Aturan Standar Minimum untuk Administrasi Keadilan bagi...

25
491 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsASI MANUSIA Aturan Standar Minimum untuk Administrasi Keadilan bagi Anak (Aturan Beijing) (1985) Diadopsi oleh Resolusi Majelis Umum 40/33, 29 Nopember 1985 Bagian Satu Prinsip-prinsip Umum 1. Perspektif Dasar 1.1 Negara-negara anggota berusaha, sesuai dengan kepentingan umum mereka masing- masing, untuk memajukan kesejahteraan anak dan keluarganya. 1.2 Negara-negara Anggota berusaha untuk mengembangkan kondisi-kondisi yang akan memastikan suatu kehidupan yang bermakna bagi anak dalam masyarakat, yang, selama kurun waktu da1am kehidupan di mana ia paling rentan terhadap prilaku menyimpang, akan memperkuat suatu proses perkembangan dan pendidikan kepribadian yang sejauh mungkin bebas dari kejahatan dan kenaka1an anak. 1.3 Perhatian yang cukup harus diberikan kepada tindakan positif yang menyangkut mobilisasi sepenuhnya semua sumber daya yang mungkin, termasuk keluarga, relawan dan kelompok masyarakat lainnya, maupun sekolah serta lembaga-lembaga masyarakat lainnya, untuk maksud meningkatkan kesejahteraan anak, dengan tujuan mengurangi kebutuhan akan intervensi berdasarkan hukum, dan menangani anak yang bermasalah dengan hukum secara efektif; adil dan manusiawi. 1.4 Peradilan anak harus dipandang sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari proses perkembangan nasional setiap negara, dalam suatu kerangka menyeluruh peradilan sosial bagi semua anak, dan dengan demikian, bersamaan dengan itu, memberi sumbangan untuk melindungi orang-orang muda dan memelihara suatu tatanan masyarakat yang damai. 1.5 Peraturan ini dilaksanakan dalam konteks kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang berlaku dalam setiap Negara anggota. 1.6 Pelayanan peradi1an anak dikembangkan dan dikoordinasi secara sistematis dengan tujuan untuk memperbaiki dan mendukung kemampuan personil yang terlibat dalam pelayanan itu, termasuk metode, pendekatan dan sikap mereka.

Transcript of Aturan Standar Minimum untuk Administrasi Keadilan bagi...

491 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsASI MANUSIA

Aturan Standar Minimum untuk Administrasi Keadilan bagi

Anak (Aturan Beijing) (1985)

Diadopsi oleh Resolusi Majelis Umum 40/33, 29 Nopember 1985

Bagian Satu Prinsip-prinsip Umum

1. Perspektif Dasar

1.1 Negara-negara anggota berusaha, sesuai dengan kepentingan umum mereka masing­

masing, untuk memajukan kesejahteraan anak dan keluarganya.

1.2 Negara-negara Anggota berusaha untuk mengembangkan kondisi-kondisi yang akan

memastikan suatu kehidupan yang bermakna bagi anak dalam masyarakat, yang,

selama kurun waktu da1am kehidupan di mana ia paling rentan terhadap prilaku

menyimpang, akan memperkuat suatu proses perkembangan dan pendidikan

kepribadian yang sejauh mungkin bebas dari kejahatan dan kenaka1an anak.

1.3 Perhatian yang cukup harus diberikan kepada tindakan positif yang menyangkut

mobilisasi sepenuhnya semua sumber daya yang mungkin, termasuk keluarga, relawan

dan kelompok masyarakat lainnya, maupun sekolah serta lembaga-lembaga masyarakat

lainnya, untuk maksud meningkatkan kesejahteraan anak, dengan tujuan mengurangi

kebutuhan akan intervensi berdasarkan hukum, dan menangani anak yang bermasalah

dengan hukum secara efektif; adil dan manusiawi.

1.4 Peradilan anak harus dipandang sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan dari proses

perkembangan nasional setiap negara, dalam suatu kerangka menyeluruh peradilan

sosial bagi semua anak, dan dengan demikian, bersamaan dengan itu, memberi

sumbangan untuk melindungi orang-orang muda dan memelihara suatu tatanan

masyarakat yang damai.

1.5 Peraturan ini dilaksanakan dalam konteks kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang

berlaku dalam setiap Negara anggota.

1.6 Pelayanan peradi1an anak dikembangkan dan dikoordinasi secara sistematis dengan

tujuan untuk memperbaiki dan mendukung kemampuan personil yang terlibat dalam

pelayanan itu, termasuk metode, pendekatan dan sikap mereka.

492 ADNAN BuvuNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

Komentar

Perspektif dasar yang luas ini mengacu kepada kebijakan sosial menyeluruh pada umumnya

dan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anak semaksimal mungkin mengurangi

kebutuhan akan intervensi oleh sistem peradilan anak, dan sebaliknya akan mengurangi

kerugian yang mungkin timbul oleh suatu intervensi. Tindakan perlindungan bagi anak

muda tersebut, sebelum munculnya kenakalan anak, merupakan syarat-syarat kebijakan

dasar yang dirancang untuk meniadakan kebutuhan akan penerapan Aturan ini.

Peraturan 1.1. sampai 1.3. menunjuk pada peran penting bahwa suatu kebijakan sosial

yang konstruktif untuk anak, antara lain, pencegahan kejahatan anak dan kenakalan anak,

sedangkan Peraturan 1.4. menetapkan peradilan anak sebagai bagian tak tcrpisahkan dari

keadilan sosial untuk anak, sedangkan peraturan 1.5. berusaha untuk memperhitungkan

kondisi-komlisi yang ada di Negara Anggota yang akan menyebabkan cara pclaksanaan

peraturan-peraturan tertentu berbeda dengan cara-cara yang ditempuh di Negara-negara

ini. Peraturan 1.6. mengacu pada keharusan untuk senantiasa memperbaiki peradilan anak,

tanpa meninggalkan penetapan kebijakan sosial progresif bagi anak pada umumnya dan

dengan mengingat kebutuhan untuk perbaikan pelayanan staf secara konsisten.

2. Lingkup Peraturan dan Definisi yang digunakan

2.1 Peraturan Standar Minimum berikut ini diterapkan pada para pelaku kejahatan anak

secara tidak memihak, tanpa perbedaan jenis apapun, seperti misalnya ras, warna

kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan lain, asal-usul

nasional atau sosial, kekayaan, status kelahiran atau status lainnya.

2.2 Untuk keperluan Peraturan-peraturan ini, definisi berikut ini diterapkan olch Negara­

negara Anggota dengan suatu cara yang sesuai dengan sistem dan konsep hukum

masing-masing:

(a) Seorang anak adalah seorang bocah atau orang muda yang, berdasarkan sistem

hukum yang bersangkutan, dapat ditangani untuk suatu kejahatan dengan suatu

cara yang berbeda dengan seorang dewasa;

(b) Suatu kejahatan adalah suatu perilaku (perbuatan atau tidak melakukan perbuatan)

yang dapat dihukum oleh undang-undang berdasarkan sistem hukum yang

bersangkutan;

(c) Seorang anak pelaku kejahatan adalah seorang bocah atau orang muda yang

dinyatakan telah melakukan atau yang telah tertangkap melakukan suatu kejahatan.

2.3 Usaha akan dilakukan untuk menetapkan, dalam setiap yurisdiksi nasional, seperangkat

undang-undang dan ketentuan yang khusus dapat diterapkan kepada anak pelaku

kejahatan dan lembaga serta badan yang dipercaya dengan fungsi mengenai pelaksanaan

pcradilan anak, dan dirancang:

493 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsASI MANUSIA

(a) Untuk memenuhi berbagai kebutuhan anak pelaku kejahatan, sambil melindungi

hak-hak dasar mereka;

(b) Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;

(c) Untuk melaksanakan peraturan berikut ini secara menyeluruh dan adil.

Komentar

Peraturan Standar minimum sengaja dirumuskan sehingga dapat diterapkan dalam sistem

hukurn yang berbeda-beda dan, dalarn pacta itu, menetapkan suatu standar minimum untuk

rncnangani anak pelaku kejahatan berdasarkan setiap definisi mengenai anak dan berdasarkan

setiap sistem yang menangani para pelaku kejahatan anak. Peraturan itu harus selalu

diterapkan secara tidak memihak dan tanpa pembedaan dari sesuatu jenis.

Oleh karena itu Peraturan 2.1. menekankan arti penting bahwa peraturan selalu ditetapkan

secara tidak memihak dan tanpa pembedaan dari jenis apapun. Peraturan mengikuti

perumusan prinsip 2 dari Deklarasi Hak-hak anak.

Peraturan 2.2. rnenetapkan "anak" dan "kejahatan" sebagai komponen dari gagasan

mengenai "anak pelaku kejahatan", yang rnerupakan subyek utama dari Peraturan Standar

Minimum ini (tetapi, lihat juga Aturan 3 dan 4)

Harus dicatat bahwa pembatasan umur akan tergantung pacta, dan secara eksplisit membuat

tergantung pacta, setiap sistem hukum yang bersangkutan, jadi sepenuhnya menghormati

sistem ekonomi, sosial, politik, budaya dan hukum Negara-negara Anggota. Hal ini

menyebabkan keanekaragaman yang luas mengenai umur yang termasuk dalam definisi

·'anak", yang usianya antara 7 tahun sampai 18 tahun atau lebih. Keanekaragaman itu

sarnpai tidak terelakkan mengingat berbagai sistem hukum nasional dan tidak mengurangi

dampak dari Peraturan Standar Minimum ini.

