Atresia Esofagus Penatalaksanaan
-
Upload
penulismudantha-cuppa-cupps -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
Transcript of Atresia Esofagus Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan (Sudarti. 2010)
1. Tindakan sebelum operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk
bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a. Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan nutrisi bayi
b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena
c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator,
spine dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o
d. NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction rutin
e. Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan pehatin
khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator
mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan
ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam
lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini
dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube
sampai kepintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan
tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia
esophagus penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui
apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan
penanganan segera.
2. Tindakan selama operasi
Pada umumnya operrasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai
hal yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan
gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara
pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi
lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang
terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari lambung sehingga
mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi
memperberat fungsi pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan
melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan
thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi benr-benar
teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk
memisahkan fistula dari memperbaiki esophagus.
Pada prnsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas
anatomi. Tindakan operasi dari atresia esophagus mencakup :
a. Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan
akses vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan
yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung
b. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan
mengetahui lokasi fistula
c. Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di
depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada
H-fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan
fistula tanpa memperbaiiki esophagus. Esophagus
d. Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara
diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua
ujung proximal dan distal dan esofagus
e. Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu
jarak antara esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini
disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus
dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan
delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil
dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy,
maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan
primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas
vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga
makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.
3. Tindakan setelah operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan
secara rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk
terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak
menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk
pemberian makanan.
B. Pemeriksaan Diagnosis (Ngastiyah. 2005)
1. Anamnesis
a. Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frkuensii bayi bayi yang lahir premature.
Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan
ibu disertai hidramnion, hendaknya dilakukan katerisasi esophagus
dengan kateter no 6-10F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10
cm, maka harus diduga terdapat atresia esophagus.
b. Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai dengan air liur
yang meleleh ke luar, harus dicurigai terdapat atresia esophagus.
c. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis
karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
d. Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi atau
kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeo-
esofagus.hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.
2. Pemeriksaan fisis
Ditemukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan
melalui daerah yang sempit di pylorus. Teraba tumor pada saat gerakan
peristaltic tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak
diberi minum.
3. Pemeriksaan penunjang
Dengan memberikan barium peroral didapatkan gambaran radiologis yang
patognomonik barupa penyempitan pylorus yang relative lebih panjang.
4. Gambaran Radiologik
Pada barium per os, yang patognomonik pada kelainan ini ialah penyampitan
pylorus yang relative lebih panjang
5. Diagnosis lainnya
a. Antenatal
Atresia esophagus dapat dicurigai pada USG bila didapati polihidramion
pada Ibu, abdomen yang kecil pada janin, dan pembesaran ujung
esophagus bagian atas. Dugaan juga semakin jelas bila didapati kelainan-
kelainan lain yang bekaitan dengan atresia esophagus.
b. Diagnosis klnis
Bayi dengan sekresi air liur dan ingus yang sering dan banyak harus
diasumsikan menderita atresia esophagus sampai terbkti tidak ada.
Diagnosis dibuat dengan memasukkan kateter/NGT ke dalam mulut,
berakir pada sekitar 10 cm dari pangkal gusi. Kegagalan untuk
memasukan kateter ke lambung menandakan adanya atresia esophagus.
Ukuran kateter yang lebih kecil bisa melilit di kantong proximal
sehingga bisa membuat kesalahan diagnosis adanya kontinuitas
esophagus. Radiografi dapat membuktikan kepastian bahwa selang tidak
tidak mencapai lambung. Selang tidak boleh dimasukkan dari hidung
karena dapat merusak saluran napas atas. Dalam kedokteran modern,
diagnosis dengan menunggu bayi tersedak atau batuk pada pemberian
makan pertama sekali, tidak disetujui lagi.
c. Diagnosis Anatomis
Tindakan penanganan tergantung dari variasi anatomi. Penting untuk
mengetaui apakah ada fistula pada satu atau kedua segmen esophagus.
Juga penting untuk mengetahui jarak antara kedua ujung esophagus.
Bila tidak ada fistula distal, pada foto thorax dengan selang yang
dimasukkan melalui mulut akan menunjukan segmen atas esophagus
berakhir diatas medistinum. Dari posisi lateral dapat dilihat adanya
fistula dan udara di esophagus distal. Dari percabangan trakea bisa
dilihat letak dari fistula.
