program yang diaudit : Fungsi Piutang Usaha
NO. PERTANYAAN JAWABAN
Y T TR
** Otorisasi atas transaksi dan kegiatan
1 Apakah pemberian kredit telah diotorisasikan oleh
pejabat yang berwenang ?
√
90
2 Apakah koreksi atas faktur dan penghapusan piutang
harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang
berwenang?
√
** Pemisahan fungsi atau tugas
Apakah fungsi pencatatan piutang terpisah dari :
3 - Bagian Penjualan ? √
4 - Bagian Akuntansi ? √
5 Apakah penagihan hanya dilakukan oleh bagian
penagihan ?
√
** Dokumentasi dan pencatatan
6 Apakah bagian penagihan melakukan pengecekan
kembali atas invoice, surat jalan, Purchase Order
terhadap total laporan invoice yang diberikan oleh
bagian invoice ?
√
7 Apakah bagian penagihan mengelompokan invoice
tersebut perwilayah setelah menerima invoice ?
√
8 Apakah invoice dalam kota yang ditagih oleh
collector, ditulis dalam form laporan penagihan
collector ?
√
9 Apakah bagian finance membuat rekapan
pemasukan uang semua rekening berdasarkan
masing-masing buku posisi rekening ?
√
10 Apakah setiap invoice yang dikirimkan kepada
pelanggan dibuatkan tanda terima oleh bagian
penagihan ?
√
11 Apakah terdapat batasan kredit maksimal yang
diberikan kepada setiap pelanggan ?
√
91
12 Apakah dokumen atas piutang yang telah
dihapuskan diamankan untuk mencegah
penyalahgunaan ?
√
** Pengendalian atas penggunaan aktiva (Pengamanan harta
perusahaan)
13 Apakah bagian keuangan menghitung kecocokan uang
tunai dengan tanda terima yang diberikan oleh bagian
penagihan ?
√
14 Apakah batas waktu jatuh tempo yang diberikan oleh
perusahaan selalu dipatuhi oleh pelanggan ?
√
15 Apakah bagian keuangan memeriksa kesesuian jatuh
tempo cek/giro dengan buku tanda terima yang
diberikan oleh bagian penagihan ?
√
16 Apakah terdapat kebijakan manajemen untuk
memberikan punishment dan reward kepada bagian
penagihan ?
√
17 Apakah bagian collector melengkapi form laporan
penagihan sesuai dengan penerimaan dari pelanggan ?
√
18 Apakah terdapat kebijakan manajemen untuk piutang
usaha yang tidak tertagih ?
√
19 Apakah bagian penagihan mengirimkan surat
pernyataan piutang kepada pelanggan setiap bulan ?
√
20 Apakah secara periodik dibuat analisa umur piutang dan
yang sudah lama jatuh tempo difollow up ?
√
Diaudit Oleh
Fanny
22 Oktober 2019
Berdasarkan tabel ICQ atas Piutang diatas, diperoleh hasil sebagai berikut :
92
Tabel IV.11
Score ICQ - Piutang
No. Kategori Kegiatan Y T TR
1 Otorisasi atas transaksi dan kegiatan 2
2 Pemisahan fungsi atau tugas 2 1
3 Dokumentasi dan pencatatan 7 1
4 Pengendalian atas penggunaan aktiva
(Pengamanan harta perusahaan)
5 3
TOTAL 16 4 0
- Total Jawaban YA : 16/20 x 100% = 80%
- Total Jawaban TIDAK : 4/20 x 100% = 20%
Artinya adalah, tingkat pengendalian internal yang diterapkan pada PT.
Porto Indonesia Sejahtera sudah efektif dan efisien. Namun memang masih
memiliki beberapa kelemahan seperti yang terurai pada tabel ICQ diatas.
Yang pertama (pertanyaan no.5), pada kegiatan pemisahan fungsi atau
tugas yaitu penagihan tidak hanya dilakukan oleh bagian penagihan saja tetapi
dilakukan juga oleh sales, hal ini dapat menjadi sangat beresiko terhadap
penagihan piutang karena sales merupakan pihak yang melakukan penjualan
kepada pelanggan dan jika piutang ditagihkan oleh sales juga, maka
pengendalian internal akan menjadi sangat sulit dikendalikan.
