atika

20
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Bidang studi : Ilmu kesehatan anak Topik : Sindrom Nefrotik Sasaran : Pasien, keluarga pasien, pengunjung poli anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang Tempat : Ruang tunggu poli anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang Hari / Tanggal : Jum’at / 6 Desember 2013 Waktu pertemuan : 10.00 – 11.00 WIB 1. Tujuan instruksional umum (TIU) Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran dapat mengetahui tentang sindrom nefrotik. 2. Tujuan instruksional khusus (TIK) Setelah dilakukan penyuluhan diharapka sasaran dapat mengetahui tentang: a. Pengertian sindrom nefrotik b. Tanda dan gejala sindrom nefrotik c. Etiologi sindrom nefrotik d. Penanganan dan perawatan sindrom nefrotik e. Hal yang diperhatikan pasien dalam pengobatan 3. Sasaran

Transcript of atika

Page 1: atika

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Bidang studi : Ilmu kesehatan anak

Topik : Sindrom Nefrotik

Sasaran : Pasien, keluarga pasien, pengunjung poli anak

RSUP.Dr.M.Djamil Padang

Tempat : Ruang tunggu poli anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang

Hari / Tanggal : Jum’at / 6 Desember 2013

Waktu pertemuan : 10.00 – 11.00 WIB

1. Tujuan instruksional umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran dapat mengetahui tentang

sindrom nefrotik.

2. Tujuan instruksional khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan diharapka sasaran dapat mengetahui tentang:

a. Pengertian sindrom nefrotik

b. Tanda dan gejala sindrom nefrotik

c. Etiologi sindrom nefrotik

d. Penanganan dan perawatan sindrom nefrotik

e. Hal yang diperhatikan pasien dalam pengobatan

3. Sasaran

Sasaran dalam kegiatan promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) ini adalah:

a. Pasien poli anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang

b. Keluarga pasien poli anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang

c. Pengunjung poli anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang

4. Materi

Materi dalam kegiatan promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) ini adalah

Sindrom nefrotik yang meliputi pengertian sindrom nefrotik, tanda dan gejala

Page 2: atika

sindrom nefrotik, etiologi sindrom nefrotik, penanganan dan perawatan

sindrom nefrotik, serta hal yang diperhatikan pasien dalam pengobatan.

5. Metode

Metode dalam kegiatan promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) ini

menggunakan :

a. Seminar

b. Tanya jawab

6. Media

Media yang digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan rumah sakit

(PKRS) adalah :

a. LCD

b. Leafleat

7. Kegiatan penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1.

5 Menit

1. Pembukaan

2. Menyampaikan

salam

3. Menyampaikan

tujuan

1. Membalas salam

2. Memperhatikan

2. 30 Menit 1. Menyampaikan

materi

2. Memberikan

penjelasan

3. Memberikan

kesempatan peserta

bertanya tentang

materi yang

disajikan

4. Menjawab

pertanyaan dari

1. Menyimak dan

memperhatikan

2. Bertanya

3. Memperhatikan

Page 3: atika

peserta. 

3. 10 Menit Evaluasi selama proses Menjawab secara lisan

4.

10 menit

1. Penutup

2. Kesimpulan

3. salam

1. Memperhatikan

2. Memberi salam

8. Pengorganisasian

a. Moderator : Nova Febrianti Yusuf

b. Pemateri : Atika Pratiwi

c. Observer : Pardika Kusuma Wardani

d. Fasilitator :

- Raymona Asril

- Prima Juwita

- Risna Wahyuni

- Sartika

9. Setting tempat

Keterangan :

: Moderator : Observer

: Pemateri : Fasilitator

LCD

Audience

(tempat duduk tunggu)

Page 4: atika

10. Kriteria evaluasi

a. Kriteria struktur

- Audience / peserta PKRS sudah datang dan berkumpul di depan poli

anak RSUP.Dr.M.Djamil Padang dan siap untuk mengikuti kegiatan.

- Tim pelaksana telah siap baik alat maupun kelengkapan lainnya,

sehingga kegiatan PKRS dapat segera dimulai pada jam 09.00 WIB

- Jumlah audience ± 10 orang

b. Kriteria proses

- Audience / peserta PKRS dengan tenang dan tertib memperhatikan

serta mendengarkan penyampaian materi

- Suara pemateri dapat didengar jelas dan dipahami oleh Audience /

peserta PKRS.

- Ada umpan balik dari Audience / peserta PKRS terhadap meteri yang

disampaikan, terbukti dengan adanya pertanyaan disela sela penyajian

c. Kriteria hasil

- Seluruh materi sudah tersampaikan

- Audience / peserta PKRS dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh pemateri.

