Audit Investigatif Sumber

122
Audit Investigatif 1 Audit Investigatif Sebelum memulai suatu investigasi, pimpinan atau lembaga perlu menetapkan apa yang sesungguhnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi merupakan proses yang panjang, mahal, dan bisa berdampak negative terhadap perusahaan atau stakeholdersnya. Proses yang panjang dan lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik intern maupun ekstern) yang terlibat atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu menjadi mahal. Perusahaan juga harus menyediakan banyak sumber daya atau harus meng-commit sumber daya yang akan disediakan. Reputasi perusahaan juga bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini tidak dikomunikasikan dengan baik. Contoh: obat yang sudah kadaluarsa dan seharusnya dihancurkan, justru dijual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan ini dapat menjadi bencana bagi konsumen. Namun kalau hasil investigasi dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara perusahaan dan konsumen (atau stakeholders lainnya) justru dapat mencegah hancurnya reputasi perusahaan.

Transcript of Audit Investigatif Sumber

Page 1: Audit Investigatif Sumber

Audit Investigatif

1       Audit Investigatif

 

Sebelum memulai suatu investigasi, pimpinan atau lembaga perlu menetapkan apa yang

sesungguhnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi merupakan proses yang panjang,

mahal, dan bisa berdampak negative terhadap perusahaan atau stakeholdersnya.

Proses yang panjang dan lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik intern maupun

ekstern) yang terlibat atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu menjadi mahal. Perusahaan

juga harus menyediakan banyak sumber daya atau harus meng-commit sumber daya yang akan

disediakan.

Reputasi perusahaan juga bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini tidak

dikomunikasikan dengan baik. Contoh: obat yang sudah kadaluarsa dan seharusnya dihancurkan,

justru dijual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan ini dapat menjadi bencana bagi

konsumen. Namun kalau hasil investigasi dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara

perusahaan dan konsumen (atau stakeholders lainnya) justru dapat mencegah hancurnya reputasi

perusahaan.

Karena itu, tujuan dari suatu investigasi harus disesuaikan dengan keadaan khusus yang

dihadapi,dan ditentukan sebelum investigasi dimulai.

 

Tujuan Investigatif:

Dibawah ini disajikan bermacam-macam alternative mengenai tujuan investigasi:

Page 2: Audit Investigatif Sumber

1.      Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran keras bahwa manajemen

tidak mampu mempertanggung jawabkan kewajiban fidusiernya. Kewajiban fidusier ini

termasuk mengawasi dan mencegah terjadinya kecurangan oleh karyawannya.

2.      Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti. Tujuan ini akan

menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim di

pengadilan. Konsepnya adalah forensic evidence, dan bukan sekedar bukti audit.

3.      Melindungi reputasi karyawan yang tidak bersalah. Misalnya dalam pemberitaan di media masa

bahwa karyawan di bagian produksi menerima uang suap. Tanpa investigasi, reputasi dari semua

karyawan dibagian produksi akan tercemar. Investigasi mengungkapkan siapa yang bersalah.

Mereka yang tidak bersalah terbebas dari tuduhan (meskipun perguncingan seringkali tetap tidak

terhindari).

4.      Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi. Banyak bukti dalam

kejahatan keuangan berupa dokumen. Kalau banyak dokumen disusun untuk menyembunyikan

kejahatan, atau kalau dokumen ini dapat memberi petunjuk kepada pelaku dan penanggung

jawab kecurangan, maka tujuan dari investigasi ini adalah menjaga keutuhan dokumen. Ruang

kerja harus diamankan, tidak boleh ada orang masuk keluar tanpa izin, dokumen harus diindeks

dan dicatat.

5.      Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi. Ini

meliputi penelusuran rekening bank, pembekuan rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan

atau penjualan asset, dan penentuan kerugian yang terjadi.

6.      Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku kejahatan,

mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut; harapannya adalah bahwa mereka bersedia

bersikap kooperatif dalam investigasi itu. Tehnik pelaksanaannya adalah dengan “dengar

pendapat orang terbuka” yang menghadirkan orang luar sebagai panelis. Orang luar ini biasanya

orang terkemuka dan terpandang. Hal ini umumnya dilakukan apabila “operasi tertutup dan

rahasia” (covert operations) gagal mengungkapkan kecurangan yang berdampak luas.

Page 3: Audit Investigatif Sumber

7.      Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya. Ada dua versi dari

pendekatan ini. Pertama, lakukan penuntutan tanpa pandang bulu, berapapun besar biayanya,

siapapun pelakunya (penjahat besar maupun kecil). Hal ini akan mengirimkan pesan kepada

seluruh karyawan dan pihak luar, bahwa perusahaan atau lembaga itu serius dalam mengejar si

penjahat. Kedua, kejar si penjahat untuk mengembalikan dana atau asset yang dicurinya, dan

kemudian minta dia mengundurkan diri atau diberhentikan. Pendekatan kedua, lebih “tenang”,

tak ada gembar-gembor.

8.      Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan. Seperti pada butir diatas, tujuan utamanya

adalah menyingkirkan “buah busuk” agar “buah segar” tidak ikut busuk. Pendekatannya adalah

pendekatan disiplin perusahaan. Pembuktian terhadap tindak kejahatan ini mungkin tidak akan

lolos disidang pengadilan. Tapi pembuktian disini diarahkan kepada penerapan peraturan intern

perusahaan.

9.      Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan. Kecurangan

menggerogoti sumber daya perusahaan, dan umumnya pemulihan kerugian ini tidak ada atau

sangat sedikit. Pendekatan ini menghentikan kerugian lebih lanjut dan menutup celah-celah

peluang (loopholes) terjadinya kejahatan.

10.  Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan. Apakah investigasi akan diperluas atau

diperdalam, atau justru dibatasi lingkupnya. Kadang-kadang suatu investigasi dilaksanakan

secara tentative atau eksploratif dan bertahap. Dalam investigasi ini laporan kemajuan

memungkinkan evaluasi, apakah kita akan melanjutkannya dan kalau ya, bagaiman lingkupnya.

11.  Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan, sesuai dengan

buku pedoman. Tujuan semacam ini biasanya didasarkan atas pengalaman buruk. Dimasa lalu,

misalnya, tujuan dari pada investigasi adalah untuk menangkap pelakunya. Ketika investigasi

dilakukan secara gencar, investigasinya “kebablasan” dan pelaksanaannya melanggar ketentuan.

12.  Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk membantu pengambilan keputusan

mengenai keputusan mengenai investigasi ditahap berikutnya. Banyak investigasi bersifat

iterative, artinya suatu investigasi atas dugaan kejahatn menghasilkan temuan baru yang

melahirkan dugaan tambahan atau suatu dugaan baru. Investigasi pertama diikuti dengan

Page 4: Audit Investigatif Sumber

investigasi berikutnya, dan seterusnya, secara iterative memperluas pemahaman invstigator

mengenai berapa dalamnya masalah yang dihadapi. Konsultasi, diskusi, dan presentasi dari

temuan-temuan secara berkala(mingguan, misalnya), merupakan ciri khas dari pendekatan ini.

13.  Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat

dapat diambil. Ini biasanya merupakan tujuan investigasi dalam hal pelaku tertangkap tangan

seperti dalam kasus pencurian di supermarket. Umumnya kejahatan ditempat kerja tidak

memiliki cirri kasus ini karena karyawan dikenal atau mempunyai identitas yang disimpan dalam

pencatatan perusahaan. Tetapi dalam kejahatan tertentu, misalnya penggelapan uang yang

melibatkan pihak-pihak diluar perusahaan, pendekatan ini sangat tepat.

14.  Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumberdaya dan

terhentinya kegiatan perusahaaan seminimal mungkin. Pendekatan ini berupaya mencari

pemecahan yang optimal dalam kasus yang terjadi.

15.  Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat keputusan

yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil. Hasil investigasi seringkali ditindaklanjuti

secara emosional. Kalau karyawan itu disukai oleh atasan atau rekan sekerjanya, pimpinan

cenderung “memaafkan” perbuatannya dan tidak memaanfaatkan peluang untuk memperbaiki

sistem yang berhasil “dijebolnya”. Sebaliknya, kalau pimpinan atau rekan sekerjanya tidak

menyukai si pelaku kecurangan, pimpinan cenderung menghukumnya seberat-beratnya. Kedua

sikap tadi akan merugikan perusahaan. Dengan memperoleh gambaran yang layak (fair) maka

pimpinan secara sadar membuat keputusan tentang siapa yang melakukan investigasi (harus

seorang professional) dan bagaimana tindaklanjutnya.

16.  Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik lisan maupun tertulis baik

dengan nama terang atau dalam bentuk surat kaleng) untuk menanggapinya secara tepat.

Investigasi yang didasarkan pada tujuan ini, tidak akan menelan mentah-mentah “fakta” yang

diajukan dalam tuduhan itu. Fokusnya adalah pada konteks tuduhan itu apakah tuduhan itu akan

dianggap serius.

17.  Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik. Hal ini sangat penting ketika morale

kerja merupakan kunci keberhasilan dalam perusahaan atau tim kerja.

Page 5: Audit Investigatif Sumber

18.  Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga. Tujuan dari investigasi ini tentunya bukan

untuk melindungi lembaga yang sebagian besar memang sudah korup. Kalau tujuan ini

ditetapkan dalam kondisi semacam ini, maka yang tejadi adalah persekongkolan jahat atau

kolusi. Tujuan investigasi diatas sangat tepat apabila kejahatan dilakukan oleh segelintir orang,

padahal reputasi perusahaan secara keseluruhan terancam.

19.  Mengikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan mengenai due diligence

dan klaim kepada pihak ketiga (misalnya klaim asuransi).

20.  Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. Kita umumnya menyadari akan perlunya

ketentuan perundang-undangan dipatuhi, dan konsekuensi terhadap pelanggarannya. Namun,

lebih sulit mengikuti kewajiban etika. Dalam situasi dimana pelaku kecurangan “pasrah”, ia

seringkali mengikuti kehendak sang investigator. Dalam kondisi seperti ini, si investigator lupa

akan kode etiknya, sekedar karena pada saat itu si “terduga” tidak mempertanyakan sikap dan

tingkah si investigator. Seringkali kepasrahan si “terduga” diikuti dengan arogansi si

investigator, menyuburkan praktek-praktek pelanggaran kode etik. Dengan menetapkan tujuan

investigasi ini, perusahaan ingin memastikan bahwa investigator senantiasa mengikuti kode etik

yang sudah ditetapkan.

21.  Menentukan siapa pelakunya dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya. Prakarsa ini

bermaksud untuk menyeret si pelaku ke pengadilan pidana, misalnya pengadilan tindak pidana

korupsi. Karena itu, perlu pengumpulan bukti yang cukup untuk proses penyidikan yang diikuti

dengan penuntutan dan selanjutnya proses pengadilan. Dengan demikian, seluruh daya

dikerahkan disertai publisitas penuh, yang sangat sejalan dengan kebijakan “tanpa ampun” (zero-

tolerance policy).

22.  Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang tidak terpuji.

Ini serupa dengan tujuan dalam butir 21 diatas, dengan perbedaan bahwa butir ini diproses

melalui ketentuan administrative atau perdata.

23.  Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau perilaku

yang melalaikan tanggung jawab. Seorang karyawan dibagian pengadaan berkolusi dengan

Page 6: Audit Investigatif Sumber

pemasok. Hal ini memungkinkan karyawan memperkaya dirinya sendiri, yang dipakainya untuk

pembelian property mewah. Investigasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama diarahkan

kepada pelaku. Sedangkan tahap kedua, kepada atasannya. Tahap kedua ingin menjawab

pertanyaan: Mengapa atasannya tidak melihat petunjuk awal (anak buah bertambah kekayaan

dalam jangka waktu pendek), ataukah sekurang-kurangnya mewawancarai anak buahnya. Tujuan

investigasi dalam butir ini adalah untuk tahap kedua tadi.

24.  Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini tidak

terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik. Gaya kerja” serbu dan tangkap”

atau “tangkap dulu, jelaskan kemudian” seringkali rawan terhadap kemungkinan perusahaan

dituntut. Karena itu, tujuan investigasi ini harus jelas dan ditegaskan sebelum investigasi

dilakukan.

25.  Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan

bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap sipelaku.

Tujuan ini berkaitan dengan petunjuk bahwa sipelaku mengidentifikasi orang-orang yang secara

potensial bisa menjadi saksi, baik dalam proses penyidikan maupun dalam sidang pengadilan.

Perlindungan terhadap para saksi ini dapat mendorong mereka memberikan keterangan,

petunjuk, atau bukti yang diperlukan.

26.  Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya kecurangan ini

dengan tepat. Dalam jangka panjang, manajemen risiko yang baiklah yang akan mencegah atau

mengurangi terjadinya kecurangan.

 

Dari contoh-contoh diatas, terlihat berbagai tujuan dalam melakukan suatu investigasi.

Istilah investigasi dalam penggunaan sehari-hari, memberi kesan seolah-olah hanya ada satu

jenis. Jenis yang kita kenal umumnya adalah dalam konteks tindak pidana korupsi. Tujuan

akhirnya, menjebloskan koruptor ke penjara dan atau mendapatkan kembali sebagian atau

seluruh hasil jarahannya.

Page 7: Audit Investigatif Sumber

Pemilihan di antara berbagai alternative tujuan investigasi, tergantung dari organisasi

atau lembaganya serta mandate yang dipunyainya, jenis dan besarnya kecurangan, dan budaya di

lembaga tersebut. Tanggung jawab untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu

investigasi terletak pada pimpinan.

 

Investigatif

Pengertian investigasi dan pemeriksaan fraud digunakan silih berganti sebagai sinonim. Idealnya

ada kesamaan makna konsep-konsep auditing dan hukum; namun, dari ssegi filsafat auditing dan

filsafat hukum,hal itu tidaklah mungkin.

Ada sebab lain kenapa harmonisasi antara konsep-konsep hukum dan auditing tidak dapat

berjalan. Hukum Indonesia, khususnya hukum pidana dan hukum secara pidana, masih berasal

dari hukum Napoleonic. Sedangkan konsep-konsep akuntansi dan auditing kita adopsi dari

Amerika Serikat. Karena perbedaannya yang penting antara konsep-konsep auditing dan hukum,

pemeriksa fraud perlu memahami kedua-duanya.

Dalam filsafat auditing kita mengenal konsep due audit care, prudent auditor, seorang

professional yang berupaya menghindari tuntutan dengan tuduhan teledor (negligent) dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk itu, pemeriksa fraud atau investigator perlu mengetahui tiga

aksioma dalam pemeriksaan fraud.

Suatu investigasi hanya dimulai apabila ada dasar yang layak, yang dalam investigasi

dikenal sebagai predication. Dengan landasan atau dasar ini, seorang investigator mereka-reka

mengenai apa, bagaimana, siapa dan pertanyaan lain yang diduganya relevan dengan

pengungkapan kasusnya: ia membangun teori fraud (fraud theory).

Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya pembuktian. Umumnya

pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum (acara) yang berlaku.

 

Page 8: Audit Investigatif Sumber

Aksioma Dalam Investigatif

Dalam melakukan investigasi ada beberapa aksioma. Aksioma adalah asumsi dasar yang

begitu gamblangnya sehingga tidak memerlukan pembuktian mengenai kebenarannya. Tapi

jangan remehkan “kegamblangannya”. Pemeriksa yang berpengalaman pun menghadapi

kesulitan ketika ia mengabaikan aksioma-aksioma ini.

Ada tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud, yang dibahas berturut-turut dibawah. Ketiga

aksioma ini berkenaan dengan sifat fraud yang tersembunyi, pembuktian tentang fraud yang

dilakukan secara timbal balik, dan terjadinya fraud semata-mata merupakan kewenangan

pengadilan untuk memutuskannya.

