attachment_1429703381610_k 2 baru
-
Upload
oix-ngabrethphiw -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of attachment_1429703381610_k 2 baru
HALAMAN JUDUL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A (40 thn) DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT THYPOID DI RUANG
RAFEI
DI RUMAH SAKIT RAJAWALI
TAHUN 2015
KOMPREHENSIF II
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
Disusun OlehZAINAL ABIDIN NPM : 4114059
1
PROGRAM STUDI PROFESI NERS (PSPN)SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RAJAWALI BANDUNGTAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.
A (40 thn) Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Thypoid Di Ruang Rafei Di
Rumah Sakit Rajawali Tahun 2015 ”.
Penulis menyadari bahwa baik isi maupun susunan dalam konprehensif ini
masih jauh dari sempurna. Dalam penulisan Konprehensif II ini tidak sedikit penulis
mengalami hambatan dan tantangan, namun berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak semua masalah tersebut dapat diatasi. Untuk itu
dengan senang hati penulis menerima kritikan dan saran dari semuah pihak yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Konprehensif II ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini tak lupa juga penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Sandi H S.kep.,Ners selaku koordinator Siklus KMB I yang telah
memberikan dukungan moril dalam penulisan komprehensif II ini dan selaku
pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, saran, masukan dan dorongan kepada penulis selama
pembuatan hingga selesainya makalah Konprehensif II ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini akan dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri utamanya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandung, April 2015
2
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1KATA PENGANTAR.......................................................................................................2DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I . PENDAHULUAN................................................................................................4A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4B. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................5
1. Tujuan Umum....................................................................................................52. Tujuan Khusus...................................................................................................53. Manfaat...............................................................................................................64. Sietematika Penulisan.......................................................................................6
BAB II KONSEP DASAR TEORI...................................................................................6C. KONSEP DASAR PENYAKIT............................................................................7
1. Pengertian...........................................................................................................72. Etiologi................................................................................................................73. Patofisiologi........................................................................................................74. Manifestasi Klinik..............................................................................................85. Komplikasi..........................................................................................................96. Penatalaksanaan................................................................................................97. Pencegahan.......................................................................................................108. Pemeriksaan penunjang..................................................................................10
D. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................131. Pengkajian........................................................................................................132. Diagnosa Keperawatan...................................................................................133. Perencanaan.....................................................................................................144. Evaluasi.............................................................................................................17
BAB III . LAPORAN KASUS........................................................................................17
3
A. Pengkajian............................................................................................................17B. Analisa Data.........................................................................................................17C. Prioritas Diagnosa Keperawatan.......................................................................17D. Perencanaan.........................................................................................................17E. Impelementasi dan Evaluasi...............................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................17
BAB V...............................................................................................................................17A. Simpulan...............................................................................................................17B. Saran.....................................................................................................................18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sasaran utama pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat,
manajemen pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada saat
ini diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah resiko terjadi penyakit serta melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisifasi aktif dalam kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2010).
Kesehatan dilihat sebagai sesuatu yang dihasilkan gaya hidup yang
diorientasikan menuju kesejahteraan. Kesejahteraan telah didefinisikan sama
dengan kesehatan. Tujuan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk
meningkatkan perubahan positif yang ditujukan pada kesehatan dan
kesejahteraan. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah
dengan cara menurunkan jumlah penyakit yang dapat menimbulkan masalah
4
kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber
daya manusia seperti Thypoid (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Nursalam dkk (2005) Demam thypoid (entric fever) adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran.
Demam typhus atau Typhus Abdominalis merupakan suatu infeksi akut
yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella
Typhi.Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam Typhoid yang terbesar di
seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk
merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya
adalah baik (Widodo, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit Typhus
Abdominalis merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai Negara
sedang berkembang.Besarnya angka pasti kasus Demam Typhoid dunia ini
sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dan
spectrum klinisnya sangat luas.Diperkirakan angka kejadian di Amerika Selatan
150/100.000 tiap tahun dan 900/100.000 tiap tahun di Asia.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia (2010) dari 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia Demam Typhoid
menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah kasus mencapai 41.081 pasien dan 274
diantaranya meninggal.