11. Referensi

http://www.artikelkedokteran.com/850/sindrom-nefrotik.html

http://mantrigaoll.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-anak-

dengan-nefrotik.html

http://growupclinic.com/2012/05/03/penanganan-terkini-sindrom-nefrotik-

gangguan-ginjal-tersering-pada-anak/

Page 5: atika

SINDROM NEFROTIK PADA ANAK

A. Pengertian

Sindrom nefrotik adalah suatu kelainan ginjal yang menyebabkan

tubuh untuk mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine. Sindrom

nefrotik biasanya disebabkan oleh kerusakan pada kelompok-kelompok

pembuluh darah kecil dalam ginjal bahwa limbah filter dan kelebihan air

dari darah. Sindrom nefrotik menyebabkan pembengkakan (edema),

khususnya di kaki dan pergelangan kaki, dan meningkatkan risiko masalah

kesehatan lainnya. Pengobatan untuk sindrom nefrotik termasuk merawat

kondisi yang mendasarinya yang menyebabkan dan mengonsumsi obat.

Sindrom nefrotik dapat meningkatkan risiko infeksi dan pembekuan darah.

Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari

kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans,

1996 : 953).

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,

hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat

hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. (Ngastiyah, 1997).

B. Etiologi

Sindrom nefrotik biasanya disebabkan oleh kerusakan pada kelompok

pembuluh darah kecil (glomeruli) dari ginjal. Glomeruli menyaring darah

saat melewati ginjal, memisahkan hal-hal yang dibutuhkan dan yang tidak

dibutuhkan tubuh. Glomeruli sehat dapat menjaga protein darah, terutama

albumin yang diperlukan untuk mempertahankan jumlah yang tepat dari

cairan dalam tubuh. Ketika rusak, glomeruli memungkinkan protein darah

terlalu banyak untuk meninggalkan tubuh, yang menyebabkan sindrom

nefrotik. Banyak penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan

glomerulus dan menyebabkan sindrom nefrotik, termasuk:

1. Penyakit perubahan minimal Penyebab paling umum dari sindrom

nefrotik pada anak, gangguan ini mengakibatkan fungsi ginjal yang

Page 6: atika

abnormal, tetapi ketika jaringan ginjal diperiksa di bawah mikroskop,

tampak normal atau mendekati normal. Penyebab fungsi abnormal

biasanya tidak dapat ditentukan. 2. Focal segmental glomerulosclerosis

Ditandai dengan tersebarnya jaringan parut dari beberapa glomeruli,

kondisi ini bisa terjadi akibat penyakit lain atau cacat genetik atau terjadi

tanpa alasan yang diketahui.

3. Membranous nephropathy Merupakan gangguan ginjal hasil dari

penebalan membran dalam glomeruli. Penyebab pasti dari penebalan tidak

diketahui, tetapi kadang-kadang berhubungan dengan kondisi medis

lainnya, seperti hepatitis B, malaria, lupus dan kanker.

4. Penyakit ginjal diabetes Diabetes dapat menyebabkan kerusakan ginjal

(nefropati diabetes) yang mempengaruhi glomeruli.

5. Sistemik lupus eritematosus Merupakan penyakit inflamasi kronis dapat

menyebabkan kerusakan ginjal serius.

6. Amiloidosis Gangguan ini terjadi ketika zat yang disebut protein

amiloid terakumulasi dalam organ-organ. Penumpukan amiloid sering

mempengaruhi ginjal dan merusak sistem penyaringan.

7. Bekuan darah dalam vena ginjal Trombosis vena ginjal terjadi ketika

gumpalan darah menyumbat vena yang terhubung ke ginjal, dapat

menyebabkan sindrom nefrotik.

8. Gagal jantung Beberapa bentuk gagal jantung, seperti perikarditis

konstriktif dan gagal jantung yang parah dapat menyebabkan sindrom

nefrotik.

Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-

akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu

reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya

menjadi:

1. Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi

maternofetal. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom

nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu

cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa

Page 7: atika

neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya

penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

2. Sindrom nefrotik sekunder

Disebabkan oleh:

a. Malaria kuartana atau parasit lain.

b. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura

anafilaktoid.

c. Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena

renalis.

d. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis

membranoproliferatif hipokomplementemik.

3. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )

Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan

pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk

membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati

membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis

fokal segmental.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom

nefrotik adalah:

1. Pembengkakan (edema), khususnya di sekitar mata dan di

pergelangan kaki dan kaki

2. Urin berbusa, yang mungkin disebabkan oleh kelebihan protein

dalam urin

3. Meningkatnya berat badan karena retensi cairan yang berlebihan

4. sembab, yang tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom

nefrotik. Seringkali sembab timbul secara lambat sehingga

keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase awal

sembab sering bersifat intermiten;  biasanya awalnya tampak pada

daerah-daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah

(misal, daerah periorbita, skrotum atau labia). Akhirnya sembab

Page 8: atika

menjadi menyeluruh dan masif (anasarka). Sembab berpindah

dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka

pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian menjadi bengkak

pada ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat

lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Pada

penderita dengan sembab hebat, kulit menjadi lebih tipis.

