asuhan keperawatan trakoma
Click here to load reader
-
Upload
himmanafistshoffiljihadi -
Category
Documents
-
view
231 -
download
63
description
Transcript of asuhan keperawatan trakoma
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer
sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain.
kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan (Brunner dan Suddarth, 2001).
Insiden Trakoma lebih tinggi tercatat di iklim panas, lembab karena praktik
kebersihan masih dibawah standart. Infeksi ini dapat mengenai semua umur
terutama remaja dan anak-anak. Periode inkubasi 5- 14 hari. Bentuk akut lebih
infeksius dari pada bentuk sikatris. Infeksi juga menyebar melalui kontak
langsung atau bahan kontak. Umumnya dari anggota keluarga yang lain. Factor
serangga khususnya lalat, juga dapat berperan sebagai penular Gejalanya
Epifora, fotofobia, edema kelopak mata, dan konjungtiva, Drainase berlebihan,
Jaringan parut kelopak mata, dan kelopak mata berputar kedalam menyebabkan
bulu mata mengabrasi kornea. Pertumbuhan pembulu darahbaru dari marjin
kornea-sklera. Komplikasi trakoma adalah parut konjungtiva yang akan
mengubah lapisan air mata, menyebabkan entropion dan trikiasis dengan segala
akibatnya yaitu Ulkus kornea, Infeksi bacterial kornea, Dan Parut kornea
(Menurut Patricia Gonce Morton, 2003).
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaiman anatomi fisiologi penglihatan ?
1.2.2 Apa definisi dari trakoma ?
1.2.3. Apa saja klasifikasi dari trakoma ?
1.2.4. Apa saja etiologi dari trakoma ?
1.2.5. Bagaimana manifestasi klinis dari trakoma ?
1.2.6. Bagaimana patofisiologi dari trakoma ?
1.2.7. Bagaimana pengobatan dan pencegahan dari trakoma ?
1.2.8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien trakoma ?
-
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien
gangguan trakoma.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui anatomi fisiologi penglihatan.
2. Memahami definisi trakoma.
3. Mengetahui klasifikasi dari trakoma.
4. Mengidentifikasi etiologi trakoma.
5. Mengetahui manifestasi klinis trakoma.
6. Mengetahui patofisiologi trakoma.
7. Mengetahui pengobatan dan pencegahan dari trakoma trakoma.
8. Mengidentifikasi proses keperawatan pada trakoma meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa, dan intervensi
1.4 Manfaat 1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien
gangguan trakoma sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah sistem
sensori dan persepsi.
1.4.2 Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Anatomi fisiologi penglihatan
(Menurut Syaifuddin, 2006)
Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari
organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra
penglihatan, saraf optikus (urat saraf kranial kedua), muncul dari sel-sel
ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.
Organ Okuli assesoria
Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat disekitar bola mata yang
sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri dari :
1. Kavum orbitaSupersilium (alis mata)
2. Palpebra (kelopak mata)
3. Aparatus lakrimalis (air mata)
4. Muskulus okuli (otot mata)
5. Konjungtiva.
Okulus
Okulus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf ke
otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbus okuli dengan otak
dan merupakan bagian penting dari organ visus.
Tunika okuli
Tunika okuli terdiri dari:
1. Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapat melihat membran pupil dan iris.
2. Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian
dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata. Bagian
depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva
-
4
Gambar 2.1 anatomi mata
Tunika vaskulosa okuli
Tunika vaskulosa okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh
rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi atas 3
bagian yaitu Koroid, Korpos seliaris, Iris.
Tunika nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina.
Retina dibagi atas 3 bagian: Pars optika retina, Pars siliaris, Pars iridika.
Retina terdapat di bagian belakang yang berlanjut sampai ke nervus optikus.
Fisiologi Penglihatan
Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat
dan saraf untuk tranduksi sinar. Aparatus optik mata membentuk dan
mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina.
-
5
Gambar 2.2 anatomi fisiologi mata
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantaaraan disebut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini
ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata
menimbulkan bayangan yang letaknya di fokuskan pada retina. Bayangan
akan menembus dan di ubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous.
Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina bersatu
menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
2.2 Definisi
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anak-anak. ( Sidarta
Ilyas, 2006 ).
Trakoma merupakan bentuk konjungtivitis dengan jaringan parut yang
terjadi bilateral, kronik dan disebabkan oleh Chlamidia trachomatis ( Indriana
N. Istiqomah, 2004 ).
-
6
Gambar 2.3 mata dengan trakoma
Trakoma merupakan salah satu jenis penyakit mata yang menular yang
disebabkan oleh Chlamidia Trachomatis serotipe A, B, Ba, atau C yang
termasuk dari konjungtivitis folikular kronik. Clamidia ini termasuk gram
negative. Spesies C trakomatis menyebabkan trakoma, sedangkan serotype D-
K menyebabkan infeksi kelamin dan limfogranulomavenerum ( serotipe L1-
L3). Penyakit ini termasuk 9 penyakit yang menular yang sedang berkembang
di berbagai belahan dunia. Segala umur bisa terkena penyakit ini, khusunya
pada kita yang muda muda dan anak anak. Variasi regional prevalensi dan
berat penyakit bergantung pada variasi higiene individu dan standar
kehidupan masyarakat dunia, keadaan cuaca tempat tinggal, usia saat terkena,
serta frekuensi dan jenis infeksi bakteri mata yang sudah ada.
Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1996 prevalensi
penyakit mata utama khususnya untuk konjungtivitis sebesar 1, 74 %. Seperti
yang kita ketahui, trakoma termasuk infeksi mata yang lama kelamaan akan
menyebabkan kebutaan. Badan kesehatan dunia WHO merillis data bahwa
setidaknya ada 40 45 juta penderita kebutaan (cacat netra)/gangguan
penglihatan. Setiap tahunnya kurang lebih dari 7 juta orang mengalami
kebutaan atau setiap detiknya terdapat satu penduduk bumi menjadi buta dan
perorang mengalami kebutaan perduabelas menit dan ironisnya, kebanyakan
orang yang berada di ekonomi bawah yang terkena gangguan penglihatan
yaitu sekitar 90%. Dan jika ini penyakit ini masih diabaikan WHO
memprediksi pada tahun 2020 gangguan penglihatan akan meningkat menjadi
-
7
2 kali lipat yaitu sekitar 80 90 juta orang. Survey oleh Direktur Jenderal
Bina Kesmas Kementerian Kesehatan RI, Budihardja, beliatu mengatakan
bahwa survey Indra Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993 1996
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia 1,5%-paling tinggi di Asia -
dibandingkan dengan Bangladesh 1%, India 0,7%, dan Thailand 0,3%.
Artinya jika ada 12 penduduk dunia buta dalam setiap 1 jam, empat di
antaranya berasal dari Asia Tenggara dan dipastikan 1 orangnya dari
Indonesia. (Djunaedi, S.Pd.I : 2010). Secara umum, trakoma diderita oleh
sekitar 84 juta orang di 55 negara yang endemis (banyak terdapat penderita
trakoma), dan sekitar 1,3 juta orang diantaranya buta karena penyakit mata
ini. Penyakit ini ditunjukkan pada hasil tertinggi nya yaitu pada usia 3 5
tahun.
Infeksi mata ini banyak ditemukan di daerah Semenanjung Balkan, ras
Yahudi, Penduduk asli Australia dan Indian Amerika. Trakoma yang
membutakan terdapat pada banyak daerah Afrika, beberapa daerah Asia,
diantara suku Aborigin Australia, dan di Brazil Utara. Trakoma yang lebih
ringan yang tak membutakan terdapat di daerah yang sama dan di beberapa
daerah Amerika Latin dan Pulau Pasifik.
2.3 Klasifikasi
Menurut Sidarta Ilyas, 2006 penyakit ini berjalan melalui empat stadium:
Stadium 1(Insipient) : terdapat hipertrofi pupil dengan folikel yang kecil-
kecil pada konjungtiva tartus superior, yang memperlihatkan penebalan dan
kongesti pada pembulu darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila
tidak ada infeksi sekunder. Kelainan kornea sukar ditemukan tetapi kadang-
kadang dapat ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epithelial ringan.