5
Profil Kesehatan Jawa Barat (2010) mengungkapkan bahwa prevalensi
Demam Typhoid yaitu 157 kasus dari 100.000 jiwa penduduk, sedangkan daerah
urban ditemukan 760 sampai 810 kasus dari 100.000 jiwa penduduk.
Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik
untuk membahas kasus mengenai penyakit Thypoid ini dan sebagai pemenuhan
tugas siklus KMB I.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep teoritis dan
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit Thypoid.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dalam Asuhan Keperawatan
dengan penyakit Thypoid.
b. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan
gejala pada penyakit Thypoid.
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam Asuhan
Keperawatan dengan penyakit Thypoid.
d. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam Asuhan Keperawatan
dengan penyakit Thypoid.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi/ tindakan keperawatan
alam rangka penerapan Asuhan Keperawatan dengan penyakit Thypoid.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi keprawaan yang
telah dilakukan dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit Thypoid.
3. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai pedoman awal dalam melaksanakan melaksanakan asuhan
keperawatan dengan kasus Thypoid.
6
b. Bagi Akademik
Sebagai motivasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya
khususnya dalam sistem Pencernaan .Akademik mendapatkan dorongan
untuk memotivasi mahasiswa tentang penyakit Thypoid melalui proses
belajar dan praktik lapangan.
c. Manfaat bagi Rumah Sakit
Sebagai referensi tambahan untuk kasus-kasus yang dijumpai di
rumah sakit yang bersangkutan.
4. Sietematika Penulisan
7
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Menurut (Kusuma Hardhi, 2013) merupakan suatu penyakit infeksi
akut yang disebabkan oleh salmonella typhi, penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tampa keterlibatan sturuktu r
endohelia dan endpkardial dan infasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam
sel fagosit menokular dari hati, linpa, kelenjar linfe usus payer’s patch dan
dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
8
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B
dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh
dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. (Kusuma Hardhi, 2013)
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan
mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang
biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-
sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus
halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi
9
dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.
4. Manifestasi Klinik
Menurut (Kusuma Hardhi, 2013) tanda gejalanya sebagai berikut:
Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid
Keluhan Gejala Patologi
Minggu
pertama
Panas
berlangs
ung
insidius,
tipe
panas
steplade
r yang
mencap
ai 39-40
0C,
menggi
gil nyeri
kepala.
Gangguan
saluran
cerna
bakterimia
Minggu
kedua
Rasa nyeri,
abdome
n, diare
atau
kontisip
asi,
delirium
Rose sport,
splenom
egali,
hepatom
egali
Vaskulitas,
hiperpla
si pada
peyer’s
patches,
nodul
tifoid
10
pada
limpa
dan hati
Minggu
ketiga
Komplikasi
:
pendara
han
saluran
cerna,
perfuras
i, syok
Melena ,
ilius,
ketegan
gan
abdome
n, koma
Ulserasi
pada
payer’s
patcher,
nodul
tifoid
pada
limpa
dan hati
Minggu
keempa
t
Keluhan
menuru
n,
relap’s
penurun
an BB
Tampak
sakit
berat,
kakeksi
a
Kolelitas,
carrier
kronik
5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinalKomplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi
(renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
c. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
d. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
11
e. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
f. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
g. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
h. omplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
6. Penatalaksanaan
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin
7. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan
makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
12
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari
beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan
media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
13
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat
anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
14
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan
antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru
dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat
anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi
dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat.
Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun,
sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2
tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah
divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam
yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella
di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
15
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen
dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain
lain.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh
makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid
A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta
muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya
adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan
makanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid menurut (kusuma hardhi,
2013) adalah :
a. Nyeri b.d proses peradangan
b. Ketidak efektifan termurgulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses
penyakit
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat
16
d. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak ade kuat dan
peningkatan suhu tubuh.
e. Diare b.d proses infeksi, inflamasi, iritasi diusus.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan
perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
Diagnosa. 1
Nyeri b.d proses peradangan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakalogi untuk mengurangin nyeri, mencari bantuan).
