Audit Kinerja Sektor Publik

31
PENDAHULUAN Selama ini, sebagian besar pengauditan pada sektor publik yang dilakukan terbatas pada pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kepatuhan. Pemeriksaan keuangand ifokuskan pada sesuatu yang berhubungan dengan validitas dan kewajaran laporan keuangan. Lain halnya dengan pemeriksaan kepatuhan yang erat kaitannya dengan penegndalian internal. Dalam sektor publik sangat diperlukan hal yang disebut dengan transparansi dan akuntabilitas publik. Hal ini berkaitan dengan peran pemerintah sebagai pelayan publik, yang harus mengungkapkan semua hal yang telah mereka kerjakan selama ini, kinerja sangat berhubungan erat dengan penilaian apakah pemerintah sudah berhasil menjalankan dan mendalami tugasnya atau tidak. Pengauditan kinerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa suatu program, aktivitas, fungsi atau organisasi telah dikelola secara ekonomis,efisien, dan efektif sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Audit kerja merupakan perluasan dari Audit Keuangan yang biasa dilakukan oleh organisasi, baik sektor publik maupun bisnis. Dilihat dari proses dan teknik pengauditan, pada dasarnya tidak terdapat perbedaan mendasar antara audit keuangan dan audit kinerja. Audit kinerja yaitu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi, atau aktivitas/kegiatan. Dilakukan perbandingan antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tabel Perbedaan Audit Keuangan dan Audit Kinerja Audit Keuangan Audit Kinerja Objek Audit : Laporan Keuangan Objek Audit : Organisasi, program, aktivitas/kegiatan, atau fungsi Menguji kewajaran laporan Menguji tingkat ekonomi,

Transcript of Audit Kinerja Sektor Publik

PENDAHULUAN

Selama ini, sebagian besar pengauditan pada sektor publik yang dilakukan terbatas pada pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kepatuhan. Pemeriksaan keuangand ifokuskan pada sesuatu yang berhubungan dengan validitas dan kewajaran laporan keuangan. Lain halnya dengan pemeriksaan kepatuhan yang erat kaitannya dengan penegndalian internal. Dalam sektor publik sangat diperlukan hal yang disebut dengan transparansi dan akuntabilitas publik. Hal ini berkaitan dengan peran pemerintah sebagai pelayan publik, yang harus mengungkapkan semua hal yang telah mereka kerjakan selama ini, kinerja sangat berhubungan erat dengan penilaian apakah pemerintah sudah berhasil menjalankan dan mendalami tugasnya atau tidak.

Pengauditan kinerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa suatu program, aktivitas, fungsi atau organisasi telah dikelola secara ekonomis,efisien, dan efektif sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Audit kerja merupakan perluasan dari Audit Keuangan yang biasa dilakukan oleh organisasi, baik sektor publik maupun bisnis. Dilihat dari proses dan teknik pengauditan, pada dasarnya tidak terdapat perbedaan mendasar antara audit keuangan dan audit kinerja. Audit kinerja yaitu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi, atau aktivitas/kegiatan. Dilakukan perbandingan antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.Tabel Perbedaan Audit Keuangan dan Audit Kinerja

Audit KeuanganAudit Kinerja

Objek Audit : Laporan KeuanganObjek Audit : Organisasi, program, aktivitas/kegiatan, atau fungsi

Menguji kewajaran laporan keuangan dari salah saji material dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umumMenguji tingkat ekonomi, efisiensi dan efektivitas dalma penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan

Lebih bersifat kuantitatif-keuanganLebih bersifat kualitatif

Tidak terlalu analitisSangat analitis

Tidak menggunakan indikator kinerja, standar , dan target kinerjaMembutuhkan indikator, standar dan target kinerja untuk mengukur kinerja

Biasanya tidak mempertimbangkan analisis biaya-manfaatBiasanya mempertimbangkan analisis biaya-manfaat

Waktu pelaksanaan audit tertentuAudit bisa dilaksanakan sewaktu-waktu

Audit dilakukan untuk keuangan masa laluMempertimbangkan masa lalu dan masa depan

Tidak dimaksudkan untuk membantu melakukan alokasi sumber daya secara optimalDimaksudkan untuk memperbaiki alokasi sumber daya secara optimal dan memperbaiki kinerja

AUDIT KINERJA

1. Manfaat Audit Kinerja

a) Peningkatan Kinerja

Mengidentifikasi Masalah dan Alternatif Penyelesaiannya Auditor sebagai pihak independen dapat memberi pandangan kepada manajemen untuk melihat permasalahan secara lebih detail dari sisi operasional.

Mengidentifikasi Sebab-sebab Aktual dari Suatu Masalah Yang Dapat Dihadapi oleh Kebijaksanaan Manajemen atau Tindakan Lainnya.

Mengidentifikasi Peluang dan Kemungkinan untuk Mengatasi Keborosan dan Ketidakefisienan.

Mengidentifikasi Kriteria untuk Menilai Pencapaian Tujuan Organisasi Pada situasi tertentu, kriteria tidak ada

Melakukan Evaluasi atas Sistem Pengendalian Internal Auditor harus menentukan apakah mekanisme telah menyediakan informasi tentang efektivan operasional

Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut.

Melaporkan Ketidakberesan

b) Peningkatan Akuntabilitas Publik

Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentukbentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi yang baik perlu diperhatikan.