Stadium 2(Established): terdapat hipertrofi papilar dan folikel yang matang
(besar) pada konjungtiva tartus superior. Pada stadium ini dapat ditemukan
pannus trakoma yang jelas. Terdapat hipertrofi pupil yang berat seolah-olah
-
8
mengalahkan gambaran folikel pada konjungtiva superior. Pannus adalah
pembuluh darah yang terletak di daerah limbus atas dengan infiltrate.
Stadium 3(Parut) : terdapat parut pada konjungtiva tartus superior yag
terlihat sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut
folikel pada limbus kornea disebut cekungan Herbert. Gambaran papil mulai
berkurang.
Stadium 4(Sembuh) : suatu pebentukan parut yang sempurna pada
konjungtiva tartussuperior hingga menyebabkan perubahan bentuk pada
tartus yang dapt menyebabkan enteropion dan trikiasis.
2.4 Etiologi
Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret
penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk,
alat-alat kecantikan dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar dari
5 14 hari) (Sidarta Ilyas, 2006).
Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, dan merupakan penyebab
infektif kebutaan tersering di dunia. Penyakit ini endemik didaerah tropis dan
subtropis yang panas dan kering.
Transmisinya berasal dari mata yang terinfeksi, melalui tangan, benda-benda, dan lalat.
Anak kecil mempunyai resiko terbesar Berkaitan dengan higiene pribadi dan masyarakat yang tidak baik Terjadi infeksi berulang:PCR memperlihatkan banyak kasus yang
terinfeksi secara kronik
Insidensinya saat ini menurun namun diperkirakan penyakit ini merupakan penyebab >20 juta kasus kebutaan diseluruh dunia
Penyakit ini masih tetap merupakan penyebab umum kebutaan yang dapat dicegah di afrika, Timur tengah, dan beberapa bagian Asia
Masa inkubasi 5-7 hari
-
9
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Indriana N. Istiqomah, 2004 ada beberapa manifestasi klinis dari
trakoma yaitu :
Epifora
Gambar 2.4 mata mengalami epifora
Fotofobia
Gambar 2.5 mata mengalami fotofobia
Edema kelopak mata dan konjungtiva
Gambar 2.6 edema kelopak mata
Drainase berlebihan Jaringan parut kelopak mata Kelopak mata berputar kedalam menyebabkan bulu mata mengabrasi
kornea
-
10
2.6 Patofisiologi
Menurut Mandal dkk, 2006 Chlamydia merupakan patogen intraseluler yang
bergantung pada sel pejamu untuk mendapatkan energi. Bakteri ini
mempunyai dua bentuk utama, yaitu badan elementer infeksius dan badan
retikulum noninfektif. Pada kasus trakoma, infeksi diikuti oleh respons
inflamasi akut dengan konjungtivitis purulen dan reaksi folikular pada
konjungtiva tarsal superior. Jaringan fibrosis dan pembuluh dan pembuluh
darah baru (pannus) terbentuk bersamaan dengan infeksi berulang, sehingga
menyebabkan kebutaan. Kelopak mata menjadi tebal dan eversi, sehingga
konjungtiva rentan terhadap kerusakan akibat infeksi dan debu. Pada
konjungtivis inklusi, folikel lebih banyak pada konjungtiva tarsal bagian
bawah dan jaringan parut jarang terjadi.
2.7 Komplikasi
Menurut Mandal dkk, 2006
Infeksi bakteri sekunder rekuren Jaringan parut kornea, pembentukan pembuluh darah baru
Gambar 2.7 mata dengan jaringan parut pada kornea
-
11
Eversi kelopak mata
Gambar 2.8 mata dengan eversi kelopak mata
Kebutaan
Gambar 2.9 mata dengan kebutaan
2.8 Pendekatan Diagnostik Menurut Mandal dkk, 2006
Antigen atau badan inklusi pada apusan konjungtiva Kultur PCR untuk DNA klamidia Serologi tidak membantu, tetapi pengukuran antibodi air mata mungkin
membantu.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Uji penglihatan
Bersiaplah melakukan pengkajian dengan mencuci tangan anda kemudian
uji fungsi visual, termasuk ketajaman penglihatan jarak dekat dan jarak jauh,
-
12
perspsi warna dan penglihatan perifer. Lakukan uji penglihatan dalam
ruangan yang cukup terang, tetapi anda dapat mengendalikan jumlah cahaya.