Intervensi
a. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, krakterisitik, durasi, frekuensi.
b. Mengajarkan tehnik napas dalamc. Memberikan posisi nyamand. Berikan anelgetik untuk mengurangi nyeri
Diagnosa 2
Ketidak efektifan termurgulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit
Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan
tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
a. Observasi suhu tubuh klien
b. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien
c. Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,
temporal bila terjadi panas
17
d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti katun
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Diagnosa 3
Ketidak seimban nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
Tujuan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil :
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising
usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal,
konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi
a. Kaji pola nutrisi klien,
b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien
c. Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut
d. Timbang berat badan tiap hari
e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
f. Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi
lambung
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
h. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin
dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti
(ranitidine).
18
Diagnosa. 4
Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil:
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam
batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak
elastis dan peningkatan suhu tubuh
b. Pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,
c. Ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-
hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.
d. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari,
e. kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui
parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa 5
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan fisik
Tujuan : BAB tidak melebihi dari 3 kali sehari
Kriteria hasil :
Tidak mengalami diare, feses berbentuk, BAB sehari 3 kali.Intervensi
a. Identifikasi faktor penyebab diareb. Memantau bentuk feses klienc. Monitor tanda dab gejala diared. Monitor persiapan makanan yang aman
19
e. Intruksikan klien makan untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan
f. Kolaborasikan pemberian obat antibiotik.
4. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan
untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-
tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi,
tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang
penyakitnya.
BAB III .
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Bio Daata
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
20
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Penampung barang bekas
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sundah
Tgl masuk Rs : 7 April 2015
Tgl Pengkajian : 8 April 2015
No. Medrek : 2390
Ruangan : Rafei
Diagnose Medis : Thipoid
Alamat : Jln. Maleber barat Rt.05/03 Meleber andir
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Kepala Mekanik ( bengkel)
Hubungan klien : Sodara
Alamat : Jln. Maleber barat Rt.05/03 Meleber andir
2. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan Utama
Klien Mengatakan Badannya Panas
d. Riwayat Penyakit Sekarang
21
Klien mengatakan panas suhu tubuhnya dannyeri kepalah, nyerinya beriringan
dengan dari peningkatan suhu klien, klien tampak meringis, klien mengatakan
nyerinya terasa tertusuk-tusuk, klien tampak memegangin daerah kepalanya,
klien mengatakan nyerinya semuah daerah kepalanya, Skala nyerinya 6 (1-10),
Suhunya 380 C, klien mengatakan nyeri timbul di waktu suhu tubuhnya
meningkat, Klien mengatakan panas sering muncul mau masuk di malam hari
dan pagi hari.
e. Riwayat Kesehatan dahulu
Klien menyatakan sudah 2 bulan yang lalu mengalami keluhan penyakit yang
sama, sebelumnya klien tidak pernah memeriksakan penyakitnya dengan
tenaga medis.
f. Kesehatan Keluarga
Klien menyatakan tidak yang mengalami penyakit yang sama, dan riwayat
keluarga klien tidak ada mengalami penyakit hipertensi, DM.
3. Pemeriksaan Fisik
g. System Pernapasan
Inpeksi : Klien tidak mengalami sesak nafas, batuk (-), bentuk hidung klien kiri
dan kanan simetris, buluh hidung baik, sinusitis (-), tampak simetris parau kiri
dan kanannya, Klien tidak menggunakan otot pernapasan, sianosis (-),
Respirasi 18x /i.
22
Palpasi : Area hidung klien dan dadah tidak mengelami adanya pembekakan, nyeri
tekan (-) bagian hidung dan dadah, kesimbangan para kiri kanan klien baik,
pergerakan paru kiri kanan klien baik.
Perkusi : suara paru kiri kanan klien sonor/ resonan.
Auskultasi : bunyi suara paru-paru klien vesikuler.
h. System Kardiologi
Inspeksi : klien tampak sakit ringan, kunjung tifa tampak anemis, sianosis (-),
Iktus kordis klien terlihat.
Palpasi : N : 80x/i, CRT: kurang 3 detik, sianosis (-), iktus kordis klien teraba
kurang dari 2 cm
Perkusi : batas jantung kiri klien terletak di garis medioklivakularis diruang intra
kosta III sampai V, batas jantung kanan klien terletak diarea dibawah kanan
sternum.