 

Fraud selalu tersembunyi –

Berbeda dengan kejahatan lain, sifat perbuatan fraud adalah tersembunyi atau

mengandung tipuan (yang terlihat di permukaan bukanlah yang sebenarnya terjadi atau

berlangsung). Bayangkan sejenak perampokan bank yang dilakukan segerombolan penjahat.

Mereka masuk ke lobby bank, menodongkan senjata api kepada teller (juru bayar) dan manajer

bank, minta para teller mengisi kantong-kantong mereka dengan uang dan barang berharga lain

yang ada dalam kasanah (vault,kluis), kemudian meninggalkan bank dengan kecepatan tinggi.

Semuanya disaksikan oleh pelanggan bank yang sedang atau akan bertransaksi.

Bandingkan adegan tadi dengan adegan lain di mana kepala cabang suatu bank besar

memfasilitasi “pelanggannya” dengan membuka L/C fiktif atau memberikan kredit bodong yang

segera menjadi NPL (non-performing loan). Dalam adegan kedua, terjadi dua scenario. Skenario

pertama yang terjadi di permukaan, seolah-olah ini transaksi normal antara banker dan pelanggan

“terhormat”. Transaksi ini didukung dengan segala macam berkas resmi dari perusahaan sang

pelanggan, bank, notaries, kantor akuntan, pengacara, bermacam-macam legitimasi (termasuk

surat-surat keputusan dari lurah sampai petinggi Negara lainnya) dan entah berkas apalagi.

Dalam scenario kedua, pihak-pihak yang terlibat menutup rapat-rapat kebusukan mereka;

Page 9: Audit Investigatif Sumber

penyuapan aparat penegak hukum dan instansi lain merupakan biaya penutup kebusukan ini.

Kedua scenario ini tidak terpisah, satu menguatkan yang lain dalam jalinan ayau packaging yang

rapi. Karena itu, dirigennya juga mempunyai nama terhormat, arranger.

Adegan pembobolan pertama (oleh perampok) terlihat kasar dan kasat mata. Adegan

pembobolan kedua (oleh kelompok yang disebut atau menamakan diri mereka “professional”)

terlihat bersih; karena bagian yang kotor sudah tersembunyi dlam pembungkusan atau packaging

yang rapi.

Metode pembungkusannnya begitu rapi sehingga pemeriksa fraud atau investigator yang

berpengalaman sekalipun seringkali terkecoh. Karena itu pemeriksa fraud atau investigator harus

menolak memberikan pernyataan bahwa hasil pemeriksaannya membuktikan tidakada fraud.

Pernyataan yang mengandung risiko yang sangat besar. Fraud tersembunyi (atau lebih

tepat,”disembunyikan”), fraud dibungkus rapi.

 

 

 

Pembuktian Fraud Secara Timbal-Balik –

Pembuktian ada atau telah terjadinya fraud meliputi upaya untuk membuktikan fraud itu

tidak terjadi. Dan sebaliknya, untuk membuktikan fraud tidak terjadi, kita harus berupaya

membuktikan fraud itu terjadi harus ada upaya pembuktian timbale balik atau reverse proof.

Kedua sisi fraud (terjadi dan tidak terjadi) harus diperiksa. Dalam hukum Amerika Serikat,

“proof of fraud must preclude any explanation other than guilt” artinya pembuktian fraud harus

mengabaikan setiap penjelasan, kecuali pengakuan kesalahan.

 

Hanya Pengadilan yang Menetapkan Bahwa Fraud Memang Terjadi -

Page 10: Audit Investigatif Sumber

Pemeriksa fraud berupaya membuktikan fraud memang terjadi. Hanya pengadilan yang

mempunyai kewenangan untuk menetapkan hal itu. Di Amerika Serikat wewenang itu ada pada

pengadilan (majelis hakim) dan para jury.

Diatas dikatakan: pemeriksa Fraud harus menolak memberikan pernyataan bahwa hasil

pemeriksaannya membuktikan tidak ada fraud. Disini harus ditegaskan: pemeriksa fraud harus

menolak memberikan pernyataan bahwa pemeriksanya membuktikan adanya fraud.

Dalam upaya menyelidiki adanya fraud, pemeriksa membuat dugaan mengenai apakah

seseorang bersalah (guilty) atau tidak (innocent). Bersalah atau tidaknya seseorang merupakan

dugaan atau bagian dari “teori”, sampai pengadilan memberikan keputusannya.

 

Metodologi Investigatif

Kembali ke contoh pembobolan bank diatas. Dalam pembobolan oleh perampok,

identitas perampok tidak diketahui dan ini yang ingin diungkapkan. Dalam penjarahan bank oleh

pejabatnya yang bersekongkol dengan pelanggan, identitas mereka bukan masalahnya.

Masalahnya adalah membuktikan apakah perbuatan mereka dapat dianggap fraud.

Kemahiran si pemeriksa dalam menguasai konsep keuangan dalam kasus yang

dihadapinya dan kemampuannya menarik kesimpulan dari penerapan konsep tersebut (secara

benar atau menyimpang) akan membantunya dalam mengungkapkan apakah perbuatan itu

merupakan fraud (kejahatan atau pelanggaran) menurut hukum. Dalam contoh L/C fiktif,si

pemeriksa harus memahami dengan baik segala seluk beluk (konsep) mengenai L/C dan celah-

celah, bahkan tipologi, dari kejahatan dengan modus operandi L/C fiktif.

Yang tidak kalah penting adalah kemahiran si pemeriksa untuk menyampaikan konsep-

konsep penting itu secara sederhana, sehingga mudah dicerna oleh hakim yang harus memutus

dan jaksa atau pengacara pembela yang harus diyakinkan. Diagram yang menunjukkan arus uang

dari hasil kejahatan kepada pelaku yang merupakan otak kejahatan, merupakan contoh dari

kemampuan menyajikan sesuatu yang rumit secara sederhana.

Page 11: Audit Investigatif Sumber

Fraud Examiners Manual (2006) menjelaskan predication sebagai berikut:

Predication adalah keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat peristiwa itu, dan segala

hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang yang cukup terlatih dan berpengalaman

dengan kehati-hatian yang memadai, kepada kesimpulan bahwa fraud telah, sedang atau akan

berlangsung. Predication adalah dasar untuk memulai investigasi. Investigasi atau pemeriksaan

fraud jangan dilaksanakan tanpa adanya predication yang tepat.

Setiap investigasi dimulai dengan keinginan atau harapan bahwa kasus ini berakhir

dengan suatu litigasi. Padahal ketika memulai investigasi, pemeriksa belum memiliki bukti yang

cukup. Ia baru mempunyai dugaan atas dasar predication yang dijelaskan di atas. Keadaan ini

tidak berbeda dengan ilmuwan yang membuat “dugaan” atas dasar pengamatannya terhadap

berbagai fakta, kemudian “dugaan” ini diujinya. Seperti hipotesis yang harus diuji oleh seorang

ilmuwan, pemeriksa fraud membuat teori tentang bagaimana fraud itu terjadi selanjutnya akan

disebut teori fraud. Teori ini tidak lain dari rekaan atau perkiraan yang harus dibuktikan.

 

 

Investigasi dengan pendekatan teori fraud meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

         Analisis data yang tersedia

         Ciptakan (atau kembangkan) hipotesis berdasarkan analisis di atas

         Uji atau test hipotesis tersebut

         Perhalus atau ubah hipotesis berdasarkan hasil pengujian sebelumnya.

 

Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana

Page 12: Audit Investigatif Sumber

Pembahasan mengenai pemeriksaan fraud di atas adalah dari kaidah-kaidah auditing.

Istilah yang digunakan dalam pembahasan sebelumnya adalah istilah auditing. Padahal

pemeriksaan fraud dimaksudkan untuk pembuktian di pengadilan. Idealnya, pendekatan auditing

dan hukum berjalan seiring. Namun, latar belakang kedua bidang ilmu ini berbeda.

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981)

mengatur tahapan hukum acara pidana sebagai berikut:

1.      Penyelidikan

2.      Penyidikan

3.      Penuntutan

4.      Pemeriksaan di sidang pengadilan

5.      Putusan pengadilan

6.      Upaya hukum

7.      Pelaksanaan putusan pengadilan

8.      Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan

Tahap 1(penyelidikan) sampai dengan Tahap 6 (Upaya Hukum) merupakan satu

rangkaian pemeriksaan yang merupakan upaya pembuktian. Hal ini dijelaskan dalam setiap tahap

dari Tahap 1 sampai dengan Tahap 6.

 

 

 

Penyelidikan

Page 13: Audit Investigatif Sumber

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan menemukan

suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan dapat/tidaknya

penyelidikan dilakukan.

Penyelidikan tidaklah berdiri sendiri atau terpisah dari penyidikan, melainkan merupakan

satu rangkaian yang mendahului tindakan penyidikan lainnya, yakni penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan.

Penyelidik mempunyai wewenang sebagai berikut:

         Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya dugaan tindak pidana

         Mencari keterangan dan barang bukti

         Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri

Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:

       Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;

       Pemeriksaan dan penyitaan surat;

       Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.

Wewenang penyelidik seperti mencari keterangan dan barang bukti sudah memasuki

ruang lingkup pembuktian. Kalau keterangan yang diperoleh dari beberapa orang saling

bersesuaian satu sama lain, apalagi kalau ada keterkaitan dengan barang bukti yang ditemukan,

maka penyelidik dapat menduga telah terjadi suatu tindak pidana. Selanjutnya penyidikan dapat

dilakukan.

Apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan dan dari

penyelidikan itu tidak ditemukan sekurang-kurangnya dua bukti, maka penyelidik melaporkan

kepada KPK untuk menghentikan penyelidikan. Sedangkan apabila Kejaksaan dan Kepolisian

yang melakukan penyelidikan, tidak dikenal penghentian penyelidikan. Dalam hal penyelidik

Page 14: Audit Investigatif Sumber

(Kejaksaan dan Kepolisian) berpendapat perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana

maka penyelidikan tidak dilanjutkan, tanpa proses.

 

Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan

bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi untuk menemukan

tersangkanya. Untuk mencari dan mengumpulkan bukti, undang-undang memberi wewenang

kepada penyidik untuk:

         Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti.

         Memanggil dan memeriksa saksi, yang keterangannya dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan saksi.

         Memanggil dan memeriksa tersangka, yang keterangannya dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan tersangka.

         Mendatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga diberikan dalam bentuk

laporan ahli.

         Menahan tersangka, dalam hal tersangka dikuatirkan akan melarikan diri, menghilangkan barang

bukti atau mengulangi melakukan tindak pidana.

Apabila dari bukti-bukti yang terkumpul diperoleh persesuaian antara yang satu dengan

yang lainnya, dan dari persesuaian itu diyakini bahwa memang telah terjadi tindak pidana dan

tersangka itulah yang melakukannya, maka penyidik menyerahkan hasil penyidikannya kepada

Penuntut Umum. Hasil penyidikan ini tertuang dalam berkas perkara yang didalamnya terdapat

bukti-bukti.

Dalam hal Penyidik (Kepolisian atau Kejaksaan) berpendapat bahwa dari bukti-bukti

yang dikumpulkan secara maksimal ternyata tidak cukup bukti atau terbukti tapi bukan

Page 15: Audit Investigatif Sumber

merupakan tindak pidana (korupsi) maka mereka berwenang menghentikan penyidikan. KPK

tidak dibenarkan menghentikan penyidikannya, karena kewenangannya ada pada penghentian

penyelidikan.

 

Prapenuntutan –

Prapenuntutan adalah tindakan jaksa (Penuntut Umum) untuk memantau perkembangan

penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari

atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta

memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas

perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.

Penuntut Umum tidak akan menerima berkas perkara hasil penyelidikan yang buktinya

tidak lengkap. Karena bukti ini akan dijadikan alat bukti di sidang pengadilan untuk

membuktikan tindak pidana yang didakwakan. Di tahap prapenuntutan, pembuktian merupakan

focus utama dalam meneliti berkas perkara hasil penyidikan.

 

Penuntutan –

Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum yang melimpahkan perkara ke Pengadilan

Negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum acara pidana, dengan

permintaan agar diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.

Setelah Penuntut Umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan yang

lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah/ belum memenuhi

syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.

 

Pemeriksaan di pengadilan –

Page 16: Audit Investigatif Sumber

Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, acara pemeriksaan di sidang pengadilan utidak lain

berkenaan dengan pembuktian. Bukti-bukti yang diperoleh di tingkat penyidikan diperiksa

kembali di sidang pengadilan untuk dijadikan alat bukti:

         Saksi-saksi yang telah diperiksa oleh penyidik dipanggil kembali ke sidang pengadilan untuk

memperoleh alat bukti keterangan saksi.

         Tersangka yang sudah diperiksa di tahap penyidikan, diperiksa kembali disidang pengadilan,

untuk mendapat alat bukti keterangan terdakwa.

         Ahli yang telah memberikan keterangan di penyidikan atau yang telah membuat laporan ahli,

dipanggil kembali untuk didengar pendapatnya atau dibacakan laporannya di sidang pengadilan,

agar diperoleh alat bukti keterangan ahli.

         Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke sidang pengadilan untuk

dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.

 

Itulah cara memperoleh alat bukti di sidang pengadilan. Hanya alat bukti yang sah yang diperoleh di sidang pengadilan, yang dapat meyakinkan hakim tentang kesalahan terdakwa. Alat bukti yang sah ini terdiri atas:

         Keterangan saksi

         Keterangan ahli

         Surat

         Keterangan terdakwa

         Petunjuk

Pemeriksaan di sidang pengadilan mempunyai satu tujuan saja, yaitu mencari alat bukti

yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau tidaknya terdakwa.

Page 17: Audit Investigatif Sumber

Putusan Pengadilan -

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah. Kesalahan terdakwa

ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan itu harus didasarkan atas sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah, yang harus ada persesuaian satu dengan yang lain.

Berdasarkan alat bukti yang diperoleh di sidang pengadilan, hakim menjatuhkan putusan:

         Putusan pemidanaan, apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa terbukti bersalah

melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

         Putusan bebas, apabila pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang

kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

         Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan

yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak

pidana atau terbukti akan tetapi terdakwa tidak dapat dipertanggung jawabkan terhadap

perbuatannya.

 

Upaya Hukum –

Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan

pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi, atau hak terpidana untuk

mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak Jaksa Agung untuk mengajukan kasasi

demi kepentingan hukum dalam hal seta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Upaya hukum ada dua macam, yaitu Upaya Hukum Biasa dan Upaya Hukum Luar Biasa.

Upaya Hukum Biasa terdiri atas Pemeriksaan Tingkat Banding dan Pemeriksaan Kasasi. Upaya

Page 18: Audit Investigatif Sumber

Hukum Luar Biasa Terdiri atas Pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan

Kembali putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

 

Bukti Dan Pembuktian – Auditing Dan Hukum

Dari penjelasan di bagian terdahulu, jelas bahwa keenam tahapan dalam KUHAP (mulai

tahap Penyelidikan sampai Tahap Upaya Hukum baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum

luar biasa) berkenaan dengan pembuktian. Juga penjelasan Mengenai Fraud Theory tidak lain

dari proses mengumpulkan bukti yang dapat diterima di pengadilan.

Para auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi mengenal istilah bukti audit.

Mereka bahkan mengira bahwa pengertian bukti dalam auditing sama dengan pengertian yang

digunakan di pengadilan atau dalam bidang hukum.

 

 

 

Tabel 12.1

Comparative Classification of Evidence In Two Fields

Significant Characteristics Law Auditing

Special purpose of area to

which evidence is pertinent

 

Subject matter to which

evidence is pertinent

 

Method of collection or

Maintenance of justice

 

 

 

Occurrences at given times

and places

 

Protection of statement

readers

 

 

Financial Statement

propositions

 

Page 19: Audit Investigatif Sumber

development

 

 

 

Role of judgement-maker in

collection or development

 

Nature of rules governing

the study of evidence

 

Importance of time in

judgement formation and

evidence collection

 

Compulsiveness of

evidence in judgement

formation

 

Presentation by opposing

parties

Rational deduction and

inference

 

Passive

 

 

 

Logical presumptions

Rules of admissibility and

relevance

A controlling factor

 

 

 

Persuasive

Submission by interested

and disinterested parties

Collected and developed by

independent party

Rationalization

Both positive and passive

 

 

 

Professional standards

 

 

A controlling factor

 

 

 

Varies from absolute to

persuasive

 

 

Dalam bidang mereka sendiri para akuntan dan auditor di Indonesia sering terkecoh

dengan “bukti” dan sesuatu yang mengandung unsur-unsur pembuktian (evidential matter).