Peraturan 2.3. ditujukan kepada kebutuhan akan perundangan nasional khusus untuk

pelaksanaan optimal dari Peraturan Standar Minimum ini, baik secara hukum maupun

secara praktis.

3. Perluasan Peraturan

3.1 Ketentuan Peraturan yang relevan akan diterapkan tidak hanya kepada anak pelaku

kejahatan tetapi juga kepada anak yang mung kin dituntut karena suatu prilaku tertentu

kiranya tidak dapat dihukum kalau dilakukan oleh seorang dewasa.

3.2 Usaha akan dilakukan untuk memperluas prinsip-prinsip yang terkandung dalam

Peraturan itu kepada semua anak yang ditangani dalam program kesejahteraan dan

perawatan.

3.3 Usahajuga akan dilakukan untuk memperluas prinsip-prinsip yang terkandung dalam

Peraturan itu kepada para remaja pelaku kejahatan.

494 AoNAN BuvuNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

Komentar

Peraturan 3 memperluas perlindungan yang diberikan oleh Peraturan Standar Minimum

untuk Pelaksanaan Peradilan Anak yang meliputi:

(a) Apa yang disebut "kejahatan status" yang ditetapkan dalam berbagai sistem hukum

nasional di mana cakupan prilaku yang dipandang sebagai suatu kejahatan lebih Iuas

untuk anak ketimbang untuk orang dewasa (misalnya, membolos, tidak mematuhi

peraturan sekolah dan keluarga, mabuk di tempat umum, dan sebagainya.) (peraturan

3.1.);

(b) Program kesejahteraan dan perawatan anak (peraturan 3.2.);

(c) Program yang menangani para remaja pelaku kejahatan, tentu saja tergantung pacta

setiap batas umur yang ditetapkan (peraturan 3.3.)

Perluasan Peraturan yang mencakup tiga bidang ini bisa dibenarkan. Peraturan 3.1.

menetapkan jaminan minimum di bidang-bidang tersebut, dan peraturan 3.2. dianggap

sebagai suatu langkah yang dikehendaki ke arah peradilan yang lebih jujur, adil dan

manusiawi bagi semua anak yang mempunyai masalah dengan hukum.

4. Usia Tanggung jawab Pidana

4.1. Dalam, sistem hukum yang mengakui konsepsi mengenai umur untuk tangRt:I_ngjawab

pidana bagi anak, mulainya umur tersebut tidak akan ditetapkan pacta tingkatan yang

terlalu rendah, dengan mengingat kenyataan mengenai kematangan emosional, mental

dan intelektual.

Komentar

Umur minimum untuk tanggungjawab pidana sangat berbeda-beda disebabkan oleh sejarah

dan budaya. Pendekatan modern kiranya akan mempertimbangkan apakah seorang anak

dapat mengikuti komponen moral dan psikologis dari tanggungjawab pidana yaitu, apakah

seorang anak, disebabkan oleh ketajaman dan pengertian pribadi, dapat diminta untuk

bertanggung jawab atas prilaku yang pada dasarnya antisosial. Kalau umur untuk tanggung

jawab pidana ditetapkan terlalu rendah atau kalau tidak ada batas umur terendah sama

sekali, gagasan mengenai tanggung jawab menjadi tidak berarti.

Pada umumnya, ada suatu hubungan yang erat antara gagasan mengenai tanggung-jawab

atas kenakalan atau prilaku pidana dan hak-hak dan tanggung jawab sosial Iainnya (seperti

misalnya status perkawinan, mayoritas sipil, dan sebagainya.)

Oleh karena itu usaha harus dilakukan untuk mencapai kesepakatan tentang batas umur

terendah yang masuk aka! yang dapat diterapkan secara internasional.

495 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsAsl MANUSIA

5. Tujuan dari peradilan anak

5 .1. Sistem peradilan anak menekankan kesejahteraan anak dan memastikan bahwa setiap

reaksi terhadap anak pelaku kejahatan harus selalu proporsional dengan keadaan para

pelaku kejahatan itu sendiri.

Komentar

Peraturan 5 mengacu pada dua tujuan peradilan anak yang paling penting. Tujuan pertama

adalah peningkatan kesejahteraan anak tersebut. Ini merupakan pusat perhatian utama dari

sistem hukum di mana anak pelaku kejahatan diurus oleh pengadilan, keluarga atau para

pejabat administratif, tetapi kesejahteraan anak tersebut juga harus ditekankan dalam sistem

hukum yang mengikuti model pengadilan pidana, dengan demikian memberi sumbangan

pada dihindarinya sanksi hukuman semata-mata (lihatjuga peraturan 14.)

Tujuan kedua adalah "prinsip proporsional". Prinsip ini dikenal sebagai suatu instrumen

untuk mengekang sanksi-sanksi hukuman, yang kebanyakan diungkapkan berdasarkan

ganjaran yang adil berkaitan dengan beratnya kejahatan. Tanggapan kepada orang-orang

muda pelaku kejahatan haruslah didasarkan pada pertimbangan tidak hanya mengenai

beratnya kejahatan tetapi juga mengenai keadaan pribadi. Keadaan pribadi dari pelaku

kejahatan (misalnya status sosial, situasi keluarga, kerugian yang ditimbulkan oleh pelaku

kejahatan atau faktor-faktor lain yang memengaruhi keadaan pribadi) tentulah memengaruhi

proporsionalitas dari reaksi (misalnya dengan mempertimbangkan usaha pelaku kejahatan

untuk memberi ganti rugi kepada korban atau kemauannya untuk beralih kehidupan yang

sehat dan bermanfaat)

Demikian pula, reaksi-reaksi yang bertujuan untuk memastikan kesejahteraan orang muda

pelaku kejahatan mungkin berada di luar keharusan dan oleh karena itu melanggar hak-hak

dasar dari orang muda, sebagaimana telah diamati dalam beberapa sistem peradilan anak.

Juga di sini, proporsionalitas reaksi terhadap keadaan-keadaan pelaku kejahatan dan kejahatan

itu scndiri, termasuk korban, harus dilindungi.

Pada hakikatnya, peraturan 5 menghendaki tidak kurang dan tidak lebih dari suatu reaksi

yang adil dalam setiap kasus tertentu dari kenakalan dan kejahatan anak. Masalah-masalah

yang digabungkan dalam peraturan itu dapat membantu mendorong perkembangan di kedua

sisi: tipe reaksi yang baru dan inovatif seperti sikap hati-hati terhadap setiap perluasan

yang tidak pada tempatnya yang dilakukan jaringan kontrol sosial yang resmi atas anak.

6. Ruang Lingkup Kebijaksanaan

6.1. Mengingat keanekaragaman kebutuhan khusus anak walaupun keanekaragaman tindakan

yang tersebut, ruang lingkup yang tepat untuk kebijaksanaan harus diperbolehkan

pada semua tahap penanganan perkara dan pada tingkat pelaksanaan peradilan anak

yang berbeda-beda, termasuk investigasi, penuntun, keputusan pengadilan dan disposisi

tindak -Ianjut.

6.2. Tetapi usaha harus dilakukan untuk memastikan pertanggungjawaban yang cukup

pada semua tahapan dan tingkatan dalam menjalankan kebijaksanaan tersebut.

6.3. Orang-orang yang menjalankan kebijaksanaan haruslah memenuhi persyaratan khusus

atau dilatih untuk melakukannya secara bijaksana dan sesuai dengan fungsi dan mandat

mereka.

Komentar

Peraturan 6.1, 6.2 dan 6.3 menggabungkan beberapa ciri penting dari pelaksanaan peradilan

anak yang efektif, adil dan manusiawi: kebutuhan untuk memungkinkan pelaksanaan kekuasaan

kebijaksanaan pada semua tingkat pemrosesan yang penting sehingga orang-orang yang

membuat keputusan dapat mengambi! tindakan yang dianggap paling tepat dalam setiap

kasus tertentu; dan kebutuhan untuk memberikan pengawasan serta keseimbangan untuk

mengekang setiap penyalahgunaan dari kekuasaan kebijaksanaan dan untuk melindungi hak­

hak dari anak pelaku kejahatan. Pertanggungjawaban dan profesionalisme merupakan instrumen

tepat yang paling baik untuk mengekang kebijaksanaan yang luas. Jadi, kualifikasi profesional

dan latihan keahlian ditekankan di sini sebagai suatu sarana berharga untuk memastikan

pelaksanaan kebijaksanaan yang adil dalam masalah anak pelaku kejahatan. (Lihat juga aturan

1.6 dan 2,2) Rumusan pedoman khusus tentang pelaksanaan dan kebijaksanaan ketentuan

sistem peninjauan kembali, permohonan banding dan sebagainya untuk memungkinkan

pemeriksaan yang teliti atas keputusan dan pertanggungjawaban ditekankan dalam konteks

ini. Mekanisme tersebut tidak diuraikan di sini, karena hal tersebut tidak dengan muJah

membuka kemungkinan untuk dimasukkannya ke dalam peraturan standar minimum

internasional, tidak dapat mencakup semua perbedaan dalam sistem peradilan.

7. Hak-Hak

7 .1. Perlindungan prosedural dasar seperti misalnya praduga tak bersalah, hak untuk diberi

tahu mengenai tuduhan, hak untuk tetap diam, hak untuk mendapat nasehat hukum,

hak atas kehadiran orangtua atau wali, hak untuk berkonfrontasi dan memeriksa­

silang saksi-saksi dan hak umuk mengajukan banding ke suatu badan yang lebih

tinggi otoritasnya dijamin pada semua tahapan pemeriksaan perkara.