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, frekuensi S1 lebih rendah dari pada
S2 dan waktu lebih lama dibandingkan S2. TD: 110/80 mmhg
i. System pencernaan
klien mengatakan nyeri uluh hatinya, klien mengatakan 2 hari belum BAB,
klien mengatakan nafsu makan klien menurun,klien mengatakan mual kalau
makan yang panas, klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang disediakan,
23
Inpeksi : klien tampak mual, bibir klien tampak kering, keadaan gig baik, kelien
lengkap, kries (+), reflek muntah klien, bagian abdomen klien lesi (-), tidak
mengalami pembesaran darah hepar, linfa, tidak ditemukan hernia.
Auskultasi : bising usus klien 13x/i
Palpasi : tidak terabahnya pembesaran hati, linfa,kanton kemihnya tidak
mengalami kepenuhan, terdapat nyeri tekan daera uluh hatinya dan kilen tidak
mengalami nyeri tekan daerah ependik.
Perkusi : bagian kuadran I terdengar suara redup, dari pada daerah kuadran II,III
dan IV, disaat di lakukan perkusi pada ginjal klien klien tidak mengalami
nyeri.
j. Sistem Pesrafan:
Tingkat kesadaran pasien penuh ( Alert ) GCS : 15, Respon orentasi waktu
tempat tklien baik. fungsi persrafan klien baik dari nervus I samapai nervus
XII tidak mengelami gangguan.
1) Funsi reflek fisiologis
ekstremkitas atas:
- Refleks bisep klien baik
- Refleks trisep klien baik
2) Funsi reflek fisiologis
ekstremkitas atas:
- Refleks patela klien baik
24
k. Sistem endokrim :
Insfeksi: klien tidak mengelami pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening.
Palpasi : tidak terabahnya pembesaran kelejar getah bening dan kelenjar tiroid.
l. Sistem perkemihan
Inspeksi : klien tampak tidak menggunak kateter
Palpasi : kantong kemih klien kosong
m. Sistem muskuluskoletal
Klien mengatakan tidak mengelami kelemahan atau gangguan ekstemitas atas
maupun bawah, kekuatan otot klien
n. Sisitem panca indra
1) Mata : Klien tidak mengalami
gangguan pada sistem panca indra
penglihatan, alis mata klien posisi kiri
kanan simetris, bulu-bulu alis mata klien
kiri dan kanan seimbang, tingkat
ketebalan baik, pupil klien normal 2
mm, lapang pandang mata kiri dan
kanan klien baik.
2) Telinga : bentuk telinga kiri dan
kanan klien sama, Fungsi pendengaran
25
klien baik mau telinga kiri dan kanan,
serumen klien ada tapi sedikit
3) Lidah : funsi pengecapan pasien
baik dapat mebedakan manis, asin, pahit
dan asam.
4) Hidung : klien dapat
membedahkan bau-bauan seperti kopi
dan minyak kayu putih, fungsi penghidu
klien baik
5) Kulit : klien dapat membedakan
goresan halus maupun kasar
4. Data psikologis
a. Status emosi : klien tampak tenang, tidak
mengalami emosi di saat nyerinya kambuh,
tetapi klien mengingkan cepat pulang.
b. Kecemasan : klien tampak tenang, tidak
mengalami kecemasan.
c. Pola koping : klien dapat mengorentasikan
dimana dia sekarang dan hari apa sekarang
d. Gaya kominikasi : komonikasi klien baik, tidak
terburu-buru,terdengar jelas, tidak
mengeluarkan kata-kata yang kasar.
26
5. Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Klien dapat menerima dengan keadaannya dan aktif supaya cepat sembuh dan
menerima saran-saran yang di berikan perawat seperti mengajurkan klien
banyak minum.
6. Konsep diri
a. Body image : klien tidak mengelami keluhan
terhadap bagaian tubuhnya, klien menerima
semua dengan keadaan tubuhnya.
b. Harga diri : klien tidak mengalami penurunan
harga diri terhadap keadaannya sekarang.
c. Peran : peran klien sebagai yang menafkahi
keluarganya terganggu, klien memikirkan
gimana keadaan usahanya yang sudah lama
tertutup
d. Identitas diri :
e. Ideal diri
7. Data sosial
Klien dapat beradaptasi dengan pasien, perawat, dokter dan kawan-kawanya
maupun keluarganya.