 

Investigatif dengan Tehnik Audit

Kata “investigasi” dalam akuntansi forensic umumnya berarti audit investigasi atau

investgatif (investigative audit). Karena itu secara alamiah, diantara beberapa tehnik investigasi

ada tehnik-tehnik yang berasal dari tehnik-tehnik audit (audit techniques).

Page 20: Audit Investigatif Sumber

Banyak auditor yang sudah berpengalamanpun, merasa ragu untuk terjun dalam bidang

investigasi. Padahal, tehnik-tehnik audit yang mereka kuasai, memadai untuk dipergunakan

dalam audit investigasi.

Tehnik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian

laporan keuangan. Hasil dari penerapan tehnik audit adalah bukti audit. Ada tujuh tehnik, yang

dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung

(kata benda bahasa Inggris), yakni:

1.      Memeriksa fisik (physical examination)

2.      Meminta konfirmasi (confirmation)

3.      Memeriksa dokumen (documentation)

4.      Reviu analitikal (analytic review atau analytical review)

5.      Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditan (inquiries of the auditee)

6.      Menghitung Kembali (reperformance)

7.      Mengamati (observation)

Kalau tehnik-tehnik audit itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit yang

berhasil dihimpun akan mendukung pendapat auditor independent. Dalam audit investigative,

tehnik-tehnik audit tersebut bersifat eksplorative, mencari “wilayah garapan”, atau probing

(misalnya dalam reviu analitikal) maupun pedalaman (misalnya dalam confirmation dan

documentation).

Tehnik-tehnik audit relative sederhana untuk diterapkan dalam audit investigative.

Sederhana, namun ampuh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan tehnik audit (termasuk audit

investigative).

 

Page 21: Audit Investigatif Sumber

Tehnik-Tehnik Audit

Ada tehnik audit yang lebih dekat kepada praktek investigasi perpajakan dan organized

crime(seperti Net Worth Method dan Expenditure Method); Ada juga tehnik audit seperti Follow

the Money, yang mempunyai unsure pencucian uang dalam tindak pidananya yang berkaitan erat

dengan naluri penjahat dan sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi dalam

pengungkapannya.

Meskipun semua(tujuh) tehnik audit yang disebutkan pembahasan akan berfokus pada

reviu analitikal.

 

Memeriksa Fisik dan Mengamati

Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai penghitungan

uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persediaan

barang, aktiva tetap, dan barang berwujud (tangible assets) lainnya.

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu.

Kalau kita melakukan kunjungan pabrik, kita melihat luasnya pabrik, peralatan yang ada,

kegiatan yang dilakukan, banyaknya dan beragamnya tenaga kerja. Kita juga mendengar sesuatu,

mungkin sesuatu yang wangi (seperti di pabrik parfum, aromatic, obat, dan lain-lain) atau bahkan

bau yang menyengat (misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat pengolahan sampah).

Kita bisa mencicipi,misalnya dipabrik yang menghasilkan makanan. Kita merasa suhu panas atau

dingin ditempat kerja. Singkatnya, mengamati adalah menggunakan indera, bisa salah satu atau

beberapa indera sekaligus.

Dalam kedua tehnik ini investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau

memahami sesuatu. Dari beberapa contoh dibawah, kita melihat berbagai tingkat pemahaman

yang bisa diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan fisik:

Page 22: Audit Investigatif Sumber

       Dari kunjungan ke lokasi yang terkena dampak semburan Lumpur panas di Porong, Sidoarjo

tahun 2006, investigator menyaksikan sendiri apa yang terjadi dan luasnya musibah. Ini salah

satu pemahaman. Investigator mempunyai “bayangan”. Pemahaman ini penting ketika nantinya

ia membaca laporan para ahli secara rinci tentang luasnya kerusakan dan besarnya kerugian.

       Dari kunjungan ke wilayah yang terkena gempa, para relawan dan petugas dari dinas Sosial

dapat menentukan jumlah kilometer jalan, rumah, sekolah, rumah ibadah, kantor, pabrik, dan

lain-lain yang rusak. Pemahaman ini lebih dalam dari “bayangan” mengenai intensitas kerugian

akibat semburan Lumpur panas tadi. Disini ada data kuantitatif.

 

Meminta Informasi dan Konfirmasi

Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditan, merupakan prosedur yang

biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam investigasi hal itu perlu dilakukan?

Apakah sebaiknya kita tidak meminta informasi, supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa

yang kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong.

Seperti dalam audit juga dalam investigatif, permintaan informasi harus dibarengi,

diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated)

dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting, dan juga merupakan prosedur yang

normal dalam suatu investigatif.

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasi) untuk

menegaskan kebenaran atau tidak keebenaran suatu informasi. Dalam audit, tehnik ini umumnya

diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo utang-piutang. Tapi sebenarnya ia dapat

diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan.

 

Memeriksa Dokumen

Page 23: Audit Investigatif Sumber

Tehnik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada investigasi tanps pemeriksaan

dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi luas, termasuk

informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara elektronis/digital.

 

Reviu Analitikal

Dalam reviu analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi semangatnya,

Pada dasarnya seorang invvestigator secara intuitif terobsesi dengan “sesuatu yang melenceng”

dan bahwa “something must be wrong because it appears so”. Karena itu ia memerlukan patokan

atau benchmark untuk membandingkannya dengan apa yang dihadapinya. Patokan inilah yang

dirumuskan Stringer dan Stewart sebagai results that may reasonably be expected.

Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang berkewajiban memungut pajak

penghasilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah bank menyetorkan pajak

penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah maupun waktu penyetoran? Apakah

investigasi ini harus dimulai di cabang-cabang atau kantor-kantor perwakilan? Menurut reviu

analitikal,tidak.

Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita tentukan jumlah

pajak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara keseluruhan (Kantor Pusat dan

Cabang-cabang), menurut pembukuan bank itu. Selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar tarif

pajak (misal 10 %) dengan jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada para

nasabahnya. Perbedaan antara data A dengan data B bisa merupakan perbedaan waktu (timming

difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat menyetor pajak penghasilan.

Timming difference ini juga mudah dialokasi.

Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap (permanent difference) misalnya

dalam hal deposan dalam negeri yang mendapat pembebasan pajak penghasilan dan deposan di

cabang-cabang luar negeri dimana bank tidak berkewajiban memungut pajak penghasilannya.

Perbedaan ini mudah diketahui karena umumnya jumlah deposan dalam negeri yang dibebaskan,

Page 24: Audit Investigatif Sumber

tidak banyak. Sedangkan untuk deposan di cabang-cabang diluar negeri, kita mengabaikan

seluruh data bunga luar negeri (bagian dari data B semula).

Dengan contoh ini, mari kita saji definisi reviu analitikal diatas: a form of deductive

reasoning in which the propriety of the individual details is inferred from evidence of the

reasonableness of the aggregate results. Kiita haeus memulai dari belakang. Pertama, evidence of

the reasonbleness of the aggregate of the results; ini diperoleh dari data B yang diadjust untuk

deposan dalam negeri yang dikecualikan pemungutan pajak penghasilannya dan bunga di

cabang-cabang luar negeri.

Kedua, a form of deductive reasoning. Di sinin kita membuat deduksi dari data agregat,

data global, data menyeluruh, yang dalam hal ini adalah data A dan data B. Deduksi ini

berkenaan dengan the proprierty of the individual details. Individual details disini adalah

pemungutan dan penyetoran pajak penghasilan oleh bank secara transaksi demi transaksi, cabang

demi cabang, atau mungkin per pejabat bank sesuai dengan kewenangannya. Kita “think

ananlytical first”, dan tidak langsung terjun dan menyibukkan diri dengan detailed substantive

test.

Ada bermacam-macam variasi dari tehnik reviu analitical, namun semuanya didasarkan

atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus terjadi, dan

berusaha menjawab sebabnya tterjadi kesenjangan. Apakah ada kesalahan (error), fraud, atau

salah merumuskan patokannya.

 

Membandingkan anggaran dengan realisasi –

Membandingkan data anggaran dan realisasi dapat mengindikasikan adanya fraud. Yang

perlu dipahami di sini adalah mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan

anggaran, dan insentif (keuangan maupun non keuangan) yang terkandung dalam sistem

anggarannya.

Page 25: Audit Investigatif Sumber

Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat tertentu

menerima insentif (bonus) sesuai dengan “keberhasilan” yang diukur dengan pelampauan

anggaran. Investigator perlu mengantisipasi kecenderungan realisasi penjualannya dibuat tinggi

(overstated). Penjualan kredit dan pengiriman barang secara besar-besaran pada akhir tahun

merupakan indikasi mengenai hal itu. Pengembalian barang sesudah akhir tahun memperkuat

indikasi adanya fraud.

 

Hubungan antara satu data keuangan dengan data keuangan lain–

Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa mempunyai

keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk reviu analitikal. Contoh: angka penjualan dengan

piutang dan persediaan rata-rata, angka penjualan dengan bonus bagian penjualan, penghasilan

bunga dengan saldo rata-rata tabungan dan seterusnya.

 

Menggunakan data non keuangan –

Inti dari reviu analitikal adalah mengenal pola hubungan, relationship pattern. Pola

hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuangan lain. Pola

hubungan non keuanganpun bisa bermacam-macam bentuknya.

Dalam bisnis perkebunan ada hubungan antara jumlah pupuk yang dipergunakan dengan

hasil produksi atau panen; angka masukan maupun keluaran dinyatakan dalam satuan non

keuangan, seperti jumlah ton untuk pupuk dan sawit.

Di pabrik gula ada ukuran antara jumlah ton tebu yang masuk ke pabrik dan jumlah ton

gula yang dihasilkan. Pola hubungan antara masukan dan keluaran ini dinyatakan dalam suatu

ratio yang dalam industri gula dikenal sebagai rendemen. Perhitungan serupa kita lihat di industri

kayu lapis atau blackboard, dengan nama recovery.

Page 26: Audit Investigatif Sumber

Bermacam ratio kita gunakan untuk berbagai industri. Bahkan industri-industri atau

perusahaan pemeringkat mengembangkan dan menyebarkan industry ratios.

Perusahaan penerbangan Garuda mendapatkan hasil yang sangat signifikan dari

perjalanan haji. Data yang penting, jumlah calon haji yang diterbangkan, dapat diperoleh dari

sumber intern maupun ekstern Garuda.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di konsulat-konsulat kita diluar negeri,

mempunyai hubungan linier dengan banyaknya visa yang diterbitkan.

Reviu analitikal sering dilakukan dengan hitungan cepat untuk menunjukkan keganjilan.

Seorang bankir mencatat informasi yang diterimanya dari calon nasabah kreditnya. Dengan cepat

ia menetukan bahwa pabrik pulp berkapasitas besar dilokasi yang terisolasi, tidak akan bisa

beroperasi karena bahan bakunya tidak akan cukup. Semua data untuk membuat kesimpulan itu

ia peroleh selama makan siang dengan calon debiturnya.

 

Regresi atau Analisis Trend -

Dengan data historikal yang memadai(makin banyak makin baik, ceteris paribus), reviu

analitikal dapat mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan

grafiknya, misalnya STAR.

 

Menggunakan indikator ekonomi makro –

Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun

dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa,

indikator ekonomi negara-negara yang menjadi partner perdagangan Indonesia, hargaminyak

mentah dan komoditi lain, dan lain-lain. Ini merupakan bidang studi yang ditekuni para ahli

ekonomi makro dan ekonometri.

Page 27: Audit Investigatif Sumber

 

MENGHITUNG KEMBALI

Menghitung kembali atau repeform tidak lain dari mencek kebenaran perhitungan (kali,

bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas

ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang junior auditor

di kantor akuntan.

Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan

atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegoisasi

berkali-kali dengan pejabat(atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau

disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.

Beberapa contoh penghitungan kembali semacam itu yang berpotensi triliunan rupiah:

         Kasus penyelesaian kewajiban pemegang saham menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor

151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006 mensyaratkan penetapan jumlah kewajiban

berdasarkan data terakhir.

         Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil (Production Sharing Contractor). Cost

recovery ini sangat besar jumlahnya. Kalau tidak dihitung kembali oleh counterpart PSC atau

lembaga pemeriksa independen, cost recovery rawan penyalahgunaan.

         Biaya yang dikeluarkan BUMN yang mempunyai kewajiban memberikan pelayanan umum

(public Service Obligation). Keterlambatan pembayaran PSO mempunyai dampak yang besar

terhadap likuiditas BUMN yang bersangkutan.

 

 

Investigatif Dengan Tehnik Perpajakan

Page 28: Audit Investigatif Sumber

Investigatif dengan tehnik perpajakan menggunakan dua tehnik yang secara luas

dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua tehnik investigasi

ini digunakan untuk menentukan panghasilan kena pajak (PKP) yang belum dilaporkan oleh

wajib pajak dalam SPT-nya. Penerapan tehnik-tehnik ini terus berkembang, sehingga menjadi

umum digunakan dalam memerangi organized crime.

Kedua tehnik investigatif ini adalah Net Worth Method dan Expenditure Method.

Keduanya menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS

menggunakannya sebagai bukti tidak langsung (circumstantial evidence). Tehnik ini menggeser

beban pembuktian dari negara/fiskus kepada wajib pajak. Perlindungan hak wajib pajak

diperlukan karena pergeseran beban pembuktian tersebut diatas.

NET WORTH METHOD

Net worth method diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS). Pemakaiannya

bisa ditelusuri kembali ke tahun 1931 ketika IRS berhasil menjaring Al(fonso) Capone. Sejak

Congress mengundangkan RICO Act pada tahun 1970, penggunaannya diperluas untuk

menemukan indikasi illegal income dari organized crime (kejahatan yang diorganisasi seperti

Mafia,Triad, dan lain-lain).

Net worth method untuk investigasi pajak ingin membuktikan adanya PKP yang belum

dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya

penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau illegal income.

 

Net Worth Method untuk Perpajakan -

Di Amerika Serikat di mana Net Worth Method diterima sebagai cara pembuktian tidak

langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak untuk melaporkan semua

penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh undang-undangnya) dalam tax returns mereka.

Ketentuan serupa juga berlaku di Indonesia di mana wajib pajak diwajibkan penghasilannya

secara lengkap dan benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan, dalam hal ini SPT PPh).

Page 29: Audit Investigatif Sumber

Pemeriksa pajak menetapkan net worth atau kekayaan bersih pada awal tahun. Ini

diperoleh dari pengurangan seluruh assets seseorang dengan seluruh liabilities-nya. Jadi di awal

tahun tertentu,sebutlah Tahun-1, net worth = assets-lialibilities. Hal yang sama dilakukan untuk

menentukan net worth Tahun-2.

Selanjutnya, net worth Tahun-1 dibandingkan dengan net worth tahun-2. perbandingan

ini akan menghasilkan kenaikan net worth (net worth increase) yang seharusnya sama dengan

PKP untuk tahun-2. Karena itu kenaikan net worth ini dibandingkan dengan penghasilan yang

dilaporkan dalam SPT PPh tahun-2.

 

 

 

Net Worth Method untuk organized crime -

Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income. Seperti

disebutkan tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam memerangi organized crime. Di

Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi korupsi. Ketentuan perundang-

undangannya sudah ada, yakni laporan mengenai kekayaan pejabat.