Yang kedua (pertanyaan no.14), pada kegiatan pengendalian atas
penggunaan aktiva yaitu batas waktu jatuh tempo yang tidak selalu ditepati
93
oleh pelanggan, hal ini disebabkan oleh tidak adanya kebijakan yang tegas dari
perusahaan terhadap pelanggan yang tidak membayarkan piutang tepat waktu,
sehingga apabila terus dibiarkan dapat menjadi sangat merugikan perusahaan
dan melemahkan pengendalian terhadap penagihan piutang.
Yang ketiga (pertanyaan no.16), pada kegiatan pengendalian atas
penggunaan aktiva juga yaitu tidak adanya sistem reward dan punishment pada
bagian penagihan, hal ini disebabkan oleh tanggung jawab yang lebih
dibebankan kepada sales selaku pihak yang melakukan penjualan kepada
pelanggan, sehingga bagian penagihan hanya berperan untuk membantu sales
untuk memfollow-up pelanggan atas piutangnya saja.
Yang keempat (pertanyaan no.19), pada kegiatan pengendalian atas
penggunaan aktiva yaitu tidak adanya konfirmasi piutang yang dilakukan
secara rutin kepada pelanggan, hal ini masih dalam perencanaan perusahaan
untuk dilaksanakan, namun masih belum ada prosedur konfirmasi piutang yang
ditetapkan, jika konfirmasi piutang tidak dilakukan secara rutin oleh
perusahaan, maka kelemahan ini dapat berakibat paling fatal pada perusahaan
apabila terjadi kecurangan dan tidak terdeteksi akibat lemahnya pengendalian
terhadap penagihan piutang perusahaan.
Berdasarkan ICQ pada fungsi penjualan diatas, juga dapat
menggambarkan bahwa pengendalian internal perusahaan sudah dilakukan
dengan sangat baik dan sudah cukup kuat yang dapat digolongkan sebagai
kelebihan dari pengendalian internal perusahaan. Seperti pada fungsi otorisasi,
94
pemisahan tugas, dokumentasi, penggunaan aktiva. Karena dari pengendalian
setiap fungsi tersebut sudah cukup kuat, sehingga perusahaan dapat
meminimalisir potensi kecurangan yang dapat terjadi pada fungsi-fungsi terkait
kegiatan operasional penjualan yang terdapat diperusahaan.
Secara keseluruhan pengendalian internal terhadap fungsi penjualan
dan penagihan piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera telah dilakukan
dengan sangat efektif dan efisien. Namun memang masih ada beberapa
kegiatan yang tidak diterapkan oleh perusahaan sehingga menimbulkan titik
lemah pada pengendalian internal terhadap penjualan dan penagihan piutang
perusahaan. Dan kelemahan-kelemahan inilah yang perlu diperbaiki oleh
perusahaan sebagai bentuk perbaikan atau peningkatan terhadap pengendalian
internal perusahaan.
D. Melaporkan Temuan dalam Bentuk Laporan Audit
Audit operasional bertujuan untuk membantu perusahaan menemukan
kelemahan atau kekurangan yang terjadi atas pengelolaan berbagai aktivitas yang
dimiliki oleh perusahaan. Laporan ini akan menyajikan hasil temuan yang didapat
oleh peneliti selama melakukan penelitian. Berikut akan disajikan laporan hasil
audit operasional pada fungsi penjualan dan penagihan piutang pada PT. Porto
Indonesia Sejahtera :
95
Daftar Temuan dan Hasil Rekomendasi
Terhadap Kegiatan Operasional Penjualan dan Penagihan Piutang
PT. Porto Indonesia Sejahtera
No Temuan Keterangan
1 Kondisi Sales tidak selalu menerima surat Purchase Order tertulis dari
pelanggan.
Kriteria Sales menerima Purchase Order secara tertulis dari pelanggan
setiap kali melakukan transaksi penjualan.