8. Data spritual
Klien sering bedua supaya cepat di berikan kesembuhan
9. Data penunjang
27
a. Pemeriksaan laboratorium
Jenis
Pemeriksa
an
Satu
a
n
Normal Hasil
08/4/2015
Hasil
07/04/2015
Trombosit /
m
m
3
150.000 -
450.000
162.000
/mm3
148.000
/mm3
Hematokrit % L: 40-49 P:
37-46
43 % 45%
PH - - 5 -
BJ - - 1.000 -
Leokosit /
m
m
3
4.000-10.000 6.000 /mm3 6000 /mm3
Hemoglobin gr% L :13-17 P:
12-15
13 gr % 14.6%
b. Therapi
Nama Obat Dosi Waktu Indikasi
28
s
Sanmol 500
g
r
1 x 1 Menurunkan
panas
Analsik 500
g
r
3 x 1 Analgesik
Merislon 12
g
r
2 x 1 Nyeri/ vertigo
Cefixim 1 gr 1 x 1 iv Antibiotik
Ring As 500
c
c
20 tetes/i
B. Analisa Data
Nama : Tn . A
Umur : 40 tahun
N DATA ETIOLOGI MASALAH
29
O
1 Ds :
- Klien mengatakan
nyeri daerah
kepalanya
- Klien mengatakan
nyerinya terasa
tertusuk
- Klien mengatakan
nyerinya timbul
diwaktu suhu
badannya panas
Do :
- Klien tampak
memegangin
kepalanya
- Klien tampak
meringis
- Skala nyeri 6 (1 – 10)
- TTV : Td : 130/80
mmhg
Bakteri salmonela lolos
dari lambung, masuk
ke usus
Peredaran darah
Masuk bakteri menyebar
kehati, linfa dan keusus
Bakteri mengumpul di hati,
usus dan linfa
Proses inflamasi/
peradangan
Iritasi
Infeksi ( leukosit +)
Nyeri
30
N: 80 x/i
S : 380C
RR : 22x/i
2 Ds :
- Klien mengatakan
badannya panas
- Klien mengatakan
panas sering muncul
mau masuk di malam
hari dan pagi hari
Do :
- Kulit klien teraba
panas
- TTV : Td : 130/80
mmhg
N: 80 x/i
S : 380C
RR : 22x/i
Leokosit : 6.000 /mm3
Proses inflamasi
Iritasi
Infeksi ( leukosit +)
Bakteri berkembang
didalam usus
Masuk kesaluran darah
Bakteri sampai
kepembuluh darah
sekitar hipotalamus
Menyebar kedalam pusat
pengaturan suhu di
hipotlamus
Peningkatan
suhu
tubuh
31
Hipotalamus memberikan
respon suhu tubuh
meningkat
3 Ds :
- Klien mengatakan
kurang nafsu makan
- Klien mengatakan
merasa mual kalau
makan makanan yang
panas
- Klien mengatakan
tidak bisa
menghabiskan
makanan yang telah
disajikan
Do :
- Klien tampak kurang
nafsu makan
Bakteri berkembang
didalam usus
Meningkatkan mobiltas
usus
Peningkatan asam lambung
Mual
nafsu makan berkurang
(intake yang tidak ade
kuat)
Ketidak
seimban nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
32
- Klien tampak mual
- Klien hanya bisa
menghabiskan ¼
porsi yang telah
disediakan
- Hb : 14,6 gr%
- Leokosit : 6000 mm3
- Trombosit :148.000
mm3
- Hemotokrit : 45%
C. Diagnosa Perioritas
Nama : Tn. A
Umur : 40 Tahun
DIAGNOOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengatakan nyeri daerah kepalanya
- Klien mengatakan nyerinya terasa tertusuk
33
- Klien mengatakan nyerinya timbul diwaktu suhu badannya
panas
Do :
- Klien tampak memegangin kepalanya
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 6 (1 – 10)
- TTV : Td : 130/80 mmhg
N: 80 x/i
S : 380C
RR : 22x/i
2 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengatakan badannya panas
- Klien mengatakan panas sering muncul mau masuk di
malam hari dan pagi hari
Do :
- Kulit klien teraba panas
- TTV : Td : 130/80 mmhg
N: 80 x/i
S : 380C
34
RR : 22x/i
Leokosit : 6.000 /mm3
3 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
- Klien mengatakan merasa mual kalau makan makanan yang
panas
- Klien mengatakan tidak bisa menghabiskan makanan yang
telah disajikan
Do :
- Klien tampak kurang nafsu makan
- Klien tampak mual
- Klien hanya bisa menghabiskan ¼ porsi yang telah
disediakan
- Hb : 14,6 gr%
- Leokosit : 6000 mm3
- Trombosit :148.000 mm3
- Hemotokrit : 45%
35
36
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.A
Umur : 40 tahun
Tanggal /
Jam
NO TUJUAN / KH INTERVENSI RASIONALISASI
08 april 2015 Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan
nyeri berkurang
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri ( tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakalogi untuk
mengurangin nyeri, mencari bantuan).