2. Tujuan Audit Kinerja

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa audit kinerja mencakup tujuan yang luas dan bervariasi, termasuk tujuan yang berkaitan dengan penilaian hasil dan efektivitas program, ekonomi dan efisiensi, pengendalian internal, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bagaimana cara untuk meningkatkan efektivitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dasar dari audit kinerja ialah menilai suatu kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan atas audit laporan keuangan atas prosedur dan tujuan.

3. Jenis Audit Kinerja

Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi dan audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau operational audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.

a) Audit Ekonomi

Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

b) Audit Efisiensi

Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.

c) Audit Efektifitas

Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya. Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis, apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.

4. Standar Audit KinerjaStandar audit terdiri dari tiga yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan audit kinerja dan standar pelaporan auditor kinerja

1) Standar Umum

Standar umum audit sebagai berikut

a. Staf ditugasi melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan

b. Dalam smeua hal yang ebrkaitan dengan pekerjaa audit, organisasi atau lembaga audit dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan publik harus independen, bebas dari gangguan independensi, baik yang bersifat pribadi maupun dari luar pribadinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan penampilan yang independen

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama

d. Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP harus memiliki sistem pengendalian internal yang memadai. Sistem tersebut harus ditinjau oleh pihak lain yang kompoten

2) Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja

a. Perencanaan

b. Supervisi

c. Kepatuhan terhadap aturan perundang-undangan

d. Penegndalian manajemen

3) Standar Pelaporan Audit Kinerja

a. Bentuk

b. Ketepatan waktu

c. Isi laporan

d. Penyajian Laporan Keuangan

e. Distribusi Laporan

5. Tahap Prosedur AuditAplikasi dari standar umum yang telah dijelaskan dalam standar tersebut yang biasa disebut dnegan prosedur audit. Secara umum prosedur audit ini dibagi menajadi beberapa tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap pelaporan. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut.PerencanaanSebelum melaksanakan berbagai prosedur pemeriksaan, terlebih dahulu yang kita lakukan adalah perencanaan. Merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mendefinisikan tujuan pemeriksaan, dan lingkup serta metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut. Prosedur pemeriksaan adalah langkah-langkah pemeriksaan dan cara-cara pengujian yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Dalam merencanakan suatu pemeriksaan kinerja, pemeriksa harus:

Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna laporan hasil pemeriksaan

Memperoleh suatu pemahaman mengenai program yang

Mempertimbangkan pengendalian intern

Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud), dan ketidakpatutan (abuse)

Mengidentifikasikan kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang harus diperiksa

Mengidentifikasikan temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan dari pemeriksaan terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus menentukan apakah manajemen sudah memperbaiki kondisi yang menyebabkan temuan tersebut dan sudah melaksanakan rekomendasinya. Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksa lain dan ahli lainnya dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk

Melaksanakan pemeriksaan

Mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang terkait

Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulisa. Pemahaman Program yang Diperiksa

Pemeriksa harus memahami program yang diperiksa untuk menilai signifikansi berbagai tujuan pemeriksaan dan kemungkinan pencapaian tujuan tersebut. Pemahaman pemeriksa dapat diperoleh dari pengetahuan yang telah dimilikinya mengenai program tersebut maupun diperoleh dari pengumpulan informasi serta pengamatan yang dilakukan dalam perencanaan pemeriksaan. Luas dan dalamnya pengumpulan informasi akan bervariasi tergantung pada tujuan pemeriksaan dan kebutuhan untuk memahami aspek masing-masing program, seperti berikut:

1. Peraturan perundang-undangan: Program pemerintah biasanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan terikat pada peraturan perundang-undangan yang lebih spesifik. Sebagai contoh, peraturan perundang-undangan biasanya menetapkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, bagaimana cara mengerjakan, bagaimana mencapai tujuan, kelompok masyarakat yang memperoleh manfaat, dan berapa banyak biaya yang dapat dikeluarkan serta untuk apa saja biaya tersebut dikeluarkan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap landasan hukum yang mendasari suatu program menjadi hal yang penting dalam memahami program itu. Pemahaman tersebut merupakan langkah penting dalam mengidentifikasikan peraturan perundang-undangan yang penting untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

2. Maksud dan tujuan dilaksanakannya program sebagai kriteria untuk menilai kinerja suatu program.

3. Input yang digunakan dalam suatu program dapat diperoleh dari dalamatau dari luar entitas yang melaksanakan program tersebut. Pengukuran input dapat memiliki berbagai dimensi, seperti biaya, waktu dan kualitas. Contoh pengukuran input adalah satuan nilai uang, jam kerja pegawai, dan meter persegi ruang bangunan.

4. Operasi program yang digunakan oleh entitas yang diperiksa dalam rangka mengubah input menjadi output.

5. Output berupa hasil/pencapaian segera setelah proses/operasi program berakhir. Contoh ukuran output adalah tonase limbah yang telah diolah, jumlah lulusan, jumlah lulusan yang memenuhi persyaratan prestasi tertentu.

