Atresia Esofagus Penatalaksanaan

14
A. Penatalaksanaan (Sudarti. 2010) 1. Tindakan sebelum operasi Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain : a. Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan nutrisi bayi b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o d. NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction rutin e. Monitor vital signs. Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan pehatin khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai

Transcript of Atresia Esofagus Penatalaksanaan

Page 1: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan (Sudarti. 2010)

1. Tindakan sebelum operasi

Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk

bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :

a. Cairan intravena mengandung glukasa untuk kebutuhan nutrisi bayi

b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena

c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator,

spine dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o

d. NGT dimasukkan secara oral dann dilakukan suction rutin

e. Monitor vital signs.

Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan pehatin

khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator

mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan

ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam

lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini

dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube

sampai kepintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan

tekanan rendah.

Echochardiography  atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia

esophagus penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui

apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan

penanganan segera.

2. Tindakan selama operasi

Pada umumnya operrasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai

hal yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan

gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara

pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi

lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang

Page 2: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari lambung sehingga

mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi

memperberat fungsi pernapasan.

Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan

melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan

thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi benr-benar

teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk

memisahkan fistula dari memperbaiki esophagus.

Pada prnsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas

anatomi. Tindakan operasi dari atresia esophagus mencakup :

a. Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan

akses vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan

yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung

b. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan

mengetahui lokasi fistula

c. Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di

depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada

H-fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan

fistula tanpa memperbaiiki esophagus. Esophagus

d. Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara

diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua

ujung proximal dan distal dan esofagus

e. Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu

jarak antara esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini

disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus

dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan

delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil

Page 3: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy,

maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan

primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas

vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga

makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.

3. Tindakan setelah operasi

Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan

secara rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk

terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak

menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk

pemberian makanan.

B. Pemeriksaan Diagnosis (Ngastiyah. 2005)

1. Anamnesis

a. Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang

menyebabkan kenaikan frkuensii bayi bayi yang lahir premature.

Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan

ibu disertai hidramnion, hendaknya dilakukan katerisasi esophagus

dengan kateter no 6-10F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10

cm, maka harus diduga terdapat atresia esophagus.

b. Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai dengan air liur

yang meleleh ke luar, harus dicurigai terdapat atresia esophagus.

c. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis

karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.

d. Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi atau

kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeo-

esofagus.hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.

Page 4: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

2. Pemeriksaan fisis

Ditemukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan

melalui daerah yang sempit di pylorus. Teraba tumor pada saat gerakan

peristaltic tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak

diberi minum.

3. Pemeriksaan penunjang

Dengan memberikan barium peroral didapatkan gambaran radiologis yang

patognomonik barupa penyempitan pylorus yang relative lebih panjang.

4. Gambaran Radiologik

Pada barium per os, yang patognomonik pada kelainan ini ialah penyampitan

pylorus yang relative lebih panjang

5. Diagnosis lainnya

a. Antenatal

Atresia esophagus dapat dicurigai pada USG bila didapati polihidramion

pada Ibu, abdomen yang kecil pada janin, dan pembesaran ujung

esophagus bagian atas. Dugaan juga semakin jelas bila didapati kelainan-

kelainan lain yang bekaitan dengan atresia esophagus.

b. Diagnosis klnis

Bayi dengan sekresi air liur dan ingus yang sering dan banyak harus

diasumsikan menderita atresia esophagus sampai terbkti tidak ada.

Diagnosis dibuat dengan memasukkan kateter/NGT ke dalam mulut,

berakir pada sekitar 10 cm dari pangkal gusi. Kegagalan untuk

memasukan kateter ke lambung menandakan adanya atresia esophagus.

Ukuran kateter yang lebih kecil bisa melilit di kantong proximal

sehingga bisa membuat kesalahan diagnosis adanya kontinuitas

esophagus. Radiografi dapat membuktikan kepastian bahwa selang tidak

tidak mencapai lambung. Selang tidak boleh dimasukkan dari hidung

karena dapat merusak saluran napas atas. Dalam kedokteran modern,

Page 5: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

diagnosis dengan  menunggu bayi tersedak atau batuk pada pemberian

makan pertama sekali, tidak disetujui lagi.

c. Diagnosis Anatomis

Tindakan penanganan tergantung dari variasi anatomi. Penting untuk

mengetaui apakah ada fistula pada satu atau kedua segmen esophagus.

Juga penting untuk mengetahui jarak antara kedua ujung esophagus.

Bila tidak ada fistula distal, pada foto thorax dengan selang yang

dimasukkan melalui mulut akan menunjukan segmen atas esophagus

berakhir diatas medistinum. Dari posisi lateral dapat dilihat adanya

fistula dan udara di esophagus distal. Dari percabangan trakea bisa

dilihat letak dari fistula.

