Audit Kpwt
-
Upload
erha-hidayat -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of Audit Kpwt
-
7/23/2019 Audit Kpwt
1/20
GILLIES (1994)
Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses keperawatan/hasil asuhan
keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan tindakan
keperawatan akan bertanggung jawab hal ini akan meningkatkan akuntabilitas dari perawat.
TUJUAN AUDIT KEPERAWATAN Mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan
Menetapkan kelengkapan dan keakuratan pencatatan asuhan keperawatan.
MANFAAT AUDIT KEPERAWATAN UNTUK TINGKAT MANAJEMEN (1)
1. Administrator
a. Memberikan evaluasi program tertentu
b. Mendukung permintaan untuk akreditasi
c. Melandasi perencanaan program baru oleh
perubahan
d. Memungkinkan identifikasi kekuatan dan
kelemahane. Menentukan pengaruh pola ketenagaan
f. Sebagai data pengkajian efisiensi
2. Supervisor
a. Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
b. Memberikan landasan rencana diklat
c. Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
3. Kepala Ruangan dan Perawat Pelaksana
a. Introspeksi dan evaluasi diri
b. Identifikasi jenis asuhan keperawatan
c. Identifikasi kebutuhan tambahan pengetahuan
LINGKUP AUDIT KEPER AWATAN
1. Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan
a. Fasilitas
b. Peralatan
c. Petugas
d. Organisasi, prosedur dan pencatatan pelaporan
2.Audit Proses
Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah dilaksanakan sesuai
standar.
Proses audit menggunakan pendekatan retrospektif yaitu dengan mengukur kualitas asuhan
keperawatan setelah pasien pulang atau setelah beberapa pasien dirawat (Swansbrug, 1990)
3.Audit Hasil
Dapat dilakukan secara Concurrent atau Retrospective yang berdasarkan konsep
HENDERSON sehingga asuhan keperawatan yang diberikan akan menghasilkan
- Kebutuhan pasien terpenuhi
- Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
-
7/23/2019 Audit Kpwt
2/20
- Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
- Pasien memiliki motivasi
PELAKSANAAN PROSES AUDIT HASIL:
Identifikasi kesenjangan
Analisa penyebab Tindakan perbaikan:
a. Menyusun rencana
b. Implementasi
Kaji tindakan keberhasilan, tindakan kebaikan
Proses Audit Keperawatan
Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan digunakan
Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
Tentukan standar dan kriteria
Susun instrumen evaluasi
Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
Analisa data
Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
Sumber :
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI
Peningkatan Kemampuan Teknis Perawat dalam
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
September 2008
PENGENDALIAN
KOMPETENSI KHUSUS
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan kontrol kualitas dengan runtut
2. Mahasiswa mampu menjelaskan strategi tindakan disiplin dengan runtut
3. Mahasiswa mampu menyusun instrumen penilaian kerja yang terukur
Pengendalian Kualitas
Pengendalian Sebagai Suatu Proses
-
7/23/2019 Audit Kpwt
3/20
Mendefinisikan dan mencoba mengukur kualitas asuhan bukanlah hal baru. Dr. Codman
(1869) menyarankan agar setiap rumah sakit seharusnya mengikuti perkembangan pasien
yang diobatinya agar mengetahui keberhasilan terapi. Institut of Medicine (1994)
mendefinisikan kualitas pelayanan kesehatan sebagai suatu tingkatan dimana pelayanan
terhadap individu atau kelompok meningkatkan kemungkinan pencapaian hasil yang
diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional yang saat sekarang (Marquis
dan Huston, 2002. hal. 443). Shi dan Singh (1998) menyarankan bahwa definisi tersebut
mengimplikasikan hal-hal berikut:
1. Kualitas berada pada kontinum antara unacceptable to excellent.
2. Berfokus pada layanan yang disediakan oleh sistem penyelenggaraan kesehatan
sebagai kebalikan dari perilaku individual.
3. Kualitas dapat dievaluasi dari perspektif individual, populasi atau komuntas.
4. Menekankan pada hasil yang diharapkan.
5. Fakta dari riset akan memperbaiki hal-hal yang mengembangkan hasil kesehatan.
Pengukuran kualitas pelayanan kesehatan adalah kompleks, pengumpulan data kuantitatif
dan kualitatif membutuhkan penggunaan sesuatu yang khusus dan proses sistematis.