6. Outcome sebagai efek lanjutan dari tercapainya output dapat berkisar dari yang sifatnya jangka pendek sampai yang sifatnya jangka panjang. Sebagai contoh, outcome yang segera dapat dilihat dari suatu program pelatihan tenaga kerja dan indikator efektivitas program adalah jumlah lulusan peserta program yang berhasil memperoleh pekerjaan. Outcome jangka panjang program dan pengujian efektivitasnya tergantung pada apakah lulusan peserta program mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk tetap dipekerjakan, dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program tersebut. Outcome dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, ekonomi, fisik, atau teknologi yang merupakan faktor dari luar program. Pemeriksa dapat menggunakan pendekatan yang diambil dari bidang evaluasi program untuk memisahkan dampak program dari pengaruh lain di luar program.7. Pengendalian Intern: Pengendalian intern, yang juga sering disebut pengendalian manajemen, dalam pengertian yang paling luas mencakup lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengendalian intern melekat pada setiap proses antara lain perencanaan, pengorganisasian, maupun operasional program. Pengendalian intern juga berfungsi sebagai lini depan untuk menjaga aktiva dan mendeteksi terjadinya kesalahan, kecurangan, penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Mempertimbangkan Pengendalian Intern

Perubahan baik di lembaga perwakilan, Pemerintah, dan entitas lainnya mempengaruhi kesinambungan pengelolaan keuangan sehingga dituntut adanya pengendalian intern yang lebih efektif. Pemeriksa harus mempunyai pemahaman mengenai signifikansi pengendalian intern terhadap tujuan pemeriksaan dan harus mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur pengendalian intern telah dirancang dan diterapkan secara tepat. Pemeriksa harus juga mempertimbangkan perlunya perencanaan untuk memodifikasi sifat, waktu, atau perluasan prosedur-prosedur pemeriksaan yang didasarkan kepada efektivitas pengendalian intern. Untuk itu, pemeriksa harus juga memasukkan pengujian-pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern dalam prosedur-prosedur pemeriksaannya dan mempertimbangkan hasil-hasil dari prosedur-prosedur pemeriksaan yangdirancang. Entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk merancang pengendalian intern yang memadai dan menerapkannya secara efektif. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tujuan-tujuan pengendalian intern yang diharapkan dapat membantu pemeriksa untuk memahami pengendalian intern secara lebih baik dan dapat membantu pemeriksa untuk menentukan signifikansi pengendalian intern terhadap tujuan-tujuan pemeriksaan.

1. Efektivitas dan efisiensi operasional program: Pengendalian terhadap operasional program mencakup kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang diterapkan oleh entitas yang diperiksa yang bisa menjamin bahwa program tersebut bisa mencapai tujuannya dan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan tidak terjadi. Pemahaman terhadap pengendalian ini dapat membantu pemeriksa untuk memahami juga operasional program yang mengubah input menjadi output.

2. Validitas dan keandalan data: Pengendalian terhadap validitas dan keandalan data mencakup kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh entitas yang diperiksa yang bisa menjamin bahwa data yang valid dan andal bisa diperoleh, disimpan, dan dinyatakan secara wajar dalam laporan. Pengendalian tersebut bisa membantu manajemen bahwa data tersebut bisa menjadi informasi yang valid dan andal mengenai apakah program telah beroperasi secara tepat. Pemahaman terhadap pengendalian ini akan membantu pemeriksa untuk menilai risiko validitas dan keandalan data yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa dan untuk merancang pengujian-pengujian terhadap data tersebut.

3. Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan: Pengendalian terhadap ketaatan pada kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang diterapkan oleh entitas yang diperiksa yang bisa menjamin bahwa implementasi program telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemahaman terhadap pengendalian ketaatan ini akan membantu pemeriksa dalam menilai risiko terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Pengamanan sumber daya: Pengendalian atas pengamanan sumber daya meliputi kebijakan dan prosedur yang telah dilaksanakan oleh manajemen untuk memastikan bahwa sumber daya diamankan secara memadai dari pemborosan, kehilangan, dan penyalahgunaan. Pemahaman atas pengendalian ini dapat membantu pemeriksa merencanakan pemeriksaan kehematan dan efisiensi.

Pemeriksa dapat memperoleh pemahaman atas pengendalian intern melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dokumen dan catatan, atau mereviu laporan pihak lain. Prosedur yang dilakukan oleh pemeriksa untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern akan bervariasi, antara pemeriksa yang satu dan yang lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi luasnya prosedur ini adalah pengetahuan pemeriksa mengenai pengendalian intern yang diperoleh dalam pemeriksaan sebelumnya. Demikian pula, kebutuhan untuk memahami pengendalian intern, akan tergantung pada aspek tertentu dari program yang ditangani oleh pemeriksa dalam menetapkan tujuan dan lingkup pemeriksaan, serta metodologinya

Apabila pengendalian intern mempunyai pengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus merencanakan untuk mendapatkan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung pertimbangan mengenai pengendalian tersebut. Berikut ini adalah contoh-contoh keadaan dimana pengendalian intern dapat berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan pemeriksaan.

1. Dalam menentukan penyebab kinerja yang tidak memuaskan, pemeriksa bisa mempertimbangkan bahwa kinerja yang tidak memuaskan tersebut, bisa disebabkan oleh kelemahan dalam pengendalian intern.