Legal income adalah semua penghasilan yang dilaporkan yang bersangkutan. Inilah yang

dibandingkan dengan net worth increase (sesudah di-adjust dengan personal expenses) untuk

menentukan illegal income.

 

EXPENDITURE METHOD

Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan, penerapan Expenditure Method

juga dipelopori IRS. Expenditure Method yang merupakan derivasi atau turunan dari net worth

Page 30: Audit Investigatif Sumber

method digunakan IRS sejak tahun 1940an. Ketika RICO Act diundangkan dalam tahun 1970,

Expenditure Method dimanfaatkan sebagai petunjuk organized crime. Expenditure Method juga

merupakan cara pembuktian tidak langsung.

Seperti Net Worth Method, Expenditure Method juga dimaksudkan untuk menentukan

unreported taxable income. Expenditure Method lebih cocok untuk para wajib pajak yang tidak

mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).

Expenditure Method lebih populer dari Net Worth Method, karena Expenditure Method

lebih mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah dimengerti oleh orang awam.

Mahkamah Agung di Amerika Serikat tidak menetapkan Expenditure Method secara khusus

sebagai alat pembuktian, karena Expenditure Method dianggap derivasi atau turunan dari Net

Worth Method. Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income

berdasarkan Net Worth Method akan mengkonversikannya ke Expenditure Method.

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan apabila kondisi-

kondisi berikut sangat kuat atau dominan:

1. Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.

2. Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena terbakar.

3. Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.

4. Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.

5. Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized crime apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:

1.      Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham, perhiasan, mobil atau

kapal mewah, dan seterusnya.

2.      Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar kemampuannya.

3.      Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang memberatkan dia

adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.

Page 31: Audit Investigatif Sumber

4.      Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam kejahatan penebangan

hutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam kasus korupsi), dan pungutan negara lainnya.

Expenditure Method adalah derivasi dari Net Worth Method. Namun, perlakuan terhadap

asset dan liabilities-nya berbeda. Misalnya, dalam Net Worth Method penyidik akan

mencantumkan saldo akhir kas dan bank. Dalam Expenditure Method, hanya perubahannya yang

diambil (kenaikan atau penurunan kas dan bank). Hal yang sama juga berlaku untuk persediaan

barang, piutang, utang, dan pinjaman bank. Depresiasi, amortisasi, deplesi, deffered gains, dan

semacamnya juga diabaikan dalam Expenditure Method ini sebenarnya merupakan hal yang

elementer untuk seorang akuntan.

 

 

 

FOLLOW THE MONEY

Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadarinya, nalurinya ini akan

meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak uang atau money

trails inilah yang dipetakan oleh penyidik.

Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian uang menginagtkan

kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja (seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang

dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain) yang merupakan tindak pidana,

tetapi juga pencucian uangnya adalah tindak pidana.

Uang sangat cair/likuid, mudah mengalir. Itulah sebabnya Follow The Money

mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigatif. Namun, mata uang kejahatan

atau currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crimeakan

membuka peluang baru untuk menerapkan tehnik Follow The Money.

Page 32: Audit Investigatif Sumber

 

Naluri Penjahat

Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu gejala yang

sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak terlibat fraud. Untuk itu,

pelaku “harus jauh” dari fraud itu sendiri dan “harus jauh” dari uang yang merupakan hasil

kejahatan. Itulah sebabnya, salah satu aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud itu

tersembunyi.

Di lain pihak, motive dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya, adalah

mendapatkan uang. Kalaupun bukanitu motive-nya ada aliran uang ke diri pelaku(atau

keluarganya).pada akhirnya ada arus uang atau dana dari “tempat persembunyian” atau “tempat

penitipan” yang mengalir ke alamat sipelaku utama.

Jejak-jejak kejahatan, dalam hal ini, berupa arus uang. Karena itu, dalam mencari pelaku,

investigator menelusuri jejak-jejak uang ini. Tehnik investigatif yang menelusuri arus dana dan

mencari muaranya, disebut Follow The Money.

 

 

Kriminalisasi dari pencucian uang

Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan perbuatannya

dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration. Tindak perbuatan ini denga tegas

diperlakukan serbagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 15 tahun

2002 tentang Tindak pidana Pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

nomor 25 tahun 2003.

Dengan diperlakukannya pencucian uang sebagai tindak pidana (kriminalisasi dari

pencucian uang), maka banyak kasus kejahatan (termasuk tindak pidana korupsi) dapat diproses

(pengadilan) melalui kejahatan utamanya dan melalui pencucian uangnya.

Page 33: Audit Investigatif Sumber

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga yang

penting untuk mengungkapkan pelaku-pelaku dengan menelusuri laporan-laporan dari berbagai

sumber, tanpa harus membuktikan kejahatan utamanya.

 

Follow The Money dan Data Mining

Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya sangat

banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan pelakunya, yang kita ingin kita

lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menuju ke suatu tempat (yang memberi indikasi

tentang pelaku atau otak kejahatan).

Disamping kerumitan karena data yang begitu besar, juga diperlukan kecermatan dan

persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang

teknologi informasi, memfasilitasi proses ini.

 

Mata Uang Kejahatan

Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah izin-izin atau lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya dialokasikan kepada keluarga dan kerabat sang diktator.

Dalam hal itu currency of crime- nya bisa berupa intan berlian, minyak bumi, pasir laut,

kayu bundar (logs), ganja, dan lain sebagainya. Di sini ada dua arus yang bisa diikuti

investigator, yakni arus dana dan arus fisik barang. Arus fisik barang sering memberikan indikasi

kuat, karena adanya anomali. Contoh: data statistik resmi mengenai impor-ekspor yang

menunjukkan kesenjangan yang besar, antara data negara pengimpor dan negara pengekspor.

 

Investigatif Tindak Pidana Korupsi

Page 34: Audit Investigatif Sumber

Tindak Pidana Korupsi (TPK) dilihat dari ketentuan perundangan yang berlaku di

Indonesia. Yang akan dipakai sebagai acuan dalam pembahasan ini adalah Undang-Undang

nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2001

tentang pemberantasan TPK. Untuk TPK yang dilakukan sebelum berlakunya undang-undang

ini, yakni tanggal 21 november 2001, berlaku Undang-Undang nomor 3 tahun 1971.

Analisis pasal-pasal TPK akan menganalisis semua pasal yang mengandung TPK ke

dalam unsur-unsurnya, bagian inti atau bestanddeel. Pendekatan ini dipakai oleh penyelidik,

penyidik, dan jaksa penuntut umum.

Keberhasilan atau kegagalan suatu investigatif TPK, di luar masalah penyuapan kepada

penegak hukum, ditentukan oleh kemampuan membuktikan bagian-bagian inti dan meyakinkan

majelis hakim dalam persidangan pengadilan.

 

Analisis Pasal-Pasal TPK

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

mencakup 30 tindak pidana yang diartikan sebagai tindak pidana korupsi (TPK). Ini dapat dilihat

dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang berikut:

No. Pasal No. Pasal No. Pasal1. 2 11. 7 ayat (2) 21. 12 huruf f

2. 3 12. 8 22. 12 huruf g

3. 5 ayat (1) huruf a 13. 9 23. 12 huruf h

4. 5 ayat (1) huruf b 14. 10 24. 12 huruf i

5. 6 ayat (1) huruf a 15. 11 25. 12 B

6. 6 ayat (1)huruf b 16. 12 huruf a 26. 12 C

7. 7 ayat (1) huruf a 17. 12 huruf b 27. 13

8. 7 ayat (1) huruf b 18. 12 huruf c 28. 14

9. 7 ayat (1) huruf c 19. 12 huruf d 29. 15

Page 35: Audit Investigatif Sumber

10. 7 ayat (1) huruf d 20. 12 huruf e 30. 16

Pemeriksa memfokuskan investigasinya pada pencarian indikasi-indikasi atau bukti awal

dari masing-masing unsur atau bagian inti TPK. Dengan meningkat dan mendalamnya

investigasi, maka upaya diarahkan kepada pengumpulan dan penyajian alat-alat bukti.

Karena itu, penting sekali bagi pemeriksa untuk mengetahui bagian inti atau berstanddeel

dari ke 30 TPK. Dalam uraian pasal-pasal dan ayat-ayat yang mencangkup ke 30 TPK,

berstanddeel ini digaris bawahi. Pasal-pasal ini juga disertai dengan penjelasan undang-

undangnya.

Dalam dokumentasi investigasinya, pemeriksa merinci semua indikasi dan alat bukti

untuk masing-masing bagian inti atau tindak pidana korupsi yang disangkakan atau didakwakan.

 

Beberapa Konsep Undang-Undang TPK

Dibawah ini ada catatan mengenai beberapa konsep, baik yang secara umum dikenal

dalam KUHP dan KUHAP, maupun yang khas untuk TPK. Konsep-konsep itu adalah:

Alat bukti yang sah

Beban pembuktian terbalik

Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan

Pemidanaan secara in absentia

“Memperkaya” versus” Menguntungkan”

Pidana mati

Nullum delictum

Concursus idealis

Concursus realis

Perbuatan berlanjut

Page 36: Audit Investigatif Sumber

“Lepas dari tuntutan hukum” versus “ bebas”

Konsep ini dimaksudkan untuk membantu investigator yang tidak mempunyai latar

belakang pendidikan hukum. Dalam analisis kasus para investigator dapat melihat penerapan

sebagian konsep-konsep ini.

 

Analisis Beberapa Kasus Korupsi

Para akuntan forensik dapat menarik pelajaran berharga dari pendapat dan komentar para

ahli hukum, mengenai kasus-kasus yang sudah ada putusan hakim. Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah

adalah seorang di antara ahli hukum pidana dan hukum secara pidana yang banyak menulis

tentang kasus-kasus korupsi.

Dalam bukunya, Profesor Andi Hamzah secara rinci mencantumkan posisi dan analisis

kasusnya. Analisis di bawah merupakan ringkasan untuk menonjolkan hal-hal yang penting bagi

akuntan forensik. Para akuntan forensik sebaiknya mempelajari secara utuh dokumentasi dari

suatu kasus, yakni sejak surat dakwaan yang diajukan penuntut umum, sampai kepada putusan

Mahkamah Agung.

 

Kasus Samadikun Hartono

Penuntut Umum mendakwa Samadikun Hartono (Presiden Komisaris PT Bank Modern

Tbk), bersama-sama dengan Bambang Trianto ( Presiden Direktur PT Bank Modern Tbk):

Dakwaan Primair:

Secara berlanjut melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan

secara melawan hukum atau secara tidak patut menggunakan uang atau menyalurkan sejumlah

dana BLBI atau bertentangan dengan peruntukkannya yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan negara sebesar Rp 169.492.986.461,54

Page 37: Audit Investigatif Sumber

Dakwaan Subsidair:

Dengan perbuatan itu juga menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan, yang langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.

 

Menarik sekali apa yang dikatakan Andi Hamzah mengenai putusan Pengadilan Negeri

dan Mahkamah Agung dalam kasus Samadikun Hartono, serta tragedi pada akhirnya:

Didalam pertimbangan Pengadilan Negeri perbuatan terdakwa tidak dapat

dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum karena itu, terdakwa dibebaskan dari segala

dakwaan baik yang primair maupun yang subsidiair.

Nyata sekali kekeliruan hakim karena pada dakwaan subsidiair yang terdakwa juga

dibebaskan, tidak ada bagian inti (bestandeel) melawan hukum, sehingga tidak perlu dibuktikan.

 

Kasus Djoko S. Tjandra

Djoko S. Tjandra melakukan kontrak cessie dengan Rudi Ramli (Bank Bali). Karena

perbuatan itu dilakukan pada tahun 1998, penuntut umum mendakwa Djoko Tjandra dengan

pasal 1 ayat 1 huruf a dari undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi nomor 3 tahun

1971.

Menurut Andi Hamzah:

Kurang tepat mendakwa perbuatan cessie sebagai merupakan perbuatan melawan hukum

memperkaya diri sendiri. Sehingga Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung membebaskan

Djoko S. Tjandra, dengan alasan perbuatan melakukan cessie adalah perbuatan perdata dan

bukan pidana.

Page 38: Audit Investigatif Sumber

Yang menjadi soal sebenarnya adalah mengapa pencairan uang hasil cessie itu berjalan

dengan cepat dan mulus. Mengapa kalau orang lain yang membuat cessie, hasil cessie-nya sulit

dicairkan? Jadi seharusnya Djoko S Tjandra didakwa memberi suap kepada pejabat negara dan

BPPN primair pasal 209 KUHP juncto pasal 1 ayat (1) huruf c undang-undang 3/1971;,

subsidiair pasal 1 ayat (1) huruf d undang-undang 3/1971, yang sekarang menjadi pasal 13 UU

PTPK 1999.

 

Investigatif Pengadaan

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik.

Tiap-tiap tahun BPK maupun BPKP, melaporkan kasus pengadaan yang mengansung unsur

tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan. Beberapa kasus

pengadaan yang berhasil diselesaikan di pengadilan, membuyarkan legenda bahwa mark-up

“hanya” 30%.

Cara-cara investigasi yang dijelaskan di bawah, diterapkan dalam pengadaan yang menggunakan

sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya ada tiga tahapan besar

sebagai berikut:

1. Tahap pra tender

2. Tahap penawaran dan negoisasi

3. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif

Auditor harus menguasai seluk-beluk dan potensi fraud dalam setiap tahap. Yang dapat

membantunya adalah gejala-gejala yang sering muncul ke permukaan pada setiap tahap tersebut

diatas.

 

Standar

Page 39: Audit Investigatif Sumber

Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Karena itu dalam pekerjaan audit, para

auditor ingin menegaskan standar mereka. Dengan standar ini pihak yang diaudit (auditee), pihak

yang memakai laporan audit, dan pihak-pihak lain dapat mengukur mutu kerja si auditor. Hal

yang sama juga ingin dicapai para investigator dan forensic accountant.

Standar tersebut adalah:

1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui

2. kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti-bukti tadi dapat

diterima dipengadilan.

3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi, dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks; dan

jejak audit tersedia.

4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senatiasa

menghormatinya.

5. Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan, dan

pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum

administratif maupun hukum pidana.

6. Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau

dari segi waktu.

7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,

pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,

pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol,

dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan

persyaratan mengenai pelaporan.

Standar –1Seluruh investigasi harus dilandasi praktek-praktek terbaik yang diakui (accepted best

practices).istilah best practices sering dipakai dalam penetapan standar. Dalam istilah ini tersirat

dua hal. Pertama,adanya upaya membandingkan antara praktek-praktek yang ada dengan

Page 40: Audit Investigatif Sumber

merujuk kepada yang terbaikpada saat itu. Upaya ini disebut benchmarking. Kedua,upaya

benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi terbaik.

Standar-2Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi

dapat diterima dipengadilan. Bandingkan standar ini dengan nasehat kedua dari daviadi atas.

 

Standar-3Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, dan diindeks; dan

jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada penyelidikan di

kemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar. Referensi ini

juga membantu perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga accepted best

practices yang dijelaskan dapat dilaksanakan.

 

Standar-4Pastikan bahwa investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senantiasa

menghormatinya. Kalau investigatif dilakukan dengan cara yang melanggar hak azasi pegawai,

yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan investigatornya. Bukti-bukti yang sudah

dikumpulkan dengan waktu dan biaya yang banyak, menjadi sia-sia.

 

Standar-5Ingatlah bahwa beban pembuktian ada pada perusahaan yang “menduga” pegawainya

melakukan kecurangan, danpada penuntut umumyang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam

kasus hukumadminstratif dan pidana. Dalam kasus pidana di Amerika Serikat, beban pembuktian

ini harus beyond reasonable doubt atau “melampaui keraguan yang layak”.

Page 41: Audit Investigatif Sumber

 

Standar-6Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau

dari segi waktu.

Dalam melaksanakan investigatif, kita menghadapi keterbatasan waktu. Dalam

menghormati azaspraduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang harus dihormati.