Proses sistematis tersebut terdiri meliput: membuat kriteria pengendalian, identifikasi
informasi yang relevant dengan kriteria, menentukan cara untuk mengumpulkan informasi,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, membandingkan informasi yang terkumpul
dengan kriteria yang dibuat, membuat penilaian kualitas, menyediakan informasi dan
mengambil tindakan korektif berkaitan dengan temuan untuk menyesuaiakan sumber-
sumber, menentukan cara mengumpulkan informasi.
Tahap pertama seperti adalah membangun kriteria pengendalian. Pengukuran tidak
mungkin dilakukan jika standar-standar belum jelas dirumuskan. Standar di setiap organisasi
sangat bervariasi karena itu setiap orang harus menyesuaikan dengan standar yang ada di
tempat masing-masing.
Banyak perusahaan memulainya dengan benchmarkingsebagai alat untuk mengidentifikasi
standar penampilan organisasi yang diinginkan. Benchmarking adalah proses mengukur
produk, praktik, layanan dibandingkan dengan penampilan organisasi terbaik yang sudah
ada. Dalam hal ini mereka dapat menemukan perbedaan yang ada yang merupakan ciri
khas masing-masing.
Pemerintah setempat biasanya memulai dengan menerapkan program praktik terbaik (best
practice). Program ini berupa mengundang institusi pelayanan kesehatan untuk
mendaftarkan program atau protokol yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup,
-
7/23/2019 Audit Kpwt
4/20
asuhan, pelayanan, pengembangan staf atau praktik cost-effective. Para pakar di bidang
tersebut akan secara panel mereviu program yang didaftarkan dan mendesain best practice.
Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria. Informasi apa
yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kriteria. Misalnya untuk menilai kualitaspembedahan dibutuhkan informasi: lama penyambungan jaringan, infeksi nosokomial,
kemampuan pasien merawat sendiri dll.
Tahap ketiga adalah menentukan cara mengumpulkan informasi. Ketika sedang dalam
pengumpulan data, manajer harus yakin untuk menggunakan berbagai sumber yang
tersedia. Misalnya dalam menilai kualitas pembedahan, catatan medis, isntruksi dokter,
catatan keperawatan. Wawancara dengan pasien dan perawat juga dapat menghasilkan
data yang diinginkan.
Langkah keempat adalah mengumpulkan dan menganalisis informasi. Contoh, suatu
standar perawatan pasca operasi telah menetapkan pengukuran tanda vital pasca operasi
harus dilakukan setiap 30 menit untuk 2 jam pertama dan setiap jam sampai 8 jam
berikutnya. Melihat catatan frekuensi pengukuran tanda vital yang ada pada flowchart
kemudian dibandingkan dengan standar (langkah kelima). Hasil dari perbedaan dan
kesesuaian memberikan informasi pada manajer sehingga mereka dapat memberikan
penilaian terhadap kualitas (langkah keenam). Manajer kemudian dapat memberikan
konseling kepada karyawan yang belum dapat memenuhi standar atau memberikan
penghargaan kepada yang melebihi standar (langkah ketujuh)
Langkah terakhir dalam proses pengendalian kualitas adalah reevaluasi. Jika hasil dari
langkah sebelumnya baik maka kebutuhan reevaluasi masih rendah. Sebaliknya jika
pencapaiannya sangat rendah atau hanya tercapai sebagian, kebutuhan reevaluasi menjadi
tinggi. Pemimpin yang efektif menjamin kualitas masalah secara proaktif dengan menekan
standar pada tingkat paling maksimal untuk mengurangi permasalahan pada tahap awal
sebelum kualitas dikompromikan.
Proses ini secara sederhana dapat dipecah menjadi 3 langkah dasar yaiatu: penentuan
kriteria atau standar, pengumpulan informasi untuk menentukan apakah standar telah
terpenuhi dan tindakan pendidikan atau korektif diberikan jika kriteria belum terpenuhi.
Proses ini berlangsung terus menerus sebagai suatu proses.
Pengembangan Standar
-
7/23/2019 Audit Kpwt
5/20
Standar merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang bertindak
sebagai petunjuk untuk praktik. Standar memiliki karakteristik pembeda, ditetepkan
sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang
terpengaruh olehnya.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama
berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-
sumber standar keperawatan berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres,
Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar keperawatan adalah: meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,
mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis
standar profesi keperawatan meliputi: standar pelayanan keperawatan, standar praktik
keperawatan d, standar pendidikan keperawatan, dan standar pendidikan keperawatan
berkelanjutan.