Komentar

Peraturan 7 .1. menekankan beberapa butir penting yang merupakan unsur fundamental

untuk suatu pengadilan yangjujur dan adil dan diakui secara internasional dalam instrumen

hak asasi manusia yang ada. (lihatjuga peraturan 14) Praduga tak bersalah misalnya, juga

terdapat dalam pasal 11 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan dalam pasal 14,ayat

496 AoNAN BuvuNG NAsUTION DAN A. PATRA M. ZEN

497 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKoK HAK AsASI MANUSIA

2, dari Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. Peraturan 14 dan seterusnya.

Dari Peraturan Standar Minimum ini menguraikan secara khusus masalah-masalah yang

penting bagi pemeriksaan perkara terutama dalam kasus anak, sedangkan peraturan 7 .1.

menegaskan perlindungan prosedural yang paling dasar secara umum.

8. Perlindungan Terhadap Privasi

8.1 Hak anak terhadap privasi harus dihormati pada semua tingkatan untuk menghindari

kerugian yang ditimbulkan kepadanya oleh publikasi yang tidak semestinya atau oleh

proses pemberian label.

8.2 Pada prinsipnya, tidak ada informasi yang dapat mengungkapkan identifikasi seorang

anak pelaku kejahatan akan dipublikasikan.

Komentar

Peraturan 8 menekankan arti penting dari perlindungan hak anak terhadap privasi. Orang­

orang muda terutama rentan terhadap stigmatisasi. Penelitian kriminologi mengenai proses

pemberian label telah memberikan bukti mengenai pengaruh yang sebaliknya (dari jenis

yang berbeda) yang timbul dari identifikasi permanen terhadap orang muda sebagai "nakal"

atau "jahat". Peraturan 8 menekankan arti penting untuk melindungi anak dari pengaruh

sebaliknya yang mungkin timbul dari publikasi dalam media massa mengenai informasi

tentang kasus itu (misalnya nama dari anak yang melakukan kejahatan, yang dituduh atau

dinyatakan bersalah). Kepentingan pribadi harus dilindungi dan dijunjung tinggi, sekurang­

kurangnya secara prinsip. (isi umum dari peraturan 8 selanjutnya diuraikan dalam peraturan

21)

9. Klausula Keselamatan

9.1 Tidak ada dalam Peraturan ini akan ditafsirkan sebagai menghalangi penerapan

Peraturan Standar Minimum untuk Perlakuan terhadap narapidana yang disahkan

oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan instrumen hak asasi manusia lainnya serta standar

yang diakui oleh masyarakat internasional yang berkaitan dengan perlakuan dan

perlindungan terhadap anak muda.

Komentar

Peraturan 9 dimaksud untuk menghindari suatu kesalah-pahaman dalam menafsirkan dan

melaksanakan Peraturan ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen

dan standar hak asasi manusia internasional terkait yang ada atau yang muncul seperti

misalnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Kovenan Internasional tentang Hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya serta Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik,

dan Deklarasi mengenai Hak-hak Anak dan rancangan konvensi tentang hak anak. Harus

dimengerti bahwa penerapan dari Peraturan ini adalah tanpa prasangka terhadap etiap

instrumen internasional tersebut yang mungkin mengandung ketcntuan-kctentuan mengenai

penerapan yang lebih Iuas. (Lihat juga aturan 27)

10. Kontak Awal

Bagian Dua

Investigasi dan Penuntutan

10.1 Setelah seorang anak ditahan, orangtua atau walinya harus segera dibcri tahu mengenai

penahanan tersebut, dan di mana pemberitahuan segera itu tidak mungkin, orangtua

atau wali tersebut harus diberi tahu dalam waktu secepatnya sesudah penahanan itu.

10.2 Seorang hakim atau pejabat atau badan lain yang kompeten, tanpa menunda-nunda

lagi, harus mempertimbangkan masalah pembebasan.

10.3 Kontak antara badan penegakan hukum dan seorang anak melakukan kejahatan harus

dilakukan sedcmikian rupa sehingga menghormati status hukum dari anak tcrscbut,

memajukan kesejahteraan anak dan menghmdari kerugian terhadapnya, dcngan

mengingat dengan semestinya keadaan-keadaan kasus tersebut.

Komentar

Peraturan 10.1 pada prinsipnya terkandung dalam Peraturan 92 dari Peraturan Standar

Minimum untuk perlakuan terhadap Narapidana. Persoalan pembebasan (peraturan l 0.2)

harus dipertimbangkan tanpa ditunda-tunda lagi oleh seorang hakim atau pcjahat lain yang

kompeten. Yang tersebut belakangan mengacu kepada setiap orang atau lcmbaga selua ­

luasnya, termasuk badan pengurus !IJasyarakat a tau pejabat kepolisian yang mempunyai

kekuasaan untuk membebaskan seseorang yang ditahan. (Lihatjuga Kovenan lnterna ional

Hak-hak Sipil dan Politik, pasal 9 ayat 3).

Peraturan 10.3 menangani beberapa aspek mendasar dari prosedur dan prilaku di pihak

kepolisian dan para penegak hukum lainnya dalam kasus-kasus kejahatan anak. Untuk

"menghindari kerugian" yang diakui merupakan perumusan yang luwcs dan mencakup

banyak ciri dari interaksi yang mungkin (misalnya penggunaan kata-kata kasar, kekerasan

fisik atau mengungkapkan kepada lingkungan) Keterlibatan dalam proses peradilan anak

itu sendiri dapat "merugikan" bagi anak; istilah "menghindari kerugian" harus ditafsirkan

secara luas, sebagai menimbulkan kerugian sesedikit mungkin kepacta anak pacta instansi

pertama, maupun suatu kerugian tambahan atau kerugian yang tak pada tempatnya. Ini

terutama penting dalam kontak awal dengan badan-badan pcnegakan hukum, yang mungkin

sangat memengaruhi sikap anak tersebut terhadap Negara dan masyarakat. Tambahan pula,

keberhasilan suatu intervensi lebih lanjut sangat tergantung pacta kontak awal tersehut.

Empati dan dukungan penuh penting dalam situasi-situasi ini.

498 ADNAN BuvuNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

499 INSTRUMEN INTERNASIONAL POKOK HAK ASASI MANUSIA

11. Pengalihan

11. 1 Pertimbangan akan diberikan, apabila tepat, untuk menangani anak pelaku kejahatan

tanpa rnenggunakan pengadilan formal oleh kekuasaan yang kompeten, yang diacu

dalarn peraturan 14.1 di bawah ini.

11.2 Kepolisian, kejaksaan atau instansi lain yang menangani kasus anak akan diberi

kekuasaan untuk menyelesaikan kasus-kasus semacam itu atas kebijaksanaan mereka,

tanpa menggunakan pemeriksaan formal, sesuai dengan criteria yang diletakkan untuk

keperluan itu dalam sistem hukum yang bersangkutan dan juga sesuai dengan prinsip

-prinsip yang terkandung dalarn Peraturan ini.

11.3 Sctiap pengalihan yang menyangkut penyerahan kepada masyarakat atau ( instansi­

instansi Jain yang tepat membutuhkan persetujuan dari anak yang bersangkutan,

orangtua atau walinya dengan syarat bahwa keputusan untuk menyerahkan suatu kasus

scrnacarn itu bisa ditinjau kembali oleh penguasa yang kompeten, setelah dilaksanakan.

ll.4Untuk mcmfasilitasi disposisi berdasarkan kebijaksanaan rnengenai kasus anak, usaha

harus dilakukan untuk menyediakan program kemasyarakatan, seperti misalnya

pengawasan dan bimbingan sementara restitusi dan kompensasi kepada para korban.

Komentar

Pengalihan, yang menyangkut pemindahan dari proses peradilan pidana dan, sering kali,

penyerahan kembali ke instansi-instansi pendukung dalam masyarakat biasa dilakukan secara

formal dan informal dalam banyak sistern hukum. Kebiasaan ini berfungsi untuk mencegah

pengaruh ncgatif dari perneriksaan perkara yang kemudian dilakukan dalam pelaksanaan

peradilan anak ( misalnya stigma mengenai keputusan bersalah dan hukuman). Dalam

banyak hal, non-intervensi merupakan tanggapan paling baik. Jadi pengalihan pada awa!

perkara dan tanpa penyerahan kepada instansi-instansi ( sosial) alternatif mung kin tanggapan

optimal. Hal ini tcrutama benar di mana kejahatan bersifat tidak serius dan di mana keluarga,

sekolah atau lcmbaga kontrol sosial informal sudah bereaksi, atau mungkin sekah akan

bereaksi, atau mungkin sekali akan bereaksi, dengan cara yang tepat dan konstruktif.

Scbagaimana dinyatakan dalam peraturan 11.2, pengalihan dapat digunakan pada setiap

tahap pengambilan keputusan-oleh kepolisian, kejaksaan atau badan-badan lain seperti

misalnya pengadilan, mahkamah, pengurus atau dewan. Pengalihan dapat dilakukan oleh

satu otoritas atau heherapa atau semua otoritas, sesuai dengan peraturan dan kebijakan dari

sistem yang hersangkutan dan sejalan dengan Peraturan ini. Pengalihan tidak perlu dibatasi

pada kasus-kasus kecil, dan dengan demikian menjadi pengalihan suatu instrumen yang

penting.

