Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Endokarditis

70
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ENDOKARDITIS DISUSUN OLEH : Agustinus Ominuel AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA 2013

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Endokarditis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ENDOKARDITIS

DISUSUN OLEH :

 Agustinus Ominuel

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM

JAKARTA

2013

 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar       ............................................................................................    i

Daftar Isi                 ............................................................................................    ii

BAB I    PENDAHULUAN

A. Latar Belakang                   ................................................................       1

                        B. Tujuan                                ................................................................       1

C. Ruang lingkup                    ................................................................       2

                        C. Metode Penulisan               ................................................................      2

                        D. Sistematika Penulisan        ................................................................        2

BAB II   TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar                                .....................................................     3

1.      Anatomi Fisiologi  jantung     .....................................................         3

2.      Definisi                                   .....................................................       7

3.      Etiologi                                   ........................................................... 7

4.      Patofisiologi                ................................................................        8

5.      Manifestasi Klinis       ................................................................        10

6.      Pemeriksaan Penunjang          .....................................................       10

7.      Penatalaksanaan Medis           .....................................................       11

8.      Komplikasi                  ................................................................        11

9.      Prognosis                     ................................................................        12

B.     Asuhan Keperawatan        ................................................................        12

1.      Pengkajian                   ................................................................        12

2.      Diagnosa Keperawatan           .....................................................       15

3.      Rencana Keperawatan                        ............................................    15

BAB IV    PENUTUP

A.    Kesimpulan           ................................................................................    22

B.     Saran                     ................................................................................    22

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Endokarditis pertama kali ditemukan oleh Rivera tahun 1946. Endokarditis di bagi menjadi

dua yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif.

Prevalensi paling sering terjadi pada kelainan katup oleh karena rhematik, dan inisering

terjadi pada negara sedang berkembang. Juga pada anak-anak yang dilakukan operasi jantung

untuk mengkoreksi kelainan jantung kongenital.

Pada pasien endokarditis tanpa penyakit jantung sebelumnya kejadian ini sering pada ABE

(Akut Bakterial Endokarditis) terutama anak-anak di bawah 2 tahun, dan pecandu narkotik.

Resiko yang lain untuk terjadinya endokarditis, terutama pada pasen dengan kelainan kongenital

pada jantungnya. Pada negara berkembang insiden endokarditis 1,6 – 4,3 diantara 100.000

penduduk. Angka kematian 20%-40%, meskipun diberikan antibiotik yang cukup. Komplikasi

neurologis endokarditis berkisar 20%-40%, hal ini akan mempertinggi angka kematian (41%-

86%). Maka perlu diketahui gejala klinik secara dini dari endokarditis, maupun komplikasi

neurologisnya dengan harapan angka kematiannya dapat ditekan.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Endokarditis”.

B.      Tujuan penulisan

1.  Tujuan Umum

Untuk melihat gambaran dan pengalaman secara nyata tentang pelaksanaan Asuhan

Keperawatan pada klien dengan endokarditis.

2.  Tujuan Khusus

a.         Melakukan pengkajian pada klien dengan endokarditis.

b.        Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan endokarditis.

c.         Mampu menentukan rencana keperawatan pada klien dengan endokarditis.

d.        Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan endokarditis.

e.         Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan endokarditis.

C.      Ruang Lingkup

Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan yang ada serta

penyusun, maka dalam hal ini penyusun membatasi lingkup bahasannya pada satu kasus yaitu

asuhan keperawatan pada klien dengan endokarditis.

D.      Metode penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif melalui

pendekatan studi kasus dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang asuhan

keperawatan dengan klien endokarditis untuk memperoleh data, penyusun menggunakan metode

kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan

endokarditis.

E.      Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 3 BAB,yaitu :

BAB I        :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan

dan sistematika penulisan.

BAB II      :Tinjauan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi, prognosis, dan Asuhan

Keperawatan.

BAB III     :Penutup meliputi kesimpulan dan saran yang merupakan penjelasan singkat tentang endokarditis

dan perencanaan keperawatan.             

Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.           KONSEP DASAR

1.             Anatomi Fisiologi

Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung yang merupakan

organ pemompa darah serta pembuluh darah yang merupakan pipa panjang mempunyai peran

dalam mengedarkan oksigen,zat makanan, hasil metabolisme, dan hormon kedalam sel-sel

tubuh. Di dalam sel ,darah mengangkut sisa pengelolahan dan membawanya ke organ-organ

tertentu untuk disaring dan dikeluarkan kedalam tubuh.

Berat jantung sekitar antara 300 smpai 350 gram, pada pria dewasa normal dan antara 250

sampai 300 gram, pada wanita normal sekitar 0,5 % dari berat badan. Jantung berbentuk

kerucut,sekitar 12 cm dan lebar 9 cm, kira-kira sebesear satu kepalan tangan. Jantung terletak di

mediastinum antara tulang rusuk ke-2 dan ke-6.Sepetiga bagian jantung terletak disisi kanan

dada dan sisanya di sisi kiri dada. Jantung mempunyai empat ruang dan empat katup, dua ruang

atas disebut atrium dan dua ruang bawah disebut ventrikel yang dijaga oleh katup

trikuspidalis  disebelah kanan dan katup mitral (biskuspidalis) disebalah kiri.Pintu dari ventrikel

kanan menuju arteri pulmonalis dijaga oleh katup pulmonalis dan pintu dari ventrikel kiri

menuju aorta dijaga oleh katup aorta. Pembuluh darah terdiri dari arteri ,vena ,kapiler, dan yang

terkait dengan struktur ini adalah system limfatik.

      Komponen sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transpor tertutup yang terdiri atas beberapa

komponen berikut ini.

1.      jantung : sebagai organ pemompa darah.

2.      Komponen darah : sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.

3.      Pembuluh darah : sebagai media atau jalan dari kopmonen darah.

Dari ketiga komponen tersebut harus memiliki fungsi yang baik, agar seluruh tubuh dapat

menerima pasokan oksigen dan nutrisi yang adekuat.

 Jantung

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan 4 ruang yang terletak di rongga dada, di bawah

perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang

yang berdinding tipis di sebut atrium (serambi), dan dua ruang yang berdinding  tebal di sebut

ventrikel (bilik).

Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang di sebut perikardium. Ke

empat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium

terletak di atas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel di pisah kan satu dan

yang lain oleh katup-katup satu arah.

 Darah

Otot jantung pembuluh darah, sistem konduksi, suplai darah dan mekanisme saraf jantung, harus

bekerja sempurna agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Semua komponen tersebut

akan bekerja sama dalam bentuk denyutan, tekanan dan isi / volume pompa darah untuk

menyuplai aliran ke seluruh jaringan sesuai kebutuhan yang di perlukan tubuh.

Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) dari sistem kardiovaskular. Secar normal

volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70kg

berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5.600 ml. Dari jumlah tersebut sekitar 55% nya

merupakan plasma.

  Pembuluh darah

Komponen ketiga dari transportasi sistem kardiovaskular adalah pembuluh darh komponen ini

terdiri atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena dengan masing-masing perbedaan struktur

yang berhubungan langsung dengan ukuran dan dinding pembuluh darah secara anatomis

terdapat perbedaan antara struktur dinding pembuluh arteri dengan pembuluh vena.

  Arteri

Berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan-jaringan. Oleh karena

itu, sistem arteri mempunyai dinding yang kuatb dan darah mengalir dengan cepat menuju

jaringan. Dinding aorta dan arteri relatif mengandung banyak jaringan elastis. Dinding tersebut

teregang pada saat sistole dan mengadakan rekoil pada saat diastole.

  Arteriol

Arteriol adalah cabang-cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagaikatu pengontrol

untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol juga mempunyai dinding yang kuat.

Arteriol mampu berkonstriksi / menyempit secar komplitatau berdilatasi/ melebar sampai

beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler.

  Kapiler

Secara anatomis struktur kapiler berisi sel endotelium dan bagian terusan kapiler berfungsi untuk

proses difusi. Adanya pori-pori pada bagian akhir kapiler atau perbatasan akhir dari sel

endotelium memfasilitasi terjadinya difusi silang pada garis endotelial. Secara fisiologis kapiler

berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara darah dan ruang interstisial.