Tidak adanya udara atau gas pada abdomen menunjukkan adanya suatu
atresia tanpa disertai fistula atau atresia dengan fistula trrakeosofageal
proximal saja. Jika didapati ujung kantong esophagus proximal, bisa
diasumsikan bahwa ini adalah atresia esophagus tanpa fistula. Adanya
udara atau gas pada lambung dan usus menunjukan adanya fistula
trakeoesofageal distal.
Pada bayi dengan H-Fistula (Gross Tipe E) agak berbeda karena
esophagus utuh. Anak dapat menelan, tetapi dapat tersedak dan batuk
saat makan. Bila udara keluar daro fistula dan masuk kesaluran
pencernaan akan menimbulkan distensi abdomen, selain itu, aspirasi
makanan yang berulang akan menyebabkan infekasi saluran pernapasan .
diagnosis dapat diketahui dengan endoskopi atau penggunaan kontras.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Rutin
Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran
pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan
b. Elektrolit
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaaan lain yang menyertai
c. Analisa Gas Darah Arteri
Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada
bayi
d. BUM dan Serum Creatinin
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai
e. Kadar Gula Darah
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai
7. Diagnosis Banding
a. Pilorospasme, yang gejalanya akan hilang setelah anak diberi
spasmolitikum.
b. Prolaps mukosa lambung.
Tindakan ; anak disiapkan untuk operasi pyloromyotomi cara fredet-
ramstedt. Operasi ini mudah dan memberikan penyembuhan yang
memuaskan.
C. Pengkajian
1. Wawancara
a. Identitas Anak
b. Identitas Penanggung Jawab
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan masa lalu (Parental ,Intranatal dan Neonatal)
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat immunisasi
g. Riwayat social, ekonomi, spiritual
2. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
a. Keadaan umum
Kesadaran, BB sebelum sakit, BB sekarang, TB, TTV
b. Kulit
Struktur kulit, warna, luka, kelainan, keluhan
c. Kepala
Bentuk, kebersihan kulit kepala, luka ada/tidak, kulit kepala normal
halus/tidak, keluhan
d. Rambut
Warna rambut, distribusi, kebersihan, rambut rontok
e. Dahi
Bentuk dahi, ada keluhan/tidak
f. Mata
Kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil,sclera, fungsi penglihatan,
pergerakan bola mata, nyeri tekan, keluhan
g. Muka
Bentuk muka, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak, ada edema/tidak
h. Telinga
Simetris/tidak, kebersihan, fungsi pendengaran, ada keluhan/tidak
i. Hidung
Bentuk hidung, kebersihan, fungsi penciuman, ada keluhan/tidak
j. Mulut
Warna, kebersihan, keadaan gigi, ada keluhan/tidak
k. Leher
JPV, Tiroid, KGB, Ada keluhan/tidak
l. Jantung dan Paru
Suara nafas dan jantung, irama pernafasan dan jantung, taktil premitus
m. Payudara
Kebersihan payudara, aerola menghitam/tidak, putting susu, pembesaran,
edema, ada keluhan/tidak
n. Abdomen
Bentuk, ada nyeri tekan atau tidak, bising usus, edema, ada keluhan/tidak
o. Genitalia
Kebersihan, kemerahan, nyeri, keluhan ada/tidak
p. Punggung
Kebersihan, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak
q. Ekstremitas
- Atas
Kebersihan, warna, reflek (bisep,trisep), ROM, ada keluhan/tidak
- Bawah
Kebersihan, edema, varises, warna, reflek (patella, Babinski), ROM,
Ada keluhan/tidak
Data fokus :
Ditemukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan
melalui daerah yang sempit di pylorus. Teraba tumor pada saat gerakan
peristaltic tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak
diberi minum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
2. Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Peenerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
3. Sacharin, Rosa M.1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakata.
4. Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi
dan Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.
5. Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Nuha Medika.
Yogyakarta.
6. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatn Pediatrik. EGC: Jakarta.
7. Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC,1997. Jakarta
8. Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran,
9. EGC, 1997, Jakarta
10. Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2003. Jakarta
11. Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas Aerlangga,
Edisi 4, EGC, 1995, Jakarta
12. Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.1995. Jakata