attachment_1429703381610_k 2 baru

57
HALAMAN JUDUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A (40 thn) DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT THYPOID DI RUANG RAFEI DI RUMAH SAKIT RAJAWALI TAHUN 2015 KOMPREHENSIF II KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I Disusun Oleh ZAINAL ABIDIN NPM : 4114059 1

description

xs

Transcript of attachment_1429703381610_k 2 baru

Page 1: attachment_1429703381610_k 2 baru

HALAMAN JUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A (40 thn) DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN AKIBAT THYPOID DI RUANG

RAFEI

DI RUMAH SAKIT RAJAWALI

TAHUN 2015

KOMPREHENSIF II

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Disusun OlehZAINAL ABIDIN NPM : 4114059

1

Page 2: attachment_1429703381610_k 2 baru

PROGRAM STUDI PROFESI NERS (PSPN)SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

RAJAWALI BANDUNGTAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan Makalah ini dengan berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.

A (40 thn) Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Thypoid Di Ruang Rafei Di

Rumah Sakit Rajawali Tahun 2015 ”.

Penulis menyadari bahwa baik isi maupun susunan dalam konprehensif ini

masih jauh dari sempurna. Dalam penulisan Konprehensif II ini tidak sedikit penulis

mengalami hambatan dan tantangan, namun berkat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak semua masalah tersebut dapat diatasi. Untuk itu

dengan senang hati penulis menerima kritikan dan saran dari semuah pihak yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Konprehensif II ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini tak lupa juga penulis untuk

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Sandi H S.kep.,Ners selaku koordinator Siklus KMB I yang telah

memberikan dukungan moril dalam penulisan komprehensif II ini dan selaku

pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, saran, masukan dan dorongan kepada penulis selama

pembuatan hingga selesainya makalah Konprehensif II ini.

Akhirnya penulis berharap semoga proposal penelitian ini akan dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri utamanya dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandung, April 2015

2

Page 3: attachment_1429703381610_k 2 baru

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1KATA PENGANTAR.......................................................................................................2DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I . PENDAHULUAN................................................................................................4A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4B. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................5

1. Tujuan Umum....................................................................................................52. Tujuan Khusus...................................................................................................53. Manfaat...............................................................................................................64. Sietematika Penulisan.......................................................................................6

BAB II KONSEP DASAR TEORI...................................................................................6C. KONSEP DASAR PENYAKIT............................................................................7

1. Pengertian...........................................................................................................72. Etiologi................................................................................................................73. Patofisiologi........................................................................................................74. Manifestasi Klinik..............................................................................................85. Komplikasi..........................................................................................................96. Penatalaksanaan................................................................................................97. Pencegahan.......................................................................................................108. Pemeriksaan penunjang..................................................................................10

D. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................131. Pengkajian........................................................................................................132. Diagnosa Keperawatan...................................................................................133. Perencanaan.....................................................................................................144. Evaluasi.............................................................................................................17

BAB III . LAPORAN KASUS........................................................................................17

3

Page 4: attachment_1429703381610_k 2 baru

A. Pengkajian............................................................................................................17B. Analisa Data.........................................................................................................17C. Prioritas Diagnosa Keperawatan.......................................................................17D. Perencanaan.........................................................................................................17E. Impelementasi dan Evaluasi...............................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................17

BAB V...............................................................................................................................17A. Simpulan...............................................................................................................17B. Saran.....................................................................................................................18

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sasaran utama pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup sehat,

manajemen pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada saat

ini diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah resiko terjadi penyakit serta melindungi diri dari ancaman

penyakit serta berpartisifasi aktif dalam kesehatan masyarakat (Depkes RI,

2010).

Kesehatan dilihat sebagai sesuatu yang dihasilkan gaya hidup yang

diorientasikan menuju kesejahteraan. Kesejahteraan telah didefinisikan sama

dengan kesehatan. Tujuan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk

meningkatkan perubahan positif yang ditujukan pada kesehatan dan

kesejahteraan. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah

dengan cara menurunkan jumlah penyakit yang dapat menimbulkan masalah

4

Page 5: attachment_1429703381610_k 2 baru

kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber

daya manusia seperti Thypoid (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Nursalam dkk (2005) Demam thypoid (entric fever) adalah

penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala

demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan

kesadaran.