  Venula

Dinding venula hanya sedikit lebih tebal dari pada dinding kapiler. Venula berfungsi sebagai

penampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung ke dalam vena yang lebih besar.

  Vena

Ber4frungsi sebagai jalur transportasi darah balik dari jaringan untuk kembali ke jantung. Oleh

karena tekanan dalam sistem vena rendah, maka dinding vena yang tipis namun berotot ini

memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimoan atau

menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.

Tekanan darh di vena yang rendah menyebabkan ketidakmampuan melawan gaya gravitasi.

Untuk mencegah adanya arus balik, maka secara fisiologis vena mempunyai katup untuk

mencegah backflow (arus balik) darah kembali ke kapiler.

           Fungsi sistem kardiovaskular

Fungsi sistem kardiovaskular adalah sebagai berikut :

1.      Transportasi oksigen, nutrisi, hormon, dan sisa buangan hasil metabolisme.

2.      Transportasi dan distribusi panas tubuh.bb

3.      Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Transportasi Oksigen, Nutrisi, Hormon, dan Sisa Buangan

Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah untuk melayani kebutuhan sistem kapiler dan mikro

sirkulasi agar memenuhi keperluan yang sesuai pada jaringan.

Komponen darah akan membawa oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, hormon, dan

elektrolit menuju ke sel dan kemudian mengangkut kembali karbondioksida, urea, asam laktat,

dan sisa-sisa lain hasil buangan dari metabolisme.

Transportasi dan distribusi panas tubuh

Sistem kardiovaskular membantu meregulasi panas tubuh melalui serangkaian pengiriman panas

komponen darah dari jaringan yang aktif, seperti jaringan otot menuju ke kulit dan di sebarkan

ke lingkungan luar.

Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit

Sistem kardiovaskular mempunyai fungsi sebagai media penyimpanan dan transportasi cairan

tubuh dan elektrolit. Kedua substansi ini di kirim ke sel-sel tubuh melalui cairan interstisial yang

di bentuk langsung secara filtrasi, difusi, dan reabsorbsi oleh komponen darah. Sebagai

tambahan agar sel-sel memiliki cairan dan elektrolit yang mencukupi, sistem kardiovaskuler

memompa 1.700 liter darah menuju ke ginjal setiap harinya

      Curah jantung

Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme kontrol regulasi yang di gunakan untuk

meningkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan dengan cara meningkatkan pengeluaran curah

jantung. Pengaturan curah jantung bergantung pada hasil kali denyut jantung dan volume

sekuncup. Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter per-menit. Peningkatan curah

jantung dapat terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung dan / atau volume sekuncup.

2.      Definisi

Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel jantung.

Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Terjadinya endokarditis

rematik karena di sebabkan langsung oleh demam rematik yang merupakan penyakit sistemik

karena infeksi streptokokus. Endokarditis infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang di

sebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas

bilah katub. (arif muttaqin2009).

Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard

atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami

kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung

bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak

disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan

disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur,

virus, dan lain-lain. (wajan juni udjianti 2010).

Endokarditis adalah suatu infeksi pada lapisan endokard jantung( lapisan yang paling dalam

dari otot jantung ) akibat infeksi kuman/ mikroorganisme yang masuk. Biasanya secara normal

selalu ada kuman yang komensal di permukaan luarnya. Pada lapisan ini didapat adanya lesi

spesifik, berupa vegetasi, yang merupakan masa dengan ukuran yang bervariasi, yang terbentuk

platelet, fibrin, mikroba, dan sel- sel inflamasi saling berkaitan satu sama lain.

3.      Etiologi

a.         Streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas.

Sebelum ditemukan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh

streptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi

endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi.

b.        Stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut.

c.         Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob,

jamur, virus, ragi, dan candida.

4.      Patofisiologi

Pada Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Pada

Endokarditis rematik di sebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit rematik yang di

sebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Demam rematik mempengaruhi semua persendian

sehingga menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran yang merupakan dan

bagian yang kerusakannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi,

artinya jantung tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung di rusak oleh organisme

tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitifitas atau reaksi yang terjadi sebagai respons

terhadap streptokokus hemolitikus.

