Audit Bpk Hambalang

8
AKARTA, KOMPAS.com — Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah merampungkan audit investigasi tahap I proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Hasil audit telah diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (31/10/2012). Ketua BPK Hadi Purnomo menjelaskan, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan berbagai pihak dalam proyek Hambalang. Indikasi kerugian negara sampai pemeriksaan per 30 Oktober 2012 mencapai Rp 243,66 miliar. Temuan penyimpangan BPK itu yakni: 1. Terkait surat keputusan hak pakai A. Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN) menerbitkan surat keputusan pemberian hak pakai tertanggal 6 Januari 2010 bagi Kementerian Pemuda dan Olahraga atas tanah seluas 312.448 meter persegi di Desa Hambalang. Padahal, persyaratan berupa surat pelepasan hak dari pemegang hak sebelumnya diduga palsu. B. Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN menyerahkan SK Hak Pakai bagi Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon hak. Hal itu diduga melanggar Kep.Ka.BPN 1 tahun 2005 Jo Kep.Ka.BPN 1 tahun 2010. 2. Terkait lokasi dan site plan

description

audit bpk

Transcript of Audit Bpk Hambalang

Page 1: Audit Bpk Hambalang

AKARTA, KOMPAS.com — Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah merampungkan audit

investigasi tahap I proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.

Hasil audit telah diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung Kompleks Parlemen

Senayan, Jakarta, Rabu (31/10/2012).

Ketua BPK Hadi Purnomo menjelaskan, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan

peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan berbagai pihak

dalam proyek Hambalang. Indikasi kerugian negara sampai pemeriksaan per 30 Oktober 2012

mencapai Rp 243,66 miliar.

Temuan penyimpangan BPK itu yakni:

1. Terkait surat keputusan hak pakai

A. Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN) menerbitkan surat keputusan pemberian hak pakai

tertanggal 6 Januari 2010 bagi Kementerian Pemuda dan Olahraga atas tanah seluas 312.448

meter persegi di Desa Hambalang. Padahal, persyaratan berupa surat pelepasan hak dari

pemegang hak sebelumnya diduga palsu.

B. Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN menyerahkan SK Hak

Pakai bagi Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon hak.

Hal itu diduga melanggar Kep.Ka.BPN 1 tahun 2005 Jo Kep.Ka.BPN 1 tahun 2010.

2. Terkait lokasi dan site plan

Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora belum atau tidak melakukan studi

amdal terhadap proyek Hambalang sehingga diduga melanggar UU Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Bupati Bogor Nomor

30 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengesahan Master Plan, Site Plan, dan Peta Situasi.

3. Terkait Izin Mendirikan Bangunan

Page 2: Audit Bpk Hambalang

Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor menerbitkan IMB meskipun Kemenpora

belum melakukan studi amdal terhadap proyek Hambalang sehingga diduga melanggar Perda

Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung.

4. Tentang teknis

Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum memberikan

pendapat teknis yang dimaksudkan dalam PMK 56/PMK.02/2010 tanpa memperoleh

pendelegasian dari Menteri PU sehingga diduga melanggar Peraturan Menteri PU Nomor

45/2007.

5. Terkait revisi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)

A. Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKA-KL tahun 2010 pada 16 November 2010

sehingga diduga melanggar PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK. 02/2010.

B. Sesmenpora mengajukan permohonan revisi RKA-KL tahun 2010 dengan menyajikan volume

keluaran yang seolah-olah naik dari semula 108.553 meter persegi menjadi 121.097 meter

persegi. Padahal, sebenarnya turun dari 108.533 meter persegi menjadi 100.398 meter persegi

sehingga diduga melanggar PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK. 02/2010.

6. Terkait permohonan kontrak tahun jamak

A. Sesmenpora menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa

memperoleh pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar PMK 56/PMK.02/2010.

B. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora dan tidak melaksanakan pengendalian dan

pengawasan sebagaimana PP 60/2008.

7. Terkait kontrak tahun jamak

Menteri Keuangan menyetujui kontrak tahun jamak dan Dirjen Anggaran menyelesaikan proses

persetujuan kontrak tahun jamak setelah melalui proses penelaah secara berjenjang secara

bersama-sama. Padahal, kontrak tahun jamak itu diduga melanggar PMK 56/PMK.02/2010.

Page 3: Audit Bpk Hambalang

Pelanggaran itu antara lain, tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis

harus dilaksanakan dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran. Selain itu, permohonan

persetujuan kontrak tahun jamak tidak diajukan oleh menteri. Terakhir, revisi RKA-KL

Kemenpora 2010 yang menunjukkan kegiatan lebih dari satu tahun anggaran belum

ditandatangani oleh Dirjen Anggaran.

8. Terkait persetujuan RKA-KL 2011

Dirjen Anggaran menetapkan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 dengan skema tahun jamak

sebelum penetapan proyek tahun jamak disetujui. Dirjen Anggaran diduga melanggar PMK

104 /PMK.02/2010.

9. Terkait pelelangan

A. Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp 50

miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar Keppres 80

Tahun 2003.

B. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan wewenang Menpora tersebut dan

tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan seperti diatur dalam PP 60 Tahun 2008.

C. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon rekanan tidak dilakukan

oleh panitia pengadaan, tetapi diatur oleh rekanan yang direncanakan akan menang. Hal itu

diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2003.

D. Adanya rekayasa proses pelelangan pekerjaan kontruksi pembangunan Hambalang untuk

memenangkan kerja sama operasi (KSO) berinisial AW.

10. Terkait pencarian anggaran 2010

Kabag Keuangan Kemenpora menandatangani dan menerbitkan Surat Perintah Membayar

(SPM) meskipun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) belum ditandatangani oleh Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK). Hal itu diduga melanggar PMK 134 /PMK. 06/2005 dan Perdirjen

Pembendaharaan Per-66/PB/ 2005.