Demam typhus atau Typhus Abdominalis merupakan suatu infeksi akut

yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella

Typhi.Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam Typhoid yang terbesar di

seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk

merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya

adalah baik (Widodo, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit Typhus

Abdominalis merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai Negara

sedang berkembang.Besarnya angka pasti kasus Demam Typhoid dunia ini

sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dan

spectrum klinisnya sangat luas.Diperkirakan angka kejadian di Amerika Selatan

150/100.000 tiap tahun dan 900/100.000 tiap tahun di Asia.

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia (2010) dari 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia Demam Typhoid

menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah kasus mencapai 41.081 pasien dan 274

diantaranya meninggal.

5

Page 6: attachment_1429703381610_k 2 baru

Profil Kesehatan Jawa Barat (2010) mengungkapkan bahwa prevalensi

Demam Typhoid yaitu 157 kasus dari 100.000 jiwa penduduk, sedangkan daerah

urban ditemukan 760 sampai 810 kasus dari 100.000 jiwa penduduk.

Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik

untuk membahas kasus mengenai penyakit Thypoid ini dan sebagai pemenuhan

tugas siklus KMB I.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep teoritis dan

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit Thypoid.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dalam Asuhan Keperawatan

dengan penyakit Thypoid.

b. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan

gejala pada penyakit Thypoid.

c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam Asuhan

Keperawatan dengan penyakit Thypoid.

d. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam Asuhan Keperawatan

dengan penyakit Thypoid.

e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi/ tindakan keperawatan

alam rangka penerapan Asuhan Keperawatan dengan penyakit Thypoid.

f. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi keprawaan yang

telah dilakukan dalam Asuhan Keperawatan dengan penyakit Thypoid.

3. Manfaat

a. Bagi Mahasiswa

Sebagai pedoman awal dalam melaksanakan melaksanakan asuhan

keperawatan dengan kasus Thypoid.

6

Page 7: attachment_1429703381610_k 2 baru

b. Bagi Akademik

Sebagai motivasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya

khususnya dalam sistem Pencernaan .Akademik mendapatkan dorongan

untuk memotivasi mahasiswa tentang penyakit Thypoid melalui proses

belajar dan praktik lapangan.

c. Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi tambahan untuk kasus-kasus yang dijumpai di

rumah sakit yang bersangkutan.

4. Sietematika Penulisan

7

Page 8: attachment_1429703381610_k 2 baru

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga

paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis

(.Seoparman, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-

gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type

A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Menurut (Kusuma Hardhi, 2013) merupakan suatu penyakit infeksi

akut yang disebabkan oleh salmonella typhi, penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tampa keterlibatan sturuktu r

endohelia dan endpkardial dan infasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam

sel fagosit menokular dari hati, linpa, kelenjar linfe usus payer’s patch dan

dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut,

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh

salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan

dan minuman yang terkontaminasi.

8

Page 9: attachment_1429703381610_k 2 baru

2. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B

dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan

demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh

dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja

dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. (Kusuma Hardhi, 2013)

3. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui

perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi

oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan

kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman

salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian

kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan

mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang

biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-

sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi

darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus

halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan

oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan

bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses

inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi

9

Page 10: attachment_1429703381610_k 2 baru

dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Manifestasi Klinik

Menurut (Kusuma Hardhi, 2013) tanda gejalanya sebagai berikut:

Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid

Keluhan Gejala Patologi

Minggu

pertama

Panas

berlangs

ung

insidius,

tipe

panas

steplade

r yang

mencap

ai 39-40

0C,

menggi

gil nyeri

kepala.

Gangguan

saluran

cerna

bakterimia

Minggu

kedua

Rasa nyeri,

abdome

n, diare

atau

kontisip

asi,

delirium

Rose sport,

splenom

egali,

hepatom

egali

Vaskulitas,

hiperpla

si pada

peyer’s

patches,

nodul

tifoid

10

Page 11: attachment_1429703381610_k 2 baru

pada

limpa

dan hati

Minggu

ketiga

Komplikasi

:

pendara

han

saluran

cerna,

perfuras

i, syok

Melena ,

ilius,

ketegan

gan

abdome

n, koma

Ulserasi

pada

payer’s

patcher,

nodul

tifoid

pada

limpa

dan hati

Minggu

keempa

t

Keluhan

menuru

n,

relap’s

penurun

an BB

Tampak

sakit

berat,

kakeksi

a

Kolelitas,

carrier

kronik

5. Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perporasi usus

3) Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinalKomplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi

(renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

c. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia

hemolitik.

d. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

11

Page 12: attachment_1429703381610_k 2 baru

e. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

f. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

g. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan

arthritis.

h. omplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis

perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

6. Penatalaksanaan

a. Perawatan.