Selain standar tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakit berdasarkan SK Direktorat
Jenderal Pelayanan Medis Nomor: YM.00.03.2.3.7637 harus melaksanakan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit. Standar asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:
Standar 1: Falsafah keperawatan
Standar 2: Tujuan Asuhan Keperawatan
Standar 3: Pengkajian Keperawatan
Standar 4 : Diagnosa Keperawatan
Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
Standar 6: Intervensi Keperawatan
Standar 7 :Evaluasi Keperawatan
Standar 8: Catatan Asuhan Keperawatan
Audit
Jika standar adalah ukuran untuk menilai kualitas asuhan, audit adalah alat ukurnya.Terdapat 3 jenis audit, yaitu audit hasil, audit proses dan audit struktur.
-
7/23/2019 Audit Kpwt
6/20
Audit hasil menentukan apakah hasil jika ada, terjadi akibat intervensi keperawatan. Audit ini
mengasumsikan bahwa hasil secara akurat mendemonstrasikan kualitas asuhan yang
diberikan.
Audit proses digunakan untuk mengukur proses asuhan atau bagaimana asuhan diberikandan berasumsi bahwa suatu hubungan ada antara proses yang digunakan oleh perawat dan
kualitas asuhan yang disediakan. Contoh yang paling sering adalah alur pelayanan, atau
alur penanganan pasien gawat darurat.
Audit struktur mengasumsikan bahwa suatu hubungan ada antara kualitas asuhan dan
struktur yang tepat. Suatu audit struktur termasuk sumber-sumber input seperti lingkungan
dalam pelayanan keperawatan diberikan. Termasuk di dalamnya semua elemen yang ada
sebelumbnya dan terpisah dari interaksi antara klien dan pekerja kesehatan.
Total Quality ManagementTotal Quality Management (TQM) juga mengarah pada pengembangan kualitas yang
kontinyu, secara filosofi dikembangkan oleh Dr. Edward Deming. TQM merupakan proses
yang tidak pernah berhenti, segala sesuatu dan setiap orang dalam organisasi adalah
sumbyek dari usaha pengembangan kualitas. Filosofi TQM adalah selalu ada ruang untuk
pengembangan. Kebutuhan pelanggan dan pengalaman dengan produk terus menerus
dievalusi. Data ini dikumpulkan oleh pekerja itu sendiri bukan oleh pusat pengendalian
kualitas, sehingga menimbulkan suatu jalur umpan balik antara administrasi, pekerja dan
konsumen.
Komponen kritis TQM yang lain adalah pemberdayaan (Empowerment) karyawan dengan
menyediakan umpan balik positif dan memperkuat perilaku yang mendukung kualitas dan
produktivitas.
Siapa yang terlibat dalam pengendalian kualitas? Idealnya, setiap orang dalam organisasi
harus berpartisipasi dalam pengendalian kualitas karena setiap individu adalah penerima
keuntungan. Pengendalian kualitas memberi umpan balik pada karyawan tentang kualitas
yang mereka berika pada saat sekarang dan bagaimana asuhan yang mereka berka dapat
dikembangkan.
Dampak Eksternal Terhadap Pengendalian Kualitas
-
7/23/2019 Audit Kpwt
7/20
Adanya pengendalian kualitas memberikan dampak terhadap perkembangan faktor
eksternal. Muncul badan-badan penilai standar kualitas baik versi pemerintah maupun versi
swasta. Badan-badan sertifikasi semacam ini bekerja sebagai surveyor atau reviuer
eksternal yang mempunyai dampak sendiri terhadap produk. Contoh yang sering kita lihat
adalah status akreditasi rumah sakit, sertifikasi ISO dll.
Dampak yang lain adalah adanya sistem pembayaran yang prospektif. Seringkali ketika
diskusi dalam pembelajaran asuhan keperawatan di rumah sakit, yang diperdebatkan
adalah tidak adanya ketepatan kriteria waktu. Kriteria waktu pencapaian tujuan asuhan
keperawatan masih belum dapat disintesis dengan tepat karena kurangnya penelitian terkait
dengan hal tersebut. Di Amerika ada Diagnosis-Related Groups (DRG) yang disering
digunakan sebagai patokan pembayaran klaim asuransi. Untuk praktik keperawatan swasta
dan prakti keperawatan mandiri , standar ini penting sekali. Karena dari standar tersebut
menentukan berapa pasien harus membayar pelayanan profesional Anda.