Uji penglihatan jarak jauh
Untuk menguji penglihatan jarak jauh pada klien yang dapat mebaca
bahasa inggris, gunakan grafik alfabet snellen yang berisi berbagai ukuran
huruf. Untuk klien yang buta huruf atau tidak dapat berbicara inggris,
gunakan grafik snellen E yang menunjukkan huruf-huruf dalam berbagai
ukuran dan posisi tersebut dengan jari tangannya.
Uji penglihatan jarak dekat
Uji penglihatan jarak dekat klien dengan memegang grafik snellen atau
kartu dengan kertas Koran berukuran 30,5 35,5 cm didepan mata klien.
Klien yang normalnya memkai kacamata baca harus memakainya untuk uji
ini. Seperti pada penglihatan jarak jauh, uji setiap mata secara terpisah dan
kemudian bersamaan.
Uji persepsi warna
Meminta klien untuk mengidentifikasi pola bulat-bulatan warna pada plat
berwarna. Klien yang tidak dapat membedakan warna tidak akan
mendapatkan polanya.
Uji fungsi otot ekstraokuler
Untuk mengkaji fungsi otot ekstraokuler klien, perawat harus melakukan
tiga tes. Enam posisi cardinal, tes penglihatan, tes terbuka tertutup, dan tes
reflek cahaya corneal.
2.10 Pengobatan dan Pencegahan
Menurut Mandal dkk, 2006
Pengobatan pada trakoma dapat dilakukan dengan cara :
Untuk serangan akut, pengobatan dengan salep mata tetrasiklin dan/ atau tetrasiklin atau azitromisin oral efektif dan membantu untuk mencegah
kasus sekunder. Terapi topikal saja mungkin tidak mengeradikasi infeksi
Pembedahan untuk memperbaiki deformitas kelopak mata dapat mencegah kebutaan pada trakoma.
-
13
Sedangkan pencegahan dari trakoma yaitu :
Pengobatan masal dengan salep tetrasiklin atau azitromisin oral Memperbaiki higiene personal dan sanitasi umum Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan makanan yang bergizi dan
hygiene yang baik mencegah penyebaran.
-
14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TRAKOMA
3.1 Pengkajian
a. Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, suku/ras, pekerjaan, alamat, agama, tanngal
pengkajian, tanggal masuk, No. MR, Dx Medis dan lain-lain.
9 Terjadi pada semua umur terutama remaja dan anak, anak kecil merupakan resiko terbesar)
9 Ras yang banyak terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli australia, dan indian amerika.
3.2 Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Kaji gejala yang dialami klien sesuai dengan gejala yang ditimbulkan, meliputi
gatal dan rasa terbakar / sensasi benda asing pada infeksi bakteri akut da
infeksi virus, nyeri dan fotofobia, keluhan peningkatan produksi air mata, pada
anak anak dapat disertai dengan demam dan keluhan pada mulut dan
tenggorokan. (Indriana N. Isitiqomah, 2004)
2)Riwayat penyakit sekarang
Kaji riwayat detail tentang masalah sekarang. Biasanya nyeri, gatal, mata
selalu berair, kemerahan, edema,mata ngeres, sensitif terhadap cahaya dan
kejang pada kelopak mata.
3)Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi
obat, riwayat operasi mata, riwayat cidera atau terpajan lingkungan yang
tidak bersih.
4)Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang mempunyai gejala
yang sama dengan klien dan dalam keluarga terdapat penderita penyakit
menular (konjungtivitis).