1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b. Diet.

1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

tim.Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

c. Obat-obatan.

1) Klorampenikol

2) Tiampenikol

3) Kotrimoxazol

4) Amoxilin dan ampicillin

7. Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci

tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan

makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari

minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

12

Page 13: attachment_1429703381610_k 2 baru

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah

pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid

terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya

leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam

typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas

normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah

leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,

tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi

demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari

beberapa faktor :

1) Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan

laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan

media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik

adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia

berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada

waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

13

Page 14: attachment_1429703381610_k 2 baru

3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.

4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat

anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan

hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,

klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar

klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

a. Faktor yang berhubungan dengan klien :

14

Page 15: attachment_1429703381610_k 2 baru

1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan

antibodi.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru

dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai

puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat

menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi

seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat

anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut

dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi

sistem retikuloendotelial.

6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi

dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat.

Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun,

sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2

tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah

divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :

keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun

dengan hasil titer yang rendah.

8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin

terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam

yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella

di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis

15

Page 16: attachment_1429703381610_k 2 baru

1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung

antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu

spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi

hasil uji widal.

3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada

penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen

dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain

lain.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Faktor Presipitasi dan Predisposisi

Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh

makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid

A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta

muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya

adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan

makanan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid menurut (kusuma hardhi,

2013) adalah :

a. Nyeri b.d proses peradangan

b. Ketidak efektifan termurgulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses

penyakit

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang

tidak adekuat

16

Page 17: attachment_1429703381610_k 2 baru

d. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak ade kuat dan

peningkatan suhu tubuh.

e. Diare b.d proses infeksi, inflamasi, iritasi diusus.

3. Perencanaan

Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan

perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :

Diagnosa. 1

Nyeri b.d proses peradangan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik

nonfarmakalogi untuk mengurangin nyeri, mencari bantuan).

Intervensi

a. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, krakterisitik, durasi, frekuensi.

b. Mengajarkan tehnik napas dalamc. Memberikan posisi nyamand. Berikan anelgetik untuk mengurangi nyeri

Diagnosa 2

Ketidak efektifan termurgulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit

Tujuan : Hipertermi teratasi

Kriteria hasil :

Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan

tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.

Intervensi

a. Observasi suhu tubuh klien

b. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien

c. Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,

temporal bila terjadi panas

17

Page 18: attachment_1429703381610_k 2 baru

d. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap

keringat seperti katun

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

Diagnosa 3

Ketidak seimban nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat

Tujuan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi

Kriteria hasil :

Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising

usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal,

konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.

Intervensi

a. Kaji pola nutrisi klien,

b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien

c. Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut

d. Timbang berat badan tiap hari

e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

f. Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi

lambung

g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

h. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin

dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti

(ranitidine).

18

Page 19: attachment_1429703381610_k 2 baru

Diagnosa. 4

Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan

peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil:

Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam

batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada

Intervensi

a. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak

elastis dan peningkatan suhu tubuh

b. Pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,

c. Ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-

hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung.

d. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari,

e. kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui

parenteral sesuai indikasi.

Diagnosa 5

Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan fisik

Tujuan : BAB tidak melebihi dari 3 kali sehari

Kriteria hasil :

Tidak mengalami diare, feses berbentuk, BAB sehari 3 kali.Intervensi

a. Identifikasi faktor penyebab diareb. Memantau bentuk feses klienc. Monitor tanda dab gejala diared. Monitor persiapan makanan yang aman

19

Page 20: attachment_1429703381610_k 2 baru

e. Intruksikan klien makan untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan

f. Kolaborasikan pemberian obat antibiotik.

4. Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan

untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-

tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi,

tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang

penyakitnya.

BAB III .