Disiplin
PengertianDisiplin dapat didefinisikan sebagai suatu pelatihan atau pembentukan pikiran atau karakter
untuk memperoleh perilaku yang diinginkan. Disiplin berbeda dengan hukuman. Hukuman
didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang tak diinginkan akibat sesuatu hal dari perilaku
yang tak dapat diterima dan tidak diinginkan untuk mengurangi frekuensi perilaku tersebut
(Guffey & Helms, 2001 dalam Marquis dan Huston , 2003, hal 493).
Disiplin yang konstruktifDisiplin konstruktif artinya menggunakan disiplin dalam arti bantuan untuk pertumbuhan
karyawan, bukan sebagai bentuk hukuman. Hukuman selalu berkaitan dengan disiplin.
Dalam disiplin konstruktif, hukuman mungkin saja diberikan pada tingkah laku yang tidak
sesuai, tetapi hal tersebut disampaikan dalam tindak-tanduk yang penuh dengan suportif
dan korektif. Karyawan diyakinkan bahwa hukuman yang diterimanya merupakan akibat dari
tindakannya bukan karena siapa dirinya.
Disiplin diri dan norma kelompok
-
7/23/2019 Audit Kpwt
8/20
Tingkat tertinggi dan paling efektif dari disiplin adalah disiplin diri. Disiplin diri terdorong jika
karyawan merasa aman, jelas dan dihargai nilainya, identitasnya dan integritasnya. Curtin
mendefinisikan disiplin diri sebagai proses ketika peraturan dan terinternalisasi dan menjadi
bagian dari kepribadian seseorang (Marquis dan Huston , 2003, hal 494).
Norma kelompok adalah standar perilaku yang diharapkan yang dibangun kelompok itu
sendiri yang dipaksakan oleh tekanan social. Norma kelompok memiliki pengaruh yang luar
biasa terhadap iklim dalam kelompok dan juga perilaku individunya. Pemimpin yang
mengerti norma kelompok dapat memanfaatkannya untuk membentuk perilaku kelompok.
Meskipun norma kelompok sudah terinternalisasi, pemimpin harus berperan aktif dalam
mengembangkan lingkungan yang mendorong disiplin diri dari karyawan. Disiplin diri
mungkin ada jika setiap anggotanya:
Mengetahui aturan-aturan
Memahami manfaatnya
Menyetujui bahwa mereka memiliki keterbatasan
Manajer harus mendiskusikan dengan jelas aturan dan kebijakan tertulis dengan
bawahannya, menjelaskan manfaat keberadaanya dan mendorong pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengannya. Atmosfir rasa saling percaya juga harus terbentuk. Manajer
harus mempercayai bahwa bawahannya mampu dan secara aktif membentuk disiplin diri.
Faktor yang lain adalah kekuasaan formal harus digunakan sebaik-baiknya. Jika disiplin
formal diterapkan secara cepat dan luas, bawahan tidak punya kesempatan untuk
membentuk disiplin diri.
Aturan yang adil dan efektif
McGregor (1967) mengembangkan empat aturan untuk membuat aturan-aturan adil dan
menumbuhkan produktifitas. Aturan ini disebut dengan Hot Stove Rules karena dapat hal
tersebut dapat diterapkan pada orang yang menyentuh tungku panas (hot stove):
Setiap karyawan harus diperingatkan sebelumnya jika dia menyentuh tungku yang panas
(melanggar aturan), mereka akan terbakar (dihukum atau didisiplinkan). Mereka harus
mengetahui aturan sebelumnya dan tahu hukumannya.
Jika seseorang menyentuh tungku panas (melanggar aturan), mereka akan segera
menanggung konsekuensinya (terbakar). Semua disiplin harus diterapkan segera.
-
7/23/2019 Audit Kpwt
9/20
Jika seseorang menyentuh tungku panas lagi, mereka akan terbakar lagi.Oleh karena itu
ada konsistensi; setiap kali aturan dilanggar, ada konsekuensi segera dan konsisten
Jika ada orang lain menyentuh tungku panas, dia juga akan terbakar. Disiplin harus tidak
pandang bulu, dan setiap orang harus diperlakukan dengan tindakan yang sama ketikamelanggar aturan.
Karyawan bermasalahKaryawan bermasalah adalah orang yang melakukan pelanggaran kronis, atau berperilaku
yang membutuhkan intervensi disiplin. Terdapat banyak karyawan bermasalah, dalam hal ini
akan disampaikan beberapa saja.