96
Penyebab Pelanggan dari PT. Porto Indonesia Sejahtera merupakan toko
agen dan toko ritel yang mayoritas masih menerapkan sistem
tradisional, sehingga beberapa pelanggan masih tidak
memberikan Purchase Order secara tertulis dan melakukan
pemesanan secara lisan saja kepada sales.
Akibat Perusahaan tidak benar-benar bisa mengetahui apakah pesanan
yang dibuat oleh sales adalah pesanan yang benar-benar berasal
dari pelanggan tersebut, karena bisa saja pesanan tersebut
merupakan pesanan fiktif yang mengatasnamakan pelanggan
untuk kepentingan pihak lain selain pelanggan.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan yang mewajibkan
pelanggan untuk memberikan Purchase Order secara tertulis
kepada sales setiap kali melakukan transaksi penjualan, agar bisa
menjadi bukti pemesanan yang valid dari pelanggan.
2 Kondisi Tidak adanya auditor internal yang melakukan pemeriksaan
secara rutin.
Kriteria Adanya pemeriksaan oleh pihak independen secara rutin atas
kegiatan operasional perusahaan .
Penyebab
Belum adanya perencanaan dari perusahaan untuk
melaksanakan pemeriksaan oleh pihak independen atas kegiatan
operasional perusahaan, karena perusahaan menilai bahwa
kegiatan operasional masih berjalan dengan lancar dan masih
bisa dikendalikan dengan baik, sehingga pemeriksaan oleh pihak
independen secara rutin belum diperlukan oleh perusahaan untuk
saat ini.
Akibat Perusahaan tidak bisa mendeteksi sejak dini apakah ada
kesalahan yang terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan,
perusahaan baru bisa mendeteksi kesalahan setelah masalah
sudah terjadi.
97
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya sudah mulai mempertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan secara rutin atas kegiatan operasional
perusahaan. Pemeriksaan secara rutin ini harus dilakukan oleh
pihak independen, yaitu pihak tengah yang tidak terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan dan pihak independen tersebut
bisa dikatakan sebagai auditor internal. Karena sejauh ini,
perusahaan belum pernah melakukan audit terhadap kegiatan
operasional perusahaan. Dan auditor internal dapat sangat
membantu perusahaan untuk mengevaluasi pengendalian
internal perusaaan.
3 Kondisi Penagihan tidak hanya dilakukan oleh bagian penagihan tetapi
bisa dilakukan oleh sales juga.
Kriteria Penagihan hanya dilakukan oleh bagian penagihan saja, tidak
dilakukan oleh sales.
Penyebab Penagihan bisa dilakukan oleh sales karena jika dilihat dari
aktivitasnya, sales merupakan pihak yang paling sering
melakukan kunjungan ke tempat pelanggan, sehingga bagian
penagihan juga meminta sales untuk menagihkan piutang
pelanggan. Dan juga penagihan piutang secara langsung dinilai
lebih efektif daripada melalui telepon saja.
Akibat Apabila penagihan dilakukan juga oleh sales, hal tersebut
dianggap terlalu besar resikonya untuk terjadi kecurangan.
Karena mengingat sales merupakan pihak yang menerima
pesanan dari pelanggan, dan apabila penagihan dilakukan oleh
sales juga maka perusahaan tidak akan bisa melakukan
pengendalian terhadap transaksi yang dilakukan antara
pelanggan dan sales.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan kebijakan agar
penagihan tidak dilakukan oleh sales, sebaiknya penagihan
hanya dilakukan oleh bagian penagihan dengan dibantu oleh
98
collector, karena penagihan yang dilakukan oleh sales dapat
dianggap sangat beresiko untuk terjadinya kecurangan.
4 Kondisi Waktu jatuh tempo yang tidak dipatuhi oleh pelanggan.
Kriteria Pelanggan membayarkan piutangnya tepat waktu sesuai dengan
waktu jatuh temponya.
Penyebab Pelanggan tidak membayarkan piutang secara tepat waktu sesuai
dengan watu jatuh tempo dikarenakan masih belum adanya
kebijakan yang tegas apabila pelanggan melewati waktu jatuh
tempo piutang .