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Bio Daata

a. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

20

Page 21: attachment_1429703381610_k 2 baru

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Penampung barang bekas

Agama : Islam

Suku/bangsa : Sundah

Tgl masuk Rs : 7 April 2015

Tgl Pengkajian : 8 April 2015

No. Medrek : 2390

Ruangan : Rafei

Diagnose Medis : Thipoid

Alamat : Jln. Maleber barat Rt.05/03 Meleber andir

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. A

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan :SMA

Pekerjaan : Kepala Mekanik ( bengkel)

Hubungan klien : Sodara

Alamat : Jln. Maleber barat Rt.05/03 Meleber andir

2. Riwayat Kesehatan

c. Keluhan Utama

Klien Mengatakan Badannya Panas

d. Riwayat Penyakit Sekarang

21

Page 22: attachment_1429703381610_k 2 baru

Klien mengatakan panas suhu tubuhnya dannyeri kepalah, nyerinya beriringan

dengan dari peningkatan suhu klien, klien tampak meringis, klien mengatakan

nyerinya terasa tertusuk-tusuk, klien tampak memegangin daerah kepalanya,

klien mengatakan nyerinya semuah daerah kepalanya, Skala nyerinya 6 (1-10),

Suhunya 380 C, klien mengatakan nyeri timbul di waktu suhu tubuhnya

meningkat, Klien mengatakan panas sering muncul mau masuk di malam hari

dan pagi hari.

e. Riwayat Kesehatan dahulu

Klien menyatakan sudah 2 bulan yang lalu mengalami keluhan penyakit yang

sama, sebelumnya klien tidak pernah memeriksakan penyakitnya dengan

tenaga medis.

f. Kesehatan Keluarga

Klien menyatakan tidak yang mengalami penyakit yang sama, dan riwayat

keluarga klien tidak ada mengalami penyakit hipertensi, DM.

3. Pemeriksaan Fisik

g. System Pernapasan

Inpeksi : Klien tidak mengalami sesak nafas, batuk (-), bentuk hidung klien kiri

dan kanan simetris, buluh hidung baik, sinusitis (-), tampak simetris parau kiri

dan kanannya, Klien tidak menggunakan otot pernapasan, sianosis (-),

Respirasi 18x /i.

22

Page 23: attachment_1429703381610_k 2 baru

Palpasi : Area hidung klien dan dadah tidak mengelami adanya pembekakan, nyeri

tekan (-) bagian hidung dan dadah, kesimbangan para kiri kanan klien baik,

pergerakan paru kiri kanan klien baik.

Perkusi : suara paru kiri kanan klien sonor/ resonan.

Auskultasi : bunyi suara paru-paru klien vesikuler.

h. System Kardiologi

Inspeksi : klien tampak sakit ringan, kunjung tifa tampak anemis, sianosis (-),

Iktus kordis klien terlihat.

Palpasi : N : 80x/i, CRT: kurang 3 detik, sianosis (-), iktus kordis klien teraba

kurang dari 2 cm

Perkusi : batas jantung kiri klien terletak di garis medioklivakularis diruang intra

kosta III sampai V, batas jantung kanan klien terletak diarea dibawah kanan

sternum.

Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, frekuensi S1 lebih rendah dari pada

S2 dan waktu lebih lama dibandingkan S2. TD: 110/80 mmhg

i. System pencernaan

klien mengatakan nyeri uluh hatinya, klien mengatakan 2 hari belum BAB,

klien mengatakan nafsu makan klien menurun,klien mengatakan mual kalau

makan yang panas, klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang disediakan,

23

Page 24: attachment_1429703381610_k 2 baru

Inpeksi : klien tampak mual, bibir klien tampak kering, keadaan gig baik, kelien

lengkap, kries (+), reflek muntah klien, bagian abdomen klien lesi (-), tidak

mengalami pembesaran darah hepar, linfa, tidak ditemukan hernia.

Auskultasi : bising usus klien 13x/i

Palpasi : tidak terabahnya pembesaran hati, linfa,kanton kemihnya tidak

mengalami kepenuhan, terdapat nyeri tekan daera uluh hatinya dan kilen tidak

mengalami nyeri tekan daerah ependik.

Perkusi : bagian kuadran I terdengar suara redup, dari pada daerah kuadran II,III

dan IV, disaat di lakukan perkusi pada ginjal klien klien tidak mengalami

nyeri.

j. Sistem Pesrafan:

Tingkat kesadaran pasien penuh ( Alert ) GCS : 15, Respon orentasi waktu

tempat tklien baik. fungsi persrafan klien baik dari nervus I samapai nervus

XII tidak mengelami gangguan.