Peraturan 11.3 mcnekankan persyaratan penting untuk mendapatkan persetujuan dari pelaku

kejahatan muda (atau orangtua atau walinya) terhadap tindakan-tindakan pengalihan yang

direkomendas1kan. (Pcngalihan kepada instansi masyarakat tanpa persetujuan semacam itu

akan bertentangan dengan Penghapusan Konvensi Kerja Paksa). Namun demikian persetujuan

ini tidak boleh dibiarkan tanpa tantangan, karena kadang-kadang persetujuan itu diberikan

hanya karena rasa putus-asa di pihak anak yang bersangkutan. Peraturan itu menggaris­

bawahi bahwa harus diambillangkah hati-hati untuk memperkecil potensi untuk pemaksaan

dan intimidasi pada semua tingkatan dalam proses peralihan. Anak tidak boleh merasa

ditekan ( misalnya untuk menghindari kehadiran di sidang pengadilan ) atau ditekan untuk

menyetujui program pengalihan. Jadi, dianjurkan agar ketentuan itu seyogyanya menuju

ke suatu penilaian obyektif mengenai ketepatan disposisi-disposisi yang menyangkut para

pelaku kejahatan muda oleh suatu "otoritas yang kompeten setelah dilaksanakan". ("otoritas

yang kompeten " itu mungkin berbeda dari yang diacu dalam aturan 14)

Peraturan 11.4 merekomendasikan ketentuan mengenai alternatif-alternatif yang aktif

terhadap pemrosesan peradilan anak dalam bentuk pengalihan yang berbasis masyarakat.

Program-program yang menyangkut penyelesaian dengan pemberian restitusi kepada korhan

dan yang berusaha untuk menghindari konflik dengan hukum di masa mendatang lewat

pengawasan dan bimbingan sementara sangat dianjurkan. Manfaat masing-masing kasus

kiranya membuat pengalihan menjadi tepat, bahkan apabila kejahatan yang lebih serius

telah dilakukan ( misalnya kejahatan pertama, perbuatan yang dilakukan di bawah tekanan

ternan sejawat dan sebagainya.)

12. Spesialisasi dalam Organisasi Kepolisian

12.1 Untuk memenuhi fungsinya dengan sebaik-baiknya, para perwira polisi yang seringkali

atau secara khusus menangani anak atau yang terutama terlibat dalam pencegahan

kejahatan anak harus diberi pendidikan dan Iatihan secara khusus. Di kota-kota hesar,

satuan-satuan polisi khusus seyogyanya dibentuk untuk keperluan itu.

Komentar

Peraturan 12 menarik perhatian kepada kebutuhan akan latihan khusus untuk semua pejabat

penegakan hukum yang terlibat dalam pelaksana peradilan anak. Karena polisi adalah titik

kontak pertama dengan sistem peradilan anak, adalah sangat penting bahwa mereka bertindak

setelah mendapat informasi sepenuhnya dan dengan suatu cara yang tepat.

Sekalipun hubungan antara urbanisasi dan kejahatan jelas adalah rumit, suatu peningkatan

dalam kejahatan anak telah dikaitkan dengan pertumbuhan kota-kota besar, terutama dengan

pertumbuhan yang cepat dan tidak terencana. Satuan-satuan polisi khusus oleh karenanya

menjadi sangat diperlukan, tidak hanya demi kepentingan pelaksanaan prinsip-prinsip tertentu

yang terkandung dalam instrumen ini (seperti misalnya peraturan 1.6) tetapi secara lebih

umum untuk meningkatkan pencegahan dan pengendalian atas kejahatan anak serta

penanganan anak yang diperlukan.

500 ADNAN BUYUNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

501 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsASI MANUSIA

13. Penahanan Menunggu Pengadilan

13. I Penahanan menunggu sidang pengadilan akan digunakan hanya sebagai suatu tindakan

terakhir dan untuk jangka waktu sesingkat mungkin.

13.2 Di mana mungkin, penahanan menunggu sidang pengadilan akan digantikan oleh

tindakan-tindakan alternatif, seperti misalnya pengawasan dari dekat perawatan atau

penempatan bersama keluarga atau dalam suatu suasana atau rumah pendidikan.

13.3 Anak yang ditahan sementara menunggu sidang pengadilan berhak atas semua hak

danjaminan dari Peraturan standar Minimum untuk Perlakuan terhadap para narapidana

yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

13.4 Anak yang ditahan sementara menunggu sidang pengadilan akan ditahan terpisah dari

orang-orang dewasa dan akan ditahan di suatu lembaga terpisah dari suatu lembaga

yang juga digunakan untuk menahan orang dewasa.

13.5 Sementara dalam penahanan, anak akan menerima perawatan, perlindungan dan semua

bantuan pribadi yang perlu-sosial, pendidikan, ketrampilan, psikologis, medis dan fisik

yang mungkin mereka butuhkan mengingat umur, jenis kelamin dan kepribadian mereka

Komentar

Bahaya bagi anak berupa "kontaminasi kejahatan" selama dalam tahanan sementara

menunggu sidang pengadilan tidak boleh diremehkan, Oleh karena itu adalah penting untuk

menekankan kebutuhan akan tindakan-tindakan alternatif. Dengan berbuat demikian

pcraturan 13. I mendorong dirancangnya tindakan-tindakan baru dan inovatif untuk

rncnghindari penahanan semacam itu demi kepentingan kesejahteraan anak tersebut.

Anak yang ditahan sementara menunggu sidang pengadilan berhak atas semua hak dan

jaminan dari Peraturan Standar Minimum untuk Perlakuan para Narapidana maupun Kovenan

lnternasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, khususnya pasal 9 dan pasal 10, ayat 2(b)

dan 3.

Peraturan 13.4 tidak mencegah Negara untuk mengambil tindakan lain terhadap pengaruh

negatif dari para pelaku kejahatan dewasa yang paling kurang sama efektifnya dengan

tindakan-tindakan yang disebutkan dalam peraturan ini.

Berbagai bentuk bantuan yang mungkin perlu telah dirinci untuk menarik perhatian kepada

kebutuhan khusus yang luas dari para Narapidana muda untuk diperhatikan (misalnya

perempuan atau lelaki, pecandu obat, pecandu alkohol, anak yang sakit secara mental,

orang muda yang menderita karena trauma, misalnya, karena penahanan, dan sehagainya.)

Berbagai ciri fisik dan psikologis dari para Narapidana muda mungkin memhutuhkan

tindakan klasifikasi di mana beberapa orang di antaranya ditahan tersendiri sementara

dalam penahanan sementara menunggu sidang pengadilan, dan dengan demikian memberi

sumbangan kepada dihindarinya jatuhnya korban dan memberikan bantuan yang Iebih tepat.

Kongres keenam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pencegahan Kejahatan dan perlakuan

terhadap para Pelaku Kejahatan, dalam resolusinya no. 4 tentang standar peradilan anak,

menguraikan bahwa peraturan ini, antara lain haruslah mencerminkan prinsip dasar bahwa

penahanan sebelum sidang pengadilan seyogyanya digunakan hanya sebagai usaha terakhir,

bahwa tidak ada anak yang ditahan dalam suatu fasilitas di mana mereka rentan terhadap

pengaruh-pengaruh negatif dari para Narapidana dewasa dan bahwa perhitungan harus

selalu diambil mengenai kebutuhan-kebutuhan khusus bagi tahap perkembangan mereka.

Bagian Tiga

Putusan Pengadilan dan Disposisi

14. Kekuasaan yang kompeten untuk mengadili

14.1 Apabila kasus pelaku kejahatan anak tidak dialihkan (berdasarkan peraturan no. 11),

maka dia akan berhadapan dengan kekuasaan yang kompeten persidangan, mahkamah,

dewan pengurus, dewan dll) menurut prinsip sidang yang jujur clan adil.

14.2 Prosedur yang ditempuh haruslah mcngacu pada kepcntingan terbaik anak dan harus

dilakukan dalam suasana pcngertian, dan harus mengijinkan anak yang bcrsangkutan

untuk ikut serta di dalamnya dan untuk mengekpresikan dirinya secara bebas.

Komentar

Merupakan hal yang sulit untuk merumuskan definisi tentang lembaga atau orang kompeten

yang secara universal menggambarkan suatu kekuasaan yang mengadili "Kekuasaan

Kompeten" berarti mencakup mereka yang mengetahui sidang atau pengadilan (terdiri dari

hakim tunggal atau beberapa anggota), termasuk hakim profesional dan :1tau heberap<

anggota"i. termasuk hakim profesional dan umum, seperti halnya dewan administrasi

(misalnya sistem Skotlandia dan Skandmavia) atau komunitas yang lebih informal lainnya

serta badan-badan penyelesaian kontlik yang mempunyai sifat menghakimi.

Prosedur untuk berhubungan dengan anak yang melakukan kejahatan dalam kasus apapun

mengikuti standar minimum yang diterapkan hampir secara universal untuk pihak yang

dituduh melakukan kejahatan berdasarkan prosedur yang dikenal sebagai "proses hukum

yang semestinya". Sesuai dengan proses yang semestinya, suatu "sidang pengadilan yang

jujur dan adil" mencakup upaya palindungan dasar seperti praduga tak bersalah, pengajuan

dan pemeriksaan saksi-saksi, pembelaan hukum yang umum, hak untuk tctap diam, hak

untuk mengucapkan kata-kata penutup dalam pemeriksaan, hak untuk naik banding. dan

sebagainya. (lihat juga peraturan 7.1)

15. Penasehat Hokum, Orangtua dan Wali

15.1 Dalam seluruh proses pengadilan anak yang bersangkutan mempunyai hak untuk

diwakili oleh penasihat hukum atau untuk memohon bantuan hukum gratis di mana

ada ketentuan semacam itu di negara bersangkutan.