5. Gangguan gastrointestinal/ sering timbul dalam perjalanan

penyakit sindrom nefrotik. Diare sering dialami pasien dengan

sembab yang disebabkan sembab mukosa/ lapisan usus.

Hepatomegali/ pembesaran hati disebabkan sintesis albumin yang

meningkat, atau edema atau keduanya. Pada beberapa pasien, nyeri

perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom

nefrotik yang sedang kambuh karena sembab dinding perut atau

pembengkakan hati. Nafsu makan menurun karena edema.

Anoreksia(tidak nafsu makan) dan terbuangnya protein

mengakibatkan malnutrisi berat. Keadaan ini dapat diatasi dengan

pemberian infus albumin dan diuretik.

6. Gangguan psikososial/interaksi, Anak sering mengalami gangguan

psikososial, seperti halnya pada penyakit berat dan kronik

umumnya yang merupakan stres nonspesifik terhadap anak yang

sedang berkembang dan keluarganya. Kecemasan dan merasa

bersalah merupakan respons emosional, tidak saja pada orang tua

pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang

tua serta perawatan yang terlalu sering dan lama menyebabkan

perkembangan dunia sosial anak menjadi terganggu.

D. Klasifikasi

Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:

1.     Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic

syndrome).

Page 9: atika

Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia

sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya

terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.

2. Sindrom Nefrotik Sekunder

Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus

eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi

system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.

3. Sindrom Nefrotik Kongenital

Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif

autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya

pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini

resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada

tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis

E. Patofisiologi

a. Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah

proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi

sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas

dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang

terkait dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding

kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran

albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam

tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya

diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).

b. Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang

terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia,

pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun

dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara

fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan

onkotik/ osmotic intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus

keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia.

Page 10: atika

Keluarnya cairan keruang intertisial menyebabkan edema yang

diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995: 833).

c. Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume

darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif,

sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang

mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini

mengaktifkan system rennin angiotensin yang akan meningkatkan

konstriksi pembuluh darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan

pada reseptor volume atrium yang akan merangsang peningkatan

aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal dan

merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan

reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan

peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang

natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein

A Latas, 2002: 383).

d. Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic

hormone akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada sindrom

nefrotik kadar kolesterol, trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat

yang disebabkan oleh hipoproteinemia yang merangsang sintesis

protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya katabolisme lemak yang

menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini

dapat menyebabkan arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383).

F. prognosis

Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Menderita untuk pertamakalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di

atas 6 tahun.

2. Disertai oleh hipertensi.

3. Disertai hematuria.

Page 11: atika

4. Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.

5. Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.

Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi

respons yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-

kira 50% di antaranya akan relapse berulang dan sekitar 10%  tidak

memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Urine

Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine

kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin,

mioglobin, porfirin.

b. Darah

Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.

Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat

sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis)

atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan

magnesium meningkat. Albumin < 2,5 g / dl, kolesterol dan trigliserid

meningkst.

2. Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.

H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sindrom nefrotik adalah:

1. Infeksi sekunder      : mungkin karena kadar immunoglobulin yang

rendah akibat hipoalbuminemia

2. Syok                         : terjadi terutama hipoalbuminemia berat

(< 1mg/100ml) yang menyebabkan hipovolemi berat sehingga terjadi

syok.

3. Malnutrisi

Page 12: atika

4. Gagal ginjal

I. Penatalaksanan

1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan

keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga

dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring selama diuresis jika

terdapat kehilangan berat badan yang cepat.

2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai

1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika

telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat

dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha

memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan

kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus

mengandung 2-3 gram    protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang

mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin

masukan yang adekuat.

3. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan

kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang

sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong

urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut

dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga

tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok

yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.

4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema

kelopak mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka

harus diswab dengan air hangat.

5. Kemoterapi:

a. Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang

mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari

hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari.

Page 13: atika

Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan

setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek 

samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan,

osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan

hipertensi.

b. Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk

mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton

dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini

didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini

termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.

6. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri

abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan

memberikan infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.

7. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik

cenderung mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi

virus juga merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid

dan siklofosfamid.

8. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat,

penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan

dekubitus.

9. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali

tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini

merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang

berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah

sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua

sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini.

Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena

mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumah sakit.