1) Funsi reflek fisiologis

ekstremkitas atas:

- Refleks bisep klien baik

- Refleks trisep klien baik

2) Funsi reflek fisiologis

ekstremkitas atas:

- Refleks patela klien baik

24

Page 25: attachment_1429703381610_k 2 baru

k. Sistem endokrim :

Insfeksi: klien tidak mengelami pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening.

Palpasi : tidak terabahnya pembesaran kelejar getah bening dan kelenjar tiroid.

l. Sistem perkemihan

Inspeksi : klien tampak tidak menggunak kateter

Palpasi : kantong kemih klien kosong

m. Sistem muskuluskoletal

Klien mengatakan tidak mengelami kelemahan atau gangguan ekstemitas atas

maupun bawah, kekuatan otot klien

n. Sisitem panca indra

1) Mata : Klien tidak mengalami

gangguan pada sistem panca indra

penglihatan, alis mata klien posisi kiri

kanan simetris, bulu-bulu alis mata klien

kiri dan kanan seimbang, tingkat

ketebalan baik, pupil klien normal 2

mm, lapang pandang mata kiri dan

kanan klien baik.

2) Telinga : bentuk telinga kiri dan

kanan klien sama, Fungsi pendengaran

25

Page 26: attachment_1429703381610_k 2 baru

klien baik mau telinga kiri dan kanan,

serumen klien ada tapi sedikit

3) Lidah : funsi pengecapan pasien

baik dapat mebedakan manis, asin, pahit

dan asam.

4) Hidung : klien dapat

membedahkan bau-bauan seperti kopi

dan minyak kayu putih, fungsi penghidu

klien baik

5) Kulit : klien dapat membedakan

goresan halus maupun kasar

4. Data psikologis

a. Status emosi : klien tampak tenang, tidak

mengalami emosi di saat nyerinya kambuh,

tetapi klien mengingkan cepat pulang.

b. Kecemasan : klien tampak tenang, tidak

mengalami kecemasan.

c. Pola koping : klien dapat mengorentasikan

dimana dia sekarang dan hari apa sekarang

d. Gaya kominikasi : komonikasi klien baik, tidak

terburu-buru,terdengar jelas, tidak

mengeluarkan kata-kata yang kasar.

26

Page 27: attachment_1429703381610_k 2 baru

5. Persepsi pasien terhadap penyakitnya

Klien dapat menerima dengan keadaannya dan aktif supaya cepat sembuh dan

menerima saran-saran yang di berikan perawat seperti mengajurkan klien

banyak minum.

6. Konsep diri

a. Body image : klien tidak mengelami keluhan

terhadap bagaian tubuhnya, klien menerima

semua dengan keadaan tubuhnya.

b. Harga diri : klien tidak mengalami penurunan

harga diri terhadap keadaannya sekarang.

c. Peran : peran klien sebagai yang menafkahi

keluarganya terganggu, klien memikirkan

gimana keadaan usahanya yang sudah lama

tertutup

d. Identitas diri :

e. Ideal diri

7. Data sosial

Klien dapat beradaptasi dengan pasien, perawat, dokter dan kawan-kawanya

maupun keluarganya.

8. Data spritual

Klien sering bedua supaya cepat di berikan kesembuhan

9. Data penunjang

27

Page 28: attachment_1429703381610_k 2 baru

a. Pemeriksaan laboratorium

Jenis

Pemeriksa

an

Satu

a

n

Normal Hasil

08/4/2015

Hasil

07/04/2015

Trombosit /

m

m

3

150.000 -

450.000

162.000

/mm3

148.000

/mm3

Hematokrit % L: 40-49 P:

37-46

43 % 45%

PH - - 5 -

BJ - - 1.000 -

Leokosit /

m

m

3

4.000-10.000 6.000 /mm3 6000 /mm3

Hemoglobin gr% L :13-17 P:

12-15

13 gr % 14.6%

b. Therapi

Nama Obat Dosi Waktu Indikasi

28

Page 29: attachment_1429703381610_k 2 baru

s

Sanmol 500

g

r

1 x 1 Menurunkan

panas

Analsik 500

g

r

3 x 1 Analgesik

Merislon 12

g

r

2 x 1 Nyeri/ vertigo

Cefixim 1 gr 1 x 1 iv Antibiotik

Ring As 500

c

c

20 tetes/i

B. Analisa Data

Nama : Tn . A

Umur : 40 tahun

N DATA ETIOLOGI MASALAH

29

Page 30: attachment_1429703381610_k 2 baru

O

1 Ds :

- Klien mengatakan

nyeri daerah

kepalanya

- Klien mengatakan

nyerinya terasa

tertusuk

- Klien mengatakan

nyerinya timbul

diwaktu suhu

badannya panas

Do :