502 AoNAN BuvuNG NAsUTION DAN A. PATRA M. ZEN

503 INSTRUMEN INTERNASIONAL POKOK HAK ASASI MANUSIA

15.2 Orangtua atau wali berhak untuk turut serta dalam proses pengadilan dan mungkin

diperlukan oleh penguasa yang kompeten untuk mendatangkan mereka demi

kepentingan anak yang bersangkutan. Namun, keikutsertaan mereka dapat ditolak

oleh penguasa yang kompeten jika ada a1asan untuk beranggapan bahwa ketidak­

hadiran tersebut ada1ah perlu demi kepentingan anak tersebut.

Komentar

Peraturan 15.1 menggunakan terminologi yang mmp dengan yang ditemukan dalam

peraturan 93 dari Peraturan Standar Minimum untuk Perlakuan Tahanan. Sementara

penasehat hukum dan bantuan hukum gratis dibutuhkan untuk menjamin bantuan hukum

bagi anak, hak orangtua atau wali untuk ikut serta seperti yang dinyatakan dalam peraturan

15.2 harus dilihat sebagai bantuan psikologis dan emosional umum untuk anak tersebut

suatu fungsi yang mencakup seluruh proses.

Pencarian yang dilakukan penguasa berkompeten untuk disposisi yang memadai bagi kasus

dapat memanfaatkan, terutama sekali, kerjasama penasehat hukum anak (atau, dalam hal

ini, beberapa bantuan pribadi lainnya yang dapat dan benar-benar dipercaya oleh anak)

Pertimbangan semacam itu dapat ditarik apabila kehadiran orangtua atau wa1i pada saat

sidang menunjukkan pengaruh negatif, misalnya, jika mereka memperlihatkan sikap

bermusuhan terhadap anak, sehingga kemungkinan untuk mengeluarkan mereka harus tetap

terbuka.

16. Laporan Penyelidikan Masyarakat

16.1 Dalam semua kasus kecuali yang melibatkan kejahatan ringan, sebelum penguasa

yang kompeten memberikan disposisi akhir sebelum menjatuhkan hukuman, Jatar

belakang dan situasi di mana anak tersebut tinggal atau dalam situasi bagaimana

kejahatan tersebut dilakukan harus diselidiki dengan benar untuk memfasilitasi

pengambilan keputusan-hakim terhadap kasus ini oleh penguasa yang kompeten.

Komentar

Laporan penyelidikan masyarakat (laporan masyarakat atau Pra-hukuman) merupakan

bantuan yang sangat diperlukan dalam sebagian besar kasus yang melibatkan anak. Penguasa

yang kornpeten harus diberitahu fakta-fakta yang relevan tentang anak tersebut, seperti

Jatar belakang sosial dan keluarga, prestasi sekolah, jenjang pendidikan, dan sebagainya.

Untuk keperluan ini, beberapa yurisdiksi menggunakan pelayanan masyarakat khusus atau

orang yang ditempatkan dalam pengadilan atau dewan. Pejabat lain, termasuk pejabat yang

mcngurus masa percobaan, dapat melakukan fungsi yang sama. Peraturan tersebut oleh

karenanya menyebutkan bahwa pelayanan masyarakat yang memadai harus tersedia untuk

melakukan laporan penyelidikan masyarakat yang bersifat memenuhi syarat.

17. Panduan Prinsip Dalam Keputusan Pengadilan dan Disposisi

17.1 Disposisi penguasa yang kompeten harus dipandu oleh prinsip-prinsip tersebut:

(a) Reaksi yang diambil harus selalu dalam proporsi, tidak hanya terhadap keadaan

dan beratnya kejahatan tapi juga terhadap keadaan dan kebutuhan anak maupun

kebutuhan masyarakat;

(b) Pembatasan terhadap kebebasan pribadi anak harus dikenakan hanya setelah

melalui pertimbangan yang teliti dan harus dibatasi pada kemungkinan yang

paling minimum;

(c) Pencabutan kebebasan pribadi tidak harus dikenakan kecuali jika anak itu diadili

karena perbuatan serius yang melibatkan kekerasan terhadap orang lain atau

terus menerus melakukan kejahatan serius lainnya dan kecuali kalau tidak ada

tanggapan yang tepat lainnya;

(d) Kesejahteraan anak harus menjadi faktor penuntun dalam mempertimbangkan

kasusnya.

17.2 Hukuman mati tidak boteh dijatuhkan bagi kejahatan apapun yang dilakukan anak.

17.3 Anak tidak boleh menjadi sasaran hukuman badan.

17.4 Penguasa yang kompeten harus mempunyai kekuasaan untuk menghentikan proses

pengadilan setiap saat.

Komentar

Kesulitan utama dalam merumuskan panduan untuk pengadilan anak terletak pada fakta

adanya kontlik yang bersifat filosofis yang tidak terselesaikan, seperti berikut ini:

(a) Rehabilitasi versus ganjaran yang adil;

(b) Pendampingan versus represi dan hukuman;

(c) Reaksi menurut kebaikan tersendiri dalam suatu kasus versus reaksi menurut

perlindungan terhadap masyarakat secara umum;

(d) Penangkal umum versus ketidakmampuan individu.

Kontlik antara pendekatan-pendekatan ini lebih menonjol pada kasus anak dibandingkan

pada kasus orang dewasa. Dengan keragaman akibat dan reaksi yang menjadi ciri pada

kasus anak, alternatif-alternatif ini menjadi jalinan yang rumit.

Bukanlah fungsi Peraturan Standar Minimum bagi Pelaksanaan Peradilan anak untuk

menentukan pendekatan mana yang akan diikuti, tetapi lebih untuk mengidentifikasi peraturan

yang paling cocok dengan prinsip yang diterima secara internasional. Oleh karena itu

elemen penting seperti yang tertuang dalam peraturan 17.1, khususnya dalam butir (a) dan

(c). secara umum dipahami sebagai panduan praktis yang harus menjamin titik awal yang

504 ADNAN 8UYUNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

505 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsAsl MANUSIA

sama; jika diperhatikan oleh kekuasaan yang berkaitan (lihat juga peraturan 5). Mereka

dapat memberi sumbangan sangat penting untuk menjamin bahwa hak-hak dasar anak

pelaku kejahatan terlindungi, terutama hak-hak dasar pengembangan dan pendidikan

pribadinya.

Peraturan 17. I (b) menyiratkan bahwa pendekatan untuk menghukum yang ketat tidaklah

tcpat. Scmentara dalam kasus orang dewasa, dan kemungkinan juga dalam kasus-kasus

kejahatan berat oleh anak. Hukuman yang adil dan sanksi retributif dapat dipertimbangkan

sebagian bermanfaat, dalam kasus anak pertimbangan semacam itu harus selalu diingat

untuk kepentingan usaha perlindungan kesejahteraan dan masa depan anak muda. Sejalan

dcngan resolusi 8 Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa keenam, peraturan 17.1 (b)

mendorong penggunaan alternatif-alternatif terhadap pelembagaan semaksimal, mungkin,

mengingat keperluan untuk menanggapi kebutuhan anak yang khusus. Jadi, penggunaan

sepenuhnya harus dilakukan dari sejumlah sanksi alternatif yang ada dan alternatif baru

harus dikembangkan keselamatan umum. Masa percobaan harus diberikan seluas-luasnya

melalui hukuman yang ditangguhkan, hukuman bersyarat, perintah dewan dan disposisi

lain.

Peraturan 17.1 (c) sesuai dengan suatu panduan prinsip dalam resolusi 4 dari Kong res

keempat yang bertujuan untuk menghindari penahanan dalam kasus anak kecuali kalau

tidak ada tanggapan yang tepat lainnya guna melindungi keamanan umum.

Kctentuan yang melarang hukuman maksimum dalam pcraturan 17.2 sejalan dengan ayat

6, alinea 5, Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik.

Kctcntuan yang menentang hukuman badan sejalan dengan ayat 7 dari Kovenan Internasional

tentang Hak Sipil dan Politik serta Dcklarasi tentang Perlindungan terhadap Semua orang

agar tidak Menjadi Korban Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam,

Tidak Manusiawi atau Mcrendahkan Martabat Manusia dan rancangan konvensi tentang hak-

hak anak.

Kekuasaan untuk menghentikan proses hukum pada setiap saat (peraturan ( 17.4) merupakan

suatu ciri yang fundamental dalam menangani kasus anak yang melakukan kejahatan yang

bcrbeda dengan kejahatan oleh orang dewasa. Pada setiap saat, suatu keadaan dapat menjadi

pengetahuan penguasa berkompeten yang membuat dihentikannya intervensi sama sekali

akan terbukti merupakan disposisi terbaik dari kasus tersebut.

18. Berbagai Tindakan Disposisi

11\. I Tindakan disposisi yang sangat beragam harus dibuat tersedia bagi penguasa yang

kompetcn, yang memungkinkan tleksibilitas sehingga menghindari institusionalisasi

semaksimalmungkin. Tindakan semacam itu, beberapa mungkin merupakan gabungan,

termasuk:

506 ADNAN BUYUNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

(a) Perintah perawatan, bimbingan dan pengawasan;

(b) Masa percobaan;

(c) Perintah pelayanan masyarakat;

(d) Hukuman berupa denda, kompensasi dan restitusi;

(e) Perlakuan peraturan dan perintah perlakuan lainnya;

(f) Perintah untuk ikut serta dalam kelompok konseling dan kegiatan sejenis;

(g) Perintah mengenai pengangkatan anak, hidup di tengah masyarakat, atau

pengaturan pendidikan lainnya;

(h) Perintah lain yang relevan.

18.2 Tidak ada anak yang dapat dipisahkan dari pengawasan orangtua, baik sebagian atau

seluruhnya, kecuali kondisi dari kasusnya membuat hal tersebut perlu.