-
15
1.3 Pemeriksaan fisik a. Pengkajian ketajaman mata
Kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat
sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.
b. Kaji rasa nyeri
Terjadi rasa tidak nyaman ringan sampai berat.
c. Kesimetrisan kelopak mata
Terjadi gangguan kesimetrisan kelopak mata akibat timbulnya jaringan parut
pada kelopak mata yang berakibat entropen dan trikiasis (inversi bulu mata).
d. Reaksi mata terhadap cahaya / gerakan mata
Timbul fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang
kelopak mata)
e. Kemampuan membuka dan menutup mata
Timbul gangguan penutupan kelopak mata secara efektif.
f. Pemeriksaan fisik (inspeksi)
Infeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya
pembengkakan akibat inflamasi. (Brunner dan Suddart, 2001)
1.4 Pemeriksaan penunjang Inkulasi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang di
pulas dengan giemsa, namun tidak selalu ada. Inklusi ini tampak sebagai massa
sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti dari sel
epitel. Pulasan antibody fluorescein dan tes immuno assay enzim tersedia
dipasaran dan banyak di pakai di klinik laboratorium. Tes bari tu menggantikan
pulasan giemsa untuk sediaan hapus konjungtiva dan isolasi agen clamidial
dalam biakan sel.
3.5 Analisa data
No Data Etiologi Problem Ttd
1 Ds :Klien mengeluh nyeri
(ringan sampai berat), perih dan
gatal-gatal pada bagian
konjungtiva
Bakteri
Konjungtivis
Bilateral
Gangguan rasa
nyaman
-
16
Do : Lakrimasi (mata selalu
berair), Fotofobia (sensitif
terhadap cahaya) atau
blepharospasme (kejang kelopak
mata), kemerahan pada mata,
edema pada mata
edema, dan
iritasi
konjungtiva
2 Ds : Klien mengeluh mata
ngeres( seperti ada pasir atau
sesuatu yang mengganjal)
Do : kemerahan pada mata
Inflamasi
Infeksi
Adanya sekret
pada mata
Kontak dengan
orang lain
Keterbatasan
pengetahuan
tentang penyakit
Resiko tinggi
penularan
penyakit pada
orang lain
3 Ds : klien mengeluh nyeri, klien
mengeluh mata ngeres (seperti
ada pasir atau sesuatu yang
mengganjal)
DO :kemerahan pada mata,
edema pada mata
Infeksi
Adanya sekret
pada mata
Penurunan
lapang pandang
Resiko tinggi
cidera
3.6Diagnosa keperawatan
1.Gangguan rasa nyaman b/d edema, dan iritasi konjungtiva
2.Resiko tinggi penularan penyakit pada orang lain b/d keterbatasan
pengetahuan tentang penyakit
-
17
3.Resiko tinggi cedera b/d penurunan lapang pandang
3.7 Rencana keperawatan No/
Tgl
Dx Tujuan dan kriteria
hasil
intervensi Rasional Ttd
1 Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam
Keadaan nyeri pasien
berkurang
KH:
9 Klien mengetahui penyebab dari
nyeri
9 Klien menunjukkan cara mengurangi
nyeri
9 Klien menggunakan kaca mata dan
tidak menutup
mata yang sakit
9 Pasien tampak rileks dan tenang
1. Kompres tepi
palpebra
dengan larutan
salin
2. Usap eksudat
secara perlahan
dengan kapas
yang sudah
dibasahi salin
3. Beritahu klien
agar tidak
menutup mata
yang sakit
4. Anjurkan klien
menggunakan
kacamata
(gelap)
5. Kaji
kemampuan
klien
menggunakan
obat mata
6. Kolaborasi
dalam
pemberian
antibiotik,
1. Melepaskan
eksudat yang
lengket pada tepi
palpebra
2.Meminimalkan
penyebaran
mikroorganisme
3. Mata yang tertutup
merupakan media
yang baik bagi
pertumbuhan
mikroorganisme
4. Menurunkan
cahaya yang
masuk pada mata
sehingga
sensitivitas
terhadap cahaya
menurun
5. Mengurangi resiko
kesalahan
penggunaan obat
mata
6.Mempercepat
penyembuhan,
mengurangi nyeri,
-
18
analgesik
ringan,
vasokonstriktor
, antihistamin
oral
mengurangi
dilatasi pada
konjungtivis
alergi
2 Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2x24 jam diharapkan
klien dapat
meningkatkan
pengetahuan.