 

Standar-7Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigatif, termasuk perencanaan,

pengumpulan bukti, dan barang bukti, wawancara, kontak denganpihak ketiga, pengamanan

mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan

penyelenggaraan catatan, keterlobatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai

pelaporan.

Audit Investigatif

1       Audit Investigatif

 

Sebelum memulai suatu investigasi, pimpinan atau lembaga perlu menetapkan apa yang

sesungguhnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi merupakan proses yang panjang,

mahal, dan bisa berdampak negative terhadap perusahaan atau stakeholdersnya.

Proses yang panjang dan lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik intern maupun

ekstern) yang terlibat atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu menjadi mahal. Perusahaan

Page 42: Audit Investigatif Sumber

juga harus menyediakan banyak sumber daya atau harus meng-commit sumber daya yang akan

disediakan.

Reputasi perusahaan juga bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini tidak

dikomunikasikan dengan baik. Contoh: obat yang sudah kadaluarsa dan seharusnya dihancurkan,

justru dijual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan ini dapat menjadi bencana bagi

konsumen. Namun kalau hasil investigasi dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara

perusahaan dan konsumen (atau stakeholders lainnya) justru dapat mencegah hancurnya reputasi

perusahaan.

Karena itu, tujuan dari suatu investigasi harus disesuaikan dengan keadaan khusus yang

dihadapi,dan ditentukan sebelum investigasi dimulai.

 

Tujuan Investigatif:

Dibawah ini disajikan bermacam-macam alternative mengenai tujuan investigasi:

1.      Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran keras bahwa manajemen

tidak mampu mempertanggung jawabkan kewajiban fidusiernya. Kewajiban fidusier ini

termasuk mengawasi dan mencegah terjadinya kecurangan oleh karyawannya.

2.      Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti. Tujuan ini akan

menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim di

pengadilan. Konsepnya adalah forensic evidence, dan bukan sekedar bukti audit.

3.      Melindungi reputasi karyawan yang tidak bersalah. Misalnya dalam pemberitaan di media masa

bahwa karyawan di bagian produksi menerima uang suap. Tanpa investigasi, reputasi dari semua

karyawan dibagian produksi akan tercemar. Investigasi mengungkapkan siapa yang bersalah.

Mereka yang tidak bersalah terbebas dari tuduhan (meskipun perguncingan seringkali tetap tidak

terhindari).

Page 43: Audit Investigatif Sumber

4.      Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi. Banyak bukti dalam

kejahatan keuangan berupa dokumen. Kalau banyak dokumen disusun untuk menyembunyikan

kejahatan, atau kalau dokumen ini dapat memberi petunjuk kepada pelaku dan penanggung

jawab kecurangan, maka tujuan dari investigasi ini adalah menjaga keutuhan dokumen. Ruang

kerja harus diamankan, tidak boleh ada orang masuk keluar tanpa izin, dokumen harus diindeks

dan dicatat.

5.      Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi. Ini

meliputi penelusuran rekening bank, pembekuan rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan

atau penjualan asset, dan penentuan kerugian yang terjadi.

6.      Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku kejahatan,

mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut; harapannya adalah bahwa mereka bersedia

bersikap kooperatif dalam investigasi itu. Tehnik pelaksanaannya adalah dengan “dengar

pendapat orang terbuka” yang menghadirkan orang luar sebagai panelis. Orang luar ini biasanya

orang terkemuka dan terpandang. Hal ini umumnya dilakukan apabila “operasi tertutup dan

rahasia” (covert operations) gagal mengungkapkan kecurangan yang berdampak luas.

7.      Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya. Ada dua versi dari

pendekatan ini. Pertama, lakukan penuntutan tanpa pandang bulu, berapapun besar biayanya,

siapapun pelakunya (penjahat besar maupun kecil). Hal ini akan mengirimkan pesan kepada

seluruh karyawan dan pihak luar, bahwa perusahaan atau lembaga itu serius dalam mengejar si

penjahat. Kedua, kejar si penjahat untuk mengembalikan dana atau asset yang dicurinya, dan

kemudian minta dia mengundurkan diri atau diberhentikan. Pendekatan kedua, lebih “tenang”,

tak ada gembar-gembor.

8.      Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan. Seperti pada butir diatas, tujuan utamanya

adalah menyingkirkan “buah busuk” agar “buah segar” tidak ikut busuk. Pendekatannya adalah

pendekatan disiplin perusahaan. Pembuktian terhadap tindak kejahatan ini mungkin tidak akan

lolos disidang pengadilan. Tapi pembuktian disini diarahkan kepada penerapan peraturan intern

perusahaan.

Page 44: Audit Investigatif Sumber

9.      Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan. Kecurangan

menggerogoti sumber daya perusahaan, dan umumnya pemulihan kerugian ini tidak ada atau

sangat sedikit. Pendekatan ini menghentikan kerugian lebih lanjut dan menutup celah-celah

peluang (loopholes) terjadinya kejahatan.

10.  Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan. Apakah investigasi akan diperluas atau

diperdalam, atau justru dibatasi lingkupnya. Kadang-kadang suatu investigasi dilaksanakan

secara tentative atau eksploratif dan bertahap. Dalam investigasi ini laporan kemajuan

memungkinkan evaluasi, apakah kita akan melanjutkannya dan kalau ya, bagaiman lingkupnya.

11.  Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan, sesuai dengan

buku pedoman. Tujuan semacam ini biasanya didasarkan atas pengalaman buruk. Dimasa lalu,

misalnya, tujuan dari pada investigasi adalah untuk menangkap pelakunya. Ketika investigasi

dilakukan secara gencar, investigasinya “kebablasan” dan pelaksanaannya melanggar ketentuan.

12.  Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk membantu pengambilan keputusan

mengenai keputusan mengenai investigasi ditahap berikutnya. Banyak investigasi bersifat

iterative, artinya suatu investigasi atas dugaan kejahatn menghasilkan temuan baru yang

melahirkan dugaan tambahan atau suatu dugaan baru. Investigasi pertama diikuti dengan

investigasi berikutnya, dan seterusnya, secara iterative memperluas pemahaman invstigator

mengenai berapa dalamnya masalah yang dihadapi. Konsultasi, diskusi, dan presentasi dari

temuan-temuan secara berkala(mingguan, misalnya), merupakan ciri khas dari pendekatan ini.

13.  Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat

dapat diambil. Ini biasanya merupakan tujuan investigasi dalam hal pelaku tertangkap tangan

seperti dalam kasus pencurian di supermarket. Umumnya kejahatan ditempat kerja tidak

memiliki cirri kasus ini karena karyawan dikenal atau mempunyai identitas yang disimpan dalam

pencatatan perusahaan. Tetapi dalam kejahatan tertentu, misalnya penggelapan uang yang

melibatkan pihak-pihak diluar perusahaan, pendekatan ini sangat tepat.

14.  Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumberdaya dan

terhentinya kegiatan perusahaaan seminimal mungkin. Pendekatan ini berupaya mencari

pemecahan yang optimal dalam kasus yang terjadi.

Page 45: Audit Investigatif Sumber

15.  Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat keputusan

yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil. Hasil investigasi seringkali ditindaklanjuti

secara emosional. Kalau karyawan itu disukai oleh atasan atau rekan sekerjanya, pimpinan

cenderung “memaafkan” perbuatannya dan tidak memaanfaatkan peluang untuk memperbaiki

sistem yang berhasil “dijebolnya”. Sebaliknya, kalau pimpinan atau rekan sekerjanya tidak

menyukai si pelaku kecurangan, pimpinan cenderung menghukumnya seberat-beratnya. Kedua

sikap tadi akan merugikan perusahaan. Dengan memperoleh gambaran yang layak (fair) maka

pimpinan secara sadar membuat keputusan tentang siapa yang melakukan investigasi (harus

seorang professional) dan bagaimana tindaklanjutnya.

16.  Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik lisan maupun tertulis baik

dengan nama terang atau dalam bentuk surat kaleng) untuk menanggapinya secara tepat.

Investigasi yang didasarkan pada tujuan ini, tidak akan menelan mentah-mentah “fakta” yang

diajukan dalam tuduhan itu. Fokusnya adalah pada konteks tuduhan itu apakah tuduhan itu akan

dianggap serius.

17.  Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik. Hal ini sangat penting ketika morale

kerja merupakan kunci keberhasilan dalam perusahaan atau tim kerja.

18.  Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga. Tujuan dari investigasi ini tentunya bukan

untuk melindungi lembaga yang sebagian besar memang sudah korup. Kalau tujuan ini

ditetapkan dalam kondisi semacam ini, maka yang tejadi adalah persekongkolan jahat atau

kolusi. Tujuan investigasi diatas sangat tepat apabila kejahatan dilakukan oleh segelintir orang,

padahal reputasi perusahaan secara keseluruhan terancam.

19.  Mengikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan mengenai due diligence

dan klaim kepada pihak ketiga (misalnya klaim asuransi).

20.  Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. Kita umumnya menyadari akan perlunya

ketentuan perundang-undangan dipatuhi, dan konsekuensi terhadap pelanggarannya. Namun,

lebih sulit mengikuti kewajiban etika. Dalam situasi dimana pelaku kecurangan “pasrah”, ia

seringkali mengikuti kehendak sang investigator. Dalam kondisi seperti ini, si investigator lupa

Page 46: Audit Investigatif Sumber

akan kode etiknya, sekedar karena pada saat itu si “terduga” tidak mempertanyakan sikap dan

tingkah si investigator. Seringkali kepasrahan si “terduga” diikuti dengan arogansi si

investigator, menyuburkan praktek-praktek pelanggaran kode etik. Dengan menetapkan tujuan

investigasi ini, perusahaan ingin memastikan bahwa investigator senantiasa mengikuti kode etik

yang sudah ditetapkan.

21.  Menentukan siapa pelakunya dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya. Prakarsa ini

bermaksud untuk menyeret si pelaku ke pengadilan pidana, misalnya pengadilan tindak pidana

korupsi. Karena itu, perlu pengumpulan bukti yang cukup untuk proses penyidikan yang diikuti

dengan penuntutan dan selanjutnya proses pengadilan. Dengan demikian, seluruh daya

dikerahkan disertai publisitas penuh, yang sangat sejalan dengan kebijakan “tanpa ampun” (zero-

tolerance policy).

22.  Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang tidak terpuji.

Ini serupa dengan tujuan dalam butir 21 diatas, dengan perbedaan bahwa butir ini diproses

melalui ketentuan administrative atau perdata.

23.  Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau perilaku

yang melalaikan tanggung jawab. Seorang karyawan dibagian pengadaan berkolusi dengan

pemasok. Hal ini memungkinkan karyawan memperkaya dirinya sendiri, yang dipakainya untuk

pembelian property mewah. Investigasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama diarahkan

kepada pelaku. Sedangkan tahap kedua, kepada atasannya. Tahap kedua ingin menjawab

pertanyaan: Mengapa atasannya tidak melihat petunjuk awal (anak buah bertambah kekayaan

dalam jangka waktu pendek), ataukah sekurang-kurangnya mewawancarai anak buahnya. Tujuan

investigasi dalam butir ini adalah untuk tahap kedua tadi.

24.  Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini tidak

terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik. Gaya kerja” serbu dan tangkap”

atau “tangkap dulu, jelaskan kemudian” seringkali rawan terhadap kemungkinan perusahaan

dituntut. Karena itu, tujuan investigasi ini harus jelas dan ditegaskan sebelum investigasi

dilakukan.

Page 47: Audit Investigatif Sumber

25.  Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan

bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap sipelaku.

Tujuan ini berkaitan dengan petunjuk bahwa sipelaku mengidentifikasi orang-orang yang secara

potensial bisa menjadi saksi, baik dalam proses penyidikan maupun dalam sidang pengadilan.

Perlindungan terhadap para saksi ini dapat mendorong mereka memberikan keterangan,

petunjuk, atau bukti yang diperlukan.

26.  Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya kecurangan ini

dengan tepat. Dalam jangka panjang, manajemen risiko yang baiklah yang akan mencegah atau

mengurangi terjadinya kecurangan.

 

Dari contoh-contoh diatas, terlihat berbagai tujuan dalam melakukan suatu investigasi.

Istilah investigasi dalam penggunaan sehari-hari, memberi kesan seolah-olah hanya ada satu

jenis. Jenis yang kita kenal umumnya adalah dalam konteks tindak pidana korupsi. Tujuan

akhirnya, menjebloskan koruptor ke penjara dan atau mendapatkan kembali sebagian atau

seluruh hasil jarahannya.

Pemilihan di antara berbagai alternative tujuan investigasi, tergantung dari organisasi

atau lembaganya serta mandate yang dipunyainya, jenis dan besarnya kecurangan, dan budaya di

lembaga tersebut. Tanggung jawab untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu

investigasi terletak pada pimpinan.

 

Investigatif

Pengertian investigasi dan pemeriksaan fraud digunakan silih berganti sebagai sinonim. Idealnya

ada kesamaan makna konsep-konsep auditing dan hukum; namun, dari ssegi filsafat auditing dan

filsafat hukum,hal itu tidaklah mungkin.

Page 48: Audit Investigatif Sumber

Ada sebab lain kenapa harmonisasi antara konsep-konsep hukum dan auditing tidak dapat

berjalan. Hukum Indonesia, khususnya hukum pidana dan hukum secara pidana, masih berasal

dari hukum Napoleonic. Sedangkan konsep-konsep akuntansi dan auditing kita adopsi dari

Amerika Serikat. Karena perbedaannya yang penting antara konsep-konsep auditing dan hukum,

pemeriksa fraud perlu memahami kedua-duanya.

Dalam filsafat auditing kita mengenal konsep due audit care, prudent auditor, seorang

professional yang berupaya menghindari tuntutan dengan tuduhan teledor (negligent) dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk itu, pemeriksa fraud atau investigator perlu mengetahui tiga

aksioma dalam pemeriksaan fraud.

Suatu investigasi hanya dimulai apabila ada dasar yang layak, yang dalam investigasi

dikenal sebagai predication. Dengan landasan atau dasar ini, seorang investigator mereka-reka

mengenai apa, bagaimana, siapa dan pertanyaan lain yang diduganya relevan dengan

pengungkapan kasusnya: ia membangun teori fraud (fraud theory).

Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya pembuktian. Umumnya

pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum (acara) yang berlaku.

 

Aksioma Dalam Investigatif

Dalam melakukan investigasi ada beberapa aksioma. Aksioma adalah asumsi dasar yang

begitu gamblangnya sehingga tidak memerlukan pembuktian mengenai kebenarannya. Tapi

jangan remehkan “kegamblangannya”. Pemeriksa yang berpengalaman pun menghadapi

kesulitan ketika ia mengabaikan aksioma-aksioma ini.

Ada tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud, yang dibahas berturut-turut dibawah. Ketiga

aksioma ini berkenaan dengan sifat fraud yang tersembunyi, pembuktian tentang fraud yang

dilakukan secara timbal balik, dan terjadinya fraud semata-mata merupakan kewenangan

pengadilan untuk memutuskannya.

Page 49: Audit Investigatif Sumber

 

Fraud selalu tersembunyi –

Berbeda dengan kejahatan lain, sifat perbuatan fraud adalah tersembunyi atau

mengandung tipuan (yang terlihat di permukaan bukanlah yang sebenarnya terjadi atau

berlangsung). Bayangkan sejenak perampokan bank yang dilakukan segerombolan penjahat.

Mereka masuk ke lobby bank, menodongkan senjata api kepada teller (juru bayar) dan manajer

bank, minta para teller mengisi kantong-kantong mereka dengan uang dan barang berharga lain

yang ada dalam kasanah (vault,kluis), kemudian meninggalkan bank dengan kecepatan tinggi.

Semuanya disaksikan oleh pelanggan bank yang sedang atau akan bertransaksi.