Komentar

Peraturan 18.1 berusaha untuk memberikan rincian beberapa reaksi dan sanksi penting

yang telah dilakukan dan sejauh ini terbukti berhasil, dalam sistem hukum yang berbeda.

Secara keseluruhan peraturan tersebut mewakili pendapat yang menjanjikan yang layak

dicontoh dan dikembangkan lebih lanjut. Peraturan tersebut tidak memberikan rincian

kebutuhan staf disebabkan oleh kemungkinan kurangnya staf yang memadai di beberapa

daerah; di daerah tersebut tindakan yang memerlukan staf lebih sedikit bisa dicoba atau

dikembangkan.

Contoh-contoh yang diberikan dalam peraturan 18.1 memiliki kesamaan, di atas semuanya,

kepercayaan dan permohonan kepada masyarakat bagi pelaksanaan dari alternatif disposisi

yang efektif. Koreksi yang berdasarkan masyarakat merupakan tindakan tradisional yang

telah diambil dalam banyak segi. Atas dasar itu, penguasa yang relevan harus didorong

untuk menawarkan pelayanan yang didasarkan pada partisipasi masyarakat.

Peraturan 18.2 menunjuk pada pentingnya keluarga yang, menurut pasal 10, ayat 1 dari

Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, merupakan "kelompok yang

wajar dan mendasar dari masyarakat". Di dalam keluarga, orangtua tidak hanya memiliki

hak tapi juga tanggung jawab untuk memelihara dan mengawasi anak mereka.

Karenanya, peraturan 18.2 menyatakan bahwa pemisahan anak dari orangtua merupakan

suatu tindakan terakhir. Tindakan ini diambil hanya jika fakta mengenai kasus tersebut

secarajelas membutuhkan langkah yang menyedihkan ini (sebagai contoh penyiksaan anak)

19. Penggunaan Pelembagaan Sesedikit Mungkin

19. J Penempatan anak dalam rumah tahanan harus selalu mcrupakan disposisi langkah

terakhir dan untuk jangka waktu minimum yang perlu.

507 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKoK HAK AsAsl MANUSIA

Komentar

Kriminologi progresif menyarankan penggunaan perlakuan non-rumah-tahanan dibandingkan

rumah tahanan. Sedikit atau tidak ada perbedaan yang telah ditemukan dalam hubungan

kesuksesan rumah tahanan dibandingkan dengan non-rumah-tahanan. Beberapa pengaruh

buruk pada individu yang tampaknya tidak terhindarkan dalam penempatan di rumah­

tahanan terbukti tidak dapat mengimbangi usaha perawatan. Hal ini benar khususnya dalam

kasus anak, yang mudah mendapat pengaruh negatif, Lebih lanjut lagi, pengaruh negatif,

tidak hanya hilangnya kebebasan namun juga pemisahan dari lingkungan masyarakat yang

biasa, dapat dipastikan lebih terasa bagi anak dibandingkan orang dewasa karena tingkat

pcrkembangan mereka yang masih dini.

Pcraturan 19 bertujuan membatasi penahanan di lembaga pemasyarakatan dalam dua hal:

dalam kuantitas ("langkah terakhir") dan dalam waktu ("jangka waktu minimum yang

dipcrlukan"). Peraturan 19 mencerminkan suatu panduan prinsip dasar dari resolusi 4

Kongres PBB keenam: pelaku kejahatan anak tidak boleh ditahan kecuali tidak ada tanggapan

lain yang tepat. Oleh karenanya, peraturan membuat seruan bahwa jika anak harus

dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan, kehilangan kemerdekaan harus dibatasi

pada tingkat minimum yang paling mungkin, dengan pengaturan institusional khusus untuk

kurungan dan dengan mengingat perbedaan dalam jenis-jenis pelaku kejahatan, kejahatan

dan institusi. Pada kenyataannya, prioritas harus diberikan pada institusi "terbuka" lebih

daripada institusi "tertutup". Lebih jauh, fasilitas apapun harus lebih bersifat perbaikan

atau pendidikan ketimbang bentuk pemenjaraan.

20. Dihindarinya Penundaan yang Tidak Perlu

20.1 Setiap kasus harus ditangani secara cepat sejak dari awal, tanpa penundaan yang tidak

perlu.

Komentar

Langkah prosedur formal yang cepat pada kasus anak merupakan pertimbangan utama.

Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka kebaikan apapun yang mungkin dicapai oleh prosedur

dan disposisi menjadi berisiko. Sejalan dengan waktu, anak akan merasa semakin sulit,

jika tidak mustahil, untuk menghubungkan prosedur dan disposisi dengan kejahatan, baik

secara intelektual maupun psikologis.

21. Arsip

21. 1 Arsip mengenai anak yang melakukan kejahatan harus disimpan sangat ketat dan

lertutup bagi pihak ketiga. Akses ke catatan semacam itu harus dibatasi pada orang

yang sccara langsung berhubungan dengan disposisi kasus tersebut atau orang yang

seharusnya bcrhak.

AoNAN BuvuNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN 508

21.2 Arsip mengenai anak yang melakukan pelanggaran tidak akan digunakan dalam proses

hukum orang dewasa dalam kasus yang kemudian terjadi yang melibatkan pelaku

kejahatan yang sama.

Komentar

Peraturan tersebut berusaha untuk mencapai keseimbangan antara konflik kepentingan yang

berhubungan dengan arsip atau catatan: yaitu kepentingan polisi, kejaksaan atau penguasa

lain dalam meningkatkan kontrol versus kepentingan anak yang melakukan kejahatan.

22. Kebutuhan Untuk Profesionalisme dan Pelatihan

22.1 Pendidikan profesional, pelatihan selama bertugas, khusus penyegaran dan cara-cara

pelatihan yang cocok lainnya harus dipakai untuk memantapkan dan menjaga

kompetensi profesional yang penting dari semua orang yang berhubungan dengan

kasus anak.

22.2 Personil peradilan anak harus mencerminkan keragaman anak yang berhubungan

dengan sistem peradilan anak. Usaha harus dilakukan untuk menjamin perwakilan

perempuan dan kaum minoritas yang adil dalam badan peradilan anak.

Komentar

Penguasa yang kompeten untuk disposisi mungkin terdiri dari orang-orang dengan Jatar

belakang yang berbeda-beda (hakim di Inggris dan Irlandia Utara dan di daerah yang

dipengaruhi oleh sistem hukum umum; hakim yang dilatih secara sah di negara yang

menggunakan hukum Romawi dan daerah pengaruhnya; dan di lain tempat orang awam

atau juri yang dipilih atau ditunjuk, anggota dewan masyarakat, dan sebagainya) Untuk

semua otoritas ini, pelatihan minimal di bidang hukum, sosiologi, psikologi, kriminologi

dan ilmu prilaku akan dibutuhkan. Hal ini dianggap sebagai hal yang sama pentingnya

seperti spesialisasi organisasi dan kemandirian dari penguasa yang berkompeten.

Bagi pekerja sosial dan petugas masa percobaan, merupakan hal yang tidak mungkin untuk

meminta spesialisasi profesional sebagai prasyarat untuk mengambil alih fungsi manapun

yang berhubungan dengan anak yang melakukan kejahatan. Jadi, pendidikan profesional

dalam pekerjaan merupakan kualifikasi minimal.

Kualifikasi profesional merupakan unsur penting untuk menjamin pelaksanaan peradilan

anak yang tidak memihak dan efektif. Sesuai dengan hal itu, merupakan hal yang penting

untuk meningkatkan rekrutmen; promosi, pelatihan personil profesional dan untuk (Lihat

juga aturan 8) "Orang yang seharusnya berhak lainnya secara umum termasuk di antaranya,

para peneliti, memberikan mereka sarana yang diperlukan agar memungkinkan mercka

untuk memenuhi fungsinya secara besar.

509 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKoK HAK AsASI MANUSIA

Scmua diskriminasi politik, sosial, jenis kelamin, ras, agama, budaya atau bentuk-bentuk

diskriminasi lain dalam pemilihan, penunjukan dan promosi personil peradilan anak yang

harus dihindarkan untuk mencapai pelaksanaan peradilan anak yang tidak memihak. Hal

ini dirckomendasikan oleh Kongres Keenam. Selanjutnya, Kongres Keenam meminta Negara

anggota untuk menjamin perlakuan yang adil dan setara terhadap perempuan sebagai personil

pcradilan pidana dan merekomendasikan bahwa tindakan khusus harus diambil untuk

merekrut, melatih dan memfasilitasi promosi personil perempuan dalam pelaksanaan

peradilan anak.

Bagian Keempat

Perlakuan dalam Non-Rumah Tahanan

23. Pelaksanaan Disposisi yang Efektif

23.1 Ketentuan yang layak harus dibuat untuk pelaksanaan perintah penguasa yang

kompeten, sebagai mana diacu dalam peraturan 14.1 di atas, oleh penguasa itu sendiri

atau oleh beberapa otoritas lain sebagaimana yang dibutuhkan oleh kondisi.

23.2 Ketentuan semacam itu harus termasuk kekuatan untuk mengubah perintah sebagaimana

penguasa yang kompeten mungkin menganggapnya perlu dari waktu ke waktu, dengan

syarat bahwa perubahan semacam itu harus ditentukan sesuai dengan prinsip yang

terkandung dalam Peraturan ini.