Salah satu karyawan bermasalah adalah rogue nurse (perawat penjahat) adalah suatu yang
berkaitan dengan pola praktik yang membahayakan pasien. Misalnya memberikan
pelayanan tidak berkualitas, tidak tuntas, tidak sesuai standar. Perawat penjahat ini juga
cenderung melakukan tindakan criminal yang membahayakan pasien. Karyawan tipe ini
harus diatasi dengan tegas dan segera, pemecatan disarankan jika sampai membahayakan
pasien. Biasanya teman sejawat melaporkan perawat penjahat ini. Oleh karena itu setiap
laporan yang masuh harus dipelajari.
Tipe yang lain adalah disruptive super-achiever (orang hebat pengganggu). Walaupun
mereka sangat produktif tapi selalu mengganggu unit fungsional melalui gaya interaksi
interpersonalnya, intimidasi dan pemarah. Russel (1989) mengidentifikasi karakterdisruptive
super-achiever. Tipe yang paling umum adalah Bulls atau a-Bomb. Mereka yakin bahwa
hanya pikiran-pikiran, keyakinan, gagasan, dan cara kerjanya yang mungkin dilakukan.
Interaksinya biasanya mengutuk, kasar, mengintimidasi dan selalu berlebih-lebihan
biasanya diarahkan pada mereka yang kurang percaya diri atau tidak asertif. Perilaku tanpa
henti ini membuat orang lain membiarkannya disamping juga pertimbangannya lebih baik.
Hal pertama yang harus disadari oleh manajer terhadap karyawan tipe ini adalah bahwa
perlilakunya tidak akan begitu saja hilang. Manajer harus menegur secara tenang dan
asertif. Batasan harus diberikan beseta konsekuensinya jika terus melakukan hal itu, tidak
perlu harus buang waktu dan ego untuk berperang dengannya hanya untuk membuktikan
siapa yang berkuasa.
Tipe yang lain adalah killer angels (malaikat pembunuh). Mereka memiliki tujuan yang sama
dengan Bulls dan a-Bomb tetapi mencapai tujuannya dengan cara yang kurang berisiko.
Killer angels umumnyapasif-agresifdalam berinteraksi dan menggunakan perangkap yang
-
7/23/2019 Audit Kpwt
10/20
terpilih dan komentar menghina yang menjatuhkan orang lain. Untuk menunjukkan
superioritasnya mereka killer angels keluar dari jalan mereka untuk membuat orang lain
terlihat buruk. Kadang intervensi yang dibutuhkan oleh manajer hanyalah
mengkonfrontasikan perilakunya secara terbuka. Killer angels sering mengalah ketika
perilakunya dikonfrontasikan karena ketidaksukaannya terhadap kebingunan social. Jika
strategi ini berhasil, manajer harus menerpkan disiplin secara tegas untuk menghentikan
perilakunya.
Disiplin sebagai suatu tindakan progresif
Empat langkah progresif untuk menghadapi perlawanan karyawan yang sama:
Langkah pertama adalah informal reprimand (teguran informal) atau teguran lesan.
Termasuk diantaranya adalah mengadakan pertemuan informal antara manajer dengan
karyawan. Manajer dapat memberikan saran-saran untuk dapat mengubah perilakunya agar
tidak melanggar aturan lagi
Langkah kedua adalah formal reprimand (teguran formal). Jika aturan tetap dilanggar
setelah diberikan teguran lesan, manajer dapat memberikan bentuk yang lebih formal
dengan tulian resmi. Teguran ini jelas tertulis aturan mana yang telah dilanggar oleh
karyawan tersebut. Juga tertulis referensi yang harus dilakukan dan rencana perbaikannya.
Baik manajer dan karyawan harus menandatangani teguran formal ini.
Langkah ketiga biasanya berupa pembebasan dari tugas. Biasanya disarankan cuti
sementara. Cuti sementara ini seharusnya tanpa dibayar.
Langkah keempat penegakan disiplin progresif adalah penghentian sukarela atau
mengundurkan diri atau pension.
Strategi disiplin untuk perawat manajerPenting bagi perawat manajer untuk mengetahui kekuasaannya dalam mengevaluasi atau
memperbaiki perilaku karyawan. Karena pekerjaan sangat penting bagi seseorang, tindikan
disiplin sebaiknya jangan jangan dipandang sepele.
Langkah pertama manajer adalah inverstigasi sedalam-dalamnya atas segala situasi yang
mengarahkan seorang karayawan terkena tindakan disiplin. Supervisor harus
menginvestigasi tuduhan-tuduhan meskipun hal tersebut hanya surat kaleng (laporan tanpa
nama).