- Klien tampak

memegangin

kepalanya

- Klien tampak

meringis

- Skala nyeri 6 (1 – 10)

- TTV : Td : 130/80

mmhg

Bakteri salmonela lolos

dari lambung, masuk

ke usus

Peredaran darah

Masuk bakteri menyebar

kehati, linfa dan keusus

Bakteri mengumpul di hati,

usus dan linfa

Proses inflamasi/

peradangan

Iritasi

Infeksi ( leukosit +)

Nyeri

30

Page 31: attachment_1429703381610_k 2 baru

N: 80 x/i

S : 380C

RR : 22x/i

2 Ds :

- Klien mengatakan

badannya panas

- Klien mengatakan

panas sering muncul

mau masuk di malam

hari dan pagi hari

Do :

- Kulit klien teraba

panas

- TTV : Td : 130/80

mmhg

N: 80 x/i

S : 380C

RR : 22x/i

Leokosit : 6.000 /mm3

Proses inflamasi

Iritasi

Infeksi ( leukosit +)

Bakteri berkembang

didalam usus

Masuk kesaluran darah

Bakteri sampai

kepembuluh darah

sekitar hipotalamus

Menyebar kedalam pusat

pengaturan suhu di

hipotlamus

Peningkatan

suhu

tubuh

31

Page 32: attachment_1429703381610_k 2 baru

Hipotalamus memberikan

respon suhu tubuh

meningkat

3 Ds :

- Klien mengatakan

kurang nafsu makan

- Klien mengatakan

merasa mual kalau

makan makanan yang

panas

- Klien mengatakan

tidak bisa

menghabiskan

makanan yang telah

disajikan

Do :

- Klien tampak kurang

nafsu makan

Bakteri berkembang

didalam usus

Meningkatkan mobiltas

usus

Peningkatan asam lambung

Mual

nafsu makan berkurang

(intake yang tidak ade

kuat)

Ketidak

seimban nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

32

Page 33: attachment_1429703381610_k 2 baru

- Klien tampak mual

- Klien hanya bisa

menghabiskan ¼

porsi yang telah

disediakan

- Hb : 14,6 gr%

- Leokosit : 6000 mm3

- Trombosit :148.000

mm3

- Hemotokrit : 45%

C. Diagnosa Perioritas

Nama : Tn. A

Umur : 40 Tahun

DIAGNOOSA KEPERAWATAN

1 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan nyeri daerah kepalanya

- Klien mengatakan nyerinya terasa tertusuk

33

Page 34: attachment_1429703381610_k 2 baru

- Klien mengatakan nyerinya timbul diwaktu suhu badannya

panas

Do :

- Klien tampak memegangin kepalanya

- Klien tampak meringis

- Skala nyeri 6 (1 – 10)

- TTV : Td : 130/80 mmhg

N: 80 x/i

S : 380C

RR : 22x/i

2 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

Ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan badannya panas

- Klien mengatakan panas sering muncul mau masuk di

malam hari dan pagi hari

Do :

- Kulit klien teraba panas

- TTV : Td : 130/80 mmhg

N: 80 x/i

S : 380C

34

Page 35: attachment_1429703381610_k 2 baru

RR : 22x/i

Leokosit : 6.000 /mm3

3 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

Ditandai dengan :

Ds :

- Klien mengatakan kurang nafsu makan

- Klien mengatakan merasa mual kalau makan makanan yang

panas

- Klien mengatakan tidak bisa menghabiskan makanan yang

telah disajikan

Do :

- Klien tampak kurang nafsu makan

- Klien tampak mual

- Klien hanya bisa menghabiskan ¼ porsi yang telah

disediakan

- Hb : 14,6 gr%

- Leokosit : 6000 mm3

- Trombosit :148.000 mm3

- Hemotokrit : 45%

35

Page 36: attachment_1429703381610_k 2 baru

36

Page 37: attachment_1429703381610_k 2 baru

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.A

Umur : 40 tahun

Tanggal /

Jam

NO TUJUAN / KH INTERVENSI RASIONALISASI

08 april 2015 Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan

nyeri berkurang

Kriteria hasil :

Mampu mengontrol nyeri ( tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan

tehnik nonfarmakalogi untuk

mengurangin nyeri, mencari bantuan).