Mandiri :
a. Kaji karekteristik
nyeri ,lokasi dan skala nyeri.
b. Mengajarkan tehnik napas
dalam
c. Memberikan posisi nyaman
d. Memantau TTV klien
Kolaborasi
Berikan anelgetik untuk
mengurangi nyeri
08 april 2015 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
8 jam masalah peningkatan suhu tubu
Mandiri :
a. Observasi suhu tubuh klien
b. Anjurkan klien banyak
Mandiri :
37
teratasi
Kriteria hasil :
Suhu, nadi dalam batas normal bebas
dari kedinginan dan tidak terjadi
komplikasi yang berhubungan dengan
masalah typhoid.
minum air putih
c. Anjurkan keluarga untuk
membatasi aktivitas klien
d. Beri kompres dengan air
dingin (air biasa) pada daerah
axila, lipat paha, temporal
bila terjadi panas
e. Anjurkan keluarga untuk
memakaikan pakaian yang
dapat menyerap keringat
seperti katun
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat anti
piretik dan pemberian
antibiotik.
.
08 april 2015 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 8 jam masalah nutrisi teratasi dan
Intervensi
a. Kaji pola nutrisi klien,
b. Kaji makan yang di sukai dan
Mandiri
Kolaborasi :
38
kebutuhan nutrisi
Kriteria Hasil
Klien mnghabiskn porsi makanan yang
telah disediakan .
tidak disukai klien
c. Anjurkan tirah
baring/pembatasan aktivitas
selama fase akut
d. Timbang berat badan tiap hari
e. Anjurkan klien makan sedikit
tapi sering
f. Catat laporan atau hal-hal
seperti mual, muntah, nyeri dan
distensi lambung
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium seperti Hb, Ht,
trombosit
.
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Pasien : Tn.A
Umur : 40 tahun
39
Diagnosa
Keperawata
n
Tanggal/jam Catatan keperawatanTanggal/
jamPerkembangan/ evaluasi Paraf
Diagnosa 1 8/4/2015
08.55
08.55
09.00
09.50
09.00
09.50
11.45
10.00
11.45
Mandiri :
1. Mengkaji karekteristik nyeri ,lokasi dan skala nyeri
Hasil : klien menyatakan nyerinya terasa tertusuk,
di daerah kepala, skala nyerinya 6 ( 1-10)
2. Memberikan posisi nyaman klien
Hasil : klien masih tampak tidak tenang
3. Mengajarkan tehnik napas dalam
Hasil : nyeri klien masih belum berkurang
4. Memantau TTV klien
Hasil : Td : 110/80 mmhg
N : 84x/i
S : 36,4 C
RR : 18 x/i
Kolaborasi
Memberikan obat analsik 500 gr dan Merislon 12 gr.
Hasil : klien tampak tenang, nyeri klien dari skala 6
menjadi ke skala 4
8/4/2015
S :
- klien mengatakan nyeri berkurang
- klien mengatakan nyerinya masi
terasa tertusuk-tusuk
O :
- klien tampak memegangin daerah
yang nyeri
- klien masih tampak tidak tenang
- skala 4 (1-10 )
A = Masalah belum teratasi
P = intervensi 1, 2,4,5 tetap di lanjutkan
Zain
al
40
Diagnosa 2 8/4/2015
11.45
11.45
09.30
11.45
09.30
10.00
09.30
10.15
11.45
Mandiri :
1. Mengobservasi suhu tubuh klien
Hasil : dari suhu tubu klien 380 C ke 36,40C, Akral kulit klien terabah tidak panas lagi.