Akibat Pelanggan tidak membayarkan piutang tepat waktu, hal ini
mengakibatkan melesetnya target penerimaan dana perusahaan
dari pelanggan. Sehingga bisa mengganggu perencanaan
perusahaan dalam pengalokasian dana perusahaan. Dan juga
apabila dibiarkan saja, pelanggan akan menjadi terbiasa untuk
tidak membayarkan piutangnya tepat waktu dan mungkin juga
pelanggan akan semakin mengulur waktu saat melakukan
pembayaran piutangya dari waktu jatuh tempo seharusnya,
bahkan bisa menjadi penyebab macet bayar dari pelanggan. Hal
ini akan sangat merugikan perusahaan.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan/sanksi yang tegas
kepada pelanggan yang tidak membayarkan piutang sesuai
dengan waktu jatuh tempo. Hal ini bertujuan untuk memberikan
efek jera kepada pelanggan yang tidak membayarkan piutang
tepat waktu jatuh tempo.
5 Kondisi Tidak adanya reward dan punishment untuk bagian penagihan.
Kriteria Adanya penerapan reward dan punishment untuk bagian
penagihan.
Penyebab Tidak adanya penerapan reward dan punishment untuk bagian
penagihan karena selama ini perusahaan menganggap bahwa
sales lah bagian yang paling bertanggung jawab atas
99
pembayaran piutang dari pelanggan, dan bagian penagihan
hanya berperan untuk memfollow up pelanggan atas piutang
yang dimilikinya.
Akibat Tidak adanya reward dan punishment untuk bagian penagihan
berakibat pada kinerja dalam melakukan penagihan piutang
kepada pelanggan. Penagihan yang dilakukan oleh bagian
penagihan bisa menjadi tidak maksimal karena tidak adanya
tanggung jawab atas target penagihan piutang yang jatuh tempo.
Dan hal ini juga bisa menjadi salah satu penyebab dari
pembayaran pelanggan yang tidak tepat waktu dari waktu jatuh
tempo, karena bagian penagihan tidak maksimal dalam
menagihkan piutang.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya sudah mulai mempertimbangkan
penerapan sistem reward dan punishment untuk bagian
penagihan. Hal ini bertujuan untuk memberikan dorongan kerja
kepada bagian penagihan, agar lebih maksimal dalam
melakukan penagihan kepada pelanggan.
6 Kondisi Tidak adanya konfrmasi piutang secara rutin kepada pelanggan.
Kriteria Adanya konfirmasi piutang secara rutin kepada pelanggan oleh
bagian penagihan.
Penyebab Sudah adanya perencanaan dari perusahaan untuk melakukan
konfirmasi piutang secara rutin, namun belum dilaksanakan
sampai saat ini. Karena perusahaan masih mempertimbangkan
beberapa hal terkait aktivitas bagian penagihan yang sudah
cukup efektif, perusahaan juga menilai bahwa penagihan piutang
masih berjalan dengan lancar dan masih bisa dikendalikan
dengan baik, sehingga konfirmasi piutang secara rutin masih
dalam tahap perencanaan oleh perusahaan untuk saat ini.
Akibat Tidak adanya konfirmasi piutang secara rutin kepada pelanggan
bisa berakibat pada selisih antara saldo piutang menurut
100
pencatatan pelanggan dengan saldo piutang menurut pencatatan
perusahaan. Dan selisih ini salah satu penyebabnnya bisa
disebabkan oleh kecurangan yang disengaja, namun tidak pernah
terdeteksi oleh perusahaan karena tidak adanya konfirmasi
piutang yang bisa menjadi bentuk pengendalian saldo piutang
pelanggan.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya sudah mulai melaksanakan rencana untuk
konfirmasi piutang secara rutin kepada pelanggan. Hal ini
bertujuan untuk mencocokan saldo piutang yang diakui oleh
pelanggan dengan saldo piutang yang diakui oleh peerusahaan.
Dan konfirmasi piutang kepada pelanggan juga dapat
meningkatkan pengendalian internal perusahaan.