2. Pada saat menilai validitas dan keandalan ukuran kinerja yang dikembangkan oleh entitas yang diperiksa, efektivitas pengendalian intern atas pengumpulan, pengikhtisaran dan pelaporan data akan membantu meyakinkan bahwa ukuran-ukuran kinerja tersebut telah valid dan dapat diandalkan.

Pengawasan intern adalah bagian yang penting dalam pengendalian internal. Apabila diperlukan suatu penilaian terhadap pengendalian intern, pekerjaan pengawas intern dapat dimanfaatkan untuk membantu memberikan keyakinan yang memadai bahwa pengendalian intern telah dirancang secara memadai dan telah diterapkan secara efektif, dan untuk mencegah terjadinya tumpang tindih pekerjaan.

c. Merancang Pemeriksaan untuk Mendeteksi Terjadinya Penyimpangan dari Ketentuan Peraturan Perundang-undangan;Kecurangan (fraud); dan Ketidakpatutan (abuse)

Apabila ketentuan peraturan perundang-undangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus merancang metodologi dan prosedur pemeriksaan sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi penyimpangan yang dapat membawa pengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan, dan harus memperhitungkan risiko bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kecurangan maupun penyalahgunaan wewenang dapat terjadi. Berdasarkan penilaian risiko tersebut, pemeriksa harus merancang dan melaksanakan prosedur yang dapat memberikan keyakinan yang memadai mengenai hal-hal yang menyangkut penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, serta ketidakpatutan. Untuk itu pemeriksa juga harus menyiapkan dokumentasi pemeriksaan mengenai penilaian risiko tersebut.Tidak praktis bagi pemeriksa untuk menetapkan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan berpengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan. Hal ini disebabkan program pemerintah sangat dipengaruhi oleh berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan dan tujuan pemeriksaan sangat beragam. Walaupun begitu pemeriksa dapat menggunakan pendekatan berikut ini:1. Ubah setiap tujuan pemeriksaan menjadi beberapa pertanyaan tentang aspek tertentu dari program yang diperiksa (tujuan, pengendalian intern, kegiatan, operasi, output, outcome)2. Identifikasikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan aspek tertentu yang menjadi bahan pertanyaan tadi.3. Tentukan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi jawaban pemeriksa atas pertanyaan tadi. Jika benar maka ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut mungkin signifikan bagi tujuan pemeriksaan.Pemeriksa dapat mengandalkan pekerjaan penasihat hukum dalam hal

a. Menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan terhadap tujuan pemeriksaan,

b. Merancang pengujian untuk menilai kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,dan

c. Mengevaluasi hasil pengujian tersebut.

Pemeriksa juga dapat mengandalkan hasil kerja penasihat hukum, apabila tujuan pemeriksaan mensyaratkan adanya pengujian untuk menilai kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam keadaan tertentu, pemeriksa juga dapat memperoleh informasi mengenai masalah kepatuhan dari pihak lain, seperti aparat yang melakukan investigasi, organisasi pemeriksa atau entitas pemerintah lain yang memberikan bantuan kepada entitas yang diperiksa, atau pihak yang berwenang. Dalam merencanakan pengujian untuk menilai kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, pemeriksa harus menilai risiko kemungkinan terjadinya penyimpangan. Risiko tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti rumitnya ketentuan peraturan perundang- undangan atau karena ketentuan peraturan perundang-undangan masih baru. Penilaian pemeriksa terhadap risiko tersebut mencakup pertimbangan apakah entitas mempunyai sistem pengendalian yang efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila pemeriksa memperoleh bukti yang cukup mengenai efektivitas pengendalian tersebut, maka pemeriksa dapat mengurangi luasnya pengujian atas kepatuhan.Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus mendiskusikan risiko terjadinya kecurangan yang potensial, dengan memperhatikan faktor-faktor terjadinya kecurangan seperti keinginan atau tekanan yang dialami seseorang untuk melakukan kecurangan, kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan, dan alasan atau sifat seseorang yang dapat menyebabkan dilakukannya kecurangan. Pemeriksa harus mengumpulkan dan menilai informasi untuk mengidentifikasi risiko terjadinya kecurangan yang mungkin relevan dengan tujuan pemeriksaan atau mempengaruhi hasil pemeriksaan. Misalnya, untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor terjadinya kecurangan tersebut, pemeriksa dapat berdiskusi dengan pegawai entitas yang diperiksa atau dengan cara lainnya sehingga pemeriksa dapat menentukan kerawanan terjadinya kecurangan, kemampuan pengendalian intern untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan, atau risiko bahwa pegawai entitas yang diperiksa dapat mengabaikan pengendalian intern yang ada. Pemeriksa harus menggunakan skeptisme profesional dalam menilai risiko tersebut untuk menentukan faktor-faktor atau risiko-risiko yang secara signifikan dapat mempengaruhi pekerjaan pemeriksa apabila kecurangan terjadi atau mungkin telah terjadi. Ketika pemeriksa mengidentifikasi faktor-faktor atau risiko-risiko kecurangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi tujuan atau hasil pemeriksaan, pemeriksa harus merespon masalah tersebut dengan merancang prosedur untuk bisa memberikan keyakinan yang memadai bahwa kecurangan tersebut dapat dideteksi. Pemeriksa harus mempersiapkan dokumentasi pemeriksaan terkait dengan pengidentifikasian, penilaian dan analisis terhadap risiko terjadinya kecurangan. Pemeriksa juga harus waspada bahwa menilai risiko terjadinya kecurangan adalah suatu proses yang terus-menerus selama pelaksanaan pemeriksaan dan berkaitan tidak hanya dengan perencanaan pemeriksaan, tetapi juga dengan evaluasi atas bukti-bukti yang diperoleh selama pelaksanaan pemeriksaan.

Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau transaksi-transaksi yang berindikasi kecurangan. Apabila terdapat informasi yang menjadi perhatian pemeriksa (melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima mengenai terjadinya kecurangan, atau cara-cara yang lain) dalam mengidentifikasikan bahwa kecurangan telah terjadi, maka pemeriksa harus mempertimbangkan apakah kecurangan tersebut secara signifikan mempengaruhi tujuan pemeriksaannya. Apabila ternyata kecurangan tersebut secara signifikan mempengaruhi tujuan pemeriksaannya, maka pemeriksa harus memperluas seperlunya langkah-langkah dan prosedur pemeriksaan untuk: menentukan apakah kecurangan mungkin telah terjadi, dan apabila memang telah terjadi apakah hal tersebut mempengaruhi tujuan pemeriksaan. Pelatihan, pengalaman, dan pemahaman pemeriksa terhadap program yang diperiksa dapat memberikan suatu dasar bagi pemeriksa untuk lebih waspada bahwa beberapa tindakan yang menjadi perhatiannya bisa merupakan indikasi adanya kecurangan. Suatu tindakan bisa dikategorikan sebagai kecurangan atau tidak harus ditetapkan melalui suatu sistem peradilan dan hal ini di luar keahlian dan tanggung jawab profesional pemeriksa. Walaupun demikian, pemeriksa tetap bertanggung jawab untuk selalu waspada terhadap kelemahan-kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecurangan yang berkaitan dengan area yang diperiksa, sehingga pemeriksa bisa mengidentifikasikan indikasi-indikasi bahwa kecurangan telah terjadi. Dalam beberapa hal, kondisi-kondisi berikut ini bisa mengindikasikan risiko terjadinya kecurangan:

1. Lemahnya manajemen yang tidak bisa menerapkan pengendalian intern yang ada atau tidak bisa mengawasi proses pengendalian.

2. Pemisahan tugas yang tidak jelas, terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas pengendalian dan pengamanan sumber daya.

3. Transaksi-transaksi yang tidak lazim dan tanpa penjelasan yang memuaskan.

4. Kasus dimana pegawai cenderung menolak liburan atau menolak promosi.

5. Dokumen-dokumennya hilang atau tidak jelas, atau manajemen selalu menunda memberikan informasi tanpa alasan yang jelas.

6. Informasi yang salah atau membingungkan.

7. Pengalaman pemeriksaan atau investigasi yang lalu dengan temuan mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dipertanyakan atau bersifat kriminal.

Ketidakpatutan berbeda dengan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila ketidakpatutan terjadi, maka mungkin saja tidak ada hukum, atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang dilanggar. Dalam hal ini ketidakpatutan adalah perbuatan yang jauh berada di luar pikiran yang masuk akal atau di luar praktik-praktik yang lazim. Pemeriksa harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang dapat mengindikasikan terjadinya ketidakpatutan. Apabila informasi yang diperoleh pemeriksa (melalui prosedur pemeriksaan, pengaduan yang diterima mengenai terjadinya kecurangan, atau cara-cara yang lain) mengindikasikan telah terjadi ketidakpatutan, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah ketidakpatutan tersebut secara signifikan mempengaruhi hasil pemeriksaannya atau tidak. Apabila indikasi terjadinya ketidakpatutan memang ada dan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan secara signifikan, pemeriksa harus memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan, untuk menentukan apakah ketidakpatutan memang benar-benar terjadi, apabila memang benar-benar terjadi, maka pemeriksa harus menentukan pengaruhnya terhadap hasil pemeriksaan. Walaupun demikian, karena penentuan bahwa telah terjadinya ketidakpatutan itu bersifat subyektif, pemeriksa tidak diharapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya ketidakpatutan. Pemeriksa harus mempertimbangkan faktor kuantitatif dan kualitatif dalam membuat pertimbangan mengenai signifikan atau tidaknya ketidakpatutan yang mungkin terjadi, dan apakah pemeriksa perlu untuk memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menelusuri indikasi adanya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan, tanpa mencampuri proses investigasi atau proses hukum selanjutnya, atau kedua-duanya. Dalam kondisi tertentu, kebijakan, ketentuan peraturan perundang-undangan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan indikasi terjadinya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, atau ketidakpatutan kepada pihak yang berwenang sebelum memperluas langkah dan prosedur pemeriksaan. Pemeriksa perlu memperhatikan prosedur yang berlaku di BPK untuk melaksanakan pelaporan kepada pihak yang berwenang ini. Pemeriksa bisa juga diminta untuk meninggalkan atau menunda pekerjaan pemeriksaan berikutnya atau sebagian pekerjaan pemeriksaannya agar tidak mengganggu investigasi. Suatu pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan ini akan memberikan keyakinan yang memadai bahwa telah dilakukan deteksi atas penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau kecurangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Meskipun demikian, hal ini tidak menjamin ditemukannya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau kecurangan. Sebaliknya, dalam hal pemeriksa tidak menemukan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau kecurangan selama pemeriksaan, tidak berarti bahwa kinerja pemeriksa tidak memadai, selama pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan ini.