KH:
9 Klien mengetahui
penyebab resiko
tinggi penularan
penyakit
9 Klien mampu yang cara
mengatasi
penyebab resiko
tinggi penularan
penyakit
9 Klien melakukan
tehnik cuci
tangan yang
tepat
9 Hygiene terjaga,
1. Beritahu klien
untuk
mencegah
pertukaran
sapu tangan,
handuk, bantal
dengan
anggota
keluarga yang
lain
2. Ingatkan klien
untuk tidak
menggosok
mata yang sakit
atau kontak
sembarangan
dengan mata
3. Beritahu klien
tehnik cuci
tangan yang
tepat
4. Bersihkan alat
yang
digunakan
untuk
1. Meminimalkan
resiko penyebaran
infeksi
2. Menghindari
penyebaran
infeksi pada mata
yang lain dan
pada orang lain
3. Prinsip higienis
perlu ditekankan
pada klien untuk
mencegah
replikasi kuman
4. Mencegah infeksi
silang pada klien
yang lain
-
19
tidak ada
penularan dan
penyebaran
infeksi
memeriksa
klien
3 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24jam
diharapkan klien
mampu meningkatkan
lapang pandang optimal
Kriteria hasil :
9 Klien mengetahui
penyebab resiko
tinggi cidera
9 Klien mampu mengatasi
penyebab resiko
tinggi cidera
9 Klien menggunakan
kacamata gelap
9 Tidak terjadi cidera
1. Bersihkan
sekret mata
dengan cara
yang benar
2. Kaji ketajaman
penglihatan,
catat apakah
satu atau dua
mata yang
terlibat.
3.Perhatikan
keluhan
penglihatan
kabur yang
dapat terjadi
setelah
penggunaan
tetes mata dan
salep mata
4.. Gunakan
kacamata gelap
1. Sekret mata
akan
membuat
pandangan
kabur
2. terjadi
penurunan
tajam
penglihatan
akibat sekret
mata.
3. Memberikan
informasi
pada klien
agar tidak
melakukan
aktivitas
berbahaya
sesaat setelah
penggunaan
obat mata
4. Mengurangi
fotofobia
yang dapat
mengganggu
penglihatan
-
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1. Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat
dan saraf untuk tranduksi sinar.
2. Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis
3. Klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui empat stadium:
Stadium insipient, Stadium established , Stadium parut, Stadium sembuh
4. Etiologi trakoma yaitu melaui kontak langsung dengan sekret penderita
trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-
alat kecantikan dan lain-lain
5. Manifestasi klinis trakoma yaitu epifora, fotofobia, edema kelopak mata
dan konjungtiva, drainase berlebihan, jaringan parut kelopak mata,
kelopak mata berputar kedalam
6. Chlamydia merupakan patogen intraseluler yang bergantung pada sel
pejamu untuk mendapatkan energi.
7. Komplikasi trakoma meliputi infeksi bakteri sekunder rekuren, jaringan
parut kornea, eversi kelopak mata, kebutaan.
4.2 Saran Telinga sebagai indra pendengaran sangat berperan penting pada
proses komunikasi sehingga kita harus menjaga kesehatan telinga agar tidak
terjadi kelainan pada telinga apalagi sampai menjalani pembedahan telinga.
-
21
DAFTAR PUSTAKA Brunner and suddarth ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Doengoes, Marilynn. E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedomanuntuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Gonce, M. P. (2003). Panduan pemeriksaan kesehatan. Jakarta: EGC.
Ilyas, Sidarta (2003). Ilmu Penyakit Mata edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Istiqomah, Indriana . N. (2004). Asuhan keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC.
Mandal, B. K, dkk. (2006). Penyakit Infeksi Edisi keenam. Jakarta: Erlangga
Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.
http://www.medicastore.com Kategori Penyakit Penyakit Mata - Tembolok - Mirip.