Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Hati 3
-
Upload
lenny-swandra-limba -
Category
Documents
-
view
93 -
download
3
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Hati 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TUMOR HATI ( HEMATOMA )
DISUSUN OLEH KELOMPOK V :
DEWIAN LEJEP
MARSITO
MOH.ANDI ISWANTO
TASRIF
NISMAWATI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kepada tuhan YME, karena atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan tujuan
penulisan ini adalah Untuk mengetahui pengertian penyakit (tumor hati )
dan untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah asuhan keperawatan
pada sistem persarafan.
Dalam penulisan ini kami bekerja sama menyelesaikan makalah ini
dengan membahas tentang penyakit miokardium ( TUMOR HATI ) kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih, semoga dengan
dengan penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah ilmu pengetahuan.
palu, 2 april 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a) Latar belakangb) Tujuan penulisanc) metode penulisan
BAB II PEMBAHASANA. Pengertian B. Etiologi C. PatofisiologiD. Pathway E. Patologi F. Manifestasi klinisG. Pemeriksaan penunjang H. PenatalaksanaanI. Komplikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajianb) Diagnosa c) Perencanaan keperawatan d) Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar belakang
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan
paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma
maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma
(HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato
Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati.Hepatoma
biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi
hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma,
virus penyebabnyaadalah virus hepatitis B dan C.
b) Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Tumor hati
2. Mengetahui penyebab dari Tumor hati
3. Mengetahui proses perjalanan dan asuhan keperawatan dari
Tumor hati
c) Metode penulisan
1. latar belakang ,tujuan dan metode penulisan
2. Bab II berisi tentang tinjauan teoritis yang membahas
tentang materi serta asuhan keperawatan serta
penyimpangan KDM dari penyakit
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau
epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati
primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer
lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan
hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut
juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular
(KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati
(Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien
dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus
penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga
dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum
minuman keras Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh
dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat
tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki :
wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis.
Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada
usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak.
B. ETIOLOGI
Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
Aflatoksin
Alkohol
Penggunaan steroid anabolic
Penggunaan androgen yang berlebihan
Bahan kontrasepsi oral
Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati
(Hemochromatosis)
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian
epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa
penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis hati, hepatitis virus B aktif
ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini
termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk
mendapatkan kanker hati ini.
Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada
sekitar separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna
pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui system portal atau
saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal.
Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel
maligna ini. Biasanya bukti pertama adanya kanker dalam organ abdomen
adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi
eksplorasi atau autopsi tumor primer tidak pernah dapat teridentifikasi
C. PATOFISIOLOGI
Oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling
penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati
mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 %
kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada
saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan
kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara,
paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai
penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal
lagi.
Stadium Hepatoma:
- Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm
- Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada
segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri
hati.
- Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV)
atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi
peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu
(biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
- Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan
dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah
hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau
tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel)
seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-
atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)
D. PATHWAY
E. PATOLOGI
Ada 2 type :
1. Type masif - tumor tunggal di lobus kanan.
Tumor yang mengenai hanya pada lobus kanan saja,dan trdapat
lesinya tunggal ( soliter )
2. Type Nodule - tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak
sama
kanker hati yang berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule),dan
terdapat banyak lesi ( multiple)..
Penyebarannya
1. Intrahepatal
2. ekstehepatal
F. MANIFESTASI KLINIS
Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma
tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis
kronik. Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah
banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala
khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm
pun tidak merasakan apa-apa.
Keluhan utama yang sering adalah :
Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di
perut kanan atas
Dispnea akibat penekanan difragma 6
Nafsu makan berkurang,
Berat badan menurun, dan rasa lemas.
Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur,
nyeri otot,demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah
darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan
hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan..Pemeriksaan Alfa
Feto Protein(AFP) sangat berguna untuk menegakkan diagnosis
penyakit hepatoma ini Penggunaan ultrasonografi ( USG ),
Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance
Imaging (MRI) penting untuk menegakkan diagnosis dan
mengetahui ukuran tumor
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Biopsi
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan
pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar
pasti suatu hepatoma.
Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CTscann
mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan
dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum
biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah hasil yang
diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena
benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan
bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
2. Radiologi
untuk mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat
menentukan dalam pengobatannya. Kanker hepato selular ini bisa
dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule)
satu buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse
(merata) pada seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan atau
kiri membentuk benjolan besar yang bisa berkapsul.
3. Ultrasonografi
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional)
hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata
(homogen).USG conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan
kanker hatidiameter 2 cm – 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini
dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem bisa mendeteksi
benjolan kanker diameter 1 cm – 2 cm13, namun nilai akurasi
ketepatan diagnosanya hanya 60%.