d. Pemberian Kriteria

Kriteria adalah standar ukuran harapan mengenai apa yang seharusnya terjadi, praktik terbaik, dan benchmarks. Kinerja dibandingkan atau dievaluasi dengan kriteria ini. Kriteria, sebagai salah satu unsur temuan pemeriksaan, memberikan suatu hubungan dalam memahami hasil pemeriksaan. Rencana pemeriksaan harus menyatakan kriteria yang akan digunakan. Dalam menentukan kriteria, pemeriksa harus menggunakan kriteria yang masuk akal, dapat dicapai, dan relevan dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus mengkomunikasikan kriteria tersebut kepada entitas yang diperiksa sebelum atau pada saat dimulainya pemeriksaan. Berikut ini adalah beberapa contoh kriteria: Maksud dan tujuan yang ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan atau yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa.

Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa.

Pendapat ahli.

Target kinerja tahun berjalan

Kinerja tahun-tahun sebelumnya.

Kinerja entitas yang sejenis.

Kinerja sektor swasta di bidang yang sama.

Praktik terbaik organisasi terkemuka.

Pertimbangan terhadap Hasil Pemeriksaan Sebelumnya Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi temuan yang secara signifikan berpengaruh terhadap tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan. Pemeriksa harus memperoleh informasi dari entitas yang diperiksa untuk mengidentifikasi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi langkah koreksi yang berkaitan dengan temuan dan rekomendasi signifikan. Misalnya, laporan hasil pemeriksaan terdahulu mengenai sistem informasi terkomputerisasi suatu entitas memuat temuan yang secara signifikan dapat terkait dengan pemeriksaan kinerja yang sedang dilaksanakan berdasarkan laporan hasil pemeriksaan terdahulu tersebut, entitas yang diperiksa dapat memanfaatkan informasi kelemahan sistem tersebut untuk memperbaiki informasi akuntansinya atau informasi lainnya yang akan digunakan oleh pemeriksa. Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan:

a. Periode yang harus dipertimbangkan,

b. Lingkup pekerjaan pemeriksa yang diperlukan untuk memahami tindak lanjut temuan signifikan yang mempengaruhi pemeriksaan, dan

c. Pengaruhnya terhadap penilaian risiko dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan.

Perhatian secara terus menerus terhadap temuan-temuan signifikan beserta rekomendasinya merupakan hal yang penting untuk meyakinkan bahwa pekerjaan pemeriksaan telah memberikan manfaat. Pada akhirnya, manfaat yang didapat dari adanya pemeriksaan terlihat apabila entitas yang diperiksa mengambil langkah perbaikan yang berarti dan efektif sebagai respon terhadap hasil pemeriksaan.

Besarnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen tidak memiliki cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Perhatian secara terus-menerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjaminterwujudnya manfaat pekerjaan pemeriksaan yang dilakukan.

Pemeriksa perlu memperhatikan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, manajemen dapat memperoleh sanksi bila tidak melakukan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan sebagai hasil pemeriksaan sebelumnya. Oleh sebab itu, pemeriksa harus menilai apakah manajemen telah menyiapkan secara memadai suatu sistem pemantauan tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan oleh berbagai pemeriksa, baik intern maupun ekstern, pada entitas tersebut. Selain itu,pemeriksa perlu memastikan bahwa seluruh lini manajemen entitas telah mengetahui dan memantau hasil pemeriksaan yang terkait dengan unit dibawah kendalinya. Pemantauan tersebut dilakukan oleh manajemen, dan bukan hanya oleh pemeriksa/pengawas intern entitas yang bersangkutan.

e. Pertimbangan atas Hasil Pekerjaan Pihak Lain

Pemeriksa harus menentukan apakah ada pemeriksa lain yang telah atau sedang melaksanakan pemeriksaan atas entitas yang diperiksa. Jika ada, hal ini dapat menjadi sumber informasi yang berguna untuk perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan. Jika pemeriksa lain telah mengidentifikasikan bidang yang membutuhkan studi lebih lanjut, hal tersebut dapat mempengaruhi pemilihan tujuan pemeriksaan. Tersedianya hasil kerja pemeriksa lain dapat juga mempengaruhi pemilihan metodologi, karena pemeriksa dapat mengandalkan hasil kerja tersebut dalam rangka membatasi luas pengujian yang akan dilakukannya.

Jika pemeriksa bermaksud untuk mengandalkan hasil kerja pemeriksa lain, pemeriksa harus melaksanakan prosedur yang memberikan dasar yang memadai untuk mengandalkan hasil kerja pemeriksa lain tersebut. Pemeriksa dapat memperoleh bukti persyaratan kualifikasi dan independensi pemeriksa lain berdasarkan pengalamannya, wawancara, reviu laporan, penilaian atas hasil peer review pemeriksa lain. Pemeriksa dapat menentukan apakah bukti-bukti yang diperoleh dari pemeriksa lain tersebut telah cukup, relevan, dan kompeten dengan cara mereviu laporan, program pemeriksaan, atau kertas kerja pemeriksaan dan/atau melakukan uji tambahan atas pekerjaannya. Sifat dan luasnya bukti yang dibutuhkan tergantung pada signifikansi pekerjaan pemeriksa lain tersebut dan tergantung pada apakah pemeriksa akan mengacu pada hasil kerja tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya. Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan yang sama jika pemeriksa mengandalkan hasil kerja bukan pemeriksa (konsultan, tenaga ahli,dan sebagainya). Di samping itu, pemeriksa harus memahami metode dan asumsi signifikan yang digunakan oleh bukan pemeriksa tersebut.

