Asupan Gizi Untuk Kep Andrew
-
Upload
andre-ludji -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
description
Transcript of Asupan Gizi Untuk Kep Andrew
ASUPAN GIZI UNTUK KEP
Penanggulangan KEPPelayanan gizi (Depkes RI, 1998)Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut : (1) Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun. (2) Balita KEP sedang; (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya. (c) Balita KEP berat : harus dirawat inap dan dilaksanakan sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
Kegiatan penanggulangan KEP balitaKegiatan penanggulangan KEP balita meliputi : (1) Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita beradsarkan berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada saat itu.Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri. (2) Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita gar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi : pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.
ReferensiAlmatsier,S.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Jakarta, 1998.
PENCEGAHAN KURANG ENERGI PROTEINPelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah
sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut :
1. Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
2. Balita KEP sedang; (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya.
3. Balita KEP berat : harus dirawat inap di RS dan dilaksanakan sesuai pemenuhan kebutuhan nutrisinya.
Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi :Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita beradsarkan berat
badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada saat itu.Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya dengan tepat dalam hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan status gizi dengan KMS atau standar antropometri.
Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita gar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak semakin berat kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi : pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.
Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
Balita KEP sedang;
1. Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.
2. Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya
PENANGGULANGAN KURANG ENERGI PROTEIN Untuk KEP tanpa gejala klinis, secara umum cukup memperbaiki intake makanan yang masuk kedalam tubuh. Untuk KEP dengan gejala klinis (Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus-Kwashiorkor) dapat ditangulangi dengan penatalaksanaan sebagai berikut :Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)1.1. Penanganan hipoglikemi1.2. Penanganan hipotermi1.3. Penanganan dehidrasi1.4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit1.5. Pengobatan infeksi1.6. Pemberian makanan1.7. Fasilitasi tumbuh kejar1.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro1.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental1.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh2. Pengobatan penyakit penyerta1. Defisiensi vitamin ABila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kaliBila ada ulkus dimata diberikan :· Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari· Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari· Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali2. DermatosisDermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.Tatalaksana :1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10 menit2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)3. usahakan agar daerah perineum tetap kering4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral3. Parasit/cacingBeri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik lain.4. Diare melanjutDiobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain
dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.5. TuberkulosisPada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.3. Tindakan kegawatan 1. Syok (renjatan)Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan keduanya secara klinis saja.Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.Pedoman pemberian cairan :Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.Evaluasi setelah 1 jam :§ Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi ® syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).§ Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)2. Anemia beratTransfusi darah diperlukan bila :
Hb < 4 g/dl Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah :Ø Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah yang sama.Ø Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
Program penanggulangan KEP
Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk
ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk
menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium.
Penentuan status gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut :
1. Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di
rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah
(bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
2. Balita KEP sedang; (a) Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan
dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya. (b) Penderita rawat
inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan energi 20-50%
diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan
penyakitnya.
3. Balita KEP berat : harus dirawat inap di RS dan dilaksanakan sesuai pemenuhan
kebutuhan nutrisinya.
Kegiatan penanggulangan KEP balita meliputi :
a) Penjaringan balita KEP yaitu kegiatan penentuan ulang status gizi balita beradsarkan
berat badan dan perhitungan umur balita yang sebenarnya dalam hitungan bulan pada
saat itu.Cara penjaringan yaitu balita dihitung kembali umurnya dengan tepat dalam
hitungan bulan, balita ditimbang berat badannya dengan menggunakan timbangan
dacin, berdasarkan hasil perhitungan umur dan hasil pengukuran BB tersebut tentukan
status gizi dengan KMS atau standar antropometri.
b) Kegiatan penanganan KEP balita meliputi program PMT balita adalah program
intervensi bagi balita yang menderita KEP yang ditujukan untuk mencukupi kebutuhan
zat gizi balita gar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik (pita hijau
dalam KMS), pemeriksaan dan pengobatan yaitu pemeriksaan dan pengobatan untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga
balita KEP tidak semakin berat kondisinya, asuhan kebidanan/keperawatan yaitu untuk
memberikan bimbingan kepada keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP
sehingga dapat mencapai status gizi yang baik melalui kunjungan rumah dengan
kesepakatan keluarga agar bisa dilaksanakan secara berkala, suplementasi gizi/ paket
pertolongan gizi hal ini diberikan untuk jangka pendek. Suplementasi gizi meliputi :
pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis
100.000 IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU);
kapsul minyak beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak,
mengandung 200 mg yodium diberikan 1x dalam setahun.
c) Balita KEP ringan, memberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di
rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah
(bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.
d) Balita KEP sedang;
Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan vitamin serta
teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.
Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein, dengan kebutuhan
energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan
diet sesuai dengan penyakitnya.
Adapun penanggulangan lainnya pada penderita KEP yaitu :
1. Jangka pendek
a. Upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di posyandu
b. Rujukan kasus KEP dengan komplokasi pengakit di RSU
c. Pemberian ASI Eklusif untuk bayi usia 0-6 bulan
d. Pemberian kapsul vitamin A
e. Pemberian makanan tambahan (PMP)
f. Pemulihan bagi balita gizi buruk dengan lama pemberian 3 bulan
g. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga miskin usia6-
12 bulan
h. Promosi makanan sehat dan bergizi
2. Jangkah menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
3. Jangkah panjang
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
b. Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan kemiskinan dan
ketahanan pangan.
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein ( KEP ) juga dapat dilakukan dengan
meningkatkan asupan protein. Secara umun dikenal dua jenis protein yaitu protein
yang berasal dari hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein
hewani dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan
susu. Protein nabati terutama berasal dari kacang-kacangan serta bahan makanan yang
terbuat dari kacang (Elly Nurachmah, 2001:15).
Protein kacang-kacangan mempunyai nilai gizi lebih rendah
dibandingkan dengan protein dari jenis daging (protein hewani). Namun, kalau
beberapa jenis protein nabati dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat, dapat
dihasilkan campuran yang mempunyai nilai kualitas protein lengkap. Selain itu,
sumber protein nabati juga lebih murah harganya dibandingkan dengan sumber protein
hewani, sehingga dapat terjangkau oleh daya beli sebagian masyarakat (Achmad
Djaeni, 1999:120)
Tempe adalah makanan khas Indonesia. Menurut Anggrahini (1983)
dalam Novalia Anggraini (2007), tempe merupakan sumber protein nabati yang
mempunyai nilai gizi yang tinggi daripada bahan dasarnya. Tempe dibuat dengan cara
fermentasi yaitu dengan menumbuhkan kapang Rhizopus oryzae pada kedelai matang
yang telah dilepaskan kulitnya. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan. Kedelai kering mengandung protein
34,9% tiap 100 gr, sedangkan kedelai basah mengandung protein sebanyak 30,2% tiap
100 gr (Achmad
Djaeni, 1999:121). Tempe dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dengan
konsumsi rata-rata per hari per orang 4,4 gr sampai 20,0 gr. Tempe dapat
diperhitungkan sebagai sumber makanan yang baik gizinya karena mempunyai
kandungan protein, karbohidrat, asam lemak esensial, vitamin dan mineral (Novalia
Anggraini, 2007).
Sedangkan Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh.
Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
menyebabkan obesitas. Kelebihan protein dapat menimbulkan masalah lain, terutama
pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus
memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan
menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah,
kenaikan ureum darah dan demam(Sunita, 2003:104).