4. CT scanCT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh
segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG gambar
hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja.CTscann dapat
membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi
dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan hubungan kanker
ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
5. Angiografi
angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya.
Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai
dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga
kali lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang
sebenarnya.
6. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI yang dilengkapi dengan perangkat lunak Magnetic
ResonanceAngiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan
membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.
7. PET (Positron Emission Tomography)
Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat
pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal
sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu
mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.Caranya,
pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel
kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di
dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena
kanker.
PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga
tindakan lanjut penanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi
lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat metastase
(penyebaran)
H. PENATALAKSANAAN
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah
dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang
mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau
merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker
sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis
(penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah
ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada
sirrhosis hati. Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan
bedah hati digabung dengantindakan radiologi dan tindakan non-bedah
dan tindakan transplantasi (pencangkokan) hati.
1. Tatalaksana Non Bedah
Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien,
sirosi yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan
resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi
telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan
derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat
memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas
hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa
nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif.
Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi,
kemoterapi, dan drainase bilier perkutan.
Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat
dikurangi secara efektif dengan terapu radiasi pada 70% dan 90 %
penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang
dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi
= PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga
menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai
pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka
tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi
etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan,
biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan.
Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup
pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terapi
ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan
reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse
regional merupakan dua metode yang digunakan untuk
memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer
dan metastasis tumor hati.
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan
untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh
tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang
itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko.
Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui
dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam
duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali
system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena
penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala
pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa
lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya
meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut
di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir
keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna
dan adanya darah serta debris.
2. Tatalaksana Bedah
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah
tindakan bedah yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang
terkena kanker dan juga reseksi daerah sekitarnya. Pada prinsipnya
dokter ahli bedah akan membuang seluruh kanker dan tidak akan
menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita, karena bila tersisa
tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum
menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker
dan jaringan yang sehat lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat
sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau
pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat
dieksisi seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian,
metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter.
Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk
beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan
pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik.
Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan
hati untuk beregenerasi.
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada
sirrhosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan
atau sudah hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-
sel kanker yang masuk ke vena porta (thrombus vena porta) maka
tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati.
Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari
orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila
langkah lain seperti operasi dan tindakan Transplantasi hati meliputi
pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang
sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat
bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis
vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal.
Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatasi penyakit hati
stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah
bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan
transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi.
3. Tindakan keperawatan
1. memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu ,keluarga ,kelompok,atau masyarakat sesuai diagnosa
masalah yang terjadi dari masalah yang bersifat sederhana sampai
yang kompleks
2. membantu klien dan keluarga dalam meginterprestasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayan dan dalm memberikan informasi lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan atas tindakan
keperawatan yang di berikan kepadanya
3. membantu klien mempertinggi pengetahuan,dalam upaya
meningkatkan kesehatan,gejala penyakit sesuai kondisi dan
tindakan yang spesifik.
4. mengarahkan,merencanakan mengorganisasikan pelayanan dari
semua anggota team kesehatan .kerena klien menerima pelayanan
dari banyak profesional misal: pemenuhan nutrisi.
5. pemberi informasi tentang tujuan keperawatan yang
diberikan.dengan peran ini dapat di katakan perawatan adalah
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien
6. melakukan kerja sama bersama klien,keluarga,dan team kesehatan
lainya,dalam upaya mengindentifikasi pelayanan kesehatan yang
diperlukan termaksud tukar pendapat terhadap pelayanan yang di
perlukan klien, pemberian dukungan paduan keahlian dan
keterampilan berbagai pemberi pelayanan kesehatan
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites,
perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan
sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada
pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi
portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi
darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya
gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada
akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs.
Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan;
masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian Prognosis
pasien dengan penyakit ini buruk.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
TUMOR HATI ( HEMATOMA )
A. PENGKAJIAN
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, no.
registrasi
b) Riwayat kesehatan
Keluhan utama: klien biasanya mengeluh mual, muntah, nyeri
perut kanan atas,pembesaran perut, berak hitam
Riwayat penyakit sekarang: biasanya klien awalnya mengalami
mual, nyeri perut kanan atas, berak hitam, kemudian perut klien
membesar dan sesak napas
Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien pernah mengalami
penyakit hepatitis B atau C atau D. Dan mengalami sirosis
hepatik
Riwayat penyakit keluarga: biasanya salah satu atau lebih
keluarga klien menderita penyakit hepatitis B atau C atau D.
Biasanya ibu klien menderita hepatitis B atau C atau D yang
diturunkan kepada anaknya pada waktu hamil.