Pemeriksaan

Tahapan dalam pemeriksaan atau audit kinerja terdiri dari tiga elemen, yaitu:

1. Telaah hasil-hasil program (program results review)

2. Telaah ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency review)

3. Telaah kepatuhan (compliance review)

Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor dalam mencapai tujuan audit kinerja. Review hasil-hasil program akan membantu auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar. Review ekonomi dan efisiensi akan mengarahkan auditor untuk mengetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar tadi secara ekonomis dan efisien. Review kepatuhan akan membnatu auditor untuk menentukan apakah entitas telah melakukan segala sesuatu dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan dan hukum yang berlaku. Dalam menjalankan elemen-elemen tersebut, auditor juga harus mempertimbangkan biaya. Atas dasar tersebut, setiap elemen harus dijalankan secara terpisah. Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari

1) Identifikasi Lingkungan Manajemen

Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui secara akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum, organisasi, dan karyawan. Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan

a. Persyaratan hukum dan kinerja

b. Gambaran organisasi

c. Sistem informasi dan pengendalian

d. Pemahaman karyawan atas kebutuhan dan harapan.

2) Perencanaan dan Tujuan

Ini berkaitan dengan review atas proses penetapan rencana dan tujuan organisasi. Auditor menguji keberadaan tujuan yang ditetapkan secara jelas dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut, serta keterkaitan antara aktivitas yang dilakukan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.

3) Struktur Organisasi

Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait organisasi.

4) Kebijakan dan Praktik

Ini mengacu pada kebijakan yang berlaku umum yang merupakan kesepakatan masyarakat yang diwakili lembaga legislatif, dan diformalkan dalam peraturan administratif yang mengacu pada sejumlah aktivitas yang harus dilaksanakan.

5) Sistem dan Prosedur

Ini merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas untuk menelaah struktur pengendalian, efektivitas, ketepatan, logika, dan kebutuhan organisasi.

6) Pengendalian dan Metode

Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control dan administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk menyusun rencana, metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan dan reabilitas data keuangan. Pengendalian administrasi terdiri dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi yang berfokus pada efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku.

7) Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Fisik

Ini berkaitan dengan sikap karyawan, dokumentasi tentang berbagai aktivitas, dan kondisi fisik pekerjaan

8) Praktik Pengelolaan Staf

Komponen ini mengacu pada metode prosedur yang digunakan untuk melindungi sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi, metode dan prosedur yang mengatur administrasi penggajian, metode dan prosedur untuk menilai kinerja karyawan, kebijakan dan prosedur pelatihan karyawan, dan affirmative actions plans, yaitu berbagai rencana yang disetujui pihak-pihak tertentu. Auditor perlu mengevaluasi affirmative action plans untuk memastikan hal ini tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dan pelaksanaan rencana berjalan secara efektif.

9) Analisis Fiskal

Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomi, dan efektivitas unit organisasi yang dievaluasi.

10) Area Khusus Investigasi

Ini bersifat lebih spesifik. Investigasi ini diarahkan pada usaha mengevaluasi soulusi alternatif yang didesain untuk meningkatkan efektivitas dan sfisiensi atau peningkatan nilai ekonomis sebuah fungsi organisasi.

Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja

Sesuai dengan SPKN pernyataan standar pemeriksan 05, pernyataan standar pelaporan untuk pemeriksaan kinerja adalah

1. Pemeriksa harus membuat laporan hasil penelitan untuk mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan

2. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup :

a. Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan

Pernyataan standar ini mengacu kepada Standar Pemeriksaan yang berlaku, yang harus diikuti oleh pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti Standar Pemeriksaanm pemeriksa dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam situasi demikian, pemeriksa harus mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya Standar Pemeriksaan tersebut dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.

b. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan

Pemeriksa harus memuat tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan dalam laporan hasil pemeriksaan. Informasi tersebut penting bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan, serta memberikan perspektif yang wajar terhadap apa yang dilaporkan. Pemeriksa harus berupaya untuk menghindari kesalahpahaman pembaca mengenai pekerjaan yang dilakukan dan yang tidak dilakukan dalam rangka mencaapai tujuan pemeriksaan, terutama pekerjaan tersebut memiliki keterbatasan berupa kendala waktu dan atau sumber daya.

c. Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan dan rekomendasi

Pemeriksa harus melaporkan temuan pemeriksaan untuk menjawab tujuan pemeriksaan. Dalam melaporkan temuan pemeriksaan tersebut, pemeriksa harus mengungkapkan informasi yang cukup, kompeten, dan relevan sehingga dapat dipahami. Pemeriksa juga harus melaporkan informasi mengenai latar belakang yang dibutuhkan oleh pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam memahami temuan pemeriksaan tersebut.