Mandiri :

a. Kaji karekteristik

nyeri ,lokasi dan skala nyeri.

b. Mengajarkan tehnik napas

dalam

c. Memberikan posisi nyaman

d. Memantau TTV klien

Kolaborasi

Berikan anelgetik untuk

mengurangi nyeri

08 april 2015 Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

8 jam masalah peningkatan suhu tubu

Mandiri :

a. Observasi suhu tubuh klien

b. Anjurkan klien banyak

Mandiri :

37

Page 38: attachment_1429703381610_k 2 baru

teratasi

Kriteria hasil :

Suhu, nadi dalam batas normal bebas

dari kedinginan dan tidak terjadi

komplikasi yang berhubungan dengan

masalah typhoid.

minum air putih

c. Anjurkan keluarga untuk

membatasi aktivitas klien

d. Beri kompres dengan air

dingin (air biasa) pada daerah

axila, lipat paha, temporal

bila terjadi panas

e. Anjurkan keluarga untuk

memakaikan pakaian yang

dapat menyerap keringat

seperti katun

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat anti

piretik dan pemberian

antibiotik.

.

08 april 2015 Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 8 jam masalah nutrisi teratasi dan

Intervensi

a. Kaji pola nutrisi klien,

b. Kaji makan yang di sukai dan

Mandiri

Kolaborasi :

38

Page 39: attachment_1429703381610_k 2 baru

kebutuhan nutrisi

Kriteria Hasil

Klien mnghabiskn porsi makanan yang

telah disediakan .

tidak disukai klien

c. Anjurkan tirah

baring/pembatasan aktivitas

selama fase akut

d. Timbang berat badan tiap hari

e. Anjurkan klien makan sedikit

tapi sering

f. Catat laporan atau hal-hal

seperti mual, muntah, nyeri dan

distensi lambung

Kolaborasi

Kolaborasi dalam pemeriksaan

laboratorium seperti Hb, Ht,

trombosit

.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Tn.A

Umur : 40 tahun

39

Page 40: attachment_1429703381610_k 2 baru

Diagnosa

Keperawata

n

Tanggal/jam Catatan keperawatanTanggal/

jamPerkembangan/ evaluasi Paraf

Diagnosa 1 8/4/2015

08.55

08.55

09.00

09.50

09.00

09.50

11.45

10.00

11.45

Mandiri :

1. Mengkaji karekteristik nyeri ,lokasi dan skala nyeri

Hasil : klien menyatakan nyerinya terasa tertusuk,

di daerah kepala, skala nyerinya 6 ( 1-10)

2. Memberikan posisi nyaman klien

Hasil : klien masih tampak tidak tenang

3. Mengajarkan tehnik napas dalam

Hasil : nyeri klien masih belum berkurang

4. Memantau TTV klien

Hasil : Td : 110/80 mmhg

N : 84x/i

S : 36,4 C

RR : 18 x/i

Kolaborasi

Memberikan obat analsik 500 gr dan Merislon 12 gr.

Hasil : klien tampak tenang, nyeri klien dari skala 6

menjadi ke skala 4

8/4/2015

S :

- klien mengatakan nyeri berkurang

- klien mengatakan nyerinya masi

terasa tertusuk-tusuk

O :

- klien tampak memegangin daerah

yang nyeri

- klien masih tampak tidak tenang

- skala 4 (1-10 )

A = Masalah belum teratasi

P = intervensi 1, 2,4,5 tetap di lanjutkan

Zain

al

40

Page 41: attachment_1429703381610_k 2 baru

Diagnosa 2 8/4/2015

11.45

11.45

09.30

11.45

09.30

10.00

09.30

10.15

11.45

Mandiri :

1. Mengobservasi suhu tubuh klien

Hasil : dari suhu tubu klien 380 C ke 36,40C, Akral kulit klien terabah tidak panas lagi.

2. Menganjurkan klien banyak minum air putih

Hasil : klien minum air putih sebanyak sudah 600cc

3. Menganjurkan klien untuk membatasi

aktivitasnya

Hasil : klien tampak hanya di tempat tidur saja 4. Menggatikan pakaian klien yang dapat menyerap

keringat.

Kolaborasi

Memberikan Sanmol 500 gr dan menberikan Cefixim

Iv.