Komentar

Disposisi dalam kasus anak, lebih dari dalam kasus orang dewasa, cenderung untuk

memcngaruhi kehidupan pelaku kejahatan untuk jangka waktu yang lama. Jadi, merupakan

hal yang penting bahwa penguasa yang kompeten atau penguasa independen (lembaga

pembebasan bersyarat, petugas percobaan, institusi kesejahteraan pemuda atau lainnya)

dengan kualifikasi yang setara dengan penguasa berkompeten yang secara langsung

mendisposisikan kasus tersebut harus memantau pelaksanaan disposisi. Di beberapa negara,

juga lembaga khusus telah ditugaskan untuk keperluan tersebut.

Komposisi, kekuasaan dan fungsi penguasa harus bersifat luwes, yang digambarkan secara

umum dalam peraturan 23 untuk menjamin penerimaannya secara luas.

24. Ketentuan Tentang Pendampingan yang Dibutuhkan

24.1 Usaha harus dilakukan untuk memberikan kepada anak, pada semua tingkat proses

hukum, dengan pendampingan yang diperlukan seperti penginapan, pendidikan atau

latihan kejuruan, pekerjaan atau bantuan lain, yang bermanfaat dan praktis, untuk

memudahkan proses rehabilitasi.

Komentar

Peningkatan kesejahteraan anak merupakan pertimbangan utama. Dengan demikian,

peraturan 24 menekankan pentingnya untuk menyediakan fasilitas persyaratan, pelayanan,

pendampingan lain yang mungkin meningkatkan kepentingan terbaik anak pada seluruh

proses rehabilitasi.

25. Mobilisasi Relawan dan Pelayanan Masyarakat Lainnya

25.1 Relawan, organisasi relawan, lembaga lokal dan sumber daya masyarakat lainnya

harus diminta untuk menyumbang secara efektif bagi rehabilitasi anak dalam suasana

tatanan masyarakat, sejauh mungkin, dalam unit keluarga.

Komentar

Peraturan ini mencerminkan kebutuhan untuk orientasi rehabilitasi dalam semua pekerjaan

dengan pelaku kejahatan anak. Kerjasama dengan masyarakat merupakan-hal yang sangat

penting jika tujuan penguasa yang kompeten ingin dilaksanakan secara efektif Relawan dan

pelayanan suka reia, secara khusus, telah terbukti merupakan sumberdaya yang berharga

namun saat ini kurang digunakan. Dalam beberapa hal, kerjasama dengan mantan pelaku

kejahatan (termasuk mantan pecandu) dapat sangat membantu.

Aturan 25 berasal dari prinsip yang tertuang daftar aturan 1.1 sampai 1.6 dan mcngikuti

ketentuan yang relevan dari Kovenan Internasional Hak-hak sipil dan Politik.

Bagian Lima

Perlakuan dalam Rumah Tahanan

26. Tujuan Perlakuan Dalam Rumah

Tahanan

26.1 Tujuan pelatihan dan perlakuan terhadap anak yang ditempatkan di rumah tahanan

adalah untuk memberikan perawatan, perlindungan, pendidikan dan ketrampilan,

dengan tujuan untuk membantu mereka menjalankan peranannya yang secara sosial

konstruktif dan produktif dalam masyarakat.

26.2 Anak dalam rumah tahanan harus menerima perawatan, perlindungan dan semua

bantuan yang dibutuhkan-sosial, pendidikan, ketrampilan, psikologis, pengobatan dan

psikis yang mungkin mereka butuhkan karena umur, jenis kelamin, dan kcpribadian

mereka dan untuk kepentingan perkembangan mereka secara keseluruhan.

26.3 Anak dalam rumah tahanan harus dipisah dari orang dewasa dan harus ditahan dalam

rumah tahanan yang berbeda atau dalam bagian yang tcrpisah pada lembaga yang

juga dipergunakan untuk orang dewasa.

26.4 Pelaku kejahatan anak perempuan yang ditempatkan dalam rumah tahanan herhak

mendapat perhatian khusus sesuai dengan kebutuhan dan masalah prihadi mereka.

510 ADNAN BUYUNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

511 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKoK HAK AsASI MANUSIA

Mereka tidak boleh mcnerima perawatan, perlindungan, bantuan dan pelatihan yang

kurang dibanding dcngan pelaku kejahatan lelaki. Perlakuan adil terhadap mercka

harus dijamin.

26.5 Demi kepentingan, dan kesejahteraan anak dalam rumah tahanan, orangtua atau wali

harus memiliki hak untuk masuk.

26.6 Kerjasama antar-kementerian dan antar-departemen harus membantu pcrkembangan

untuk tujuan memberikan pendidikan yang layak atau, jika tepat, pelatihan kejuruan

bagi anak dalam rumah tahanan, dengan tujuan untuk menjamin bahwa mereka tidak

meninggalkan rumah tahanan dengan menderita kerugian pendidikan.

Komentar

Tujuan perlakuan rumah tahanan seperti yang ditetapkan dalarn pcraturan 26. 1 dan 26.2

akan dapat ditcrima pada sistem dan budaya manapun. Namun, tujuan tersebut belum

tcrcapai di manapun, dan lebih banyak lagi yang harus dilakukan dalam hal ini.

Bantuan medis dan psikologis, secara khusus, sangat penting bagi anak muda pecandu

narkotika, suka kckerasan, dan pcnderita sakit jiwa yang dimasukkan ke dalam rumah

tahanan.

Dihindarinya pengaruh negatif melalui pelaku kejahatan dewasa dan perlindungan terhadap

kesejahteraan anak dalam suasana rumah tahanan, seperti yang ditetapkan dalam peraturan

26.3, sejalan dengan panduan prinsip dasar dari Peraturan terscbut, seperti yang ditetapkan

oleh Kongres Ke-6 dalarn resolusi kecmpatnya. Aturan terse but tidak mcncegah Negara

melakukan tindakan lain mclawan pengaruh negatif dari pelaku kejahatan dewasa, yang

sedikitnya sama efektifnya dengan tindakan yang disebutkan dalam peraturan (lihat juga

peraturan 13.4)

Peraturan 26.4 menunjukkan fakta bahwa pelaku kejahatan perempuan secara normal

mendapatkan perhatian yang kurang dibandingkan dengan pelaku kejahatan laki-laki, seperti

yang ditunjukkan oleh Kongres Ke-enam. Secara khusus, resolusi 9 dari Kongres Keenam

mengamanatkan pcrlakuan yang adil bagi pelaku kejahatan perempuan pada setiap tingkat

proses peradilan pidana dan perhatian khusus untuk masalah dan kebutuhan khusus mereka

sclama dalam tahanan. Lebih lanjut, peraturan ini juga dipertimbangkan dalam komentar

Dcklarasi Caracas pada Kongrcs Ke-6 yang antara lain, meminta perlakuan yang setara

dalam pclaksanaan peradilan pidana, dan dengan latar belakang Deklarasi tentang

Penghapusan Semua Bcntuk Diskriminasi terhadap Percmpuan serta Konvensi tentang

Penghapusan Scmua Bentuk Diskriminasi Tcrhadap Perempuan.

Hak untuk akses (peraturan 26.5) be rasa! dari ketentuan peraturan 7. I, I 0. I, I 5.2 dan

18.2. Kcrjasama antar kementerian dan antar departemen (peraturan 26.6) secara khusus

penting demi kcpcntingan peningkatan kualitas secara umum perlakuan dan pelatihan di

rumah tahanan.

27. Pencrapan Pcraturan Standar Minimum ten tang Perlakuan bagi Narapidana

yang Disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

27. 1 Peraturan standar minimum tentang perlakuan bagi narapidana dan rekomendasi yang

berhubungan harus diterapkan sejauh hal itu relevan dengan perlakuan terhadap pelaku

kejahatan anak di rumah tahanan, termasuk mereka yang mencrirna keputusan

penundaan penahanan.

27.2 Usaha harus dilakukan untuk melaksanakan prinsip tcrkait yang tcrtuang dalarn

Peraturan Standar Minimum tentang Perlakuan bagi Narapidana seluas-luasnya

sehingga rncmenuhi berbagai kebutuhan anak yang sesuai dengan tingkat umur, jcnis

kelamin, dan kepribadian mereka.

Komentar

Peraturan Standar Minimum tentang Pcrlakuan bagi Narapidana adalah salah satu dari

instrumen pcrtama dari jenis ini yang disebarluaskan oleh Pcrscrikatan Bangsa-Bangsa.

Pada umumnya disctujui bahwa peraturan terscbut mempunyai clampak yang mcnclunia.

Meskipun masih ada negara di mana pelaksanaannya lcbih bersifat aspirasi daripada

kenyataan, Pcraturan Standar Minimum itu terus mempunyai pengaruh yang penting dalam

pelaksanaan lembaga rehabilitasi secara manusiawi dan adil.

Beberapa perlindungan penting yang mencakup pelaku kejahatan anak dalarn rumah tahanan

terkandung dalam Peraturan Standar Minimum tentang Perlakuan bagi Narapidana

(akomodasi, arsitektur, tempat tidur, pakaian, keluhan dan permintaan. kontak clengan

dunia luar, makanan, perawatan medis, pelayanan kcagamaan, pemisahanmcnurut umur.

staf, pekerjaan; dan sebagainya) seperti halnya ketentuan yang menyangkut hukuman dan

disiplin. dan penahanan pelaku kejahatan yang berbahaya. Merupakan hal yang tidak layak

untuk mcngubah Aturan Standar Minimum tersebut sesuai dcngan karaktcristik khusus

rumah tahanan untuk pelaku kejahatan anak dalam lingkup Peraturan Standar Minimum

bagi Pelaksanaan Peradilan Anak.