Bandingkan adegan tadi dengan adegan lain di mana kepala cabang suatu bank besar

memfasilitasi “pelanggannya” dengan membuka L/C fiktif atau memberikan kredit bodong yang

segera menjadi NPL (non-performing loan). Dalam adegan kedua, terjadi dua scenario. Skenario

pertama yang terjadi di permukaan, seolah-olah ini transaksi normal antara banker dan pelanggan

“terhormat”. Transaksi ini didukung dengan segala macam berkas resmi dari perusahaan sang

pelanggan, bank, notaries, kantor akuntan, pengacara, bermacam-macam legitimasi (termasuk

surat-surat keputusan dari lurah sampai petinggi Negara lainnya) dan entah berkas apalagi.

Dalam scenario kedua, pihak-pihak yang terlibat menutup rapat-rapat kebusukan mereka;

penyuapan aparat penegak hukum dan instansi lain merupakan biaya penutup kebusukan ini.

Kedua scenario ini tidak terpisah, satu menguatkan yang lain dalam jalinan ayau packaging yang

rapi. Karena itu, dirigennya juga mempunyai nama terhormat, arranger.

Adegan pembobolan pertama (oleh perampok) terlihat kasar dan kasat mata. Adegan

pembobolan kedua (oleh kelompok yang disebut atau menamakan diri mereka “professional”)

terlihat bersih; karena bagian yang kotor sudah tersembunyi dlam pembungkusan atau packaging

yang rapi.

Metode pembungkusannnya begitu rapi sehingga pemeriksa fraud atau investigator yang

berpengalaman sekalipun seringkali terkecoh. Karena itu pemeriksa fraud atau investigator harus

menolak memberikan pernyataan bahwa hasil pemeriksaannya membuktikan tidakada fraud.

Page 50: Audit Investigatif Sumber

Pernyataan yang mengandung risiko yang sangat besar. Fraud tersembunyi (atau lebih

tepat,”disembunyikan”), fraud dibungkus rapi.

 

 

 

Pembuktian Fraud Secara Timbal-Balik –

Pembuktian ada atau telah terjadinya fraud meliputi upaya untuk membuktikan fraud itu

tidak terjadi. Dan sebaliknya, untuk membuktikan fraud tidak terjadi, kita harus berupaya

membuktikan fraud itu terjadi harus ada upaya pembuktian timbale balik atau reverse proof.

Kedua sisi fraud (terjadi dan tidak terjadi) harus diperiksa. Dalam hukum Amerika Serikat,

“proof of fraud must preclude any explanation other than guilt” artinya pembuktian fraud harus

mengabaikan setiap penjelasan, kecuali pengakuan kesalahan.

 

Hanya Pengadilan yang Menetapkan Bahwa Fraud Memang Terjadi -

Pemeriksa fraud berupaya membuktikan fraud memang terjadi. Hanya pengadilan yang

mempunyai kewenangan untuk menetapkan hal itu. Di Amerika Serikat wewenang itu ada pada

pengadilan (majelis hakim) dan para jury.

Diatas dikatakan: pemeriksa Fraud harus menolak memberikan pernyataan bahwa hasil

pemeriksaannya membuktikan tidak ada fraud. Disini harus ditegaskan: pemeriksa fraud harus

menolak memberikan pernyataan bahwa pemeriksanya membuktikan adanya fraud.

Dalam upaya menyelidiki adanya fraud, pemeriksa membuat dugaan mengenai apakah

seseorang bersalah (guilty) atau tidak (innocent). Bersalah atau tidaknya seseorang merupakan

dugaan atau bagian dari “teori”, sampai pengadilan memberikan keputusannya.

Page 51: Audit Investigatif Sumber

 

Metodologi Investigatif

Kembali ke contoh pembobolan bank diatas. Dalam pembobolan oleh perampok,

identitas perampok tidak diketahui dan ini yang ingin diungkapkan. Dalam penjarahan bank oleh

pejabatnya yang bersekongkol dengan pelanggan, identitas mereka bukan masalahnya.

Masalahnya adalah membuktikan apakah perbuatan mereka dapat dianggap fraud.

Kemahiran si pemeriksa dalam menguasai konsep keuangan dalam kasus yang

dihadapinya dan kemampuannya menarik kesimpulan dari penerapan konsep tersebut (secara

benar atau menyimpang) akan membantunya dalam mengungkapkan apakah perbuatan itu

merupakan fraud (kejahatan atau pelanggaran) menurut hukum. Dalam contoh L/C fiktif,si

pemeriksa harus memahami dengan baik segala seluk beluk (konsep) mengenai L/C dan celah-

celah, bahkan tipologi, dari kejahatan dengan modus operandi L/C fiktif.

Yang tidak kalah penting adalah kemahiran si pemeriksa untuk menyampaikan konsep-

konsep penting itu secara sederhana, sehingga mudah dicerna oleh hakim yang harus memutus

dan jaksa atau pengacara pembela yang harus diyakinkan. Diagram yang menunjukkan arus uang

dari hasil kejahatan kepada pelaku yang merupakan otak kejahatan, merupakan contoh dari

kemampuan menyajikan sesuatu yang rumit secara sederhana.

Fraud Examiners Manual (2006) menjelaskan predication sebagai berikut:

Predication adalah keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat peristiwa itu, dan segala

hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang yang cukup terlatih dan berpengalaman

dengan kehati-hatian yang memadai, kepada kesimpulan bahwa fraud telah, sedang atau akan

berlangsung. Predication adalah dasar untuk memulai investigasi. Investigasi atau pemeriksaan

fraud jangan dilaksanakan tanpa adanya predication yang tepat.

Setiap investigasi dimulai dengan keinginan atau harapan bahwa kasus ini berakhir

dengan suatu litigasi. Padahal ketika memulai investigasi, pemeriksa belum memiliki bukti yang

cukup. Ia baru mempunyai dugaan atas dasar predication yang dijelaskan di atas. Keadaan ini

Page 52: Audit Investigatif Sumber

tidak berbeda dengan ilmuwan yang membuat “dugaan” atas dasar pengamatannya terhadap

berbagai fakta, kemudian “dugaan” ini diujinya. Seperti hipotesis yang harus diuji oleh seorang

ilmuwan, pemeriksa fraud membuat teori tentang bagaimana fraud itu terjadi selanjutnya akan

disebut teori fraud. Teori ini tidak lain dari rekaan atau perkiraan yang harus dibuktikan.

 

 

Investigasi dengan pendekatan teori fraud meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

         Analisis data yang tersedia

         Ciptakan (atau kembangkan) hipotesis berdasarkan analisis di atas

         Uji atau test hipotesis tersebut

         Perhalus atau ubah hipotesis berdasarkan hasil pengujian sebelumnya.

 

Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana

Pembahasan mengenai pemeriksaan fraud di atas adalah dari kaidah-kaidah auditing.

Istilah yang digunakan dalam pembahasan sebelumnya adalah istilah auditing. Padahal

pemeriksaan fraud dimaksudkan untuk pembuktian di pengadilan. Idealnya, pendekatan auditing

dan hukum berjalan seiring. Namun, latar belakang kedua bidang ilmu ini berbeda.

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981)

mengatur tahapan hukum acara pidana sebagai berikut:

1.      Penyelidikan

2.      Penyidikan

Page 53: Audit Investigatif Sumber

3.      Penuntutan

4.      Pemeriksaan di sidang pengadilan

5.      Putusan pengadilan

6.      Upaya hukum

7.      Pelaksanaan putusan pengadilan

8.      Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan

Tahap 1(penyelidikan) sampai dengan Tahap 6 (Upaya Hukum) merupakan satu

rangkaian pemeriksaan yang merupakan upaya pembuktian. Hal ini dijelaskan dalam setiap tahap

dari Tahap 1 sampai dengan Tahap 6.

 

 

 

Penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan menemukan

suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan dapat/tidaknya

penyelidikan dilakukan.

Penyelidikan tidaklah berdiri sendiri atau terpisah dari penyidikan, melainkan merupakan

satu rangkaian yang mendahului tindakan penyidikan lainnya, yakni penangkapan, penahanan,

penggeledahan dan penyitaan.

Penyelidik mempunyai wewenang sebagai berikut:

         Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya dugaan tindak pidana

Page 54: Audit Investigatif Sumber

         Mencari keterangan dan barang bukti

         Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri

Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:

       Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;

       Pemeriksaan dan penyitaan surat;

       Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.

Wewenang penyelidik seperti mencari keterangan dan barang bukti sudah memasuki

ruang lingkup pembuktian. Kalau keterangan yang diperoleh dari beberapa orang saling

bersesuaian satu sama lain, apalagi kalau ada keterkaitan dengan barang bukti yang ditemukan,

maka penyelidik dapat menduga telah terjadi suatu tindak pidana. Selanjutnya penyidikan dapat

dilakukan.

Apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan dan dari

penyelidikan itu tidak ditemukan sekurang-kurangnya dua bukti, maka penyelidik melaporkan

kepada KPK untuk menghentikan penyelidikan. Sedangkan apabila Kejaksaan dan Kepolisian

yang melakukan penyelidikan, tidak dikenal penghentian penyelidikan. Dalam hal penyelidik

(Kejaksaan dan Kepolisian) berpendapat perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana

maka penyelidikan tidak dilanjutkan, tanpa proses.

 

Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan

bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi untuk menemukan

tersangkanya. Untuk mencari dan mengumpulkan bukti, undang-undang memberi wewenang

kepada penyidik untuk:

Page 55: Audit Investigatif Sumber

         Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti.

         Memanggil dan memeriksa saksi, yang keterangannya dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan saksi.

         Memanggil dan memeriksa tersangka, yang keterangannya dituangkan dalam berita acara

pemeriksaan tersangka.

         Mendatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga diberikan dalam bentuk

laporan ahli.

         Menahan tersangka, dalam hal tersangka dikuatirkan akan melarikan diri, menghilangkan barang

bukti atau mengulangi melakukan tindak pidana.

Apabila dari bukti-bukti yang terkumpul diperoleh persesuaian antara yang satu dengan

yang lainnya, dan dari persesuaian itu diyakini bahwa memang telah terjadi tindak pidana dan

tersangka itulah yang melakukannya, maka penyidik menyerahkan hasil penyidikannya kepada

Penuntut Umum. Hasil penyidikan ini tertuang dalam berkas perkara yang didalamnya terdapat

bukti-bukti.

Dalam hal Penyidik (Kepolisian atau Kejaksaan) berpendapat bahwa dari bukti-bukti

yang dikumpulkan secara maksimal ternyata tidak cukup bukti atau terbukti tapi bukan

merupakan tindak pidana (korupsi) maka mereka berwenang menghentikan penyidikan. KPK

tidak dibenarkan menghentikan penyidikannya, karena kewenangannya ada pada penghentian

penyelidikan.

 

Prapenuntutan –

Prapenuntutan adalah tindakan jaksa (Penuntut Umum) untuk memantau perkembangan

penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari

atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta

Page 56: Audit Investigatif Sumber

memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas

perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.

Penuntut Umum tidak akan menerima berkas perkara hasil penyelidikan yang buktinya

tidak lengkap. Karena bukti ini akan dijadikan alat bukti di sidang pengadilan untuk

membuktikan tindak pidana yang didakwakan. Di tahap prapenuntutan, pembuktian merupakan

focus utama dalam meneliti berkas perkara hasil penyidikan.

 

Penuntutan –

Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum yang melimpahkan perkara ke Pengadilan

Negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum acara pidana, dengan

permintaan agar diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.

Setelah Penuntut Umum menerima atau menerima kembali hasil penyidikan yang

lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah/ belum memenuhi

syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.

 

Pemeriksaan di pengadilan –

Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, acara pemeriksaan di sidang pengadilan utidak lain

berkenaan dengan pembuktian. Bukti-bukti yang diperoleh di tingkat penyidikan diperiksa

kembali di sidang pengadilan untuk dijadikan alat bukti:

         Saksi-saksi yang telah diperiksa oleh penyidik dipanggil kembali ke sidang pengadilan untuk

memperoleh alat bukti keterangan saksi.

         Tersangka yang sudah diperiksa di tahap penyidikan, diperiksa kembali disidang pengadilan,

untuk mendapat alat bukti keterangan terdakwa.

Page 57: Audit Investigatif Sumber

         Ahli yang telah memberikan keterangan di penyidikan atau yang telah membuat laporan ahli,

dipanggil kembali untuk didengar pendapatnya atau dibacakan laporannya di sidang pengadilan,

agar diperoleh alat bukti keterangan ahli.

         Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke sidang pengadilan untuk

dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.

 

Itulah cara memperoleh alat bukti di sidang pengadilan. Hanya alat bukti yang sah yang diperoleh di sidang pengadilan, yang dapat meyakinkan hakim tentang kesalahan terdakwa. Alat bukti yang sah ini terdiri atas:

         Keterangan saksi

         Keterangan ahli

         Surat

         Keterangan terdakwa

         Petunjuk

Pemeriksaan di sidang pengadilan mempunyai satu tujuan saja, yaitu mencari alat bukti

yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau tidaknya terdakwa.

Putusan Pengadilan -

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah. Kesalahan terdakwa

ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan itu harus didasarkan atas sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah, yang harus ada persesuaian satu dengan yang lain.

Berdasarkan alat bukti yang diperoleh di sidang pengadilan, hakim menjatuhkan putusan:

Page 58: Audit Investigatif Sumber

         Putusan pemidanaan, apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa terbukti bersalah

melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

         Putusan bebas, apabila pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang

kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

         Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan

yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak

pidana atau terbukti akan tetapi terdakwa tidak dapat dipertanggung jawabkan terhadap

perbuatannya.

 

Upaya Hukum –

Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan

pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi, atau hak terpidana untuk

mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak Jaksa Agung untuk mengajukan kasasi

demi kepentingan hukum dalam hal seta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Upaya hukum ada dua macam, yaitu Upaya Hukum Biasa dan Upaya Hukum Luar Biasa.

Upaya Hukum Biasa terdiri atas Pemeriksaan Tingkat Banding dan Pemeriksaan Kasasi. Upaya

Hukum Luar Biasa Terdiri atas Pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan

Kembali putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

 

Bukti Dan Pembuktian – Auditing Dan Hukum

Dari penjelasan di bagian terdahulu, jelas bahwa keenam tahapan dalam KUHAP (mulai

tahap Penyelidikan sampai Tahap Upaya Hukum baik upaya hukum biasa maupun upaya hukum

luar biasa) berkenaan dengan pembuktian. Juga penjelasan Mengenai Fraud Theory tidak lain

dari proses mengumpulkan bukti yang dapat diterima di pengadilan.

Page 59: Audit Investigatif Sumber

Para auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi mengenal istilah bukti audit.

Mereka bahkan mengira bahwa pengertian bukti dalam auditing sama dengan pengertian yang

digunakan di pengadilan atau dalam bidang hukum.

 

 

 

Tabel 12.1

Comparative Classification of Evidence In Two Fields

Significant Characteristics Law Auditing

Special purpose of area to

which evidence is pertinent

 

Subject matter to which

evidence is pertinent

 

Method of collection or

development

 

 

 

Role of judgement-maker in

collection or development

 

Nature of rules governing

the study of evidence

 

Maintenance of justice

 

 

 

Occurrences at given times

and places

 

Presentation by opposing

parties

Rational deduction and

inference

 

Passive

 

 

 

Logical presumptions

Protection of statement

readers

 

 

Financial Statement

propositions

 

Submission by interested

and disinterested parties

Collected and developed by

independent party

Rationalization

Both positive and passive

 

 

 

Professional standards

Page 60: Audit Investigatif Sumber

Importance of time in

judgement formation and

evidence collection

 

Compulsiveness of

evidence in judgement

formation

 

Rules of admissibility and

relevance

A controlling factor

 

 

 

Persuasive

 

 

A controlling factor

 

 

 

Varies from absolute to

persuasive

 

 

Dalam bidang mereka sendiri para akuntan dan auditor di Indonesia sering terkecoh

dengan “bukti” dan sesuatu yang mengandung unsur-unsur pembuktian (evidential matter).