      Endokarditis rematik secara anatomis di manisfestasikan dengan adanya tumbuhan kecil

yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar jarum pentul. Manik-manik

kecil tadi tidak berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katub, namun yang lebih

sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang

secar bertahap menebalkan bilah-bilah katub, menyebabkan menjadi memendek dan menebal di

dinding dengan bilah katub yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna.

Sebagai akibatnya terjadilah kebocoran.

      Pada klien lain, tepi bilah katub yang meradang menjadi lengket satu sama lain

mengakibatkan stenosis katub, yaitu penyempitan lumen katub. Sebagian kecil klien dengan

demam rematik menjadi sakit berat yang diiringi oleh gagal jantung yang berat, disritmia serius,

dan pneumonia rematik. Klien dengan kondisi seperti ini harus di rawat di ruang perawatn

intensif.

      Kebanyakan klien sembah dengan segera dan terlihat normal. Namun, meskipun klien telah

bebas dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap tinggal dan sering

menimbulkan deformitas katub progresif. Beratnya kerusakan jantung atau bahkan keberadaan

nya mungkin tidak tampak pada pemeriksaan fisik selama fase akut penyakit ini namun bising

jantung yang khas pada stenosis katup, regurgitasi, atau keduanya dapat terdegar pada

auskultasi.pada beberapa klien, bahkan dapat terdeteksi adanya getaran pada saat palpasi.

Miokardium biasanya dapat mngompesasi defek katup tersebut degan baik sampai beberapa

waktu tertentu. Selama miokardium masih bisa mengompensasi, klien masih dalam keadaan

sehat.

5.      Manifestasi klinis

a.         Hiperpireksia dan menggigil

b.        Clubbing fingers

c.         Ptechiae pada mukosa tenggorokan di retina mata (roth’s spot) dan kulit dada anemis pucat

d.        Splinter hemorrhagic (emboli di bawah kuku dengan bentuk linier).

e.         Murmur / bising jantung (karena kerusakan katup jantung).

f.         Osler’s nodes (nodul kemerahan, merah muda atau kebiruan) dibagian jalan dalam jari, otot

tenar, dan hipotenar yang terasa nyeri.

6.      Pemeriksaan penunjang

           Laboratorium

Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin

serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan

komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat.

Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang

penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap

hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 -

3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan

bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan

yang positif uji resistansi terhadap antibiotik.

      Echocardiografi

Diperlukan untuk:

-          melihat vegetasi pada katub aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm)

-          melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif.

-          mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis ( prolap mitral, fibrosis, dan calcifikasi

katub mitral ).

-          penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub aorta dan

merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub.

7.        Penatalaksanaan medis

Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan sensitif

terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan yang sensitif

terhadpa penicillin G,diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4 minggu, parenteral untuk

dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis

dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu .  Kuman

streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan

resiko emboli lebih besar  oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang

merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5

mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan

dosis 6 - 12 gr/hari . Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman

resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin

12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah

4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7

mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari,

ampisilin  dan karbenisilin. Untuk penyebab jamur  dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per

hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi.

Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan

tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain

yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga  keseimbangan elektrolit, dan  intake yang cukup .

8.        komplikasi

Komplikasi Endokarditis:

Diantara berbagai manifestasi klinik dari endokarditis komplikasi neurologi merupakan hal yang

penting karena sering terjadi, merupakan komplikasi neurologik. Dapat melalui 3 cara:

1)        penyumbatan dari pembuluh darah oleh emboli yang berasal dari vegetasi endokardial.

2)        infeksi meningen, jaringan otak, dinding pembuluh darah karena septik emboli atau bakterimia.

3)        reaksi immunologis

9.    Prognosis

Pasien tanpa komplikasi yang berat dengan pemakaian antibiotik yang adekuat, prognosis

umumnya baik. Prognosis buruk bila di temukan mikroorganisme yang resisten terhadap

antibiotik, payah jantung, pengobatan terlambat, bakteremia, infeksi terjadi setelah pemasangan,

pasien geriatri tanpa di sertai demam, dan keadaan yang buruk.

B.            ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

Pengkajian ini terdiri atas anamnesis berupa keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dan

riwayat penyakit terdahulu.