Peraturan 27 memfokuskan pada pentingnya kebutuhan bagi anak dalam rurnah tahanan

(peraturan 37 .I) maupun keragaman kebutuhan sesuai dengan umur, jcnis kelarnin, dan

kepribadian mereka (peraturan 27.2) Jadi, tujuan dan isi pcraturan itu saling herhubungan

dengan ketentuan yang relevan dari Peraturan Standar Minimum tentang Perlakuan bagi

Narapidana.

28. Jalan Lain yang Cepat dan Sering Digunakan untuk Pembebasan Bcrsyarat

28.1 Pembebasan bcrsyarat dari rumah tahanan harus digunakan oleh penguasa yang tepat

seluas-luasnya, dan mendapat jaminan pada waktu secepat mungkin.

28.2 Anak yang dibebaskan bersyarat dari rumah tahanan harus dibantu dan diawasi oleh

penguasa yang tepat dan seharusnya mendapat dukungan penuh dari masyarakat.

512 ADNAN BuvuNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

513 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKoK HAK AsASI MANUSIA

Komentar

Kekuasaan untuk mcmerintahkan pembebasan bersyarat dapat mengandalkan diri pada

penguasa yang kompeten ("competent autority "), seperti yang disebutkan dalam peraturan

14.1 atau oleh beberapa penguasa lain. Dalam konteks ini, lebih tepat menggunakan istilah

otoritas yang tepat ("appropriate authority") ketimbang otoritas yang kompeten ("competent

autority ").

Keadaan yang memperoleh pembebasan bersyarat haruslah lebih disukai ketimbang hukuman

penuh. Berdasarkan bukti-bukti mengenai kemajuan yang memuaskan ke arah rehabilitasi,

bahkan pelaku kejahatan yang dianggap berbahaya pada saat ditahan di rumah tahanan,

dapat dibebaskan bersyarat apabila memungkinkan. Seperti halnya masa percobaan,

pembebasan semacam ini mungkin bersyarat mengenai terpenuhinya secara memuaskan

kebutuhan-kebutuhan yang ditetapkan oleh penguasa yang relevan dalam jangka waktu

yang ditetapkan dalam keputusan, misalnya sehubungan dengan "kelakuan baik" dari prilaku

kejahatan, kehadiran dalam program kemasyarakatan, tinggal dalam rumah penampungan,

dan sebagainya.

Dalam hal pe!aku kejahatan yang dibebaskan bersyarat dari rumah tahanan, pendampingan

dan pengawasan oleh petugas masa percobaan, atau lainnya (khususnya di mana masa

percobaan belum disahkan) harus diberikan dan dukungan masyarakat harus ditumbuhkan.

29. Pcngaturan semi-rumah tahanan

29.1 Usaha harus dilakukan untuk memberikan pengaturan semi-rumah tahanan seperti

rurnah penarnpungan, rumah pendidikan, pusat latihan sehari dan pengaturan lain

yang tepat yang dapat membantu anak yang dalam upaya integrasi kembali dengan

masyarakat yang semestinya.

Komentar

Pentingnya perawatan setelah menjalani jangka waktu penahanan dalam rumah tahanan

tidak boleh diremehkan. Peraturan ini menekankan pada kebutuhan membentuk jaringan

pengaturan semi-rumah tahanan.

Peraturan ini juga menekankan kebutuhan untuk bermacam ragam fasilitas pelayanan yang

dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari pelaku kejahatan anak, guna

masuk kembali ke dalam masyarakat dan untuk memberikan panduan dan dukungan struktural

sebagai langkah penting menuju integrasi kembali dalam masyarakat yang berhasil.

Bagian Enam

Penelitian, Perencanaan, Perumusan Kebijakan dan EYaluasi

30. Pcnclitian sebagai dasar untuk percncanaan, pcrumusan kebijakan dan cvaluasi.

30.1 Usaha harus dilakukan untuk mengatur dan mcningkatkan pcnelitian yang pcrlu scbagai

dasar perencanaan dan perumusan kebijakan yang efcktif.

30.2 Usaha harus dilakukan untuk meninjau, menilai secara periodic kecendcrungan,

masalah dan scbab-sebab kenakalan dan kejahatan yang dilakukan olch anak scpcrti

juga berhagai kebutuhan khusus anak yang ada dalam tahanan.

30.3 Usaha harus dilakukan untuk mcnctapkan mekanisme penelitian evaluatif sccara bcrkala

yang melekat dalam sistem pelaksanaan peradilan anak dan untuk mcngumpulkan dan

menganalisis data dan informasi yang relevan bagi pcnilaian yang tcpat serta

pengembangan dan memperbaiki pelaksanaan di rnasa mendatang.

30.4 Penyampaian pelayanan dalam pelaksanaan peradilan anak harus secara sistematis

direncanakan dan dilaksanakan sebagai bagian yang tidak tcrpisal!kan dari usaha

pembangunan nasional.

Komentar

Penggunaan penelitian sebagai dasar bagi masukan kehijakan peradilan a1uk telah diakui

secara luas sebagai mekanisme yang penting untuk menjaga agar pelaksanaan tidak

ketinggalan dari kemajuan ilmu pcngctahuan dan pcrkembangan serta perhaikan dari sistem

peradilan anak yang berkclanjutan. Umpan balik yang saling menguntungkan antara

penelitian dan kebijakan merupakan hal yang sangat penting dalam peradilan anak. Dcngan

perubahan yang cepat dan seringkali drastis dalam gaya hidup dari anak muda dan dalam

bcntuk dan dimensi kejahatan anak. tanggapan masyarakat dan peradilan tcrhadap kcjahatan

dan kenakalan anak dengan ccpat menjadi ketinggalan jaman dan tidak mcncukupi.

Pcraturan 30 dcngan demikian menetapkan standar untuk mcngintegrasikan penelitian dalam

proses perumusan kcbijakan dan penerapan dalam pelaksanaan pcraclilan anak. Pcraturan

ini sccara khusus mcnarik perhatian pada kebutuhan untuk meninjau dan mcngevaluasi

sccara tcratur program-program dan tindakan yang telah ada dalam konteks yang lchih

luas dari kcseluruhan tujuan pembangunan.

Pcnilaian tcrus-mcncrus terhadap kebutuhan anak, maupun keccnderungan dan masalah

kcnakalan. merupakan suatu prasyarat untuk memperhaiki mctode mcrumuskan kcbijakan

yang tepat dan menctapkan intervensi yang memadai, haik di tingkat formal maupun

informal. Dalam kontcks ini, pcnelitian oleh orang dan icmhaga yang indcpendcn harus

difasilirasi olch hadan yang bertanggung jawah. dan hal ini bcrharga untuk memperolch

dan mcmperhitungkan pandangan anak itu sendiri, tidak hanya pamlang;m para pihak y:mg

Inempunyai akscs atas sistem yang herlaku.

514 AoNAN BuYUNG NASUTION DAN A. PATRA M. ZEN

515 INSTRUMEN INTERNASIONAL PoKOK HAK AsAsl MANUSIA

Prust:s pnencanaan harus secara khusus menckankan sistem yang lehih efcktif dan layak

untuk melaksanakan kebutuhan pelayanan. Ke arah tujuan itu, harus ada penilaian yang

menyeluruh dan bcrkala mengenai kcbutuhan dan masalah khusus dan berjangkauan luas

dari anak serta idcntifikasi prioritas yang jclas dan tegas. Dalam hubungan itu. harus ada

juga koordinasi dalam penggunaan sumber daya yang ada, tcnnasuk alternatif dan dukungan

masyarakat yang kiranya cocok untuk menetapkan prosedur khusus yang dirancang untuk

melaksanakan dan memantau program yang telah ada.

H. I 0. Dcklarasi mcngcnai Prinsip-prinsip Keadilan Dasar bagi Korban Kejahatan

dan Pcnyalahgunaan Kckuasaan (1985)

Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan

Bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan (1985)

Disahkan oleh Resolusi Majclis Umum 40/34, 29 Nopember 1985

A. Korban Kejahatan

I. "Korban" berarti orang-orang yang, secara pribadi atau kolektif, telah menderita

kerugian, tcrmasuk luka fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi

atau perusakan cukup besar atas hak-hak dasarnya, lewat tindakan atau penghapusan

yang bntcntangan dengan hukum pidana yang bcrlaku di Negara-negara Anggota,

tcnnasuk hukum yang mclarang pcnyalahgunaan kekuasaan yang bisa dikenai pidana.

2. Seorang dapat dianggap korban, berdasarkan Deklarasi ini, tanpa menghiraukan apakah

pclaku kejahatannya dikenali, ditahan, diajukan ke pengadilan atau dihukum dan tanpa

menghiraukan hubungan kekeluargaan antara pelaku kejahatan dan korban. Istilah

"korban" juga termasuk, di mana tepat, kcluarga dekat atau tanggungan korban

langsung orang-orang yang telah menderita kerugian karena campur tangan untuk

mcmbantu korban yang dalam keadaan kesukaran atau mencegah jatuhnya korban.

3. Ketentuan-ketentuan yang terkandung di sini akan bcrlaku bagi semua orang, tanpa

perbcdaan segala macam jenis, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, umur, bahasa,

agama, kekayaan, status kelahiran atau keluarga, asal usul etnis atau sosial, dan

ketidakmampuan.

Kcsempatan untuk mempcroleh keadilan dan perlakuan adil.

4. Korban harus dipcrlakukan dengan rasa kasih dan dihormati martabatnya. Korhan

bt:rhak mt:ndapat kesempatan menggunakan mekanisme keadilan dan memperoleh

ganti rug1 dcngan scgera, sebagaimana ditetapkan oleh perundangan nasional, atas

kerugian yang dideritanya.