Dilaporkan Oleh, Disetujui Oleh,
Fanny Verawati Tjoa
Direktur Keuangan
E. Pembahasan
Setelah melakukan berbagai tahapan audit operasional dan mendapatkan
hasil temuan audit yang dijelaskan pada laporan audit operasional diatas, pada
pembahasan ini akan dibahas juga keterkaitan antara hasil audit dengan tujuan
penelitian ini, yaitu :
4. Untuk membuktikan kesesuaian kegiatan operasional perusahaan atas fungsi
penjualan dan piutang pada PT.Porto Indonesia Sejahtera dengan standart
operating procedure (SOP).
101
5. Untuk membuktikan efektivitas dan efisiensi pengendalian internal atas
fungsi penjualan dan piutang di PT.Porto Indonesia Sejahtera.
6. Untuk mengetahui hasil audit operasional atas fungsi penjualan dan piutang
di PT.Porto Indonesia Sejahtera.
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dapat dijelaskan pula bahwa :
1. Kegiatan operasional perusahaan atas fungsi penjualan dan piutang pada PT.
Porto Indonesia Sejahtera telah dilaksanakan sesuai dengan standart
operating procedure (SOP) yang ditetapkan, meskipun berdasarkan hasil
audit yang telah dilakukan memang ditemukan beberapa hal yang belum bisa
dilaksanakan sesuai dengan SOP.
2. Pengendalian Internal atas fungsi penjualan dan piutang di PT. Porto
Indonesia Sejahtera telah diaudit melalui checklist tabel internal Control
Quisionaire (ICQ) dan menunjukkan hasil bahwa pengendalian internal atas
fungsi penjualan yang diterapkan sudah sangat efektif dan efisien, sedangkan
pengendalan internal atas fungsi piutang yang diterapkan sudah efektif dan
efisien saja
3. Audit atas fungsi penjualan dan piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera,
penulis mendapatkan beberapa temuan yang dianggap bisa merugikan
perusahaan baik sekarang maupun pada waktu yang akan datang. Temuan-
temuan tersebut dianggap sebagai kelemahan perusahaan pada fungsi
penjualan dan piutang, penulis juga memberikan rekomendasi atas temuan-
temuan tersebut, tetapi keputusan pelaksanaan perbaikan atas temuan tersebut
seluruhnya merupakan hak perusahaan.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan audit operasioal yang dilakukan atas fungsi penjualan dan
piutang pada PT. Porto Indonesia Sejahtera, penulis menarik kesimpulan bahwa :
1. Pelaksanaan kegiatan operasional penjualan dan penagihan piutang yang
berjalan sudah sesuai dengan standart operating procedure (SOP) yang
ditetapkan.
2. Pelaksanaan kegiatan operasional penjualan dan penagihan piutang yang
sudah berjalan dengan sangat efektif pada fungsi penjualan dan efektif pada
fungsi penagihan piutang,
3. Berdasarkan hasil audit operasional pada fungsi penjualan dan piutang di
PT. Porto Indonesia Sejahtera, masih ditemukan beberapa kelemahan yang
dimiliki perusahaan seperti yang sudah diuraikan pada pembahasan
sebelumnya dan perlu diperbaiki oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil checklist untuk program audit yang dilaksanakan, yang mana jawaban
“Ya” lebih besar dari jawaban “Tidak”.
B. Implikasi Masalah
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi secara
teoritis, metodologi, dan manajerial sebagai berikut :
103
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, teori yang digunakan untuk menjelaskan masing-masing
variabel pada penelitian ini sudah jelas, dengan menggunakan sumber-
sumber baik melalui buku ataupun dari peneliti sebelumnya yang dapat
dipertanggung jawabkan dan telah sesuai dengan kriteria.
2. Secara Metodologi
Secara metodologi, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi. Data yang digunakan adalah data primer yaitu
data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau petugasnya dari sumber
pertamanya, dan juga data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama seperti dokumentasi,
kertas kerja dan kuisioner.
3. Secara Manajerial
Secara manajerial, penelitian ini digunakan untuk menilai kegiatan
operasional fungsi penjualan dan piutang pada PT. Porto Indonesia
Sejahtera, serta mendeteksi segala permasalahan yang ada di perusahaan
terkait fungsi penjualan dan piutang. Sehingga dengan ditemukannya hal-
hal tersebut, pihak perusahaan dapat berusaha untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang sudah terdeteksi.