Page 4: Audit Bpk Hambalang

11. Terkait pelaksanaan perkerjaan konstruksi

KSO AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamannya kepada perusahaan lain sehingga

diduga melanggar Keppres 80 Tahun 2002.

BPK SERAHKAN LHP INVESTIGATIF TAHAP I P3SON HAMBALANG

31/10/2012 – 15:48

Jakarta, Rabu (31 Oktober 2012) – BPK telah menyelesaikan pemeriksaan investigatif atas

pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang.

Pelaksanaan pemeriksaan dimulai tanggal 27 Februari 2012, dan laporan hasil pemeriksaan

(LHP) tahap pertama diserahkan hari ini (31/10) oleh Ketua BPK RI, Hadi Poernomo kepada

Pimpinan DPR. Pada penyerahan hasil pemeriksaan tahap I hadir pula Wakil Ketua BPK RI,

Hasan Bisri, Anggota BPK RI, dan Pimpinan Komisi X dan Badan Akuntabilitas Keuangan

Negara (BAKN) DPR RI.

Hasil pemeriksaan yang diserahkan merupakan hasil pemeriksaan investigatif tahap pertama,

sesuai dengan kecukupan bukti yang diperoleh BPK RI sampai dengan 31 Oktober 2012.

Pendalaman dan pemeriksaan lebih intensif atas kegiatan terkait pembangunan P3SON

Hambalang masih terus dilakukan BPK RI.

Hasil pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

dan tidak ada intervensi dalam proses pemeriksaan dan penyusunan laporan hasil

pemeriksaannya. Pemeriksaan dilakukan melalui metodologi pemeriksaan investigatif, di

dalamnya mencakup penelitian dokumen, wawancara para pihak terkait, konfirmasi, dan

prosedur pemeriksaan lainnya dalam rangka pengumpulan bukti yang kompeten. Para pihak yang

diungkapkan dalam LHP tersebut didasarkan pada fakta yang didasarkan pada bukti yang

kompeten yang ditemukan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap

peraturan perundangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh pihak-pihak

terkait pembangunan proyek P3SON tersebut.

Page 5: Audit Bpk Hambalang

Indikasi penyimpangan dan dugaan penyalahgunaan kewenangan tersebut meliputi: SK Hak

Pakai; Ijin Lokasi dan Site plan;  IMB; Revisi RKA-KL Tahun Anggaran 2010;  Permohonan

Kontrak Tahun Jamak; Ijin Kontrak Tahun Jamak;  Pendapat Teknis; Persetujuan RKA-KL

Tahun Anggaran 2011; Pelelangan; Pencairan anggaran tahun 2010; dan Pelaksanaan pekerjaan

konstruksi.

Indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan karena adanya

kelalaian dan atau kesengajaan oleh pihak-pihak terkait dengan pembangunan P3SON tersebut

menyebabkan indikasi kerugian keuangan negara sekurang-kurangnya sebesar Rp243,66 miliar

sampai dengan posisi per 30 Oktober 2012, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Sebesar Rp116,930 miliar yaitu merupakan selisih pembayaran uang muka yang telah

dilaksanakan (Rp189,450 miliar) dikurangi dengan pengembalian uang muka pada saat

pembayaran termijn pada tahun 2010 dan 2011 (Rp72,520 miliar).

2. Sebesar Rp126,734 miliar yang merupakan kelebihan pembayaran/pemahalan harga pada

pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari:

 Mekanikal Elektrikal (ME) sebesar Rp75,724 miliar;

 Pekerjaan Struktur sebesar Rp51,010 miliar.

Laporan hasil investigasi ini terkait proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga

Nasional (P3 SON) di Desa Hambalang, Citeureup, Bogor, tahun anggaran 2010 dan 2011.

Dari LHP Tahap II ini merupakan kelanjutan dari LHP Tahap I dimana dalam LHP Tahap I,

BPK menyebutkan adanya dugaan kerugian negara mencapai Rp243 miliar.

Dalam LHP tahap II ini BPK kembali menemukan adanya penyimpangan dalam proses

pengajuan dan kerugian negara mencapai Rp471 miliar.

BPK menilai adanya dugaan penyimpangan terhadap peraturan perundangan dan atau

penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan kontrak tahun jaman, dalam proses lelang

dalam pelaksnaaan pekerjaan konstruksi dan dalam proses pencairan uang muka yang dilakukan

Page 6: Audit Bpk Hambalang

oleh pihak terkait dalam proyek Pusat Pendidiakn Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3

SON), Hambalang.

Berikut kesimpulan LHP tahap II BPK soal Hambalang;

1. Bahwa permohonan persetujuan kontrak tahun jamak dari Kemenpora kepada Menteri

Keuangan atas proyek pembangunan P3 SON Hambalang tidak memenuhi persyaratan

sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku, sehingga selayaknya permohonan

tersebut tidak dapat disetujui Menteri Keuangan.

2. Bahwa pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah melakukan rekayasa pelelangan

untuk memenangkan rekanan tertentu dalam proses pemilihan rekanan pelaksana proyek

pembangunan P3 SON Hambalang.

3. Bahwa pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi amdal maupun

menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) terhadap proyek pembangunan P3

SON Hambalang sebagaimana yang diamanatkan UU Lingkungan Hidup. Persyaratan adanya

studi amdal terlebih dahulu sebelum mengajukan izin lokasi, site plan, dan IMB kepada Pemkab

Bogor tidak pernah dipenuhi oleh Kemenpora. [mvi]