Anamnesis

a.       Keluhan utama

Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri tenggorokan. Sesuai

perkembangan penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung, keluhan sesak nafasdan

kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan.

b.      Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, meliputi :

-          Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap infeksi seperti pada klien HIV

atau AIDS.

-          Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.

-          Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara intravena.

-          Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.

c.       Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya

klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus akut, riwayat minum obat, dan adanya

efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan

reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek

samping obat.

d.      Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta bila ada anggota

keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di tanyakan.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.

         B1 (Breathing)

Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak dan frekuensi

nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan tenaga dan kenaikan tekanan

akhir diastolik pada ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi

karena terdapat ke gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan

fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat. Klien biasanya di

dapat kan batuk.

         B2 (Bleeding)

-       Inspeksi

Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium.

Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta ketidakmampuan bahu dan tangan.

-       Palpasi

Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.

-       Auskultasi

Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemik yang

terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di temukan mur-mur pada

seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di curigai adanya infeksi endokarditis.

Perkembangan murmur yang progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan

menunjukan adanya kerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae.

Pembesaran jantung atau adanya bukti gagal jantung kongestif  juga bisa terjadi.

-       Perkusi

Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.

         B3 (Brain)

Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada tenggorokan di sertai eksudat

(awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut

terjadi mungkin karena streptokokus. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala,

iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh emboli

pada arteri serebral.

         B4 (Bladder)

Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya penurunan suplai darah ke

ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan perfusi perifer.

         B5 (Bowel)

Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat badan turun.

Pembesaran dan nyeri tekan  pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih sering pada anak).

         B6 (Bone)

Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal

olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada istirahat / aktivitas. Higiene : kesulitan

melakukan tugas perawatan diri.

2.    Diagnosa keperawatan

Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan utama pada

klien tersebut adalah sebagai berikut :

a.    Aktual/risiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai ke miokardium sekunder karena

penurunan perfusi.

b.   Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau

kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.

c.    Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.

d.   Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi

krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.

e.    Kurang pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya komplikasi.

3.         Rencana  keperawatan

Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah kebutuhan

dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan mengurangi dampak kekambuhan

pada endokarditis rematik. Sehingga komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat di

kurangi. Untuk rencana keperawan fase akut yang di lakukan perawat, meliputi :

Diagnosa I :

Aktual/risiko nyeri b/d penurunan suplai ke miokardium sekunder karena penurunan perfusi.

Tujuan :

Dalam waktu dalam 3 x 24 jam terdapat pnurunan nyeri dada.

Kriteria :

Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif di dapat kan TTV

dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine output >

600ml/hari.

Intervensi

Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan penyebarannya.

Lakukan menejemen nyeri keperawatan.

   Istirahatkan klien

  Menejemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung.

  Ajarkan tehnik relaksasi pernafasan dalam

  Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

  Lakukan menejemen sentuhan

Kolaborasi :

pemberian terapi farmakologis antiangina

Diagnosa II :

Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer b/d tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-

katup pada endokarditis.

Tujuan :

Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perfusi perifer.

Kriteria :

Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat sesuai dengan kebiasaan individu seperti

kebiasaan makan, tanda-tanda vital yang pasti, kehangatan, tekanan nadi perifer, serta

keseimbangan intake dan output.

Intervensi Rasional

Mandiri :

Evaluasi status mental. Catat adanya Indikasi adanya emboli sistemik ke otak.

hemipiralisis tersembunyi, muntah,

peningkatan tekanan darah.

Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tiba

di tandai dengan takipnea, nyeri

pleuritis, dan sianosis.

Emboli arterial pada jantung atau organ

penting lain dapat terjadi sebagai akibat

penyakit jantung atau disritmia kronis,

kongesti vena dapat menunjukan tempat

trombus pada vena-vena yang dalam dan

emboli paru.

Observasi edema pada ekstremitas, catat

kecenderungan/ lokasi nyeri, tanda-tanda

homan (homan sigh) positif.

Inaktivitas/ bedrest yang lama dapat

menimbulkan terjadinya kongesti vena dan

trombosis vena.

Observasi adanya hematuria yang di Indikasi adanya emboli ginjal.

tandai oleh nyeri pinggang dan oliguria.

Catat keluhan nyeri perut kiri atas

menjalar ke bahu, kelemahan lokal, dan

abdominalngiditas.