Dalam proses pelaksanaan audit operasional atas fungsi penjualan dan
piutang, penulis memiliki keterbatasan yaitu, penulis tidak mendapatkan akses
untuk mengamati laporan penjualan dan laporan piutang perusahaan, sehingga
104
dalam penelitian ini tidak dapat meneliti secara lebih rinci terkait setiap
transaksi penjualan serta piutang yang terjadi.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang
dapat diberikan berkaitan dengan fungsi penjualan dan piutang pada PT.Porto
Indonesia Sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Perusahaan hendaknya segera memperbaiki pengendalian internal yang
diterapkan pada fungsi penjualan dan piutang, karena berdasarkan hasil audit
operasional yang telah dilakukan, masih ditemukan beberapa kelemahan yang
bisa berpotensi untuk terjadinya kecurangan yang akan merugikan
perusahaan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan mendatang.
Namun saran yang paling penting bagi perusahaan adalah agar perusahaan
mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan internal secara rutin
terhadap kegiatan operasional perusahaan baik pada fungsi penjualan dan
penagihan piutang, maupun fungsi lainnya. Karena dengan tidak adanya
pemeriksaan internal secara rutin, dapat menyebabkan adanya masalah-
masalah baru yang tidak terdeteksi sejak dini, sehingga dapat menimbulkan
kelemahan baru yang dapat merugikan perusahaan secara langsung maupun
tidak langsung.
105
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulis berharap peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan lebih detail dan
lebih baik lagi, tidak hanya pada fungsi penjualan dan piutang saja namun
bisa melanjutkan penelitian pada fungsi penerimaan kas juga. Dan juga
peneliti selanjutnya bisa menilai tingkat ekonomis pada fungsi penjualan dan
piutang, karena penelitian yang dilakukan saat ini, masih mengalami
keterbatasan pada data keuangan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh
Akuntan Publik. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Bayangkara, IBK. 2015. Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Agoes, Sukrisno dan Jan Hoesada. 2012. Bunga Rampai Auditing. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Kumaat, Valery.G. 2011. Internal Audit. Jakarta: Erlangga.
Nitari, Lili. 2018. Audit Operasional Atas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku PT.
Marel Sukses Pratama. Skripsi Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Mulyadi. 2011. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
Amir Abadi Jusuf. 2017. Pengantar Akuntansi, Buku 2. Edisi 5. Salemba Empat.
Boynton, W.C, Johnson, R.N, Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. Edisi 7. Jakarta:
Erlangga.
Arens, Alvin A, Randal J, Elder, Mark S. Beasley. 2010. Auditing and Assurance
Services: An Integrated Approach, 13 th Edition. Pearson: Prentice HallInc.
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Bayangkara, IBK. 2016. Audit Manajemen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: Center For
Academic Publishing Services.
Harsanti, Agata Ria Apri. 2018. Audit Operasional Pada Fungsi Penjualan PT.
Mitra Grafindo Mandiri. Skripsi Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Juana, Pratama. 2009. Audit Operasional Atas Fungsi Penjualan dan Pengelolaan
Piutang Usaha PT. Moto Prima. Binus University e-Thesis Repository.
Jakarta: Binus.
Irwadi Maulana. 2016. Analisis Penerapan Audit Operasional Terhadap Fungsi
Penjualan Untuk Mengukur Efisiensi dan Efektivitas pada Tunas Auto.