Riwayat lingkungan: biasanya klien inggal di lingkungan yang
kumuh dan kotor
Riwayat imunisasi: biasanya klien tidak diimunisasi untuk
penyakit hepatitis B
c) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Biasanya klien terlihat lemah, letih, dengan perut membesar dan
sesak nafas, penurunan BB.
Kepala dan leher
Biasanya terjadi pernafasan cuping hidung, ikterus, muntah
Thoraks
Biasanya terjadi retraksi dada dikarenakan kesulitas bernafas,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan
Abdomen
Biasanya terjadi pembesaran hati (hepatomegali), permukaan
hati terasa kasar, asites, nyeri perut bagian kanan atas dengan
skala 7-10, splenomegali
Ekstremitas
Biasanya terjadi gatal-gatal, kelenahan otot
Breath
Biasanya klien mengalami sesak nafas
Blood
Biasanya klien anemi dikarenakan adanya perdarahan
Brain
Jika sudah metastase akan terjadi enselofaty hepatik
Bowel
Biasanya klien mengalami anoreksia, mual, muntah, melena,
bahkan mungkin terjadi hematomesis. Terjadi penurunan BB,
turgor kulit lebih dari 2 detik, rambut kering, mukosa oral kering,
penurunan serum albumn.
Blader
Biasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh pekat
Bone
Jika terjadi metastase ke tulang akan terjadi nyeri tulang
d) Pola fungsi kesehatan
Pola aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan dalam beraktivitas
dikarenakan nyeri, kelemahan otot, mual, dan muntah
Pola nutrisi
Biasanya klien mengalami anoreksia, mual dan muntah
Pola eliminasi
Biasanya klien mengeluarkan urin berwarna seperti teh dan
pekat. Feses klien berwarna hitam (melena)
Pola istirahat
Biasanya klien mengalami insomnia
Pola seksual
Biasanya klien mengalami penurunan libido
Pola spiritual
Biasanya klien terganggu dalam menjalani ibadah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada hepar
2. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites)
3. Ketidaksiembangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi, akibat
anorexia dan mual muntah.
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat, asites dan penekanan diafragma
5. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus, edema, dan asites
6. Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit akibat
kelemahan fisik
C. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada hepar
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat asites, dan penekanan diafragma
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites)
Tujuan :
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan
aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.
2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan
pengaruh minimal pada AKS
Intervensi Rasional
Lakukan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik
(perhatikan fungsi faal hepar)
Analgesik bekerja mengurangi
reseptor nyeri dalam mencapai
sistim saraf sentral
Atur posisi klien yang enak sesuai
dengan keadaan
Dengan posisi miring ke sisi
yang sehat disesuaikan dengan
gaya gravitasi,maka dengan
miring kesisi yang sehat maka
terjadi pengurangan penekanan
sisi yang sakit
Awasi respon emosional klien
terhadap proses nyeri
Keadaan emosional mempunyai
dampak pada kemampuan klien
untuk menangani nyeri
Ajarkan teknik pengurangan nyeri
dengan teknik distraksi
Teknik distraksi merupakan
teknik pengalihan perhatian
sehingga mengurangi emosional
dan kognitif
Observasi tanda-tanda vital Deteksi dini adanya kelainan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada hepar
Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal (36-37,5 celcius)
Intervensi Rasional
Kaji suhu tubuh pasien mengetahui peningkatan suhu
tubuh, memudahkan intervensi
Beri kompres air hangat. mengurangi panas dengan
pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol
pemindahan panas secara
perlahan tanpa menyebabkan
hipotermi atau menggigil.
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat.
Memberikan rasa nyaman dan
pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu
tubuh.
Kolaborasi : pemberian cairan
intravena dan pemberian obat
sesuai program.
Pemberian cairan sangat penting
bagi pasien dengan suhu tubuh
yang tinggi. Obat khususnya
untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru akibat asites dan penekanan diafragma.
Tujuan :
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pernafasan
klien kembali normal
Intervensi Rasional
Pertahankan Posisi semi fowler Posisi ini memungkinkan tidak
terjadinya penekanan isi perut
terhadap diafragma sehingga
meningkatkan ruangan untuk
ekspansi paru yang maksimal.
Disamping itu posisi ini juga
mengurangi peningkatan volume
darah paru sehingga memperluas
ruangan yang dapat diisi oleh udara
Observasi gejala kardinal dan
monitor tanda – tanda
ketidakefektifan pola napas
Pemantau lebih dini terhadap
perubahan yang terjadi sehingga
dapat diambil tindakan penanganan
segera
Berikan penjelasan tentang
penyebab sesak dan motivasi
utuk membatasi aktivitas
Pengertian klien akan mengundang
partispasi klien dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi
Kolaborasi dengan tim medis
(dokter) dalam pemberian
diuretik, batasi asupan cairan,
dan punctie aspirasi asites
untuk meneurangi asites dan cairan
dalam cavum pleura sehingga pola
nafas kembali norma
(16-20x/menit)
4. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan tida kadekuatnya asupan nutrisi, anoreksia, mual, gangguan
absorbsi, metabolisme vitamin di hati.