Indikasi emboli kandung empedu.

Meningkatkan/ mempertahankan bedrest

sesuai dengan anjuran.

Untuk membantu mencegah penyebaran atau

perpindahanemboli pada pasien dengan

endokarditis. Pada bedrest yang lama (sering

di lakukan oleh pasien dengan endokarditis

dan mokarditis) berisiko untuk mengalami

troemboemboli.

Kolaborasi :

Gunakan stoking antiemboli sesuai

Menggunakan sirkulasi perifer dan arus balik

vena serta mengurangi risiko trombus pada

indikasi vena supervisial/vena yang lebih dalam.

Berikan antikoagulan seperti heparin

atau warfarin (coumadin).

Heparin dapat di gunakan secara propilaksis

pada pasien dengan bedrest yang lama seperti

sepsis atau CHF dan sebelum atau sesudah

operasi penggantian katup. Catatan heparin

merupakan kontraindikasi pada perikarditis

dan kardiak tamponade.

Diagnosa III :

Intoleransi aktivitas b/d penurunan perfusi perifer sekunder akibat ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.

Tujuan :

Dalam waktu 3 x 24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan.

Kriteria :

Klien tidak mengeluh pusing, alat dan saran untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien

jangkau, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari.

Intervensi Rasional

Mandiri :

Kaji respons aktivitas pasien. Catat

adanya/timbulnya perubahan keluhan

seperti : kelemahan, kelelahan, dan sesak

nafas saat beraktivitas.

Miokarditis menyebabkan inflamasi dan

memungkinkan gangguan pada sel-sel otot

yang dapat mengakibatkan CHF.

Penurunan pengisian jantung kardiak output

akan menyebabkan cairan terkumpul pada

rongga perikardial (bila ada perikarditis) yang

pada akhirnya endokarditis dapat

menimbulkan gangguan fungsi katup dan

kecenderungan penurunan kardiak output.

Pantau denyut atau irama jantung, tekanan

darah, dan jumlah pernafasan sebelum/

sesudah serta selama aktivitas sesuai

kebutuhan.

Membantu menggambarkan tingkat

dekompensasi jantung dan paru. Penurunan

tekanan darah takikardi, dan takipnea adalah

indikasi gangguan aktivitas jantung.

Rencanakan perawatan dengan engaturan

istirahat /oeriode tidur.

Memelihara keseimbangan kebutuhan

aktivitas jantung, meningkatkan proses

penyembuhan, dan kemampuan koping

mosional.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari

tingkat aktivitas, contoh : bangun dari

kursi, bila tak ada nyeri ambulasi, dan

istirahat selama 1 jam setelah makan.

Aktivitas yang maju memberikan kontrol

jantung, meningkatkan regangan, dan

mencegah aktivitas berlebihan.

Evaluasi respons emosional terhadap

situasi / pemberian dukungan.

Kecemasan akan timbul karena infeksi dan

kardiak respons (psikologis). Baik di

timbulkan oleh kemungkinan sakit yang

mengancam kehidupan.

Rujuk ke program rehabilitasi jantung. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk

pemakaian miokardium sekaligus mengurangi

ketidaknyamanan karea iskemia.

Diagnosa IV :

Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi

krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan klien berkurang.

Kriteria : klien mengatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat

mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan,

dan wajah rileks.

Intervensi Rasional

Bantu klien mengekspresikan perasaan

marah, kehilangan, dan takut.

Cemas berkelanjutan memberikan dampak

serangan jantung selanjutnya.

Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan,

dampingi klien, dan lakukan tindakan bila

menunjukan perilaku merusak.

Reaksi verbalnon verbal dapat menunjukan

rasa agitasi, marah, dan gelisah.

Mulai melakukan tindakan untuk

mengurangi kecemasan. Beri lingkungan

yang tenang dan suasana penuh istirahat.

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak

perlu.

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

dan aktivitas yang di harapkan.

Beri kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan ansietasnya.

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap

ke khawatiran yang tidak di ekspresikan.

Berikan privasi untuk klien dan orang

terdekat.

Memberi waktu untuk mengekspresikan

perasaan, menghilangkan cemas, dan

perilaku adaptasi.