-
7/23/2019 Audit Kpwt
11/20
Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah:
1. Apakah aturan sudah jelas?
2. Apakah karyawan tahu kalau dia melanggar aturan?
3. Adakah perbedaan kultur yang menyebabkan pelanggaran aturan?4. Apakah karyawan telah terlibat sebelumnya?
5. Sudahkah dia mendapatkan tindakan disiplin sebelumnya?
6. Apa reaksinya terhadap tindakan untuk membetulkannya?
7. Seberapa serius potensi masalah sekarang?
8. Siapa lagi yang terlibat dalam situasi tersebut?
9. Apakah karyawan ini punya sejarah berkaitan dengan masalah itu?
10. Bagaimana kualitas kerja karyawan tersebut?
11. Pernahkah orang lain melakukan hal serupa?
12. Bagaimana mereka didisiplinkan?
13. Adakah masalah dengan aturan dan kebijakannya?
14. Adakah keruwetan tertentu yang menyebabkan munculnya situasi tersebut?
15. Tindakan disiplin atau kebijakan apa yang disarankan organisasi?
16. Akankah tindakan tersebut menjamin dari kekambuhan?
Manajer yang bijak akan menanyakan kata-kata tersebut sehingga keputusan yang adil
betul-betul telah diberikan. Strategi yang lain yang harus dilakukan adalah selalu
berkonsultasi dengan atasan yang lain atau manajer SDM.
Performance deficiency coaching. Performance deficiency coaching adalah strategi lain
yang dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang disiplin. Tipe coaching
dapat dilakukan problem-centered oriented atau ongoing coaching. Problem-centered
orientedmembutuhkan perencanaan dari manajer ongoing coaching. Dalam performance
deficiency coaching, manajer secara aktif membawa perilaku yang tidak dapat diterima
menjadi perhatian karyawan yang bersangkutan dan bekerja bersamanya untuk
memperbaiki membetulkan kekurangannya.
Disciplinary conference. Jika coachingtidak berhasil memperbaiki perilaku, manajer harus
mengambil tindakan yang lebih agresif. Langkah untuk konferensi disiplin sebagai berikut:
menyatakan permasalahan secara jelas
menanyakan pada karyawan mengapa tidak ada kemajuan
menjelaskan langkah disiplin yang sedang dilakukan
menggambarkan perubahan perilaku yang diinginkan
-
7/23/2019 Audit Kpwt
12/20
membuat perjanjian.
Termination conference. Suatu ketika konferensi disiplin dapat menjadi konferensi terminasi.
Langkah-langkah dalam konferensi terminasi:
Nyatakan secara tenang situasinya, jelaskan alasannya untuk melakukan terminasi
Jelskan proses terminasi, tanggal dan peran karyawan dalam proses
Tanyakan masukan dari karyawan, respon secara tenang dan terbuka
Akhiri pertemuan dengan catatan positif.
Penilaian Kinerja
1. Prinsip-Prinsip PenilaianMenurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada
standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati (Romber, 1986
dikutip Gill ies, 1996). Karena diskripsi kerja dan standar pelaksanaan kerja disajikan ke
pegawai selama masa orientasi sebagai tujuan yang harus diusahakan, pelaksanaan kerja
sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran yang sama.
Contoh tingkah laku perawat yang cukup representanif sebaiknya diamati dalam
rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi
tingkah laku umum atau tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanaan
kerja, dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga
baik perawat maupun sepervisor dapat mendiskusikan evauasi dan kerangka kerja yang
sama.
Dalam penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya menunjukkan segi-
segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
Supervisor sebaiknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingkah laku yang
memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-dasarkomentar yang bersifat evaluatif. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area
-
7/23/2019 Audit Kpwt
13/20
mana yang akan diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan
pelaksanaan kerja.
Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perawat dan
manajer, diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya. Baiklaporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun dengan terencana sehingga
perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985).
Seorang pegawai dapat bertahan dari kecaman seorang manajer yang mempertimbangkan
perasaannya serta menawarkan bantuan untuk meningkatkan pelaksanaan kerjanya.
2. Manfaat Yang Dapat Dicapai Dalam Penilian KerjaManfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi 6, yaitu:
Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka
pencapaian tujuan pelayanan RS.
Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya
dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang
lebih tepat guna. Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk
pengembangan pelayanan keperawatan di masa depan.
Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan
gajinya atau sistem imbalan yang baik.
Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya
tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog,
sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Dengan manfaat tersebut di atas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta
tanggung jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan
yang lebih baik. Sedangkan bagi karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya
-
7/23/2019 Audit Kpwt
14/20
serta motivasi dan sikap yang kurang baik maka perlu diberikan pembinaan berupa teguran
atau konseling oleh atasannya langsung.
3. Proses Kegiatan Penilaian KerjaPenilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atas individu
karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan
Proses penilaian kerja meliputi:
Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf keperawatan.
Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah perumusan tersebut
dapat memberikan kontribusi berupa hasil.
Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk
kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang telah
ditetapkan. Melakukan monitoring, koreksi, dan memberikan kesempatan serta bantuan
yang diperlukan oleh stafnya.
Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai dengan
standar atau tolok ukur yang telah ditetapkan.
Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai. Dalam proses pemberian
umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara untuk memperbaiki
kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan prestasi pada periode berikutnya.
4. Alat UkurBermacam-macam alat ukur telah digunakan dalam penelitian pelaksanaan kerja
keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang untuk mengurangi bias,
meningkatkan objektivitas serta menjamin keabsahan dan ketahanan. Setiap supervisor
menunjukkan beberapa tingkatan bias dalam evaluasi kerja bawahan. Beberapa supervisor
biasanya menilai pelaksanaan kerja perawat laki-laki terlalu tinggi dan beberapa supervisor
yang lain biasanya juga meremehkan pelaksanaan kerja perawat asing. Beberapa
diantaranya menaksir terlalu tinggi pengetahuan dan ketrampilan dan setiap perawat itu
sangat menarik, termasuk juga dalam hal kerapian dan kesopanan.
Objektivitas, yaitu kemampuan untuk mengalihkan diri sendiri secara emosional darisuatu keadaan untuk mempertimbangkan fakta tanpa adanya penyimpangan oleh perasaan
-
7/23/2019 Audit Kpwt
15/20
pribadi. Keabsahan diartikan sebagai tingkatan alat mengukur pokok isi serta apa yang
harus diukur. Alat pengukur yang digunakan dalam menilai pelaksanaan kerja dan tugas-
tugas yang ada dalam diskripsi kerja dan kepala perawat perlu dirinci satu demi satu dan
dilaksanakan secara akurat.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan ada lima yaitu;
laporan tanggapan bebas, pengurutan yang sederhana, checklist pelaksanaan kerja,
penilaian grafik, dan perbandingan pilihan yang dibuat-buat (Henderson, 1984).
Laporan tanggapan bebas. Pemimpin atau atasan diminta memberikan komentar
tentang kualitas pelaksanaan kerja bawahan dalam jangka waktu tertentu. Karena tidak
adanya petunjuk yang harus dievaluasi, sehingga penilaian cenderung menjadi tidak sah.
Alat ini kurang objektif karena mengabaikan satu atau lebih aspek penting, dimana penilaian
hanya berfokus pada salah satu aspek.
Checklist pelaksanaan kerja. Checklist terdiri dan daftar kriteria pelaksanaan kerja
untuk tugas yang paling penting dalam diskripsi kerja karyawan, dengan lampiran formulir
dimana penilai dapat menyatakan apakah bawahan dapat memperlihatkan tingkah laku
yang diinginkan atau tidak.
5. Standar II (Instrumen Penilaian Kerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan Kepada Klien)Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar
praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2000) yang
mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa
keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
Standar I: pengkajian keperawatan. Perawat mengumpulkan data tentang status
kesehatan kilen secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi: Pengumpulan data dilakukan dengan cara
anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik serta dan pemeriksaan penunjang. Sumber data
adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan
lain. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: Status kesehatan klien
masa lalu. Status kesehatan klien saat ini. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual. Respon
-
7/23/2019 Audit Kpwt
16/20
terhadap terapi. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal. Resiko-resiko tinggi
masalah.
Standar II: diagnosa keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian untuk
merumuskan diagnosis keperawatan. Kriteria proses meliputi: Proses diagnosis terdiri darianalisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala (S),
atau terdiri dan masalah dan penyebab (PE). Bkerjasama dengan klien, dan petugas
kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. Mlakukan pengkajian ulang dan
merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
Sandar III: erencanaan keperawatan. Prawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan peningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya, meliputi:
Perencanaan terdiri dan penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan
keperawatan. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
Mendokumentasi rencana keperawatan.