Hasil : suhu panas klien berkurang dari klien 380 C ke 36,40C

8/4/2015 S :

- klien mengatakan panas suhu

tubuhnya sudah tidak ada lagi

O :

- akral kulit klien tidak panas lagi

- S : 36,4 0C

A = Masalah sudah teratasi

P = intervensi tetap dilanjutkan apabila

klien masih mengelami peningkatan

suhu tubuh lagi

Zain

al

Diagnosa 3 8/4/2015 Intervensi

41

Page 42: attachment_1429703381610_k 2 baru

08.55/ 13.00

08 .55

13.00

08.55

08.55

08.55

13.00

13.00

13.00

08.30

11.00

a. Mengkaji pola nutrisi klien

Hasil : klien mengatakan hanya bisa makan ¼ porsi dari yang disediakanHasil : klien mengatakan sudah bisa menghabiskan makanannya ¾ porsi yang disediakan

b. Mengkaji makan yang mengakibatkan mualnya

Hasil : klien mengatakan kalau makan, makanan

yang hangat yang mengakibatkan dia mual

c. Mengajurkan klien makan sedikit tapi sering

Hasil : klien makan dengan jarak waktu kurang lebih satu jam

d. Mencatat laporan atau hal-hal seperti mual,

muntah, nyeri lambung,

Hasil : klien menyatakan masih ada mual kalau lagi makan

Kolaborasi

Mengkolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium

seperti Hb, Ht dan trombosit

Pemeriksaan Tgl 7/4/2015 Tgl 8/4/2015

Hb 14,6 gr % -

8/4/2015 S :

- Klien menyatakan belum bisa

menghabiskan makanan dalam satu

porsi

- Klien mengatakan masih mual kalau

lagi makan

O :

- Klien tampak mual

- Porsi makanan ¾ dari yang disediakan

- Klien tampak makan sedikit2 tapi

sering

- Pemeriksaan lab

Pemeriksaan Tgl 7/4/2015 Tgl 8/4/2015

Hb 14,6 gr % -

Hemotokrit 45 % 42%

Trombosit 148.000/mm3 162.000/mm

A : masalah belum teratasi

P: Interfensi tetap dilanjutkan

Zain

al

42

Page 43: attachment_1429703381610_k 2 baru

Hemotokrit 45 % 42%

Trombosit 148.000/mm3 162.000/mm3

r

43

Page 44: attachment_1429703381610_k 2 baru

BAB IV

PEMBAHASAN

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella

Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.

( Bruner and Sudart, 1994 ).

Menurut (Kusuma Hardhi, 2013) merupakan suatu penyakit infeksi akut

yang disebabkan oleh salmonella typhi, penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tampa keterlibatan sturuktu r

endohelia dan endpkardial dan infasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel

fagosit menokular dari hati, linpa, kelenjar linfe usus payer’s patch dan dapat

menular pada orang lain melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Masalah- masalah yang sering timbul pada kasus di thipoid sebagai mana di

menurut ( kusuma hardi, 2013) sebagai mana berikut:

1. Nyeri b.d proses peradangan

2. Ketidak efektifan termurgulasi b.d fluktuasi suhu lingkungan, proses penyakit

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat

4. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak ade kuat dan

peningkatan suhu tubuh.

5. Diare b.d proses infeksi, inflamasi, iritasi diusus.

Berdaskan lima diagnosa tioiritis menurut ( kusuma hardi, 2013) ditemukan tiga

diagnosa yang timbul pada Tn. A ( 40 thn) yang ditemukan pada saat dilakukan

pengkajian, diagnosa yang muncul adalah yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

3. Ketidak seimbangan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

44

Page 45: attachment_1429703381610_k 2 baru

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Demikianlah laporan kasus ini disusun dengan kerjasama. Diharapkan dengan

adanya makalah makalah konprenshif ini mahasiswa dapat menambah wawasan

mengenai penyakit thepoid Selain itu mahasiswa juga mampu memahami secara teoritis

mengenai penyakit ini serta mampu membuat asuhan keperawatan tentang kasus

thepoid.

Semoga dengan adanya makalah konprenshif ini dapat menambah referensi

akademik untuk melengkapi bahan pembelajaran dan memotivasi mahasiswa untuk

mengetahui lebih banyak tentang penyakit thepoid

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, saran dan

krirtik yang membangun sangat diharapkan untuk dapat memeperbaiki penulisan

makalah selanjutnya.

45