Adanya keluarga dan teman-teman yang di

pilih klien mengalami aktivitas dan

pengalihan (misalnya membaca) akan

menurunkan perasaan terisolasi.

Kolaborasi : berikan anti cemas sesuai

indikasi, contohnya diazepam

Menghilangkan relaksasi dan menurunkan

kecemasan.

Diagnosa V :

Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan)  b/d kurangnya informasi tentang

proses penyakit, cara pencegahan terjadinya komplikasi.

Tujuan : terpenuhinya pengetahuan klien tentang kondisi penyakit.

Kriteria : - Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang di butuhkan dengan

kemungkinan komplikasi.

-  Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Intervensi Rasional

Mandiri :

Jelaskan efek emosi inflamasi pada jantung

secara individual. Berikan penjelasan

mengenai gejala-gejala komplikasi dan

tanda0tanda tersebut harus segera di

Untuk bertanggung jawab kepada

kesehatannya. Pasien membutuhkan

pengerrtian tentang penyebab khusus,

tindakan, dan efek jangka panjang yang

mungkin terjadi pada kondisi inflamasi,

laporkan pada petugas kesehatan seperti

demam, peningkatan nyeri dada yang luar

biasa.

baik tanda dan gejala atau komplikasinya.

Beritahukan pasien/ orang terdekat

mengenai dosis, aturan, dan efek

pengobatan.

Informasi di butuhkan untuk meningkatkan

perawatn diri, untuk menambah kejelasan

efektivitas pengobatan, dan pencegahan

komplikasi.

Identifikasi tindakan-tindakan untuk

mencegah endokarditis seperti : perawatan

ggi yang baik, cegah penderita agar tidak

terkontaminasi infeksi (khususnya infeksi

saluran pernafasan)

Bakteri umumnya di dapatkan di dalam

mulut. Pada gusi dapat masuk sirkulasi

sistemik. Perkembangan infeksi khususnya

infeksi streptokokus dan pneumokokus.

Atau influenza meningkatkan kemungkinan

risiko gangguan jantung.

Pilihlah metode yang tepat untuk KB (pada

penderita wanita)

Penggunaan IUD dapat menjadikan mata

rantai risiko terjadinya proses infeksi pelvis.

Hindari pemakaian obat suntik per intravena Mengurangi risiko langsung terjadinya /

masuknya patogen melalui sirkulasi

sistemik.

Patuhi imunisasi seperti vaksin influenza

sesuai indikasi.

Mengurangi risiko terjadinya infeksi yang

dapat menyebabkan infeksi.

BAB III

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik kesimpulan bahwa

Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel jantung. Disebabkan

oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditis biasanya terjadi

pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis,

biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu

Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial.

Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh

mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.

Pada endokarditis penatalaksanaan medisnya yaitu penicilin, stretomycin, vancomysin,

gentamicin. Diagnosa yang muncul pada pasien endokarditis adalah Aktual/risiko nyeri yang

berhubungan dengan penurunan suplai ke miokardium sekunder karena penurunan perfusi,

Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan tromboemboli atau

kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis, Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan,

Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi

krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan, dan Kurangnya pengetahuan (mengenai kondisi

dan tindakan) yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara

pencegahan, dan terjadinya komplikasi.

B.            Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1.    Pada Perawat

Agar meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan

endokarditis dan meningkatkan pengetahuan dengan membaca buku-buku dan mengikuti

seminar serta menindak lanjuti masalah yang belum teratasi.

2.    Pada Mahasiswa

Diharapkan dapat melaksanakan tekhnik komunikasi terapeutik agar kualitas pengumpulan data

dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.

3.    Pada Klien dan Keluarga

Diharapkan klien dapat melaksanakan anjuran dan penatalaksanaan pengobatan, diit, terkontrol

dan jika dan keluhan-keluhan segera menghubungi petugas kesehatan, baik Puskesmas maupun

Rumah Sakit terdekat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. 2002.buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8.jakarta: EGC

Corwin elizabeth j.2001.buku patofisiologi.jakarta : EGC

Doengoes marilynn E.1999. rencana asuhan keperawatan edisi 3. jakarta : EGC

Muttaqin arif.2009. asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular         dan

hematologi.Jakarta : salemba medika.