Jurnal Akuntanika. Palembang: Universitas Anika Palembang
Nitari Lili. 2018. Audit Operasional Atas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku Pada
PT. Marel Sukses Pratama. Skripsi Dipublikasikan. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Anang Setiawan Petrus. 2017. Audit Operasional Pada Fungsi Penjualan
Perusahaan E-Commerce (Studi Kasus di Perusahaan E-Commerce
Jejualan Yogyakarta). Skripsi Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fanny
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Januari 1999
Alamat Rumah : Perumahan Duta Bandara Permai Blok 28A No.2,
Tangerang - Dadap
Nomor Handphone : 08999203055
Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar : SD Tunas Bangsa
Sekolah Menengah Pertama : SMP Gapura Kasih
Sekolah Menengah Atas : SMK Gapura Kasih
Perguruan Tinggi : Universitas Buddhi Dharma
IPK Terakhir : 3,68
Pengalaman Kerja : PT. Asia Media Persada (April 2016 s/d April 2017)
PT. Pulau Lima Jaya (Mei 2017 s/d Juli 2018)
PT. Porto Indonesia Sejahtera (Agustus 2018 s/d
Sekarang)
LAMPIRAN
Lampiran 1 – Delivery Order
Lampiran 2 – Sales Invoice
Lampiran 3 – Form Penagihan Collector
Lampiran 4 – Tanda Terima TTD oleh Pelanggan
Lampiran 5 – Contoh Penagihan oleh AR kepada Pelanggan melalui Telepon
Lampiran 6 – Purchase Order dari Pelanggan secara tertulis
Daftar Temuan dan Hasil Rekomendasi
Terhadap Kegiatan Operasional Penjualan dan Penagihan Piutang
PT. Porto Indonesia Sejahtera
No Temuan Keterangan
1 Kondisi Sales tidak selalu menerima surat Purchase Order tertulis dari
pelanggan.
Kriteria Sales menerima Purchase Order secara tertulis dari pelanggan
setiap kali melakukan transaksi penjualan.
Penyebab Pelanggan dari PT. Porto Indonesia Sejahtera merupakan toko
agen dan toko ritel yang mayoritas masih menerapkan sistem
tradisional, sehingga beberapa pelanggan masih tidak
memberikan Purchase Order secara tertulis dan melakukan
pemesanan secara lisan saja kepada sales.
Akibat Perusahaan tidak benar-benar bisa mengetahui apakah pesanan
yang dibuat oleh sales adalah pesanan yang benar-benar berasal
dari pelanggan tersebut, karena bisa saja pesanan tersebut
merupakan pesanan fiktif yang mengatasnamakan pelanggan
untuk kepentingan pihak lain selain pelanggan.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan yang mewajibkan
pelanggan untuk memberikan Purchase Order secara tertulis
kepada sales setiap kali melakukan transaksi penjualan, agar bisa
menjadi bukti pemesanan yang valid dari pelanggan.
2 Kondisi Tidak adanya auditor internal yang melakukan pemeriksaan
secara rutin.
Kriteria Adanya pemeriksaan oleh pihak independen secara rutin atas
kegiatan operasional perusahaan .
Penyebab
Belum adanya perencanaan dari perusahaan untuk
melaksanakan pemeriksaan oleh pihak independen atas kegiatan
operasional perusahaan, karena perusahaan menilai bahwa
120
kegiatan operasional masih berjalan dengan lancar dan masih
bisa dikendalikan dengan baik, sehingga pemeriksaan oleh pihak
independen secara rutin belum diperlukan oleh perusahaan untuk
saat ini.
Akibat Perusahaan tidak bisa mendeteksi sejak dini apakah ada
kesalahan yang terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan,
perusahaan baru bisa mendeteksi kesalahan setelah masalah
sudah terjadi.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya sudah mulai mempertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan secara rutin atas kegiatan operasional
perusahaan. Pemeriksaan secara rutin ini harus dilakukan oleh
pihak independen, yaitu pihak tengah yang tidak terlibat dalam
kegiatan operasional perusahaan dan pihak independen tersebut
bisa dikatakan sebagai auditor internal. Karena sejauh ini,
perusahaan belum pernah melakukan audit terhadap kegiatan
operasional perusahaan. Dan auditor internal dapat sangat
membantu perusahaan untuk mengevaluasi pengendalian
internal perusaaan.
3 Kondisi Penagihan tidak hanya dilakukan oleh bagian penagihan tetapi
bisa dilakukan oleh sales juga.
Kriteria Penagihan hanya dilakukan oleh bagian penagihan saja, tidak
dilakukan oleh sales.