Standar IV: Implementasi. Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah
diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi: Bekerjasamadengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. Memberikan
pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, ketrampilan asuhan din serta
membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan. Mengkaji ulang dan merevisi
pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
Standar V: evaluasi keperawatan. Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap
tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah: Menyusun perencanaan evaluasi hasil dan intervensi
secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
-
7/23/2019 Audit Kpwt
17/20
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan
menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan
yang diinginkan ada kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai. Standar
pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang
diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien
(Gillies, 1989).
6. Masalah Dalam Penilaian Pelaksanaan Kerja
Dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat sering ditemukan berbagai
permasalahan antara lain (Gillies, 1996):
Pengaruh haloeffect. Pengaruh halo effectadalah tendensi untuk menilai pelaksanaan kerja
bawahannya terlalu tinggi karena salah satu alasan. Misalnya pegawai yang dekat dengan
penilai keluarga dekat akan mendapat nilai yang tinggi dan sebaliknya pegawai yang sering
menyatakan pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat penilai akan mendapat nilai yang
rendah.
Pengaruh horn. Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah
dan pelaksanaan kerja yang sebenarnya karena alasan-alasan tertentu. Seorang pegawaiyang pelaksanaan kerja di atas tingkat rata-rata sepanjang tahun sebelumnya namun dalam
beberapa hari penilaian pelaksanaan kerja tahunannya telah melakukan kesalahan terhadap
perawatan pasien atau supervisi pegawai, cenderung menerima penilaian lebih rendah
daripada penilaian sebenarnya.
PENUTUP
Soal Latihan:
Kerjakan soal latihan berikut segera setelah Anda membaca akhir bab ini. Bandingkan
dengan kunci yang disediakan. Cobalah untuk tidak melihat kunci terlebih dulu.
Jelaskan tahapan pengendalian kualitas sebagai proses, berikan contoh konkritnya!
Jelaskan urutan strategi penegakan disiplin.
-
7/23/2019 Audit Kpwt
18/20
Susunlah suatu instrumen penilaian kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
Umpan Balik
Pengendalian sebagai suatu proses berarti suatu tahapan yang saling berkaitan dan
berurutan.
Proses penegakan disiplin dimulai dari yang paling ringan sampai penghentian dari
pekerjaannya, meskipun demikian karena pekerjaan adalah penting untuk setiap orang,
perlu tindakan yang bijaksana
Instrumen penilaian asuhan keperawatan harus mengacu pada standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan organisasi profesi PPNI.
Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan kuliah ini, silakan Anda menyusun suatu program pengendalian
terhadap suatu pelayanan kesehatan. Misalnya pencegahan infeksi nosokomial, Bekerja
yang menyenangkan, Membangkitkan rasa kepemilikan dsb.
Kunci:
Menyusun standar, mengidentifikasi informasi yang relevan, menentukan cara
mengumpulkan informasi, menganalisis, membandingkan dengan standar, memberikan
penilaian, memberikan koreksi, reevaluasi.
penelitian mendalam, teguran lesan, teguran tulisan, coaching, konferensi disiplin dan
konferensi terminasi.
Instrumen dapat diukur dan obyektif
-
7/23/2019 Audit Kpwt
19/20
Referensi
Adhitama, TY. 2004. Manajemen administrasi rumah sakit. Edisi kedua. Jakarta: UI Press.
371 hal.
Ellis, JR., and Hartley, CL. 1999. Managing and coordinating nursing care. 3rd Ed.
Philadelphia: Lippincott. 378 pp.
Gillies, DA. 1994. Nursing management: a system approach. 3rd Ed. Philadelphia: WB
Saunders. 625 pp.
Marquis, BL and Huston, CJ. 1998. Management decision making for nurses: 124 case
studies. 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott. 470 pp.
_______________________. 2002. Leadership roles and management functions in
nursing: theory and application. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott. 651 pp.
Nursalam. 2002. Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional.
Jakarta: Salemba Medika. 314 hal.
Senarai
Benchmarking, proses mengambil standar yang sudah diterapkan di tempat yang sudahbaik
Cost-effective, efektif secara finansial, bukan pemborosan
Coaching , Pelatihan
Best practice, suatu cara menyusun standar oleh para pakar dengan cara mendaftar standar
dari unit pelayanan yang ada kemudian direviu dan disusun lagi oleh pakar. Biasanya
dilakukan oleh pemerintah.
Empowerment, pemberdayaan
-
7/23/2019 Audit Kpwt
20/20
Haloeffect, penilaian melebihi dari kenyataan karena hubungan kedekatan
Horn, penilaian lebih rendah dari sebenarnya karena alasan tertentu
Kontinum, rentang
Performance, penampilan kerja