Temuan pemeriksaan biasanya terdiri dari unsur kondisi, kriteria, akibat dan sebab. Namun demikian unsur yang dibutuhkan unuk sebuah temuan pemeriksaan tergantung seluruhnya pada tujuan pemeriksaan. Temuan pemeriksaan harus menyajikan juga kelemahan pengendalian intern yang signifikan, kecurangan, dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemeriksa harus menyusun simpulan hasil pemeriksaan. Simpulan adalah penafsiran logis mengenai program yang didasarkan atas temuan pemeriksaan dan bukan sekedar ringkasan temuan. Simpulan merupakan jawaban atas pencapaian tujuan pemeriksaan yang dibuat secara jelas.

Selain itu, pemeriksa juga menyampaikan rekomendasi untuk melakukan tindakan perbaikan guna peningkatan kinerja atas bidang yang bermasalah dan untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas yang diperiksa. Rekomendasi yang bersifat membangun dapat mendorong perbaikan dalam pelaksaan program entitas yang diperiksa. Suatu rekomendasi akan bersifat sangat konstruktif apabila diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan, berorientasi pada tindakan nyata dan spesifik, ditujukan kepada pihak yang mempunyai wewenang untuk bertindak, dapat dilaksanakan dan apabila dilaksanakan biayanya memadai.

d. Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan

Pemeriksa harus meminta tanggapan/pendapat secara tertulis dari pejabat yang bertanggung jawab terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi rermasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa. Tanggapan ini harus dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan obyektif, serta disajikan secara memadai dalam laporan hasil pemeriksaan.

e. Pelaporan informasi rahasia apabila ada.

Apabila informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada umum, laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang dihilangkan tersebut dan ketentuan yang melarang pengungkapan informasi tersebut. Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya informasi tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik. Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat menganggu hasil pemeriksaan atau melanggar hukum.

3. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin;4. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.AUDIT DENGAN TUJUAN TERTENTU

Pengertian

Audit (pemeriksaan) dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja/audit operasional. Sesuai dengan definisinya, jenis audit ini dapat berupa semua jenis audit selain audit keuangan dan audit operasional. Dengan demikian dalam jenis audit tersebut termasuk diantaranya audit ketaatan dan audit investigatif Audit Ketaatan

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi auditi. Perundangundangan di sini diartikan dalam arti luas, termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditi asal berlaku bagi auditi dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun tidak tertulis. Audit Investigatif

Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak terjadi. Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar kecurangan telah terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif harus dapat mengidentifikasi pihak yang harus bertanggung jawab atas penyimpangan/kecurangan tersebutStandar Pemeriksaan Audit dengan Tujuan Tertentu

Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu, yaitu:

1. Komunikasi pemeriksa

Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncanakan atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan

Pemeriksa harus mengkomunikasikan tanggung jawabnya dalam penugasan pemeriksaan, antara lain kepada

a. Manajemen entitas yang diperiksa.

b. Lembaga/badan yang memiliki fungsi pengawasan terhadap manajemen pemerintah seperti DPR/DPRD, dewan komisaris, komite audit, dewan pengawas.

c. Pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap hal yang diperiksa

2. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya

Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah:

Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan hal yang diperiksa

3. Pengendalian intern

Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah:

Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam bentuk eksaminasi dan merancang prosedur untuk mencapai tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang pengendalian intern yang sifatnya material terhadap hal yang diperiksa

Pengendalian intern tersebut terkait dengan:

a. Efektivitas dan efisiensi kegiatan, termasuk penggunaan sumber daya entitas.

b. Tingkat keandalan pelaporan keuangan, termasuk laporan pelaksanaan anggaran dan laporan lain, baik untuk intern maupun ekstern.

c. Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Pengamanan aktiva.

4. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan; kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse)

Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam merencanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dalam bentuk eksaminasi dengan cara: (1) memperoleh suatu pemahaman mengenai dampak yang mungkin terjadi dari kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap hal yang diperiksa, dan (2) mengidentifikasi dan menilai risiko yang mungkin berdampak material terhadap pemeriksaan. Pemeriksa harus mendokumentasikan penilaian risiko.

Pengembangan Unsur-Unsur Temuan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Temuan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, seperti kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan atau ketidakpatutan, pada umumnya mengandung unsur-unsur kondisi, kriteria, dan akibat, juga sebab dari masalah yang ditemukan. Akan tetapi, suatu temuan tidak harus mengandung unsur akibat dan atau sebab sepanjang temuan tersebut memenuhi tujuan pemeriksaan. Ketika masalah ditemukan, sejauh memungkinkan, pemeriksa harus merencanakan prosedur pemeriksaan untuk mengembangkan unsur unsur suatu temuan dalam rangka pelaporan.

5. Dokumentasi pemeriksaan

Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasipemeriksaan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa

Dokumentasi pemeriksaan memberikan tiga manfaat, yaitu:

1. Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.

2. Membantu pemeriksa dalam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan.

3. Memungkinkan pemeriksa lain untuk mereviu kualitas pemeriksaan.

Dokumentasi pemeriksaan juga harus memuat:

1. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan, termasuk kriteria pengambilan uji-petik yang digunakan.

2. Dokumentasi pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung simpulan dan pertimbangan profesional.

3. Bukti tentang reviu supervisi terhadap pemeriksaan yang dilakukan.

4. Penjelasan pemeriksa mengenai standar yang tidak diterapkan beserta alasan dan akibatnya