Penyebab Penagihan bisa dilakukan oleh sales karena jika dilihat dari
aktivitasnya, sales merupakan pihak yang paling sering
melakukan kunjungan ke tempat pelanggan, sehingga bagian
penagihan juga meminta sales untuk menagihkan piutang
pelanggan. Dan juga penagihan piutang secara langsung dinilai
lebih efektif daripada melalui telepon saja.
Akibat Apabila penagihan dilakukan juga oleh sales, hal tersebut
dianggap terlalu besar resikonya untuk terjadi kecurangan.
121
Karena mengingat sales merupakan pihak yang menerima
pesanan dari pelanggan, dan apabila penagihan dilakukan oleh
sales juga maka perusahaan tidak akan bisa melakukan
pengendalian terhadap transaksi yang dilakukan antara
pelanggan dan sales.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan kebijakan agar
penagihan tidak dilakukan oleh sales, sebaiknya penagihan
hanya dilakukan oleh bagian penagihan dengan dibantu oleh
collector, karena penagihan yang dilakukan oleh sales dapat
dianggap sangat beresiko untuk terjadinya kecurangan.
4 Kondisi Waktu jatuh tempo yang tidak dipatuhi oleh pelanggan.
Kriteria Pelanggan membayarkan piutangnya tepat waktu sesuai dengan
waktu jatuh temponya.
Penyebab Pelanggan tidak membayarkan piutang secara tepat waktu sesuai
dengan watu jatuh tempo dikarenakan masih belum adanya
kebijakan yang tegas apabila pelanggan melewati waktu jatuh
tempo piutang .
Akibat Pelanggan tidak membayarkan piutang tepat waktu, hal ini
mengakibatkan melesetnya target penerimaan dana perusahaan
dari pelanggan. Sehingga bisa mengganggu perencanaan
perusahaan dalam pengalokasian dana perusahaan. Dan juga
apabila dibiarkan saja, pelanggan akan menjadi terbiasa untuk
tidak membayarkan piutangnya tepat waktu dan mungkin juga
pelanggan akan semakin mengulur waktu saat melakukan
pembayaran piutangya dari waktu jatuh tempo seharusnya,
bahkan bisa menjadi penyebab macet bayar dari pelanggan. Hal
ini akan sangat merugikan perusahaan.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan/sanksi yang tegas
kepada pelanggan yang tidak membayarkan piutang sesuai
dengan waktu jatuh tempo. Hal ini bertujuan untuk memberikan
122
efek jera kepada pelanggan yang tidak membayarkan piutang
tepat waktu jatuh tempo.
5 Kondisi Tidak adanya reward dan punishment untuk bagian penagihan.
Kriteria Adanya penerapan reward dan punishment untuk bagian
penagihan.
Penyebab Tidak adanya penerapan reward dan punishment untuk bagian
penagihan karena selama ini perusahaan menganggap bahwa
sales lah bagian yang paling bertanggung jawab atas
pembayaran piutang dari pelanggan, dan bagian penagihan
hanya berperan untuk memfollow up pelanggan atas piutang
yang dimilikinya.
Akibat Tidak adanya reward dan punishment untuk bagian penagihan
berakibat pada kinerja dalam melakukan penagihan piutang
kepada pelanggan. Penagihan yang dilakukan oleh bagian
penagihan bisa menjadi tidak maksimal karena tidak adanya
tanggung jawab atas target penagihan piutang yang jatuh tempo.
Dan hal ini juga bisa menjadi salah satu penyebab dari
pembayaran pelanggan yang tidak tepat waktu dari waktu jatuh
tempo, karena bagian penagihan tidak maksimal dalam
menagihkan piutang.
Rekomendasi Perusahaan sebaiknya sudah mulai mempertimbangkan
penerapan sistem reward dan punishment untuk bagian
penagihan. Hal ini bertujuan untuk memberikan dorongan kerja
kepada bagian penagihan, agar lebih maksimal dalam
melakukan penagihan kepada pelanggan.
6 Kondisi Tidak adanya konfrmasi piutang secara rutin kepada pelanggan.
Kriteria Adanya konfirmasi piutang secara rutin kepada pelanggan oleh
bagian penagihan.
123