 

Investigatif dengan Tehnik Audit

Kata “investigasi” dalam akuntansi forensic umumnya berarti audit investigasi atau

investgatif (investigative audit). Karena itu secara alamiah, diantara beberapa tehnik investigasi

ada tehnik-tehnik yang berasal dari tehnik-tehnik audit (audit techniques).

Banyak auditor yang sudah berpengalamanpun, merasa ragu untuk terjun dalam bidang

investigasi. Padahal, tehnik-tehnik audit yang mereka kuasai, memadai untuk dipergunakan

dalam audit investigasi.

Tehnik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian

laporan keuangan. Hasil dari penerapan tehnik audit adalah bukti audit. Ada tujuh tehnik, yang

dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung

(kata benda bahasa Inggris), yakni:

1.      Memeriksa fisik (physical examination)

Page 61: Audit Investigatif Sumber

2.      Meminta konfirmasi (confirmation)

3.      Memeriksa dokumen (documentation)

4.      Reviu analitikal (analytic review atau analytical review)

5.      Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditan (inquiries of the auditee)

6.      Menghitung Kembali (reperformance)

7.      Mengamati (observation)

Kalau tehnik-tehnik audit itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit yang

berhasil dihimpun akan mendukung pendapat auditor independent. Dalam audit investigative,

tehnik-tehnik audit tersebut bersifat eksplorative, mencari “wilayah garapan”, atau probing

(misalnya dalam reviu analitikal) maupun pedalaman (misalnya dalam confirmation dan

documentation).

Tehnik-tehnik audit relative sederhana untuk diterapkan dalam audit investigative.

Sederhana, namun ampuh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan tehnik audit (termasuk audit

investigative).

 

Tehnik-Tehnik Audit

Ada tehnik audit yang lebih dekat kepada praktek investigasi perpajakan dan organized

crime(seperti Net Worth Method dan Expenditure Method); Ada juga tehnik audit seperti Follow

the Money, yang mempunyai unsure pencucian uang dalam tindak pidananya yang berkaitan erat

dengan naluri penjahat dan sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi dalam

pengungkapannya.

Meskipun semua(tujuh) tehnik audit yang disebutkan pembahasan akan berfokus pada

reviu analitikal.

Page 62: Audit Investigatif Sumber

 

Memeriksa Fisik dan Mengamati

Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai penghitungan

uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas berharga, persediaan

barang, aktiva tetap, dan barang berwujud (tangible assets) lainnya.

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui sesuatu.

Kalau kita melakukan kunjungan pabrik, kita melihat luasnya pabrik, peralatan yang ada,

kegiatan yang dilakukan, banyaknya dan beragamnya tenaga kerja. Kita juga mendengar sesuatu,

mungkin sesuatu yang wangi (seperti di pabrik parfum, aromatic, obat, dan lain-lain) atau bahkan

bau yang menyengat (misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat pengolahan sampah).

Kita bisa mencicipi,misalnya dipabrik yang menghasilkan makanan. Kita merasa suhu panas atau

dingin ditempat kerja. Singkatnya, mengamati adalah menggunakan indera, bisa salah satu atau

beberapa indera sekaligus.

Dalam kedua tehnik ini investigator menggunakan inderanya, untuk mengetahui atau

memahami sesuatu. Dari beberapa contoh dibawah, kita melihat berbagai tingkat pemahaman

yang bisa diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan fisik:

       Dari kunjungan ke lokasi yang terkena dampak semburan Lumpur panas di Porong, Sidoarjo

tahun 2006, investigator menyaksikan sendiri apa yang terjadi dan luasnya musibah. Ini salah

satu pemahaman. Investigator mempunyai “bayangan”. Pemahaman ini penting ketika nantinya

ia membaca laporan para ahli secara rinci tentang luasnya kerusakan dan besarnya kerugian.

       Dari kunjungan ke wilayah yang terkena gempa, para relawan dan petugas dari dinas Sosial

dapat menentukan jumlah kilometer jalan, rumah, sekolah, rumah ibadah, kantor, pabrik, dan

lain-lain yang rusak. Pemahaman ini lebih dalam dari “bayangan” mengenai intensitas kerugian

akibat semburan Lumpur panas tadi. Disini ada data kuantitatif.

 

Page 63: Audit Investigatif Sumber

Meminta Informasi dan Konfirmasi

Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditan, merupakan prosedur yang

biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam investigasi hal itu perlu dilakukan?

Apakah sebaiknya kita tidak meminta informasi, supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa

yang kita cari? Yang bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong.

Seperti dalam audit juga dalam investigatif, permintaan informasi harus dibarengi,

diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat (substantiated)

dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting, dan juga merupakan prosedur yang

normal dalam suatu investigatif.

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasi) untuk

menegaskan kebenaran atau tidak keebenaran suatu informasi. Dalam audit, tehnik ini umumnya

diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo utang-piutang. Tapi sebenarnya ia dapat

diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan.

 

Memeriksa Dokumen

Tehnik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada investigasi tanps pemeriksaan

dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi luas, termasuk

informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara elektronis/digital.

 

Reviu Analitikal

Dalam reviu analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi semangatnya,

Pada dasarnya seorang invvestigator secara intuitif terobsesi dengan “sesuatu yang melenceng”

dan bahwa “something must be wrong because it appears so”. Karena itu ia memerlukan patokan

Page 64: Audit Investigatif Sumber

atau benchmark untuk membandingkannya dengan apa yang dihadapinya. Patokan inilah yang

dirumuskan Stringer dan Stewart sebagai results that may reasonably be expected.

Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang berkewajiban memungut pajak

penghasilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah bank menyetorkan pajak

penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah maupun waktu penyetoran? Apakah

investigasi ini harus dimulai di cabang-cabang atau kantor-kantor perwakilan? Menurut reviu

analitikal,tidak.

Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita tentukan jumlah

pajak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara keseluruhan (Kantor Pusat dan

Cabang-cabang), menurut pembukuan bank itu. Selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar tarif

pajak (misal 10 %) dengan jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada para

nasabahnya. Perbedaan antara data A dengan data B bisa merupakan perbedaan waktu (timming

difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat menyetor pajak penghasilan.

Timming difference ini juga mudah dialokasi.

Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap (permanent difference) misalnya

dalam hal deposan dalam negeri yang mendapat pembebasan pajak penghasilan dan deposan di

cabang-cabang luar negeri dimana bank tidak berkewajiban memungut pajak penghasilannya.

Perbedaan ini mudah diketahui karena umumnya jumlah deposan dalam negeri yang dibebaskan,

tidak banyak. Sedangkan untuk deposan di cabang-cabang diluar negeri, kita mengabaikan

seluruh data bunga luar negeri (bagian dari data B semula).

Dengan contoh ini, mari kita saji definisi reviu analitikal diatas: a form of deductive

reasoning in which the propriety of the individual details is inferred from evidence of the

reasonableness of the aggregate results. Kiita haeus memulai dari belakang. Pertama, evidence of

the reasonbleness of the aggregate of the results; ini diperoleh dari data B yang diadjust untuk

deposan dalam negeri yang dikecualikan pemungutan pajak penghasilannya dan bunga di

cabang-cabang luar negeri.

Kedua, a form of deductive reasoning. Di sinin kita membuat deduksi dari data agregat,

data global, data menyeluruh, yang dalam hal ini adalah data A dan data B. Deduksi ini

Page 65: Audit Investigatif Sumber

berkenaan dengan the proprierty of the individual details. Individual details disini adalah

pemungutan dan penyetoran pajak penghasilan oleh bank secara transaksi demi transaksi, cabang

demi cabang, atau mungkin per pejabat bank sesuai dengan kewenangannya. Kita “think

ananlytical first”, dan tidak langsung terjun dan menyibukkan diri dengan detailed substantive

test.

Ada bermacam-macam variasi dari tehnik reviu analitical, namun semuanya didasarkan

atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus terjadi, dan

berusaha menjawab sebabnya tterjadi kesenjangan. Apakah ada kesalahan (error), fraud, atau

salah merumuskan patokannya.

 

Membandingkan anggaran dengan realisasi –

Membandingkan data anggaran dan realisasi dapat mengindikasikan adanya fraud. Yang

perlu dipahami di sini adalah mekanisme pelaksanaan anggaran, evaluasi atas pelaksanaan

anggaran, dan insentif (keuangan maupun non keuangan) yang terkandung dalam sistem

anggarannya.

Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat tertentu

menerima insentif (bonus) sesuai dengan “keberhasilan” yang diukur dengan pelampauan

anggaran. Investigator perlu mengantisipasi kecenderungan realisasi penjualannya dibuat tinggi

(overstated). Penjualan kredit dan pengiriman barang secara besar-besaran pada akhir tahun

merupakan indikasi mengenai hal itu. Pengembalian barang sesudah akhir tahun memperkuat

indikasi adanya fraud.

 

Hubungan antara satu data keuangan dengan data keuangan lain–

Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa mempunyai

keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk reviu analitikal. Contoh: angka penjualan dengan

Page 66: Audit Investigatif Sumber

piutang dan persediaan rata-rata, angka penjualan dengan bonus bagian penjualan, penghasilan

bunga dengan saldo rata-rata tabungan dan seterusnya.

 

Menggunakan data non keuangan –

Inti dari reviu analitikal adalah mengenal pola hubungan, relationship pattern. Pola

hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuangan lain. Pola

hubungan non keuanganpun bisa bermacam-macam bentuknya.

Dalam bisnis perkebunan ada hubungan antara jumlah pupuk yang dipergunakan dengan

hasil produksi atau panen; angka masukan maupun keluaran dinyatakan dalam satuan non

keuangan, seperti jumlah ton untuk pupuk dan sawit.

Di pabrik gula ada ukuran antara jumlah ton tebu yang masuk ke pabrik dan jumlah ton

gula yang dihasilkan. Pola hubungan antara masukan dan keluaran ini dinyatakan dalam suatu

ratio yang dalam industri gula dikenal sebagai rendemen. Perhitungan serupa kita lihat di industri

kayu lapis atau blackboard, dengan nama recovery.

Bermacam ratio kita gunakan untuk berbagai industri. Bahkan industri-industri atau

perusahaan pemeringkat mengembangkan dan menyebarkan industry ratios.

Perusahaan penerbangan Garuda mendapatkan hasil yang sangat signifikan dari

perjalanan haji. Data yang penting, jumlah calon haji yang diterbangkan, dapat diperoleh dari

sumber intern maupun ekstern Garuda.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di konsulat-konsulat kita diluar negeri,

mempunyai hubungan linier dengan banyaknya visa yang diterbitkan.

Reviu analitikal sering dilakukan dengan hitungan cepat untuk menunjukkan keganjilan.

Seorang bankir mencatat informasi yang diterimanya dari calon nasabah kreditnya. Dengan cepat

ia menetukan bahwa pabrik pulp berkapasitas besar dilokasi yang terisolasi, tidak akan bisa

Page 67: Audit Investigatif Sumber

beroperasi karena bahan bakunya tidak akan cukup. Semua data untuk membuat kesimpulan itu

ia peroleh selama makan siang dengan calon debiturnya.

 

Regresi atau Analisis Trend -

Dengan data historikal yang memadai(makin banyak makin baik, ceteris paribus), reviu

analitikal dapat mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan

grafiknya, misalnya STAR.

 

Menggunakan indikator ekonomi makro –

Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu tahun

dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat pengangguran, cadangan devisa,

indikator ekonomi negara-negara yang menjadi partner perdagangan Indonesia, hargaminyak

mentah dan komoditi lain, dan lain-lain. Ini merupakan bidang studi yang ditekuni para ahli

ekonomi makro dan ekonometri.

 

MENGHITUNG KEMBALI

Menghitung kembali atau repeform tidak lain dari mencek kebenaran perhitungan (kali,

bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas

ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang junior auditor

di kantor akuntan.

Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan

atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegoisasi

berkali-kali dengan pejabat(atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau

disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.

Page 68: Audit Investigatif Sumber

Beberapa contoh penghitungan kembali semacam itu yang berpotensi triliunan rupiah:

         Kasus penyelesaian kewajiban pemegang saham menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor

151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006 mensyaratkan penetapan jumlah kewajiban

berdasarkan data terakhir.

         Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil (Production Sharing Contractor). Cost

recovery ini sangat besar jumlahnya. Kalau tidak dihitung kembali oleh counterpart PSC atau

lembaga pemeriksa independen, cost recovery rawan penyalahgunaan.

         Biaya yang dikeluarkan BUMN yang mempunyai kewajiban memberikan pelayanan umum

(public Service Obligation). Keterlambatan pembayaran PSO mempunyai dampak yang besar

terhadap likuiditas BUMN yang bersangkutan.

 

 

Investigatif Dengan Tehnik Perpajakan

Investigatif dengan tehnik perpajakan menggunakan dua tehnik yang secara luas

dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua tehnik investigasi

ini digunakan untuk menentukan panghasilan kena pajak (PKP) yang belum dilaporkan oleh

wajib pajak dalam SPT-nya. Penerapan tehnik-tehnik ini terus berkembang, sehingga menjadi

umum digunakan dalam memerangi organized crime.

Kedua tehnik investigatif ini adalah Net Worth Method dan Expenditure Method.

Keduanya menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. IRS

menggunakannya sebagai bukti tidak langsung (circumstantial evidence). Tehnik ini menggeser

beban pembuktian dari negara/fiskus kepada wajib pajak. Perlindungan hak wajib pajak

diperlukan karena pergeseran beban pembuktian tersebut diatas.

NET WORTH METHOD

Page 69: Audit Investigatif Sumber

Net worth method diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS). Pemakaiannya

bisa ditelusuri kembali ke tahun 1931 ketika IRS berhasil menjaring Al(fonso) Capone. Sejak

Congress mengundangkan RICO Act pada tahun 1970, penggunaannya diperluas untuk

menemukan indikasi illegal income dari organized crime (kejahatan yang diorganisasi seperti

Mafia,Triad, dan lain-lain).

Net worth method untuk investigasi pajak ingin membuktikan adanya PKP yang belum

dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya

penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau illegal income.

 

Net Worth Method untuk Perpajakan -

Di Amerika Serikat di mana Net Worth Method diterima sebagai cara pembuktian tidak

langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak untuk melaporkan semua

penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh undang-undangnya) dalam tax returns mereka.

Ketentuan serupa juga berlaku di Indonesia di mana wajib pajak diwajibkan penghasilannya

secara lengkap dan benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan, dalam hal ini SPT PPh).

Pemeriksa pajak menetapkan net worth atau kekayaan bersih pada awal tahun. Ini

diperoleh dari pengurangan seluruh assets seseorang dengan seluruh liabilities-nya. Jadi di awal

tahun tertentu,sebutlah Tahun-1, net worth = assets-lialibilities. Hal yang sama dilakukan untuk

menentukan net worth Tahun-2.

Selanjutnya, net worth Tahun-1 dibandingkan dengan net worth tahun-2. perbandingan

ini akan menghasilkan kenaikan net worth (net worth increase) yang seharusnya sama dengan

PKP untuk tahun-2. Karena itu kenaikan net worth ini dibandingkan dengan penghasilan yang

dilaporkan dalam SPT PPh tahun-2.

 

 

Page 70: Audit Investigatif Sumber

 

Net Worth Method untuk organized crime -

Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income. Seperti

disebutkan tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam memerangi organized crime. Di

Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi korupsi. Ketentuan perundang-

undangannya sudah ada, yakni laporan mengenai kekayaan pejabat.

Legal income adalah semua penghasilan yang dilaporkan yang bersangkutan. Inilah yang

dibandingkan dengan net worth increase (sesudah di-adjust dengan personal expenses) untuk

menentukan illegal income.