Tidak adanya udara atau gas pada abdomen menunjukkan adanya suatu

atresia tanpa disertai fistula atau atresia dengan fistula trrakeosofageal

proximal saja. Jika didapati ujung kantong esophagus proximal, bisa

diasumsikan bahwa ini adalah atresia esophagus tanpa fistula. Adanya

udara atau gas pada lambung dan usus menunjukan adanya fistula

trakeoesofageal distal.

Pada bayi dengan H-Fistula (Gross Tipe E) agak berbeda karena

esophagus utuh. Anak dapat menelan, tetapi dapat tersedak dan batuk

saat makan. Bila udara keluar daro fistula dan masuk kesaluran

pencernaan akan menimbulkan distensi abdomen, selain itu,  aspirasi

makanan yang berulang akan menyebabkan infekasi saluran pernapasan .

diagnosis dapat diketahui dengan endoskopi atau penggunaan kontras.

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah Rutin

Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran

pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan

Page 6: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

b. Elektrolit

Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaaan lain yang menyertai

c. Analisa Gas Darah Arteri

Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada

bayi

d. BUM dan Serum Creatinin

Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai

e. Kadar Gula Darah

Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai

7. Diagnosis Banding

a. Pilorospasme, yang gejalanya akan hilang setelah anak diberi

spasmolitikum.

b. Prolaps mukosa lambung.

Tindakan ; anak disiapkan untuk operasi pyloromyotomi cara fredet-

ramstedt. Operasi ini mudah dan memberikan penyembuhan yang

memuaskan.

C. Pengkajian

1. Wawancara

a. Identitas Anak

b. Identitas Penanggung Jawab

c. Riwayat kesehatan sekarang

d. Riwayat kesehatan masa lalu (Parental ,Intranatal dan Neonatal)

e. Riwayat kesehatan keluarga

f. Riwayat immunisasi

g. Riwayat social, ekonomi, spiritual

Page 7: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

2. Pemeriksaan fisik (Head to toe)

a. Keadaan umum

Kesadaran, BB sebelum sakit, BB sekarang, TB, TTV

b. Kulit

Struktur kulit, warna, luka, kelainan, keluhan

c. Kepala

Bentuk, kebersihan kulit kepala, luka ada/tidak, kulit kepala normal

halus/tidak, keluhan

d. Rambut

Warna rambut, distribusi, kebersihan, rambut rontok

e. Dahi

Bentuk dahi, ada keluhan/tidak

f. Mata

Kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil,sclera, fungsi penglihatan,

pergerakan bola mata, nyeri tekan, keluhan

g. Muka

Bentuk muka, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak, ada edema/tidak

h. Telinga

Simetris/tidak, kebersihan, fungsi pendengaran, ada keluhan/tidak

i. Hidung

Bentuk hidung, kebersihan, fungsi penciuman, ada keluhan/tidak

j. Mulut

Warna, kebersihan, keadaan gigi, ada keluhan/tidak

k. Leher

JPV, Tiroid, KGB, Ada keluhan/tidak

l. Jantung dan Paru

Suara nafas dan jantung, irama pernafasan dan jantung, taktil premitus

Page 8: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

m. Payudara

Kebersihan payudara, aerola menghitam/tidak, putting susu, pembesaran,

edema, ada keluhan/tidak

n. Abdomen

Bentuk, ada nyeri tekan atau tidak, bising usus, edema, ada keluhan/tidak

o. Genitalia

Kebersihan, kemerahan, nyeri, keluhan ada/tidak

p. Punggung

Kebersihan, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak

q. Ekstremitas

- Atas

Kebersihan, warna, reflek (bisep,trisep), ROM, ada keluhan/tidak

- Bawah

Kebersihan, edema, varises, warna, reflek (patella, Babinski), ROM,

Ada keluhan/tidak

Data fokus :

Ditemukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan

melalui daerah yang sempit di pylorus. Teraba tumor pada saat gerakan

peristaltic tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak

diberi minum.

Page 9: Atresia Esofagus Penatalaksanaan

DAFTAR PUSTAKA

1. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.

2. Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Peenerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

3. Sacharin, Rosa M.1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakata.

4. Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi

dan Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.

5. Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Nuha Medika.

Yogyakarta.

6. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatn Pediatrik. EGC: Jakarta.

7. Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku kedokteran. EGC,1997. Jakarta

8. Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran,

9. EGC, 1997, Jakarta

10. Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2003. Jakarta

11. Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas  Aerlangga,

Edisi 4, EGC, 1995, Jakarta

12. Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.1995. Jakata