Tujuan :
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi Rasional
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian vitamin
Dengan pemberian vitamin
membantu proses metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai
jaringan dan membantu
pembentukan sel baru
Jelaskan pada klien tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh dan
diit yang di tentukan dan tanyakan
Pengertian klien tentang nutrisi
mendorong klien untuk
mengkonsumsi makanan sesuai
kembali apa yang telah di jelaskan diit yang ditentukan dan umpan
balik klien tentang penjelasan
merupakan tolak ukur penahanan
klien tentang nutrisi
Bantu klien dan keluarga
mengidentifikasi dan memilih
makanan yang mengandung kalori
dan protein tinggi
Dengan mengidentifikasi berbagai
jenis makanan yang telah di
tentukan
Identifikasi busana klien buat
padan yang ideal dan tentukan
kenaikan berat badan yang
diinginkan berat badan ideal
Diharapkan klien kooperatif
Sajikan makanan dalam keadaan
menarik dan hangat
Dengan penyajian yang menarik
diharapkan dapat meningkatkan
selera makan
Anjurkan pada klien untuk menjaga
kebersihan mulut
Anjurkan pada klien untuk
menjaga kebersihan mulut
Anjurkan pada klien untuk
menjaga kebersihan mulut
Monitor kenaikan berat badan Dengan monitor berat badan
merupakan sarana untuk
mengetahui perkembangan
asupan nutrisi klien
5. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites
Tujuan :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi /
meningkatkan penyembuhan.
Intervensi Rasional
Kaji kulit terhadap efek samping
terapi kanker. Perhatikan
kerusakan atau perlambatan
penyembuhan
Efek kemerahan atau reaksi radiasi
dapat terjadi dalam area radiasi
dapat terjadi dalam area radiasi.
Deskuamasi kering dan deskuamasi
kering,ulserasi.
Mandikan dengan air hangat dan
sabun
Mempertahankan kebersihan tanpa
mengiritasi kulit.
Balikkan / ubah posisi dengan
sering
Untuk meningkatkan sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit/
jaringan yang tidak perlu.
Anjurkan pasein untuk
menghindari krim kulit
apapun ,salep dan bedak kecuali
seijin dokter
Dapat meningkatkan iritasi atau
reaksi secara nyata
6. Keletihan berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan
Tujuan :
1. Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan kelemahan
berkurang
Intervensi Rasional
Tingkatkan istirhat serta batasi
aktivitas yang tidak terlalu berat
Menurunkan kerja miokard
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari aktivitas
Aktivitas yang maju memberikan
kontrol jantung ,meningkatakan
regangan, dan mencegah aktifitas
berlebihan
Pertahankan klien tirah baring
sementara sakit akut
Untuk mengurangi beban jantung
Tingkatkan klien duduk dikursi Untuk meningkatkan aliran vena
dan tinggikan kaki klien balik
Pertahankan rentang gerak pasif
selama sakit kritis
Meningkatkan kontraksi otot
sehingga membantu alira vena balik
Evaluasi tanda vital saat
kemajuan aktifitas terjadi
Mengetahui fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktivitas
Berikan waktu istirahat diantara
waktu aktifitas
Mendapatkan cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak terlalu
memaksa kerja jantung
Pertahabkan penambahan 02
sesuai
Untuk meningkatkan oksigenasi
jaringan
Selama aktifitas,kaji
EKG,dispnea sianosis,kerja dan
frekuensi napas,serta keluhan
subjektif
Melihat dampak dari aktifitas
terhadap fungsi jantung
Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan
edema akibat penurunan
kontrektilitas jantung
Rujuk keprogram rehabilitas
jantung
Meningkatkan jumlah oksigen yang
ada untuk pemakaian miokardium
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan kerena iskemia
E. EVALUASI
Pasien menunjukkan pola napas normal
Pasien menujukan perubahan nutrisi
Pasien nampak ceria
Pasien mengatakan Nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Luckmann, RN.M.A, dan K. C. Sorensen, R.N, M.N, Medical
Surgical Nursing,A Pslychophysiologis Approach.
Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D.
R.N, Pathofisiologi proses-proses penyakit, edisi I, Buku ke
empat.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Pres Buku I, Edisi Ke 2
Doengus.RN,NSN.MA. Cs dan M.F. Moorhouse R. N. CCP.R.N.
A.C. Geissler R.N. R.N. BsN.CERN. Nursing Care Plans.
Guideliner for Planing and documenting Patien Care.\
Nanda NICNOC, edisi revisi