2. Menganjurkan klien banyak minum air putih
Hasil : klien minum air putih sebanyak sudah 600cc
3. Menganjurkan klien untuk membatasi
aktivitasnya
Hasil : klien tampak hanya di tempat tidur saja 4. Menggatikan pakaian klien yang dapat menyerap
keringat.
Kolaborasi
Memberikan Sanmol 500 gr dan menberikan Cefixim
Iv.
Hasil : suhu panas klien berkurang dari klien 380 C ke 36,40C
8/4/2015 S :
- klien mengatakan panas suhu
tubuhnya sudah tidak ada lagi
O :
- akral kulit klien tidak panas lagi
- S : 36,4 0C
A = Masalah sudah teratasi
P = intervensi tetap dilanjutkan apabila
klien masih mengelami peningkatan
suhu tubuh lagi
Zain
al
Diagnosa 3 8/4/2015 Intervensi
41
08.55/ 13.00
08 .55
13.00
08.55
08.55
08.55
13.00
13.00
13.00
08.30
11.00
a. Mengkaji pola nutrisi klien
Hasil : klien mengatakan hanya bisa makan ¼ porsi dari yang disediakanHasil : klien mengatakan sudah bisa menghabiskan makanannya ¾ porsi yang disediakan
b. Mengkaji makan yang mengakibatkan mualnya
Hasil : klien mengatakan kalau makan, makanan
yang hangat yang mengakibatkan dia mual
c. Mengajurkan klien makan sedikit tapi sering
Hasil : klien makan dengan jarak waktu kurang lebih satu jam
d. Mencatat laporan atau hal-hal seperti mual,
muntah, nyeri lambung,
Hasil : klien menyatakan masih ada mual kalau lagi makan
Kolaborasi
Mengkolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
seperti Hb, Ht dan trombosit
Pemeriksaan Tgl 7/4/2015 Tgl 8/4/2015
Hb 14,6 gr % -
8/4/2015 S :
- Klien menyatakan belum bisa
menghabiskan makanan dalam satu
porsi
- Klien mengatakan masih mual kalau
lagi makan
O :
- Klien tampak mual
- Porsi makanan ¾ dari yang disediakan
- Klien tampak makan sedikit2 tapi
sering
- Pemeriksaan lab
Pemeriksaan Tgl 7/4/2015 Tgl 8/4/2015
Hb 14,6 gr % -
Hemotokrit 45 % 42%
Trombosit 148.000/mm3 162.000/mm
A : masalah belum teratasi
P: Interfensi tetap dilanjutkan
Zain
al
42
Hemotokrit 45 % 42%
Trombosit 148.000/mm3 162.000/mm3
r
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 1994 ).
Menurut (Kusuma Hardhi, 2013) merupakan suatu penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh salmonella typhi, penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tampa keterlibatan sturuktu r
endohelia dan endpkardial dan infasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel
fagosit menokular dari hati, linpa, kelenjar linfe usus payer’s patch dan dapat
menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Masalah- masalah yang sering timbul pada kasus di thipoid sebagai mana di
menurut ( kusuma hardi, 2013) sebagai mana berikut:
1. Nyeri b.d proses peradangan
2. Ketidak efektifan termurgulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak ade kuat dan
peningkatan suhu tubuh.
5. Diare b.d proses infeksi, inflamasi, iritasi diusus.
Berdaskan lima diagnosa tioiritis menurut ( kusuma hardi, 2013) ditemukan tiga
diagnosa yang timbul pada Tn. A ( 40 thn) yang ditemukan pada saat dilakukan
pengkajian, diagnosa yang muncul adalah yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
3. Ketidak seimbangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Demikianlah laporan kasus ini disusun dengan kerjasama. Diharapkan dengan
adanya makalah makalah konprenshif ini mahasiswa dapat menambah wawasan
mengenai penyakit thepoid Selain itu mahasiswa juga mampu memahami secara teoritis
mengenai penyakit ini serta mampu membuat asuhan keperawatan tentang kasus
thepoid.
Semoga dengan adanya makalah konprenshif ini dapat menambah referensi
akademik untuk melengkapi bahan pembelajaran dan memotivasi mahasiswa untuk
mengetahui lebih banyak tentang penyakit thepoid
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, saran dan
krirtik yang membangun sangat diharapkan untuk dapat memeperbaiki penulisan
makalah selanjutnya.
45