 

EXPENDITURE METHOD

Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan, penerapan Expenditure Method

juga dipelopori IRS. Expenditure Method yang merupakan derivasi atau turunan dari net worth

method digunakan IRS sejak tahun 1940an. Ketika RICO Act diundangkan dalam tahun 1970,

Expenditure Method dimanfaatkan sebagai petunjuk organized crime. Expenditure Method juga

merupakan cara pembuktian tidak langsung.

Seperti Net Worth Method, Expenditure Method juga dimaksudkan untuk menentukan

unreported taxable income. Expenditure Method lebih cocok untuk para wajib pajak yang tidak

mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).

Expenditure Method lebih populer dari Net Worth Method, karena Expenditure Method

lebih mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah dimengerti oleh orang awam.

Mahkamah Agung di Amerika Serikat tidak menetapkan Expenditure Method secara khusus

sebagai alat pembuktian, karena Expenditure Method dianggap derivasi atau turunan dari Net

Worth Method. Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income

berdasarkan Net Worth Method akan mengkonversikannya ke Expenditure Method.

Page 71: Audit Investigatif Sumber

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan apabila kondisi-

kondisi berikut sangat kuat atau dominan:

1. Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.

2. Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena terbakar.

3. Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.

4. Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.

5. Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized crime apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:

1.      Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah, saham, perhiasan, mobil atau

kapal mewah, dan seterusnya.

2.      Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar kemampuannya.

3.      Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang memberatkan dia

adalah para penjahat yang sudah dijatuhi hukuman.

4.      Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya dalam kejahatan penebangan

hutan ilegal), menghitung kerugian negara (dalam kasus korupsi), dan pungutan negara lainnya.

Expenditure Method adalah derivasi dari Net Worth Method. Namun, perlakuan terhadap

asset dan liabilities-nya berbeda. Misalnya, dalam Net Worth Method penyidik akan

mencantumkan saldo akhir kas dan bank. Dalam Expenditure Method, hanya perubahannya yang

diambil (kenaikan atau penurunan kas dan bank). Hal yang sama juga berlaku untuk persediaan

barang, piutang, utang, dan pinjaman bank. Depresiasi, amortisasi, deplesi, deffered gains, dan

semacamnya juga diabaikan dalam Expenditure Method ini sebenarnya merupakan hal yang

elementer untuk seorang akuntan.

 

 

Page 72: Audit Investigatif Sumber

 

FOLLOW THE MONEY

Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadarinya, nalurinya ini akan

meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak uang atau money

trails inilah yang dipetakan oleh penyidik.

Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian uang menginagtkan

kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja (seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang

dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain) yang merupakan tindak pidana,

tetapi juga pencucian uangnya adalah tindak pidana.

Uang sangat cair/likuid, mudah mengalir. Itulah sebabnya Follow The Money

mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigatif. Namun, mata uang kejahatan

atau currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crimeakan

membuka peluang baru untuk menerapkan tehnik Follow The Money.

 

Naluri Penjahat

Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu gejala yang

sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak terlibat fraud. Untuk itu,

pelaku “harus jauh” dari fraud itu sendiri dan “harus jauh” dari uang yang merupakan hasil

kejahatan. Itulah sebabnya, salah satu aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud itu

tersembunyi.

Di lain pihak, motive dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya, adalah

mendapatkan uang. Kalaupun bukanitu motive-nya ada aliran uang ke diri pelaku(atau

keluarganya).pada akhirnya ada arus uang atau dana dari “tempat persembunyian” atau “tempat

penitipan” yang mengalir ke alamat sipelaku utama.

Page 73: Audit Investigatif Sumber

Jejak-jejak kejahatan, dalam hal ini, berupa arus uang. Karena itu, dalam mencari pelaku,

investigator menelusuri jejak-jejak uang ini. Tehnik investigatif yang menelusuri arus dana dan

mencari muaranya, disebut Follow The Money.

 

 

Kriminalisasi dari pencucian uang

Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan perbuatannya

dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration. Tindak perbuatan ini denga tegas

diperlakukan serbagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 15 tahun

2002 tentang Tindak pidana Pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

nomor 25 tahun 2003.

Dengan diperlakukannya pencucian uang sebagai tindak pidana (kriminalisasi dari

pencucian uang), maka banyak kasus kejahatan (termasuk tindak pidana korupsi) dapat diproses

(pengadilan) melalui kejahatan utamanya dan melalui pencucian uangnya.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga yang

penting untuk mengungkapkan pelaku-pelaku dengan menelusuri laporan-laporan dari berbagai

sumber, tanpa harus membuktikan kejahatan utamanya.

 

Follow The Money dan Data Mining

Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya sangat

banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan pelakunya, yang kita ingin kita

lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menuju ke suatu tempat (yang memberi indikasi

tentang pelaku atau otak kejahatan).

Page 74: Audit Investigatif Sumber

Disamping kerumitan karena data yang begitu besar, juga diperlukan kecermatan dan

persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang

teknologi informasi, memfasilitasi proses ini.

 

Mata Uang Kejahatan

Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah izin-izin atau lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya dialokasikan kepada keluarga dan kerabat sang diktator.

Dalam hal itu currency of crime- nya bisa berupa intan berlian, minyak bumi, pasir laut,

kayu bundar (logs), ganja, dan lain sebagainya. Di sini ada dua arus yang bisa diikuti

investigator, yakni arus dana dan arus fisik barang. Arus fisik barang sering memberikan indikasi

kuat, karena adanya anomali. Contoh: data statistik resmi mengenai impor-ekspor yang

menunjukkan kesenjangan yang besar, antara data negara pengimpor dan negara pengekspor.

 

Investigatif Tindak Pidana Korupsi

Tindak Pidana Korupsi (TPK) dilihat dari ketentuan perundangan yang berlaku di

Indonesia. Yang akan dipakai sebagai acuan dalam pembahasan ini adalah Undang-Undang

nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2001

tentang pemberantasan TPK. Untuk TPK yang dilakukan sebelum berlakunya undang-undang

ini, yakni tanggal 21 november 2001, berlaku Undang-Undang nomor 3 tahun 1971.

Analisis pasal-pasal TPK akan menganalisis semua pasal yang mengandung TPK ke

dalam unsur-unsurnya, bagian inti atau bestanddeel. Pendekatan ini dipakai oleh penyelidik,

penyidik, dan jaksa penuntut umum.

Keberhasilan atau kegagalan suatu investigatif TPK, di luar masalah penyuapan kepada

penegak hukum, ditentukan oleh kemampuan membuktikan bagian-bagian inti dan meyakinkan

majelis hakim dalam persidangan pengadilan.

Page 75: Audit Investigatif Sumber

 

Analisis Pasal-Pasal TPK

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

mencakup 30 tindak pidana yang diartikan sebagai tindak pidana korupsi (TPK). Ini dapat dilihat

dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang berikut:

No. Pasal No. Pasal No. Pasal1. 2 11. 7 ayat (2) 21. 12 huruf f

2. 3 12. 8 22. 12 huruf g

3. 5 ayat (1) huruf a 13. 9 23. 12 huruf h

4. 5 ayat (1) huruf b 14. 10 24. 12 huruf i

5. 6 ayat (1) huruf a 15. 11 25. 12 B

6. 6 ayat (1)huruf b 16. 12 huruf a 26. 12 C

7. 7 ayat (1) huruf a 17. 12 huruf b 27. 13

8. 7 ayat (1) huruf b 18. 12 huruf c 28. 14

9. 7 ayat (1) huruf c 19. 12 huruf d 29. 15

10. 7 ayat (1) huruf d 20. 12 huruf e 30. 16

Pemeriksa memfokuskan investigasinya pada pencarian indikasi-indikasi atau bukti awal

dari masing-masing unsur atau bagian inti TPK. Dengan meningkat dan mendalamnya

investigasi, maka upaya diarahkan kepada pengumpulan dan penyajian alat-alat bukti.

Karena itu, penting sekali bagi pemeriksa untuk mengetahui bagian inti atau berstanddeel

dari ke 30 TPK. Dalam uraian pasal-pasal dan ayat-ayat yang mencangkup ke 30 TPK,

berstanddeel ini digaris bawahi. Pasal-pasal ini juga disertai dengan penjelasan undang-

undangnya.

Dalam dokumentasi investigasinya, pemeriksa merinci semua indikasi dan alat bukti

untuk masing-masing bagian inti atau tindak pidana korupsi yang disangkakan atau didakwakan.

Page 76: Audit Investigatif Sumber

 

Beberapa Konsep Undang-Undang TPK

Dibawah ini ada catatan mengenai beberapa konsep, baik yang secara umum dikenal

dalam KUHP dan KUHAP, maupun yang khas untuk TPK. Konsep-konsep itu adalah:

Alat bukti yang sah

Beban pembuktian terbalik

Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan

Pemidanaan secara in absentia

“Memperkaya” versus” Menguntungkan”

Pidana mati

Nullum delictum

Concursus idealis

Concursus realis

Perbuatan berlanjut

“Lepas dari tuntutan hukum” versus “ bebas”

Konsep ini dimaksudkan untuk membantu investigator yang tidak mempunyai latar

belakang pendidikan hukum. Dalam analisis kasus para investigator dapat melihat penerapan

sebagian konsep-konsep ini.

 

Analisis Beberapa Kasus Korupsi

Para akuntan forensik dapat menarik pelajaran berharga dari pendapat dan komentar para

ahli hukum, mengenai kasus-kasus yang sudah ada putusan hakim. Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah

adalah seorang di antara ahli hukum pidana dan hukum secara pidana yang banyak menulis

tentang kasus-kasus korupsi.

Page 77: Audit Investigatif Sumber

Dalam bukunya, Profesor Andi Hamzah secara rinci mencantumkan posisi dan analisis

kasusnya. Analisis di bawah merupakan ringkasan untuk menonjolkan hal-hal yang penting bagi

akuntan forensik. Para akuntan forensik sebaiknya mempelajari secara utuh dokumentasi dari

suatu kasus, yakni sejak surat dakwaan yang diajukan penuntut umum, sampai kepada putusan

Mahkamah Agung.

 

Kasus Samadikun Hartono

Penuntut Umum mendakwa Samadikun Hartono (Presiden Komisaris PT Bank Modern

Tbk), bersama-sama dengan Bambang Trianto ( Presiden Direktur PT Bank Modern Tbk):

Dakwaan Primair:

Secara berlanjut melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan

secara melawan hukum atau secara tidak patut menggunakan uang atau menyalurkan sejumlah

dana BLBI atau bertentangan dengan peruntukkannya yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan negara sebesar Rp 169.492.986.461,54

Dakwaan Subsidair:

Dengan perbuatan itu juga menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dengan

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan, yang langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.

 

Menarik sekali apa yang dikatakan Andi Hamzah mengenai putusan Pengadilan Negeri

dan Mahkamah Agung dalam kasus Samadikun Hartono, serta tragedi pada akhirnya:

Page 78: Audit Investigatif Sumber

Didalam pertimbangan Pengadilan Negeri perbuatan terdakwa tidak dapat

dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum karena itu, terdakwa dibebaskan dari segala

dakwaan baik yang primair maupun yang subsidiair.

Nyata sekali kekeliruan hakim karena pada dakwaan subsidiair yang terdakwa juga

dibebaskan, tidak ada bagian inti (bestandeel) melawan hukum, sehingga tidak perlu dibuktikan.

 

Kasus Djoko S. Tjandra

Djoko S. Tjandra melakukan kontrak cessie dengan Rudi Ramli (Bank Bali). Karena

perbuatan itu dilakukan pada tahun 1998, penuntut umum mendakwa Djoko Tjandra dengan

pasal 1 ayat 1 huruf a dari undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi nomor 3 tahun

1971.

Menurut Andi Hamzah:

Kurang tepat mendakwa perbuatan cessie sebagai merupakan perbuatan melawan hukum

memperkaya diri sendiri. Sehingga Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung membebaskan

Djoko S. Tjandra, dengan alasan perbuatan melakukan cessie adalah perbuatan perdata dan

bukan pidana.

Yang menjadi soal sebenarnya adalah mengapa pencairan uang hasil cessie itu berjalan

dengan cepat dan mulus. Mengapa kalau orang lain yang membuat cessie, hasil cessie-nya sulit

dicairkan? Jadi seharusnya Djoko S Tjandra didakwa memberi suap kepada pejabat negara dan

BPPN primair pasal 209 KUHP juncto pasal 1 ayat (1) huruf c undang-undang 3/1971;,

subsidiair pasal 1 ayat (1) huruf d undang-undang 3/1971, yang sekarang menjadi pasal 13 UU

PTPK 1999.

 

Investigatif Pengadaan

Page 79: Audit Investigatif Sumber

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik.

Tiap-tiap tahun BPK maupun BPKP, melaporkan kasus pengadaan yang mengansung unsur

tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan. Beberapa kasus

pengadaan yang berhasil diselesaikan di pengadilan, membuyarkan legenda bahwa mark-up

“hanya” 30%.

Cara-cara investigasi yang dijelaskan di bawah, diterapkan dalam pengadaan yang menggunakan

sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya ada tiga tahapan besar

sebagai berikut:

1. Tahap pra tender

2. Tahap penawaran dan negoisasi

3. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif

Auditor harus menguasai seluk-beluk dan potensi fraud dalam setiap tahap. Yang dapat

membantunya adalah gejala-gejala yang sering muncul ke permukaan pada setiap tahap tersebut

diatas.

 

Standar

Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Karena itu dalam pekerjaan audit, para

auditor ingin menegaskan standar mereka. Dengan standar ini pihak yang diaudit (auditee), pihak

yang memakai laporan audit, dan pihak-pihak lain dapat mengukur mutu kerja si auditor. Hal

yang sama juga ingin dicapai para investigator dan forensic accountant.

Standar tersebut adalah:

1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui

2. kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti-bukti tadi dapat

diterima dipengadilan.

Page 80: Audit Investigatif Sumber

3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi, dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks; dan

jejak audit tersedia.

4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senatiasa

menghormatinya.

5. Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan, dan

pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum

administratif maupun hukum pidana.

6. Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau

dari segi waktu.

7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,

pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,

pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol,

dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan

persyaratan mengenai pelaporan.

Standar –1Seluruh investigasi harus dilandasi praktek-praktek terbaik yang diakui (accepted best

practices).istilah best practices sering dipakai dalam penetapan standar. Dalam istilah ini tersirat

dua hal. Pertama,adanya upaya membandingkan antara praktek-praktek yang ada dengan

merujuk kepada yang terbaikpada saat itu. Upaya ini disebut benchmarking. Kedua,upaya

benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi terbaik.

Standar-2Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi

dapat diterima dipengadilan. Bandingkan standar ini dengan nasehat kedua dari daviadi atas.

 

Standar-3

Page 81: Audit Investigatif Sumber

Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, dan diindeks; dan

jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada penyelidikan di

kemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar. Referensi ini

juga membantu perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga accepted best

practices yang dijelaskan dapat dilaksanakan.

 

Standar-4Pastikan bahwa investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senantiasa

menghormatinya. Kalau investigatif dilakukan dengan cara yang melanggar hak azasi pegawai,

yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan investigatornya. Bukti-bukti yang sudah

dikumpulkan dengan waktu dan biaya yang banyak, menjadi sia-sia.

 

Standar-5Ingatlah bahwa beban pembuktian ada pada perusahaan yang “menduga” pegawainya

melakukan kecurangan, danpada penuntut umumyang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam

kasus hukumadminstratif dan pidana. Dalam kasus pidana di Amerika Serikat, beban pembuktian

ini harus beyond reasonable doubt atau “melampaui keraguan yang layak”.

 

Standar-6Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis ditinjau

dari segi waktu.

Dalam melaksanakan investigatif, kita menghadapi keterbatasan waktu. Dalam

menghormati azaspraduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang harus dihormati.

Page 82: Audit Investigatif Sumber

 

Standar-7Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigatif, termasuk perencanaan,

pengumpulan bukti, dan barang bukti, wawancara, kontak denganpihak ketiga, pengamanan

mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan

penyelenggaraan catatan, keterlobatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai

pelaporan.